SlideShare a Scribd company logo
1 of 113
KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Disusun oleh :
Claudia Ine Prisila (1211700107)
( Kelas E Hari Rabu 09.30 I203)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
TAHUN 2019
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Pengantar Filsafat Ilmu” ini bisa selesai sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan rekan-rekan pada
khususnya dan para pembaca umumnya. Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil
kami susun ini bisa dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa
kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun dari Anda demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.
Surabaya, 01 Juli 2019
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Manfaat Filsafat Bagi Mahasiswa 4
Perkembangan Filsafat Ilmu 16
Filsafat Ilmu Dan Pengetahuan 28
Logika Berpikir 39
Teori Kebenaran 49
Filsafat Etika Dan Moral 58
Tataran Ilmu Dan Pengetahuan 68
Filsafat Pancasila 77
Karya Ilmiah 88
Filsafat Metedologi Ilmiah 100
Lembar Soal Dan Jawaban 112
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin menajamnya
spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu,
para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap kedalam sikap
arogansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan
ilmuwan, sehingga mereka dapat saling mengarahkan seluruh potensi keilmuwan yang
dimilikinya untuk kepentingan bersama umat manusia.
Mahasiswa sebagai bagian dari sivitas akademika diharapkan memiliki penguasaan yang baik
atas bidang ilmu yang ditekuni untuk selanjutnya memanfaatkan ilmu tersebut, baik untuk
pengembangan kehidupan dirinya maupun kehidupan masyarakat pada umumnya. Penguasaan
ilmu bukan hanya menyangkut penguasaan konsep-konsep serta teori-teori keilmuan dalam
bidangnya masing-masing, akan tetapi juga landasan pemahaman mengenai hakikat ilmu, objek
kajian dari ilmu yang dipelajari, metode untuk pengembangan ilmu tersebut, serta kaidah-
kaidah moral dan etika mengenai untuk apa ilmu itu harus dimanfaatkan. Atas dasar itulah
filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian calon-calon ilmuwan
pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan filsafat ilmu ?
b. Bagaimana kegunaan filsafat ilmu dalam kehidupan ?
c. Mengapa seorang mahasiswa perlu mempelajari filsafat ilmu ?
C. Tujuan
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu
5
b. Mengetahui kegunaan filsafat ilmu dalam kehidupan
c. Mengetahui alasan mengapa seorang mahasiswa perlu mempelajari filsafat ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Filsafat Ilmu
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuannya
mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan
ilmiah itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan
ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses
penyelidikan ilmiah itu sendiri. The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu sebagai
segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Filsafat ilmu dalam arti luas: menampung permasalahan yang menyangkut hubungan
keluar dari kegiatan ilmiah, seperti: tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara
ilmu.
b) Filsafat ilmu dalam arti sempit: menampung permasalahan yang bersangkutan
dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat
pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah
(Beerling, 1988).
Pengertian Filsafat Ilmu menurut beberapa ahli, antara lain :
Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58) memandangfil-safat ilmu sebagai
berikut. ”That philosophic discipline which isthe systematic study of the nature of science,
especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of
intellectual disciplines.” Filsafat ilmu, merurut Benjamin, merupakan cabang dari filsafat yang
6
secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsepkonsep, dan
praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang
pengetahuan intelektual
a) Conny Semiawan at al (1998 : 45) menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya
adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang
kedudukannya di atas ilmu lainnya.
b) Jujun Suriasumantri (2005 : 33-34) memandang filsafat ilmu sebagai bagian dari
epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan
mengenai hakikat ilmu sebagai berikut. Kelompok pertanyaan pertama antara lain
sebagai berikut ini. Objek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud hakiki dari
objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangap manusia ?
Kelompok pertanyaan kedua : Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya
pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus
diperhatikan Filsafat Imuagar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Apa yang
dimaksud dengan kebenaran ? Dan seterusnya. Dan terakhir, kelompok pertanyaan
ketiga : Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu ? Bagaimana kaitan antara cara
menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Dan seterusnya.
c) Kelompok pertanyaan pertama merupakan tinjauan ilmu secara ontologis. Sedangkan
pertanyaan-pertanyaan kelompok kedua merupakan tinjauan ilmu
secaraepistemologis. Dan pertanyaanpertanyaan kelompok ketiga sebagai tinjauan
ilmu secara aksiologis.
Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat
dirangkum tiga medan telaah yang tercakup di dalam filsafat ilmu, yaitu:
1) Filsafat ilmu adalah telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu,
terhadap lambang yang digunakan dan terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang
yang digunakan. Telaah kritis ini dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris dan ilmu
rasional, juga untuk membahas studi bidang etika dan estetika, studi kesejarahan,
antropologi, dll.
7
2) Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep,
sangka wacana dan postulat mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar
keempirisan, kerasionalan dan kepragmatisan.
3) Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka
macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
(Hartono Kasmadi, dkk, 1990, hlm. 17-18)
B. Manfaat Filsafat dalam Kehidupan
Berdasarkan pemahaman dasarnya, persepsi ini tidak tepat, meskipun di dalamnya
terkandung manfaat. Secara khusus, filsafat merupakan perbincangan mencari hakikat
sesuatu gejala atau segala hal yang ada. Artinya, filsafat merupakan landasan dari sesuatu
apapun , tumpuan segala hal, jika salah tentulah berbahaya, sedikitnya akan merugikan.
