SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
T E K N O L O G I
USAHATANI PADI SAWAH
SPESIFIK LOKASI JAWA TIMUR
Sri Yuniastuti, Tri Sudaryono dan Nugroho
Target produksi padi terus meningkat
Peningkatan provitas melandai
Ancaman dampak negatif anomali iklim
1
2
3
4
Terjadi penyusutan areal sawah
setiap tahun
PENDAHULUAN
SOLUSI penerapan PTT, mengintegrasikan
komponen yang terlibat dalam sistem produksi
5
KOMPONEN PENGUNGKIT
1. PENGGUNAAN VUB
2. PENGATURAN POPULASI TANAMAN
3. PEMUPUKAN BERIMBANG (PHSL)
4. KECUKUPAN AIR
5. PHT
VUB merupakan inovasi yang menonjol untuk
meningkatkan produktivitas dan paling mudah diadopsi
petani karena teknologi ini murah dan penggunaannya
sangat praktis.
VUB POTENSI HASIL TINGGI
Pemilihan varietas didasarkan :
1. Target produksi (provitas dan mutu produk)
2. Tinggi tempat: dataran rendah, sedang, tinggi.
3. Lingkungan tumbuh :
Ketersediaan air (banjir, kekeringan)
Kondisi hama dan penyakit utama (aman, endemis)
Status hara makro dan mikro (suboptimal, optimal).
Karakteristik Varietas Potensi
hasil (t/ha)
Rata-rata
hasil (t/ha)
Potensi hasil tinggi Inpari (1, 6, 8, 9, 18, 19, Sidenuk, 23, 25, 28, 29, 30, 33) 9,0 – 12,0 6,3 – 7,3
Toleran naungan Limboto, Way Rarem, Inpago 5 4,0 – 6,0 3,0 – 4,0
Mutu beras Aromatik Situpatenggang, Sintanur, HIPA 5 6,0 – 8,4 4,6 – 7,3
Beras kristal Memberamo, Inpari 9 7,5 – 9,3 6,4 – 6,5
Beras merah Inpari 24 7,7 6,7
Nasi sangat pulen Sintanur, Memberamo, Inpari (6 dan 23) 7,0 – 9,2 6,0 – 6,9
Umur sangat genjah (100-105 HSS) Inpari (1, 11, 12, 13, 18, 19 dan 20) 8,0 – 10,0 6,2 – 7,3
Umur genjah (106-125 HSS) IR 64, Ciherang, Cimelati, Mekongga, Hipa 6 Jete 6,0 – 10,6 5,0 – 7,4
Ditanam musim hujan Mekongga, Way Apoburu, Ciherang,Inpari(4 dan 17) 7,9 – 8,8 5,5 – 6,2
Ditanam musim kemarau Memberamo, Ciherang, Cibogo, Way Apo Buru,
Mekongga, Inpari (6, 7 dan 10)
7,0 – 8,6 4,8 – 7,0
Dataran rendah Ciherang, Mekongga, Inpari 1 - 35 7,0 – 10,0 4,8 – 7,3
Dataran tinggi Inpari 26, 27, 28 5,7 – 6,6 7,6 – 9,5
Toleran kekeringan Padi gogo (Silugonggo, Situ Bagendit, Batutegi,
Limboto, Inpago 6); Inpari (1, 10, 11, 12 dan 13)
5,5 – 6,0
7,0 – 10,0
3,9 – 4,5
4,8 – 7,3
Toleran rendaman/ banjir Inpara (4 dan 5), Inpari (29 dan 30) 7,2 – 9,6 4,5 – 7,2
Toleran salinitas Inpari (34 dan 35), Inpari Unsoed 79, Margasari,
Dendang, Lambur, Martapura, Batanghari, Indragiri,
Air Tenggulang dan Banyuasin
5,0 – 8,3 4,0 – 5,3
Agak toleran wereng coklat Mekongga, Memberamo, Digul, Way Apo Buru, Inpari
(2, 3, 4, 6, 13, 16, 18, 19, 21, 33 dan 43)
7,0 – 9,8 5,0 – 7,0
Toleran hawar daun bakteri Conde, Angke, Inpari (1, 4, 6, 11, 18, 19, 20 dan 32) 7,5 – 10,0 6,0 – 7,3
Toleran tungro Memberamo, Kalimas, Bondoyudo, Tukad Petanu,
Tukad Unda, Inpari (7, 8 dan 9)
7,0 – 9,9 4,0 – 6,5
Toleran blast Batang Piaman, Situ Patenggang, Limboto, Danau
Gaung, Batutegi, Inpari (11, 16, 17 dan 20)
5,5 – 9,0 3,0 – 6,5
No Kabupaten VUB yang adaptif
Tahun 2010
1 Bojonegoro Inpari 1, 2, 4, 6, 7, 8, 10, 13
2 Gresik Inpari 1, 10
3 Kediri Inpari 6
4 Lumajang Inpari 5, 10
5 Madiun Inpari 10
6 Magetan Inpari 1, 4, 7, 8, 10
7 Malang Inpari 1, 4, 7, 8, 10
8 Mojokerto Inpari 13
9 Nganjuk Inpari 6, 8, 10
10 Ngawi Inpari 1, 4, 7, 8, 10, 13
11 Pacitan Inpari 1, 4, 7, 10
12 Pasuruan Inpari 1, 10
13 Ponorogo Inpari 5, 13
14 Probolinggo Inpari 1, 2, 4, 6, 13
15 Situbondo Inpari 13
16 Trenggalek Inpari 5, 13
No Kabupaten VUB yang adaptif
Tahun 2013
1 Banyuwangi Inpari 14, 16, 18, 19, Hipa Jatim 2
2 Blitar Inpari 10, 14, 18, 19, Hipa Jatim 2
3 Bojonegoro Inpari 16, 19, Hipa Jatim 1
4 Bondowoso Inpari 14, 16, 18, 19, Hipa Jatim 2
5 Jember Inpari 14, 19
6 Kediri Inpari 10, 14, 18, 19, 20, Hipa Jatim 2
7 Lamongan Inpari 16
8 Lumajang Inpari 10
9 Madiun Inpari 14
10 Magetan Inpari 10
11 Malang Inpari 10, 14, 16, 18, 19, 20, Hipa Jatim 1, 2
12 Ngawi Inpari 14, 18, 19, Hipa Jatim 2
13 Pacitan Hipa Jatim 1
14 Probolinggo Inpari 19, 20, Hipa Jatim 2
15 Sidoarjo Inpari 14
16 Situbondo Inpari 14, 18, 19, 20
17 Sumenep Inpari 16, 20, Hipa Jatim 2
18 Tuban Inpari 14, 19, Hipa Jatim 2
Hasil Display VUB Yang Adaptif Di Jawa Timur, Pada MK 1 Tahun 2010 Dan Tahun 2013
PENYIAPAN LAHAN
- Penggenangan + bahan organik minimal 1 t/ha
- Perbaikan pematang
- Pada tanah berat dibajak - digaru
- Pada tanah dengan kedalaman lumpur lebih dari 30 cm
diglebeg/dirotari - digaru.
- Selesai dibajak digenangi 5-7 hari
- Genangan dikurangi ketika akan digaru
- Penggaruan dilakukan berulang-ulang supaya sisa-sisa
rumput terbenam, pupuk dasar merata, pelumpuran
tanah menjadi lebih sempurna dan mengurangi
perembesan air ke bawah
PENYIAPAN BENIH DAN BIBIT SEHAT
• Area pesemaian 300-500 m2/ha (3-5%), tanah
subur,
• Lokasi terbuka, hindarkan dekat lampu, dekat
sumber air
• Daerah endemis WBC, benih dicampur
insektisida fipronil sebelum ditabur, endemis
penggerek batang dan tungro pesemaian ditaburi
karbofuran 20 g bahan/10 m2
• Kebutuhan benih sekitar 30 kg/ha
• Dipupuk 200 g Urea;100 g SP-36; 60 g KCl/10 m2
• Umur bibit 18-21 hari
Modifikasi pesemaian basah dengan alas dan penutup
karung sak untuk mempercepat pertumbuhan bibit,
menghindari terpaan air hujan dan serangan OPT
terutama hama tikus dan penggerek batang
PESEMAIAN DAPOG
1. Menggunakan kotak dari plastic atau kayu
2. Khusus untuk penanaman secara mekanis
