Filsafat berakar dari bahasa Yunani ‘phillein’ yang berarti cinta dan ‘sophia’ yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Arti secara etimologi ini mempunyai latar belakang yang muncul dari pendirian Socrates, beberapa abad sebelum Masehi. Socrates berkata bahwa manusia tidak berhak atas kebijaksanaan, karena keterbatasan kemampuan yang dimilikinya. Terhadap kebijaksanaan, manusia hanya berhak untuk mencintainya. Pendirian Socrates tersebut sekaligus menunjukkan sikap kritiknya terhadap kaum Sophis yang mengaku memiliki kebijaksanaan.
Secara awam, istilah ‘cinta’ menggambarkan adanya aksi yang didukung oleh dua pihak. Pihak pertama berperan sebagai subjek dan pihak kedua berperan sebagai objek. Adapun aksi atau tindakan itu didorong oleh suatu kecenderungan subjek untuk ‘menyatu’ dengan objek. Untuk bisa menyatu dengan objek, subjek harus mengetahui sifat atau hakikat objek. Jadi pengetahuan mengenai objek menentukan penyatuan subjek dengan objek. Semakin mendalam pengetahuan subjek, semakin kuat penyatuannya dengan objek.
Sedangkan istilah ‘kebijaksanaan’, yang kata dasarnya ‘bijaksana’ dan mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, menggambarkan pengetahuan hakiki tentang bijaksana. Jadi, kebijaksanaan berarti hakikat perbuatan bijaksana. Perbuatan bijaksana dikenal sebagai bersifat benar, baik, dan adil. Perbuatan demikian dilahirkan dari dorongan kemauan yang kuat menurut keputusan perenungan akal pikiran, dan atas pertimbangan perasaan yang dalam.
Kemudian, dari pendekatan etimologis dapat disimpulkan bahwa filsafat berarti pengetahuan mengenai pengetahuan. Dapat pula diartikan sebagai akar dari pengetahuan atau pengetahuan terdalam.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Karena luasnya lingkungan filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak diantara para filosof memberikan definisinya secara berbeda-beda, diantaranya yaitu:
a. Plato (427-347 SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
b. Aristoteles (384-322 SM) mengatakan: Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
Revisi makalah landasan pendidikan
1. MAKALAH
Landasan Pendidikan Filosofis
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok 1
Mata kuliah Landasan Pendidikan
Dosen Pengampu : Lutfi Faishol, M.Pd
Disusun Oleh :
Muhammad Fauzan
Anisi
Rofiqo Tri Lestari
Fauzah Khaeriyah
Neng Linda Alawiyah
Sri Amalia
Aprilia Putri Astuti
PGMI A Semester 1
2017
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
Jl. Widarasari III Tuparev Cirebon Telp./Fax. : {0231} 246215
2. 2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Landasan Pendidikan Filosofis.
Pembuatan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Landasan Pendidikan yang di
kerjakan secara kelompok.
Makalah ini berisi tentang Pengertian Pendidikan Filosofis, Jenis-jenis Aliran Pendidikan
Filosofis, Tujuan Pendidikan Filosofis, Manfaat Pendidikan Filosofis; yang mana penyusun
telah berusaha semaksimal mungkin dan pastinya bantuan dari berbagai pihak, sehingga
penyusun mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dengan itu penyusun sangat
berterima kasih banyak kepada semua belah pihak yang telah membantu terselesainya makalah
ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan baik dari dalam susunan
bahasa maupun penulisan. Oleh sebab itu terbuka bagi penyusun saran dan kritik dari pembaca
kepada penyusun, sehingga penyusun dapat memperbaiki karya tulis ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan inpirasi kepada
pembaca.