Apabila kehidupan berpengetahuan itu diibaratkan sebuah pohon maka filsafat adalah
akarnya, yaitu bagian yang berhyubungan langsung dengan sumber kehidupan pohon itu,
sedangkan batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah menjadi bahan kajian ilmu
pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian, ilmu pengetahuan berhubungan dengan apa
yang terlihat atau yang biasa disebut menggejala atau mewujud. Terlebih lagi kaum awam,
ia hanya dapat melihat sesuatu secara langsung atau yang berhubungan secara langsung,
khusunya menjawab kebutuhan nyata dirinya sendiri.
Dalam perbincangan lebih nyata, filsafat mempersoalkan dan membicarakan kembali akar
masalah, baik berdasarkan ilmu pengetahuan maupun pemahaman lain. Jadi, filsafat
menyadarkan manusia terhadap apa yang sudah biasa diyakini, digauli, digunakan, dan
dilakukannya. Hal ini penting! Sebagai contoh pada Matematika ,”Mengapa 5 x 5 lebih
besar daripada 4 x 4?” Umumnya, orang percaya begitu saja, bahkan mempercayainya apa
yang dikatakan orang lain, seperti guru atau orang tua dan kakaknya. Jawaban yang
sebenarnya adalah adanya kesepakatan bahwa sebutan angka 5 lebih tinggi nilainya
daripada 4. Dengan catatan, angka berikutnya lebih tinggi dari pada angka sebelumnya.
Filsafat mengatakan,” Ingatlah di balik matematika itu ada suatu kesepakata, jika
kesepakatannya tidak demikian, belum tentu 5 x 5 lebih besar daripada 4 x 4.
8
Dalam hal ini, ilmu pengetahuan mengenai asumsi yang disebut aksioma, yaitu anggapan
dasar yang merupakan tumpuan atau sumber dari awal kehidupan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Wacana atau perbincangan filsafat melahirkan asumsi tersebut. Hal tersebut
disebut sebagai keyakinan filsafati (philosophical belief). Asumsi tersebut jika terus-
menerus ditelaah ketepatannya, bukan tidak mungkin akan mengalami perubahan, entah
itu bertambah atau berkurang, atau justru berubah. Akhirnya, teori-teori baru dalam bidang
pengetahuan akan bermunculan sehingga lahirlah istilah filsafat ilmu. Filsafat ilmu
berperan fundamental dalam melahirkan, memelihara, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Cara berpikir filsafati telah mendokrak pintu serta tembok-tembok tradisi dan kebiasaan,
bahkan telah menguak mitos dan miteserta meninggalkan cara berpikir mistis. Lalu pada
saat yang sama telah pula berhasil mengembangkan cara berpikir rasional, luas dan
mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis, kritis,
dan analitis. Karena itu, ilmu pengetahuan pun semakin bertumbuh subur, terus
berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian, berbagai ilmu pengetahuan yang telah
mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu mulai mandiri dan meninggalkan
filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya, filsafat disebuts
ebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Itu merupakan fakta yang
tidak dapat diingkari, yang dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar telah
menampakkan kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai
ilmu pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan manusia.
Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang tertentu
dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang seluruh
kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas
mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan, termasuk
filsafat itu sendiri.
Keterbatasan filsafat yang demikian itulah yang amat berguna bagi ilmu pengetahuan. Itu
karena keterbatasan filsafat tidak melulu berguna selaku penghubung antardisiplin ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, dengan keterbatasannya itu, filsafat sanggup memeriksa,
9
mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip-prinsip dan asas-asas yang
melandasi berbagai ilmu pengetahuan itu.
Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu integrasi atau
pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan. Sebagian besar orang
hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang paling dibutuhkannya pada saat dan
tempat tertentu.
Dalam Kehidupan Praktis
Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak bersangkut paut
dengan kehidupan sehari-hari yang kongkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu
tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata setiap hari. Kendali tidak memberi
petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistic dan elok, filsafat sanggup membantu
manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistic dan elok dalam kearsitekturan
sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu akan menjadi patokan utama bagi
pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut.
Filsafat menggiring manusia kepengertian yang terang dan pemahaman yang jelas. Kemudian,
filsafat itu juga menuntun manusia ketindakan dan perbuatan yang konkret berdasarkan
pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas.
1. Secara umum manfaat filsafat :
¨ Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa adanya.
¨ Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita, karena filsafat
mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar.
¨ Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa apa yang
mungkin kita terima begitu saja ternyata salah atau menyesatkan—atau hanya merupakan
sebagian dari kebenaran.
¨ Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam:
Ø menalar secara jelas
10
Ø membedakan argumen yang baik dan yang buruk
Ø menyampaikan pendapat (lesan dan tertulis) secara jelas
Ø melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas
Ø melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang berbeda.
¨ Dengan mempelajari karya-karya para pemikir besar, para filsuf dalam sejarah dan tradisi
filsafat, kita akan melihat betapa besar sesungguhnya pengaruh filsafat terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, agama, pemerintahan, pendidikan dan karya seni.