3. Ukuran dapok 30 x 60 x 3 cm (disesuaikan
dengan merek dan tipe Rice Transplanter)
4. Media, campuran tanah dan pupuk organic 1:1
5. Kotak persemaian diberi alas kertas koran, benih disebar sekitar 100 g/dapog
6. Bibit siap tanam setelah 15-18 HSS
Penanaman dengan
rice transplanter :
 Mengatasi kelangkaan tenaga kerja
 Mempercepat keserentakan tanam
 Menghemat biaya tanam
 Rekayasa teknologi untuk mengkondisikan tanaman berada di pinggir.
 Tanaman berselang-seling, dua baris tanaman dan satu baris kosong
atau yang disebut dengan jajar legowo 2 : 1.
 Meningkatkan populasi tanaman.
 Memudahkan pemeliharaan tanaman.
SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
50 cm
25 cm 25 cm
12,5 cm
REKAYASA TEKNIS TEGEL - LEGOWO 2 : 1
TEKNIK PENANAMAN JAJAR LEGOWO 2 : 1
 Perlu kecermatan dan keseriusan bagi regu tanam.
 Diperlukan alat bantu antara lain blak, garetan, tali
penanda, ATAJALE sesuai jarak tanam.
 Lahan diolah secara intensif dan diamkan l sehari
semalam sebelum tanam.
KEUNTUNGAN JAJAR LEGOWO
1. Memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun padi
sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak
pada peningkatan produktivitas tanaman.
2. Memudahkan pengelolaan tanaman (pemupukan susulan,
penyiangan, pengendalian OPT).
3. Peningkatan populasi tanaman sekitar 30 %, berpeluang untuk
meningkatkan provitas hingga 10 - 15%.
4. Berpeluang bagi pengembangan sistem produksi
padi - ikan (mina padi).
PENANAM 1 PENANAM 2 PENANAM 3
POSISI DAN PERGERAKAN REGU TANAM
PEMUPUKAN BERIMBANG
( PHSL, Berimbang, Rasional Spesifik Lokasi )
• Memberikan pupuk (jenis dan dosis) sesuai
kebutuhan tanah dan tanaman untuk meningkatkan
produksi dan kualitas hasil
• Biaya dapat dihemat tanpa mengurangi hasil
• Mengurangi dampak negatif pupuk kimia
• Menjaga keseimbangan unsur hara dalam tanah
• Agar penerapan tepat, perlu dilakukan analisis
tanah guna mengetahui status hara tanah
Rekomendasi pemupukan P dan K berdasarkan hasil pengukuran PUTS
Rekomendasi pupuk P
(kg P2O5/ha)
STATUS P
Rendah Sedang Tinggi
36 27 18
Rekomendasi pupuk K
(kg K2O/ha)
STATUS K
Rendah Sedang Tinggi
Tanpa Jerami 60 30 30
Pupuk 5 t/ha jerami 30 0 0
Pembacaan BWD
Target hasil (GKG)
7 t/ha 8 t/ha 9 t/ha
Dosis pupuk Urea (kg/ha)
Pemupukan N ke 2 (umur 21-28 hari)
BWD < 3,0 125 150 175
BWD = 3,5 100 125 150
BWD > 4,0 50 50 75
Pemupukan N ke 3 (umur 35-45 hari)
BWD < 3,0 125 150 175
BWD = 3,5 100 125 150
BWD > 4,0 50 50 75
Rekomendasi pemupukan N berdasarkan target hasil dan pembacaan BWD
• Pemupukan I diicir pada baris sempit
• Pemupukan II diicir pada baris lebar
Pengamatan warna daun
dengan BWD
KECUKUPAN AIR
• Menghemat air irigasi sehingga areal tanam lebih luas.
• Akar mendapatkan udara lebih banyak sehingga
berkembang lebih baik, merangsang anakan.
• Mencegah timbulnya keracunan besi.
• Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang
menghambat perkembangan akar.
PEDOMAN CARA PENGAIRAN BERSELANG
• Tanam bibit dalam kondisi macak-macak,
• Berangsur diairi 2-5 cm sampai 10 hari
• Biarkan mengering (5-6 hari, retak), diairi setinggi 5 cm
• Biarkan mengering (5-6 hari, retak), diairi setinggi 5 cm
• Ulangi sampai tanaman masuk stadia pembungaan
• Fase pembungaan - menjelang panen terus diairi setinggi 5 cm
• Sepuluh hari sebelum panen lahan dikeringkan
Pengukuran kedalaman permukaan air dalam
paralon dan kondisi sawah yang perlu diairi
Cara pemotongan
dan pemasangan
paralon
Pada fase pembungaan, sawah perlu
terus diairi setinggi 3-5 cm
PENGENDALIAN GULMA
• Penyiangan I, pada saat tanaman berumur + 15 hari
• Penyiangan II, pada saat tanaman berumur + 25 hari
• Penyiangan berikutnya disesuaikan dengan populasi
gulma
• Penyiangan dilakukan secara manual dicabuti atau
mekanis (menggunakan "osrok/landak”)
• Penyiangan kombinasi aplikasi herbisida dan
manual; pada umur + 15 hari dengan hebisida, umur
+ 30 hari (disesuaikan kondisi gulma) dengan “osrok”
atau manual
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Secara umum, upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
hama dan penyakit adalah :
1. Sanitasi lingkungan
2. Penggunaan VUB toleran OPT
3. Persemaian sehat
4. Penanaman serempak
5. Penerapan pola tanam (untuk memutus siklus OPT)
6. Pemupukan sesuai kebutuhan
7. Pengairan sesuai kebutuhan
8. Penggunaan pestisida secara bijaksana dan setelah
populasi hama melampaui batas ambang kendali.
AMBANG KENDALI BEBERAPA JENIS HAMA DAN PENYAKIT PADI
Jenis hama penyakit Ambang kendali Sumber/keterangan
Hama
Penggerek batang
Wereng batang coklat
Ganjur
Keongmas
 > 1 kelompok telor/m2
 Gejala >5% var umur genjah, >10% var umur dalam
 Tangkapan feromon 100 ekor/minggu atau tangkapan
lampu perangkap 300 ekor/minggu
 Wereng terkoreksi 5 (tanaman umur <40 HST) atau
wereng terkoreksi 20 (tanaman umur >40 HST)
 1 puru/rumpun saat tanaman umur <40 HST
 3 keong/m2
Hendarsih dan Usyati (2001)
Baehaki (1999)
Soetarto dkk. (2001)
Hendarsih dkk. (2004)
Penyakit
Tungro
Hawar daun bakteri
Blast
 Indeks tungro 75 (perkalian populasi wereng hijau dan
tanaman terinfeksi) di pesemaian
 1 gejala dari 1000 rumpun tanaman saat umur 21 HST
 20% gejala pada fase vegetative, skala gejala 5-7 pada
saat vegetatif
Widiarta dkk. (2003)
Suzuki et al. (1992)
Suparyono dan Sudir (1993)
