SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
Journal of Fisheries Aquatic Science 10(1): 1-12, 2015
ISSN 1816-4927 / DOI: 10.3923/ jfas. 2015. 1. 12. 1. 12
@2015 Academic Journals Inc.
Performance of Red Seaweed (Kappaphycus sp.) Cultivated Using Tank Culture System
Performansi Rumput Laut Merah (Kappaphycus alvarezii) yang Dibudidayakan
Menggunakan Sistem Budidaya di Tangki
Wahidatul Husna Zuldin and Rossita Shapawi
Diterjemahkan oleh:
RESTI SULAIDA
I1A2 15 038
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FALULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Performansi Rumput Laut Merah (Kappaphycus alvarezii) yang
Dibudidayakan Menggunakan Sistem Budidaya di Tangki
Nama : Resti Sulaida
Stambuk : I1A215038
Jurusan : Budidaya Perairan
Terjemahan Jurnal Ini
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :
Mengetahui
Koordinator Dosen Mata Kuliah
Manajemen Akuakultur Laut
Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc
Nip. 19661210 199103 1 005
Kendari, Juli 2018
Tanggal Pengesahan
ABSTRAK
Masih sedikit informasi yang diketahui tentang performansi rumput laut yang
dibudidayakan di fasilitas yang berbasis didarat. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan
kinerja Kappaphycus sp. yang dibudidayakan dalam sistem budidaya menggunakan wadah
tangki dengan pengaruh kepadatan rumput laut, Bubuk Ekstrak Tanaman Acadian (AMPEP),
pupuk AMPEP dan pengamatan terhadap terjadinya penyakit. Dua spesies rumput laut merah
K. alvarezii varietas coklat Tambalang, BT dan K. striatum varietas Green Flower, GF) dipilih
dan dibudidayakan secara bersama-sama menggunakan metode budidaya sistim gantung. Tiga
kali percobaan yang dilakukan selama 40 hari dengan kepadatan rumput laut yang berbeda
(Percobaan 1: 2,40, percobaan 2: 1,92 dan percobaan 3: 0,96 g/L-1
). Selain itu, empat perlakuan
dilakukan pada percobaan: T1 (hanya air laut yang disaring), T2 (air laut yang disaring diperkaya
dengan 13 mg/L-1
pupuk AMPEP), T3 (air laut yang disaring diperkaya dengan pasir dan karang
dan T4 (air laut yang disaring diperkaya dengan 13 mg L-1
pupuk AMPEP, pasir dan karang)
Berdasarkan hasil, tingkat pertumbuhan harian maxinum (2,00 ± 0.03%/hari untuk K striatum
dan 1,464 ± 0.06%/hari untuk K. alvarezii) , kemudian mencatat percobaan 3 dengan kepadatan
rumput laut terendah menggunakan perlakuan T4 di bawah parameter alami budidaya yaitu
intensitas cahaya, tingkat DO, pH, suhu dan salinitas. Dalam penelitian ini, performansi rumput
laut yang di budidayakan di tangki, yang dipengaruhi oleh dipenyakit seperti 'Ice-ice' dan infeksi
epifit air laut yang menyebabkan thallus memutih dan penurunan biomassa terhadap rumput laut
yang dibudidayakan. Temuan ini signifikan untuk menyediakan data dasar dan memfasilitasi
pembudidaya rumput laut yang berbasis darat di masa depan.
Kata Kunci: Kappaphycus sp., K. alvarezii Varietas Coklat Tambalang K. striatum Varietas
Green Flower, Budidaya Berbasis Daratan, Kepadatan Rumput Laut
Pendahuluan
Budidaya rumput laut telah dikenal sebagai salah satu kegiatan perikanan budidaya
berdampak tinggi di Malaysia karena meningkatnya permintaan dunia akan rumput laut mentah
dan rumput laut olahan berskala global yang dilaporkan pada tahun 2012 sekitar 350.000-
400.000 mt (Yasir, 2012). Sebagian besar budidaya rumput laut di Malaysia dan negara-negara
tetangga seperti Filipina, Indonesia, Vietnam dan Myanmar melakukankan budidaya di laut
terbuka (Baidu dan Levine, 2011). Metode budidaya yang paling umum dipraktekkan oleh
1
pembudidaya rumput laut lokal di Semporna, Sabah adalah menggunakan sistem budidaya
"tie-tie" tali panjang atau juga dikenal sebagai metode budidaya tali gantung untuk jangka waktu
30-45 hari sebelum panen (Ali et al., 2014). ). Di Sabah, Malaysia, budidaya rumput laut di laut
lepas dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan yang masih diperdebatkan yaitu pada variasi
pertumbuhan musiman, infeksi epifitik, ancaman dari penyu dan ikan pemangsa rumput laut
(Neish, 2003) dan juga masalah keamanan tenaga kerja. Metode budidaya rumput laut berbasis
lahan mungkin dapat menjadi alternatif selain dari budidaya terbuka. Dalam edisi ini, bibit yang
dihasilkan dari kultur jaringan dan studi genetika. Sedikit yang diketahui tentang performansi
rumput laut yang dibudidayakan dalam metode berbasis daratan. Baru-baru ini, beberapa
penelitian mempelajari kandungan nutrisi, kultur jaringan dan metode budidaya yang
menguntungkan dengan temuan yang memberi keuntungan (Chan at al., 2006). Pada tahun 2009,
para peneliti dari China telah menemukan tangki kecil dengan sistem air mengalir untuk
budidaya rumput laut coklat (Sargassum horneri) didalam sebuah ruangan (Pang at al., 2009).
Rumput laut coklat dilaporkan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di tangki dengan laju
reproduksi dipercepat di bawah kondisi optimal. Oleh karena itu, desain eksperimental yang
sebanding juga bisa diterapkan untuk Kappaphycus sp. Untuk mengetahui kemampuan rumput
laut untuk tumbuh didalam sistem budaya tangki.
Dalam penelitian ini, Kappaphycus sp. diurutkan sebagai subjek eksperimental
berdasarkan nilai komersial sebagai penghasil Carrageenophytes memproduksi biopolimer laut
yang dikenal sebagai carrageenan yang dapat digunakan sebagai pengikat, pembentuk gel dan
pengental. Kappaphycus sp. juga dibudidayakan secara melimpah di perairan pantai timur Sabah,
Malaysia. Dalam hal reproduksi Kappaphycus sp. memiliki kemampuan untuk menghasilkan
baik cara seksual maupun aseksual (Bulboaetal., 2008) dan mengalami perkecambahan spora dan
perkembanganbiakan vegetatif (Ask dan Azanza., 2002). Faktanya, perkembanganbiakan
vegetatif sangat dapat diterapkan untuk budidaya rumput laut dalam metode budidaya di tangki
(Hallingetal., 2005). Oleh karena itu, Kappaphycus sp. dapat bertahan hidup dan tumbuh dengan
baik di dalam tangki melalui reproduksi vegetatif atau pertumbuhan thallus dengan adanya sel
di masing-masing ujung thallus yang tumbuh pada tali rumput laut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui performansi Kappaphycus sp. yang dibudidayakan dalam sistem kultur tangki
dengan pengaruh kepadatan rumput laut, penggunaan pupuk AMPEP yang diekstrak dari
tumbuhan laut, dan pengamatan terhadap infeksi penyakit.
2
Metode dan Bahan
Pemilihan bibit, ketersdiaan bibit dan pemindahan lokasi: Jenis rumput laut merah
Kappaphycus alvarezii dipilih berdasarkan kelimpahannya, ketersediaan dan kualitas
berdasarkan data eksperimen fisiologis sebelumnya yang meliputi tingkat pemasukan, tingkat
kelangsungan hidup, nilai gizi dan kandungan karagenan (Neish, 2003). Pengambilan sampel
dilakukan menggunakan seleksi rumput laut secara manual pada pembudidaya rumput laut lokal
yang terletak di pulau Semporna, Salaka (NO4O
34.066’ E118O
40.673’) Salaka. Kappaphycus
alvarezii varietas coklat Tambalang (BT) dan Kappaphycus striatum rumput laut hijau melaui
pemindahan lokasi dari budidaya di alam ke hatchery Universitas Sabah Malaysia (Gambar 1)
bibit rumput laut yang sehat dengan kualitas baik dan jumlah potensi pertumbuhan thallus yang
berpotensial dipilih dan ditimbang sekitar 50 -90 g L-1
sebagai bibit awal.
Desain eksperimental: Tiga percobaan selama 40 hari dilakukan dengan kepadatan rumput
laut yang berbeda (Percobaan 1: 2.40, percobaan 2: 1.92 dan percobaan 3: 0.96 g L-1
) dengan
