2. A. Latar Belakang
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir
yang sangat produktif dan bersifat dinamik. Faktor-
faktor lingkungan yaitu faktor fisik, kimia, dan biologi
secara langsung berpengaruh terhadap ekosistem
padang lamun. Padang lamun menyediakan habitat
bagi banyak hewan laut dan bertindak sebagai
penyeimbang substrat, (McKenzie, 2008; Wulandari,
dkk, 2013).
3. Melihat kerusakan yang terus terjadi pada padang
lamun baik karena aktivitas alami maupun karena
aktivitas manusia, maka perlu dilakukan usaha
rehabilitasi untuk mengembalikan kondisi padang
lamun menjadi lebih baik. Salah satu usaha rehabilitasi
padang lamun adalah kegiatan transplantasi lamun.
4. B.Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini untuk mempelajari teknik
transplantasi lamun yang dilakukan di Balai Taman
Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS) DKI Jakarta.
C. Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini adalah menguasai
kemampuan untuk melakukan rehabilitasi lamun
dengan salah satu teknik yaitu transplantasi lamun
untuk memperbaiki kondisi padang lamun yang
mengalami kerusakan atau menciptakan padang
lamun baru di lokasi yang belum ditumbuhi lamun.
5. A. Waktu dan Tempat
Kegiatan transplantasi lamun ini dilaksanakan pada
bulan Agustus 2014, dengan lokasi; pengambilan bibit
dilakukan Pulau Panggang bagian selatan dan Pulau
Pramuka bagian Utara, sedangkan penanaman lamun
di lakukan di Pulau Pramuka bagian Timur.
6. Keterangan : Kotak bewarna hijau yang ditunjukkan
anak panah lokasi pengambilan bibit di Pulau
Panggang bagian Selatan dan Kotak bewarna kuning
yang ditunjukkan anak panah lokasi pengambilan
bibit di Pulau Pramuka bagian Utara.
Peta lokasi pengambilan bibit lamun
7. Peta Lokasi Transplantasi lamun
Keterangan : Kotak bewarna merah yang ditunjukkan anak
panah adalah lokasi transplantasi lamun di Pulau Pramuka
bagian Timur.
9. B. Alat dan Bahan
NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN
1 Alat Snorkling 5 buah Digunakan untuk mengambil bibit dan mengembalikan bibit di perairan
2 Kapal 1 buah Alat transportasi
3 Kamera under water 1 buah Untuk dokumentasi selama kegiatan transplantasi lamun
4 GPS 1 buah Untuk menentukan titik koordinat
5 Frame 5 buah Media untuk transplantasi lamun
6 pH meter 1 buah Alat ukur pH dan suhu
7 Refraktometer 1 buah Alat ukur salinitas
8 Linggis 1 buah Digunakan untuk mengambil bibit
9 Sepatu boot 2 buah Pelindung kaki selama transplantasi lamun
10 Box 1 buah Untuk meletakkan bibit lamun yang baru diambil
11 Kertas tisu 150 buah Untuk mengikat bibit lamun ke frame
12 Gunting 2 buah Untuk memotong benih
13 Alat tulis 1 buah Mencatat proses selama kegiatan
14 Bibit lamun 125 buah Objek penanaman
10. 1. Pemilihan Lokasi Transplantasi
Pemilihan lokasi kegiatan untuk melakukan
transplantasi lamun mengikuti cara yang di jelaskan
oleh F.T. Short et all, (2002); BTNKpS (2006) dengan
sedikit perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi
lokasi yang akan di lakukan transplantasi. Informasi
tentang karakteristik padang lamun yang ada / sumber
bibit (reference sites) pada lokasi yang akan dilakukan
transplantasi diambil untuk perhitungan indeks
kesesuaian lokasi penanaman atau preliminary
transplant suitability index (PTSI) dan memilih
proritasnya.
C.Prosedur Kerja
11. 2. Pemilihan Jenis Lamun
Pemilihan jenis lamun yang akan dijadikan bibit dalam
kegiatan transplantasi lamun didasarkan pada jenis-jenis yang
secara alami tumbuh dominan dan merupakan jenis pioner di
kawasan yang akan dilakukan transplantasi.
3. Pemilihan Metode Penanaman
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
transplantasi lamun ini adalah metode TERFs. TERFs adalah
unit penanaman lamun berupa tunas muda yang diikatkan
pada frame besi ( TERFs frame ). Pada metode ini tunas
lamun yang muda diikatkan pada frame besi dengan
menggunakan material yang mudah larut seperti kertas tissue
12. 4. Teknik Pengambilan Bibit
Pengambilan Bibit Lamun dengan Menggunakan Linggis
(difungsikan sebagai pembuat cekungan pada subtrat disekitar
bibit lamun), adapun caranya sebagai berikut :
1.Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang tinggi (
banyak ).