Amir dkk. (2000)
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA
DAN PENYAKIT UTAMA PADA
TANAMAN PADI
PENGGEREK BATANG (Scirpophaga incertulas Walker)
Antisipasi dan pengendalian:
a) Hindari penanaman pada bulan Desember – Januari karena
suhu, kelembaban dan curah hujan pada saat itu sangat cocok
bagi perkembangan penggerek batang, sementara tanaman padi
yang baru ditanam sangat sensitive terhadap hama ini.
b) Insektisida berbahan aktif karbofuran, bensultap, karbosulfan,
dimenhipo, amitraz dan fipronil
WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens (Stal))
Antisipasi dan pengendalian:
a) Bertanam padi serempak
b) Menggunakan varietas tahan (IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb)
c) Pergiliran varietas
d) Sistem tanam jajar legowo 2:1
e) Melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah.
f) Insektisida berbahan aktif amitraz, bupofresin, beauveria bassiana,
BPMC, amidakloprid, karbofuran, karbosulfan, metolkarb, MIPCI,
propoksur, tiametoksan dan fipronil
TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer)
Antisipasi dan pengendalian:
a) Tanam serempak
b) Sanitasi habitat
c) Gropyokan massal
d) Melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu
e) Penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur
f) Pemasangan TBS dan LTBS
g) Pengendalian dalam wilayah sasaran skala luas
TUNGRO
Antisipasi dan pengendalian:
a) Pergiliran varietas yang tahan seperti Tukad Petanu, Tukad Unda,
Tukad Balian, Kalimas, Bondoyudo
b) Pengaturan waktu tanam serempak minimal dalam luasan 20 ha
c) Menanam bibit sebulan sebelum puncak kepadatan wereng hijau
d) Sistem tanam jajar legowo 2:1
e) Sanitasi dengan menghilangkan sumber tanaman sakit
f) Menekan populasi wereng hijau dengan insektisida
g) Sawah jangan dikeringkan
HAWAR DAUN BAKTERI (HDB)
Antisipasi dan pengendalian:
a) Penggunaan varietas tahan seperti Code dan Angke
b) Pemupukan berimbang
c) Pengairan berselang
BLAST (Pyricularia grisea)
Antisipasi dan pengendalian:
a) Menanam varietas tahan secara bergiliran seperti Sentani, IR
48, IR 36
b) Membakar sisa jerami
c) Menggenangi sawah
d) Pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan
fase pembentukan bulir
e) Fungisida berbahan aktif metil tiofanat, fosdifen, kasugamisin
PANEN DAN PASCA PANEN
• Siap dipanen bila 95% butir pada malai telah menguning (33-36 hari setelah
berbunga) dengan k.a. gabah 21-26 %
• Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen
• Gunakan combine harvester untuk mempercepat waktu panen, menghemat biaya
(Rp 1,3 – Rp 2,4 juta per ha) dan mengurangi kehilangan hasil (1,0 – 1,5 ku/ha)
• Kapasitas mini combine 0,7 ha/hari, sedangkan super combine 3,0 ha/hari
• Pemanenan secara manual, secepatnya dilakukan perontokan minimal
menggunakan pedal tresher untuk menekan kehilangan hasil
• Jemur gabah selama 3-4 hari (3 jam/hari) sampai k.a.14 %.
• Gabah dimasukkan dalam karung, jauhkan dari beras
Panen menggunakan alsintan
Penggunaan mesin
perontok gabah
Rata-rata analisa UT padi sawah per hektar di kab. Jember,
Banyuwangi dan Lamongan pada MK I 2009 dan MH 2009/2010
Uraian MK I 2009 MH 2009/2010
Nilai Rp % Nilai Rp %
Sarana produksi (Rp) 1.114.872 24,99 1.147.769 24,01
Tenaga kerja (Rp) 3.216.379 69,49 2.978.788 61,01
Biaya lain (Rp) 274.700 5,55 728.701 14,98
Total biaya (Rp) 4.605.950 4.855.258
Hasil (kg) 6.021 5.810
Harga (Rp/kg GKP) 2.514 2.385
Penerimaan (Rp) 15.110.822 13.816.928
Keuntungan (Rp) 10.504.872 8.980.003
R/C 3,35 2,88
REKOMENDASI PUPUK DAN VUB
SPESIFIK LOKASI JAWA TIMUR
SERTA OPT YANG HARUS DIWASPADAI
disusun berdasarkan hasil display VUB
pada kegiatan pendampingan tahun 2010 dan 2013
serta KATAM Terpadu MH 2015/2016
No Kecamatan
Rekomendasi Teknologi Spesifik Lokasi Kab. Pamekasan
NPK Phonska 15-15-15 (kg/ha)
OPT dan kondisi sub
optimal yang harus
diwaspadai
Varietas
NPK
NPK+jerami
2 t/ha
NPK+pupuk
organik 2 t/ha
NPK Urea NPK Urea NPK Urea
1 Batumarmar 250 175 225 150 150 175 Blast
Hawar daun bakteri
Batang Piaman, Situ
Patenggang, Limboto,
Danau Gaung, Batutegi,
Inpari 32 HDB
Inpari 1, Inpari 6, Inpari
17, Conde, Angke, Inpari 32
HDB
REKOMENDASI UMUM
Ciherang, IR 64, Inpari 6
Jete
2 Galis 300 200 200 225 250 200
3 Kadur 250 200 225 200 150 225
4 Larangan 300 200 200 225 250 200
5 Pademawu 300 150 200 175 225 150
6 Pakong 250 200 225 200 150 225
7 Palengaan 250 200 225 200 150 225
8 Pamekasan 200 250 125 250 100 250
9 Pasean 250 200 225 200 150 225
10 Pengantenan 250 200 225 200 150 225
11 Proppo 200 250 125 250 100 250
12 Tlanakan 200 250 125 250 100 250
13 Waru 250 175 225 150 150 175
PENUTUP
1. PTT diharapkan mampu menjawab permasalahan penyusutan lahan dan
dampak negatif anomali iklim dalam meningkatkan produksi padi
2. Banyak pilihan komponen teknologi, secara garis besar terdapat 5
komponen teknologi pengungkit peningkatan produktivitas padi a.l.:
penggunaan VUB, sistem tanam jajar legowo, pemupukan berimbang,
kecukupan air dan pengendalian OPT
3. Penerapan PTT di suatu wilayah dapat berbeda, tergantung masalah dan
potensi sumberdaya masing-masing wilayah (teknologi spesifik lokasi)
4. Petani didampingi petugas harus mampu menyeleksi komponen PTT
yang berperan sebagai pengungkit kenaikan provitas padi di suatu
wilayah yang disusun dalam suatu rakitan teknologi

