2. POKOK BAHASAN
(1) PENGERTIAN WAKALAH
(2) HUKUM WAKALAH
(3) RUKUN & SYARAT
WAKALAH
(4) WAKALAH DAN IJARAH
3. PENGERTIAN WAKALAH
Pengertian wakalah menurut bahasa Arab :
ضْيِوْفَّتال اللغة في الوكالةظْف ِحْال أو
"Wakalah menurut bahasa artinya adalah
"menyerahkan" atau "menjaga".“
(Taqiyuddin al-Husaini, Kifayatul Akhyar,
1/283).
4. PENGERTIAN WAKALAH
Pengertian wakalah menurut istilah syara' :
ْيِوْفَت ِعْرَّشال ْيِف ةَلَاكَوْلَاَلِإ هَرْمَأ ٍصَْخش ضَرَخآ ى
َةَباَيّنال لَبْقَي اَمْيِفْفَيِلُِِتاَيََ ْيِف َُلََع
"Wakalah dalam istilah syara' adalah
tindakan seseorang menyerahkan urusannya
kepada orang lain pada urusan yang dapat
diwakilkan, agar orang lain itu mengerjakan
urusan tersebut pada saat hidupnya orang
yang mewakilkan."
(Zakariya al-Anshari, Fathul Wahhab, 1/253;
Taqiyuddin al-Husaini, Kifayatul Akhyar, 1/283).
5. HUKUM WAKALAH
Wakalah Jaiz (Boleh).
Dalil al-Qur`an :
ثََعْباَف اَمِهِنْيَب َاقَقِش ْمتْف ِخ ْنِإَواامَََََو ُِِلَْْأ ِْْم اامََََ وااَهِلَْْأ ِْْم
"Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara
keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga
laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan." (QS al-Nisaa' [4] : 35)
Ayat di atas menunjukkan bolehnya wakalah.
Karena hakam (juru damai) adalah wakil dari
suami dan dari isteri yang bersengketa.
(Imam Nawawi, Al-Majmu', 14/92).
6. HUKUM WAKALAH
Dalil hadis antara lain :
قال هللا عبد ْب جابر روى:َبْيَخ َلىِإ َج ْورْالخ تْدَرَأِهللا َل ْوسَر تْيَتَأَف َر
َُل تْلوق ،وسلم ُعلي هللا صلى:رْالخ دْي ِرأ ْيِّنِإَلاَقَف ، َرَبْيَخ َلىِإ َج ْوِتْئِا
َف ،ااقْسَو ََرشَع َةَسْمَخ ُْنِم ْذخَف ْيِلْيِكَوَْعضَف اةَيآ َكْنِم ىَغَتْبا ْنِإىَلَع َكَدَي
ُِِت ْوقْرَت.داود أبو رواه
"Meriwayatkan Jabir bin Abdullah RA, dia
berkata,"Saya bermaksud keluar ke Khaibar lalu aku
mendatangi Rasulullah SAW dan berkata kepada
beliau,"Sesungguhnya aku akan keluar ke Khaibar.
Rasulullah SAW berkata,'Datangilah wakilku dan
ambilllah darinya 15 wasaq. Kalau dia minta suatu
tanda darimu, letakkan tanganmu pada pundaknya."
(HR Abu Dawud). (1 wasaq gandum = 130,56 kg)
8. RUKUN & SYARAT WAKALAH
1. Muwakkil & 2. Wakil, syaratnya
mempunyai ahliyyah at-tashorruf
(kecakapan tasharruf) yaitu : aqil,
mumayyiz, & tiada paksaan.
Jadi, tak sah orang gila, anak kecil
yg belum mumayyiz, atau orang yg
dipaksa; menjadi wakil/muwakkil.
9. RUKUN & SYARAT WAKALAH
3. Muwakkal Fiihi (urusan yang
diwakilkan) : Syaratnya ada 2
(dua), yaitu :
(1) urusan itu dapat diwakilkan
(yaqbalu al-niyabah).
(2) muwakkil mempunyai
kewenangan / otoritas (al-wilayah)
pada perkara yang diwakilkan.
