Variasi kandungan Karagenan dan Bahan Gel yang Berasal dari Budidaya Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty yang Dipengaruhi Oleh Parameter Lingkungan di Perairan Teluk Palk, Tamil Nadu, Pantai India Tenggara.
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Terjemahan Jurnal
1. 1
J Appl Phycol
DO 10.1007/s10811-015-0536-2
Spatial and temporal Variation in Carrageenan yield and Gel Strength of
Cultivated Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty in relation to Enviromental
Parameterd in Palk Bay waters, Tamil Nadu, Southeast coast of India.
Variasi kandungan Karagenan dan bahan gel yang berasal dari Budidaya
Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty yang dipengaruhi oleh Parameter
Lingkungan di Perairan Teluk Palk, Tamil Nadu, Pantai India Tenggara.
C. Periyasamy · P. V. Subbao Rao · P. Anantharaman
Diterjemahkan oleh:
MUHAMMAD ARIF
I1A2 15 030
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
2. 1
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Spatial and temporal Variation in Carrageenan yield and gel
Strength of Cultivated Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty in
relation to Enviromental Parameterd in Palk Bay waters, Tamil
Nadu, Southeast coast of India.
Nama : Muhammad Arif
Stambuk : I1A2 15 030
Jurusan : Budidaya Perairan
Terjemahan Lengkap ini
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:
Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc
NIP. 19661210 199103 1 005
Kendari, Juli 2018
Tanggal Pengesahan
3. 1
Variasi kandungan Karagenan dan bahan gel yang berasal dari Budidaya
Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty yang dipengaruhi oleh Parameter
Lingkungan di Perairan Teluk Palk, Tamil Nadu, Pantai India Tenggara.
Abstrak
Kappaphycus alvarezii dibudidayakan kemudian dianalisis dari hubungan
kandungan kualitas kering (kelembaban, dan kandungan gulma anhidrat yang
bersih (CAW)), hasil karagenan (karagenan semi-halus (SRC)), parameter
lingkungan (suhu air laut, salinitas, nitrat dan pospat) selama 1 tahun dari April
2012 sampai Maret 2013 di tiga lokasi berbeda, yaitu., Mangadu, Munaikadu, dan
Vedalai, terletak di teluk Palk, sekitar Ramanathapuram, Tamil Nadu, pantai
Tenggara India. Kualitas kering yaitu Kelembaban (35.00±0.00 ke 38.39±0.19%),
gulma anhidrat yang bersih (39.26±1.37 ke 45.22±0.57%) dan hasil karagenan
(33.30±1.23 ke 38.50±0.20 ke 0.30%) dengan kekuatan gel (379.05±6.07 ke
486.44±5.57 g/cm-2
) ditemukan variasi berbeda di semua lokasi selama masa
penelitian.
Kata Kunci: Kappaphycus alvarezii, Karagenan, menghasilkan, Kekuatan
Gel, SRC, India.
4. 1
Pendahuluan
Budidaya rumput laut berkembang pesat sejak tahun 2000 karena
menigkatnya penggunaan karagenan, terutama dalam industri pengolahan
makanan (Bixler dan Porse., 2011). Karagenan merupakan hidrokoloid ketiga
terpenting di dunia setelah pati dan gelatin dan sebagai bahan di berbagai spesies
rumput laut merah, Rhodophyta (McHugh, 2002). Karagenan merupakan sulfat
galaktan dengan 3,6-anhydrogalactose pada residu 4-linked, berdasarkan jumlah
dan posisi dari kelompok sulfat, yang terbagi menjadi empat jenis, Kappa, Iota,
Beta, dan Lambda. Karagenan diekstraksi dari Kappaphycus alvarezzii (cottoni
trade), iota karagenan dari Eucheuma denticulatum (spinosum trade), beta
karagenan dari betaphycus gelatinae (gelatinae trade), dan lambda karagenan dari
Acanthophora specifera (Neish, 2003). Sejauh ini karagenan merupakan
polisakarida rumput laut yang paling penting digunakan dalam makanan. Sebagai
aditif makanan yang disarankan dan digunakan di seluruh dunia sebagai bahan
untuk meningkatkan kualitas produk susu dan daging, selain itu digunakan
sebagai pasta gigi hingga makanan hewan (McHugh 2003; Bixler dan Porse 2011;
FAO 2013).
