Buku pengantar filsafat ini membahas sejarah pemikiran filsafat, terutama zaman Yunani Kuno. Pada masa sebelum Socrates, para filosof awal seperti Thales, Anaximandros, dan Anaximenes berupaya mencari asal-usul alam semesta melalui pemikiran rasional. Mereka meyakini bahwa air, apeiron (yang tak terbatas), dan udara adalah asal-mula segala sesuatu. Demokritos kemudian mengem
4. iii
KATA PENGANTAR
Tulisan ini adalah hasil dari sebuah
pergumulan beberapa bulan ini dalam rangka
mempersiapkan pengajaran yang dilakukan untuk
mengajar di Sekolah Tinggi Agama Kristen
Teruna Bhakti Yogyakarta.
Untuk itulah, penulis berusaha untuk
mempersiapkan sebuah buku ajar yaitu; Filsafat
Umum sebagai bagian dari sebuah kajian ilmiah
yang akan menjadi pegangan bagi mereka yang
belajar tentang filsafat secara umum, dan
khususnya bagi mahasiswa-mahasiwa program
studi teologi yang sedang belajar di perguruan
tinggi teologi dan agama Kristen.
Harapannya adalah buku ini dapat menjadi
buku pegangan bagi mereka yang sedang belajar
di perguruan tinggi teologi, maupun bagi kaum
awam di gereja yang gemar belajar tentang ilmu
yang berhubungan dengan Filsafat. Kiranya buku
ini dapat dimanfaatkan dan berguna bagi persiapan
mereka yang sedang dan akan terjun dalam
pelayanan.
Yogyakarta, Februari 2023
Dr. Johannis Siahaya
5. iv
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
BAB I Pengantar Filsafat Umum 2
BAB II Metode-Metode Filsafat 22
BAB III Sejarah Pemikiran Filsafat 44
BAB IV Aliran-Aliran Filsafat 128
BAB V Filsafat dan Iman 196
KESIMPULAN 221
DAFTAR PUSTAKA 223
6. 1
PENDAHULUAN
Filsafat mempunyai sejarah yang amat panjang.
Filsafat lebih tua dari semua ilmu pengetahuan
dan beberapa agama monotheisme yang
berkembang sampai sekarang.
Bertrand Russel pernah berkata: “Antara teologi
dan ilmu pengetahuan terletak suatu daerah tak
bertuan. Daerah ini diserang baik oleh teologi
maupun ilmu pengetahuan. Daerah tak bertuan ini
adalah filsafat !” Kata Kierkegaard,”Hidup
manusia baru dimengerti dari belakang, tetapi
harus dijalani dari depan”.
Suatu pengantar filsafat tidak akan menjawab
semua pertanyaan mengenai filsafat. Tapi yang
jelas pengantar filsafat merupakan usaha
memperkenalkan filsafat sebagai bagian dari
usaha manusia yang lebih besar, yaitu usaha
untuk memahami dunia.
Semoga pengantar ini bermanfaat sebagai
langkah pertama bagi mereka yang ingin
mengetahui dan memahami filsafat. Termasuk
bagi semua yang tertarik kepada filsafat sebagai
wahana diskusi untuk pertanyaan-pertanyaan dari
semua jaman.
“Aku datang – entah dari mana,
aku ini – entah siapa,
aku pergi – entah ke mana,
aku akan mati – entah kapan,
aku heran bahwa aku bergembira…….”
7. 2
BAB I
PENGANTAR FILSAFAT UMUM
A. Pengertian Filsafat
1. Defenisi Filsafat
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani
kuno, yaitu dari kata “philos” dan
“Shopia”. Philos artinya cinta yang sangat
mendalan, dan sophia artinya kearifan
atau kebijakan. Jadi arti filsafat secara
hrfiah adalah cinta yang sangat mendalam
terhadapat kearifan atau kebijakan.
Filsafat dapat diartikan sebagai suatu
pendirian hidup (individu) dan dapat juga
disebut pandangan hidup (masyarakat).
Pada bagian lain Harold Tisus
mengemukakan makna filsafat yaitu :
a. Filsafat adalah suatu sikap tentang
hidup dan alam semesta
b. Filsafat adalah suatu metode berpikir
rekflektif dan penelitian penalaran
c. Filsafat adalah suatu perangkat
masalah-masalah
d. Filsafat adalah seperangkat teori dan
sistem berpikir
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan/
pemikiran manusia memiliki peran yang
penting dalam menentukan dan
menemukan eksistensinya. Berfilsafat
berarti berpikir, tetapi tidak semua
8. 3
berpikir dapat dikategorikan berfilsafat.
Berpikir yang dikategorikan berfilsafat
adalah apabila berpikir tersebut
mengandung tiga ciri yaitu radikan,
sistematis dan universal. Untuk ini filsafat
menghendaki lah pikir yang sadar, yang
berarti teliti dan teratur. Berarti bahwa
manusia menugaskan pikirnya untuk
bekerja sesuai dengan aturan dan hukum-
hukum yang ada, berusaha menyerap
semua yang bersal dari alam, baik yang
berasal dari dalam dirinya atau diluarnya.
2. Subjek/ Objek Filsafat
Berfikir merupakan subjek dari filsafat
akan tetapi tidak semua berfikir berarti
berfilsafat. Subjek filsafat adalah
seseorang yang berfikir/ memikirkan
hakekat sesuatu dengan sungguh dan
mendalam. Objek filsafat, objek itu dapat
berwujud suatu barang atau dapat juga
subjek itu sendiri contohnya si aku
berfikir tentang diriku sendiri maka
objeknya adalah subjek itu sendiri. Objek
filsafat dapat dibedakan atas 2 hal :
a. Objek material adalah segala sesuatu
atau realita, ada yang harus ada dan
ada yang tidak harus ada
b. Objek formal adalah bersifat
mengasaskan atau berprinsi dan oleh
karena mengasas, maka filsafat itu
mengkonstatis prinsip-prinsip
kebenaran dan tidak kebenaran
9. 4
3. Pentingnya Filsafat Bagi Manusia
Pentingnya filsafat dapat kita pada
penjelasan berikut :
a. Dengan berfilsafat kita lebih menjadi
manusia, lebih mendidik dan
membangun diri sendiri
b. Dari pelajaran filsafat kita diharapkan
menjadi orang yang dapat berpikir
sendiri
c. Memberikan dasar-dasar pengetahuan
kita, memberikan padangan yang
sintesis pula sehingga seluruh
pengetahuan kita merupakan kesatuan
d. Hidup kita dipimpin oleh pengetahuan
kita. Sebab itu mengetahuikebenaran-
kebenaran yang terdasar berarti
mengetahui dasar-dasar hidup kita
sendiri.
e. Khususnya bagi seorang pendidik,
filsafat mempunyai kepentingan
istimewa karena filsafatlah
memberikan dasar-dasar dari ilmu-
ilmu pengetahuan lainnya yang
mengenai manusia seperti misalnya :
ilmu mendidik, sosiologi, ilmu jiwa
dan sebagainya.
B. Asal Mula Filsafat
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling
terkait, baik secara substansial maupun secara
historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari
peranan filsafat, sebaliknya perkembangan
ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat
10. 5
telah berhasil mengubah pola fikir bangsa
Yunani dan umat manusia dari pandangan
mitosentris menjadi logosentris. Awalnya
bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia
beranggapan bahwa semua kejadian di alam
ini dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya
para dewa harus dihormatidan sekaligus
ditakuti kemudian disembah. Dengan filsafat,
pola fikir yang selalu tergantung pada dewa
diubah menjadi pola fikir yang tergantung
pada rasio.
Perubahan dari pola fikir mitosentris ke
logosentris membawa implikasi yang besar.
Alam dengan segala gejalanya, yang selama
ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan
dieksploitasi. Perubahan ini melahirkan
berbagai cabang ilmu pengetahuan mulai dari
zaman Yunani kuno sampai dengan zaman
modern. Perubahan yang mendasar adalah
ditemukannya huku-hukum alam dan teori-
teori ilmiah yang menjelaskan perubahan
yang terjadi, baik di alam jagad raya
(makrokosmos) maupun alam manusia
(mikrokosmos).
Perkembangan sejarah filsafat di dunia barat
dapat dibagi dalam empat periodisasi.
Periodisasi ini didasarkan atas ciri pemikiran
yang dominan pada waktu itu. Pertama,
adalah zamanYunani Kuno atau periode
klasik, ciri pemikiran filsafat adalah
kosmosentris yakni para filosof masa ini
mempertanakan asal-usul alam semesta dan
jagad raya. Kedua, adalah zaman abad
11. 6
pertengahan, ciri pemikiran abad ini
teosentris, yakni para filosof pada masa ini
memakai pemikiran filsafat untk memperkuat
dogma-dogma agama Kristiani.
Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para
filosof menjadikan manusia sebagai pusat
analisis filsafat, yang disebut antroposentris.
Keempat, adalah zaman abad Kontemporer,
ciri pokok pemikiran zaman ini ialah
logosentris, artinya teks menjadi tema sentral
pada diskusi para filosof.
Dua zaman yang pertama menjadi landasan
penulisan dalam bagian ini, sedangkan dua
zaman yang lain dapat ditelusuri dalam bab-
bab dibawahnya.
1. Zaman Yunani Kuno
a. Masa sebelum Socrates.
Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat
Yunani dijadikan sebagai pangkal
sejarah filsafat barat. Hal ini karena
dunia barat dalam alam berpikirnya
selalu mengacu pada pikiran Yunani.
Kelahiran pemikiran filsafat di dunia
barat diawali pada abad ke-6 sebelum
masehi dengan ditandai runtuhnya
mite-mite dan dongeng-dongeng yang
selama ini menjadi konsep
pembenaran terhadap setiap gejala
alam. Mereka mencari tahu tentang
asal mula alam dengan segala isinya.
12. 7
Menurut Poedjawijatna bahwa ahl
pikir yang berusaha mencari intisari
alam melalui pikiran belaka itu yang
tertua adalah terdapat di kota kecil
Miletos, pada abad keenam sebelum
masehi dengan beberapa tokoh filsafat
antara lain adalah :
1) Thales (624 – 548 SM)
menyimpulkan bahwa air
merupakan arche (asal-mula) dari
segala sesuatu, pendapatnya
didukung oleh kenyataan bawa air
meresapi seuruh benda-benda di
jagad raya ini.
2) Anaximandros (611 – 545 SM)
meyakini bahwa asa mula dari
segala sesuatu adalah apeiron
yaitu sesuatu yang tidak terbatas.
3) Anaximenes (588-524 SM)
mengatakan bahwa asas- mula
segala sesuatu itu adalah udara,
keyakinannya ini didukung oleh
kenyataan bahwa udara
merupakan unsur vital kehidupan.
4) Heraklitos (540-480 SM) melihat
alam semesta ini selalu dalam
keadaan berubah; sesuatu yang
dingin berubah menjadi panas,
yang panas berubah menjadi
dingin. Ungkapan yang terkenal-
13. 8
nya adalah panta rhei uden
menei (semuanya mengalir dan
tidak adam sesuatu pun yang
tinggal mantap). Ia menyimpulkan
bahwa yang mendasar dalam alam
semesta ini bukan bahannya
melainkan penyebabnya, yaitu
api. Api dapat mengeraskan
adonan roti, dan disisi lain dapt
melunakkan es. Maka api
meupakan simbol perubahan.
5) Parmenides (515-440 SM)
mengemukakan pendapatnya
bahwa gerak dan perubahan tidak
mungkin terjadi. Menurutnya,
realitas merupakan keseluruhan
yang bersatu, tidak bergerak dan
tidak berubah. Dia menegaskan
yang ada itu ada. Itulah satu-
satunya kebenaran.
6) Demokritos (460-370) merupakan
pemikir penting Yunani dalam
rangka perkemabngan ilmu
pengetahuan. Ia menegaskan
realitas terdiri dari banyak unsur
yang disebutnya dengan atom,
berasal dari kata a = tidak, dan
tomos = terbagi/terpisahkan.
PandanganDemokritos merupakan
cikal bakal perkembangan ilmu
fisika, kimia dan biologi. Menurut
Demokritus bahwa bergeraknya
14. 9
atom-ataom di ruang kosong
mengakibatkan tabrakan atom.
Karena betuk atom berbeda-beda,
maka menyebabkan terbentuknya
rangkaian atom yang ber-
kelompok-kelompok dan akhirnya
menyatu dalam bentuk kosmos.
Terbentuknya kosmos dari bukan
berarti atom mengalalmi
perubahan, tetapi yang berubah
hanyalah tumpukan, kombinasi,
pengelompokkan dan pemisahan,
serta substansi karena terjadi
perubahan ruang (tempat).
Democritos mengatakan, hanya
kesesuaian atomlah yang
menyebabkan dapat berproses
menjadi bumi.
Dari beberapa tokoh filsafat diatas dengan dengan
beraneka-ragam teorinya terlihat bahwa orang
Yunani berusaha memberikan deskripsi yang
rasional dari masalah-masalah yang mereka
hadapi, termasuk memikirkan tentang asal-mula
amam semesta. Pemahaman ini sebelumnya
dilakukan secara mistis, sesuai dengan mitologi
yang berkembang. Dalam pengembangan
selanjutnya, teori Democritos yang paling
dominan dibandingkan dengan teori Thales,
Anaximandros, dan Anaximenes. Teori-teorinya
memberikan corak dan semangat bagi perumus
teori-teori modern. Di sinilah kelebihan bangsa
Yunani, yang mampu memberikan spirit bagi
lahirnya teori-teori canggih kemudian.
15. 10
b. Masa Socrates.
Socrates lahir di athena (469 SM) dari
bapak seorang juru pahat dan ibu
seorang bidan. Ia amat cerdas
pikirannya dan berpendidikan tinggi,
tetapi konon kabar parasnya amat
jelek. Begitu juga dengan istrinya
bernama Xantippe yang sangat cantik
tetapi amat judes. Tahun 399 SM
dijatuhi hukuman mati: harus minum
racun karena diaanggap telah
meracuni jiwa pemuda.
Ajaran Socrates dipusatkan kepada
manusia. Ia mencari pengetahuan yang
murni dan sebenarnya, yakni
pengetahuan sejati. Adapun caranya
adalah dengan mengamat-amati yang
konkrit dengan bermacam-macam
coraknya,kemudian dihilangkan yang
berbeda, maka muncul yang sama
sehingga timbul pengertian yang
sejati. Metode ini disebut majeutike
(kebidanan). Misalnya tingkah laku
yang bermacam-macam yang berani,
timbullah pengertian “keberanian”.
Begitu juga dari bermacam-macam
yang baik, maka timbullah pengertian
“kebaikan”. Hal ini dilakukannya
dengan cara tanya jawab (dialoge)
untuk membidani lahirnya pengertian-
pengertian baru yang sejati.