Cirebon, Oktober 2017
Penyusun
3. 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Permasalahan............................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan Makalah.........................................................................................4
BAB II................................................................................................................................5
PEMBAHASAN .................................................................................................................5
A. Pengertian.................................................................................................................5
1. Arti Filsafat dalam Pendekatan Etimologis ..............................................................5
2. Arti Pendidikan .....................................................................................................6
B. Perkembangan Beberapa Aliran..................................................................................6
1. Materialisme: Herakleitos dan Parmenides ..............................................................7
2. Idealisme: Socrates dan Plato .................................................................................7
3. Realisme: Aristoteles (384-342 SM) .......................................................................8
4. Rasionalisme: Rene Descartes (1596-1650).............................................................8
5. Pragmatisme .........................................................................................................8
C. Tujuan Filsafat Pendidikan.........................................................................................9
D. Manfaat Filsafat Pendidikan.....................................................................................10
BAB III.............................................................................................................................13
PENUTUP.........................................................................................................................13
A. Kesimpulan.............................................................................................................13
B. Saran dan Kritik ......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan diselenggarakan berdasarkan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural
setiap masyarakat, termasuk di Indonesia.
Sudah menjadi pendapat umum bahwa antara pendidikan dan kehidupan adalah dua hal
identik yang tak terpisahkan, bagaikan air dengan ikannya. Berbicara tentang pendidikan, berarti
membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan
manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan. Pepatah menyatakan bahwa
sepanjang hidup adalah pendidikan (life long education). Kehidupan manusia adalah persoalan
pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum, maka selama membahas
filsafat pendidikan akan berangkat dari filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan
cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran
manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu ?
Mengapa Pendidikan itu diperlukan ? Apa yang menjadi tujuannya dan sebagainya. Landasan
filosofis adalah landasan yang berlandaskan atau bersifat filsafat.
B. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud landasan pendidikan filosofis ?
2. Apa jenis-jenis aliran filsafat dalam pendidikan ?
3. Apa tujuan dari landasan pendidikan filosofis ?
4. Apa manfaat dari landasan pendidikan filosofis ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini dimaksud untuk:
1. Menjelaskan maksud dari landasan pendidikan filosofis.
2. Menjelaskan jenis-jenis aliran filsafat dalam pendidikan.
3. Menjelaskan tujuan dari landasan pendidikan filosofis.
4. Menjelaskan manfaat dari landasan pendidikan filosofis.
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Arti Filsafat dalam Pendekatan Etimologis
Filsafat berakar dari bahasa Yunani ‘phillein’ yang berarti cinta dan ‘sophia’ yang berarti
kebijaksanaan. Jadi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Arti secara etimologi ini mempunyai
latar belakang yang muncul dari pendirian Socrates,beberapa abad sebelum Masehi. Socrates
berkata bahwa manusia tidak berhak atas kebijaksanaan, karena keterbatasan kemampuan yang
dimilikinya. Terhadap kebijaksanaan, manusia hanya berhak untuk mencintainya. Pendirian
Socrates tersebut sekaligus menunjukkan sikap kritiknya terhadap kaum Sophis yang mengaku
memiliki kebijaksanaan.
Secara awam,istilah ‘cinta’ menggambarkan adanya aksi yang didukung oleh dua pihak.
Pihak pertama berperan sebagai subjek dan pihak kedua berperan sebagai objek. Adapun aksi
atau tindakan itu didorong oleh suatu kecenderungan subjek untuk ‘menyatu’ dengan objek.
Untuk bisa menyatu dengan objek, subjek harus mengetahui sifat atau hakikat objek. Jadi
pengetahuan mengenai objek menentukan penyatuan subjek dengan objek. Semakin mendalam
pengetahuan subjek, semakin kuat penyatuannya dengan objek.
Sedangkan istilah ‘kebijaksanaan’, yang kata dasarnya ‘bijaksana’ dan mendapat awalan
“ke” dan akhiran “an”, menggambarkan pengetahuan hakiki tentang bijaksana. Jadi,
kebijaksanaan berarti hakikat perbuatan bijaksana. Perbuatan bijaksana dikenal sebagai bersifat
benar, baik, dan adil. Perbuatan demikian dilahirkan dari dorongan kemauan yang kuat menurut
keputusan perenungan akal pikiran, dan atas pertimbangan perasaan yang dalam.