More Related Content

Similar to Teknologi UT padi sawah

Agnes POC dan Kompos Plus rev.pptx
Agnes POC dan Kompos Plus rev.pptxAgnes POC dan Kompos Plus rev.pptx
Agnes POC dan Kompos Plus rev.pptxagnesshita
 
Prod dan Kawasan Kedelai - Wajo SEngkang Kementan Des23.pptx
Prod dan Kawasan Kedelai - Wajo SEngkang Kementan Des23.pptxProd dan Kawasan Kedelai - Wajo SEngkang Kementan Des23.pptx
Prod dan Kawasan Kedelai - Wajo SEngkang Kementan Des23.pptxyunus591002
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Cindy booklet pengenalan budidaya minapadi
Cindy booklet pengenalan budidaya minapadiCindy booklet pengenalan budidaya minapadi
Cindy booklet pengenalan budidaya minapadiMUHAMMADRAISAKBARAKB
 
1. Pendahuluan.pptx
1. Pendahuluan.pptx1. Pendahuluan.pptx
1. Pendahuluan.pptxEkaHadiJoyo
 
Teknis budidaya karet
Teknis budidaya karetTeknis budidaya karet
Teknis budidaya karetsujononasa
 
Prod dan Kawasan Kedelai - JENEPONTO Kementan 11Des23.pptx
Prod dan Kawasan Kedelai - JENEPONTO Kementan 11Des23.pptxProd dan Kawasan Kedelai - JENEPONTO Kementan 11Des23.pptx
Prod dan Kawasan Kedelai - JENEPONTO Kementan 11Des23.pptxyunus591002
 
Kedelai Produktvts - TAKALAR Kementan 20-Des23.pptx
Kedelai Produktvts - TAKALAR Kementan 20-Des23.pptxKedelai Produktvts - TAKALAR Kementan 20-Des23.pptx
Kedelai Produktvts - TAKALAR Kementan 20-Des23.pptxyunus591002
 
Teknik Budidaya Benih Jagung
Teknik Budidaya Benih Jagung Teknik Budidaya Benih Jagung
Teknik Budidaya Benih Jagung Dwie Bagus P
 
Manfaat futuristik azolla dan lemna untuk pertanian dan lingkungan tropika ed...
Manfaat futuristik azolla dan lemna untuk pertanian dan lingkungan tropika ed...Manfaat futuristik azolla dan lemna untuk pertanian dan lingkungan tropika ed...
Manfaat futuristik azolla dan lemna untuk pertanian dan lingkungan tropika ed...Purwandaru Widyasunu
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiPutrimian Hairani
 
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)inezya thalita
 
Inovasi produksi.kedelai
Inovasi produksi.kedelaiInovasi produksi.kedelai
Inovasi produksi.kedelaiCuils Tea
 

