SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
A. Latar Belakang
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir
yang sangat produktif dan bersifat dinamik. Faktor-
faktor lingkungan yaitu faktor fisik, kimia, dan biologi
secara langsung berpengaruh terhadap ekosistem
padang lamun. Padang lamun menyediakan habitat
bagi banyak hewan laut dan bertindak sebagai
penyeimbang substrat, (McKenzie, 2008; Wulandari,
dkk, 2013).
Melihat kerusakan yang terus terjadi pada padang
lamun baik karena aktivitas alami maupun karena
aktivitas manusia, maka perlu dilakukan usaha
rehabilitasi untuk mengembalikan kondisi padang
lamun menjadi lebih baik. Salah satu usaha rehabilitasi
padang lamun adalah kegiatan transplantasi lamun.
B.Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini untuk mempelajari teknik
transplantasi lamun yang dilakukan di Balai Taman
Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS) DKI Jakarta.
C. Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini adalah menguasai
kemampuan untuk melakukan rehabilitasi lamun
dengan salah satu teknik yaitu transplantasi lamun
untuk memperbaiki kondisi padang lamun yang
mengalami kerusakan atau menciptakan padang
lamun baru di lokasi yang belum ditumbuhi lamun.
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan transplantasi lamun ini dilaksanakan pada
bulan Agustus 2014, dengan lokasi; pengambilan bibit
dilakukan Pulau Panggang bagian selatan dan Pulau
Pramuka bagian Utara, sedangkan penanaman lamun
di lakukan di Pulau Pramuka bagian Timur.
Keterangan : Kotak bewarna hijau yang ditunjukkan
anak panah lokasi pengambilan bibit di Pulau
Panggang bagian Selatan dan Kotak bewarna kuning
yang ditunjukkan anak panah lokasi pengambilan
bibit di Pulau Pramuka bagian Utara.
Peta lokasi pengambilan bibit lamun
Peta Lokasi Transplantasi lamun
Keterangan : Kotak bewarna merah yang ditunjukkan anak
panah adalah lokasi transplantasi lamun di Pulau Pramuka
bagian Timur.
Gambar alat dan Bahan
B. Alat dan Bahan
NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN
1 Alat Snorkling 5 buah Digunakan untuk mengambil bibit dan mengembalikan bibit di perairan
2 Kapal 1 buah Alat transportasi
3 Kamera under water 1 buah Untuk dokumentasi selama kegiatan transplantasi lamun
4 GPS 1 buah Untuk menentukan titik koordinat
5 Frame 5 buah Media untuk transplantasi lamun
6 pH meter 1 buah Alat ukur pH dan suhu
7 Refraktometer 1 buah Alat ukur salinitas
8 Linggis 1 buah Digunakan untuk mengambil bibit
9 Sepatu boot 2 buah Pelindung kaki selama transplantasi lamun
10 Box 1 buah Untuk meletakkan bibit lamun yang baru diambil
11 Kertas tisu 150 buah Untuk mengikat bibit lamun ke frame
12 Gunting 2 buah Untuk memotong benih
13 Alat tulis 1 buah Mencatat proses selama kegiatan
14 Bibit lamun 125 buah Objek penanaman
1. Pemilihan Lokasi Transplantasi
Pemilihan lokasi kegiatan untuk melakukan
transplantasi lamun mengikuti cara yang di jelaskan
oleh F.T. Short et all, (2002); BTNKpS (2006) dengan
sedikit perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi
lokasi yang akan di lakukan transplantasi. Informasi
tentang karakteristik padang lamun yang ada / sumber
bibit (reference sites) pada lokasi yang akan dilakukan
transplantasi diambil untuk perhitungan indeks
kesesuaian lokasi penanaman atau preliminary
transplant suitability index (PTSI) dan memilih
proritasnya.
C.Prosedur Kerja
2. Pemilihan Jenis Lamun
Pemilihan jenis lamun yang akan dijadikan bibit dalam
kegiatan transplantasi lamun didasarkan pada jenis-jenis yang
secara alami tumbuh dominan dan merupakan jenis pioner di
kawasan yang akan dilakukan transplantasi.
3. Pemilihan Metode Penanaman
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
transplantasi lamun ini adalah metode TERFs. TERFs adalah
unit penanaman lamun berupa tunas muda yang diikatkan