Indonesia dan Filipina adalah negara penghasil karagenan rumput laut
paling tinggi, kemudian mulai dibudidayakan juga di Tanzania, Malaysia, dan
Cina (FAO 2013; Hurtado et al. 2014; Msuya et al. 2014). Ada dua metode
komersial yang berbeda dalam memproduksi karagenan. Metode pertama,
karagenan tidak pernah diekstrak sepenuhnya dari rumput laut. Semua zat terlarut
dikeluarkan dan dicuci agar rumput laut dapat larut dalam alkali dan air sehingga
karagenan tidak menghilangkan bahan yang tak larut lainnya. Residu tak larut ini,
yang sebagian besar terdiri dari karagenan dan selulosa, dikeringkan dan dijual
sebagai karagenan semi-halus (SRC). Dalam metode kedua, rumput laut
diekstraksi sepenuhnya menggunakan alkali dan air (Hayashi et al., 2010).
Karagenan semi-halus banyak digunakan dalam berbagai penggunaan dan
diproduksi oleh sebagian besar perusahaan di seluruh dunia.
Di dunia ada 24 perusahaan besar karagenan, dan kurang dari 10 pabrik
kecil (Hurtado dan Agbayani 200-). Unit pengolahan untuk karagenan yang
2
5. 1
paling utama berlokasi di Eropa, Amerika, Cina, Filipina sebagai negara produsen
dan pengekspor karagenan utama (Bixler dan Porse 2011; Neish; 2013).
Setelah pengenalan K.alvarezzi di perairan India (Subba Rao et. al 2008;
Periyasamy et. al 2014a), cara budidaya telah diadopsi oleh kelompok wirausaha
(SHG) khususnya di sepanjang Pantai Tamil Nadu (Periyasamy et al. 2014a, b, c).
Namun, informasi tentang produksi dan kualitas karagenan tidak dapat diperoleh
dari K.alvarezzi yang dibudidayakan dari India. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk menilai kualitas rumput kering (kelembaban, kandungan gulma
anhidrat bersih), hasil karagenan (SRC), dan kekuatan gelnya dari budidaya
K.alvarezzi selama 1 tahun dari April 2012 hingga Maret 2013 di tiga lokasi yang
berbeda di perairan Teluk Palk, Teluk Bengal (Mangadu, Munaikadu, dan
Vedalai). Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya (mulai
April 2011 hingga Maret 2012) yang dilakukan dilokasi yang sama untuk
memberikan hasil lebih lanjut (Periyasamy et. al. 2014b).
3
6. 1
Bahan dan Metode
Selama masa penelitian (april 2012 hingga maret 2013) budidaya
dilakukan di tiga lokasi yaitu., Mangadu (90
170
05.540
N 790
100
54.780
E),
Munaikadu (90
170
22.390
N 790
070
56.840
E), dan Vedalai (90
170
20.010
N 790
070
57.900
E) di sisi teluk Bay di Bengal di distrik Ramanathapuram, Tamil Nadu,
dengan metode rakit yang diadopsi oleh Trono dan Ohno (1989) dan Subba Rao
et. al (2008). Mangadu adalah lokasi baru di Pulau Rameswaram. Munaikadu dan
Vedelai adalah lokasi penelitian sebelumnya, selama April 2011 hingga Maret
2012, yang terletak di daratan perairan pesisir (Periyasamy et al. 2014b). Ukuran
rakit 3 X 3 m. Masa pemeliharaan, dan panen dilakukan seperti yang dijelaskan
sebelumnya (Periyasamy et al. 2014a, b). Hasil panen dan penyemaian benih
diperoleh data pertumbuhan (hasil tanam dan tingkat pertumbuhan) yang dicapai
setiap bulan. Hasil panen dan penyemaian benih di rakit dilakukan pada hari yang
sama pula. Bahan yang dipanen selanjutnya dicuci bersih dengan air laut untuk
menghilangkan kotoran seperti pasir, debu, dan gulma lainnya untuk bahan murni,
dan 50 kg bahan ini dikeringkan selama 1 bulan dan di jemur selama tiga hari
berturut-turut di bawah sinar matahari. Sebaliknya untuk mengeringkan rumput
laut secara merata perlu waktu yang cukup lama. Pada malam hari, material
ditutupi dengan plastik untuk mencegah penyerapan ke atmosfer. Setelah
pengeringan, bahan dikemas dalam kantong plastik dengan label dan dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut.
