Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik urusan ibadah maupun muamalah. Islam terdiri dari tiga dimensi yaitu aqidah, akhlak, dan syariah. Syariah Islam membagi muamalah menjadi ibadah dan muamalah, dengan aturan yang berbeda untuk masing-masing. Beberapa transaksi dalam muamalah dilarang karena zat atau akibatnya, seperti riba, gharar,
1. • Salah satu mumayyizat Islam, Islam itu
merupakan agama yang bersifat syumuliyah
(sempurna) dalam istilah lain disebut syamil
mutakamil (sempurna dan menyeluruh).
• Islam adalah agama yang mengatur urusan dunia
dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda: al islamu
ya’lu wa la yu’la ‘alaih "Islam itu tinggi dan
tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya."
• Islam sebagai the way of the life (jalan hidup)
2. • Islam sebagai ajaran terdiri dari 3 dimensi:
• Aqidah berkaitan dengan keyakinan, hal ini tergambar
dalam rukun Iman.
• Akhlak berkaitan kondisi mental, hati, batin seseorang
yang mempengaruhi perbuatan dan perilaku lahiriyah.
Apabila kondisi batin seseorang baik dan
teraktualisasikan dalam ucapan, perbuatan, dan perilaku
yang baik dengan mudah, maka hal ini disebut dengan
akhlakul karimah
• Syariah berkaitan suatu tatacara pengaturan tentang
perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan Allah
Swt
3. Pendahuluan
• Ruang lingkup syariah terdiri dari
• Ibadah berkaitan dengan hubungan manusia kepada Allah seperti
sholat dst.
• Muamalah berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia.
Seperti jual beli dst.
• Dalam memahami ibadah berlaku kaidah Al aslu fil ibaadaati al
khatri illa binassin (hukum asal dalam semua ibadah adalah haram
kecuali ada nash yang mensyariatkannya).
• Contoh sholat dst.
4. • Dalam memahami muamalah, berlaku kaidah Al Ashlu
Fil Mua'malati Al Ibahah Hatta Yadullu Ad Daliilu Ala
Tahrimiha “semua boleh kecuali ada yang melarangnya”.
Artinya semua transaksi dibolehkan kecuali ada ayat Al
Qur’an atau Sunnah yang melarangnya.
•
َو ُرَْمخْٱل اَمَّنِإ ۟ا َٰٓوُنَماَء َِينذَّٱل اَهُّيَأََٰٓي
ُمَل ْزَ ْ
ٱْل َو ُابَصنَ ْ
ٱْل َو ُرِسْيَمْٱل
ِلَمَع ْنِم ٌسْج ِ
ر
ُحِلْفُت ْمُكَّلَعَل ُهوُبِنَتْٱجَف ِنَطْيَّشٱل
َون
• Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan.
6. A. Haram Zat-nya
Transaksi ini dilarang karena objek
(barang dan/atau jasa) yang
ditransaksikan juga dilarang. Seperti
minuman keras, bangkai, daging babi,
dsb. Jadi transansksi jual beli minuman
keras adalah haram, walaupun akad jual
beli-nya sah. Contoh: Q.S al-maidah:3
7. B. Haram Selain Zat-nya
1. Melanggar Prinsip An Tardhi minkum
• Tadlis
Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip
kerelaan antara kedua belah pihak. Kerelaan ini dibangun atas
dasar mempunyai informasi yang sama Sehingga tidak ada antara
pihak yang tidak mengetahui informasi dipihak lain. Hal
inidisebut dengan tadlis. Tadlis terjadi dalam 4 (empat) hal,
yakni dalam:
1.Kuantitas
2.Kualitas
3.Harga, dan
4.Waktu Penyerahan
8. TADLIS
1.Kuantitas
Pedagang yang mengurangi takaran/timbangan barang yang
dijualnya.
2.Kualitas
Penjual yang menyembunyikan cacat barang yang
ditawarkannya.
3.Harga
Seorang tukang becak yang menaikkan tarif becak 10 kali lipat
dari tarif normalnya kepada turis karena ketidak tahuhannya
terhadap harga pasaran.
4.Waktu Penyerahan
Seorang konsultan yang berjanji untuk menyelesaikan proyek
dalam waktu 2 bulan untuk memenangkan tender, padahal
konsultan tersebut tahu bahwa proyek itu tidak dapat diselesaikan
dalam waktu tersebut.
9. B. Haram Selain Zat-nya
2. Melanggar Prinsip La Tazhlimu wa la
tuzlamu (jangan menzalimi jangan
terzalimi
a. Rekayasa Pasar (dalam supply and
demand)
b. Gharar (Taghrir)
c. Riba
10. a. Rekayasa Pasar dalam supply
• Rekayasa pasar dalam supply terjadi bila seorang
produsen/penjual mengambil keuntungan diatas keuntungan
normal dengan cara mengurangi supply agar harga produk
yang dijualnya naik. Dalam istilah fiqh dikenal dengan
Ikhtikar. Ikhtikar biasanya dilakukan dengan membuat entry
barrier, yakni menghambat produsen/penjual lain masuk
pasar, agar ia menjadi pemain tungal di pasar monopoli.