Kemudian, dari pendekatan etimologis dapat disimpulkan bahwa filsafat berarti
pengetahuan mengenai pengetahuan. Dapat pula diartikan sebagai akar dari pengetahuan atau
pengetahuan terdalam.1
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami
perubahan-perubahan sepanjang masanya. Karena luasnya lingkungan filsafat, maka tidak
mustahil kalau banyak diantara para filosof memberikan definisinya secara berbeda-beda,
diantaranya yaitu:2
a. Plato (427-347 SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru
Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
b. Aristoteles (384-322 SM) mengatakan: Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran, yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika,, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala benda).
1 Filsafat Pendidikan hal. 37-38
2 Filsafat Pendidikan Islam hal. 1-2
6. 6
c. Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan:
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.
d. Al-Faribi (meninggal 950 M), filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan:
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki
hakekat sebenarnya.
Filsafat berarti pula pendirian hidup atau pandangan hidup. Secara ilmiah definisi filsafat
yaitu usaha berpikir radikal dan hasil yang diperoleh dari menggambarkan dan menyatakan
suatu pandangan yang menyeluruh secara sistematis tentang alam semesta serta tempat
dilahirkannya manusia. Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, filsafat
merupakan sumber ide paling dalam bagi segala bentuk ilmu pengetahuan, sehingga filsafat
disebut juga induk pengetahuan.3
2. Arti Pendidikan
Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman
dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung di segala jenis, bentuk, dan
tingkatan lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada
di dalam diri individu. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah
dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa,cerdas,dan matang. Jaddi sinngkatnya,
pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan,pencerdasan,dan
pematangan diri. Dewasa dalam hal perkembangan badan, cerdas dalam hal perkembangan jiwa,
dan matang dalam hal berprilaku.4
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik
potensi cipta, rasa,maupun karsanya,agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam
perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimmbangan, kesatuan, organis, harmonis, dinamis,
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.5
B. Perkembangan Beberapa Aliran
Pembahasan tentang isi dan arti filsafat ini didasarkan pada pendekatan sejarah pemikiran
filsafat. Pendekatan ini digunakan agar dapat menarik benang merah pemikiran filosofis dari
zaman ke zaman. Dalam landasan pendidikan filosofis juga terdapat berbagai aliran pemikiran.
Hal ini muncul sebagaiimplikasi dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat.
3 https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_pendidikan
4 Filsafat Pendidikan hal. 79-80
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_pendidikan
7. 7
Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:
1. Materialisme: Herakleitos dan Parmenides
Herakleitos (535-475 SM) berpendapat bahwa ‘api’ adalah asas pertama yang merupakan
dasar (arche) segala sesuatu yang ada. Karena dengan api, segala sesuatu bisa berubah menjadi
abu. Api adalah lambang perubahan. Pengalaman menunjukkan bahwa segala sesuatu selalu
mengalami perubahan. Tidak ada sesuatu pun yang tetap, definitif, dan sempurna. Jadi, yang
menjadi sebab terdalam dari segala sesuatu adalah perubahan,yaitu gerakan ‘menjadi’ secara
terus-menerus. Herakleitos menyebutnya “pantarei”, bahwa realitas sesungguhnya adalah dalam
keadaan sedang mengalir, sedang bergerak menjadi, dan sedang mengalami perubahan. Filsafat
Herakleitos terkenal dengan ‘filsafat menjadi’ (to become).
Dari pendapatnya itu, dapat ditarik suatu penilaian bahwa Herakleitos tidak mengakui
adanya pengetahuan umum yang bersifat tetap. Ia hanya mengakui kemampuan indra dan
menolak kemampuan akal.
Parmenides (540-575 SM) terkenal sebagai bapak ‘Filsafat ada’ (philosophy of to be).