pada frame besi ( TERFs frame ). Pada metode ini tunas
lamun yang muda diikatkan pada frame besi dengan
menggunakan material yang mudah larut seperti kertas tissue
4. Teknik Pengambilan Bibit
Pengambilan Bibit Lamun dengan Menggunakan Linggis
(difungsikan sebagai pembuat cekungan pada subtrat disekitar
bibit lamun), adapun caranya sebagai berikut :
1.Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang tinggi (
banyak ).
2. Linggis yang telah disiapkan ditusuk-tusuk kedalam subtrat
sampai lamun terlepas dengan akar-akarnya.
3. Bersihkan pasir (subtrat) yang melekat di akar-akar lamun
dengan cara dikipas.
4. Pilih lamun yang akan dijadikan cikal bakal bibit.
5. Masukkan bibit yang telah dipilih kedalam box berisi air dan
hindari kontak langsung dengan matahari agar bibit lamun tidak
mudah layu (waktu toleransi dari bibit lamun di dalam box yang
berisi air asin paling lama 2 jam dengan keadaan terlindung dari
sinar matahari langsung).
Pengambilan Bibit Lamun dengan Menggunakan Kipas Plastik
(difungsikan untuk menyingkirkan subtrat disekitar bibit
lamun), adapun caranya sebagai berikut :
1. Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang
tinggi ( banyak ).
2. Kipas plastik yang telah disiapkan selanjutnya dikipas-kipas
di sekitar akar lamun, sampai tunas baru muncul atau
kelihatan.
3. Tunas baru yang muncul atau kelihatan selanjutnya di ambil.
4. Pilih lamun yang akan dijadikan cikal bakal bibit.
5. Masukkan bibit yang telah dipilih kedalam box berisi air dan
hindari kontak langsung dengan matahari agar bibit lamun
tidak mudah layu (waktu toleransi dari bibit lamun di dalam
box yang berisi air asin paling lama 2 jam dengan keadaan
terlindung dari sinar matahari langsung).
5. Teknik Penanaman dengan Metode TERFs.
1. Siapkan frame besi / kawat ukuran 60 cm X 60 cm dan tisu
pengikat yang telah digulung usahakan kedua alat ini jangan
sampai basah.
2. Benih yang telah ada, dipotong pada rimpangnya minimal
memilki dua tunas muda.
3. Benih yang telah dipotong diikat pada frame dengan
menggunakan tisu dengan cara disimpul.
4. Jumlah bibit lamun 5 buah tiap barisnya jadi, satu frame diisi
25 buah bibit lamun.
5. Setelah proses pengikatan selesai frame dan bibit siap untuk
ditanam dengan cara membalikkan frame dan selanjutnya
diletakkan diatas subtrat dengan sedikit tekanan sehingga frame
besi/kawat bagian bawah dapat masuk beberapa centimeter ke
dalam subtrat.
Kerapatan penanaman lamun dengan metode frame
Keterangan : Kotak hitam adalah bibit yang akan di tanam
dan diikatkan dengan tisu yang telah digulung dengan jarak
tanam 15 cm.
15cm15cm15cm15cm
15 cm 15 cm 15 cm 15 cm
A. Pengukuran Parameter Lingkungan
Tabel hasil pengukuran kondisi fisik lingkungan pada lokasi
transplantasi lamun.
Melihat dari data hasil pengukuran parameter fisik lingkungan
diatas maka bisa dikatakan lokasi Pulau Pramuka bagian Timur
sangat baik untuk dilakukan kegiatan transplantasi lamun
karena kondisi fisik perairannya sangat mendukung untuk
pertumbuhan lamun
No Lokasi Suhu (oC) Salinitas (0/00) pH Jenis Subtrat Arus (m/s)
1 Pulau Pramuka bagian
Timur
28,7 35 7,6 Pasir kasar 0,5
B. Teknis Pemilihan Lokasi Transplantasi
Penentuan lokasi penanaman lamun dengan menggunakan
perhitungan indeks kesesuaian lokasi penanaman /
Preliminary Transplant Suitability Index (PTSI). Hasil
pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada masing-
masing lokasi dan diberikan score. Nilai 0, 1, dan 2
menunjukkan kualitas dari setiap parameter yang di ukur.
Score PTSI dijumlahkan pada seluruh parameter. Nilai 0
untuk beberapa parameter membuat score keseluruhan
menjadi 0 dan mengeliminasi lokasi tersebut dari proritas.
Nilai score yang tinggi menunjukkan kemungkinan sangat
besar untuk keberhasilan transplantasi lamun
Tabel nilai / score Indeks Kesesuaian Lokasi