Karena itu biasanya orang menyamakan ikhtikar dengan
monopoli dan penimbunan, padahal tidak selalu seorang
monopolois melakukan ihtikar. Ikhtikar terjadi bila syarat-
syarat di bawah ini terpenuhi:
– Mengupayakan adanya kelangkaan barang baik dengan cara
menimbun stock atau mengenakan entry barriers.
– Menjual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
harga sebelum munculnya kelangkaan.
– Mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan
keuntungan sebelum komponen 1 dan 2 dilakukan.
11. •
َر ْنَع ِ َّ
َّللا ِدْبَع ِْنب ِ
رَمْعَم ْنَع
ِ َّ
َّللا ِلوُس
-
علي هللا صلى
ه
وسلم
.
َلاَق
:
ٌئَِاطخ َّالِإ ُرِكَتْحَي َال
• Dari Ma’mar bin Abdullah; Rasulullah
bersabda, “Tidaklah seseorang melakukan
penimbunan melainkan dia adalah
pendosa.” (HR. Muslim).
12. c. Gharar
• Gharar adalah situasi di mana terjadi incomplete
information karena adanya uncertainty to both parties
(ketidak pastian antara kedua belah pihak yang
bertransaksi). Gharar terjadi bila terjadi perubahan dari
yang bersifat pasti (certain) menjadi tidak pasti
(uncertain). Gharar dapat terjadi dalam 4 hal”
– Kuantitas: Jual beli Ijon
– Kualitas: Menjual anak sapi dalam kandungan
– Harga: ada dua harga dalam satu kontrak
– Waktu Penyerahan: Menjual barang yang sedang dicari/hilang
Bila terjadi salah satu atau lebih dari faktor-faktor di atas di ubah
dari certain menjadi uncertain, maka terjadi gharar.
13. •
وُسَر ىَهَن َلاَق َةَْريَرُه يِبَأ ْنَع
َع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِ َّ
َّللا ُل
َمَّلَس َو ِهْيَل
ا ِْعيَب ْنَع َو ِةاَصَحْال ِْعيَب ْنَع
ِ
رََرغْل
(
مسلم رواه
)
• Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya
Rasulullah Saw melarang jual beli hashah
(yaitu: jual beli dengan cara melempar
batu) dan beliau juga melarang jual beli
gharar." (HR. Muslim, hadits no. 2783)
14. d. Riba
Dalam Fiqh dikenal ada 3 jenis riba:
1. Riba Fadl, disebut juga dengan riba buyu’ yaitu riba yang timbul akibat
pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya
(mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa-an bi sawa-in) dan sama waktu
penyerahannya (yadan bi yadin). Pertukaran ini menimbulkan ketidakjelasan
(gharar) bagi kedua belah pihak akan nilai masing-masing barang yang
dipertukarkan. Ketidakjelasaan ini menimbulkan kezaliman kepada salah satu
pihak.
Hadits Rasulullah:
Dari Abu Said Al Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda: Transaksi pertukaran
emas dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tunai, kelebihannya adalah
riba: perak dengan perak harus sama takaran, timbangan dan tunai, kelebihannya
adalah riba: gandum dengan gandum harus sama takaran, timbangan dan tunai,
kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus sama takaran, timbangan
dan tunai, kelebihannya adalah riba, korma dengan korma harus sama takaran,
timbangan dan tunai, kelebihannya adalah riba: garam dengan garam harus sama
takaran, timbangan dan tunai, kelebihannya adalah riba. (Riwayat Muslim)
Diluar keenam jenis barang tersebut dibolehkan asal dilakukan penyerahannya
pada saat yang sama
Contoh: Dalam perbankan, riba fadl dapat ditemui dalam transaksi jual beli
valuta asing yang tidak dilakukan dengan cara tunai (spot)
15. d. Riba
2. Riba Nasi’ah
1. Riba ini disebut juga dengan riba duyun yaitu riba yang timbul akibat
hutang-piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama
resiko (al ghummu bi ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya ( al
kharaj bi dhaman). Transaksi seperti ini mengandung pertukaran
kewajiban menanggung beban, hanya karena berjalan waktu.
2. Nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam
nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan
antara yang diserahkan saat ini dengan yang diserahkan kemudian.
3. Imam Sarkhzi mengatakan:
–
البيع في المشروط العوض عن الخالي الفضل هو الربا
– “Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa
adanya iwadh (atau padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan
tersebut).