2. Linggis yang telah disiapkan ditusuk-tusuk kedalam subtrat
sampai lamun terlepas dengan akar-akarnya.
3. Bersihkan pasir (subtrat) yang melekat di akar-akar lamun
dengan cara dikipas.
4. Pilih lamun yang akan dijadikan cikal bakal bibit.
5. Masukkan bibit yang telah dipilih kedalam box berisi air dan
hindari kontak langsung dengan matahari agar bibit lamun tidak
mudah layu (waktu toleransi dari bibit lamun di dalam box yang
berisi air asin paling lama 2 jam dengan keadaan terlindung dari
sinar matahari langsung).
13. Pengambilan Bibit Lamun dengan Menggunakan Kipas Plastik
(difungsikan untuk menyingkirkan subtrat disekitar bibit
lamun), adapun caranya sebagai berikut :
1. Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang
tinggi ( banyak ).
2. Kipas plastik yang telah disiapkan selanjutnya dikipas-kipas
di sekitar akar lamun, sampai tunas baru muncul atau
kelihatan.
3. Tunas baru yang muncul atau kelihatan selanjutnya di ambil.
4. Pilih lamun yang akan dijadikan cikal bakal bibit.
5. Masukkan bibit yang telah dipilih kedalam box berisi air dan
hindari kontak langsung dengan matahari agar bibit lamun
tidak mudah layu (waktu toleransi dari bibit lamun di dalam
box yang berisi air asin paling lama 2 jam dengan keadaan
terlindung dari sinar matahari langsung).
14. 5. Teknik Penanaman dengan Metode TERFs.
1. Siapkan frame besi / kawat ukuran 60 cm X 60 cm dan tisu
pengikat yang telah digulung usahakan kedua alat ini jangan
sampai basah.
2. Benih yang telah ada, dipotong pada rimpangnya minimal
memilki dua tunas muda.
3. Benih yang telah dipotong diikat pada frame dengan
menggunakan tisu dengan cara disimpul.
4. Jumlah bibit lamun 5 buah tiap barisnya jadi, satu frame diisi
25 buah bibit lamun.
5. Setelah proses pengikatan selesai frame dan bibit siap untuk
ditanam dengan cara membalikkan frame dan selanjutnya
diletakkan diatas subtrat dengan sedikit tekanan sehingga frame
besi/kawat bagian bawah dapat masuk beberapa centimeter ke
dalam subtrat.
15. Kerapatan penanaman lamun dengan metode frame
Keterangan : Kotak hitam adalah bibit yang akan di tanam
dan diikatkan dengan tisu yang telah digulung dengan jarak
tanam 15 cm.
15cm15cm15cm15cm
15 cm 15 cm 15 cm 15 cm
16. A. Pengukuran Parameter Lingkungan
Tabel hasil pengukuran kondisi fisik lingkungan pada lokasi
transplantasi lamun.
Melihat dari data hasil pengukuran parameter fisik lingkungan
diatas maka bisa dikatakan lokasi Pulau Pramuka bagian Timur
sangat baik untuk dilakukan kegiatan transplantasi lamun
karena kondisi fisik perairannya sangat mendukung untuk
pertumbuhan lamun
No Lokasi Suhu (oC) Salinitas (0/00) pH Jenis Subtrat Arus (m/s)
1 Pulau Pramuka bagian
Timur
28,7 35 7,6 Pasir kasar 0,5
17. B. Teknis Pemilihan Lokasi Transplantasi
Penentuan lokasi penanaman lamun dengan menggunakan
perhitungan indeks kesesuaian lokasi penanaman /
Preliminary Transplant Suitability Index (PTSI). Hasil
pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada masing-
masing lokasi dan diberikan score. Nilai 0, 1, dan 2
menunjukkan kualitas dari setiap parameter yang di ukur.
Score PTSI dijumlahkan pada seluruh parameter. Nilai 0
untuk beberapa parameter membuat score keseluruhan
menjadi 0 dan mengeliminasi lokasi tersebut dari proritas.
Nilai score yang tinggi menunjukkan kemungkinan sangat
besar untuk keberhasilan transplantasi lamun
18. Tabel nilai / score Indeks Kesesuaian Lokasi
Penanaman (PTSI, Preliminary Transplant
Suitability Index) lokasi transplantasi lamun.