Penanaman (PTSI, Preliminary Transplant
Suitability Index) lokasi transplantasi lamun.
No Parameter Score
1 Keberadaan lamun 2 (dua)
2 Jarak dengan padang lamun yang ada 2 (dua)
3 Kejernihan perairan 1 (satu)
4 Ukuran partikel dasar 1 (satu)
5 Kedalaman 1 (satu)
6 Sedimen 1 (satu)
7 Salinitas 2 (dua)
8 Suhu 2 (dua)
9 Derajat keasaman (pH) 2 (dua)
10 Arus / Gelombang 1 (satu)
Jumlah 15 (lima belas)
Tabel nilai / score Indeks Kesesuaian Lokasi
Penanaman (PTSI, Preliminary Transplant
Suitability Index) lokasi transplantasi lamun
menunjukkan lokasi yang dipilih sangat baik ,
karena parameter – parameter lingkungan yang
diukur sangat mendukung untuk dilakukan kegiatan
transplantasi lamun.
C. Pengamatan Lamun Hasil Transplantasi.
Hasil Pengamatan Pertama
Lokasi : Pulau Pramuka
Suhu : 29,9 o C
pH : 7,6
Salinitas : 35 0/00
Frame Jenis Lamun Kondisi
1 Hidup Mati Tingkat Sedimentasi
Thalassia hemprichii 15 X Rendah
Cymodocea rotundata 10 X
2
Thalassia hemprichii
17 X Rendah
Cymodocea rotundata 8 X
3 Cymodocea rotundata 11 X Rendah
Thalassia hemprichii 9 X
Sryngodium isoetifolium 5 X
4 Thalassia hemprichii 8 X Sedang
Sryngodium isoetifolium 4 X
Cymodocea rotundata 13 X
5 Thalassia hemprichii 11 X Tidak Ada
Cymodocea rotundata 13 X
Sryngodium isoetifolium 1 X
Hasil Pengamatan Kedua
Lokasi : Pulau Pramuka
Suhu : 27,5 o C
pH : 7,58
Salinitas : 36 o/oo
Frame Jenis Lamun Kondisi
1 Hidup Mati Tingkat Sedimentasi
Thalassia hemprichii 13 2 Tinggi
Cymodocea rotundata 2 8
2
Thalassia hemprichii
14 3 Sedang
Cymodocea rotundata 6 2
3 Cymodocea rotundata 6 2 Rendah
Thalassia hemprichii 11 1
Sryngodium isoetifolium 4 1
4 Thalassia hemprichii 8 X Rendah
Sryngodium isoetifolium 4 X
Cymodocea rotundata 8 5
5 Thalassia hemprichii 11 X Tidak Ada
Cymodocea rotundata 13 X
Sryngodium isoetifolium 1 X
Dari tabel pengamatan di atas dapat dilihat bahwa
tingkat keberhasilan lamun hasil transplantasi di
pengaruhi oleh faktor-faktor fisik dalam hal ini
sedimentasi berpengaruh langsung terhadap
keberhasilan dan pertumbuhan transplantasi lamun.
A. Kesimpulan
1.Transplantasi lamun yang dilakukan merupakan salah
satu usaha rehabilitasi ekosistem lamun, yang bertujuan
untuk memperbaiki atau mengembalikan habitat lamun
yang mengalami kerusakan.
2. Salah satu metode dalam transplantasi lamun adalah
metode TERFs, yaitu dengan menggunakan frame besi
ukuran 60 x 60 cm dan bibit lamun diikatkan pada frame
besi dengan kertas tissue yang sudah digulung.
3. Metode TERFs bisa digunakan untuk jenis lamun yang
berukuran kecil, seperti Thalassia hemprichii, Cymodocea
rotundata, Sryngodium isoetifolium, Cymodocea serrulata,
dan lain-lain.
4. Untuk lamun jenis Enhalus acoroides, metode yang
digunakan adalah metode Plug.
5. Tingkat keberhasilan dalam kegiatan transplantasi lamun
dapat ditingkatkan dengan pemilihan jenis lamun dan
lokasi yang sesuai secara ilmiah (science-based criteria)
B. Saran
1. Dalam menentukan lokasi transplantasi lamun
hendaknya memperhatikan parameter lingkungan baik
fisika, kimia dan biologi.
2. Dalam menentukan metode harus diperhatikan jenis
lamun yang di transplantasi, dan kondisi alam tempat
melakukan transplantasi.
3. Untuk wilayah pulau Bintan yang memiliki spesies
lamun yang banyak perlu dilakukan rehabilitasi untuk
menjaga kondisi padang lamun agar tetap baik.
4. Setelah melakukan kegiatan transplantasi lamun,
sebaiknya dilakukan pemeliharaan dan pengamatan
untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Selain itu
kondisi sumber bibit (padang lamun donor), diharapkan
dapat pulih kembali.
5. Berbagai pihak yang berkepentingan di wilayah yang
memiliki ekosistem lamun, harus memperhatikan dan
menjaga kondisi ekosistem lamun.
Pergi ke laut mencari ikan
Ikan dicari si anak nelayan
Satu kate hambe ucapkan
Salah khilaf mohon maafkan
REHABILITASI LAMUN DENGAN TRANSPLANTASI