16. 11
Menurutnya kebenaran sejati adalah
Tuhan.
c. Masa Sesudah Socrates.
Filsafat sebelum Socrates
mengarahkan perhatiannya kepada
alam, tetapi filsafat setelah Socrates
bukan hanya alam, tetapi juga
manusia. Cara peenyelidikan yang
dilakukan para filsosof Yunani pada
masa ini sangat terpengaruh sekali
oleh Socrates, sehingga sudah layak,
bahwa Socrates dianggap batas dalam
alam pikiran Yunani. Jadi bukanlah
batas waktu semata-mata melainkan
batas aliran. Socrates-lah yang
mendorong manusia untuk menye-
lidiki manusia dalam keselu-ruhannya.
Ia mulai menghargai perbedaan rohani
dan jasmani pada manusia. Beberapa
pemikir pada masa ini antara lain:
1) Plato.
Lahir tahun 427 SM dari keluarga
bangsawan, kemudian mengikuti
ajaran Socrates dengan taat.
Sepeninggalan gurunya banyak
buku yang ditulisnya. Ia aktif
dalam pengembangan filsafat
dengan mendirikan sekolah
khusus, yang disebut “Academia”.
Konsep ketuhanan Plato berpijak
pada konsep ide, yaitu suatu
pandangan bahwa terdapat suatu
dunia (dunia ide) di balik alam
17. 12
kenyataan, sebagai hakekat dari
segala yang ada.
Artinya, apa yang kita amati
sehari-hari adalah bayangan dari
alam ide tersebut, sebagai sumber
segala yang ada yaitu kebaikan
dan keburukan. Karena itu, ide-ide
tidak tergantung kepada
pemikiran, tetapi pemikiranlah
yang bergantung pada ide. Justru
itu, karena ada ide mandirilah
pemikiran manusia menjadi
mungkin. Ide tersebut bersifat
objektif, bukan subjektif. Ide itu
berpusat dan dikendalikan oleh
puncak ide, yang digambarkan
sebagai ide tentang kebaikan. Ide
kebaikan itu diformulasikan
sebagai Tuhan.
Plato memandang dunia ide
sebagai dunia kenyataan. Ide
adalah realitas. Oleh karena itu
filsafat Plato dipandang beraliran
idealisme yang realistis.
2) Aristoteles (384-348 SM).
Lahir di Stagira 384 SM. Prestasi
akademik diperoleh ketika belajar
di Athena dan menjadi murid Plato
selama lebih kurang 20 tahun. Ia
diangkat menjadi pemimpin
sekolah Academia setelah Plato
meinggal. Selain mendirikan
sekolah di Assus, juga menjadi
18. 13
guru Alexander the Great, raja
Yunani yang perkasa. Karya-
karyanya mencakup hampir semua
disiplin keilmuan yang ada yaitu
logika, filsafat alam, metafisika,
etika, politik, retorika, dan
sebagainya.
Konsep Ketuhanannya didasarkan
pada filsafat fikis, yaitu
keberadaan Tuhan didasarkan pada
gerakan alam, yaitu setiap gerakan
dalam alam ini digerakan oleh
sesuatu yang tidak bergerak, yaitu
Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan
sebagai penggerak pertama dan
sekaligus sebagai tujuan dari
gerak. Selanjutnya Aristoteles
mengatakan bahwa gerakan alam
sepenuhnya bergerak menuju
kepada sumber (Tuhan).
Konsep Ketuhanan Aristoteles
dengan argumen gerak ini sangat
menarik perhatian filsuf
berikutnya, termasuk fisul muslim.
Hal ini ditandai dengan munculnya
argumen keberadaan Tuhan di
kalangan filsuf muslim yang
disebut argumen gerak (dalil al-
harkat). Sebaliknya di Yunani
filsafat mengalami kemunduran
karena cenderung memasuki dunia
praktis bahkan berlanjut keduania
mistik.
19. 14
2. Zaman Abad Pertengahan
Pengaruh tradisi rasional-empirik yang
telah di bangun oleh Plato dan kawan-
kawannya di Yunani, telah mengubah
dunia motos ke dunia logos. Namun
proses ini tidak bertahan lama. Mitos
kembali mengalahkan logos yang telah
susah payah dikerjakan oleh para filosof-
filosof besar Yunani.
Setelah Aristoteles meninggal, Filsafat
Yunani kuno menjadi ajaran praksis,
bahkan mistis sebagaimana terlihat dalam
ajaran Stoa, Epicuri, dan Plotinus.
Bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan
Romawi,mengisyaratkan akan datangnya
tahapan baru, yaitu filsafat harus
mengabdi kepada agama menjadi semakin
nampak. Filsafat Yunani yang sangat
sekuler telah dicairkan dari antinominya
dengan doktrik Gerejani. Filsafat menjadi
lebih bercorak teologis.
Biara tidak hanya tempat pusat kegiatan
keagamaan, tetapi juga menjadi pusat
kegiatan intelektual. Sehingga ilmu
pengetahuan dihubungkan dengan kitab
suci umat Kristiani dalam bentuk
hubungan yang history of scientific
progress, yang mengakibatkan
perkembangan ilmu pengetahuan tidak
20. 15
fleksibel dan terkurung oleh doktrin
agama.
Kondisi ajaran Kristiani yang
menempatkan kitab sucinya dengan ilmu
pengetahuan dalam bentuk hubungan
history of scientific progress ini.
Belakangan oleh pengikut agama
Muhammad (Islam) menajdi ilham
penting, sehingga dalam pengikut ajaran
agama terakhir ini, hubungan kitab sucu
dengan ilmu pengetahuan ditempatkan
dalam bentuk social psychology
(psykologi sosial) dan tidak history of
scientific progress (sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan).
Pengikut Kristus yang fanatik terhadap
mitologi menjadi penentang yang sangat
kuat terhadap perkembangan rasionalisme
yang telah dibangun oleeh filosof awal di
Yunani. Pengikut Kristus sering
membperdebatkan hasil kajian ilmiah dan
filsafat yang dibangun oleh manusia pada
masa sebelumnya. Sehingga dunia
kembali mengalami masa kegelapan dan
masyarakat dunia kemabli dikalahkan
oleh mite-mite.
Satu-satunya perpustakaan Iskandaria di
bakar oleh orang-orang yang sangat
fanatik terhadap agama mitologis, yaitu
kaum Nasrani yang memiliki watak yang
tidak imliah. Seorang wanita yang cantik
dan cerdas bernama Hypatia, harus rela
menjadi korban kaum Gerjawan Kristen
21. 16
yang sedang mengkonsolidasikan dirinya
di Patikan untuk menolak dan melawan
paganism (sebagai sistem ritus). Hypatia
dibunuh dengan alasan karena menolak
lamaran setiap laki-laki bangsawan dan
kaum Gerejawan. Penolakan Hypatia
dilatarbelakangi keinginannya untuk
mencurakan segala pikirannya dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Ia ingin
menghabiskan waktunya di perpustaan. Ia
berdiri di atas kuatnya masyarakat yang
menolak terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan filsafat Yunani, hal ini
dianggap dan disamakan dengan
paganism. Oleh karena itu, setiap orang
yang mencari, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dianggap mencari dan
mengembangkan paganisme.
Akhirnya pada sautu perjalanan menuju
perpustakaan, Hypatia dicegat oleh
segerombolan kaum Gerejawan. Ia
diturunkan dari kereta kudanya dan
dibunuh, kemudian dikelupasi dagingnya
serta tualng-tulangnya dibakar. Semua
miliknya dimusnahkan dan karya-
karyanya dihancurkan serta namanya
dilupakan. Sedangkan uskup agung
Iskandaria bernama Cryl yang
memerintahkan untuk membunuh Hypatia
diberi kehormatan oleh gereja kristen
sebagai orang suci atau santo.
Ketika mayoritas masyarakat mengambil
sikap pandang yang demikian jauh dari
22. 17
filsafat, bukan berarti filsafat otomatis
mati dan tidak berkembang dalam lintasan
sejarah dunia. Sejarah mencatat di masa
partistik ini muncul tokoh dan ilmuwan
yang konsen terhadap persoalan filsafat
meskipun dalam jumlah yang sangat
sedikit sekali dan hampir tidak punya
pengaruh terhadap kecenderungan
masyarakat yang mitologis. Tokoh filsafat
masa pertengahan ini adalah PLITONUS
(204-269 M) dan Augustine (354-430 M)
yang telah berpengaruh cupuk signifikan
terhadap pemikiran-pemikiran filosofis
masyarkat Muslim, khususnya tentang ciri
keesaan Tuhan. Pemikiran kedua tokoh ini
juga sangat mempengaruhi terhadap
pemikiran filosofis yang dibangun oleh
Anselm (1033-2209 M) dan Thomas
Aquinas (1225-1274 M) di abad
pertengahan.
a. Agustinus
Agustinus, waktu mudanya ia
menyelami filsafat yang bermacam-
macam coraknya, dan dalam beragama
ia juga mengenal bemacam aliran.
Pada umur 33 tahun ia menjadi
Katolik. Buku-buku karyanya tidak
semata-mata memuat filsafat, tetapi
juga meruapakan perengangan agama.
Dalam logikanya Augustinus
memerangi skepsis. Skepsis itu
mnurut pendapatnya mengandung
23. 18
pertentangan, dan kemustahilan.
Skepsis mengajurkan keragu-raguan
tentang segala-galanya. Menurutnya
siapa yang berpikir , tentulah ia ada,
jadi ada kepastian padanya.
Dalam antropologia dan etika,
Augustinus berpendapat dengan
menjawab pertanyaan: Apakah
manusia itu? Jawabnya : menurut
badannya manusia termasuk alam
jasmani, tetapi karena jiwaanya ia
termasuk rohani. Oleh karena ia
jasmani, maka terikatlah ia, harus
mengalami perubahan, sengsara dan
terlibat dalam waktu. Sebalinya oleh
karena ia termasuk alam rohani, maka
dengan budinya ia mencari kebenarana
yang baka, dan dengan kehendaknya
mencari kebaikan yang sempurna.
Itulah sebabnya pada manusia terdapat
pertentangan antara jasmani dan
rohani. Yang menjadi tugas manusia
adalah menaklukkan yang jasmani
kepada rohani dengan
mempergunakan kehendaknya yang
merdeka. Tetapi jnganlah mengira,
bahwa yang jasmani itu jahat.
Kejahatan atau dosa terletak pada
kehendak yang bebas. Jika kehendak
itu memilih yang jasmani serta dengan
demikian memustahilkan jalanya
kepada Tuhan, maka berdosalah ia.
Jadi dosa atau jahat itu berdasarkan
24. 19
atas ketiadaan yang baik. Demikian
pendapat augustine tentang antropogia
dan etika.
Bagaimana hubungan manusia dengan
Tuhan?
Segala makhluk merupakan patisipasi
(ikut serta) kepada idea-idea Tuhan.
Adapun partisipasi manusia berbeda
dengan paerisipasi makhluk lainnya.
Makhluk lain partisipasinya pasif,
sedangkan manusia partisipasinya
aktif. Keaktifan manusia pada
Tuhannya adalah dengan mengenal
Tuhan dengan kasih mesra
berdasarkan cinta. Adapun cinta
merupakan partisipasi kebaikan
Tuhan. Ada Tuhan, terdapat pada ada
segala sesuatunya. Tuhan mengatur
segala sesuatu yang ada dalam alam
ciptaannya.
b. Thomas Aquinas.
Thomas dilahirkan dekat kota Aquino,
tahun 1225. Sebab itu ia sering disebut
Thomas Aquinas. Masa mudanya ia
menajdi murid Albertus di Paris.
Kemudian ia mengukuti jejak gurunya
dan menjadi pembesar pada Ordonya
di Jerman, dan mengajar di perguruan
tinggi di sana.
25. 20
Fisalfat Aristoteles direnungkan secara
mendalam oleh Thomas Aquinas,
tanpa ragu-ragu ia mengambil filsafat
Aristoteles sebagai dasar dalam
berfilsafat. Ia membuang hal-hal yang
tidak pas dengan ajaran kristiani dan
menambahkan hal-hal baru, sehingga
filsafatnya melahirkan suatu aliran
yang bercorak Thomisme, yang
menjadi ciri khas filsafat pada zaman
pertengahan.
Thomas dalam hal terjadinya alam
semesta menganut teori penciptaan,
artinya Tuhan menciptakan alam
semesta. Dengan tindakan mencipta,
Tuhan menghasilkan ciptaan dari
ketadaan. Karena segala sesuatu
timbul oleh penciptaan Tuhan, maka
segala sesuatu juga ambil bagian
dalam kebaikan Tuhan. Selanjutnya
penciptaan itu bukan merupakan
tindakan pada suatu saat tertentu, yang
sesuad itu ciptaan tersebut utnuk
seterusnya dibiarkan mengadu
nasibnya sendiri. Mencipta berarti
secara terus menerus menghasilkan
dan memelihara ciptaan. Tuhan
menciptakan alam semesta serta waktu
dari keabadian, gagasana penciptaan
tidak bertentangan dengan alam abadi.
Kitab suci mengajarkan bahwa alam
semsta berawal mula, tetapi filsafat
tidak membuktikan hal itu, sepeti
halnya juga filsafat tidak bisa
27. 22
BAB II
METODE-METODE FILSAFAT
Kata metode berasal dari kata methodos.
Methodos berarti penelitian, hipotesa ilmiah dan
uraian ilmiah. Maka dapat dikatakan bahwa
metode adalah cara kerja yang sistematis yang
digunakan untuk memahami suatu objek yang
dipermasalahkan atau realitas yang dianalisa.
Metode, sejak awal, merupakan instrumen utama
dalam proses dan perkembangan ilmu
pengetahuan sejak dari awal suatu penelitian
hingga mencapai pemahaman baru dan kebenaran
ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Metode yang benar dan sah akan menjamin
kebenaran yang benar dan sah pula. Maka tidak
mengherankan apabila setiap cabang ilmu
pengetahuan mengembangkan metodologi yang
sesuai dengan objek penelitiannya. Keharusan
metodis adalah keniscayaan dalam pencapaian
pengetahuan. Tapi metodologi bisa berbeda bagi
setiap bidang ilmu pengetahuan.
Metode dan Objek Filsafat. Dalam filsafat,
metode dan objek formal filsafat tidak
terpisahkan. Masing-masing aliran filsafat
menentukan objek formalnya. Dengan demikian,
aliran filsafat menentukan metode dan logikanya
sendiri. Setiap aliran filsafat mempunyai
kemandirian dalam bidang ilmiahnya.
Kemandirian itu menyebabkan bahwa filsafat
menjelaskan, mempertanggungjawabkan dan
membela metode yang dipakainya.
28. 23
Filsafat mengajukan claims of discovery of the
correct method. Tapi di pihak lain sering kali ada
perbedaan mendasar antara apa yang benar-benar
dikerjakan seorang filsuf, dan tuntutan
metodologisnya.
