1. T E K N O L O G I
USAHATANI PADI SAWAH
SPESIFIK LOKASI JAWA TIMUR
Sri Yuniastuti, Tri Sudaryono dan Nugroho
2. Target produksi padi terus meningkat
Peningkatan provitas melandai
Ancaman dampak negatif anomali iklim
1
2
3
4
Terjadi penyusutan areal sawah
setiap tahun
PENDAHULUAN
SOLUSI penerapan PTT, mengintegrasikan
komponen yang terlibat dalam sistem produksi
5
4. VUB merupakan inovasi yang menonjol untuk
meningkatkan produktivitas dan paling mudah diadopsi
petani karena teknologi ini murah dan penggunaannya
sangat praktis.
VUB POTENSI HASIL TINGGI
Pemilihan varietas didasarkan :
1. Target produksi (provitas dan mutu produk)
2. Tinggi tempat: dataran rendah, sedang, tinggi.
3. Lingkungan tumbuh :
Ketersediaan air (banjir, kekeringan)
Kondisi hama dan penyakit utama (aman, endemis)
Status hara makro dan mikro (suboptimal, optimal).
5. Karakteristik Varietas Potensi
hasil (t/ha)
Rata-rata
hasil (t/ha)
Potensi hasil tinggi Inpari (1, 6, 8, 9, 18, 19, Sidenuk, 23, 25, 28, 29, 30, 33) 9,0 – 12,0 6,3 – 7,3
Toleran naungan Limboto, Way Rarem, Inpago 5 4,0 – 6,0 3,0 – 4,0
Mutu beras Aromatik Situpatenggang, Sintanur, HIPA 5 6,0 – 8,4 4,6 – 7,3
Beras kristal Memberamo, Inpari 9 7,5 – 9,3 6,4 – 6,5
Beras merah Inpari 24 7,7 6,7
Nasi sangat pulen Sintanur, Memberamo, Inpari (6 dan 23) 7,0 – 9,2 6,0 – 6,9
Umur sangat genjah (100-105 HSS) Inpari (1, 11, 12, 13, 18, 19 dan 20) 8,0 – 10,0 6,2 – 7,3
Umur genjah (106-125 HSS) IR 64, Ciherang, Cimelati, Mekongga, Hipa 6 Jete 6,0 – 10,6 5,0 – 7,4
Ditanam musim hujan Mekongga, Way Apoburu, Ciherang,Inpari(4 dan 17) 7,9 – 8,8 5,5 – 6,2
Ditanam musim kemarau Memberamo, Ciherang, Cibogo, Way Apo Buru,
Mekongga, Inpari (6, 7 dan 10)
7,0 – 8,6 4,8 – 7,0
Dataran rendah Ciherang, Mekongga, Inpari 1 - 35 7,0 – 10,0 4,8 – 7,3
Dataran tinggi Inpari 26, 27, 28 5,7 – 6,6 7,6 – 9,5
Toleran kekeringan Padi gogo (Silugonggo, Situ Bagendit, Batutegi,
Limboto, Inpago 6); Inpari (1, 10, 11, 12 dan 13)
5,5 – 6,0
7,0 – 10,0
3,9 – 4,5
4,8 – 7,3
Toleran rendaman/ banjir Inpara (4 dan 5), Inpari (29 dan 30) 7,2 – 9,6 4,5 – 7,2
Toleran salinitas Inpari (34 dan 35), Inpari Unsoed 79, Margasari,
Dendang, Lambur, Martapura, Batanghari, Indragiri,
Air Tenggulang dan Banyuasin
5,0 – 8,3 4,0 – 5,3
Agak toleran wereng coklat Mekongga, Memberamo, Digul, Way Apo Buru, Inpari
(2, 3, 4, 6, 13, 16, 18, 19, 21, 33 dan 43)
7,0 – 9,8 5,0 – 7,0
Toleran hawar daun bakteri Conde, Angke, Inpari (1, 4, 6, 11, 18, 19, 20 dan 32) 7,5 – 10,0 6,0 – 7,3
Toleran tungro Memberamo, Kalimas, Bondoyudo, Tukad Petanu,
Tukad Unda, Inpari (7, 8 dan 9)
7,0 – 9,9 4,0 – 6,5
Toleran blast Batang Piaman, Situ Patenggang, Limboto, Danau
Gaung, Batutegi, Inpari (11, 16, 17 dan 20)
5,5 – 9,0 3,0 – 6,5
7. PENYIAPAN LAHAN
- Penggenangan + bahan organik minimal 1 t/ha
- Perbaikan pematang
- Pada tanah berat dibajak - digaru
- Pada tanah dengan kedalaman lumpur lebih dari 30 cm
diglebeg/dirotari - digaru.