¨ Filsafat memberi bekal dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita
sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis. Kadang ini memang bisa mendorong kita
menolak pendapat-pendapat yang telah ditanamkan pada kita, tetapi filsafat juga
memberikan kita cara-cara berfikir baru dan yang lebih kreatif dalam mengahadapi
masalah yang mungkin tidak dapat dipecahkan dengan cara lain.Kemampuan berfikir
secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan menilai argumen, menolak asumsi
yang diterima begitu saja, dan pencarian akan prinsip-prinsip pemikiran dan tindakan yang
koheren—semuanya ini merupakan ciri dari hasil latihan dalam ilmu filsafat.
2. Secara khusus manfaat filsafat ilmu :
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu
kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
¨ Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
¨ Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan
filsafat lainnya.
¨ Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
¨ Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
11
¨ Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Menurut Agraha
Suhandi (1989)
¨ Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di
dalammengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat
untuk membuat hidup menjadi lebih baik
¨ Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara
radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.
¨ Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang
danmemecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup
secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat
pemecahannya.
¨ Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme
dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan
kesenangan diri sendiri).
¨ Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis, hingga kita
tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan setiap
semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan
orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
¨ Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam
etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu
mendidik, dan sebagainya.
¨ Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak
pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite, melainkan
juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari
belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
¨ Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah
dengan yang tidak ilmiah.
12
¨ Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang
ditekuni.
¨ Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
¨ Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian
penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman, dan
agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup yang
sejahtera.
¨ Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode
ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan
filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali
kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu
tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan
relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya
menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
C. Pentingnya Belajar Filsafat Ilmu Bagi Mahasiswa
Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat
dirasakan, antara lain :
§ Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin
kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus
diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori
yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber
lainnya.
§ Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para
mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah
dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari
13
filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh
mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut
sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian
ilmiah.
§ Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah
mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan
berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis
berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu
diterapkan.
§ Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional dalam Opini & argumentasi yang
dikemukakan.
§ Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas). Karena
para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan
permasalahan maupun penyusunan jawabannya.
§ Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal Lelah
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang
ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkanilmu
pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik.
Filsafat ilmu sangat penting bagi seorang mahasiswa karena untuk membiasakan diri bersikap
kritis, logis dan rasional serta menumbuhka rasa toleransi dalam perbedaan pandangan.
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa kita harus mempelajari filsafat ilmu agar dapatmengembangkan
semangat toleransi dalam perbedaan pandangan, mampu membiasakan diri untuk bersikap logis-
rasional Opini & argumentasi, mampu berpikir secara cermat dan tidak kenal lelah, serta mampu
membiasakan diri untuk bersikap kritis. Sebagai manusia yang bermasyarakat, mahasiswa juga
harus bisa menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam filsafat ilmu. Mahasiwa dituntut untuk
tidak hanya pandai dalam teori saja tapi harus bisa mempraktekannya langsung dalam
masyarakat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Elfa. 2011. Makalah Filsafat Ilmu. http://elfathinrahmi.blogspot.com/2011/02/makalah-filsafat-
ilmu.html. (16 April 2011)
Jasmineazraq. 2011. Peran Filsafat Ilmu. http://jasmineazraq.blogspot.com/2011/01/peran-
filsafat-manusia-dan-filsafat.html. (16 April 2011)
Khofif. 2009. Kegunaan Pelajaran Filsafat. http://khofif.wordpress.com/2009/01/15/kegunaan-
pelajaran-filsafat.html. (15 April 2011)
Rachman, Maman. 2009. Filsafat Ilmu. Semarang : UPT UNNES PRESS
Sunny. 2009. Fungsi Filsafat Ilmu. http://lingkaranilmu.blogspot.com/2009/08/fungsi-filsafat-
ilmu.html. (15 April 2011)
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Villa. 2011. Hakikat Filsafat Ilmu. http://villa-muhammadilham.blogspot.com/2011/04/hakikat-
filsafat-ilmu.html. ( 16 April 2011)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kelahiran filsafat modern sejak renaissance dan aufklaerung merupakan reaksi terhadap
pemikiran filsafat abad pertengahan. Gereja pada waktu menjadi satu-satunya menjadi otoritas
yang mengakui kebenaran dan keabsahan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Dibidang
astronomi perkembangan ilmu pengetahuan diluar kontrol gereja sudah berjalan sangat pesat.
Sehingga upaya mengontrol perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kegagalan. Terjadilah
serkularisasi ilmu, pemisahan antara aktifitas ilmiah dengan aktifitas keagamaan. Dan pada abad
ke-20 postmodernisme juga sebagai reaksi terhadap pemikiran modern yang juga telah berubah
menjadi mitos baru. Filsafat modern yang lahir sebagai reaksi terhadap dogmatis abad
pertengahan, menurut kaum postmodermis telah terjebak dalam membangun mitos-mitos baru.
Mitos-mitos itu ialah suatu keyakinan bahwa dengan pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan dan
aplikasinya dalam teknologi, segala persoalan kemanusiaan dapat diselesaikan. Padahal
kenyataannya banyak agenda kemanusiaan yang masih membutuhkan pemikiran-pemikiran baru.
Untuk lebih jelas lagi mari kita bahas makalah ini bersama.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Modern ?
2. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Kontemporer ?
17
BAB II
PEMBAHASAN
A. Zaman Modern (17-19 M)
Filsafat barat modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut dengan
“renaissans” dan dimatangkan oleh “gerakan” Aufklaerung diabad ke-18 itu, didalamnya
mengandung dua hal yang sangat penting. Pengaruh dari gerakan renaissans dan aufklaerung itu
telah menyebabkan peradaban dan kebudayaan barat modern berkembang dengan pesat, dan
semakin bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma gereja.