More Related Content

What's hot

Final report eafm_alor_fix 1
Final report eafm_alor_fix 1Final report eafm_alor_fix 1
Final report eafm_alor_fix 1Ed Plaimo
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Teknik Identifikasi dan Pengamatan Karang
Teknik Identifikasi dan Pengamatan KarangTeknik Identifikasi dan Pengamatan Karang
Teknik Identifikasi dan Pengamatan KarangAmos Pangkatana
 
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaVersi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
 
Benthos-LIMNOLOGI
Benthos-LIMNOLOGIBenthos-LIMNOLOGI
Benthos-LIMNOLOGIAji Sanjaya
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangAlfian Muhammad
 
Ekositem pantai berbatu
Ekositem pantai berbatuEkositem pantai berbatu
Ekositem pantai berbatuBasyrowi Arby
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautSiti Sahati
 

What's hot (20)

Final report eafm_alor_fix 1
Final report eafm_alor_fix 1Final report eafm_alor_fix 1
Final report eafm_alor_fix 1
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Pikp module11- manaj perikanan1
Pikp module11- manaj perikanan1Pikp module11- manaj perikanan1
Pikp module11- manaj perikanan1
 
4. Plankton Laut.pptx
4. Plankton Laut.pptx4. Plankton Laut.pptx
4. Plankton Laut.pptx
 
Konservasi laut
Konservasi lautKonservasi laut
Konservasi laut
 
Teknik Identifikasi dan Pengamatan Karang
Teknik Identifikasi dan Pengamatan KarangTeknik Identifikasi dan Pengamatan Karang
Teknik Identifikasi dan Pengamatan Karang
 
Modul Pemetaan Pesisir, Laut, dan Pulau-pulau Kecil
Modul Pemetaan Pesisir, Laut, dan Pulau-pulau Kecil Modul Pemetaan Pesisir, Laut, dan Pulau-pulau Kecil
Modul Pemetaan Pesisir, Laut, dan Pulau-pulau Kecil
 
Mangunharjo Mangrove Resort
Mangunharjo Mangrove ResortMangunharjo Mangrove Resort
Mangunharjo Mangrove Resort
 
Materi Estuari
Materi EstuariMateri Estuari
Materi Estuari
 
Sistem perikanan tangkap
Sistem perikanan tangkapSistem perikanan tangkap
Sistem perikanan tangkap
 
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaVersi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya
 
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan IdentifikasiPengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
 
Benthos-LIMNOLOGI
Benthos-LIMNOLOGIBenthos-LIMNOLOGI
Benthos-LIMNOLOGI
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu Karang
 
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basahPresentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
 
Ekositem pantai berbatu
Ekositem pantai berbatuEkositem pantai berbatu
Ekositem pantai berbatu
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
 
Arus lautan
Arus lautanArus lautan
Arus lautan
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
 
AVERTEBRATA AIR..1.pptx
AVERTEBRATA AIR..1.pptxAVERTEBRATA AIR..1.pptx
AVERTEBRATA AIR..1.pptx
 

Viewers also liked

Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun
Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamunLaporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun
Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamunmuhammad halim
 
Syakhshiyah
SyakhshiyahSyakhshiyah
Syakhshiyahel-hafiy
 
American history
American historyAmerican history
American historyrahellasni
 
siapakah pi??
siapakah pi??siapakah pi??
siapakah pi??Lam RoNna
 
Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23Annik Qurniawati
 
Modul kimia SMP
Modul kimia SMPModul kimia SMP
Modul kimia SMPMs Sinaga
 
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4   penafsiran dalam hukum pidanaBab 4   penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidanaNuelimmanuel22
 
Bab 11 pend. kesehatan
Bab 11 pend. kesehatanBab 11 pend. kesehatan
Bab 11 pend. kesehatanBudi Hermono
 
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarPikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarYosie Andre Victora
 
Pembahasan aliran darah ikan
Pembahasan aliran darah ikanPembahasan aliran darah ikan
Pembahasan aliran darah ikanSilil Inayrus
 
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)Wulung Gono
 
Contoh analisis kurikulum
Contoh analisis kurikulumContoh analisis kurikulum
Contoh analisis kurikulumNakashima Taiki
 
Tata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di PerkotaanTata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di PerkotaanRamadhani Pratama
 
analisis kandungan plastik pada gorengan
analisis kandungan plastik pada gorengananalisis kandungan plastik pada gorengan
analisis kandungan plastik pada gorenganJojo Flower
 
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganMakalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganN Kurniawaty
 
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)Fakhri Cool
 
Microsoft word-teori-asam-basa-garam
Microsoft word-teori-asam-basa-garamMicrosoft word-teori-asam-basa-garam
Microsoft word-teori-asam-basa-garamzidni9
 

Viewers also liked (20)

Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun
Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamunLaporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun
Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun
 
Syakhshiyah
SyakhshiyahSyakhshiyah
Syakhshiyah
 
American history
American historyAmerican history
American history
 
siapakah pi??
siapakah pi??siapakah pi??
siapakah pi??
 
Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23
 
Modul kimia SMP
Modul kimia SMPModul kimia SMP
Modul kimia SMP
 
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4   penafsiran dalam hukum pidanaBab 4   penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidana
 
Bab 11 pend. kesehatan
Bab 11 pend. kesehatanBab 11 pend. kesehatan
Bab 11 pend. kesehatan
 
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarPikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
 
Pembahasan aliran darah ikan
Pembahasan aliran darah ikanPembahasan aliran darah ikan
Pembahasan aliran darah ikan
 
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)
 
TEKNOLOGI PERKANTORAN
TEKNOLOGI PERKANTORANTEKNOLOGI PERKANTORAN
TEKNOLOGI PERKANTORAN
 
Contoh analisis kurikulum
Contoh analisis kurikulumContoh analisis kurikulum
Contoh analisis kurikulum
 