empat perlakuan yang berbeda yang diuji dalam setiap percobaan. Uji coba dilakukan dari Juli
sampai Agustus 2013 (percobaan 1), September sampai Oktober 2013 (Percobaan 2) dan
Februari sampai pertengahan Maret 2014 (percobaan 3). Kepadatan rumput laut dihitung
berdasarkan berat basah rumput laut yang ada pada masing-masing tali gantung dengan volume
rumput laut di dalam tangki. Rumput laut kemudian ditempatkan di tangki dengan perlakuan
yang berbeda dan menggunakan pupuk pada dasar substrat.
Desain eksperimen dua-faktor diterapkan dalam penelitian ini dengan jenis rumput laut (K.
striatum dan K. alvarezii) yang dibudidayakan bersama dalam satu budidaya tangki. Rumput laut
diikat secara berpasangan (campuran jenis) diantara 1 m tali gantung polyethylene di
quadruplicates (empat baris) untuk mengetahui kemungkinan pertumbuhan dua jenis yang
berbeda di baris yang sama. Sistem budidaya tangki dirancang (Gambar 1) menggunakan empat
tangki 1000 L PVC (Polyvinyl chloride) dengan kedalaman tangki 1,11 m kemudian ditempatkan
di luar hatchery. Budidaya tangki dilakukankan dengan menggunakan air laut yang mengalir
melalui sebuah sistem, dengan pasokan sumber air laut yang disaring (laju aliran = 50 Ml) detik-1
dan juga dilengkapi dengan aerasi terus menerus. Sistem aliran terus-menerus terjadi ketika air
laut ditambahkan ke dalam tangki dari pipa pemasukan yang disaring dari pasokan sumber air
laut dan diputuskan kembali ke saluran pembuangan melalui pipa pengeluaran.
3
Tangki diberi label sesuai dengan tipe perlakuan sebagai T1 (hanya air laut saring), T2 (air
laut yang disaring diperkaya dengan 13 mg L-1
Acadian Ekstrak Tanaman laut, pupuk AMPEP),
T3 (air laut yang disaring dengan menggunakan substrat dasar pasir dan karang) dan T4 (air laut
yang disaring dengan menggunakan substrak pasir dengan pemberian pupuk AMPEP sebanyak
13 mg L-1
,). Untuk perlakuan T2 dan T4, pada awal periode budidaya rumput laut direndam
pada 13 mg L-1
pupuk AMPEP minimal 20 hari selama periode budidaya. Pupuk AMPEP
dimasukan kedalam setiap tangki budidaya. Pupuk AMPEP di ekstrak dari tumbuhan
Ascophyllum nododum yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan kesehatan
rumput laut serta meningkatkan kualitas nutrisi yang dibutuhkan oleh rumput laut (Hurtado et
al., 2009). Substrat pasir dan pecahan karang diambil di bagian garis pantai dekat hatchery UMS.
Pengamatan kejadian penyakit: Infeksi penyakit pada kedua K.alvarezii var. Coklat
Tambalang dan K.striatum var. Green Flower dibiakkan di setiap tangki perlakuan. Setiap
percobaan 1, 2 dan 3 diamati secara fisik dengan memeriksa kondisi masing-masing tanaman
rumput laut. Dua jenis penyakit yang diamati: "Ice-ice" dan infeksi epifit. Jumlah tanaman
secara acak dihitung dan dicatat menjelang hari terakhir uji coba budidaya.
Analisis kualitas air tangki : Parameter kualitas air disetiap tangki budidaya dipantau secara in-
situ (tingkat oksigen terlarut (DO), pH, suhu, salinitas, dan intensitas cahaya) sebanyak dua kali
sehari (jam 8 pagi dan 3 sore) menggunankan paralatan multi-parameter HANNA, yang dikukur
dengan menggunakan analisis kolorimetri selama 40 hari masa percobaan (Yong dkk., 2013).
Analisis Laju Pertumbuhan Harian: Untuk mengetahui pertumbuhan harian, yaitu dengan
melakukan pengukuran berat basah untuk setiap tanaman rumput laut yang dicatat setiap 10 hari.
Performansi pertumbuhan diukur dengan menghitung laju pertumbuhan harian (LPH %) untuk
setiap tangki. Persamaan yang digunakan untuk menghitung LPH dapat menggunakan rumus
dari (Young dkk., 2013).
Analisis statistik : Kapanpun diperlukan, data menjadi sasaran analisis lebih lanjut dari
perbedaan signifikan dengan dua ANOVA dan uji post-hoc menggunakan SPSS softwere versi
21 (SPSS Inc).
HASIL
Setelah 40 hari budidaya, K. striatum var GF dan K. alvarezii var. BT dari empat
perlakuan yang berbeda (T1, T2, T3 dan T4) menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam
4
tingkat pertumbuhan harian, LPH (p <C05) Laju Pertumbuhan Harian maksimum (2,00 ±
0.03%/hari) dicapai oleh K. striatum var GF selama budidaya, percobaan3 dengan kepadatan
rumput laut terendah 0,96 g L- 1
dan diperlakukan dengan pengayaan AMPEP dan penempatan
pasir dan karang dalam tangki, T4 beserta T2, T3 dan T1 (masing-masing 1.60±0.06, 1.49±0.03
dan 1 .44±0.02%/hari) seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 2. Demikian pula, DGR dari K.
alvarezii var BT juga yang tertinggi di T4 (1.46 ± 0.06%/hari) beserta T2, T3 dan T1 (masing-
masing 1.11±0.02, 0.89±0.13 dan 0.41±0.33%/hari). kepadatan rumput laut pada percobaan 1
240 g/L-1
mengalami pertumbuhan yang kurang baik untuk K. striatum var GF dan K. alvarezii
var. BT yang diamati pada semua perlakuan kecuali untuk K. striatum var. GF (0.21±0.23%/hari)
budidaya di T4 (gambar. 3) Sementara itu, Percobaan 2 pada 1,92 g L-1
kepadatan rumput laut
menunjukkan pertumbuhan negatif untuk K.alvarezii var. BT dan peningkatan pertumbuhan
minimal untuk K. striatum var. GF dalam setiap perlakuan di mana tingkat pertumbuhan
tertinggi dicapai pada T4 (046±0.40%/hari diikuti oleh T2, T3 dan T1 (masing-masing
0.30±0.39, 0.28±0.38 dan 0,08±0.28%/hari-1
) (Gambar. 4) Berdasarkan dari hasil Tabel. 1,
jumlah Kappaphycus sp. dipengaruhi oleh "ice-ice" dan infeksi epifit lebih tinggi di Percobaan 1.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil, penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja yang baik dari K. avarezii
var BT dan K striatum var GF ditemukan di massa jenis tangki rumput laut terendah dan diolah
dengan pengayaan pupuk EMPEP dan penempatan dalam tangki dibandingkan dengan
K avarezii var. BT. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menggali potensi
sebenarnya dari Kappaphicus sp. dalam sistem kultur tangki. Sangat sedikit laporan tentang
performansi rumput laut dalam sistem budidaya tangki. Memang, sedikit diketahui tentang
pertumbuhan Kappaphicus sp. yang dibudidayakan dengan menggunakan sistem budidaya
tangki. Budidaya rumput laut dengan menggunakan sistem budidaya tangki secara signifikan
mendukung keberlangsungan industri rumput laut. Untuk pengetahuan, ini adalah laporan
pertama tentang kinerja rumput laut dengan menggunakan sistem budidaya tangki di Malaysia.
Namun, beberapa studi telah melaporkan kinerja pertumbuhan rumput laut di laut terbuka.
Dalam penelitian ini, kepadatan rumput laut terendah pada 0,96 g L-1
menunjukkan
tingkat pertumbuhan Kappaphycus sp. yang lebih tinggi, dibandingkan dengan kepadatan rumput
laut 2,40 dan 1,97 g L-1
. Menurut Yong et al. (2014) menyatakan, kepadatan yang terlalu tinggi
dalam tangki budidaya dapat menyebabkan kekurang nutrien dalam fasilitas biakan. Selain itu,
5
intensitas cahaya dalam tangki akan berkurang dengan kepadatan rumput laut yang lebih tinggi
sehingga menyebabkan laju fotosintesis rendah untuk rumput laut sehingga mengurangi laju
pertumbuhan (Bidwell el al., 1985). Ada penelitian yang menunjukkan bahwa Kappaphcus sp.
harus dibudidayakan pada kepadatan penebaran yang lebih rendah dalam sistem budidaya tangki
untuk menghasilkan tingkat pertumbuhan harian yang lebih tinggi. Selain itu, temuan dari studi
ini juga menunjukkan bahwa K. striatum var. GF dan K. alvarezii var. BT dapat dikombinasikan
dengan kepadatan rumput laut yang lebih rendah, tambahan pengayaan pupuk organik seperti
EMPEP dan juga penggunaan pasir dan karang, menurut Preisig dan Hans (2005), daerah dengan