No Parameter Score
1 Keberadaan lamun 2 (dua)
2 Jarak dengan padang lamun yang ada 2 (dua)
3 Kejernihan perairan 1 (satu)
4 Ukuran partikel dasar 1 (satu)
5 Kedalaman 1 (satu)
6 Sedimen 1 (satu)
7 Salinitas 2 (dua)
8 Suhu 2 (dua)
9 Derajat keasaman (pH) 2 (dua)
10 Arus / Gelombang 1 (satu)
Jumlah 15 (lima belas)
19. Tabel nilai / score Indeks Kesesuaian Lokasi
Penanaman (PTSI, Preliminary Transplant
Suitability Index) lokasi transplantasi lamun
menunjukkan lokasi yang dipilih sangat baik ,
karena parameter – parameter lingkungan yang
diukur sangat mendukung untuk dilakukan kegiatan
transplantasi lamun.
20. C. Pengamatan Lamun Hasil Transplantasi.
Hasil Pengamatan Pertama
Lokasi : Pulau Pramuka
Suhu : 29,9 o C
pH : 7,6
Salinitas : 35 0/00
21. Frame Jenis Lamun Kondisi
1 Hidup Mati Tingkat Sedimentasi
Thalassia hemprichii 15 X Rendah
Cymodocea rotundata 10 X
2
Thalassia hemprichii
17 X Rendah
Cymodocea rotundata 8 X
3 Cymodocea rotundata 11 X Rendah
Thalassia hemprichii 9 X
Sryngodium isoetifolium 5 X
4 Thalassia hemprichii 8 X Sedang
Sryngodium isoetifolium 4 X
Cymodocea rotundata 13 X
5 Thalassia hemprichii 11 X Tidak Ada
Cymodocea rotundata 13 X
Sryngodium isoetifolium 1 X
23. Frame Jenis Lamun Kondisi
1 Hidup Mati Tingkat Sedimentasi
Thalassia hemprichii 13 2 Tinggi
Cymodocea rotundata 2 8
2
Thalassia hemprichii
14 3 Sedang
Cymodocea rotundata 6 2
3 Cymodocea rotundata 6 2 Rendah
Thalassia hemprichii 11 1
Sryngodium isoetifolium 4 1
4 Thalassia hemprichii 8 X Rendah
Sryngodium isoetifolium 4 X
Cymodocea rotundata 8 5
5 Thalassia hemprichii 11 X Tidak Ada
Cymodocea rotundata 13 X
Sryngodium isoetifolium 1 X
24. Dari tabel pengamatan di atas dapat dilihat bahwa
tingkat keberhasilan lamun hasil transplantasi di
pengaruhi oleh faktor-faktor fisik dalam hal ini
sedimentasi berpengaruh langsung terhadap
keberhasilan dan pertumbuhan transplantasi lamun.
25. A. Kesimpulan
1.Transplantasi lamun yang dilakukan merupakan salah
satu usaha rehabilitasi ekosistem lamun, yang bertujuan
untuk memperbaiki atau mengembalikan habitat lamun
yang mengalami kerusakan.
2. Salah satu metode dalam transplantasi lamun adalah
metode TERFs, yaitu dengan menggunakan frame besi
ukuran 60 x 60 cm dan bibit lamun diikatkan pada frame
besi dengan kertas tissue yang sudah digulung.
26. 3. Metode TERFs bisa digunakan untuk jenis lamun yang
berukuran kecil, seperti Thalassia hemprichii, Cymodocea
rotundata, Sryngodium isoetifolium, Cymodocea serrulata,
dan lain-lain.
4. Untuk lamun jenis Enhalus acoroides, metode yang
digunakan adalah metode Plug.
5. Tingkat keberhasilan dalam kegiatan transplantasi lamun
dapat ditingkatkan dengan pemilihan jenis lamun dan
lokasi yang sesuai secara ilmiah (science-based criteria)
27. B. Saran
1. Dalam menentukan lokasi transplantasi lamun
hendaknya memperhatikan parameter lingkungan baik
fisika, kimia dan biologi.
2. Dalam menentukan metode harus diperhatikan jenis
lamun yang di transplantasi, dan kondisi alam tempat
melakukan transplantasi.
3. Untuk wilayah pulau Bintan yang memiliki spesies
lamun yang banyak perlu dilakukan rehabilitasi untuk
menjaga kondisi padang lamun agar tetap baik.
28. 4. Setelah melakukan kegiatan transplantasi lamun,
sebaiknya dilakukan pemeliharaan dan pengamatan
untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Selain itu
kondisi sumber bibit (padang lamun donor), diharapkan
dapat pulih kembali.
5. Berbagai pihak yang berkepentingan di wilayah yang
memiliki ekosistem lamun, harus memperhatikan dan
menjaga kondisi ekosistem lamun.
29. Pergi ke laut mencari ikan
Ikan dicari si anak nelayan
Satu kate hambe ucapkan
Salah khilaf mohon maafkan