Pemakaian metode ilmiah umum. Meskipun
filsafat mempunyai metodenya sendiri, dengan
sendirinya filsafat memakai unsur-unsur metode
umum. Setiap paham filsafat menerapkan unsur
metodologi umum ini menurut caranya sendiri.
Ada beberapa tekanan yang nampak dalam
paham filsafat. Segi subjektif: rasionalisme,
pragmatisme, fenomenologi, positivisme,
empirisme. Segi objektif: realisme, idealisme,
materialisme, monisme dan lainnya.
Dalam sejarah filsafat, banyak metode yang telah
dikembangkan. Beberapa metode filsafat yang
sempat tercatat dalam sejarah filsafat adalah
sebagai berikut.
A. Metode Reduction ad Absurdum
Metode ini dikembangkan oleh Zeno, salah
seorang murid Parmenides. Zeno sering
disebut sebagai Bapak Metafisika Barat yang
pertama. Metode ini adalah metode yang
ingin meraih kebenaran, dengan membuktikan
kesalahan premis-premis lawan, yang caranya
dengan mereduksi premis lawan menjadi
kontradiksi sehingga kesimpulannya menjadi
mustahil. Inilah reductio ad absurdum.
29. 24
Zeno mengikuti argumentasi Parmenides
tentang monisme realitas. Argumentasi Zeno
ini dipakai untuk mempertahankan serangan
dari ide pluralisme. Zeno mengatakan
seandainya ada banyak titik yang terdapat di
antara titik A dan B, berarti kita harus
mengakui adanya titik-titik yang tak terbatas
di antara A dan B. Jika titiknya tak terbatas,
jarak tak terbatas antara A dan B tidak
mungkin tercapai. Tapi jika ada orang yang
bisa berjalan dari A ke B, itu berarti jarak A
dan B dapat dilintasi. Jika A ke B bisa
dilintasi berarti jarak A dan B terbatas. Jadi
jika kita menarik hipotesis mula yang
mengatakan bahwa ada banyak titik yang
terdapat di antara titik A dan titik B adalah
salah. Maka, pluralitas adalah absurd,
mustahil dan tidak masuk akal.
Parmenides pernah mengatakan bahwa tidak
ada ruang kosong, yang berarti bahwa yang
ada tidak berada dalam ada yang lain karena
yang ada pasti mengisi seluruh tempat. Zeno
melengkapi argumentasi itu dengan
pernyataan: jika ada ruang kosong, ruang
kosong itu berada dalam ruang kosong yang
lain dan ruang kosong yang lain itu berada
dalam ruang kosong yang lain pula dan
seterusnya sampai tak terbatas. Itu artinya
akan ada senantiasa ruang dalam ruang. Oleh
karena itu, jika dikatakan bahwa yang ada
berada dalam ada yang lain, jelas bahwa
pernyataan itu tidak benar. Yang benar adalah
yang ada tidak berada dalam ada yang lain.
Tegasnya, ruang kosong itu tidak mungkin
30. 25
berada dalam ruang kosong yang lain karena
yang ada itu senantiasa mengisi seluruh
tempat sehingga hipotesis yang mengatakan
bahwa ruang kosong itu ada adalah suatu
yang mustahil.
Zeno menambahkan jika ruang kosong itu
tidak ada, berarti gerak tidak ada. Ini karena
jika dikatakan bahwa gerak itu ada, berarti
bahwa ruang kosong harus ada karena gerak
dimungkinkan jika ada ruang kosong. Zeno
membuktikan hal itu dengan empat contoh
terkemuka: dikotomi paradoks, Akhiles – si
pelari, Anak panah dan Benda yang bergerak
bertentangan.
Metode Zeno ini memberikan nilai abadi bagi
filsafat karena tidak ada pernyataan yang
melahirkan pertentangan yang dianggap
benar. Hukum tidak ada pertentangan ini
merupakan prinsip fundamental dalam logika.
Metode Zeno ini berguna dalam orasi dan
perdebatan yang rasional dan logis. Zeno
adalah orang pertama yang juga
menggunakan metode dialektik, dalam arti
bahwa orang mencari kebenaran lewat
perdebatan dan bersoal secara sistematis.
B. Metode Maieutik Dialektis Kritis Induktif
Metode Maieutik dikembangkan oleh
Sokrates. Dalam sejarah filsafat Yunani,
Sokrates adalah salah satu filsuf yang
terkemuka. Hanya sayang, dia tidak pernah
meninggalkan bukti otentik yang bisa
31. 26
dianggap sebagai karya asli Sokrates. Karya
Sokrates didapatkan dari beberapa karya Plato
dan Aristoteles. Tapi pemikiran Sokrates yang
berhasil direkam hanya bisa dilihat dari karya
Plato, terutama dalam dialog-dialog yang
pertama, yang sering disebut dengan dialog
Sokratik.
Pemikiran Sokrates berpusat pada manusia.
Refleksi filosofis Sokrates berangkat dari
kehidupan sehari-hari. Jadi, menurut Sokrates
melihat bahwa kehidupan sehari-hari sebagai
kebenaran objektif. Sokrates dalam filsafatnya
menolak subjektivisme dan relativisme aliran
sofisme. Kebenaran objektif yang dicapai
bukan sekedar didapatkan dari pengetahuan
teoritis tapi justru dari kebajikan manusia.
Filsafat Sokrates adalah upaya untuk
mencapai kebajikan. Kebajikan harus nampak
dan mengantar manusia kepada kebahagiaan
sejati. Jadi, pengetahuan dan kebenaran
objektif selalu menghasilkan tindakan yang
benar secara objektif pula. Dan, disitulah
kebahagiaan sejati dapat diraih.
Untuk mencapai objektivitas maka diperlukan
metode yang sesuai. Sokrates percaya bahwa
pengetahuan akan kebenaran objektif itu
tersimpan dalam jiwa setiap orang sejak masa
praeksistensinya. Oleh sebab itu, filsafat
Sokrates tidsak mengajarkan kebenaran tapi
hanya menolong orang mencapai kebenaran.
Filsafat menolong manusia melahirkan
kebenaran seperti layaknya ibu melahirkan
bayinya. Maka, tugas filsafat adalah tugas
32. 27
untuk menjadi bidan yang menolong manusia
melahirkan kebenaran. Metode itu disebut
dengan metode teknik kebidanan (maieutika
tekhne).
Metode kebidanan ini diperoleh dengan
percakapan (konversasi). Sokrates selalu
berfilsafat justru dalam percakapan. Lewat
percakapan, Sokrates melihat ada kebenaran-
kebenaran individual yang bersifat universal.
Sampai taraf tertentu, percakapan ini akan
menghasilkan persepsi induktif yang nantinya
akan dikembangkan oleh filsuf yang lain.
Dalam dialog, Sokrates melibatkan diri secara
aktif dalam memanfaatkan argumentasi
rasional dengan analisis yang jelas atas
klasifikasi, keyakinan dan opini yang
melahirkan kebenaran. Percakapan kritis ala
Sokrates bisa membimbing manusia untuk
bisa memilah dan menemukan kebenaran
yang sesungguhnya.
Metode percakapan kritis yang dilakukan
Sokrates juga disebut dengan metode
dialektis. Sementara yang lain, beranggapan
bahwa metode dialektis bisa disebut dengan
metode interogasi.
C. Metode Deduktif Spekulatif Transendental
Metode ini dikembangkan oleh Plato, murid
dari Sokrates. Plato meletakkan titik refleksi
pemikiran filosofisnya pada bidang yang luas,
yaitu ilmu pengetahuan. Dari sekian banyak
33. 28
cabang ilmu pengetahuan, Plato menitik-
beratkan perhatiannya pada ilmu eksakta.
Dari titik refleksi filosofis ini lahirlah
penalaran deduktif yang terlihat jelas melalui
argumentasi-argumentasi deduktif yang
sistematis.
Dasar seluruh filsafat Plato adalah ajaran ide.
Ajaran ide Plato ini melihat bahwa idea
adalah realitas yang sejati dibandingkan
dengan dunia inderawi yang ditangkap oleh
indera. Dunia idea adalah realitas yang tidak
bisa dirasa, dilihat dan didengar. Idea adalah
dunia objektif dan berada di luar pengalaman
manusia. Pengetahuan adalah ingatan
terhadap apa yang telah diketahui di dunia
idea. Sistem pengetahuan Plato semacam ini
bersifat transendental spekulatif.
D. Metode Silogisme Deduktif
Metode ini dikembangkan oleh Aristoteles.
Aristoteles menyatakan bahwa ada dua
metode yang dapat digunakan untuk menarik
kesimpulan yang benar, yaitu metode induktif
dan deduktif. Induksi adalah cara menarik
kesimpulan yang bersifat umum dari hal yang
khusus. Deduksi adalah cara menarik
kesimpulan berdasarkan dua kebenaran yang
pasti dan tak diragukan lagi. Induksi berawal
dari pengamatan dan pengetahuan inderawi.
Sementara, deduksi terlepas dari pengamatan
dan pengetahuan inderawi. Aristoteles dalam
filsafat Barat dikenal sebagai Bapak Logika
34. 29
Barat. Logika adalah salah satu karya filsafat
besar yang dihasilkan oleh Aristoteles.
Sebenarnya, Logika tidak pernah digunakan
oleh Aristoteles. Logika dimanfaatkan untuk
meneliti argumentasi yang berangkat dari
proposisi-proposisi yang benar, yang
dipakainya istilah analitika. Adapun untuk
meneliti argumentasi-argumentasi yang
bertolak dari proposisi-proposisi yang
diragukan kebenarannya, dipakainya istilah
dialektika.
Inti logika adalah silogisme. Silogisme adalah
alat dan mekanisme penalaran untuk menarik
kesimpulan yang benar berdasarkan premis-
premis yang benar adalah bentuk formal
penalaran deduktif. Deduksi, menurut
Aristoteles, adalah metode terbaik untuk
memperoleh kesimpulan untuk meraih
pengetahuan dan kebenaran baru. Itulah
metode silogisme deduktif.
Silogisme adalah bentuk formal deduksi.
Silogisme mempunyai tiga proposisi.
Proposisi pertama dan kedua disebut premis.
Proposisi ketiga disebut kesimpulan yang
ditarik dari proposisi pertama dan kedua. Tiap
proposisi mempunyai dua term. Maka, setiap
silogisme mempunyai enam term. Karena
setiap term dalam satu silogisme biasa disebut
dua kali, maka dalam setiap silogisme hanya
mempunyai tiga term. Apabila proposisi yang
ketiga disebut kesimpulan, maka dalam
proposisi yangketiga terdapat dua term dari
35. 30
ketiga term yang disebut tadi. Yang menjadi
subjek konklusi disebut term minor. Predikat
kesimpulan disebut term mayor. Term yang
terdapat pada dua proposisi disebut term
tengah.
Pola dan sistematika penalaran silogisme-
deduktif adalah penetapan kebenaran
universal kemudian menjabarkannya pada hal
yang lebih khusus.
E. Metode Intuitif-Kontemplatif Mistis
Metode ini berkembang dengan ide Plotinos
dengan ajaran Neo-Platonisme. Filsafat
Plotinos adalah kulminasi dan sintesa definitif
aneka ragam filsafat Yunani. Filsafat Plotinos
mengambil ide dasar pemikiran Plato.
Pemikiran Plato mengenai ide kebaikan
sebagai ide yang tertinggi dalam dunia ide.
Tetapi, tidak berarti pemikiran Plotinos tidak
murni.
Ide kebaikan dalam ajaran Plotinos disebut
sebagai to hen (yang esa/the one). Yang Esa
meruapakan yang awal atau yang pertama,
yang paling baik, yang paling tinggi dan yang
kekal. Yang esa tidak dapat dikenali oleh
manusia karena hal itu tidak dapat
dibandingkan atau disamakan dengan apa pun
juga. Yang Esa merupakan pusat daya dan
pusat kekuatan. Seluruh realitas memancar
keluar dari pusat itu. Proses pancaran dari To
Hen disebut Emanasi. Meskipun melalui
36. 31
proses emanasi, eksistensi Yang Esa tidak
berkurang atau berubah.
Pancaran pertama, menurut Plotinos, disebut
nous. Nous disebut juga budi, roh, atau akal.
Nous berada paling dekat dengan To Hen.
Nous adalah gambaran atau bayangan To
Hen. Setelah nous muncul apa yang disebut
dengan psykhe atau jiwa. Psykhe terletak di
perbatasan antara nous dan materi. Psykhe
adalah penghubung antara roh dan materi.
Jadi dapat dikatakan pula bahwa psykhe
adalah penghubung dan penggabungan antara
yang rohani dengan yang jasmani. Psykhe
kemudian disusul oleh Me On atau materi/zat
sebagai aliran lingkaran ketiga. Me On hanya
merupakan potensi atau suatu kemungkinan
bagi perwujudan suatu keberadaan dalam
suatu bentuk. Psykhe bertemu dengan materi
menghasilkan tubuh, yang pada hakikatnya
berlawanan dengan nous dan To Hen.
Perlawanan dalam tubuh ini menghasilkan
penyimpangan. Ini berarti penyimpangan
terhadap kebenaran. Untuk kembali kepada
kebenaran maka manusia harus kembali
kepada To Hen dan menyatu dengannya.
Inilah yang menjadi tujuan manusia. Jika
dalam proses emanasi, manusia meninggalkan
terang dan kebenaran mutlak masuk ke dalam
kegelapan mutlak. Maka untuk mencapai
kebenaran dan terang mutlak, manusia harus
menempuh jalan kontemplasi. Kontemplasi
merupakan jalan pembersihan untuk bersatu
dengan kebenaran mutlak. Manusia harus
37. 32
berani berpikir sebaliknya, yaitu tidak
memikirkan hal inderawi. Hal inderawi
menjadi penghalang dalam proses
pemersatuan manusia dengan To Hen.
Kontemplasi adalah proses pembersihan jiwa
manusia yang merupakan kondisi bagi
kesatuan mistis dengan To Hen.
Filsafat Plotinos tidak berhenti pada ajaran.
Tapi ajaran Plotinos mengarah pada suatu
cara hidup. Ini berarti bahwa ajaran Plotinos
tidak berhenti pada masalah benar tidaknya
ajaran yang disampaikan tapi lebih dari itu,
ajaran Plotinos harus mengarah pada suatu
sikap hidup yang tidak terikat pada hal
duniawi. Itulah sebabnya ajaran Plotinos
sering disebut ajaran yang kontemplatif-
mistis.
F. Metode Skolatif: Sintesis-Deduktif
Filsafat Skolastik menemukan puncak
kejayaannya waktu Thomas Aquinas menjadi
filsuf pokoknya. Filsafat skolastik
dikembangkan dalam sekolah-sekolah biara
dan keuskupan. Para filsuf skolastik tidak
memisahkan filsafat dari teologi kristiani. Jadi
dapat dikatakan bahwa filsafat integral dalam
ajaran teologi.