Sejak itu kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan
kepastian intelektual (sikap ilmiah) yang kebenarannya dapat dibuktikan berdasarkan metode,
perkiraan dan pemikiran yang dapat diuji.
Filsafat barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan periode
filsafat abad pertengahan. Pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak kemampuan akal
manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan serta raja
dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut.
Para filosof modern pertama-tama menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab
suci atau dogma-dogma gereja, juga tidak berasal dari kekuasaan feudal. Semua filsuf apad zaman
ini menyelidiki segi-segi subjek manusiawi ; “Aku” sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan,
pusat kebebasan, pusat tindakan, pusat kehendak, dan pusat perasaan.
Wacana filsafat yang menjadi topic utama pada zaman modern, khususnya dalam abad ke-
17, adalah persoalan epistemologi. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bercorak
epistemologis ini, maka dalam filsafat abad ke-17 muncullah dua aliran filsafat yang memberikan
jawaban berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran filsafat tersebut ialah rasionalisme dan
empirisisme.
a. Rasionalisme
Usaha manusia untuk member kepada akal suatu kedudukan yang “ berdiri sendiri”, telah
dirintis oleh para pemikir “renaissans” berlanjut terus sampai abad ke-17. Semakin lama mausia
semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal.
18
Akibat dari keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal itu, dinyatakanlah
perang terhadap mereka yang malas mempergunakan akalnya, terhadap kepercayaan yang bersifat
dogmatis seperti yang terjadi pada abad pertengahan, terhadap tata-susila yang bersifat tradisi,
terhadap apa saja yang tidak masuk akal, dan terhadap keyakinan-keyakinan dan anggapan-
anggapan yang tidak masuka akal.
Corak berfikir dengan melulu mengandalkan atau berdasarkan atas kemampuan akal
(Rasio), dalam filsafat dikenal dengan nama aliran ‘rasionalisme’.
Aliran filsafat rasionalisme ini berpendapat, bahwa sumber pengetahuan yang memadai
dan dapat dipercaya adalah akal (Rasio). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang
memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan harus mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh
semua pengetahuan ilmiah. Metode yang diterapkan oleh para filsuf rasionalisme ialah metode
deduktif.
Secara ringkas dapatlah dikemukakan dua hal pokok yang merupakan ciri dari semua
bentuk rasionalisme, yaitu :
1. Adanya pendirian bahwa kebenaran-kebenaran yang hakiki itu secara langsung dapat diperoleh
dengan menggunakan akal sebagai sarananya.
2. Adanya suatu penjabaran secara logik atau deduksi.
Tokoh-tokoh aliran filsafat rasionalisme ini ialah Descartes, Spinoza, dan Leibniz, dari
ketiga tokoh ini yang dibicarakan dalam rangka aliran ini adalah Descartes.
Tokoh penting aliran filsafat rasionalisme adalah Rene Descartes (1598-1650) yang juga
adalah pendiri filsafat modern.
Metode Descartes dimaksudkan bukan saja sebagai metode penelitian ilmiah, ataupun
penelitian filsafat, melainkan sebagai metode penelitian rasional mana saja, sebab akal budi
manusia selalu sama.
Descartes memulai metodenya dengan meragu-ragukan segala macam pernyataan kecuali
pada satu pernyataan saja, yaitu bahwa ia sedang melakukan keragu-raguan sendiri menegaskan
bahwa ia dapat saja meragukan segala hal, namun satu hal yang tidak mungkin diragukan adalah
kegiatan meragu-ragukan itu sendiri. Maka ia sampai pada kebenaran yang tak terbantahkan, yakni
: saya berfikir, jadi saya ada (Cogito ergo sum). Pernyataan ini begitu kokoh dan menyakinkan,
sehingga anggapan kaum skeptic yang paling ekstrim pun tidak akan mampu
19
menggoyahkannya. Cogiti ergo sum ini oleh Descartes diterima sebagai prinsip pertama dari
filsafat.
Segala sesuatu yang bersifat terang dan jelas bagi akal pikiran amausia dapatlah dipakai
sebagai dasar yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya untuk melakukan penjabaran terhadap
pernyataan-pernyataan yang lain. Segenap ilmu pengetahuan haruslah didasarkan atas kepastian-
kepastian yang tidak dapat diragukan lagi akan kebenaranya yang secara langsung dilihat oleh akal
pikiran manusia. Metode semacam ini dinamakan juga metode “Apriori“.
Sistem filsafat yang dikembangkan Descartes tak dapat dipisahkan dari sikap kritik yang
berkembang dalam pergolakan renainsans, kebangkitan budaya yang sekaligus membawa suatu
skeptisisme terhadap dogma agama dan praktek politik yang sampai saat itu menjamin ketahanan
status gereja dan Negara.
b. Empirisisme
Menurut penganut empirisisme metode ilmu pengetahuan itu bukanlah bersifat a priori,
tetapi a posteriori.
Bagi penganut empirisisme sumber pengetahuan yang memadai itu ialah pengalaman, oleh
karena itu para penganut aliran empirisisme berkeyakinan bahwa manusia tidak mempunyai ide-
ide bawaan atau innate ideas. Bagi mereka manusia itu ibarat kertas putih yang belum terisi oleh
apa-apa, dan baru terisi melalui pengalaman-pengalaman, baik pengalaman lahiriah maupun
pengalaman batiniah.