4
7. 1
Penentuan kualitas gulma kering (isi MC dan CAW)
Untuk bahan yang dikeringkan dengan sinar matahari, kadar air (mc (%) = (berat
kering / berat asli) x100) ditetapkan oleh pengeringan sampel pada 800
C selama
18 jam dalam oven udara panas (Neish 2003). Bersihkan bahan anhidrat di air
ledeng untuk menghilangkan pasir dan garam.
Penentuan karagenan (SRC) dan Hasil kekuatan gel
Karagenan dianalisis untuk memperoleh hasil sampel kering tiap bulannya
menggunakan metode Santaley (1987) dan ohno et al., (1994). Metode ini
melibatkan penggunaan material dengan 2% KOH pada 80 0
C selama 3 jam.
Setelah itu, dibersihkan menggunakan air tawar.
Bahan gel ditentukan dengan "DPNS 601: 2008 spesifikasi kelas makanan
karagenan," dikenal dengan metode Bloom. Singkatnya, 1,5 g serbuk kering
bahan dilarutkan dalam 100 mL larutan KCL 2% dengan melakukan pengadukan
dan kemudian air dipanaskan selama 45 menit pada 80 0
C untuk mendapatkan
larutan yang homogen dan kemudian didinginkan dalam air pada suhu 5 0
C
selama 3 jam dan gel yang kuat akan terbentuk. Kekuatan gel diukur
menggunakan analisis brookfield tekstur (CT3 1500 g-TA 10-12,7 mm D, 35 mm
L) dan dinyatakan sebagai g cm-2
. Sampel rangkap tiga dianalisis setiap bulan
untuk setiap lokasi dan dengan SD dihitung.
Parameter Lingkungan
Selama periode percobaan 15 hari, suhu air laut di sekitar lokasi percobaan
diukur menggunakan Thermometer. Sampel air laut dikumpulkan setiap malam
pada interval (pagi (6-7), siang (11-12), dan sore (4-5)) dan dianalisis dalam
rangkap tiga untuk salinitas, nitrat, dan fosfat. Salinitas diukur menggunakan
Hand Refraktometer (Atago KK, Jepang, akurasi = ±1). Nitrat dan fosfat
ditentukan mengikuti metode Strickland dan Parson (1972).
5
8. 1
Pembahasan
Selama masa penelitian, kadar air ditemukan bervariasi dari 35,00 ± 0.00
sampai 38.39 ± 0.19%. Hasilnya sebanding dengan nilai dari Vietnam (34,5
hingga 45,3%), Filipina (54,5%), dan Indonesia (45%) (ohno et al. 1996). Dalam
penelitian sebelumnya selama April 2011 hingga Maret 2012, kadar air 31,27 ±
0,64 hingga 37,73 ± 0,75% dilaporkan untuk alga yang sama kurang lebih sampel
yang sama (Periyasamy et al. 2014b). Standar industri untuk kadar air maksimum
dari cottoni kering adalah 38% di Indonesia (Neish 2013) dan 40% dalam Filipina
(Hurtado et al. 2013).
Kandungan CAW bervariasi dari 39,26 ± 1,37 hingga 45,22 ± 0,57% di
semua lokasi. Kadar air dan kandungan CAW dari alga ini selama penelitian
sesuai dengan nilai internasional yang diterima untuk rumput laut sesuai
spesifikasi standar (kadar air kurang dari 42% dan kandungan CAW minimal
40%.