Gaya filsafat abad pertengahan adalah sintesa
ajaran filsafat sebelumnya. Sistem skolastik
mengarah pada jalan tengah ekstrem-ekstrem
ajaran filsafat waktu itu. Sintesa filsafat
skolastik terdiri dari ajaran neoplatonis, ajaran
38. 33
Agustinus, Boetius, Ibn Sina, Ibn Rushd dan
Maimonides. Selain ajaran-ajaran di atas,
aliran filsafat pokok yang dianut oleh filsuf
skolastik, terutama Thomas Aquinas adalah
filsafat Aristotelian. Filsafat Aristoteles
memberikan perspektif baru mengenai
manusia dan kosmos. Thomas Aquinas
mendasarkan filsafatnya pada filsafat
Aristotelian terutama dalam ajaran potentia
dan actus.
Prinsip metode skolastik adalah sintesis-
deduktif. Prinsip ini menekankan segi yang
sebenarnya terdapat pada semua filsafat dan
ilmu. Prinsip deduktif adalah prinsip awal
dari filsafat skolastik. Bertitik tolak dari
prinsip sederhana yang sangat umum
diturunkan hubungan-hubungan yang lebih
kompleks dan khusus. Di dunia barat sudah
lama dikenal prinsip logika Aristoteles.
Prinsip logika ini diintegrasikan dengan
prinsip ajaran neoplatonis dan agustinian.
Prinsip aristotelian mengenai nova logica
mendapatkan koreksi dan tambahan pada
ajaran neoplatonis. Metode-metode itu
diinterpretasikan dengan cara dan gaya lebih
baru yang dikembangkan oleh Thomas
Aquinas.
Thomas Aquinas pertama-tama mengolah
filsafat Aristoteles. Thomas Aquinas mencoba
mengkritisi ajaran aristotelian dengan prinsip
ajaran tersebut. Thomas menambah
problematika filsafat aristotelian. Demikian
39. 34
juga, Thomas memperlakukan filsafat Plato
yang diwakili oleh pemikiran Agustinus.
Pemikiran Thomas Aquinas selalu mengarah
bahwa pemikiran filosofis ditetapkan oleh
evidensi. Inilah sebabnya pemikiran Thomas
tidak selalu bersifat kompilatif dan
eklektisisme tapi mengarah pada otonomi
pemikiran.
Thomas dalam epistemologinya menyebutkan
bahwa semua pengertian manusia selalu
melalui pencerapan. Ini berarti bahwa pada
suatu saat pemikiran Thomas juga bersifat
mengandalkan kenyataan inderawi. Landasan
pemikiran Thomas selalu mengandaikan
pengamatan inderawi yang bersifat pasti dan
sederhana. Maka sering pula pemikiran
Thomas bersifat reflektif-analitis. Pengamatan
dan analisa fakta-fakta adalah dasar kuat bagi
sintesa Thomas Aquinas.
G. Metode Skeptisme
Metode Skeptisisme ini dikembangkan oleh
Rene Descartes. Dalam bidang matematika,
Rene Descartes memadukan prinsip geometri
dan aritmatika dengan menggunakan prinsip
rumus aljabar yang kemudian dikenal dengan
koordinat kartesian.
Awal filsafat Descartes adalah kebingungan.
Filsafat begitu beragam dan dianggap
Descartes sebagai ilmu yang simpang siur
serta penuh dengan kontradiksi. Dalam
40. 35
kebingungannya, Descartes merasa harus
berbuat lebih untuk penyempurnaan filsafat.
Ia mencoba menyusun ilmu induk yang
mengatasi seluruh ilmu pengetahuan dengan
metode ilmiah yang bersifat umum dan cocok
digunakan dalam segala ilmu. Logika
Aristoteles tidak bermanfaat karena lewat
logika itu tidak tercapai pengetahuan yang
baru. Descartes mencoba untuk melepaskan
diri dari ajaran-ajaran tradisional agar ia bisa
memperbaharui filsafat dan ilmu
pengetahuan.
Descartes menulis dua buku monumental,
yaitu Discourse on Method dan Meditations.
Dalam dua buku itu, Descartes
membentangkan prinsip-prinsip filsafatnya.
Penjelasan Descartes dimulai dengan prinsip
keraguan atau kesangsian kartesian. Sebuah
pengetahuan baru adalah pengetahuan yang
kebenarannya tidak dapat diragukan.
Pengetahuan sejati dimulai dari kepastian.
Titik tolak pengetahuan yang benar adalah
titik pengetahuan yang tidak dapat diragukan
atau disangsikan. Dasar pengetahuan adalah
kepastian. Kepastian itu adalah kondisi tak
bersyarat dan tidak tergantung dari hal yang
dipelajari dan dialami karena segala sesuatu
yang dipelajari dan dialami sewaktu-waktu
dapat berubah. Perubahan menandakan
ketidakpastian.
Kepastian hal yang benar-benar pasti dan ada
dapat dicapai dengan meragukan dan
menyangsikan segala sesuatu. Bila sesuatu itu
41. 36
bisa bertahan atas segala keraguan radikal
maka sesuatu itu bisa disebut dengan
kebenaran yang pasti. Inilah yang disebut
dengan kebenaran filsafat yang pertama dan
terutama.
Setelah meragukan segala sesuatu, Descartes
menemukan ada satu hal yang tak dapat
diragukan lagi, saya yang sedang
menyangsikan semua hal, sedang berpikir,
dan jika saya sedang berpikir itu berarti tidak
dapat diragukan lagi bahwa saya pasti ada.
Maka muncullah istilah Je Pense, donc Je
Suis. Descartes berpendapat manusia harus
menjadi titik berangkat pemikiran yang
rasional. Untuk mencapai kebenaran, rasio
harus berperan semaksimal mungkin.
Maka dapat dikatakan pemikiran Descartes
sangat bersifat rasional. Analisa konseptual
diidentifikasikan lebih dahulu elemen-elemen
sederhana. Analisa identifikasi tersebut
disintesakan dengan suatu pemahaman
struktur realitas dengan memahami hubungan
yang perlu di dalam elemen-elemen tersebut
yang harus berdiri satu terhadap yang lainnya.
Pemanfaatan metode ini menghasilkan
desakan ketidakpastian hingga ke batas yang
paling akhir dengan membuat keterangan atau
fakta yang menopang keyakinan-keyakinan
yang telah diterima selama itu menjadi
sasaran kritik yang paling tidak kenal
kompromi dan menangguhkan setiap
pendapat kendati tidak masuk akal tapi sedikit
42. 37
banyak mengandung suatu yang rasional
meragukan.
H. Metode Kritis-Transendental
Metode kritis transendental dikembangkan
oleh Immanuel Kant. Filsafat Kant adalah
titik tolak periode baru bagi filsafat barat. Ia
mensintesakan dan mengatasi aliran
rasionalisme dan empirisme. Di satu pihak, ia
mempertahankan objektivitas, universalitas
dan kepercayaan akan pengertian, dan di lain
pihak ia menerima bahwa pengertian bertolak
dari fenomena dan tidak dapat melebihi batas-
batasnya. Filsafat Kant menekankan
pengertian dan penilaian manusia, bukan
dalam aspek psikologis melainkan sebagai
analisa kritis. Objektivitas menyesuaikan diri
dengan pengertian manusia.
Metode Kant menerima pengertian tertentu
yang objektif. Analisa kritis Kant dapat
dibedakan dari analisa psikologis yang
empirik, analisa logis yang memperlihatkan
unsur-unsur isi pengertian satu sama lain,
analisa ontologis yang meneliti realitas
menurut adanya dan analisa kriteriologis yang
hanya menyelidiki relasi formal antara
kegiatan subjek sejauh ia mengartikan dan
menilai hal tertentu, dan objek sejauh itu
merupakan fenomena yang ditanggapi.
Metode Kant berpangkal dari keraguan atas
kemungkinan dan kompetensi metafisika.
Kant meletakkan pengertian dalam dua bagian
43. 38
besar, yaitu pengertian analitis yang selalu
apriori, pengertian sintetis yang bersifat
korelatif dan inspiratif. Metode Kant juga
berpangkal pada pertanyaan metodis
mengenai dasar objektivitas pengertian. Dasar
rasional objektivitas pengertian memakai
dasar analisa transendental. I. Kant
menganalisa manakah syarat-syarat minimal
yang dengan mutlak harus dipenuhi dalam
subjek, supaya memungkinkan objektivitas
itu. Analisa itu disebut deduksi metafisis.
I. Metode Idealisme-Dialektis
Metode dialektis dikembangkan oleh George
Wilhelm Friedrich Hegel. Hegel melawan
ajaran filsafat Descartes dan Spinoza. Jalan
pikiran Hegel untuk memahami kenyataan
adalah mengikuti gerakan pikiran dan konsep.
Struktur dalam pikiran adalah sama dengan
proses genetis dalam kenyataan. Antara
metode dan sistem atau teori tidak dapat
dipisahkan. Dan keduanya adalah kenyataan.
Dinamika pemikiran Hegel ini disebut
dialektis. Dialektika diungkapkan sebagai tiga
langkah, yaitu tesis, anti tesis dan sintesis.
Seluruh karya Hegel memperlihatkan gerakan
tiga langkah tersebut.
Langkah metodis Hegel dimulai dengan
penegasan. Titik tolak Hegel mengambil salah
satu pengertian atau konsep yang dianggap
jelas. Pengertian dan konsep yang jelas adalah
pengertian empiris inderawi. Pengertian
tersebut bersifat spontan dan non-reflektif,
44. 39
abstrak, umum, statis dan konseptual. Tapi
dalam proses pemikiran, pengertian tersebut
mulai kehilangan ketegasannya dan mulai
bersifat cair. Maka Hegel mulai pada langkah
berikutnya yang biasa disebut pengingkaran.
Langkah pengingkaran adalah usaha
mengingkari langkah pertama. Langkah
perlawanan itu mencari bentuk alternatif yang
bisa ditambahkan dalam pengertian yang
dicapai dalam langkah pertama. Maka terjadi
proses dialektika pikiran. Konsep atau
pengertian yang muncul dalam langkah kedua
itu diperlakukan menurut cara yang sama
seperti langkah pertama. Setelah menemukan
perlawanan konseptual yang berhubungan
dengan pengertian pertama maka pengertian
dan konsep itu bergerak dinamis.
Dinamik dalam langkah kedua tidak
membawa pikiran kembali pada titik pertama.
Langkah pertama telah memuat langkah
kedua secara implisit (dalam perlawanannya).
Jadi dua pengertian konseptual mulai
dipikirkan bersama-sama, dan dengan
demikian dua konsep itu saling mengisi,
memperkaya, memperbaharui. Kedua konsep
itu menjadi satu konsep yang lebih padat.
Itulah yang disebut langkah sintesis.
Menurut Hegel, perlawanan adalah motor
dialektika. Perlawanan adalah jalan atau tahap
mutlak yang harus dialami dulu untuk
mencapai kebenaran.
45. 40
J. Metode Eksistensial
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang
menolak pemutlakan akal budi dan pemikiran
konsep abstrak murni. Metode eksistensial
berupaya untuk memahami manusia yang
berada dalam dunia, yaitu manusia yang
berada pada situasi yang khusus dan unik.
Metode eksistensial pertama diungkapkan
oleh Kierkegaard. Pemikiran Kierkegaard
merupakan reaksi yang terutama tertuju dan
bereaksi pada rasionalisme idealis Hegel yang
dianggapnya tidak berguna. Dalam filsafat,
menurut pemikir eksistensialisme, yang
paling penting adalah kebenaran subjektif.
Tapi tentu saja tidak berarti setiap keyakinan
subjektif adalah kebenaran. Kebenaran selalu
bersifat personal dan tidak sekedar
proposisional.
Menurut pemikiran eksistensial, kebenaran
dicapai dengan partisipasi manusia dalam
setiap realitas yang mau diselidiki. Kebenaran
hanya dapat ditemukan dalam realitas yang
konkret. Secara umum, metode eksistensial
adalah kebalikan pemikiran filsafat
tradisional. Pemikiran eksistensial selalu
menempatkan subjektivitas di atas
objektivitas dan nilai lebih perlu daripada
fakta.
46. 41
K. Metode Fenomenologis
Peletak dasar metode fenomenologis adalah
Edmund Husserl. Salah satu pemikir
fenomenologis terkenal adalah Martin
Heidegger. Fenomenologi berinspirasi pada
pembedaan yang dilakukan oleh Immanuel
Kant antara noumenal dan phenomenal serta
pengembangan kritis teori idealisme Hegel.
Husserl mau menentukan metode filosofis
ilmiah yang lepas dari prasangka metafisis.
Metode itu harus menjamin filsafat sebagai
suatu sistem pengetahuan yang terjalin oleh
alasan-alasan sedemikian rupa sehingga setiap
langkah berdasarkan langkah sebelumnya
secara niscaya.
Pengembangan metode fenomenologis
mengarah pada pemusatan perhatian kepada
fenomena tanpa praduga. Ungkapan terkenal
proses tersebut adalah zu den sachen selbst
(terarah kepada benda itu sendiri). Dalam
keterarahan ke benda itu, sesungguhnya
realitas itu dibiarkan untuk mengungkapkan
hakikat dirinya sendiri.
Hakikat fenomena yang sesungguhnya berada
di balik yang menampakkan diri. Pengamatan
pertama belum tentu sanggup membuat
fenomena itu mengungkapkan hakikat
dirinya. Karena itu, diperlukan pengamatan
kedua yang disebut sebagai pengamatan
intuitif. Pengamatan intuitif ini melalui tiga
47. 42
tahap reduksi, yaitu reduksi fenomenologis,
eidetis dan transenden.
L. Metode Analitika-Bahasa
Filsafat analitik adalah aliran filsafat yang berasal
dari kelompok filsuf yang menyebut diri mereka
sebagai Lingkaran Wina. Filsafat analitik
menolak metafisika karena mereka berpendapat
bahwa metafisika tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Salah satu
tokoh filsuf analitik adalah Ludwig Wittgenstein.
Metode yang digunakan para filsuf analitik
berbeda satu dengan yang lain. Tapi yang jelas
ada dua aliran besar dalam metode analitika yang
berkembang sampai sekarang. Kedua metode itu
adalah metode verifikasi dan klarifikasi.
Metode verifikasi dikembangkan oleh gerakan
positivisme logis. Salah satu tokoh verifikasi
adalah A. Y. Ayer (1910-1970). Ayer mencoba
untuk mengeliminasi metafisika berdasarkan
prinsip verifikasi. Prinsip verifikasi Ayer
menyatakan bahwa pernyataan benar-benar penuh
apabila pernyataan itu dapat diverifikasikan
secara sintetik oleh satu atau lebih dari panca
indera manusia. Ayer membagi verifikasi dalam
dua dasar, yaitu verifikasi kuat dan verifikasi
lemah.