Aliran empirisisme pertama kali berkembang di Inggris pada abad ke-15 dengan Prancis
Bacon sebagai pelopornya. Menurut Bacon, manusia melalui pengalaman dapat menhgetahui
benda-benda dan hukum-hukum relasi antara benda-benda. Ia juga memberikan sejumlah petunjuk
agar seorang ilmuan berhati-hati terhadap idol-idola, yaitu :
1) Idola Tribus
2) Idola Specus
3) Idola Fori
4) Idola Theatri
Filosof empiris lainnya adalah Thomas Hobbes, ia juga meyakini bahwa pengenalan atau
pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman. Berbeda dari pendahulunya, John Locke lebih
terdorong untuk mengemukakan tentang asal mula gagasan manusia, kemudian menentukan fakta-
fakta, menguji kepastian pengetahuan dan memeriksa batas-batas pengetahuan manusia.
20
Paham empirisime ini kemudian dikembangkan oleh David Hume (1611-1776), ia sangat
menentang kaum rasionalisme yang berlandaskan pada prinsip a priori, yang bertitik tolak dari
ide-ide bawaan. Ia mengajarkan bahwa manusia tidak membawa pengetahuan bawaan kedalam
hidupnya. Melalui pengamatan ini manusia memperoleh dua hal yaitu : kesan-kesan (impression)
dan pengertian-pengertian (ideas).
Pada hakikatnya pemikiran Hume bersifat analitis, kritis, dan skeptis. Sebab bagi Hume
dunia hanya terdiri dari kesan-kesan yang terpisah-pisah, yang tidak dapat disusun secara objektif
sistematis, karena tidak ada hubungan sebab akibat antara kesan-kesan.
Secara ringkas dapatlah bahwa pengetahuan yang bersifat a priori terdiri dari proposisi
analitik contoh , semua angsa putih, semua jejaka itu laki-laki, es itu dingin, lingkaran itu bulat
dan lain-lain. Dan pendapat ini merupakan ini cirri khas pemikiran yang bercorak rasionalistik.
Sabaliknya cirri khas dari empiristik adalah a posteriori, dan proposisinya adalah sintetik, tetapi
harus di uji kebenarannya secara empiris. Misal : rumah mahal, motor baru dan lain-lain.
c. Kritisisme
Seseorang filsuf Jerman yang bernama Immanuel Kant (1724-1804)telah melakukan usaha
untuk menjembatani pandangan-pandangan yang saling bertentangan,yaitu antara rasionalisme
dan empirisisme.
Filsafat Imanuel kant, yang di sebut dengan aliran filsafat kritisisme.kritisisme adalah
sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dalam filsafat
rasionalisme dan empirisisme dalam suatu hubungan yang seimbang,yang satu tidak terpisahkan
dari yang lain.Menurut Kant pengetahuan merupakan hasil terakhir yang di peroleh dengan adanya
kerja sama di antaranya dua komponen,yaitu di satu pihak berupa bahan-bahan yang bersifat
pengalaman inderawi, dan di lain pihak cara mengolah kesan-kesan yang bersangkutan sedemikian
rupa sehingga terdapat suatu hubungan antara sebab dan akibatnya.sesungguhya relasi-relasi
antara sebab dan akibat tidaklah terdapat di dalam dunia melainkan merupakan bentuk-bentuk
penafsiran manusia yang gunanya ialah agar gejala-gejala yang begitu beraneka ragam yang kita
hadapi.
Kant yang mencoba untuk mempersatukan rasionalisme dan empirisisme mengatakan
bahwa dengan hanya mementigkan salah satu dari kedua asfek sumber pengetahuan (rasio dan
empiri) tidak akan diporoleh pengetahuan yang kebenarannya bersifat universal sekaligus dapat
memberikan informasi baru. Pengetahuan yang rasional adalah pengetahuan yang analitis priori,
21
sedangkan pengetahuan yang empiris adalah pengetahuan yang sintesis a posteriori. Pengetahuan
nasional adalah pengetahuan yang bersifat universal, tapi tidak memberikan informasi baru.
Sebaliknya pengetahuan empiris (sintetis a posteriori) dapat memberikan informasi baru, tetapi
kebenarannya tidak universal.
Kant mengatakan bahwa pengetahuan selalu bersifat sintetis. Pengetahuan dari akal
merupakan sintetis dari data indrawi dan sumbangan dari kategori-kategori. Kant telah
memberikan pembetulan terhadap sikap berat sebelah yang dikemukakan oleh penganut
rasionalisme dan empirisisme. Sehingga ia telah membuka jalan bagi perkembangan filsafat
dikemudian hari.
d. Idealisme
Permulaan pemikiran idealism dalam sejarah filsafat barat biasanya selalu dihubungkan
dengan Plato (427-347 SM). Aliran filsafat idealism dalam abad ke-19 merupakan kelanjutan dari
pemikiran filsafat rasionalisme pada abad ke-17.