Tata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di PerkotaanTata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
 
analisis kandungan plastik pada gorengan
analisis kandungan plastik pada gorengananalisis kandungan plastik pada gorengan
analisis kandungan plastik pada gorengan
 
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganMakalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
 
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
Homonimi (Al-Musytarak Al-Lafdzi)
 
Kerusakan tanah
Kerusakan tanahKerusakan tanah
Kerusakan tanah
 
Sistem reproduksi
Sistem reproduksiSistem reproduksi
Sistem reproduksi
 
Microsoft word-teori-asam-basa-garam
Microsoft word-teori-asam-basa-garamMicrosoft word-teori-asam-basa-garam
Microsoft word-teori-asam-basa-garam
 

Similar to REHABILITASI LAMUN DENGAN TRANSPLANTASI

PPT PROPOSAL BIOAKUMULASI LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA MANGROVE DI KAWASAN TELU...
PPT PROPOSAL BIOAKUMULASI LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA MANGROVE DI KAWASAN TELU...PPT PROPOSAL BIOAKUMULASI LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA MANGROVE DI KAWASAN TELU...
PPT PROPOSAL BIOAKUMULASI LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA MANGROVE DI KAWASAN TELU...EkaAndiani
 
Pertemuan Keempat | Budidaya Tiram Mutiara| Aspek Budidaya Tiram Mutiara
Pertemuan Keempat | Budidaya Tiram Mutiara| Aspek Budidaya Tiram MutiaraPertemuan Keempat | Budidaya Tiram Mutiara| Aspek Budidaya Tiram Mutiara
Pertemuan Keempat | Budidaya Tiram Mutiara| Aspek Budidaya Tiram MutiaraBudiatman Dani
 
Pertemuan 5 (Manajemen Marikultur).ppt
Pertemuan 5 (Manajemen Marikultur).pptPertemuan 5 (Manajemen Marikultur).ppt
Pertemuan 5 (Manajemen Marikultur).pptmuhammadsahir5
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanPengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanSteven Steven
 
PPT Kelimpahan Gastropoda di Terumbu Karang
PPT Kelimpahan Gastropoda di Terumbu KarangPPT Kelimpahan Gastropoda di Terumbu Karang
PPT Kelimpahan Gastropoda di Terumbu KarangOlan Yusuf
 
Budidaya Rumput Laut.ppt
Budidaya Rumput Laut.pptBudidaya Rumput Laut.ppt
Budidaya Rumput Laut.pptcsxman
 
Budidaya_Rumput_Laut.ppt
Budidaya_Rumput_Laut.pptBudidaya_Rumput_Laut.ppt
Budidaya_Rumput_Laut.pptPrakosoAdi4
 
Teknologi UT padi sawah
Teknologi UT padi sawah Teknologi UT padi sawah
Teknologi UT padi sawah donaldsiltoru
 
laporan praktikum Ekologi perairan di danau
laporan praktikum Ekologi perairan di danaulaporan praktikum Ekologi perairan di danau
laporan praktikum Ekologi perairan di danauHanna Silvia'mick
 
Jurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanJurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanPT. SASA
 
Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2ArVy Diansyah
 
Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008BBAP takalar
 
ppt hubungan serangga dengan jamur tiram
ppt hubungan serangga dengan jamur tiramppt hubungan serangga dengan jamur tiram
ppt hubungan serangga dengan jamur tiramrahmatanislami
 

Similar to REHABILITASI LAMUN DENGAN TRANSPLANTASI (20)

PPT PROPOSAL BIOAKUMULASI LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA MANGROVE DI KAWASAN TELU...
PPT PROPOSAL BIOAKUMULASI LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA MANGROVE DI KAWASAN TELU...PPT PROPOSAL BIOAKUMULASI LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA MANGROVE DI KAWASAN TELU...
PPT PROPOSAL BIOAKUMULASI LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA MANGROVE DI KAWASAN TELU...
 
Pertemuan Keempat | Budidaya Tiram Mutiara| Aspek Budidaya Tiram Mutiara
Pertemuan Keempat | Budidaya Tiram Mutiara| Aspek Budidaya Tiram MutiaraPertemuan Keempat | Budidaya Tiram Mutiara| Aspek Budidaya Tiram Mutiara
Pertemuan Keempat | Budidaya Tiram Mutiara| Aspek Budidaya Tiram Mutiara
 
Hidroponik sederhana
Hidroponik sederhanaHidroponik sederhana
Hidroponik sederhana
 
Pertemuan 5 (Manajemen Marikultur).ppt
Pertemuan 5 (Manajemen Marikultur).pptPertemuan 5 (Manajemen Marikultur).ppt
Pertemuan 5 (Manajemen Marikultur).ppt
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
 
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanPengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
 
Hidroponik sederhana
Hidroponik sederhanaHidroponik sederhana
Hidroponik sederhana
 
budidaya cabai
budidaya cabaibudidaya cabai
budidaya cabai
 
A be829o
A be829oA be829o
A be829o
 
PPT Kelimpahan Gastropoda di Terumbu Karang
PPT Kelimpahan Gastropoda di Terumbu KarangPPT Kelimpahan Gastropoda di Terumbu Karang
PPT Kelimpahan Gastropoda di Terumbu Karang
 