Metode klarifikasi bersumber pada prinsip-
prinsip analisa yang dikembangkan oleh Ludwig
Wittgenstein. Wittgenstein yakin bahwa
kekacauan dalam filsafat bisa diatasi dengan
48. 43
analisis bahasa. Wittgenstein berpendapat bahwa
kalau ada pertanyaan yang diajukan maka harus
ada jawaban yang tersedia. Tapi tidak semua
pertanyaan mempunyai makna. Agar tidak
terjebak dalam persoalan filosofis yang tak
bermakna maka harus ada peraturan-peraturan
yang mendasar dalam bahasa yang terungkap
dalam “permainan bahasa”. Wittgenstein
menyatakan bahwa manusia harus mendengar apa
arti yang terkandung dalam suatu ungkapan
bahasa. Maka manusia harus menganalisis bentuk
hidup hingga dasar terdalam setiap permainan
bahasa.
Makna ditentukan oleh kata yang digunakan
dalam konteksnya. Lewat analisa bahasa,
seseorang dapat membuat jelas arti bahasa
sebagaimana yang dimaksudkan oleh yang
menggunakan bahasa itu. Metode klarifikasi tidak
memuat pengandaian filosofis, epistemologis atau
metafisis. Analisis bahasa didasarkan semata-
mata pada penelitian bahasa secara logis tanpa
mendeduksikan sesuatu sehingga pada prinsipnya
hanya membuat jelas apa yang dikatakan lewat
suatu ungkapan bahasa.
49. 44
BAB III
SEJARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
Filsafat dan sejarah merupakan pasangan serasi
yang berjalan seiring sekata dalam peradaban
manusia. Sejarah suatu ilmu menjadi begitu
penting ketika manusia berusaha menjejaki
kebenaran yang dicari dalam setiap jamannya.
Sejarah filsafat seakan menjadi forum diskusi
kontinu mengenai pertanyaan-pertanyaan
manusia, dan dalam diskusi ini rentetan pendapat
dari semua jaman dan sudut dunia menjadi sama
berharganya.
Sejarah filsafat menjadi semacam museum yang
memuat koleksi raksasa dari pendapat para
pemikir besar mengenai misteri kehidupan.
Koleksi ini semakin besar ketika aliran filsafat
begitu beragam, dan pendapat pemikirnya begitu
bervariasi.
A. Filfat Pra Socrates
Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang
dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng
atau mite-mite yang diterima dari agama yang
memberitahukan tentang asal muasal segala
sesuatu. Baik dunia maupun manusia para
pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak
yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat
terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut.
Sedangkan arti filsafat itu sendiri berasal dari
bahasa Yunani yaitu philosophia artinya
50. 45
bijaksana/pemikir yang menyelidiki tentang
kebenaran-kebenaran yang sebenarnya untuk
menyangkal dongeng-dongeng ataui mite-mite
yang diterima dari agama.
Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal
muasal segala sesuatu baik dunia maupun
manusia yang menyebablan akal manusia tidak
puas dengan keterangan dongeng atau mite-mite
tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk
mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam
semesta yang menakjubkan itu.
Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah
tempat para bidadari turun dari surge, mite ini
disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi
adalah awan” dan pendapat Anaxagoras bahwa
pelangi adalah pemantulan matahari pada awan
(pendapat ini adalah pendapat pemikir yang
menggunakan akal).
Dimana pendekatan yang rasional demikian
menghasilkan suatu pendapat yang dikontrol,
dapat diteliti oleh akal dan dapat diperdebatkan
kebenarannya. Para pemikir filsafat yang pertama
hidup dimiletos kira-kira pada abadke 6 SM,
dimana pada abad tersebut pemikiran mereka
disimpulkan dari potongan-potongan yang
diberitakan oleh manusia dikemudian hari atau
zaman.
Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah
filsafat alam artinya para ahli fikir yang
menjadikan alam yang luas dan penuh
keselarasan yang menjadi sasaran para ahli
51. 46
filsafat teresbut (obyek pemikirannya adalah alam
semesta).
Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal
alam besar dari mana terjadinya alam itulah yang
menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran
yang demikian itu merupakan pemikiran yang
sangat majuu, rasioanl dan radikal. Sebab pada
waktu itu kebanyakan orang menerima begitu
saja keadaan alam seperti apa yang dapat
ditangkap dengan indranya, tanpa
mempersoalkannya lebih jauh. Sedang dilain
pihak orang cukup puas menerima keterangan
tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.
Beberapa Tokoh Filsafat Yunani tergolong dalam
filosof alam. Para filosof alam tersebut tidak
mempercayai cerita-cerita yang demikian dan
menganggapnya sebagai takhayul yang tidak
masuk akal, karena itulah mereka berusaha untik
mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam
itu dari daya pikirnya sendiri, maka mereka
pantas mendapat sebutan sebagai pemikir yang
radikal karena pemikiran mereka sampai pada
akar (radik=akar) dari alam yang dipersoalkan.
1. Thales (625-545 SM)
Thales adalah seorang saudagar yang
banyak berlayar ke negeri Mesir, ia juga
seorang ahli politik yang terkenal di
Miletos saat itu masih ada kesempatan
baginya untuk mempelajari ilmu
matematik dan astronomi.
Ada yagn mengatakan bahwa Thales
52. 47
mempergunakan kepintarannya itu
sebagai ahli nujum. Karena pada suatu
waktu ia pernah meramalkan aka nada
gerhana matahari pada bulan itu dan tahun
itu dan ramalan itu benar.
Hal itu menyatakan bahwa ia mengetahui
ilmu matematik orang Babilonia yang
sangat tersohor pada waktu itu.
Dengan jala berfikir Thales mendapat
keputusan tentang soal besar yang
senantiasa mengikat perhatian; apa asal
alam itu? Apa yang menjadi sebab
penghabisan dari segala yang ada?
Berdasarkan pengalamannya sehari-hari
dijadikanlah pikirannya untuk menyusun
bangun alam sebagai orang pesisir ia
dapat melihat bahwa air laut menjadi
smber hidup.
Thales pula kemegahan air laut yang
menjadikan ia takjub. Demikianlah laut
meyebarkan bibit seluruh dunia yang
menjadi dasar penghidupan. Pandangan
pikirannya menyatukan semua pada air.
2. Anaximandros (640-547)
Anaximandros adalah salah satu murid
Thales. Anaximandros adalah seorang ahli
astronomi dan ilmu bumi. Meskipun oa
murid Thales namun ia mempunyai
prinsip dasar alam satu akan tetapi
bukanlah dari jenis benda alam seperti air
sebagai mana yang dikatakan oleh
gurunya.
53. 48
Prinsip dasar alam haruslah dari jenis
yang tak terhuitung dan tak terbatas yang
oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang
tak terhingga dan tak terbatas dan tidak
dapat dirupakan tidak ada persamaannya
dengan apapun. Meskipun tentang teori
asalm kejadian alam tidak begitu jelas
namun dia adalah seorang yang cakap dan
cerdas dia tidak mengenal ajaran Islam
atau yang lainnya.
3. Anaximenes (585-494 SM)
Menurut Anaximenes prinsip yang
merupakan asal usul segala sesuatu adalah
udara. Udara melahirkan semua benda
dalam alam semesta ini karena suatu
proses “pemadatan dan pengeceran”,
kalau udara semakin bertambah maka
muncullah berturut-turut angin, air, tanah
dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara
itu menjadi encer yang timbul adalah api.
Pandangan Anaximenes tentang susunan
jagat raya pasti merupakan kemunduran
dibandingkan dengan Anaximandros.
Menurut Anaximenes bumi yang berupa
meja bundar katanya melayang diatas
udara. Demikian pun matahari, bulan dan
bintang-bintang. Badan-badan jasad raya
itu tidak terbenam dibawah bumi
sebagaimana yang dipikirkan
Anaximandros tetapi mengelilingi bumi
yang datar itu, matahari lenyap pada
waktu malam karena tertutup dibelakang
bagian-bagian tinggi.
54. 49
4. Pythagoras (580-500 SM)
Pythagoras lahir dipulau Samos yang
termasuk daerah Ionia dalam kota ini
Pythagoras mendirikan suatu tarekat
beragama yang sifat-sifatnya akan
dibicarakan di bawah ini. Tarekat yang
didirikan Pythagoras bersifat religious,
mereka menghomati dewa Apollo.
Menurut kepercayaan Pythagoras manusia
asalnya tuhan jiwa itu adalah penjelmaan
dari tuhan yang jatuh kedunia karena
berdosa dan dia akan kembali kelangit
kedalam lingkungan tuhban bermula,
apabila sudah habis dicuci dosanya itu,
hidup didunia ini adalah persediaan buat
akhirat. Sebab itu semula dari sini
dikerjakan hidup untuk hari kemudian.
Pythagoras tersebut juga sebagai ahli
pikir. Terutama dalam ilmu matematik
dan ilmu berhitung.
Falsafah pemikirannya banyak diilhami
oleh rahasia angka-angka. Dunia angka
adalah dunia kepastian dan dunia ini erat
hubungannya dengan dunia bentuk. Dari
sini dapat dilihat kecakapannya dia dalam
matematik mempengaruhi terhadap
pemikiran filsafatnya sehingga pada
segala keadaan ia melihat dari angka-
angka dan merupakan paduan dari unsure
angka.
55. 50
5. Heraklitosn (540-480 SM)
Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia
mempunyai pendangan yang berbeda
dengn filosof-filosof sebelumnya. Ia
menyatakan bahwa asal segala suatu
hanyalah satu yakni api.
Ia memandang bahwa api sebagai anasir
yang asal pandangannyasemata-mat tidak
terikat pada alam luaran, alam besar,
seperti pandangan filosof-filosof Miletos.
Segala kejadian didunia ini serupa dengan
api yang tidak putusnya dengan bergantu-
ganti memakan dan menghidupi dirinya
sendiri segala permulaan adalah mula dari
akhirnya. Segala hidup mula dari pada
matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap
semuanya mengalir.
Tidak sulit untuk mengerti apa sebab
Heraklitos memilih api. Nyala api
senantiasa memakan bahan bakar yang
baru dan bahan bakar itu dan berubah
menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api
cocok sekali untuk melambangkan suatu
kesatuan dalam perubahan.
56. 51
B. Filsafat Masa Socrates, Plato dan
Aristoteles
1. Socrates
Perubahan jalan pikiran dalam filosofi
tidak terjadi sekoyong-koyong. Hal
tersebut timbul dengan adanya Filosofi
Klasik Yunani. Aliran shopisme mulai
mengubah pandangan filosofi dari ke
cosmos ke manusia sebagai makhluk yang
berpengetahuan.
Zaman klasik bermula dari Socrates tetapi
Socrates belum sampai pada suatu sistem
filosof yang memberikan nama klasik
kepda filosofi itu. Ia baru membuka jalan.
Socrates baru mencapai kebenaran ia
belum sampai menegakkan suatu sistem
pandangan tujuannya terbatas hingga
mencari dasar yang baru dan kuat bagi
kebenaran dan moral. Ajaran ini baru
dibangun olh Plato dan Aristoteles.
a. Kehidupannya
Socrates lahir di Athena pada tahun
470 SM dan meninggal pada tahun
399 SM bapaknya tukang pembuat
patung dan ibunya bidan. Pada
permulaannya socraters mau menuruti
jejak bapaknya tetapi ia berganti
haluan dari membentuk batu menjadi
patung menjadi membentuk watak
manusia. Masa hidupnya hampir
57. 52
sejalan dengan perkembangan
sophisme di Athena. Pada hari tuanya
Socrates melihat kota tumpah
darahnya mulai mundur, setetlah
mencapai puncak kebesaran yang
gilang gemilang. Ia pandai bergaul
dengan segala jenis umur dan ajaran
filosofinya tak pernah ditulisnya,
melainkan dilakukannya dengan
perbuatan dengan cara hidup.
Socrates seorang yang sederhana dan
tabiatnya berjalan disekeliling kota
dengan alasan padang rumput dan
pohon kayu tak memberi pelajaran
apapun padaku, manusia ada”. Ia
selalu bertanya dengan sungguh-
sungguh kepada seseorang karena
ingin tahu. Dengan jalan bertanya itu
ia memaksa orang tempat bertanya
supaya memperhatikan apa yang ia
tahu dan hingga mana tahunya. Tujuan
Socrates ialah mengajar orang mencari
kebenaran yaitu kebenaran yaitu
kebenaran yang berlaku untuk
selamanya. Sikapnya itu adalah suatu
reaksi terhadap ajaran sophisme yang
merajalela diwaktu itu. Ia berkata yang
ia ketahui Cuma satu yaitu bahwa ia
tak tahu.
Socrates tidak pernah menuliskan
filosofinya, bahkan ia tidak pernah
mengajarkan filosofi melainkan hidup
berfilosofinya. Bagi dia filosofi bukan
58. 53
isi, bukan hasil bukan ajaran yang
berdasarkan dogma melainkan fungsi
yang dihidup. Disini berbeda
pendapatnya dengan guru-guru sophis
yang mengajarkan bahwa semuanya
relatif dan subyektif dan harus
dihadapi dengan pendirian yang
skeptic,
Socrates berpendapat bahwa
kebenaran itu tetap dan harus dicari.
Dalam mencari kebenaran ia tidak
memikir sendiri melainkan setiap kali
ia berdua dengan orang lain dengan
jalan tanya jawab dan metodenya
disebut maieutik.
Menguraikan seolah-olah menyerupai
pekerjaan ibunya sebagai dukun
beranak. Socrates mencari pengertian
yaitu bentuk yang tetap daripada
sesuatunya sebab itu ia selalu
bertanya: apa itu? Apa yang dikatakan
berani apa yang disebut indah, apa
yang bernama adil? Pertanyaan
tentang “apa itu” harus lebih dahulu
daripada “apa sebab”. Hal ini sering
dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Anak kecilpun mulai bertanya
dengan “apa itu”.
Oleh Karena jawab tentang itu “apa
itu” harus dicari dengan Tanya jawab
yang makin meningkat dan mendalam,
maka Socrates diakui pula sejak
59. 54
keterangan Aristoteles sebagai
pembangun dialektik pengetahuan.
b. Ajaran Etikanya
Etikanya Socrates “Budi” ialah
“tahu”. Inilah intisari daripada
etikanya. Orang yang berpengetahuan
dengan sendirinya berbudi baik.
Paham etikanya itu kelanjutan
daripada metodenya. Induksi dan
definisi menuju kepada pengetahuan
yang berdasarkan pengertian dari
mengerti beserta keinsyafan moril
tidak boleh tidak mesti timbul budi.
Oleh karena itu badi adalah tahu,
maka siapa yang tahu akan kebaikan
dengan sendirinya terpaksa berbuat
baik.
Dari pandangan etika yang rasionil itu
Socrates sampai kepada sikap hidup
yang penuh dengan rasa keagamaan.