- Selesai dibajak digenangi 5-7 hari
- Genangan dikurangi ketika akan digaru
- Penggaruan dilakukan berulang-ulang supaya sisa-sisa
rumput terbenam, pupuk dasar merata, pelumpuran
tanah menjadi lebih sempurna dan mengurangi
perembesan air ke bawah
8. PENYIAPAN BENIH DAN BIBIT SEHAT
• Area pesemaian 300-500 m2/ha (3-5%), tanah
subur,
• Lokasi terbuka, hindarkan dekat lampu, dekat
sumber air
• Daerah endemis WBC, benih dicampur
insektisida fipronil sebelum ditabur, endemis
penggerek batang dan tungro pesemaian ditaburi
karbofuran 20 g bahan/10 m2
• Kebutuhan benih sekitar 30 kg/ha
• Dipupuk 200 g Urea;100 g SP-36; 60 g KCl/10 m2
• Umur bibit 18-21 hari
9. Modifikasi pesemaian basah dengan alas dan penutup
karung sak untuk mempercepat pertumbuhan bibit,
menghindari terpaan air hujan dan serangan OPT
terutama hama tikus dan penggerek batang
10. PESEMAIAN DAPOG
1. Menggunakan kotak dari plastic atau kayu
2. Khusus untuk penanaman secara mekanis
3. Ukuran dapok 30 x 60 x 3 cm (disesuaikan
dengan merek dan tipe Rice Transplanter)
4. Media, campuran tanah dan pupuk organic 1:1
5. Kotak persemaian diberi alas kertas koran, benih disebar sekitar 100 g/dapog
6. Bibit siap tanam setelah 15-18 HSS
12. Rekayasa teknologi untuk mengkondisikan tanaman berada di pinggir.
Tanaman berselang-seling, dua baris tanaman dan satu baris kosong
atau yang disebut dengan jajar legowo 2 : 1.
Meningkatkan populasi tanaman.
Memudahkan pemeliharaan tanaman.
SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
13. 50 cm
25 cm 25 cm
12,5 cm
REKAYASA TEKNIS TEGEL - LEGOWO 2 : 1
14. TEKNIK PENANAMAN JAJAR LEGOWO 2 : 1
Perlu kecermatan dan keseriusan bagi regu tanam.
Diperlukan alat bantu antara lain blak, garetan, tali
penanda, ATAJALE sesuai jarak tanam.
Lahan diolah secara intensif dan diamkan l sehari
semalam sebelum tanam.
15. KEUNTUNGAN JAJAR LEGOWO
1. Memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun padi
sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak
pada peningkatan produktivitas tanaman.
2. Memudahkan pengelolaan tanaman (pemupukan susulan,
penyiangan, pengendalian OPT).
3. Peningkatan populasi tanaman sekitar 30 %, berpeluang untuk
meningkatkan provitas hingga 10 - 15%.
4. Berpeluang bagi pengembangan sistem produksi
padi - ikan (mina padi).
17. PEMUPUKAN BERIMBANG
( PHSL, Berimbang, Rasional Spesifik Lokasi )
• Memberikan pupuk (jenis dan dosis) sesuai
kebutuhan tanah dan tanaman untuk meningkatkan
produksi dan kualitas hasil
• Biaya dapat dihemat tanpa mengurangi hasil
• Mengurangi dampak negatif pupuk kimia
• Menjaga keseimbangan unsur hara dalam tanah
• Agar penerapan tepat, perlu dilakukan analisis
tanah guna mengetahui status hara tanah
18. Rekomendasi pemupukan P dan K berdasarkan hasil pengukuran PUTS
Rekomendasi pupuk P
(kg P2O5/ha)
STATUS P
Rendah Sedang Tinggi
36 27 18
Rekomendasi pupuk K
(kg K2O/ha)
STATUS K
Rendah Sedang Tinggi
Tanpa Jerami 60 30 30
Pupuk 5 t/ha jerami 30 0 0
Pembacaan BWD
Target hasil (GKG)
7 t/ha 8 t/ha 9 t/ha
Dosis pupuk Urea (kg/ha)
Pemupukan N ke 2 (umur 21-28 hari)
BWD < 3,0 125 150 175
BWD = 3,5 100 125 150
BWD > 4,0 50 50 75
Pemupukan N ke 3 (umur 35-45 hari)
BWD < 3,0 125 150 175
BWD = 3,5 100 125 150
BWD > 4,0 50 50 75
Rekomendasi pemupukan N berdasarkan target hasil dan pembacaan BWD
19. • Pemupukan I diicir pada baris sempit
• Pemupukan II diicir pada baris lebar
Pengamatan warna daun
dengan BWD
20. KECUKUPAN AIR
• Menghemat air irigasi sehingga areal tanam lebih luas.