Bagi Hegel pikiran adalah essensi dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang di
obyektifkan. Alam adalah proses pemikiran yang memudar, adalah juga akal yang mutlak
(absolute reason) yangb mengeksprsikan dirinya dalam bentuk luar. Oleh karena itu menurut Hegel
hukum-hukum pikiran yang merupakan hukum-hukm realitas. Sejarah adalah cara zat yang mutlak
( absolute) itu menjelma dalam waktu dan pengalaman manusia. Tahap-tahap keberadaan spiritual
dalam suatu tata tertib yang mencakup segala-galanya, pada itulah kita membicarakan tentang
yang mutlak, jiwa yang mutlak atau Tuhan.
Hegel secara sepintas tampaknya mengingkari adanya realitas luar atau realitas obyektif.
Akan tetapi sebenarnya ia tidak mengingkari realitas luar atau realitas obyektif tersebut.
Hegel percaya bahwa hal ini ditemukan bukan sekedar dipahami dalam alam. Menurul
Hegel telah ada sebelum manusia ada, tetapi adanya arti dalam dunia, mengandung arti bahwa ada
sesuatu seperti akal atau pikiran ditengah-tengah idealitas. Tata tertib realitas yang sangat berarti
diberikan kepada manusia agar ia memikirakan dan berpartisipasi didalamnya. Keyakinan
terhadap arti dan pemikiran dalam struktur dunia merupakan intuisi dasar yang menjadi asas
idealisme.
Era Hegel telah muncul beberapa filsuf menyebut dirinya sebagai penganut aliran
idealisme. Diantaranya ialah F.H. Bradley dari Inggris dan aliran filsafatnya kadang-kadang
22
disebut juga Neo Hegelianisme Inggris. Filsafat idealism F,H. Bradley ini sangat berpengaruh
terhadap munculnya filsafat anlitik pada abad ke-20.
e. Positivisme
Pendiri tokoh terpenting dari aliran filsafat positivisme adalah Auguste Comte (1798-1857)
ialah hanya menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positif-ilmiah, dan menjauhkan diri dari
semua pertanyaan yang mengatasi bidang ilmu-ilmu positif. Semboyan Comte yang terkenal
adalah savoir pour prevoir.
Filsafat positivisme Comte disebut juga paham empirisisme-kritis, bagi Comte pengamatan
tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan penafsiran atas dasar sebuah teori dan pengamatan juga
tidak mengkin dilakukan secara “ Terisolasi”, dalam arti harus dikaitkan dengan suatu teori.
Metode positif Auguste Comte juga menekankan pandanganya juga hubungan antara fakta yang
satu dengan fakta yang lain.
Filsafat Auguste Comte terutama penting sebagai pencipta ilmu sosiologi. Kebanyakan
konsep prinsip dan metode yang sekarang dipakai dalam sosiologi, dan berasal dari Comte. Comte
membagi masyarakat atas “statika sosial” dan “ dinamika sosial”. sosiologi ini sekaligus suatu “
filsafat sejarah”, karena Comte memberikan tempat kepada fakta-fakta individual sejarah dalam
suatu teori umum, sehingga terjadi sintesis yang menerangkan fakta-fakta itu. Fakta-fakta itu dapat
bersifat politik, yuridis, ilmiah, tetapi juga falsafi, relegius atau kultural.
f. Marxisme
Pendiri aliran filsafat ini adalah Kall Marx (1818-1883), filsafat Marx adalah perpanduan
antara metode dialektika Hegel dan filsafat materialism Feuerbach. Filsafat abstrak harus
ditinggalkan, karena teori interperstasi, spekulasi dan sebagainya tidak mengahasilkan perubahan
dalam masyarakat.
Marx mengajarkan bahwa sejarah dijalankan oleh suatu logika tersendiri. Pemikiran Marx
menghubungkan dengan sangat erat ekonomi dengan filsafat. Bagi Marx masalah filsafat bukan
hanya maslah pengetahuan dan masalah kehendak murni yang utama, melainkan masalah
tindakan. Para filosof menurut Marx selama ini hanya sekedar menafsirkan dunia berbagai cara,
namun menurut yang terpenting adalah mengubahnya. Menurut Marx kaum, proletar harus
merebut peranan kaum Borjuis dan Kapitalis itu melalui revolusi. Berkembangnya aliran-aliran
epistemologi, filsafat modern juga mengantarkan lahirnya revolusi industri di abad ke-18 dan
23
Negara-negara kebangsaan. Serta ideologi-ideologi dunia seperti Liberalisme/Kapitalisme dan
Sosialisme/Komunisme.[1]
B. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)
Tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad ke-20 ini adalah pemikiran tentang
bahasa. Sebagian besar pemikir abad ke-20 pernah menulis tentang bahasa.
Menurut Wittgenstein, apa yang dihasilkan oleh sebuah karya filsafat melulu sederetan
ungkapan filsafati, melainkan upaya membuat ungkapan-ungkapan menjadi jelas. Para filsuf
analitik ini tidak lain sebagai reaksi atau respons terhadap aktivitas filsafat yang dilakukan oleh
para penganut aliran filsafat idealisme. sebab aliran filsafat idealisme lebih menekankan pada
upaya mengintrodusir ungkapan-ungkapan filsafati. Ungkapan-ungkapan filsafati yang di
introdusir oleh penganut idealisme itu menurut filsuf analitik kebanyakan bermakna ganda kubur
dan tidak terpahami oleh akal sehat. Hal-hal semacam itulah yang perlu diatasi dengan analisis
bahasa. Perkembangan filsafat abad ke-20 juga ditandai oleh munculnya berbagai aliran filsafat
kebanyakan aliran itu merupakan kelanjutan dari aliran-aliran filsafat yang telah berkembang pada
abad modern.