Similar to Teknologi UT padi sawah (20)

Agnes POC dan Kompos Plus rev.pptx
Agnes POC dan Kompos Plus rev.pptxAgnes POC dan Kompos Plus rev.pptx
Agnes POC dan Kompos Plus rev.pptx
 
Prod dan Kawasan Kedelai - Wajo SEngkang Kementan Des23.pptx
Prod dan Kawasan Kedelai - Wajo SEngkang Kementan Des23.pptxProd dan Kawasan Kedelai - Wajo SEngkang Kementan Des23.pptx
Prod dan Kawasan Kedelai - Wajo SEngkang Kementan Des23.pptx
 
Penanaman Padi Methode S.R.I
Penanaman Padi Methode S.R.IPenanaman Padi Methode S.R.I
Penanaman Padi Methode S.R.I
 
Proposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten munaProposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten muna
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Cindy booklet pengenalan budidaya minapadi
Cindy booklet pengenalan budidaya minapadiCindy booklet pengenalan budidaya minapadi
Cindy booklet pengenalan budidaya minapadi
 
Baja tani
Baja taniBaja tani
Baja tani
 
Budidaya jagung
Budidaya jagungBudidaya jagung
Budidaya jagung
 
Rdhp bioindustri pasut
Rdhp bioindustri pasutRdhp bioindustri pasut
Rdhp bioindustri pasut
 
1. Pendahuluan.pptx
1. Pendahuluan.pptx1. Pendahuluan.pptx
1. Pendahuluan.pptx
 
Teknis budidaya karet
Teknis budidaya karetTeknis budidaya karet
Teknis budidaya karet
 
Baja tani
Baja taniBaja tani
Baja tani
 
Prod dan Kawasan Kedelai - JENEPONTO Kementan 11Des23.pptx
Prod dan Kawasan Kedelai - JENEPONTO Kementan 11Des23.pptxProd dan Kawasan Kedelai - JENEPONTO Kementan 11Des23.pptx
Prod dan Kawasan Kedelai - JENEPONTO Kementan 11Des23.pptx
 
Kedelai Produktvts - TAKALAR Kementan 20-Des23.pptx
Kedelai Produktvts - TAKALAR Kementan 20-Des23.pptxKedelai Produktvts - TAKALAR Kementan 20-Des23.pptx
Kedelai Produktvts - TAKALAR Kementan 20-Des23.pptx
 
Teknik Budidaya Benih Jagung
Teknik Budidaya Benih Jagung Teknik Budidaya Benih Jagung
Teknik Budidaya Benih Jagung
 
Manfaat futuristik azolla dan lemna untuk pertanian dan lingkungan tropika ed...
Manfaat futuristik azolla dan lemna untuk pertanian dan lingkungan tropika ed...Manfaat futuristik azolla dan lemna untuk pertanian dan lingkungan tropika ed...
Manfaat futuristik azolla dan lemna untuk pertanian dan lingkungan tropika ed...
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
 
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)
 
Inovasi produksi.kedelai
Inovasi produksi.kedelaiInovasi produksi.kedelai
Inovasi produksi.kedelai
 

Recently uploaded

PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxrohiwanto
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 

Recently uploaded (15)

PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 

Teknologi UT padi sawah

  • 1. T E K N O L O G I USAHATANI PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI JAWA TIMUR Sri Yuniastuti, Tri Sudaryono dan Nugroho
  • 2. Target produksi padi terus meningkat Peningkatan provitas melandai Ancaman dampak negatif anomali iklim 1 2 3 4 Terjadi penyusutan areal sawah setiap tahun PENDAHULUAN SOLUSI penerapan PTT, mengintegrasikan komponen yang terlibat dalam sistem produksi 5
  • 3. KOMPONEN PENGUNGKIT 1. PENGGUNAAN VUB 2. PENGATURAN POPULASI TANAMAN 3. PEMUPUKAN BERIMBANG (PHSL) 4. KECUKUPAN AIR 5. PHT
  • 4. VUB merupakan inovasi yang menonjol untuk meningkatkan produktivitas dan paling mudah diadopsi petani karena teknologi ini murah dan penggunaannya sangat praktis. VUB POTENSI HASIL TINGGI Pemilihan varietas didasarkan : 1. Target produksi (provitas dan mutu produk) 2. Tinggi tempat: dataran rendah, sedang, tinggi. 3. Lingkungan tumbuh : Ketersediaan air (banjir, kekeringan) Kondisi hama dan penyakit utama (aman, endemis) Status hara makro dan mikro (suboptimal, optimal).
  • 5. Karakteristik Varietas Potensi hasil (t/ha) Rata-rata hasil (t/ha) Potensi hasil tinggi Inpari (1, 6, 8, 9, 18, 19, Sidenuk, 23, 25, 28, 29, 30, 33) 9,0 – 12,0 6,3 – 7,3 Toleran naungan Limboto, Way Rarem, Inpago 5 4,0 – 6,0 3,0 – 4,0 Mutu beras Aromatik Situpatenggang, Sintanur, HIPA 5 6,0 – 8,4 4,6 – 7,3 Beras kristal Memberamo, Inpari 9 7,5 – 9,3 6,4 – 6,5 Beras merah Inpari 24 7,7 6,7 Nasi sangat pulen Sintanur, Memberamo, Inpari (6 dan 23) 7,0 – 9,2 6,0 – 6,9 Umur sangat genjah (100-105 HSS) Inpari (1, 11, 12, 13, 18, 19 dan 20) 8,0 – 10,0 6,2 – 7,3 Umur genjah (106-125 HSS) IR 64, Ciherang, Cimelati, Mekongga, Hipa 6 Jete 6,0 – 10,6 5,0 – 7,4 Ditanam musim hujan Mekongga, Way Apoburu, Ciherang,Inpari(4 dan 17) 7,9 – 8,8 5,5 – 6,2 Ditanam musim kemarau Memberamo, Ciherang, Cibogo, Way Apo Buru, Mekongga, Inpari (6, 7 dan 10) 7,0 – 8,6 4,8 – 7,0 Dataran rendah Ciherang, Mekongga, Inpari 1 - 35 7,0 – 10,0 4,8 – 7,3 Dataran tinggi Inpari 26, 27, 28 5,7 – 6,6 7,6 – 9,5 Toleran kekeringan Padi gogo (Silugonggo, Situ Bagendit, Batutegi, Limboto, Inpago 6); Inpari (1, 10, 11, 12 dan 13) 5,5 – 6,0 7,0 – 10,0 3,9 – 4,5 4,8 – 7,3 Toleran rendaman/ banjir Inpara (4 dan 5), Inpari (29 dan 30) 7,2 – 9,6 4,5 – 7,2 Toleran salinitas Inpari (34 dan 35), Inpari Unsoed 79, Margasari, Dendang, Lambur, Martapura, Batanghari, Indragiri, Air Tenggulang dan Banyuasin 5,0 – 8,3 4,0 – 5,3 Agak toleran wereng coklat Mekongga, Memberamo, Digul, Way Apo Buru, Inpari (2, 3, 4, 6, 13, 16, 18, 19, 21, 33 dan 43) 7,0 – 9,8 5,0 – 7,0 Toleran hawar daun bakteri Conde, Angke, Inpari (1, 4, 6, 11, 18, 19, 20 dan 32) 7,5 – 10,0 6,0 – 7,3 Toleran tungro Memberamo, Kalimas, Bondoyudo, Tukad Petanu, Tukad Unda, Inpari (7, 8 dan 9) 7,0 – 9,9 4,0 – 6,5 Toleran blast Batang Piaman, Situ Patenggang, Limboto, Danau Gaung, Batutegi, Inpari (11, 16, 17 dan 20) 5,5 – 9,0 3,0 – 6,5
  • 6. No Kabupaten VUB yang adaptif Tahun 2010 1 Bojonegoro Inpari 1, 2, 4, 6, 7, 8, 10, 13 2 Gresik Inpari 1, 10 3 Kediri Inpari 6 4 Lumajang Inpari 5, 10 5 Madiun Inpari 10 6 Magetan Inpari 1, 4, 7, 8, 10 7 Malang Inpari 1, 4, 7, 8, 10 8 Mojokerto Inpari 13 9 Nganjuk Inpari 6, 8, 10 10 Ngawi Inpari 1, 4, 7, 8, 10, 13 11 Pacitan Inpari 1, 4, 7, 10 12 Pasuruan Inpari 1, 10 13 Ponorogo Inpari 5, 13 14 Probolinggo Inpari 1, 2, 4, 6, 13 15 Situbondo Inpari 13 16 Trenggalek Inpari 5, 13 No Kabupaten VUB yang adaptif Tahun 2013 1 Banyuwangi Inpari 14, 16, 18, 19, Hipa Jatim 2 2 Blitar Inpari 10, 14, 18, 19, Hipa Jatim 2 3 Bojonegoro Inpari 16, 19, Hipa Jatim 1 4 Bondowoso Inpari 14, 16, 18, 19, Hipa Jatim 2 5 Jember Inpari 14, 19 6 Kediri Inpari 10, 14, 18, 19, 20, Hipa Jatim 2 7 Lamongan Inpari 16 8 Lumajang Inpari 10 9 Madiun Inpari 14 10 Magetan Inpari 10 11 Malang Inpari 10, 14, 16, 18, 19, 20, Hipa Jatim 1, 2 12 Ngawi Inpari 14, 18, 19, Hipa Jatim 2 13 Pacitan Hipa Jatim 1 14 Probolinggo Inpari 19, 20, Hipa Jatim 2 15 Sidoarjo Inpari 14 16 Situbondo Inpari 14, 18, 19, 20 17 Sumenep Inpari 16, 20, Hipa Jatim 2 18 Tuban Inpari 14, 19, Hipa Jatim 2 Hasil Display VUB Yang Adaptif Di Jawa Timur, Pada MK 1 Tahun 2010 Dan Tahun 2013
  • 7. PENYIAPAN LAHAN - Penggenangan + bahan organik minimal 1 t/ha - Perbaikan pematang - Pada tanah berat dibajak - digaru - Pada tanah dengan kedalaman lumpur lebih dari 30 cm diglebeg/dirotari - digaru. - Selesai dibajak digenangi 5-7 hari - Genangan dikurangi ketika akan digaru - Penggaruan dilakukan berulang-ulang supaya sisa-sisa rumput terbenam, pupuk dasar merata, pelumpuran tanah menjadi lebih sempurna dan mengurangi perembesan air ke bawah
  • 8. PENYIAPAN BENIH DAN BIBIT SEHAT • Area pesemaian 300-500 m2/ha (3-5%), tanah subur, • Lokasi terbuka, hindarkan dekat lampu, dekat sumber air • Daerah endemis WBC, benih dicampur insektisida fipronil sebelum ditabur, endemis penggerek batang dan tungro pesemaian ditaburi karbofuran 20 g bahan/10 m2 • Kebutuhan benih sekitar 30 kg/ha • Dipupuk 200 g Urea;100 g SP-36; 60 g KCl/10 m2 • Umur bibit 18-21 hari
  • 9. Modifikasi pesemaian basah dengan alas dan penutup karung sak untuk mempercepat pertumbuhan bibit, menghindari terpaan air hujan dan serangan OPT terutama hama tikus dan penggerek batang