• Akar mendapatkan udara lebih banyak sehingga
berkembang lebih baik, merangsang anakan.
• Mencegah timbulnya keracunan besi.
• Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang
menghambat perkembangan akar.
21. PEDOMAN CARA PENGAIRAN BERSELANG
• Tanam bibit dalam kondisi macak-macak,
• Berangsur diairi 2-5 cm sampai 10 hari
• Biarkan mengering (5-6 hari, retak), diairi setinggi 5 cm
• Biarkan mengering (5-6 hari, retak), diairi setinggi 5 cm
• Ulangi sampai tanaman masuk stadia pembungaan
• Fase pembungaan - menjelang panen terus diairi setinggi 5 cm
• Sepuluh hari sebelum panen lahan dikeringkan
Pengukuran kedalaman permukaan air dalam
paralon dan kondisi sawah yang perlu diairi
Cara pemotongan
dan pemasangan
paralon
Pada fase pembungaan, sawah perlu
terus diairi setinggi 3-5 cm
22. PENGENDALIAN GULMA
• Penyiangan I, pada saat tanaman berumur + 15 hari
• Penyiangan II, pada saat tanaman berumur + 25 hari
• Penyiangan berikutnya disesuaikan dengan populasi
gulma
• Penyiangan dilakukan secara manual dicabuti atau
mekanis (menggunakan "osrok/landak”)
• Penyiangan kombinasi aplikasi herbisida dan
manual; pada umur + 15 hari dengan hebisida, umur
+ 30 hari (disesuaikan kondisi gulma) dengan “osrok”
atau manual
23. PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Secara umum, upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
hama dan penyakit adalah :
1. Sanitasi lingkungan
2. Penggunaan VUB toleran OPT
3. Persemaian sehat
4. Penanaman serempak
5. Penerapan pola tanam (untuk memutus siklus OPT)
6. Pemupukan sesuai kebutuhan
7. Pengairan sesuai kebutuhan
8. Penggunaan pestisida secara bijaksana dan setelah
populasi hama melampaui batas ambang kendali.
24. AMBANG KENDALI BEBERAPA JENIS HAMA DAN PENYAKIT PADI
Jenis hama penyakit Ambang kendali Sumber/keterangan
Hama
Penggerek batang
Wereng batang coklat
Ganjur
Keongmas
> 1 kelompok telor/m2
Gejala >5% var umur genjah, >10% var umur dalam
Tangkapan feromon 100 ekor/minggu atau tangkapan
lampu perangkap 300 ekor/minggu
Wereng terkoreksi 5 (tanaman umur <40 HST) atau
wereng terkoreksi 20 (tanaman umur >40 HST)
1 puru/rumpun saat tanaman umur <40 HST
3 keong/m2
Hendarsih dan Usyati (2001)
Baehaki (1999)
Soetarto dkk. (2001)
Hendarsih dkk. (2004)
Penyakit
Tungro
Hawar daun bakteri
Blast
Indeks tungro 75 (perkalian populasi wereng hijau dan
tanaman terinfeksi) di pesemaian
1 gejala dari 1000 rumpun tanaman saat umur 21 HST
20% gejala pada fase vegetative, skala gejala 5-7 pada
saat vegetatif
Widiarta dkk. (2003)
Suzuki et al. (1992)
Suparyono dan Sudir (1993)
Amir dkk. (2000)
26. PENGGEREK BATANG (Scirpophaga incertulas Walker)
Antisipasi dan pengendalian:
a) Hindari penanaman pada bulan Desember – Januari karena
suhu, kelembaban dan curah hujan pada saat itu sangat cocok
bagi perkembangan penggerek batang, sementara tanaman padi
yang baru ditanam sangat sensitive terhadap hama ini.
b) Insektisida berbahan aktif karbofuran, bensultap, karbosulfan,
dimenhipo, amitraz dan fipronil
27. WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens (Stal))
Antisipasi dan pengendalian:
a) Bertanam padi serempak
b) Menggunakan varietas tahan (IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb)
c) Pergiliran varietas
d) Sistem tanam jajar legowo 2:1
e) Melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah.