Sering pula dikemukakannya bahwa
Tuhan itu dirasai sebagai suara dari
dalam yang menjadi bimbingan bginy
dalam segala perbuatannya. Itulah yan
disebut daimonion dan semua orang
yang mendengarkan suara daimonion
itu berasal dari dalam jiwanya apabila
ia mau.
60. 55
c. Murid-muridnya
Murid-Murid Socrates ada tiga orang
yang mengaku meneruskan pelajaran-
nya yaitu Euklides, Antisthenes dan
Arisrippos. Sungguhpun ketiga murid
tersebut mendirikan sekolah Socrates
sebagai tanda cintanya kepada
gurunya. Murid Socrates yang
sebenarnya ialah Plato.
d. Pemikirannya
Ajaran bahwa semua kebenaran itu
relatif telah menggoyahkan teori-teori
sains yang telah mapan
mengguncangkan keyakinan agama.
Inilah yang menyebabkan
kebingungan dan kekacauan dalam
kehidupan. Inilah sebabnya Socrates
harus bangkit ia harus meyakinkan
orang Athena bahwa tidak semua
kebenaran yang umum yang dapat
dipegang oleh semua orang. Sebagian
kebenaran memang relatif tetapi tidak
semuanya. Namun demikian, Socrates
tidak meninggalkan tulisan apapun.
Ajarannya diproleh dari tulisan-tulisan
muridnya terutama plato, kehidupan
Socrates470-399SM) berada ditengah-
tengah keruntuhan imperium Athena.
Tahun terakhir hidupnya sempat
menyaksikan keruntuhan Athena oleh
61. 56
kehancuran orang-orang Oligarki dan
orang-orang Demokratis.
Pemuda-pemuda Athena pada masa ini
dipimpin oleh doktrin relatifisme dari
kaum sophis sednkan Socrates adakah
seorang penganut moral yang absolute
dan meyakini bahwa menegakkan
moral merupakan tugas filosof, yng
berdasarkan idea-idea rasional dan
keahlian dalam pengetahuan.
Ajaran ini ditujukan untuk menentang
ajaran relatifisme sophis. Ia ingin
menegakkan sains dengan agama.
Socrates memulai filsafatnya dengan
bertolak dari penglaman sehari-hari
akan tetapi ada perbedaan yang sangat
penting antara sophis dan Socrates;
Socrates tidak menyetujui relafisme
kaum sophis.
Menurut pendapat Socrates ada
kebenaran obyektif yang tidak
bergantung pada diri kita sendiri untuk
membuktikan adanya kebenaran yang
obyektif, Socrates menggunakan
metode tertentu. Metode itu bersifat
praktis dan dijalankan melalui
percakapan-percakapan dan mengana-
lisis pendapat-pendapat.
Metode yang digunakan Socrates
biasanya disebut dialektika dari kata
kerja Yunani dialegesthai yang berarti
62. 57
bercakap-cakap atau berdialog yang
mempunyai peran penting didalamnya.
Didalam traktatnya tentang metafisika,
Aristoteles memberikan catatan
metode tentang Socrates ini.
Ada dua penemuan keduanya
berkenaan dengan dasar pengetahuan.
Yang pertama ialah Socrates
menemukan induksi dan yang kedua ia
menemukan definisi. Dalm logikanya
Aristoteles menggunakan istilah
induksi tatkala pemikiran bertolak dari
pengetahuan yang khusus lalu
menyimpulkan yang umum itu
dilakukan Socrates ia bertolak dari
contoh-contoh konkrit dan dari situ ia
menyimpulkan pengertian yang
umum. Misalnya keutmaan (arête) dari
usaha ini Socrates menemukan
defines, penemuaanya yang erat
dengan pertemuan pertama tadi,
karena definisi ini diproleh dengan
jalan mengadakan induksi itu.
Orang sophis beranggapan bahwa
semua pengetahuan adalah relatif
kebenarannya, tidak ada pengetahuan
yang bersifat umum. Dengan definisi
itu Socrates dapat membuktikan
kepada orang sophis bahwa
pengetahuan umum itu ada yaitu
definisi itu. Jadi orang sophis tidak
seluruhnya benar yang benar ialah
sebagian pengetahuan bersifat umum
63. 58
dan sebagian bersifat khusus itulah
pengetahuan yang kebenaran relatif.
Dengan mengajukan definisi itu
Socrates telah dapat menghentikan
laju dominasi relatifisme kaum sophis.
Jadi manusia bukan hidup tanpa
pegangan, kebenaran sains dan agama
dapat dipegang bersama sebagianya
dan diperselisihkan sebagiannya dan
orang Athena mulai kembali
memegang kaidah sains dan kaidah
agama.
Plato memperkokohkan tesis Socrates
itu, ia mengatakan kebenaran umum
itu memang ada. Ia bukan dicari
dengan induksi seperti pada Socrates
melainkan telah ada disana dialam
idea. Kubu Socrates semakin kuat.
Orang sophis semakin kehabisan
pengikut. Ajaran bahwa kebenaran itu
relatif semakin ditinggalkan Socrates
dituduh merusak mental pemuda dan
menolak tuhan-tuhan.
Socrates diadili oleh hakim Athena.
Disana ia mengatakan pembelaan
panjang lebar yang ditulis oleh
muridnya, Plato dibawah judul
Aphologia (pembelaan). Dalam
pembelaan itu ia menjelaskan ajaran-
ajarannya, seolah-olah ia mengajari
semua orang yang hadir dipengadilan
64. 59
it. Socrates dinyatakan bersalah ia
dijatuhi hukukma mati.
Didalam dialog yang berjudul
Phaidon, Plato menceritakan
percakapan Socrates dengan para
muridnya pada hari terakhir hidupnya.
Sekalipun Socrates telah tiada
ajarannya tersebar justru dengan cepat
karena kematiannya itu. Orang mulai
mempercayai adanya kebenaran
umum.
2. Plato
a. Kehidupannya
Plato adalah murid Socrates yang
paling terkemuka yang sepenuhnya
menyerap ajaran-ajaran pendidikan
Socrates, kemudian mengembang-
kannya sistem filsafatnya sendiri
secara lengkap. Plato mendirikan
sebuah akademi untuk study tentang
gagasan-gagasan yang akhirnya telah
tumbuh menjadi suatu universitas
pertama di dunia.
Plato dilahirkan di Athena pada tahun
472 SM dan meninggal pada tahun
347 SM dalam usia 80 tahun. Plato
berasal dari keluarga Aristokrasi yang
turun temurun memegang peranan
penting dalam politik Athena.
Pelajaran filosofi pertama Plato
65. 60
diperolehnya dari Kratylos. Kratylos
dahulunya adalah murid Herakleitos
yang mengajarkan semuanya berlalu
seperti air. Akan tetapi ajaran seperti
itu tidak hinggap di dalam kalbu anak
Aristocrat yang terpengaruh oleh
tradisi keluarganya.
Sejak berumur 20 tahun Plato
mengikuti pelajaran Socrates.
Pelajaran itulah yang memberinya
kepuasan baginya. Pengaruh Socrates
semakin hari semakin mendalam
padanya. Ia menjadi murid Socrates
ayang setia sampai pada akhir
hidupnya Socrates tetap menjadi
pujaannya. Dalam segala karangan
Plato yang berbentuk dialog, bersoal-
jawab, Socrates didudukannya sebagai
pujangga yang menuntun. Dengan
cara begitu ajaran Plato tergambar
keluar melalui mulut Socrates.
Juga setelah pandangan filosofinya
sudah jauh menyimpang dan sudah
lebih lanjut dari pendapat gurunya, ia
terus berbuat begitu. Socrates
digambarkannya sebagai juru bahasa
isi hati rakyat di Athena yang tertindas
karena kekuasaan yang saling
berganti.
Plato mempunyai kedudukan yang
istimewa sebagai seorang filosuf. Ia
pandai menyatukan puisi adan ilmu,
66. 61
seni, dan filosofi. Tak lama sesudah
Socrates meninggal. Plato pergi dari
Athena. Itulah permulaan ia
mengembara 12 tahun lamanya, dari
tahun 387 SM sampai 399 SM. Mula-
mula ia pergi ke Megara, tempat
Euklides mengajarkan filosofinya.
Berapa lama ia disna tidak diketahui
betul. Ada cerita yang mengatakan
bahwa ia di Megara mengarang
beberapa dialog yang mengenai
berbagai macam pengertian dalam
masalah hidup, berdasarkan ajaran
Socrates.
Dari Megara ia pergi ke Kyrena
dimana ia memperdalam pengetahuan-
nya tentang matematik pada seorang
guru ilmu itu yang bernama
Theodoros. Disana ia juga mengajar-
kan filosofi dan mengarang buku-
buku.
Kemudian Plato pergi ke Italia Selatan
dan terus ke Sirakusa di pulau Sisilia
yang pasda waktu itu diperintah oleh
seorang Tiran, sang-perkosa, yang
bernama Dionysios. Dionysios
mengajak Plato tinggal diistananya.
Dionysios merasa bangga kalau
diantara orang-orang yang menge-
lilinginya terdapat pujangga dari dunia
Grik yang tersohor namanya. Disitu
Plato belajar kenal dengan ipar raja
Dionysios yang masih muda bernama
67. 62
dion yang akhirmya menjadi sahabat
karibnya. Di antara mereka berdua
terdapat kata sepakat, supaya Plato
mempengaruhi Dionysios dengan
ajaran filosofinya supaya tercapai
suatu perbaikan sosial. Seolah-olah
terasa oleh Plato bahwa suatu
kesempatan yang baik sudah datang
baginya untuk melaksanakan teorinya
tentang pemerintahan yang baik dalam
praktik.
Sudah lama tertanam di dalam
kalbunya bahwa kesengsaraan di dunia
tidak akan berakhir, sebelum filosof
menjadi raja atau raja-raja menjadi
filosof. Akan tetapi ajaran Plato dititik
beratkan kepada pengertian moral
dalam segala perbuatan.
Cara Plato mengajar ialah berjalan-
jalan di kebun, juga dalam mengajar
seperti itu ia teruskan sistem dialog,
bersoal-jawab, seperti yang
dikemukakan oleh Socrates. Kadang-
kadang pada sekelompok murid
dikemukakannya suatu soal yang akan
dipecah bersama-sama dengan
bersoal-jawab oleh mereka. Kemudian
ia berjalan ke kelompok lain dengan
mengemukakan pula sebuah soal yang
harus mereka perbincangkan bersama-
sama. Akhirnya Plato kembali kepada
kelompok yang pertama untuk
68. 63
mendengar jawaban mereka atas soal
yang diajukan.
Demikianlah seterusnya ia berkeliling.
Memberi uraian dan mengajar filosofi
berdasarkan dialog, bersoal-jawab,
adalah keraja Plato ayang terutama di
Akademia. Hanya dalam waktu luang
ia mencurahkan pikirannya pada
karang mengarang tentang berbagai
masalah yang ditinggalkan berupa
tulisan. Plato tidak pernah kawin dan
tidak punya anak. Kemenakannya
Speusippos menggantikannya meng-
urus akademik.
Pengertian yang dimaksud oleh
Socrates diperdalam oleh Plato
menjadi idea. Idea itu lain sekali
hubungannya dengan pendapat orang-
orang. Berlakunya idea itu tidak
bergantung pada pandangan dan
pendapat orang banyak. Idea timbul
semata-mata dari kecerdasan berpikir.
Pengertian yang dicari dengan pikiran
adalah idea.Berpikir dan mengalami
adalah dua macam jalan yang berbeda
untuk memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan yang di capai dengan
berpikir lebih tinggi nilainya dari
pengetahuan yang diproleh dengan
pengalaman. Idea menurut paham
Plato tidak saja pengertian jenis, tetapi
juga bentuk daripada keadaan
69. 64
sebenarnya. Idea bukanlah suatu
pikiran, melainkan suatu realita. Untuk
menggambarkannya Plato melahirkan
dua macam dunia yaitu dunia yang
kelihatan dan bertubuh dan dunia
ayang tidak kelihatan dan tidak
bertubuh. Dunia yang bertubuh adalah
dunia yang terlahir terdiri daripada
barang-barang yang dapat kita lihat
dan alami yang berubah senantiasa
menurut benda dan waktu. Dunia yang
tidak kelihatan dan tidak bertubuh
adalah dunia daripada idea. Dunia
yang tetap dan tidak berubah-ubah.
Menurut Plato idea tempatnya dalam
dunia lain. Segala pengetahuan adalah
tiruan daripada yang sebenarnya yang
timbul dalam jiwa sebagai ingatan
kepada dunia asal. Di sini jiwa muncul
sebagai penghubung antara dunia idea
dan dunia yang bertubuh. Karena
melihat sesuatu, teringat oleh jiwa
gambaran yang asal, yang diketahui-
nya sebelum ia turun kedunia.
Pandangan hanya alasan untuk ingat
kepada idea. Plato menganggap
sebanyak pengertian sebanyak itu pula
jenis idea. Tetapi dari seluruh idea itu
merupakan satu kesatuan yang
didalamnya terdapat pertingkatan
derajat. Idea yang tertinggi adalah idea
kebaikan yaitu sebagai tuhan yang
membentuk dunia. Idea kebaikan tidak
70. 65
saja sebab timbulnya tujuan
pengetahuan dalam dunia yang lahir
tetapi juga sebab tumbuh dan
kembang dalam dunia. Idea tertinggi
setelah kebaikan adalah idea
keindahan. Idea ini adalah satu bentuk
yang terutama daripada bayangan
yang baik dalam dunia yang nyata.
Yang indah menjadi penghubung yang
bekerja kuat antara dunia yang tidak
kelihatan dan dunia yang lahir.
Jiwa yang indah yang menjelma dalam
perbuatan menyelenggarakan adab,
seni dan ilmu, pendidikan dan usaha
politik akhirnya naik keatas dalam
bentuk indah yang murni ke tempat
asalnya dalam dunia yang tidak
bertubuh.
b. Ajarannya
Sama seperti pandangan Socrates,
etika Plato bersifat intelektual dan
rasional. Dasar ajarannya adalah
mencapai budi baik. Orang yang
berpengetahuan dengan sendirinya
berbudi baik. Tujuan hidup ialah
mencapai kesenangan hidup. Yang
dimaksud dengan kesenangan hidup
itu bukanlah memuaskan hawa nafsu
di dunia. Kesenangan hidup diproleh
dengan pengetahuan.
71. 66
Menurut Plato ada dua macam
budi:Pertama, budi filosofi yang
timbul dari pengetahuan dengan
pengertian. Kedua, budi biasa yang
terbawa oleh kebiasaan orang banyak.
Sikap hidup yang dipakai tidak terbit
dari keyakinan diri sendiri melainkan
disesuaikan kepada moral orang
banyak dalam hidup sehari-hari.