  • 10. PESEMAIAN DAPOG 1. Menggunakan kotak dari plastic atau kayu 2. Khusus untuk penanaman secara mekanis 3. Ukuran dapok 30 x 60 x 3 cm (disesuaikan dengan merek dan tipe Rice Transplanter) 4. Media, campuran tanah dan pupuk organic 1:1 5. Kotak persemaian diberi alas kertas koran, benih disebar sekitar 100 g/dapog 6. Bibit siap tanam setelah 15-18 HSS
  • 11. Penanaman dengan rice transplanter :  Mengatasi kelangkaan tenaga kerja  Mempercepat keserentakan tanam  Menghemat biaya tanam
  • 12.  Rekayasa teknologi untuk mengkondisikan tanaman berada di pinggir.  Tanaman berselang-seling, dua baris tanaman dan satu baris kosong atau yang disebut dengan jajar legowo 2 : 1.  Meningkatkan populasi tanaman.  Memudahkan pemeliharaan tanaman. SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
  • 13. 50 cm 25 cm 25 cm 12,5 cm REKAYASA TEKNIS TEGEL - LEGOWO 2 : 1
  • 14. TEKNIK PENANAMAN JAJAR LEGOWO 2 : 1  Perlu kecermatan dan keseriusan bagi regu tanam.  Diperlukan alat bantu antara lain blak, garetan, tali penanda, ATAJALE sesuai jarak tanam.  Lahan diolah secara intensif dan diamkan l sehari semalam sebelum tanam.
  • 15. KEUNTUNGAN JAJAR LEGOWO 1. Memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun padi sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman. 2. Memudahkan pengelolaan tanaman (pemupukan susulan, penyiangan, pengendalian OPT). 3. Peningkatan populasi tanaman sekitar 30 %, berpeluang untuk meningkatkan provitas hingga 10 - 15%. 4. Berpeluang bagi pengembangan sistem produksi padi - ikan (mina padi).
  • 16. PENANAM 1 PENANAM 2 PENANAM 3 POSISI DAN PERGERAKAN REGU TANAM
  • 17. PEMUPUKAN BERIMBANG ( PHSL, Berimbang, Rasional Spesifik Lokasi ) • Memberikan pupuk (jenis dan dosis) sesuai kebutuhan tanah dan tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil • Biaya dapat dihemat tanpa mengurangi hasil • Mengurangi dampak negatif pupuk kimia • Menjaga keseimbangan unsur hara dalam tanah • Agar penerapan tepat, perlu dilakukan analisis tanah guna mengetahui status hara tanah
  • 18. Rekomendasi pemupukan P dan K berdasarkan hasil pengukuran PUTS Rekomendasi pupuk P (kg P2O5/ha) STATUS P Rendah Sedang Tinggi 36 27 18 Rekomendasi pupuk K (kg K2O/ha) STATUS K Rendah Sedang Tinggi Tanpa Jerami 60 30 30 Pupuk 5 t/ha jerami 30 0 0 Pembacaan BWD Target hasil (GKG) 7 t/ha 8 t/ha 9 t/ha Dosis pupuk Urea (kg/ha) Pemupukan N ke 2 (umur 21-28 hari) BWD < 3,0 125 150 175 BWD = 3,5 100 125 150 BWD > 4,0 50 50 75 Pemupukan N ke 3 (umur 35-45 hari) BWD < 3,0 125 150 175 BWD = 3,5 100 125 150 BWD > 4,0 50 50 75 Rekomendasi pemupukan N berdasarkan target hasil dan pembacaan BWD
  • 19. • Pemupukan I diicir pada baris sempit • Pemupukan II diicir pada baris lebar Pengamatan warna daun dengan BWD
  • 20. KECUKUPAN AIR • Menghemat air irigasi sehingga areal tanam lebih luas. • Akar mendapatkan udara lebih banyak sehingga berkembang lebih baik, merangsang anakan. • Mencegah timbulnya keracunan besi. • Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar.
  • 21. PEDOMAN CARA PENGAIRAN BERSELANG • Tanam bibit dalam kondisi macak-macak, • Berangsur diairi 2-5 cm sampai 10 hari • Biarkan mengering (5-6 hari, retak), diairi setinggi 5 cm • Biarkan mengering (5-6 hari, retak), diairi setinggi 5 cm • Ulangi sampai tanaman masuk stadia pembungaan • Fase pembungaan - menjelang panen terus diairi setinggi 5 cm • Sepuluh hari sebelum panen lahan dikeringkan Pengukuran kedalaman permukaan air dalam paralon dan kondisi sawah yang perlu diairi Cara pemotongan dan pemasangan paralon Pada fase pembungaan, sawah perlu terus diairi setinggi 3-5 cm
  • 22. PENGENDALIAN GULMA • Penyiangan I, pada saat tanaman berumur + 15 hari • Penyiangan II, pada saat tanaman berumur + 25 hari • Penyiangan berikutnya disesuaikan dengan populasi gulma • Penyiangan dilakukan secara manual dicabuti atau mekanis (menggunakan "osrok/landak”) • Penyiangan kombinasi aplikasi herbisida dan manual; pada umur + 15 hari dengan hebisida, umur + 30 hari (disesuaikan kondisi gulma) dengan “osrok” atau manual
  • 23. PENGENDALIAN HAMA TERPADU Secara umum, upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit adalah : 1. Sanitasi lingkungan 2. Penggunaan VUB toleran OPT 3. Persemaian sehat 4. Penanaman serempak 5. Penerapan pola tanam (untuk memutus siklus OPT) 6. Pemupukan sesuai kebutuhan 7. Pengairan sesuai kebutuhan 8. Penggunaan pestisida secara bijaksana dan setelah populasi hama melampaui batas ambang kendali.
  • 24. AMBANG KENDALI BEBERAPA JENIS HAMA DAN PENYAKIT PADI Jenis hama penyakit Ambang kendali Sumber/keterangan Hama Penggerek batang Wereng batang coklat Ganjur Keongmas  > 1 kelompok telor/m2  Gejala >5% var umur genjah, >10% var umur dalam  Tangkapan feromon 100 ekor/minggu atau tangkapan lampu perangkap 300 ekor/minggu  Wereng terkoreksi 5 (tanaman umur <40 HST) atau wereng terkoreksi 20 (tanaman umur >40 HST)  1 puru/rumpun saat tanaman umur <40 HST  3 keong/m2 Hendarsih dan Usyati (2001) Baehaki (1999) Soetarto dkk. (2001) Hendarsih dkk. (2004) Penyakit Tungro Hawar daun bakteri Blast  Indeks tungro 75 (perkalian populasi wereng hijau dan tanaman terinfeksi) di pesemaian  1 gejala dari 1000 rumpun tanaman saat umur 21 HST  20% gejala pada fase vegetative, skala gejala 5-7 pada saat vegetatif Widiarta dkk. (2003) Suzuki et al. (1992) Suparyono dan Sudir (1993) Amir dkk. (2000)