f) Insektisida berbahan aktif amitraz, bupofresin, beauveria bassiana,
BPMC, amidakloprid, karbofuran, karbosulfan, metolkarb, MIPCI,
propoksur, tiametoksan dan fipronil
28. TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer)
Antisipasi dan pengendalian:
a) Tanam serempak
b) Sanitasi habitat
c) Gropyokan massal
d) Melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu
e) Penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur
f) Pemasangan TBS dan LTBS
g) Pengendalian dalam wilayah sasaran skala luas
29. TUNGRO
Antisipasi dan pengendalian:
a) Pergiliran varietas yang tahan seperti Tukad Petanu, Tukad Unda,
Tukad Balian, Kalimas, Bondoyudo
b) Pengaturan waktu tanam serempak minimal dalam luasan 20 ha
c) Menanam bibit sebulan sebelum puncak kepadatan wereng hijau
d) Sistem tanam jajar legowo 2:1
e) Sanitasi dengan menghilangkan sumber tanaman sakit
f) Menekan populasi wereng hijau dengan insektisida
g) Sawah jangan dikeringkan
30. HAWAR DAUN BAKTERI (HDB)
Antisipasi dan pengendalian:
a) Penggunaan varietas tahan seperti Code dan Angke
b) Pemupukan berimbang
c) Pengairan berselang
31. BLAST (Pyricularia grisea)
Antisipasi dan pengendalian:
a) Menanam varietas tahan secara bergiliran seperti Sentani, IR
48, IR 36
b) Membakar sisa jerami
c) Menggenangi sawah
d) Pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan
fase pembentukan bulir
e) Fungisida berbahan aktif metil tiofanat, fosdifen, kasugamisin
32. PANEN DAN PASCA PANEN
• Siap dipanen bila 95% butir pada malai telah menguning (33-36 hari setelah
berbunga) dengan k.a. gabah 21-26 %
• Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen
• Gunakan combine harvester untuk mempercepat waktu panen, menghemat biaya
(Rp 1,3 – Rp 2,4 juta per ha) dan mengurangi kehilangan hasil (1,0 – 1,5 ku/ha)
• Kapasitas mini combine 0,7 ha/hari, sedangkan super combine 3,0 ha/hari
• Pemanenan secara manual, secepatnya dilakukan perontokan minimal
menggunakan pedal tresher untuk menekan kehilangan hasil
• Jemur gabah selama 3-4 hari (3 jam/hari) sampai k.a.14 %.
• Gabah dimasukkan dalam karung, jauhkan dari beras
34. Rata-rata analisa UT padi sawah per hektar di kab. Jember,
Banyuwangi dan Lamongan pada MK I 2009 dan MH 2009/2010
Uraian MK I 2009 MH 2009/2010
Nilai Rp % Nilai Rp %
Sarana produksi (Rp) 1.114.872 24,99 1.147.769 24,01
Tenaga kerja (Rp) 3.216.379 69,49 2.978.788 61,01
Biaya lain (Rp) 274.700 5,55 728.701 14,98
Total biaya (Rp) 4.605.950 4.855.258
Hasil (kg) 6.021 5.810
Harga (Rp/kg GKP) 2.514 2.385
Penerimaan (Rp) 15.110.822 13.816.928
Keuntungan (Rp) 10.504.872 8.980.003
R/C 3,35 2,88
35. REKOMENDASI PUPUK DAN VUB
SPESIFIK LOKASI JAWA TIMUR
SERTA OPT YANG HARUS DIWASPADAI
disusun berdasarkan hasil display VUB
pada kegiatan pendampingan tahun 2010 dan 2013
serta KATAM Terpadu MH 2015/2016
37. PENUTUP
1. PTT diharapkan mampu menjawab permasalahan penyusutan lahan dan
dampak negatif anomali iklim dalam meningkatkan produksi padi
2. Banyak pilihan komponen teknologi, secara garis besar terdapat 5
komponen teknologi pengungkit peningkatan produktivitas padi a.l.:
penggunaan VUB, sistem tanam jajar legowo, pemupukan berimbang,
kecukupan air dan pengendalian OPT
3. Penerapan PTT di suatu wilayah dapat berbeda, tergantung masalah dan
potensi sumberdaya masing-masing wilayah (teknologi spesifik lokasi)
4. Petani didampingi petugas harus mampu menyeleksi komponen PTT
yang berperan sebagai pengungkit kenaikan provitas padi di suatu
wilayah yang disusun dalam suatu rakitan teknologi