Budidaya Rumput Laut.ppt
Budidaya Rumput Laut.pptBudidaya Rumput Laut.ppt
Budidaya Rumput Laut.ppt
 
Budidaya_Rumput_Laut.ppt
Budidaya_Rumput_Laut.pptBudidaya_Rumput_Laut.ppt
Budidaya_Rumput_Laut.ppt
 
Teknologi UT padi sawah
Teknologi UT padi sawah Teknologi UT padi sawah
Teknologi UT padi sawah
 
laporan praktikum Ekologi perairan di danau
laporan praktikum Ekologi perairan di danaulaporan praktikum Ekologi perairan di danau
laporan praktikum Ekologi perairan di danau
 
Jurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanJurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairan
 
Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008
 
ppt hubungan serangga dengan jamur tiram
ppt hubungan serangga dengan jamur tiramppt hubungan serangga dengan jamur tiram
ppt hubungan serangga dengan jamur tiram
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

REHABILITASI LAMUN DENGAN TRANSPLANTASI

  • 1.
  • 2. A. Latar Belakang Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang sangat produktif dan bersifat dinamik. Faktor- faktor lingkungan yaitu faktor fisik, kimia, dan biologi secara langsung berpengaruh terhadap ekosistem padang lamun. Padang lamun menyediakan habitat bagi banyak hewan laut dan bertindak sebagai penyeimbang substrat, (McKenzie, 2008; Wulandari, dkk, 2013).
  • 3. Melihat kerusakan yang terus terjadi pada padang lamun baik karena aktivitas alami maupun karena aktivitas manusia, maka perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mengembalikan kondisi padang lamun menjadi lebih baik. Salah satu usaha rehabilitasi padang lamun adalah kegiatan transplantasi lamun.
  • 4. B.Tujuan Tujuan dari kegiatan ini untuk mempelajari teknik transplantasi lamun yang dilakukan di Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS) DKI Jakarta. C. Manfaat Manfaat dari kegiatan ini adalah menguasai kemampuan untuk melakukan rehabilitasi lamun dengan salah satu teknik yaitu transplantasi lamun untuk memperbaiki kondisi padang lamun yang mengalami kerusakan atau menciptakan padang lamun baru di lokasi yang belum ditumbuhi lamun.
  • 5. A. Waktu dan Tempat Kegiatan transplantasi lamun ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014, dengan lokasi; pengambilan bibit dilakukan Pulau Panggang bagian selatan dan Pulau Pramuka bagian Utara, sedangkan penanaman lamun di lakukan di Pulau Pramuka bagian Timur.
  • 6. Keterangan : Kotak bewarna hijau yang ditunjukkan anak panah lokasi pengambilan bibit di Pulau Panggang bagian Selatan dan Kotak bewarna kuning yang ditunjukkan anak panah lokasi pengambilan bibit di Pulau Pramuka bagian Utara. Peta lokasi pengambilan bibit lamun
  • 7. Peta Lokasi Transplantasi lamun Keterangan : Kotak bewarna merah yang ditunjukkan anak panah adalah lokasi transplantasi lamun di Pulau Pramuka bagian Timur.
  • 9. B. Alat dan Bahan NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN 1 Alat Snorkling 5 buah Digunakan untuk mengambil bibit dan mengembalikan bibit di perairan 2 Kapal 1 buah Alat transportasi 3 Kamera under water 1 buah Untuk dokumentasi selama kegiatan transplantasi lamun 4 GPS 1 buah Untuk menentukan titik koordinat 5 Frame 5 buah Media untuk transplantasi lamun 6 pH meter 1 buah Alat ukur pH dan suhu 7 Refraktometer 1 buah Alat ukur salinitas 8 Linggis 1 buah Digunakan untuk mengambil bibit 9 Sepatu boot 2 buah Pelindung kaki selama transplantasi lamun 10 Box 1 buah Untuk meletakkan bibit lamun yang baru diambil 11 Kertas tisu 150 buah Untuk mengikat bibit lamun ke frame 12 Gunting 2 buah Untuk memotong benih 13 Alat tulis 1 buah Mencatat proses selama kegiatan 14 Bibit lamun 125 buah Objek penanaman
  • 10. 1. Pemilihan Lokasi Transplantasi Pemilihan lokasi kegiatan untuk melakukan transplantasi lamun mengikuti cara yang di jelaskan oleh F.T. Short et all, (2002); BTNKpS (2006) dengan sedikit perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi lokasi yang akan di lakukan transplantasi. Informasi tentang karakteristik padang lamun yang ada / sumber bibit (reference sites) pada lokasi yang akan dilakukan transplantasi diambil untuk perhitungan indeks kesesuaian lokasi penanaman atau preliminary transplant suitability index (PTSI) dan memilih proritasnya. C.Prosedur Kerja