Dikatakan bahwa realitas bukan yang berubah dan bergerak menjadi permacam-macaman,
melainkan yang ‘ada’ (to be) dan bersifat tetap. Halini berarti bahwa di dalam realitas ini penuh
dengan yang ‘ada’. Jadi tidak ada yang lain termasuk yang ‘tidak ada’, karena yang tidak ada itu
di luar jangkauan akal dan tidak dapat dipahami.6
Filsafat pendidikan materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi,
bukan rohani, spiritual atau supernatural. Tokoh-tokoh dalam aliran ini yaitu: Demokritos,
Ludwig Feurbach7
2. Idealisme: Socrates dan Plato
Ajaran Socrates (469-399 SM) sepenuhnya dikembangkan oleh muridnya Plato (427-347
SM). Menurut Socrates dunia sesungguhnya adalah ‘dunia idea’, dunia yang utuh dalam
kesatuan yang bersifat tetap, tidak berubah.8
Filsafat pendidikan idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,
bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melalui panca indera adalah tidak pasti dan tidak
lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan
baik, benar, cantik, buruk secara fundamentaltidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-
tokoh dalam aliran ini adalah: Platto, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al
Ghazali.9
6 Filsafat Pendidikan hal 38-39
7 Filsafat Pendidikan Islam hal. 19
8 Filsafat Pendidikan hal. 40
9 Filsafat Pendidikan Islam hal 19
8. 8
Ornstein menyatakan bahwa idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang
mengagungkan jiwa.10
3. Realisme: Aristoteles (384-342 SM)
Bertentangan dengan Plato, gurunya, Aristoteles berpendapat bahwa dunia yang
sesungguhnya adalah dunia real, yaitu dunia konkret, yang bermacam-macam,bersifat relatif
dan berubah-ubah. Dunia idea adalah dunia abstrak yang bersifat semu dan terlepas dari
pengalaman. Itulah sebabnya mengapa pandangan Aristoteles dikenal sebagai paham
‘realisme’.11
Filsafat pendidikan realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia
ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan
mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat
dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles,
Johan Amos Comenius, William Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David
Hume, John Stuart Mill.12
4. Rasionalisme: Rene Descartes (1596-1650)
Rene Descartes adalah ahli filsafat yang mengagungkan rasio. Pengetahuan yang benar
bersumber dari dunia rasio, karena rasio adalah realitas sesungguhnya. Hal ini terbukti dengan
ucapannya yang terkenal “cogito ergo sum’ (I think therefore I am); dalam kegiatan pemikiran
menentukan keberdaanku.. kebenaran yang bersifat tetap dan objektif hanya ada di dalam rasio.
Pengalaman indra hanya mampu mengenali data-data empirik, bukan merupakan kebenaran,
dan karena itu tidak dapat dipercaya.13
5. Pragmatisme
Filsafat pendidikan Pragmatisme dipandang sebagaifilsafat Amerika asli. Namun
sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat
mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles
Sandre Peirce,William James,John Dewey.14
Dan masih banyak aliran-aliran filsafat lainnnya.
10 https://eduarduslebe.blogspot.co.id/2015/11/landasan-filosofis-pendidikan.html/
11 Filsafat Pendidikan hal. 41
12 Filsafat Pendidikan Islam hal. 19
13 Filsafat Pendidikan hal. 43-44
14 Filsafat Pendidikan Islam hal. 20
9. 9
C. Tujuan Filsafat Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan
dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan
interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapaitujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
Dalam pendidikan filosofis mempunyai tujuan-tujuan15
, diantaranya yaitu:
1. Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik dan
membangun diri sendiri.
2. Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri.
3. Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangna yang sintesis pula
sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan.
4. Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
tersebut. Sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui
dasar-dasar hidup diri sendiri.
5. Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah
yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai
manusia seperti misalnya ilmu mendidik.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar,
dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu
memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Didalam praktek pendidikan khususnya pada sistem persekolahan, didalam rentangan
antara tujuan umum dan tujuan yang sangat khusus terdapat sejumlah tujuan antara berfungsi
untuk menjembatani pencapaian tujuan umum dari sejumlah tujuan rincian khusus. Umumnya
ada 4 jenjang tujuan didalamnya terdapat tujuan antara,yaitu tujuan umum, tujuan instruksional,
tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.16
o Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah Pancasila.
o Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu
untuk mencapainya.
o Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran.
o Tujuan instruksional, tujuan pokok bahasan dan sub pokok bahasan disebut tujuan
instruksional, yaitu penguasaan materi pokok bahasan/sub pokok bahasan.