zat warna kasar untuk substrat dasar karang adalah situs yang baik untuk budidaya rumput laut.
Oleh karena itu, penempatan pasir dan karang dapat membantu dalam mempromosikan
pertumbuhan Kappaphicus sp. dalam wadah tangki.
Tingkat Pertumbuhan Harian (LPH) dari stasiun K. alvarezii dilaporkan 3-4% (Hayashi et
al., 2011) 75-35% (Ali et al., 2014), ketika melakukan budidaya di laut terbuka. Berdasarkan
hasil penelitian ini, keduanya yaitu K. striatum var GF dan K. alvarezii var. BT menunjukkan
tingkat pertumbuhan yang tinggi pada kepadatan rumput laut yang lebih rendah (0,96 g L-1)
dalam tangki budidaya dengan pemberian pupuk AMPEP dan penambahan substrat pasir dan
karang. Penambahan pupuk AMPEP dan penggunaan substrat pasir dan karang di bagian bawah
tangki budidaya dapat memfasilitasi pertumbuhan budidaya K. alvarezii dan K. striatum
(Hurtado et al., 2009: Havassi sama sekali. 2010). Hurtado et al., (2009), AMPEP diekstraksi
dari Ascopinllum nodosum, ekstrak rumput laut coklat yang mengandung lebih banyak
makronutrien penting dan mikronutrien yang juga diperlukan untuk pertumbuhan, Borlongan et
al., (2011) menyatakan bahwa penambahan AMPEP pada budidaya rumput laut tidak hanya
dapat meningkatkan pertumbuhan tetapi juga dapat mengendalikan infeksi epifit.
Jumlah terjadinya infeksi penyakit di setiap uji coba budidaya efek kinerja Kappaphicus Sp.
dalam tangki. Bahkan, tangki dengan kepadatan rumput laut terendah menunjukkan jumlah
penyakit yang lebih rendah dari Kappaphycus Sp di dalam tangki yang ditunjukkan oleh laju
pertumbuhan harian maksimum yang diperoleh dari percobaan 3 menurut Vairappan et al.,
(2008), "ice-ice" adalah jenis infeksi bakteri yang dapat memengaruhi pertumbuhan terhadap
kepadatan rumput laut yang tinggi. Selain itu, Hayashi et al. (2010) menyatakan bahwa
perubahan suhu maupun salinitas secara mendadak dapat mengalami gejala stres terhadap K.
alvarezii sehingga dapat mudah terinfeksi penyakit "ice-ice". Budidaya K. alvarezii dan K.
6
striatum pada percobaan 1 dan 2 menunjukkan pertumbuhan yang sangat lambat dan negatif
dimana sebagian besar rumput laut mengalami kerusakan bagian batang yang kemudian jatuh
dari ikatan tali dan setelah 30 hari akan menyebabkan penurunan bobot (gambar, 6) penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Vairrapan., (2006) di Pulau Balambangan Kudat, Sabah dari
Januari hingga Desember 2003, infeksi epifit dalam budidaya rumput laut komersial dan sangat
dipengaruhi oleh faktor musiman oleh pH. Rumput laut merah dapat bertahan dari infeksi epifit
pada periode antara Maret hingga Juni dan September sampai November. Dalam penelitian ini,
rumput laut dalam uji budidaya menggunakan wadah tangki yang dilaksanakan dari Juli hingga
Agustus 2013 dan uji coba 2 dilakukan dari September hingga Oktober 2013 Dengan demikian,
K. alvarezii var. BT dan K. striatum var. GF dibudidayakan selama percobaan I dan 2 mengalami
tingkat pertumbuhan yang kurang baik karena dipengaruhi oleh infeksi epifit musiman.
Sementara itu, selama budidaya Kappaphycus sp. pada percobaan 2 paling sedikit terinfeksi
epifit musiman sejak pesiode budidaya yang dimulai dari bulan Februari hingga pertengahan
bulan Maret 2014.
Beberapa parameter dan faktor kualitas air laut yang penting perlu dipertimbangkan di
seluruh budidaya rumput laut di tangki termasuk intensitas cahaya, radiasi matahari, suhu,
gerakan air, salinitas, tingkat DO, pH dan ketersediaan nutrisi. Dalam percobaan ini, parameter
yang diamati terdiri dari salinitas, suhu, oksigen terlarut (DO), pH, intensitas cahaya (konsentrasi
nitrit, nitrat dan amonia) sebagaimana dalam suhu, oksigen terlarut, pH dan intensitas cahaya
untuk semua percobaan 00-0.35 hingga 1.23 hingga 6117±547.88 lux masing-masing berkisar
rata-rata dari 29.20±0,49 hingga 34,97±0,40 ppt, 27,68±1,92 hingga 32.24±0.40 0
C, 5.00±0.35
hingga 6.95±0.65, 7.66±048 hingga 8.82±0.44 dan 5842±1081.23 dan 6117±548.88 lux.
Berdasarkan pengamatan, parameter kualitas air yang tercatat dalam tangki budidaya termasuk
dalam kisaran persyaratan optimum untuk Kappaphycus sp. dibudidaya di laut terbuka kecuali
untuk intensitas cahaya. Menurut Preisig dan Hans., (2005), kondisi budidaya optimum
Kappaphycus sp. di laut terbuka menginduksi kisaran suhu sekitar 27-30 0
C, salinitas 30-33 ppt,
DO 5-6, pH dan 7-9, intensitas cahaya 6000-9000 lux dan juga ketinggian air 0,5-1,0 m. selama
pasang tinggi.
Intensitas cahaya selama percobaan 1 dan percobaan 2 sedikit lebih rendah dari pada
percobaan 3 (Tabel 2). Perbedaan intensitas cahaya juga dapat mempengaruhi kinerja
pertumbuhan rumput laut di setiap percobaan. Tingkat pertumbuhan harian yang lebih tinggi dari
7
Kappaphycus sp. dalam Percobaan 3 menunjukkan bahwa tingkat intensitas cahaya selama
periode kultur cocok untuk pertumbuhan rumput laut karena intensitas cahaya optimum untuk
budidaya rumput laut berkisar 6000-8000 lux (Preisig dan Hans., 2005). Selama periode
budidaya di percobaan 1 dan percobaan 2, intensitas cahaya lebih rendah dari percobaan 3 karena
curah hujan yang sering dari bulan Juni hingga November 2013. Rumput laut adalah jenis
tanaman laut yang mengalami fotosintesis seperti tumbuhan fotosintesis lainnya. Rumput laut
juga dikategorikan sebagai makroalga laut yang didistribusikan hanya di wilayah pesisir laut
karena karakteristik bentik (melekat pada bagian bawah) dan menjalani fotosintesis (Tambang.,
2008). Fotosintesis pada rumput laut terjadi sama seperti tumbuhan tinggi lainnya dengan
keberadaan pigmen terutama klorofil dan lain-lain seperti karotenoid dan phycobilins yang
menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi makanan dan sumber energi (Rabinowith
dan Govindjee., 1965). Oleh karena itu, jumlah cahaya yang tersedia untuk penyerapan sangat
signifikan dalam memastikan efisiensi fotosintesis pada tanaman rumput laut yang mengarah
pada peningkatan pertumbuhan melalui energi dan nutrisi yang cukup yang diperlukan untuk
pembelahan sel rumput laut. Dalam hal kandungan nutrisi air laut dalam tangki, konsentrasi rata-
rata nitrit, nitrat dan amonia di semua tangki perlakuan di bawah 1,0 mg L-1
, menunjukkan
kualitas air yang baik dengan konsentrasi limbah air laut yang rendah. Namun, konsentrasi nitrat
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan nitrit dan amonia karena sifat rumput laut dalam
mengasimilasi nitrat sebagai sumber nutrisi dalam bentuk nitrogen organik dan nitrogen
anorganik. Dalam ekosistem akuatik alami, 95% nitrogen yang terjadi sebagai gas nitrogen
terlarut (N) tidak langsung dapat diakses oleh sebagian besar organisme yang berfotosintesis-
oksigen Nitrat adalah bentuk utama dari nitrogen anorganik terlarut yang tetap yang berasimilasi
oleh organisme. Oleh karena itu, nitrat merupakan sumber nitrogen yang tersedia untuk
makroalga dalam lingkungan perairan (Chow., 2012)
Singkatnya, kedua jenis Kappaphycus sp. (K. striatum var. GF dan K. alvarezii var. BT)
memiliki potensi besar untuk dikembangkan bersama dalam sistem kultur tangki berbasis darat
pada kepadatan rumput laut rendah dan kualitas air optimal. Lahan penelitian rumput laut dapat
diperluas dengan data yang disediakan dari penelitian ini tentang sistem kultur tangki berbasis
lahan (pembenihan). Memang, budidaya rumput laut berbasis lahan juga menciptakan peluang
baru bagi industri untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi dan penetasan menggunakan