Beberapa aliran dan tokoh yang paling berpengaruh pada abad ke-20 adalah Edmund
Husserl (1859-1938), selaku pendiri aliran Fenomenologi, ia telah mempengaruhi pemikiran
filsafat abad ke-20 ini secara amat mendalam.
Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat erat dan
menunjukkan pemberontakan tambahan terhadap metode-metode dan pandangan-pandangan
barat. Terdapat perbedaan-perbedaan yang besar antara para pengikut aliran ini namun terdapat
tema-tema yang sama sebagai cirri khas aliran ini yang tampak pada para penganutnya.
Mengidentifikasi ciri aliran eksistensialisme sebagai berikut :
1. Eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat modern,
khususnya terhadap idealism Hegel.
2. Eksistensialisme adalah suatu protes atas nama individualis terhadap konsep-konsep, filsafat
akademis yang jauh dari kehidupan konkret.
3. Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal (tanpa
kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi, serta gerakan masa. Masyarakat industry
cenderung untuk menundukkan orang seorang kepada mesin.
24
4. Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter baik gerakan pasis,
komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan didalam kolektif
atau masa.
5. Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek manusia didunia.
6. Eksistensialisme menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi, pengalaman
kesadaran yang dalam dan langsung.
Salah seorang tokoh eksistensialisme yang popular adalah Jean Paul Sartre (1905-1980) ia
membedakan dialektis dengan rasio analitis.
Aliran filsafat eksistensialisme yang menjadi mode berfilsafat pada pertangahan abad ke-
20 mendapat reaksi aliran strukturalisme. Jika eksistensialisme menekankan pada peranan pada
individu, maka strukturalisme justru melihat manusia “terkukung” dalam berbagai struktur dalam
kehidupannya. Secara garis besar ada dua pengertian pokok yang sangat erat kaitannya dengan
strukturalisme sebagai aliran filsafat.
Pertama, strukturalisme adalah metode atau metodelogi yang digunakan untuk mempelajari ilmu- ilmu
kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistic yang dirintis oleh Ferdinand de
Saussure,
Kedua, strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam
sejarah filsafat. Disini metodelogi struktural dipakai untuk membahas tentang manusia, sejarah
kebudayaan, serta hubungan antara kebudayaan dan alam.
Para strukturalis filosofis yang menerapkan prinsip-prinsip strukturalisme linguistic dalam
berfilsafat bereaksi terhadap aliran filsafat fenomenologi dan eksistensialisme yang melihat
manusia dari sudut pandang yang subjektif. Para penganut aliran filsafat strukturalisme ini
memiliki kesamaan.
Tokoh berpengaruh dalam aliran filsafat struktulisme adalah Michel Foucault (1926-1984)
Kesudahan ‘manusia’ sudah dekat itulah pendirian Foucalt yang sudah terkenal tentang ‘kematian’
manusia. Maksud Foucault bukanya bahwa nanti tidak ada manusia lagi, melainkan bahwa akan
hilang konsep ‘manusia’ sebagai suatu kategori istimewa dalam pemikiran kita.
Pada abad ke-20 ada aliran filsafat yang pengaruhnya dalam dunia praktis cukup besar,
yaitu aliran filsafat pragmatisme. Aliran filsafat ini merupakan suatu sikap metode dan filsafat
yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk
menetapkan nilai kebenaran.
25
Salah seorang tokoh pragmatisme adalah Willam Jasme (1842-1910),ia memandang
pemikirannya sendiri sebagai kelanjutan empirisme Inggris, namun empirismenya bukan
merupakan upaya untuk menyusun kenyataan berdasar atas fakta-fakta lepas sebagai hasil
pengamatan. James membedakan dua macam bentuk pengetahuan :
1) Pengetahuan yang langsung diperoleh dengan jalan pengamatan.
2) Merupakan pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dengan melalui pengertian.
Suatu ide dapat menjadi benar apabila didukung oleh peristiwa-peristiwa sebagai akibat
atau buah dari ide itu.
Pada awalnya postmodernisme lahir sebagai reaksi terhadap kegagalan modernism. Dalam
modernisme, filsafat memang berpusat pada Epistemologi yang bersandar pada gagasan tentang
subjektivitas dan objektivitas murni yang satu sama lain terpisah tak saling berkaitan. Tugas pokok
filsafat adalah mencari fondasi segala pengetahuan dan tugas pokok subjek adalah
mempresentasikan kenyataan objektif.
Wacana postmodern menjadi popular setelah Francois Lyotard (1924) menerbitkan
bukunya The Postmodern Condition : A Report on Knowledge (1979). Modernitas menurut
Lyotard ditandai oleh kisah-kisah besar yang mempunyai fungsi mengarahkan serta menjiwai
masyarakat modern, mirip dengan mitos-mitos yang mendasari masyarakat masyarakat primitif
dulu.[2]
26
BAB III
PENUTUP
Simpulan :
Demikian dengan kelahiran filsafat modern yang dirintis sejak renaissance dan aufklaerung
merupakan reaksi terhadap pemikiran filsafat abad pertengahan yang bersifat teologis dogmatis.
Gereja sebagai institusi pada waktu menjadi satu-satunya menjadi otoritas yang mengakui
kebenaran dan keabsahan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Padahal perkembangan ilmu
pengetahuan diluar kontrol gereja sudah berjalan sangat pesat, terutama bidang astronomi.