  • 11. 2. Pemilihan Jenis Lamun Pemilihan jenis lamun yang akan dijadikan bibit dalam kegiatan transplantasi lamun didasarkan pada jenis-jenis yang secara alami tumbuh dominan dan merupakan jenis pioner di kawasan yang akan dilakukan transplantasi. 3. Pemilihan Metode Penanaman Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan transplantasi lamun ini adalah metode TERFs. TERFs adalah unit penanaman lamun berupa tunas muda yang diikatkan pada frame besi ( TERFs frame ). Pada metode ini tunas lamun yang muda diikatkan pada frame besi dengan menggunakan material yang mudah larut seperti kertas tissue
  • 12. 4. Teknik Pengambilan Bibit Pengambilan Bibit Lamun dengan Menggunakan Linggis (difungsikan sebagai pembuat cekungan pada subtrat disekitar bibit lamun), adapun caranya sebagai berikut : 1.Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang tinggi ( banyak ). 2. Linggis yang telah disiapkan ditusuk-tusuk kedalam subtrat sampai lamun terlepas dengan akar-akarnya. 3. Bersihkan pasir (subtrat) yang melekat di akar-akar lamun dengan cara dikipas. 4. Pilih lamun yang akan dijadikan cikal bakal bibit. 5. Masukkan bibit yang telah dipilih kedalam box berisi air dan hindari kontak langsung dengan matahari agar bibit lamun tidak mudah layu (waktu toleransi dari bibit lamun di dalam box yang berisi air asin paling lama 2 jam dengan keadaan terlindung dari sinar matahari langsung).
  • 13. Pengambilan Bibit Lamun dengan Menggunakan Kipas Plastik (difungsikan untuk menyingkirkan subtrat disekitar bibit lamun), adapun caranya sebagai berikut : 1. Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang tinggi ( banyak ). 2. Kipas plastik yang telah disiapkan selanjutnya dikipas-kipas di sekitar akar lamun, sampai tunas baru muncul atau kelihatan. 3. Tunas baru yang muncul atau kelihatan selanjutnya di ambil. 4. Pilih lamun yang akan dijadikan cikal bakal bibit. 5. Masukkan bibit yang telah dipilih kedalam box berisi air dan hindari kontak langsung dengan matahari agar bibit lamun tidak mudah layu (waktu toleransi dari bibit lamun di dalam box yang berisi air asin paling lama 2 jam dengan keadaan terlindung dari sinar matahari langsung).
  • 14. 5. Teknik Penanaman dengan Metode TERFs. 1. Siapkan frame besi / kawat ukuran 60 cm X 60 cm dan tisu pengikat yang telah digulung usahakan kedua alat ini jangan sampai basah. 2. Benih yang telah ada, dipotong pada rimpangnya minimal memilki dua tunas muda. 3. Benih yang telah dipotong diikat pada frame dengan menggunakan tisu dengan cara disimpul. 4. Jumlah bibit lamun 5 buah tiap barisnya jadi, satu frame diisi 25 buah bibit lamun. 5. Setelah proses pengikatan selesai frame dan bibit siap untuk ditanam dengan cara membalikkan frame dan selanjutnya diletakkan diatas subtrat dengan sedikit tekanan sehingga frame besi/kawat bagian bawah dapat masuk beberapa centimeter ke dalam subtrat.
  • 15. Kerapatan penanaman lamun dengan metode frame Keterangan : Kotak hitam adalah bibit yang akan di tanam dan diikatkan dengan tisu yang telah digulung dengan jarak tanam 15 cm. 15cm15cm15cm15cm 15 cm 15 cm 15 cm 15 cm
  • 16. A. Pengukuran Parameter Lingkungan Tabel hasil pengukuran kondisi fisik lingkungan pada lokasi transplantasi lamun. Melihat dari data hasil pengukuran parameter fisik lingkungan diatas maka bisa dikatakan lokasi Pulau Pramuka bagian Timur sangat baik untuk dilakukan kegiatan transplantasi lamun karena kondisi fisik perairannya sangat mendukung untuk pertumbuhan lamun No Lokasi Suhu (oC) Salinitas (0/00) pH Jenis Subtrat Arus (m/s) 1 Pulau Pramuka bagian Timur 28,7 35 7,6 Pasir kasar 0,5
  • 17. B. Teknis Pemilihan Lokasi Transplantasi Penentuan lokasi penanaman lamun dengan menggunakan perhitungan indeks kesesuaian lokasi penanaman / Preliminary Transplant Suitability Index (PTSI). Hasil pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada masing- masing lokasi dan diberikan score. Nilai 0, 1, dan 2 menunjukkan kualitas dari setiap parameter yang di ukur. Score PTSI dijumlahkan pada seluruh parameter. Nilai 0 untuk beberapa parameter membuat score keseluruhan menjadi 0 dan mengeliminasi lokasi tersebut dari proritas. Nilai score yang tinggi menunjukkan kemungkinan sangat besar untuk keberhasilan transplantasi lamun