Ada dua jalan yang dapat ditempuh
untuk melaksanakan dasar etik:
1) Melarikan diri dalam pikiran dari
dunia yang lahir dan hidup semata-
mata dalam dunia ideaa. Dengan
pelaksanaan etiknya didasari
dengan menjauhi dunia nyata.
Hidup diatur sedemikian rupa,
sehingga timbul cinta dan rindu
kepada idea.
2) Mengusahakan berlakunya idea itu
dalam dunia yang lahir ini. Dengan
kata lain melaksanakan hadirnya
idea dalam dunia ini. Dengan cara
ini plato membentangkannya di
dalam bukunya Republik dengan
menciptakan suatu negara yang
ideal.
c. Pandangannya tentang Negara
Dalam buku Republik yang menjadi
tujuan hidup Plato tergambar pen-
dapatnya tentang pembinaan Negara,
masyarakat dan pendidikan.
72. 67
Pandangan Plato tentang negara dan
luasnya masih terpaut pada masanya.
Ia lebih memandang kebelakang
daripada kemuka. Negara Gerika di
masa itu adalah sebuah kota. Jumlah
penduduknya tidak lebih dua atau tiga
ribu jiwa. Penduduk kota adalah
orang-orang merdeka yang memiliki
tanah terletak di luar kota yang
dikerjakan oleh budak-budaknya.
Diantara mereka terdapat saudagar,
tukang, pandai seni, dan pejabat
negara. Menurut kebiasaan diwaktu itu
pekerjaan yang kasar dikerjakan oleh
budak belian. Mereka tidak dianggap
sebagai penduduk karena tidak
merdeka.
Peraturan yang menjadi dasar untuk
mengurus kepentingan umum,
menurut Plato tidak boleh diputus oleh
kemauan atau pendapat beberapa
orang atau rakyat seluruhnya,
melainkan ditentukan oleh suatu
ajaran yang berdasarkan pengetahuan
dan pengertian. Dari ajaran itu
datanglah keyakinan, bahwa peme-
rintah harus dipimpin oleh idea yang
tertinggi yaitu idea kebaikan.
Kemauan untuk melaksanakan ter-
gantung pada budi. Tujuan pemerintah
yang benar ialah mendidik warga
negaranya mempunyai budi dan
73. 68
memperoleh budi yang benar adalah
berdasarkan pengetahuan.
Menurut Plato negara yang ideal harus
berdasarkan pada keadilan. Keadilan
menurut kamus bahasa Indonesia
adalah sikap dan sifat serta perlakuan
yang tidak berat sebelah. Sedangkan
menurut Plato keadilan adalah
hubungan antara orang-orang yang
bergantung kepada organisasi sosial.
Sebab itu keadilan dapat dipelajari
dari sturuktur masyarakat..
Negara menurut Plato adalah manusia
dalam ukuran besar. Jadi seorang tidak
dapat mengharapkan negar menjadi
baik apabila ada beberapa orang
kelakuannya tidak bertambah baik
Plato membagi penduduk dalam tiga
golongan:
1) Golongan Bawah, yaitu golongan
rakyat jelata, yang merupakan
petani, tukang dan saudagar.
Kerja mereka adalah
menghasilkan keperluan sehari
hari bagi ketiga golongan. Mereka
merupakan dasar ekonomi bagi
masyarakat. Karena mereka
menghasilkan mereka tidak boleh
ikut serta dalam pemerintahan.
Seabagai golongan ayang
berusaha mereka boleh
mempunyai hak milih dan harta
boleh berumah tangga sendiri.
74. 69
2) Golongan tengah, yaitu penjaga
atau pembantu dalam urusan
negara. Tugas mereka adalah
mempertahankan nega-ra dari
serangan musuh. Dan menjamin
supaya undang-undang dipatuhi
oleh rakyat. Dasr kerjanya
mengabdi kepada negara. Oleh
karena itu mereka tinggal bersama
dalam asrama dan tidak boleh ber-
keluarga. Hidup mereka
didasarkan atas perbaikan jenis
manusia dan hubungan mereka
dengan perempuan diatur oleh
negara dengan pengawasan yang
rapih. Anak yang lahir dari
hubungan mereka dipugut dan
dididik oelh negara. Anak itu
tidak tahu saiap bapaknya dan
siapa ibunya. Semua anak yang
lahir mengaku satu sama lain
bersaudara berkakak adik. Tiap
orang laki-laki dipandang bapak
dan tiap wanita dipandang ibu.
Dengan begitu diharapkan akan
timbul rasa persaudaraan antara
segala manusia.
3) Golongan Atas, yaitu kelas
pemerintah atau filosof. Mereka
terpilih dari yang cakap dan
terbaik dari kelas penjaga, setelah
menempuh pendidikan dan latihan
yang spesial. Tugas mereka
adalah membuat undang-undang
dan mengawasi pelaksanaanya.
75. 70
Mereka memangku jabatan yang
tertinggi. Selain itu mereka
mempergnakan waktu luang
untuk memperdalam filosofi dan
ilmu pengetahuan tentang idea
kebaikan. Mereka harus menyem-
purnakan budi yang tepat bagi
golongan mereka yaitu budi
kebijak-sanaan. Dalam negara
yang ideal golongan pengusaha
menghasilkan tetapi tidak
memerintah. Golongan penjaga
melindungi tapi tidak meme-
rintah. Golongan cerdik pandai di
beri makan dan dilindungi dan
mereka memerintah.
Ketiga macam budi yang dimiliki
masing-masing golo-ngan yaitu
bijaksana berani dan menguasai diri
dapat menyelenggarakan dengan ker-
ja sama budi keempat bagi masyarakat
yaitu keadilan. Menurut Plato
pendidikan direncanakan dan
diprogram menjadi empat tahap
dengan tingkat usia:
1) Tahap yang pertama yaitu
pendidikan anak-anak dari umur
10 tahun ke atas menjadi urusan
negara supaya mereka terlepas
dari pengaruh orang tuanya. Dasar
yang utama bagi pendidikan anak-
anak ialah gymnastic (senam) dan
musik. Tetapi gymnastic dida-
hulukan. Gymnastic menyehatkan
76. 71
badan dan pikiran. Pendidikan
harus menghasilkan manusia yang
berani yang diperlukan bagi calon
penjaga. Disamping itu mereka
diberikan pelajaran membaca,
menulis dan berhitung.
2) Tahap yang kedua yaitu pendi-
dikan anak-anak berumur 14-16
tahun, yaitu diajarkan musik dan
puisi serta megarang bersajak.
Musik menanamkan jiwa manusia
perasaan yang halus, budi yang
halus. Karena dengan musik jiwa
kenal aakan harmoni dahn irama.
Kedua-duanya adalah landasan
yang baik untuk menghidupkan
rasa keadilan. Tetapi dalam
pendidikan musik harus dijauhkan
dengan lagu-lagu yang
melemahkan jiwa serta yang
mudah menimbulkan nafsu buruk,
begitu juga tentang puisi. Puisi
yang merusak moral disingkirkan.
Pendidikan musik dan gymnastic
harus sama dan seimbang.
3) Tahap yang ketiga yaitu pendi-
dikan anak-anak dari umur 16-18
tahun, anak-anak yang menjelang
dewasa diberi pelajaran mate-
matik untuk mendidik jalan
pikirannya. Disamping itu
diajarkan pula kepada mereka
dasar-dasar agama dan adab sopan
supaya dikalangan mereka
tertanam rasa persatuan. Plato
77. 72
mengatakan bahwa suatu bangsa
tidak akan kuat kalau ia tidak
percaya tuhan. Seni ayang
memurnikan jiwa dan perasaan
tertuju kepada yang baik dan yang
indah.
4) Tahap yang keempat yaitu masa
pendidikan dari umur 18-20
tahun, pemuda mendapat pendidi-
kan militer. Pada umur 20 tahun
diadakan seleksi yang pertama.
Murid-murid yang maju dalam
ujian itu mendapat didikan
ilmiyah yang mendalam bentuk
yang lebih teratur. Pendidikan
otak jiwa dan badan sama
beratnya. Setelah menerima pen-
didikan ini 10 tahun lamanya
datanglah seleksi yang kedua
yang syaratnya lebih berat dan
caranya lebih teliti dari seleksi
yang pertama. Yang gagal dapat
diterima sebagai pegawai negeri.
Yang diterima dan sedkit
jumlahnya dapat meneruskan
pelajarannya lima tahun lagi dan
dididik dalam ilmu pengetahuan
tentang adanya. Setelah tamat
pelajaran itu, mereka dapat
menyandang jabatan yang lebih
tinggi. Kalau mereka setelah 15
tahun bekeraja dan mencapai
umur 50 tahun, mereka diterima
masuk dalam lingkungan
pemerintah atau filosof.
78. 73
Pengetahuan dan pengalaman
mereka dalam teori dan praktek
sudah dianggap cukup untuk
melaksanakan tugas yang
tertinggi dalam negara yaitu
menegakkan keadilan berdasarkan
idea kebaikan.
d. Tulisan-tulisan Plato
Tulisan Plato hampir rata-rata
berbentuk dialog. Jumlahnya tidak
kurang dari 34 buah. Belum dihitung
lagi tulisan-tulisannya yang berupa
surat dan puisi. Yang sulit ialah
menentukan waktu dikarangnya.
Semuanya ditulis dalam masa lebih
dari setengah abad.
Ada dua pendapat yang terkemuka
tentang cara memahamkan tulisan
Palto: Pertama cara metodik yang
dikemukakan oleh Fr. Schleier Macher
yaitu cara yang mula-mulanya
disiapkan pembacanya dengan
pengetahuan yang elementer,
kemudian diajaknya pembaca me-
mikirkan hal-hal itu seterusnya
denganjalan dialektik, sampai
akhirnya pikirannya matang tentang
masalah itu. Kedua, cara genetik,
mengikuti perkembangan yang
dikemukakan oleh Carl Friedrich
Hermann.
79. 74
Segala yang ditulis Plato dapat
ditempatkan dalam 4 masa dan tiap
masa mempunyai karakteristik sendiri:
Pertama, karangan-karangan yang
ditulisnya dalam amasa muda yaitu
pada waktu Socrates masih hidup
sampai tak lama sesudah dia
meninggal. Buku-buku yang diduga
ditulis dalam masa itu adalah
Apologie, Kriton, Ion, Protagoras,
Laches, Politeia buku I, Lysis,
Charmides, dan Euthyphron.
Kedua, buah tangan yang ditulisnya
dalam masa yangb terkenal sebagai
masa peralihan. Masa itu disebut juga
masa Megara yaitu waktu Plato
tinggal sementara di Megara. Dialog-
dialog yang diduga ditulisnya dalam
masa itu adalah Gorgias, Kratylos,
Menon, Hippias, dan beberapa
lainnya. Persoalan yang diperbincang-
kan disittu kebanyakan mengenai
pertentangan politik dan pandangan
hidup. Ketiga, buah tangannya
disiapkan dimasa matangnya. Tulisan-
nya yang terkenal dari waktu itu dan
kesohor sepanjang masa ialah
Phaidros, Symposion, Phaidon dan
Politeia buku II-X. Ajaran tentang idea
menjadi pokok pikiran Plato dan
menjadi dasar teori pengetahuan,
metafisika, fisika, psikologi, etik,
politik, dan estetik. Terutama dalam
Phaidros tentang perkembangan
pikiran ini. Berdasarkan pandangan
80. 75
agama yang terpengaruh oleh ajaran
Orfisme dan Phythagoras, Plato
menggambarkan sifat dan nasib jiwa
manusia. Jiwa itu senantiasa melayang
antara tempat tianggalnya yang baka
dilangit dan tubuh-tubuh yang ada di
dunia ini. Penyudahan buku Politeia
(republik), yang mulai dikarangnya
dalam masa mudanya dan yang
menjadi tujuan kerjanya yang terutama
terjadi dalam masa ini. Dalam buku
sambungannya itu plato menyudahkan
gambaran pendapatnya tentang negara
yang ideal. Keempat buah tangan
yang ditulisnya pada hari tuanya.
Dialog-dialog yang dikarangnya di
masa itu sering disebut Theaitetos,
Parmenides, Sophistos, Politicos,
Philibos, Timaios, Kritias dan Nomoi.
Ada sesuatu perubahan dalam uraian
pada masa itu. Idea yang biasanya
meliputi seluruhnya, terletak sedikit
belakang. Kedudukan logika lebih
terkemuka. Perhatian kepada kepada
keadaan yang lahir dan kejadian dalam
sejarah bertambah besar. Untuk me-
mahami isi Taimaios seluruhnya orang
harus mempunyai pengetahuan lebih
dahulu tentang ilmu-ilmu special,
terutama ilmu alam dan ilmmu
kesehatan. Timaios boleh dikatakan
suatu ajaran teologi tentang lahirnya
dunia dan pemerintah dunia.
Paham Plato tentang pembentukan
dunia ini berdasarkan pada pendapat
81. 76
Empedokles, bahwa aalam ini tersusun
dari empat unsur yaitu api, udara, air,
dan tanah, tetapi tentang proses
pembangunan seterusnys berlainan
pendapatnya.
Menurut Plato, tuhan sebagai
pembangun alam menyusun unsur
yang empat itu dalam berbagai bentuk
menjadi satu kesatuan kedalam bentuk
yang satu itu tuhan memasukkan jiwa
dunia yang akan menguasai dunia ini.
Karena itu, pembangunan dunia ini
sekaligus menentukan sikap hidup
manusia dalam dunia ini.
Hampir semua dialog yang dikarang
Plato adalah campuran antara Filosofi,
Puisi, Ilmu dan Seni. Dan uraian
ayang berupa percakapan dengan
bersoal-jawab itu dibuanya dengan
kata-kata sindiran dan kiasan serta
dongeng yang berisikan teladan. Fakta
dan mitos kadang-kadang bercampur-
campur dalam lukisan criteria bertukar
pikiran. Sebab itu orang tak mudah
mengerti apa yang dimaksudnya,
sekalipun gaya katanya indah sekali.
82. 77
3. Aristoteles
a. Kehidupannya
Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di
Trasia, suatu kota di Yunani Utara,
bapaknya bernama Machon yang
berpropesi sebagai dokter,
keluarganya adalagh orang-orang yang
tertarik pada ilmu kedokteran, ia
banyak mempelajari filsafat,
matematika, astronomi, retorika dan
ilmu-ilmu lainnya. Pada usia 17/18
tahun Aristoteles dikirim ke Athena
untuk belajar di academia Plato. Ia
tinggal disana sampai Plato meninggal
dunia pada tahun 347/348, jadi kita-
kira 20 tahun ia belajar akepada Plato.
Sewaktu ia belajar di academia, ia
menerbitkan beberapa karya. Selain
itu juga ia belajar ilmu astronomi
kepada eudotos dan kaippos yang pada
masa itu terkenal asebagai ahli
astronomi. Aristoteles juga menga-
jarkan anggota-anggota akademia
yang lebih muda tentang logika dan
retorika.