sistem kultur tangki berbasis darat. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut tentang desain tangki
8
yang berbeda harus dipertimbangkan untuk mengeksplorasi lebih banyak potensi dalam
pertanian rumput laut berbasis lahan.
KOSAKATA
Performance : Performansi
Of : akan
Red : merah
Seaweed : rumputlaut
Kappaphycus :Kappaphycus
Alvarezii : alvarezii
Cultivated : Dibudidayakan
Using :menggunakan
Tank : tangki
Culture : budidaya
System : sistim
Introduction : pendahuluan
farming : budidaya
identified : diperkenalkan
high : besar
impact : pengaruh
activities : kegiatan
Malaysia : Malaysia
increasing : meningkat
Raw : Baku
processed : diolah
reported : diketahui
global : seluruh
World : dunia
Demand : permintaan
Seaweed : rumputlaut
farming : budidaya
countries : Negara-negara
Philippines : Philipina
Indonesia : Indinesia
Vietnam : Vietnam
Myanmar : Myanmar
involved : dibawa
sea : laut
common : umum
method : cara
practiced : berpengalaman
local : daerah
samporna : Samporna
Sabah : Sabah
involve : Terlibat
fixed : ditentukan
long : panjang
line : tali
tie-tie : tie-tie
known :mengenal
henging :henging
period :waktu
days :hari
before : sebelum
harvest : pemanenan
challenged : ditantang
ambingous : ambingous
dependency : dependency
seasonal : musiman
growth : pertumbuhan
variation : perbedaan
epiphytic : epiphytic
infection : perdagangan
grazer’s : pemangsa
threats : ancaman
fishes : nelayan
safety : keamanan
issue : persoalan
labour : Tenaga kerja
land : tanah
9
based : Berdasarkan
alternative : Alternatif
important : Penting
research : Penelitian
acctimalization : Penyesuaian
seedling : Bibit
produced : Diproduksi
genetics : Genetika
study : Studi
Little : Sedikit
Recently : Baru-baruini
few : Beberapa
researches : Penelitian
nutritional : Gizi
content : Kandungan
micropropagation : Mikropropagasi
favourable : Menguntungkan
promising : Menjanjikan
findings : Temuan
china : China
had : memiliki
invented : ditemukan
small : kecil
raceway : racewai
brown : coklat
Sargassum horneri : Sargassum horneri
indoor : dalamruangan
space : ruang
ability : kemampuan
survive : bertahan hidup
accelerated : dipercepat
reproduction : reproduksi
rate : tingkat
optimum : optimal
condition. : kondisi
comparable : sebanding
could : bisa
applied : diterapkan
Kappaphycus sp. : Kappaphycus sp.
investigate : menyelidiki
present : saatini
sekected : sekected
commercial : komersial
value : nilai
carrageenophytes : carrageenophytes
producing : produk
marine : tangkap
biopolymer : biopolimer
carrageenan : karagenan
binding, : mengikat
gelling : gelling
thickening : penebalan
agent : agen
abudantaly : melimpah
East : timur
Coast : pantai
waters : perairan
reproduction : reproduksi
ability : kemampuan
trough : Palung
both : kedua
asexsual : aseksual
sexual : seksual
Undergo : menjalani
Spores : spora
Germination : perkecambahan
Vegetative : vegetatif
Propagation : perambatan
Fact : fakta
Vegetative : vegetatif
Propagation : propagasi
Highly : sangat
Applicable : berlaku
Halling : Halling
Migh : mungkin
Survive : bertahanhidup
Normally : normal
Thalli : talus
Presence : kehadiran
Dividing : pemisah
10
Each : masing-masing
Thallus : talus
Branchlets : branchlets
Present : menyajikan
Aims : bertujuan
density : kepadatan
usage : pemakaian
Acadian : Acandian
Plant : tanaman
Extract :ekstrak
Powder :Bubuk
AMPEP : AMPEP
Ferlizer : pupuk
Observation : pengamatan
Disease : penyakit
Occurrence : kejadian
Materials : bahan
Selection :pemilihan
Collection :koleksi
Translocation :translokasi
Red : merah
Species : jenis
Abudance : kelimpahan
Availability : ketersedian
Quality : kualitas
Physiological : fisiologi
Experimental : eksperimental
Data : data
Covering : penutup
Rate : tingkat
Nutritional : nutrisi
Value : nilai
Sampling : contoh
Manual : manual
Local : lokal
Farm : nelayan
Island : pulau
Samporna : Samporna
Variety : varitas
Tambalang : Tambalang
K. striatum : K. striatum
Green : hijau
Flower : bunga
University : universitas
Shrimp : Udang
Hatchery : Hatchery
Healty : sehat
Potential : potensi
Thalli : Thalli
Weighed : ditimbang
Initial :awal
Washed : dicucibersih
Water : air
treatments : perlakuan
hanging : gantung
ropes : tali
divided : terbagi
volume : volume
fertilizer : pupuk
and : dan
buttom : buttom
substrate. : substrat
factor : faktor
mutually : gonta-ganti
tied : terikat
polyethylene : polyethylene
ropes : tali
toinvestigate : menginvestigasi
same : sama
depth : kedalaman
outdoor : di luar ruangan
running : running
flow : mengalir
filtered : disaring
source : sumber
supply : menyediakan
equipped : lengkap
continous : terus menerus
aeration. : aerasi
pipe : pipa
Enriched : memperkaya
Sands : pasir pasir
Corals : karang
Immersed : ditenggelamkan
11
Sprayed : disemprotkan
Every : setiap
During : selama
Treated : diobati
Ascophyllum : Ascophyllum
Nododum : nododum
Promote : memajukan
Imprive : kesehatan
Composed : disusun
Rubbles : puing puing
Coarse : kasar
Shorelin : garis pantai
Nearby : dekat
Observed : diamati
Physically : secara fisik
Examining : memeriksa
Epiphytes : epipit
Rondamly : secara acak
Calculated : dihitung
parameters : parameter
monitored : dipantau
in-situ : in-situ
dissolved : larut
oxygen : oksigen
level : tingkat
DO : DO
pH, : pH
temperature, : suhu
salinity : salinitas
ligh : cahaya
intensity : intensitas
morning : pagi
afternoon : sore
HANNA : HANNA
Multi : luas
equipment, : perlengkapan
meter : meter
ex-situ : ex-situ
concentration : konsentrasi
nitrite, : nitrit
nitrate : nitrat
ammonia : amoniak
colorimetric : colorimetric
analysis : analisis
terms : terminologi
measurement : pengukuran
Daily : harian
appropriate, : tepat
further : lebih lanjut
significant : berpengaruh
differences : perbedaan
way : kesimpulan
Anova : Anova
a post-hoc : post-hoc
test : uji
using : menggunakan
SPSS : SPSS
softwere : softwere
version 21 : versi 21
(SPSS Inc) :SPSS
density : kepadatan
mildde : tengah
error. : kesalahan
average : rata-rata
taken : diambil
Discussion : Pembahasan
suggested : disarankan
good : baik
enrichment : memperkaya
explore : jelajahi
true : benar
potential : potensial
limited : terbatas
report : melaporkan
on : di
industy. : industri
first : pertama
essential : penting
macronutrients : makro nutrisi
micronutrients : mikro nutrisi
required : diwajibkan
penetration : penetrasi
decrease : mengurangi
promote : memajukan
maximum : maksimum
bacterial : bakteri
ice-ice : ice-ice
symptom : gejala
Undergoing : menjalani
stress : stres
abrupt : mendadak
showed : menunjukan
extremely : sangat
negative : negatif
12
damaged : dirusak
parts : bagian-bagian
branched : bercabang
Balambangan : Balambangan
Kudat, : Kudat
phenomenon : fenomena
prevalence : prevalensi
seasonal : musiman
became : menjadi
susceptible : rentan
undergoes : mengalami
photosynthetic : fotosintesis
categorized : dikategorikan
distributed : didistibusi
coastal : pesisir
region : wilayah
benthic : bentik
characteristic : karkteristik
presence : kehadiran
pigment : pigmen
chlorophyll : klorofil
carotenoids : karatenoid
waste. : limbah
anorganic : anorganik
nitrogen : nitrogen
natural : natural
aquatic : akuatik
ecosystems , : ekosistem
gas (N). : gas (N).
assimilated : diasimilasi
organisms. : organisme
prevailing : berlaku
environment : lingkungan hidup
summary, : ringkasan
Abstract : abstrak
conducted : dikondisi
seawater : air laut
macroalgae : makroalga
13