10. RUKUN & SYARAT WAKALAH
Kaidah fiqih :
َتَي ْنَأ ِانَسْنِإلِل َازَج اَم ُّلكَنِل ُِْيِف َفَّرَصَازَج ُِِسْف
َّكَوَتَي ْوَأ ُِْيِف َلِّكَوي ْنَأَل
"Setiap tasharruf yang boleh dilakukan
sendiri oleh seseorang, boleh bagi dia
mewakilkan [kepada orang lain] atau
boleh juga dia mewakili [orang lain].“
11. RUKUN & SYARAT WAKALAH
Maka sah akad wakalah pada akad
jual beli, ijarah, rahn, nikah, dsb.
Namun tidak sah akad wakalah
pada segala sesuatu yang
diharamkan, misalnya memungut
riba, membeli khamr, membeli
babi/bangkai/najis/patung, berjudi,
dll.
12. RUKUN & SYARAT WAKALAH
Tidak sah pula akad wakalah pada
ibadah mahdhah badaniyah yang
tidak dapat diwakilkan, seperti
thaharah, puasa, sholat lima waktu,
sholat Jumat.
Kecuali beberapa ibadah, seperti
haji dan pembagian zakat.
13. RUKUN & SYARAT WAKALAH
Tidak sah pula akad wakalah pada
segala perkara yang pihak
muwakkil tidak mempunyai
wilayah (wewenang / otoritas) untuk
melakukannya.
Misal : Tidak boleh muwakkil
mengangkat wakil utk menjualkan
barang yang bukan milik
muwakkil.
14. RUKUN & SYARAT WAKALAH
4. Shighat (ijab kabul). Ada 2 (dua) syarat :
(1) Pengucapan lafal muwakkil yang
menunjukkan keridhoannya. Misalnya
ucapan, "Saya wakilkan kepada anda
untuk membeli ini." (wakkaltuka fi syiraa`i
kadza).
Adapun dari pihak wakil, tidak
disyaratkan pengucapan dengan lafal, tapi
syaratnya adalah tidak adanya penolakan
dari wakil.
15. RUKUN & SYARAT WAKALAH
(2) Shighat wakalah tidak digantungkan
(ta'liq) pada suatu syarat tertentu.
Misal, tidak sah akad wakalah dengan
mengucapkan,"Kamu akan menjadi wakilku
untuk urusan ini, jika Fulan datang dari
perjalanan."
(Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu, 5/695); Sayyid Al-Bakri, I'anah al-
Thalibin, 3/84; Zakariya al-Anshari, Fathul
Wahhab, 1/253).
16. BEBERAPA HUKUM WAKALAH
(1) Segala akibat hukum yang lahir
dalam akad wakalah, menjadi
hak/tanggung jawab bagi pihak
muwakkil, bukan bagi pihak wakil.
(2) Wakil tidak berhak mewakilkan
lagi kepada orang lain pada
pekerjaan yang dilakukannya,
kecuali atas izin muwakkil.
17. BEBERAPA HUKUM WAKALAH
(3) Wakil tidak menjamin kerusakan
sesuatu yang diwakilkan kepadanya,
kecuali karena kelalaian /
kesengajaan dari pihak wakil.
(4) Pihak wakil atau muwakkil
berhak memfasakh (membatalkan)
akad wakalah kapan saja. Jika salah
satunya mati atau gila, maka akad
wakalah menjadi fasakh (batal).
(Mahmud Yunus, Al-Fiqh al-Wadhih, 2/34)
18. WAKALAH DAN IJARAH
Wahbah Zuhaili berkata :
تعلي هللا ىّصل النبي ألن أجر؛ وبغير بأجر الوكالة صحوسلم ُ
ق ولهذا ، عمولة لهم ويجَعل الصدقات لقبض ُعمال يبَعث كانال
ُعم أبناء ُل:«م إليك فنؤدي ،الصدقات ْذه على بَعثتنا لوا
الناس ُيصيب ما ونصيب ،الناس يؤدي»
"Wakalah sah dengan upah atau tanpa upah. Sebab Nabi SAW
dulu pernah mengutus para amilnya untuk menerima zakat dan
memberikan kepada mereka upah. Karena itulah salah satu
anak paman beliau berkata kepada Nabi,"Hendaklah Anda
mengutus kami untuk mengambil zakat, lalu kami menunaikan
tugas kami untuk Anda sebagaimana yang dilakukan orang lain,
dan kami pun memperoleh apa [upah] sebagaimana yang
diperoleh orang lain." (Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu, 5/691).