Di Athena ia mendirikan sekolah yang
bernama Lyceum. Dari sekolah itu
banyak menghasilkan hasil penelitian
yang tidak hanya dapat menjelaskan
prinsip-prinsip sains tetapi juga
politik, retorika dan lain sebagainya.
Namun lama kelamaan posisi
83. 78
Aristoteles di Athena tidak aman,
karena ia orang asing. Lebih dari itu ia
diisukan sebagai penyebar pengaruh
yang bersifat subversif dan dituduh
Atheis. Kemudian akhirnya ia
meninggalkan Athena dan pindah ke
Cahalcis dan meninggal disana pada
tahun 322 SM.
Aristoteles adalah salah seorang yang
pernah mengalahkan pemikiran-
pemikiran orang Yunani secara ilmiah
dengan pernyataan-pernyataan yang
logis dan brilian, pernyataan-
pernyataan tersebut aia peroleh
melalui diskusi dengan murid-
muridnya.
Keberhasilannya mengahasilkan dan
menyusun tekhnik berfikir sistematis
dan benar sekaligus hukum-
hukumnya, telah mengangkatnya
mejadi guru pertama logika di dunia
sampai kemasa ini.
b. Ajarannya
Aristoteles sependapat dengan
gurunya Plato, yaitu tujuan terakhir
daripada filosofi adalah pengetahuan
tentang wujud/adanya dan yang
umum. Dia juga mempunyai
keyakinan tentang kebenaran yang
sebenarnya hanya dapat dicapai
84. 79
dengan jelas pengertian, bagaimana
memikirkan adanya itu?
Menurut Aristoteles adanya itu tidak
dapat diketahui dari materi benda
belaka, tidak pula dari pemikiran yang
bersifat umum semata. Seperti
pendapat Plato tentang adanya itu
terletak dalam barang satu-satunya,
selama barang tersebut ditentukan
oleh yang umum. Pandangannya juga
yang realis dari pandanganan Plato
yang selalu didasarkan pada yang
abstrak. Ini semua disebabkan dari
pendidikannya diwaktu kecil yang
senantiasa mengharapkan adanya
bukti dan kenyataan. Ia terlebih
dahulu memandang yang konkrit,
bermula dari mengumpulkan fakta-
fakta yang ada kemudian disusun
menurut ragam dan jenis atau sifatnya
dalam suatu sistem setelah itu ia
meninjaunya kembali dan disangkut-
pautkan satu sama lain.
Bila orang-orang shopis banyak yang
menganggap manusia tidak akan
mampu memperoleh kebenaran,
Aristoteles dalam metafisiknya
menyatakan abahwa manusia dapat
mencapai kebenaran. Tuhan itu
menurut Aristoteles berhubungan
dengan dirinya sendiri. Ia tidak berhu-
bungan dengan (idak memperdulikan)
alam ini. Ia bukan pesona, ia tidak
85. 80
memperhatikan doa dan keinginan
manusia. Dalam mencintai tuhan kita
tidak usah mengharapkan ia mencintai
kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi
dan kita mencontoh ke sana untuk
perbuatan dan pikiran-pikiran kita.
Pandangan filsafatnya tentang etika
adalah bahwa etika adalah sarana
untuk mencapai kebahagiaan dan
merupakan sebagai barang yang
tertinggi dalam kehidupan. Etika dapat
mendidik manusia supaya memiliki
sikap ayang pantas dalam segala
perbuatan. Lebih lanjut ia menjelaskan
bahwa kebaikan terletak ditengah-
tengah antara dua ujung yag paliang
jauh.
Contohnya pemberani adalah sifat
baik yang terletak di antara pengecut
dan nekad, dermawan terletak di
antara kikir adan pemboros, rendah
hati terletak diantara berjiwa budi dan
sombong, dan lain sebagainya. Orang
harus pandai mengusai diri agar tidak
terombang-ambing oleh hawa nafsu.
Namun, dalam pemahamannya selain
dalam permasalahan etik ia juga
menyinggung masalah tentang nilai-
nilai matematika, fisika, astronomi
dan filsafat. Ia menyatakan bahwa
putra-putri semu warga negara
sebaiknya diajar sesuai dengan
kemampuan mereka, sesuatu
86. 81
pandangan mereka yang sama dengan
doktrin Plato tentang keberadaan
individual, disiplin merupakan hal
yang essensial untuk mengajarkan
para apemuda daan kaum laki-laki
muda untuk mematuhi perintah-
perintah dan mengendalikan gerakan
ahati mereka.
Aristoteles seorang filusuf yang
terbesar, memberikan definisi bahwa
manusia itu adalah hewan yang
berakal sehat yang mengeluarkan
pendapatnya yang bebicara
berdasarkan akal pikirannya. (the
animal that reasons) Dia pun
mengajukan rumusan lain yaitu
manusia itu adalah hewan yang
berpolitik (zoon politicion, political
animal) hewan yang membangun
masyarakat diatas family-family
menjadi pengelompokkan yang
impersonal dari opada kamapung dan
negara. Ditambahnya pula bahwa
manusia itu “political” karena dia
memiliki bahasa. Hal ini membawa
kepada kesimpulan bahwa semua
hewan sosial (social animal) seperti
lebah dan semut, mempunyai beberapa
pengucapan atau komunikasi.
Akan tetapi Aristoteles selanjutnya
menerangkan pula bahwa keadilan
umpamanya tanpa idea-idea ter-
maksud maka jenis masyarakat hewan
87. 82
sering mempunyai organisasi yang
menarik perhatian dan prilaku para
anggotanya tertib dalam pengertian
garis-garis insting yang terbatas, akan
tetapi kita tidak berpendapat bahwa
hewan-hewan tersebut tidak meng-
insafi aturan-aturan dan mengu-
bahnya dari waktu ke waktu mereka
tetap tidak pernah beruasaha
memikirkan suatu cita keadilan.
c. Karya-karyanya
1) Buku-buku logika yang diterjemah-
kan oleh Aristoteles ialah:
a) Categoriae
Berisi 10 macam predikat
(keterangan).
b) Interpretatione (tafsiran-
tafsiran) yang berisi keterangan
tentang bahasa yaitu tentang
proposisi dan bagian-bagian-
nya.
c) Analytica Priora (uraian
pertama) yang membicarakan
tentang qiyas (syllogis).
Dikalangan Yunani buku-buku
tersebut terkenal dengan nama
Organoon, yang berarti akal,
karena buku ini merupakan alat
yang diperlukan dalam
pembahasan dan dipakai untuk
setiap ilmu, berisi aaturan-
aturan berfikir yang menjamin
88. 83
kebenaran-kebenaran persoalan
yang dibicarakan.
2) Buku-buku Aristoteles tentang
fisika ada tiga:
a) De Caelo (langit)
b) Animalium (hewan)
c) Anima (jiwa)
C. Filsafat Helenisme dan Romawi
Filsafat Yunani bukanlah hasil ciptaan filosof-
filosof Yunani semata-mata, tetapi lebih tepat
dikatakan sebagai saingan (pilihan) dari
kebudayaan Yunani sebelum masa berfilsafat,
karena filsafat di Yunani mula-mula dimaksudkan
untuk melepaskan diri dari kekuasaan golongan-
golongan agama bersahaja dengan jalan menguji
ajaran-ajarannya. Apa yang dapat dibenarkan
oleh akal pikiran dinamakan filsafat, dan apa
yang tidak dapat diterima oleh akal pikiran
dimasukkan dalam “cerita-cerita agama”. Karena
itu dalam filsafat Yunani terdapat unsur-unsur
agama bersahaja (agama-agama berhala), antara
lain kepercayaan tentang adanya banyak zat yang
membekasi alam dan yang menjadi sumber segala
peristiwanya, meskipun dalam bentuk yang
berbeda dengan apa yang ada pada agama Yunani
sendiri, karena zat yang berbilang dalam agama
itu dinamakan ‘dewa-dewa’, sedang dalam
filsafat disebut ‘akal benda-benda langit’,
sebagaimana yang kita lihat antara ‘akal bulan’
dengan ‘akal manusia’. Menurut filsafat Yunani
bukan hanya sebab yang pertama (first cause)
yang mempengaruhi alam, tetapi juga ada
89. 84
kekuatan-kekuatan lain yang ikut serta
mempengaruhinya yaitu akal-akal yang
menggerakkan benda-benda langit.
Demikian pula “Api Heractilus” yang dianggap
sebagai asal kejadian alam, boleh jadi karena
pengaruh pemujaan api yang dikenal oleh agama-
agama Iran pada umumnya dan yang sampai di
Yunani sesudah adanya pertemuan antara barat
dengan timur.
Ciri kedua dari pemikiran filsafat Yunani ialah
ketidak-selarasan, karena filsafat ini mula-mula
terdiri dari bermacam-macam soal yang tidak
selaras. Sampaipun orang-orang yang mempunyai
pemikiran filsafat yang sistematis, seperti Plato
dan Aristoteles, juga tidak terhindar dari ketidak-
selarasan ini dalam pemikirannya. Karena dalam
menguraikan sesuatu persoalan filsafat, mereka
masih terpengaruh oleh pikiran-pikiran orang
sebelumnya, dengan segala macam perbedaannya
dan yang mengandung ketidak-selarasan pula.
Sedang sistem filsafat mereka tidak lain hanyalah
merupakan usaha secara luas untuk mencakup
segala hasil pemikiran filsafat yang telah ada.
“Teori ide” dari Plato misalnya merupakan usaha
pemaduan antara dua pemikiran yang
berlawanan. Heraclitus dan pengikut-pengikutnya
mengatakan bahwa segala sesuatu selalu berubah
(perpetual flux, panta rhei) dan pendapat ini telah
dirubah oleh Pythagoras tokoh aliran “Sofisme”,
menjadi ajaran yang mengatakan bahwa
“Perorangan menjadi ukuran segala sesuatu”
(man is the measure of all things). Kebalikan dari
90. 85
Heraclitus ialah Parmenides, terkenal dengan
sebutan ajaran aliran “Elea”, yang mengatakan
bahwa semua wujud ini satu, tidak ada yang
banyak; yang satu tersebut tetap, dan dalam alam
ini tidak ada perubahan. Kedua pendapat yang
berlawanan ini dipadukan oleh Plato dengan
mengatakan adanya dua alam, yaitu “alam yang
nyata’ (real) dan “alam indrawi” (sensible).
Pembagian Aristoteles terhadap wujud menjadi
form dan matter merupakan bentuk lain dari cara
penggabungan terhadap pendapat-pendapat
Heraclitus dan Parmenides. Seperti halnya
dengan Plato, Aristoteles mengatakan bahwa
hanya zat yang ada dengan sendirinya dan tidak
berubah-ubah (necessary and unchangeable)
itulah yang bisa menjadi obyek pengetahuan.
“Alam indrawi” (sensible things) mendatang
kemudian dan bisa berubah-ubah, dan oleh karena
itu bisa ada dan bisa tidak ada (to be and not to be
possible both to be and not to be). Hanya zat yang
bukan indrawi (non sensible) yang menjadi objek
pikiran kita dapat tidak berubah, dan tiap-tiap
kejadian memerlukan adanya zat yang tidak
dijadikan (that all change presupposes an
unchangeable and every becoming something that
has not become).
Meskipun Plato dan Aristoteles telah berhasil
memadukan pikiran-pikiran filsafat yang
sebelumnya, namun keduanya tidak dapat
melarutkannya sama sekali, karena pikiran-
pikiran filsafat tersebut adalah pemikiran
bermacam-macam aliran yang boleh jadi berbeda-
91. 86
beda pandangannya terhadap hidup dan alam ini.
Aliran-aliran ini adalah:
1. Aliran Tabii (natural philosophy) dengan
Democritus sebagai tokohnya dan filosofi-
filosoflonia, yang menghargai alam dan
wujud benda setinggi-tingginya. Karena
itu menurut aliran ini alam itu abadi.
2. Aliran Ketuhana yang mengakui zat-zat
yang metafisik, diwakili oleh aliran Elea
dan Socrates, yang mengatakan bahwa
sumber alam indrawi adalah sesuatu yang
berada diluarnya.
3. Aliran Mistik dan Pythagoras sebagai
tokohnya, yang bermaksud memperkecil
atau mengingkari nilai alam indrawi, dan
oleh karena itu aliran ini menganjurkan
kepada manusia untuk meninggalkannya,
serta menuju kepada alam yang penuh
kesempurnaan, kebahagiaan dan
kebebasan mutlak, sesudah terikat oleh
benda alam ini.
4. Aliran Kemanusiaan yang menghargai
manusia setinggi-tingginya dan mengakui
kesanggupannya untuk mencapai
pengetahuan, serta menganggap manusia
sebagai ukuran kebenaran. Aliran ini
diwakili oleh Socrates dan golongan
“sofis” meskipun ada perbedaan antara dia
dengan mereka.
Aliran-aliran filsafat tersebut sudah barang tentu
mempengaruhi hasil pemikiran filosof-filosof
yang datang kemudian, bagaimanapun kuat dan
besarnya filosof-filosof tersebut. Plato meskipun
mengakui adanya Tuhan, tetapi tidak jelas
92. 87
pendapatnya tentang alam, qadim-kah atau hadis.
Ia lebih condong kepada tasawuf, namun ia
terkenal sebagai pencipta “teori universalitas”
(kulliyat) dan logika seperti yang terlihat dalam
bukunya yang berjudul Euthydemus dan Gorgias,
sedang tasawuf berdasarkan mata hati”, dan
logika berdasarkan pikiran.
Aristoteles adalah seorang monoisme, yang
mengakui keesaan sumber alam semesta, yaitu
Zat yang wajibul-wujud. Tetapi dalam pada itu ia
membenarkan azali-nya alam keabadian jiwa, hal
mana menyebabkan adanya pluralitas (bilangan)
pada alam yang qadim. Ia mengarang buku
Organon yang mengatur cara berpikir dan
menciptakan adanya pengaruh akal bulan, sebagai
benda langit yang terdekat dengan bumi, pada
akal manusia. Meskipun Aristoteles telah lebih
mampu dalam mempertemukan aliran-aliran
filsafat yang hidup sebelum dia, namun hasil
pemikirannya masih menunjukkan adanya
ketidakselarasannya.
Ketidakselarasan ini menyebabkan adanya
perbedaan yang agak jauh antara Plato dengan
Aristoteles sendiri, meskipun ada usaha-usaha
dari al Faribi dalam bukunya al Jam’u baina
Sa’jai al Hakimain (Pemanduan pikiran-pikiran
kedua filosof) untuk menghapuskan perbedaan-
perbedaan itu, atau dengan mengatakan bahwa
sebagai pendapatnya dikeluarkan pada masa-
masa tertentu dan pendapat-pendapat lain
dikeluarkan pada masa sesudahnya atau
sebelumnya.