Nutrisi sangat berperan penting untuk mengatur pertumbuhan dan
kandungan karagenan Kappaphycus (Glenn dan Doty 1990). Kandungan
karagenan maksimum di semua lokasi selama periode penelitian ini, ditemukan
suhu air laut adalah berkisar antara 29,67 dan 32,33 0
C, salinitas antara 30,00 dan
31,50%, nitrat 1,14 dan 2,04 µmol L-1
, dan fosfat antara 0,62 dan 2,28 µmol L-1
.
ANOVA p = 0,05 menunjukkan bahwa suhu air laut (p = 0,011), salinitas
(p = 0,001), dan nitrat (p = 0,018) ditemukan signifikan secara spasial,
menunjukkan bahwa faktor lingkungan ini dapat dilihat dari beberapa lokasi yang
berbeda selama pengamatan. Selain itu, hasil SRC signifikan baik secara spasial
(p = 0,038) dan temporal (p = 0,014) dan (p = 0,0004). Konten CAW hanya
signifikan secara temporal (p = 0,0007).
Sifat karagenan dapat bervariasi secara luas tergantung pada waktu panen
(Azanza-Corrales dan Sa-a 1990; Trono dan Lluisma 1992; Hayashi et al. 2007),
wilayah, kondisi pertumbuhan (salinitas, kedalaman, dan nutrisi) (Hayashi et
al.2007), dan proses ekstraksi serta parameter (Hilliou et al. 2006; Montolalu et
al. 2008). Bahan gel yang diperoleh adalah (379,05±6,07 sampai 486,44±5,57 g
cm-2
) sebanding dengan nilai yang diperoleh pada jenis rumput laut di tempat lain
131 g cm-2
, Filipina (Hurtado Ponce 1995) ; 480-1960 cm-2
, Vietnam (Ohno et al.
6
9. 1
1996) ; 244,44±1,29 g cm-2
, India (Eswaran et al. 2002) ; 688-926 g cm-2
, Brazil
(Hayashi et al. 2007), dan 247,8-625,3 g cm-2
(Goes dan Ries, 2012).
Berdasarkan penelitian ini (hasil karagenan, bahan gel, dan parameter
lingkungan) dapat dilihat di penelitian sebelumnya (Periyasamy et al. 2014b),
lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil SRC optimal yang
menghasilkan kekuatan gel optimum adalah dari Februari hingga Oktober selama
setahun di ketiga lokasi ini.
Karagenan yang diperoleh dalam penelitian ini memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan secara internasional: kadar air, kandungan CAW, dan hasil yang
ditemukan adalah 37.33±0.58 sampai 38.39±0.19, 44.14±0.22 sampai 45.22±0.57,
dan 37.73±0.50 sampai 38.50±0.20 %. Kadar kelembaban telah disetujui secara
internasional. Kadar air (42% maksimum), gulma anhidrat bersih (dibawah 40 %),
dan menghasilkan (dibawah 27%). Bahkan SRC yang diperoleh dari penelitian ini
ditemukan secara signifikan bervariasi. India telah mengimpor karagenan (lebih
dari 2500 ton/ tahun-1
) dari berbagai negara dan telah mengekspor gulma mentah
dari tahun 2001 hingga 2009; sejauh ini, 2372 ton bahan kering telah diekspor
oleh perusahaan Pepsico India, Gurgoan dan perusahan pribadi Aquagri, New
Delhi (Krishnan dan Narayanakmar 2013). Mengingat hal ini, Penelitian ini
diharapkan dapat memberi motivasi kepada npengusaha untuk memproduksi
karageenan di India untuk memenuhi kebutuhan internal dan membuka peluang
untuk mengekspor ke negara lain. Karagenan (SRC) dibuat dengan menggunakan
bahan K. alvarezii yang dibudidayakan, menghentikan impor karagenan (SRC),
dapat menghemat devisa dan menciptakan peluang bagi kehidupan masyarakat
pesisir
7