15 https://van88.wordpress.com/dasar-tujuan-dan-peranan-filsafat/
16 Filsafat Pendidikan Islam hal. 27
10. 10
D. Manfaat Filsafat Pendidikan17
Filsafat, mungkin bagi banyak orang nama ilmu filsafat terlalu berat untuk dipelajari,
karena hubungannya sangat erat dengan ilmu mengenai rasionalisme. Filsafat sendiri pada
awalnya diyakini berasal dari jaman Yunani kuno, dimana para filsafat yunani pada kala itu
seperti Plato dan Aristoteles mengungkapkan pandangan mereka mengenai hakikat atau inti dari
segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Pendidikan filosofis, meskipun tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk
mempelajarinya, namun ternyata memiliki manfaat yang banyak. Apa saja manfaat filsafat
pendidikan? Berikut ini adalah beberapa manfaat dari filsafat pendidikan :
1. Menjadi salah satu landasan dalam perkembangan ilmu pendidikan.
Pendidikan sendiri, tidak lain juga merupakan sebuah ilmu yang dapat terus
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Dengan adanya filsafat pendidikan,
maka setiap peneliti yang berkecimpung dan merupakan salah satu pengamat di bidang
pendidikan dapat terbantu untuk lebih mengembangkan ilmu pendidikan yang
ada. Berawal dari pertanyaan mengenai apa, mengapa dan juga bagaimana, yang
merupakan dasar utama dari filsafat. Hal ini dapat membantu para peneliti dan juga
mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan mampu mengembangkan dan
menyempurnakan ilmu pendidikan yang sudah ada.
2. Menjadi landasan dari kebijakan mengenai program pendidikan.
Segala sesuatu yang diwajibkan dan juga merupakan hak warga Negara pastinya
harus diatur dalam sebuah undang-undang atau aturan tertentu. Peraturan mengenai
pendidikan ini dibuat dengan menggunakan prinsip filsafat pendidikan. Dengan
menggunakan prinsip filsafat, yaitu mengetahui :
Apa yang harus dilakukan untuk memajukan pendidikan
Mengapa pendidikan itu perlu
Bagaimana melaksanakan pendidikan
Maka dengan demikian dapat dibuat suatu peraturan atau undang-undang yang
melandasi bidang pendidikan sehingga pendidikan dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya kebingungan bagi para pendidik maupun yang terdidik.
3. Menjadi landasan untuk berkarya dan juga mengabdi di bidang pendidikan
17 https://manfaat.co.id/manfaat-filsafat-pendidikan
11. 11
Pertanyaan filosofis mengenai pendidikan, seperti mengapa pendidikan itu
penting dapat memberikan jawaban kepada mereka yang ingin mengabdi menjadi
tenaga pendidik. Dengan adanya filsafat pendidikan, maka tujuan pengabdian dari setiap
insan pendidik akan menjadi jelas, dan hal ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh
pemahaman dan juga pengimplementasian mengenai filsafat pendidikan.
4. Menentukan kurikulum dan juga materi yang harus diajarkan dalam bidang
pendidikan.
Untuk menentukan kurikulum dan materi-materi apa saja yang harus diberikan
oleh tenaga pendidik, sesuai dengan tingkatan usianya bukanlah hal yang mudah.
Namun dengan adanya filsafat penelitian, maka akan lebihmu dan untuk mengkaji hal-
hal apa saja yang harus diberikan kepada peserta didik untuk memperoleh materi dan
pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan juga usia mereka dengan cara pembuatan
kurikulum ajar.
5. Memberikan pemahaman menyeluruh mengenai dunia pendidikan.
Meskipun sudah sangat sering mempelajari tentang pendidikan, namun mungkin
masih banyak beberapa orang yang belum memiliki pemahaman seutuhnya mengenai
arti dan juga manfaat dari pendidikan. Dengan manfaat filsafat pendidikan, maka
pemahaman dan arti keseluruhan mengenai apa itu pendidikan akan menjadi lebih jelas
dan membuat siapa pun akan menjadi lebih paham mengenai dunia pendidikan.
6. Membuat para pelaku di bidang pendidikan mampu memberikan materi pendidikan
lebih baik lagi.