4. Dalam perbankan konvensional, riba nasi’ah dapat ditemui dalam
pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga deposito, tabungan dan
lain-lain. Bank sebagai kreditur yang memberikan pinjaman mensyaratkan
bunga yang besarnya tetapn dan ditentukan terlebih dahulu diawal
transaksi (fixed and predetermined rate). Padahal nasabah yang
mendapatkan jaminan itu tidak mendapatkan keuntungan fixed and
predetermined juga. Sesuatu yang bersifat uncertain dipaksakan menjadi
certain.
16. c. Riba
• Riba Jahiliah
– Riba jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi dari pokok
pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan pinjaman
pada waktu yang telah ditetapkan.
– Riba jahiliyah dilarang karena terjadi pelanggaran kaidah :”kullu qardin
jarra manfa’ah fahuwa riba” (setiap pinjaman yang mengambil
manfaat adalah riba)
– Dari segi penundaan waktu, riba jahiliyah digolongkan riba nasi’ah,
dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan tergolong riba fadl.
– Tafsir Qurtuby menjelaskan:
• “Pada zaman jahilyah para kreditur, apabila hutang telah jatuh tempo,
akan berkata kepada para debitur:”Lunaskan hutang anda sekarang, atau
anda tunda pembayaran itu dengan tambahan”. Maka pihak debitur harus
menambah jumlah kewajiban pembayaran hutangnya dan kreditur
menunggu waktu pembayaran kewajiban tersebut sesuia dengan ketentuan
baru”. (Tafsir qurtubi 2/1157)
– Dalam perbankan konvensional, riba jahilyah ini dipraktekkan dalam
transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya.
17. C. Tidak Sah
• Suatu transaksi dapat dikatakan tidak sah
dan/atau tidak lengkap akadnya, bila
terjadi salah satu atau lebih dari faktor-
faktor berikut:
– Rukun dan Syarat tidak terpenuhi
– Terjadi Ta’alluq
– Terjadi “two in one” (akad ganda)
18. Rukun Dan Syarat
• Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu
transaksi (necessary condition). Pada umumnya, rukun
dalam mu’amalah iqtishadiyyah ada tiga:
1. Pelaku
2. Objek
3. Ijab-Qabul
• Aqad menjadi batal bila terdapat:
1. Kesalahan dan kekeliruan objek
2. Paksaan (ikrah)
3. Penipuan
• Bila rukun di atas terpenuhi, maka transaksi yang
dilakukan sah. Namun bila rukun tidak terpenuhi (baik
satu atau lebih), maka transaksi menjadi batal
19. Rukun Dan Syarat
• Syarat adalah sesuatu yang keberadaannya melengkapi
rukun (sufficient condition). Contohnya adalah bahwa
pelaku transaksi haruslah orang yang cakap hukum
(mukallaf).
• Bila rukun sudah terpenuhi tetapi syarat tidak terpenuhi,
maka rukun menjadi tidak lengkap sehingga transaksi
tersebut menjadi fasid (rusak). Demikian menurut mazhab
Hanafi.
• Syarat tidak boleh:
– Menghalalkan yang haram
– Menharamkan yang halal
– Menggugurkan hukum
– Bertentangan dengan rukun; atau
– Mencegah berlakunya hukum
20. Ta’alluq
• Ta’alluq terjadi bila kita dihadapakan pada dua
akad yang saling dikaitkan, dimana berlakunya
akad 1 tergantung dengan akad ke 2.
• Contoh: misalkan A menjual barang X seharga
Rp 120 juta secara cicilan kepada B, dengan
syarat bahwa B harus kembali menjual barang X
tersebut kepada A secara tunai seharga Rp 100
juta. Transaksi seperti ini haram, karena akad
satu dikaitkan dengan akad yang lain.
• Dalam terminolagi fiqih, kasus di atas disebut
bai’ al inah.
21. Two in one
• Two in one adalah kondisi di mana suatu transaksi diwadahi
oleh dua akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakpastian
(gharar) mengenai akad mana yang harus digunakan/berlaku.
Dalam terminologi fiqih, kejadian ini disebut dengan
shafqatain fi al shaqah.
• Two in one terjadi bila semua ketiga faktor di bawah ini
terpenuhi:
– Objek sama
– Pelaku sama
– Jangka waktu sama
• Bila satu saja dari faktor diatas tidak terpenuhi, maka two in
one tidak terjadi, dengan demikian akad menjadi sah
• Contoh: dari two in one adalah transaksi lease and purchase
(sewa-beli). Dalam transaksi ini, terjadi gharar dalam akad,
karena ada ketidakjelasan akad mana yang berlaku: akad beli
atau akad sewa. Karena itulah maka transaksi sewa-beli ini
diharamkan.