  • 25. TEKNIK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN PADI
  • 26. PENGGEREK BATANG (Scirpophaga incertulas Walker) Antisipasi dan pengendalian: a) Hindari penanaman pada bulan Desember – Januari karena suhu, kelembaban dan curah hujan pada saat itu sangat cocok bagi perkembangan penggerek batang, sementara tanaman padi yang baru ditanam sangat sensitive terhadap hama ini. b) Insektisida berbahan aktif karbofuran, bensultap, karbosulfan, dimenhipo, amitraz dan fipronil
  • 27. WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens (Stal)) Antisipasi dan pengendalian: a) Bertanam padi serempak b) Menggunakan varietas tahan (IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb) c) Pergiliran varietas d) Sistem tanam jajar legowo 2:1 e) Melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah. f) Insektisida berbahan aktif amitraz, bupofresin, beauveria bassiana, BPMC, amidakloprid, karbofuran, karbosulfan, metolkarb, MIPCI, propoksur, tiametoksan dan fipronil
  • 28. TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer) Antisipasi dan pengendalian: a) Tanam serempak b) Sanitasi habitat c) Gropyokan massal d) Melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu e) Penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur f) Pemasangan TBS dan LTBS g) Pengendalian dalam wilayah sasaran skala luas
  • 29. TUNGRO Antisipasi dan pengendalian: a) Pergiliran varietas yang tahan seperti Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian, Kalimas, Bondoyudo b) Pengaturan waktu tanam serempak minimal dalam luasan 20 ha c) Menanam bibit sebulan sebelum puncak kepadatan wereng hijau d) Sistem tanam jajar legowo 2:1 e) Sanitasi dengan menghilangkan sumber tanaman sakit f) Menekan populasi wereng hijau dengan insektisida g) Sawah jangan dikeringkan
  • 30. HAWAR DAUN BAKTERI (HDB) Antisipasi dan pengendalian: a) Penggunaan varietas tahan seperti Code dan Angke b) Pemupukan berimbang c) Pengairan berselang
  • 31. BLAST (Pyricularia grisea) Antisipasi dan pengendalian: a) Menanam varietas tahan secara bergiliran seperti Sentani, IR 48, IR 36 b) Membakar sisa jerami c) Menggenangi sawah d) Pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir e) Fungisida berbahan aktif metil tiofanat, fosdifen, kasugamisin
  • 32. PANEN DAN PASCA PANEN • Siap dipanen bila 95% butir pada malai telah menguning (33-36 hari setelah berbunga) dengan k.a. gabah 21-26 % • Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen • Gunakan combine harvester untuk mempercepat waktu panen, menghemat biaya (Rp 1,3 – Rp 2,4 juta per ha) dan mengurangi kehilangan hasil (1,0 – 1,5 ku/ha) • Kapasitas mini combine 0,7 ha/hari, sedangkan super combine 3,0 ha/hari • Pemanenan secara manual, secepatnya dilakukan perontokan minimal menggunakan pedal tresher untuk menekan kehilangan hasil • Jemur gabah selama 3-4 hari (3 jam/hari) sampai k.a.14 %. • Gabah dimasukkan dalam karung, jauhkan dari beras
  • 34. Rata-rata analisa UT padi sawah per hektar di kab. Jember, Banyuwangi dan Lamongan pada MK I 2009 dan MH 2009/2010 Uraian MK I 2009 MH 2009/2010 Nilai Rp % Nilai Rp % Sarana produksi (Rp) 1.114.872 24,99 1.147.769 24,01 Tenaga kerja (Rp) 3.216.379 69,49 2.978.788 61,01 Biaya lain (Rp) 274.700 5,55 728.701 14,98 Total biaya (Rp) 4.605.950 4.855.258 Hasil (kg) 6.021 5.810 Harga (Rp/kg GKP) 2.514 2.385 Penerimaan (Rp) 15.110.822 13.816.928 Keuntungan (Rp) 10.504.872 8.980.003 R/C 3,35 2,88
  • 35. REKOMENDASI PUPUK DAN VUB SPESIFIK LOKASI JAWA TIMUR SERTA OPT YANG HARUS DIWASPADAI disusun berdasarkan hasil display VUB pada kegiatan pendampingan tahun 2010 dan 2013 serta KATAM Terpadu MH 2015/2016
  • 36. No Kecamatan Rekomendasi Teknologi Spesifik Lokasi Kab. Pamekasan NPK Phonska 15-15-15 (kg/ha) OPT dan kondisi sub optimal yang harus diwaspadai Varietas NPK NPK+jerami 2 t/ha NPK+pupuk organik 2 t/ha NPK Urea NPK Urea NPK Urea 1 Batumarmar 250 175 225 150 150 175 Blast Hawar daun bakteri Batang Piaman, Situ Patenggang, Limboto, Danau Gaung, Batutegi, Inpari 32 HDB Inpari 1, Inpari 6, Inpari 17, Conde, Angke, Inpari 32 HDB REKOMENDASI UMUM Ciherang, IR 64, Inpari 6 Jete 2 Galis 300 200 200 225 250 200 3 Kadur 250 200 225 200 150 225 4 Larangan 300 200 200 225 250 200 5 Pademawu 300 150 200 175 225 150 6 Pakong 250 200 225 200 150 225 7 Palengaan 250 200 225 200 150 225 8 Pamekasan 200 250 125 250 100 250 9 Pasean 250 200 225 200 150 225 10 Pengantenan 250 200 225 200 150 225 11 Proppo 200 250 125 250 100 250 12 Tlanakan 200 250 125 250 100 250 13 Waru 250 175 225 150 150 175
  • 37. PENUTUP 1. PTT diharapkan mampu menjawab permasalahan penyusutan lahan dan dampak negatif anomali iklim dalam meningkatkan produksi padi 2. Banyak pilihan komponen teknologi, secara garis besar terdapat 5 komponen teknologi pengungkit peningkatan produktivitas padi a.l.: penggunaan VUB, sistem tanam jajar legowo, pemupukan berimbang, kecukupan air dan pengendalian OPT 3. Penerapan PTT di suatu wilayah dapat berbeda, tergantung masalah dan potensi sumberdaya masing-masing wilayah (teknologi spesifik lokasi) 4. Petani didampingi petugas harus mampu menyeleksi komponen PTT yang berperan sebagai pengungkit kenaikan provitas padi di suatu wilayah yang disusun dalam suatu rakitan teknologi