  • 18. Tabel nilai / score Indeks Kesesuaian Lokasi Penanaman (PTSI, Preliminary Transplant Suitability Index) lokasi transplantasi lamun. No Parameter Score 1 Keberadaan lamun 2 (dua) 2 Jarak dengan padang lamun yang ada 2 (dua) 3 Kejernihan perairan 1 (satu) 4 Ukuran partikel dasar 1 (satu) 5 Kedalaman 1 (satu) 6 Sedimen 1 (satu) 7 Salinitas 2 (dua) 8 Suhu 2 (dua) 9 Derajat keasaman (pH) 2 (dua) 10 Arus / Gelombang 1 (satu) Jumlah 15 (lima belas)
  • 19. Tabel nilai / score Indeks Kesesuaian Lokasi Penanaman (PTSI, Preliminary Transplant Suitability Index) lokasi transplantasi lamun menunjukkan lokasi yang dipilih sangat baik , karena parameter – parameter lingkungan yang diukur sangat mendukung untuk dilakukan kegiatan transplantasi lamun.
  • 20. C. Pengamatan Lamun Hasil Transplantasi. Hasil Pengamatan Pertama Lokasi : Pulau Pramuka Suhu : 29,9 o C pH : 7,6 Salinitas : 35 0/00
  • 21. Frame Jenis Lamun Kondisi 1 Hidup Mati Tingkat Sedimentasi Thalassia hemprichii 15 X Rendah Cymodocea rotundata 10 X 2 Thalassia hemprichii 17 X Rendah Cymodocea rotundata 8 X 3 Cymodocea rotundata 11 X Rendah Thalassia hemprichii 9 X Sryngodium isoetifolium 5 X 4 Thalassia hemprichii 8 X Sedang Sryngodium isoetifolium 4 X Cymodocea rotundata 13 X 5 Thalassia hemprichii 11 X Tidak Ada Cymodocea rotundata 13 X Sryngodium isoetifolium 1 X
  • 22. Hasil Pengamatan Kedua Lokasi : Pulau Pramuka Suhu : 27,5 o C pH : 7,58 Salinitas : 36 o/oo
  • 23. Frame Jenis Lamun Kondisi 1 Hidup Mati Tingkat Sedimentasi Thalassia hemprichii 13 2 Tinggi Cymodocea rotundata 2 8 2 Thalassia hemprichii 14 3 Sedang Cymodocea rotundata 6 2 3 Cymodocea rotundata 6 2 Rendah Thalassia hemprichii 11 1 Sryngodium isoetifolium 4 1 4 Thalassia hemprichii 8 X Rendah Sryngodium isoetifolium 4 X Cymodocea rotundata 8 5 5 Thalassia hemprichii 11 X Tidak Ada Cymodocea rotundata 13 X Sryngodium isoetifolium 1 X
  • 24. Dari tabel pengamatan di atas dapat dilihat bahwa tingkat keberhasilan lamun hasil transplantasi di pengaruhi oleh faktor-faktor fisik dalam hal ini sedimentasi berpengaruh langsung terhadap keberhasilan dan pertumbuhan transplantasi lamun.
  • 25. A. Kesimpulan 1.Transplantasi lamun yang dilakukan merupakan salah satu usaha rehabilitasi ekosistem lamun, yang bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan habitat lamun yang mengalami kerusakan. 2. Salah satu metode dalam transplantasi lamun adalah metode TERFs, yaitu dengan menggunakan frame besi ukuran 60 x 60 cm dan bibit lamun diikatkan pada frame besi dengan kertas tissue yang sudah digulung.
  • 26. 3. Metode TERFs bisa digunakan untuk jenis lamun yang berukuran kecil, seperti Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Sryngodium isoetifolium, Cymodocea serrulata, dan lain-lain. 4. Untuk lamun jenis Enhalus acoroides, metode yang digunakan adalah metode Plug. 5. Tingkat keberhasilan dalam kegiatan transplantasi lamun dapat ditingkatkan dengan pemilihan jenis lamun dan lokasi yang sesuai secara ilmiah (science-based criteria)
  • 27. B. Saran 1. Dalam menentukan lokasi transplantasi lamun hendaknya memperhatikan parameter lingkungan baik fisika, kimia dan biologi. 2. Dalam menentukan metode harus diperhatikan jenis lamun yang di transplantasi, dan kondisi alam tempat melakukan transplantasi. 3. Untuk wilayah pulau Bintan yang memiliki spesies lamun yang banyak perlu dilakukan rehabilitasi untuk menjaga kondisi padang lamun agar tetap baik.
  • 28. 4. Setelah melakukan kegiatan transplantasi lamun, sebaiknya dilakukan pemeliharaan dan pengamatan untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Selain itu kondisi sumber bibit (padang lamun donor), diharapkan dapat pulih kembali. 5. Berbagai pihak yang berkepentingan di wilayah yang memiliki ekosistem lamun, harus memperhatikan dan menjaga kondisi ekosistem lamun.
  • 29. Pergi ke laut mencari ikan Ikan dicari si anak nelayan Satu kate hambe ucapkan Salah khilaf mohon maafkan