More Related Content

What's hot

188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benihratnanovianty_
 
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2Ibnu Sahidhir
 
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYABACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYAlisa ruliaty 631971
 
15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambakPutra putra
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...Repository Ipb
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...Repository Ipb
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...Repository Ipb
 
Leaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang winduLeaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang windusujononasa
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Calvin Talakua
 
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarBBAP takalar
 
Lap teknik laboratorium
Lap teknik laboratoriumLap teknik laboratorium
Lap teknik laboratoriumunsri.ac.id
 
terjemahan
terjemahanterjemahan
terjemahanSantyNW
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
 

What's hot (19)

188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
 
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
 
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYABACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
 
15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Tambak tradisional
Tambak tradisionalTambak tradisional
Tambak tradisional
 
Udangvaname
UdangvanameUdangvaname
Udangvaname
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
 
Leaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang winduLeaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang windu
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
 
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
 
Lap teknik laboratorium
Lap teknik laboratoriumLap teknik laboratorium
Lap teknik laboratorium
 
terjemahan
terjemahanterjemahan
terjemahan
 
7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
 

Similar to Kinerja Rumput Laut Tangki

Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...Repository Ipb
 
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOKKEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOKRepository Ipb
 
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanPengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanSteven Steven
 
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAEPENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAERepository Ipb
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...sadaria bdp
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...rama bdpuho
 
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilisKONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilisRepository Ipb
 
Laporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputraLaporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputraAndi Asfian
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"AzkiyaBanata
 
PRODUKSI BABY CRAB RAJUNGAN DI HAPA DAN BAK TERKENDALI
PRODUKSI BABY CRAB RAJUNGAN DI HAPA  DAN BAK TERKENDALIPRODUKSI BABY CRAB RAJUNGAN DI HAPA  DAN BAK TERKENDALI
PRODUKSI BABY CRAB RAJUNGAN DI HAPA DAN BAK TERKENDALIlisa ruliaty 631971
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
 

Similar to Kinerja Rumput Laut Tangki (20)

Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
 
Disertasi Mauli Kasmi
Disertasi Mauli KasmiDisertasi Mauli Kasmi
Disertasi Mauli Kasmi
 
Jurnal avertebrata air
Jurnal avertebrata airJurnal avertebrata air
Jurnal avertebrata air
 
Artikel rumput laut
Artikel rumput lautArtikel rumput laut
Artikel rumput laut
 
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOKKEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
 
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanPengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
 
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAEPENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilisKONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis
 
Laporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputraLaporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputra
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
 
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
 
PRODUKSI BABY CRAB RAJUNGAN DI HAPA DAN BAK TERKENDALI
PRODUKSI BABY CRAB RAJUNGAN DI HAPA  DAN BAK TERKENDALIPRODUKSI BABY CRAB RAJUNGAN DI HAPA  DAN BAK TERKENDALI
PRODUKSI BABY CRAB RAJUNGAN DI HAPA DAN BAK TERKENDALI
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
 
Filsafat harlianti
Filsafat harliantiFilsafat harlianti
Filsafat harlianti
 

Recently uploaded

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Recently uploaded (20)