Dengan adanya manfaat filsafat pendidikan, maka setiap pendidik sudah dapat
memahami bagaimana memberikan dan juga mengembangkan materi pendidikan
dengan baik. Nah, hal ini pun akan sangat bermanfaat dan penting bagi para pelaku di
bidang pendidikan agar lebih paham terhadap materi pendidikan yang harus diajar
dengan lebih baik lagi..
7. Menciptakan generasi pendidik dan tenaga pengajar yang berkualitas.
Sekali lagi, pemahaman yang diperoleh para pendidik mengenai pendidikan akan
membuat kualitas dari para pendidik tersebut menjadi lebih baik lagi. Jadi, secara
harafiah, apabila ingin meningkatkan kualitas pendidikan dan juga kualitas dari tenaga
pendidik, maka setiap pendidik haruslah memahami dan juga mempelajari mengenai
filsafat pendidikan, agar dapat menjadi tenaga pendidik yang lebih baik lagi, sekaligus
mampu untuk memajukan dan juga mengembangkan pendidikan di Indonesia secara
khususnya.
12. 12
8. Membuat para peserta didik dapat memahami apa saja yang sebenarnnya harus
diketahui dan juga dipelajari selama menempuh jalur pendidikan tertentu.
Untuk menjadi seorang tenaga pendidik maupun tenaga professional yang
berfungsi untuk mendidik seseorang, maka mereka haruslah memahami hal apa saja
yang harus diketahui pada bidang pendidikannya masing-masing. Hal ini dapat
diperoleh dengan baik apabila seseorang mampu memahami dan mempelajari filsafat
pendidikan.
9. Meningkatkan kualitas pendidikan.
Manfaat penting lainnya dari filsafat pendidikan adalah dapat meningkatkan
kualitas dari pendidikan. Hal ini tentu saja sejalan dengan manfaat lainnya dari filsafat
pendidikan, yaitu dapat meningkatkan pemahaman dan juga kualitas dari para tenaga
pendidik. Tentu saja hal ini dapat berpengaruh langsung kepada kualitas pendidikan
Indonesia.
13. 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba
merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha
mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya
ikut menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraan pendidikan dan dari sisi lain pendidikan
merupakan proses memanusiakan manusia.
Landasan pendidikan filosofis merupakan jawaban secara kritis dan mendasar berbagai
pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti apa, mengapa, kemana, bagaimana, dan
sebagainya dari pendidikan itu. Kejelasan berbagai hal itu sangat perlu untuk menjadi landasan
berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pendidikan. Hal itu sangat pentig karena
hasil pendidikan itu akan segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus
diyakini kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.
B. Saran dan Kritik
Untuk kesempurnaan dan perbaikan dari makalah ini maka disarankan kepada kita semua
untuk memberikan tanggapan dan kritik terhadap pembahasan dalam makalah ini.
14. 14
DAFTAR PUSTAKA
Suparlan Suhartono,M.Ed., Ph.D. 2007. Filsafat Pendidikan.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Drs. Sulaiman, M.MPd. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Cirebon: STAI Bunga Bangsa
Cirebon
Wikipedia. 2016. Pengertian Filsafat. https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_pendidikan
Eduardus F. Lebe. 2015. Landasan Filosofis Pendidikan.
https://eduarduslebe.blogspot.co.id/2015/11/landasan-filosofis-pendidikan.html/
RahmawatiIndah Lestari. 2017. Landasan Filosofis Pendidikan.
https://rahmawatiindahlestari.wordprees.com/semester-1/lkpp/landasan-filosofis-pendidikan/
Irvan Jaya Mursida. 2009. Dasar,Tujuan, dan Peranan Filsafat.
https://van88.wordpress.com/dasar-tujuan-dan-peranan-filsafat/
Chy Ana. 2015. 9 MANFAAT FILSAFAT PENDIDIKAN. https://manfaat.co.id/manfaat-filsafat-
pendidikan
NursafatriNofriati. 2015. Landasan Filosofis Pendidikan.
https://nursafatri.blogspot.co.id/2015/10/landasan-filosofis-pendidikan.html?m=1
Guru Mengajar. 2015. Landasan Pendidikan FilosofisIndonesia.
https://iqrabelajar.wordprees.com/2015/06/23/landasan-filosofis-pendidikan-indonesia/