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

Kinerja Rumput Laut Tangki

  • 1. Journal of Fisheries Aquatic Science 10(1): 1-12, 2015 ISSN 1816-4927 / DOI: 10.3923/ jfas. 2015. 1. 12. 1. 12 @2015 Academic Journals Inc. Performance of Red Seaweed (Kappaphycus sp.) Cultivated Using Tank Culture System Performansi Rumput Laut Merah (Kappaphycus alvarezii) yang Dibudidayakan Menggunakan Sistem Budidaya di Tangki Wahidatul Husna Zuldin and Rossita Shapawi Diterjemahkan oleh: RESTI SULAIDA I1A2 15 038 JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FALULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018 i
  • 2.
  • 3. HALAMAN PENGESAHAN Judul : Performansi Rumput Laut Merah (Kappaphycus alvarezii) yang Dibudidayakan Menggunakan Sistem Budidaya di Tangki Nama : Resti Sulaida Stambuk : I1A215038 Jurusan : Budidaya Perairan Terjemahan Jurnal Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh : Mengetahui Koordinator Dosen Mata Kuliah Manajemen Akuakultur Laut Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc Nip. 19661210 199103 1 005 Kendari, Juli 2018 Tanggal Pengesahan
  • 4. ABSTRAK Masih sedikit informasi yang diketahui tentang performansi rumput laut yang dibudidayakan di fasilitas yang berbasis didarat. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kinerja Kappaphycus sp. yang dibudidayakan dalam sistem budidaya menggunakan wadah tangki dengan pengaruh kepadatan rumput laut, Bubuk Ekstrak Tanaman Acadian (AMPEP), pupuk AMPEP dan pengamatan terhadap terjadinya penyakit. Dua spesies rumput laut merah K. alvarezii varietas coklat Tambalang, BT dan K. striatum varietas Green Flower, GF) dipilih dan dibudidayakan secara bersama-sama menggunakan metode budidaya sistim gantung. Tiga kali percobaan yang dilakukan selama 40 hari dengan kepadatan rumput laut yang berbeda (Percobaan 1: 2,40, percobaan 2: 1,92 dan percobaan 3: 0,96 g/L-1 ). Selain itu, empat perlakuan dilakukan pada percobaan: T1 (hanya air laut yang disaring), T2 (air laut yang disaring diperkaya dengan 13 mg/L-1 pupuk AMPEP), T3 (air laut yang disaring diperkaya dengan pasir dan karang dan T4 (air laut yang disaring diperkaya dengan 13 mg L-1 pupuk AMPEP, pasir dan karang) Berdasarkan hasil, tingkat pertumbuhan harian maxinum (2,00 ± 0.03%/hari untuk K striatum dan 1,464 ± 0.06%/hari untuk K. alvarezii) , kemudian mencatat percobaan 3 dengan kepadatan rumput laut terendah menggunakan perlakuan T4 di bawah parameter alami budidaya yaitu intensitas cahaya, tingkat DO, pH, suhu dan salinitas. Dalam penelitian ini, performansi rumput laut yang di budidayakan di tangki, yang dipengaruhi oleh dipenyakit seperti 'Ice-ice' dan infeksi epifit air laut yang menyebabkan thallus memutih dan penurunan biomassa terhadap rumput laut yang dibudidayakan. Temuan ini signifikan untuk menyediakan data dasar dan memfasilitasi pembudidaya rumput laut yang berbasis darat di masa depan. Kata Kunci: Kappaphycus sp., K. alvarezii Varietas Coklat Tambalang K. striatum Varietas Green Flower, Budidaya Berbasis Daratan, Kepadatan Rumput Laut Pendahuluan Budidaya rumput laut telah dikenal sebagai salah satu kegiatan perikanan budidaya berdampak tinggi di Malaysia karena meningkatnya permintaan dunia akan rumput laut mentah dan rumput laut olahan berskala global yang dilaporkan pada tahun 2012 sekitar 350.000- 400.000 mt (Yasir, 2012). Sebagian besar budidaya rumput laut di Malaysia dan negara-negara tetangga seperti Filipina, Indonesia, Vietnam dan Myanmar melakukankan budidaya di laut terbuka (Baidu dan Levine, 2011). Metode budidaya yang paling umum dipraktekkan oleh 1
  • 5. pembudidaya rumput laut lokal di Semporna, Sabah adalah menggunakan sistem budidaya "tie-tie" tali panjang atau juga dikenal sebagai metode budidaya tali gantung untuk jangka waktu 30-45 hari sebelum panen (Ali et al., 2014). ). Di Sabah, Malaysia, budidaya rumput laut di laut lepas dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan yang masih diperdebatkan yaitu pada variasi pertumbuhan musiman, infeksi epifitik, ancaman dari penyu dan ikan pemangsa rumput laut (Neish, 2003) dan juga masalah keamanan tenaga kerja. Metode budidaya rumput laut berbasis lahan mungkin dapat menjadi alternatif selain dari budidaya terbuka. Dalam edisi ini, bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan dan studi genetika. Sedikit yang diketahui tentang performansi rumput laut yang dibudidayakan dalam metode berbasis daratan. Baru-baru ini, beberapa penelitian mempelajari kandungan nutrisi, kultur jaringan dan metode budidaya yang menguntungkan dengan temuan yang memberi keuntungan (Chan at al., 2006). Pada tahun 2009, para peneliti dari China telah menemukan tangki kecil dengan sistem air mengalir untuk budidaya rumput laut coklat (Sargassum horneri) didalam sebuah ruangan (Pang at al., 2009). Rumput laut coklat dilaporkan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di tangki dengan laju reproduksi dipercepat di bawah kondisi optimal. Oleh karena itu, desain eksperimental yang sebanding juga bisa diterapkan untuk Kappaphycus sp. Untuk mengetahui kemampuan rumput laut untuk tumbuh didalam sistem budaya tangki. Dalam penelitian ini, Kappaphycus sp. diurutkan sebagai subjek eksperimental berdasarkan nilai komersial sebagai penghasil Carrageenophytes memproduksi biopolimer laut yang dikenal sebagai carrageenan yang dapat digunakan sebagai pengikat, pembentuk gel dan pengental. Kappaphycus sp. juga dibudidayakan secara melimpah di perairan pantai timur Sabah, Malaysia. Dalam hal reproduksi Kappaphycus sp. memiliki kemampuan untuk menghasilkan baik cara seksual maupun aseksual (Bulboaetal., 2008) dan mengalami perkecambahan spora dan perkembanganbiakan vegetatif (Ask dan Azanza., 2002). Faktanya, perkembanganbiakan vegetatif sangat dapat diterapkan untuk budidaya rumput laut dalam metode budidaya di tangki (Hallingetal., 2005). Oleh karena itu, Kappaphycus sp. dapat bertahan hidup dan tumbuh dengan baik di dalam tangki melalui reproduksi vegetatif atau pertumbuhan thallus dengan adanya sel di masing-masing ujung thallus yang tumbuh pada tali rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performansi Kappaphycus sp. yang dibudidayakan dalam sistem kultur tangki dengan pengaruh kepadatan rumput laut, penggunaan pupuk AMPEP yang diekstrak dari tumbuhan laut, dan pengamatan terhadap infeksi penyakit. 2
  • 6. Metode dan Bahan Pemilihan bibit, ketersdiaan bibit dan pemindahan lokasi: Jenis rumput laut merah Kappaphycus alvarezii dipilih berdasarkan kelimpahannya, ketersediaan dan kualitas berdasarkan data eksperimen fisiologis sebelumnya yang meliputi tingkat pemasukan, tingkat kelangsungan hidup, nilai gizi dan kandungan karagenan (Neish, 2003). Pengambilan sampel dilakukan menggunakan seleksi rumput laut secara manual pada pembudidaya rumput laut lokal yang terletak di pulau Semporna, Salaka (NO4O 34.066’ E118O 40.673’) Salaka. Kappaphycus alvarezii varietas coklat Tambalang (BT) dan Kappaphycus striatum rumput laut hijau melaui pemindahan lokasi dari budidaya di alam ke hatchery Universitas Sabah Malaysia (Gambar 1) bibit rumput laut yang sehat dengan kualitas baik dan jumlah potensi pertumbuhan thallus yang berpotensial dipilih dan ditimbang sekitar 50 -90 g L-1 sebagai bibit awal. Desain eksperimental: Tiga percobaan selama 40 hari dilakukan dengan kepadatan rumput laut yang berbeda (Percobaan 1: 2.40, percobaan 2: 1.92 dan percobaan 3: 0.96 g L-1 ) dengan empat perlakuan yang berbeda yang diuji dalam setiap percobaan. Uji coba dilakukan dari Juli sampai Agustus 2013 (percobaan 1), September sampai Oktober 2013 (Percobaan 2) dan Februari sampai pertengahan Maret 2014 (percobaan 3). Kepadatan rumput laut dihitung berdasarkan berat basah rumput laut yang ada pada masing-masing tali gantung dengan volume rumput laut di dalam tangki. Rumput laut kemudian ditempatkan di tangki dengan perlakuan yang berbeda dan menggunakan pupuk pada dasar substrat. Desain eksperimen dua-faktor diterapkan dalam penelitian ini dengan jenis rumput laut (K. striatum dan K. alvarezii) yang dibudidayakan bersama dalam satu budidaya tangki. Rumput laut diikat secara berpasangan (campuran jenis) diantara 1 m tali gantung polyethylene di quadruplicates (empat baris) untuk mengetahui kemungkinan pertumbuhan dua jenis yang berbeda di baris yang sama. Sistem budidaya tangki dirancang (Gambar 1) menggunakan empat tangki 1000 L PVC (Polyvinyl chloride) dengan kedalaman tangki 1,11 m kemudian ditempatkan di luar hatchery. Budidaya tangki dilakukankan dengan menggunakan air laut yang mengalir melalui sebuah sistem, dengan pasokan sumber air laut yang disaring (laju aliran = 50 Ml) detik-1 dan juga dilengkapi dengan aerasi terus menerus. Sistem aliran terus-menerus terjadi ketika air laut ditambahkan ke dalam tangki dari pipa pemasukan yang disaring dari pasokan sumber air laut dan diputuskan kembali ke saluran pembuangan melalui pipa pengeluaran. 3
  • 7. Tangki diberi label sesuai dengan tipe perlakuan sebagai T1 (hanya air laut saring), T2 (air laut yang disaring diperkaya dengan 13 mg L-1 Acadian Ekstrak Tanaman laut, pupuk AMPEP), T3 (air laut yang disaring dengan menggunakan substrat dasar pasir dan karang) dan T4 (air laut yang disaring dengan menggunakan substrak pasir dengan pemberian pupuk AMPEP sebanyak 13 mg L-1 ,). Untuk perlakuan T2 dan T4, pada awal periode budidaya rumput laut direndam pada 13 mg L-1 pupuk AMPEP minimal 20 hari selama periode budidaya. Pupuk AMPEP dimasukan kedalam setiap tangki budidaya. Pupuk AMPEP di ekstrak dari tumbuhan Ascophyllum nododum yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan kesehatan rumput laut serta meningkatkan kualitas nutrisi yang dibutuhkan oleh rumput laut (Hurtado et al., 2009). Substrat pasir dan pecahan karang diambil di bagian garis pantai dekat hatchery UMS. Pengamatan kejadian penyakit: Infeksi penyakit pada kedua K.alvarezii var. Coklat Tambalang dan K.striatum var. Green Flower dibiakkan di setiap tangki perlakuan. Setiap percobaan 1, 2 dan 3 diamati secara fisik dengan memeriksa kondisi masing-masing tanaman rumput laut. Dua jenis penyakit yang diamati: "Ice-ice" dan infeksi epifit. Jumlah tanaman secara acak dihitung dan dicatat menjelang hari terakhir uji coba budidaya. Analisis kualitas air tangki : Parameter kualitas air disetiap tangki budidaya dipantau secara in- situ (tingkat oksigen terlarut (DO), pH, suhu, salinitas, dan intensitas cahaya) sebanyak dua kali sehari (jam 8 pagi dan 3 sore) menggunankan paralatan multi-parameter HANNA, yang dikukur dengan menggunakan analisis kolorimetri selama 40 hari masa percobaan (Yong dkk., 2013). Analisis Laju Pertumbuhan Harian: Untuk mengetahui pertumbuhan harian, yaitu dengan melakukan pengukuran berat basah untuk setiap tanaman rumput laut yang dicatat setiap 10 hari. Performansi pertumbuhan diukur dengan menghitung laju pertumbuhan harian (LPH %) untuk setiap tangki. Persamaan yang digunakan untuk menghitung LPH dapat menggunakan rumus dari (Young dkk., 2013). Analisis statistik : Kapanpun diperlukan, data menjadi sasaran analisis lebih lanjut dari perbedaan signifikan dengan dua ANOVA dan uji post-hoc menggunakan SPSS softwere versi 21 (SPSS Inc). HASIL Setelah 40 hari budidaya, K. striatum var GF dan K. alvarezii var. BT dari empat perlakuan yang berbeda (T1, T2, T3 dan T4) menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam 4
  • 8. tingkat pertumbuhan harian, LPH (p <C05) Laju Pertumbuhan Harian maksimum (2,00 ± 0.03%/hari) dicapai oleh K. striatum var GF selama budidaya, percobaan3 dengan kepadatan rumput laut terendah 0,96 g L- 1 dan diperlakukan dengan pengayaan AMPEP dan penempatan pasir dan karang dalam tangki, T4 beserta T2, T3 dan T1 (masing-masing 1.60±0.06, 1.49±0.03 dan 1 .44±0.02%/hari) seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 2. Demikian pula, DGR dari K. alvarezii var BT juga yang tertinggi di T4 (1.46 ± 0.06%/hari) beserta T2, T3 dan T1 (masing- masing 1.11±0.02, 0.89±0.13 dan 0.41±0.33%/hari). kepadatan rumput laut pada percobaan 1 240 g/L-1 mengalami pertumbuhan yang kurang baik untuk K. striatum var GF dan K. alvarezii var. BT yang diamati pada semua perlakuan kecuali untuk K. striatum var. GF (0.21±0.23%/hari) budidaya di T4 (gambar. 3) Sementara itu, Percobaan 2 pada 1,92 g L-1 kepadatan rumput laut menunjukkan pertumbuhan negatif untuk K.alvarezii var. BT dan peningkatan pertumbuhan minimal untuk K. striatum var. GF dalam setiap perlakuan di mana tingkat pertumbuhan tertinggi dicapai pada T4 (046±0.40%/hari diikuti oleh T2, T3 dan T1 (masing-masing 0.30±0.39, 0.28±0.38 dan 0,08±0.28%/hari-1 ) (Gambar. 4) Berdasarkan dari hasil Tabel. 1, jumlah Kappaphycus sp. dipengaruhi oleh "ice-ice" dan infeksi epifit lebih tinggi di Percobaan 1. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil, penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja yang baik dari K. avarezii var BT dan K striatum var GF ditemukan di massa jenis tangki rumput laut terendah dan diolah dengan pengayaan pupuk EMPEP dan penempatan dalam tangki dibandingkan dengan K avarezii var. BT. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menggali potensi sebenarnya dari Kappaphicus sp. dalam sistem kultur tangki. Sangat sedikit laporan tentang performansi rumput laut dalam sistem budidaya tangki. Memang, sedikit diketahui tentang pertumbuhan Kappaphicus sp. yang dibudidayakan dengan menggunakan sistem budidaya tangki. Budidaya rumput laut dengan menggunakan sistem budidaya tangki secara signifikan mendukung keberlangsungan industri rumput laut. Untuk pengetahuan, ini adalah laporan pertama tentang kinerja rumput laut dengan menggunakan sistem budidaya tangki di Malaysia. Namun, beberapa studi telah melaporkan kinerja pertumbuhan rumput laut di laut terbuka. Dalam penelitian ini, kepadatan rumput laut terendah pada 0,96 g L-1 menunjukkan tingkat pertumbuhan Kappaphycus sp. yang lebih tinggi, dibandingkan dengan kepadatan rumput laut 2,40 dan 1,97 g L-1 . Menurut Yong et al. (2014) menyatakan, kepadatan yang terlalu tinggi dalam tangki budidaya dapat menyebabkan kekurang nutrien dalam fasilitas biakan. Selain itu, 5
  • 9. intensitas cahaya dalam tangki akan berkurang dengan kepadatan rumput laut yang lebih tinggi sehingga menyebabkan laju fotosintesis rendah untuk rumput laut sehingga mengurangi laju pertumbuhan (Bidwell el al., 1985). Ada penelitian yang menunjukkan bahwa Kappaphcus sp. harus dibudidayakan pada kepadatan penebaran yang lebih rendah dalam sistem budidaya tangki untuk menghasilkan tingkat pertumbuhan harian yang lebih tinggi. Selain itu, temuan dari studi ini juga menunjukkan bahwa K. striatum var. GF dan K. alvarezii var. BT dapat dikombinasikan dengan kepadatan rumput laut yang lebih rendah, tambahan pengayaan pupuk organik seperti EMPEP dan juga penggunaan pasir dan karang, menurut Preisig dan Hans (2005), daerah dengan zat warna kasar untuk substrat dasar karang adalah situs yang baik untuk budidaya rumput laut. Oleh karena itu, penempatan pasir dan karang dapat membantu dalam mempromosikan pertumbuhan Kappaphicus sp. dalam wadah tangki. Tingkat Pertumbuhan Harian (LPH) dari stasiun K. alvarezii dilaporkan 3-4% (Hayashi et al., 2011) 75-35% (Ali et al., 2014), ketika melakukan budidaya di laut terbuka. Berdasarkan hasil penelitian ini, keduanya yaitu K. striatum var GF dan K. alvarezii var. BT menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada kepadatan rumput laut yang lebih rendah (0,96 g L-1) dalam tangki budidaya dengan pemberian pupuk AMPEP dan penambahan substrat pasir dan karang. Penambahan pupuk AMPEP dan penggunaan substrat pasir dan karang di bagian bawah tangki budidaya dapat memfasilitasi pertumbuhan budidaya K. alvarezii dan K. striatum (Hurtado et al., 2009: Havassi sama sekali. 2010). Hurtado et al., (2009), AMPEP diekstraksi dari Ascopinllum nodosum, ekstrak rumput laut coklat yang mengandung lebih banyak makronutrien penting dan mikronutrien yang juga diperlukan untuk pertumbuhan, Borlongan et al., (2011) menyatakan bahwa penambahan AMPEP pada budidaya rumput laut tidak hanya dapat meningkatkan pertumbuhan tetapi juga dapat mengendalikan infeksi epifit. Jumlah terjadinya infeksi penyakit di setiap uji coba budidaya efek kinerja Kappaphicus Sp. dalam tangki. Bahkan, tangki dengan kepadatan rumput laut terendah menunjukkan jumlah penyakit yang lebih rendah dari Kappaphycus Sp di dalam tangki yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan harian maksimum yang diperoleh dari percobaan 3 menurut Vairappan et al., (2008), "ice-ice" adalah jenis infeksi bakteri yang dapat memengaruhi pertumbuhan terhadap kepadatan rumput laut yang tinggi. Selain itu, Hayashi et al. (2010) menyatakan bahwa perubahan suhu maupun salinitas secara mendadak dapat mengalami gejala stres terhadap K. alvarezii sehingga dapat mudah terinfeksi penyakit "ice-ice". Budidaya K. alvarezii dan K. 6
  • 10. striatum pada percobaan 1 dan 2 menunjukkan pertumbuhan yang sangat lambat dan negatif dimana sebagian besar rumput laut mengalami kerusakan bagian batang yang kemudian jatuh dari ikatan tali dan setelah 30 hari akan menyebabkan penurunan bobot (gambar, 6) penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vairrapan., (2006) di Pulau Balambangan Kudat, Sabah dari Januari hingga Desember 2003, infeksi epifit dalam budidaya rumput laut komersial dan sangat dipengaruhi oleh faktor musiman oleh pH. Rumput laut merah dapat bertahan dari infeksi epifit pada periode antara Maret hingga Juni dan September sampai November. Dalam penelitian ini, rumput laut dalam uji budidaya menggunakan wadah tangki yang dilaksanakan dari Juli hingga Agustus 2013 dan uji coba 2 dilakukan dari September hingga Oktober 2013 Dengan demikian, K. alvarezii var. BT dan K. striatum var. GF dibudidayakan selama percobaan I dan 2 mengalami tingkat pertumbuhan yang kurang baik karena dipengaruhi oleh infeksi epifit musiman. Sementara itu, selama budidaya Kappaphycus sp. pada percobaan 2 paling sedikit terinfeksi epifit musiman sejak pesiode budidaya yang dimulai dari bulan Februari hingga pertengahan bulan Maret 2014. Beberapa parameter dan faktor kualitas air laut yang penting perlu dipertimbangkan di seluruh budidaya rumput laut di tangki termasuk intensitas cahaya, radiasi matahari, suhu, gerakan air, salinitas, tingkat DO, pH dan ketersediaan nutrisi. Dalam percobaan ini, parameter yang diamati terdiri dari salinitas, suhu, oksigen terlarut (DO), pH, intensitas cahaya (konsentrasi nitrit, nitrat dan amonia) sebagaimana dalam suhu, oksigen terlarut, pH dan intensitas cahaya untuk semua percobaan 00-0.35 hingga 1.23 hingga 6117±547.88 lux masing-masing berkisar rata-rata dari 29.20±0,49 hingga 34,97±0,40 ppt, 27,68±1,92 hingga 32.24±0.40 0 C, 5.00±0.35 hingga 6.95±0.65, 7.66±048 hingga 8.82±0.44 dan 5842±1081.23 dan 6117±548.88 lux. Berdasarkan pengamatan, parameter kualitas air yang tercatat dalam tangki budidaya termasuk dalam kisaran persyaratan optimum untuk Kappaphycus sp. dibudidaya di laut terbuka kecuali untuk intensitas cahaya. Menurut Preisig dan Hans., (2005), kondisi budidaya optimum Kappaphycus sp. di laut terbuka menginduksi kisaran suhu sekitar 27-30 0 C, salinitas 30-33 ppt, DO 5-6, pH dan 7-9, intensitas cahaya 6000-9000 lux dan juga ketinggian air 0,5-1,0 m. selama pasang tinggi. Intensitas cahaya selama percobaan 1 dan percobaan 2 sedikit lebih rendah dari pada percobaan 3 (Tabel 2). Perbedaan intensitas cahaya juga dapat mempengaruhi kinerja pertumbuhan rumput laut di setiap percobaan. Tingkat pertumbuhan harian yang lebih tinggi dari 7
  • 11. Kappaphycus sp. dalam Percobaan 3 menunjukkan bahwa tingkat intensitas cahaya selama periode kultur cocok untuk pertumbuhan rumput laut karena intensitas cahaya optimum untuk budidaya rumput laut berkisar 6000-8000 lux (Preisig dan Hans., 2005). Selama periode budidaya di percobaan 1 dan percobaan 2, intensitas cahaya lebih rendah dari percobaan 3 karena curah hujan yang sering dari bulan Juni hingga November 2013. Rumput laut adalah jenis tanaman laut yang mengalami fotosintesis seperti tumbuhan fotosintesis lainnya. Rumput laut juga dikategorikan sebagai makroalga laut yang didistribusikan hanya di wilayah pesisir laut karena karakteristik bentik (melekat pada bagian bawah) dan menjalani fotosintesis (Tambang., 2008). Fotosintesis pada rumput laut terjadi sama seperti tumbuhan tinggi lainnya dengan keberadaan pigmen terutama klorofil dan lain-lain seperti karotenoid dan phycobilins yang menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi makanan dan sumber energi (Rabinowith dan Govindjee., 1965). Oleh karena itu, jumlah cahaya yang tersedia untuk penyerapan sangat signifikan dalam memastikan efisiensi fotosintesis pada tanaman rumput laut yang mengarah pada peningkatan pertumbuhan melalui energi dan nutrisi yang cukup yang diperlukan untuk pembelahan sel rumput laut. Dalam hal kandungan nutrisi air laut dalam tangki, konsentrasi rata- rata nitrit, nitrat dan amonia di semua tangki perlakuan di bawah 1,0 mg L-1 , menunjukkan kualitas air yang baik dengan konsentrasi limbah air laut yang rendah. Namun, konsentrasi nitrat sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan nitrit dan amonia karena sifat rumput laut dalam mengasimilasi nitrat sebagai sumber nutrisi dalam bentuk nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Dalam ekosistem akuatik alami, 95% nitrogen yang terjadi sebagai gas nitrogen terlarut (N) tidak langsung dapat diakses oleh sebagian besar organisme yang berfotosintesis- oksigen Nitrat adalah bentuk utama dari nitrogen anorganik terlarut yang tetap yang berasimilasi oleh organisme. Oleh karena itu, nitrat merupakan sumber nitrogen yang tersedia untuk makroalga dalam lingkungan perairan (Chow., 2012) Singkatnya, kedua jenis Kappaphycus sp. (K. striatum var. GF dan K. alvarezii var. BT) memiliki potensi besar untuk dikembangkan bersama dalam sistem kultur tangki berbasis darat pada kepadatan rumput laut rendah dan kualitas air optimal. Lahan penelitian rumput laut dapat diperluas dengan data yang disediakan dari penelitian ini tentang sistem kultur tangki berbasis lahan (pembenihan). Memang, budidaya rumput laut berbasis lahan juga menciptakan peluang baru bagi industri untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi dan penetasan menggunakan sistem kultur tangki berbasis darat. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut tentang desain tangki 8
  • 12. yang berbeda harus dipertimbangkan untuk mengeksplorasi lebih banyak potensi dalam pertanian rumput laut berbasis lahan. KOSAKATA Performance : Performansi Of : akan Red : merah Seaweed : rumputlaut Kappaphycus :Kappaphycus Alvarezii : alvarezii Cultivated : Dibudidayakan Using :menggunakan Tank : tangki Culture : budidaya System : sistim Introduction : pendahuluan farming : budidaya identified : diperkenalkan high : besar impact : pengaruh activities : kegiatan Malaysia : Malaysia increasing : meningkat Raw : Baku processed : diolah reported : diketahui global : seluruh World : dunia Demand : permintaan Seaweed : rumputlaut farming : budidaya countries : Negara-negara Philippines : Philipina Indonesia : Indinesia Vietnam : Vietnam Myanmar : Myanmar involved : dibawa sea : laut common : umum method : cara practiced : berpengalaman local : daerah samporna : Samporna Sabah : Sabah involve : Terlibat fixed : ditentukan long : panjang line : tali tie-tie : tie-tie known :mengenal henging :henging period :waktu days :hari before : sebelum harvest : pemanenan challenged : ditantang ambingous : ambingous dependency : dependency seasonal : musiman growth : pertumbuhan variation : perbedaan epiphytic : epiphytic infection : perdagangan grazer’s : pemangsa threats : ancaman fishes : nelayan safety : keamanan issue : persoalan labour : Tenaga kerja land : tanah 9
  • 13. based : Berdasarkan alternative : Alternatif important : Penting research : Penelitian acctimalization : Penyesuaian seedling : Bibit produced : Diproduksi genetics : Genetika study : Studi Little : Sedikit Recently : Baru-baruini few : Beberapa researches : Penelitian nutritional : Gizi content : Kandungan micropropagation : Mikropropagasi favourable : Menguntungkan promising : Menjanjikan findings : Temuan china : China had : memiliki invented : ditemukan small : kecil raceway : racewai brown : coklat Sargassum horneri : Sargassum horneri indoor : dalamruangan space : ruang ability : kemampuan survive : bertahan hidup accelerated : dipercepat reproduction : reproduksi rate : tingkat optimum : optimal condition. : kondisi comparable : sebanding could : bisa applied : diterapkan Kappaphycus sp. : Kappaphycus sp. investigate : menyelidiki present : saatini sekected : sekected commercial : komersial value : nilai carrageenophytes : carrageenophytes producing : produk marine : tangkap biopolymer : biopolimer carrageenan : karagenan binding, : mengikat gelling : gelling thickening : penebalan agent : agen abudantaly : melimpah East : timur Coast : pantai waters : perairan reproduction : reproduksi ability : kemampuan trough : Palung both : kedua asexsual : aseksual sexual : seksual Undergo : menjalani Spores : spora Germination : perkecambahan Vegetative : vegetatif Propagation : perambatan Fact : fakta Vegetative : vegetatif Propagation : propagasi Highly : sangat Applicable : berlaku Halling : Halling Migh : mungkin Survive : bertahanhidup Normally : normal Thalli : talus Presence : kehadiran Dividing : pemisah 10
  • 14. Each : masing-masing Thallus : talus Branchlets : branchlets Present : menyajikan Aims : bertujuan density : kepadatan usage : pemakaian Acadian : Acandian Plant : tanaman Extract :ekstrak Powder :Bubuk AMPEP : AMPEP Ferlizer : pupuk Observation : pengamatan Disease : penyakit Occurrence : kejadian Materials : bahan Selection :pemilihan Collection :koleksi Translocation :translokasi Red : merah Species : jenis Abudance : kelimpahan Availability : ketersedian Quality : kualitas Physiological : fisiologi Experimental : eksperimental Data : data Covering : penutup Rate : tingkat Nutritional : nutrisi Value : nilai Sampling : contoh Manual : manual Local : lokal Farm : nelayan Island : pulau Samporna : Samporna Variety : varitas Tambalang : Tambalang K. striatum : K. striatum Green : hijau Flower : bunga University : universitas Shrimp : Udang Hatchery : Hatchery Healty : sehat Potential : potensi Thalli : Thalli Weighed : ditimbang Initial :awal Washed : dicucibersih Water : air treatments : perlakuan hanging : gantung ropes : tali divided : terbagi volume : volume fertilizer : pupuk and : dan buttom : buttom substrate. : substrat factor : faktor mutually : gonta-ganti tied : terikat polyethylene : polyethylene ropes : tali toinvestigate : menginvestigasi same : sama depth : kedalaman outdoor : di luar ruangan running : running flow : mengalir filtered : disaring source : sumber supply : menyediakan equipped : lengkap continous : terus menerus aeration. : aerasi pipe : pipa Enriched : memperkaya Sands : pasir pasir Corals : karang Immersed : ditenggelamkan 11
  • 15. Sprayed : disemprotkan Every : setiap During : selama Treated : diobati Ascophyllum : Ascophyllum Nododum : nododum Promote : memajukan Imprive : kesehatan Composed : disusun Rubbles : puing puing Coarse : kasar Shorelin : garis pantai Nearby : dekat Observed : diamati Physically : secara fisik Examining : memeriksa Epiphytes : epipit Rondamly : secara acak Calculated : dihitung parameters : parameter monitored : dipantau in-situ : in-situ dissolved : larut oxygen : oksigen level : tingkat DO : DO pH, : pH temperature, : suhu salinity : salinitas ligh : cahaya intensity : intensitas morning : pagi afternoon : sore HANNA : HANNA Multi : luas equipment, : perlengkapan meter : meter ex-situ : ex-situ concentration : konsentrasi nitrite, : nitrit nitrate : nitrat ammonia : amoniak colorimetric : colorimetric analysis : analisis terms : terminologi measurement : pengukuran Daily : harian appropriate, : tepat further : lebih lanjut significant : berpengaruh differences : perbedaan way : kesimpulan Anova : Anova a post-hoc : post-hoc test : uji using : menggunakan SPSS : SPSS softwere : softwere version 21 : versi 21 (SPSS Inc) :SPSS density : kepadatan mildde : tengah error. : kesalahan average : rata-rata taken : diambil Discussion : Pembahasan suggested : disarankan good : baik enrichment : memperkaya explore : jelajahi true : benar potential : potensial limited : terbatas report : melaporkan on : di industy. : industri first : pertama essential : penting macronutrients : makro nutrisi micronutrients : mikro nutrisi required : diwajibkan penetration : penetrasi decrease : mengurangi promote : memajukan maximum : maksimum bacterial : bakteri ice-ice : ice-ice symptom : gejala Undergoing : menjalani stress : stres abrupt : mendadak showed : menunjukan extremely : sangat negative : negatif 12
  • 16. damaged : dirusak parts : bagian-bagian branched : bercabang Balambangan : Balambangan Kudat, : Kudat phenomenon : fenomena prevalence : prevalensi seasonal : musiman became : menjadi susceptible : rentan undergoes : mengalami photosynthetic : fotosintesis categorized : dikategorikan distributed : didistibusi coastal : pesisir region : wilayah benthic : bentik characteristic : karkteristik presence : kehadiran pigment : pigmen chlorophyll : klorofil carotenoids : karatenoid waste. : limbah anorganic : anorganik nitrogen : nitrogen natural : natural aquatic : akuatik ecosystems , : ekosistem gas (N). : gas (N). assimilated : diasimilasi organisms. : organisme prevailing : berlaku environment : lingkungan hidup summary, : ringkasan Abstract : abstrak conducted : dikondisi seawater : air laut macroalgae : makroalga 13