Sehingga upaya mengontrol perkembangan ilmu pengetahuan kedalam sekat-sekat agama
mengalami kegagalan. Terjadilah serkularisasi ilmu, yakni pemisahan antara aktifitas ilmiah
dengan aktifitas keagamaan.
Pada abad ke-20 postmodernisme juga sebagai reaksi terhadap pemikiran modern yang
juga telah berubah menjadi mitos baru. Filsafat modern yang lahir sebagai reaksi terhadap
dogmatis abad pertengahan, menurut kaum postmodermis telah terjebak dalam membangun mitos-
mitos baru. Mitos-mitos itu ialah suatu keyakinan bahwa dengan pemikiran filsafat, ilmu
pengetahuan dan aplikasinya dalam teknologi, segala persoalan kemanusiaan dapat diselesaikan.
Padahal kenyataannya banyak agenda kemanusiaan yang masih membutuhkan pemikiran-
pemikiran baru. Disinilah postmodernisme “menggugat” modernism yang telah mandeg dan
berubah menjadi mitos baru.
27
DAFTAR PUSTAKA
Rizal Mustansyir & Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Muhadjir Neong, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: PT. Rake Sarasin, 2001.
28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengantar Filsafat merupakan ‘induk’ dari ilmu pengetahuan yang mendasari semua pengetahuan
yang ada di dunia dan cara berpikir manusia yang meliputi logika, bahasa, dan matematika.
Filsafat ilmu merupakan mata kuliah yang wajib bagi program Magister dan Doktor. Bagi
mahasiswa program sarjana, filsafat ilmu diperlukan agar memiliki wawasan mendasar mengenai
ilmu pengetahuan.
B. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini secara khusus adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Filsafat.
Adapun tujuan umumnya adalah sebagai berikut.
1. Mengenal lebih dalam tentang pengertian filsafat, ilmu, dan pengetahuan.
2. Mampu menginplementasikan ilmu yang telah dipelajari dalam makalah ini.
C. Rumusan Makalah
1. Pengertian pengetahuan
2. Pengertian ilmu
3. Pengertian filsafat
29
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan antara satu ahli filsafat
dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda serta
hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua
segi yakni secara etimologi dan terminologi.
a. Filsafat secara etimologi
Kata filsafat dalam bahasa Arab dikenal denga istilah Falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal
istilah Phylosophy serta dalam bahasa Yunani dengan istilah Philosophia. Kata Philosophia
terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijasanaan (wisdom)
sehingga secara etimologis istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti
yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari
kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (582−486 SM). Arti filsafat
pada waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan
juga digunakan oleh Socrates (470−390 SM) dan filsuf lainnya.
b. Filsafat secara terminologi
Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Hal ini disebabkan batasan
dari filsafat itu sendiri banyak maka sebagai gambaran diperkenalkan beberapa batasan sebagai
berikut.
1) Plato, berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai
pengetahuan tentang kebenaran yang asli karena kebenaran itu mutlak di tangan Tuhan.
30
2) Aristoles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran
yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, dan estetika.
3) Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari
radiksnya suatu gejala, dari akaranya suatu hal yang hendak dipermasalahkan.
4) Immanuel Kant, filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa mengatakan filsafat adalah
ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan:
a) apa dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika?
b) apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika?
c) apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi? Dan
d) sampai di mana harapan kita, dijawab oleh agama?
5) Rene Descartes, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat
bagaimana alam maujud yang sebenarnya. Filsafat adalah feeling (lave) in wisdom. Mencintai
mencari menuju
penemuan kebijaksanaan atau kearifan. Mencintai kearifan dengan melakukan proses dalam arti
pencarian kearifan sekaligus produknya.
1) Di dalam proses pencarian itu, yang dicari adalah kebenaran-kebenaran prinsip yang bersifat
general.
2) Prinsip yang bersifat general ini harus dapat dipakai untuk menjelaskan segala sesuatu kajian
atas objek filsafat.
31
Pengertian filsafat tersebut memberikan pemahaman bahwa filsafat adalah suatu prinsip atau
asas keilmuan untuk menelusuri suatu kebenaran objek dengan modal berpikir secara radikal.
Objeknya mengikuti realitas empiris dikaji secara filsafat untuk menelusuri hakikat
kebenarannya suatu entitas menggunakan metode yang disebut metode ilmiah (kebenaran
ilmiah). Ciri-ciri filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Berikut merupakan ciri
berfilsafat.
a. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan tidak hanya ditinjau
dari satu sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu
yang satu dan ilmu-ilmu lainnya, hubungan ilmu dan moral, seni, serta tujuan hidup.
b. Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai pada hasil yang fundamental atau esensial
objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan
keilmuan. Filsafat tidak hanya berhenti pada kulit-kulitnya (periferis) saja, tetapi sampai
menembus ke kedalamannya (hakikat).
c. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
Hasil pemikiran berfilsafat selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menelusuri bidang-bidang
pengetahuan yang baru. Namun demikian, tidaklah berarti hasil pemikiran kefilsafatan tersebut
meragukan kebenarannya karena tidak pernah tuntas.
Ciri-ciri berpikir secara kefilsafatan menurut Ali Mudhofir sebagai berikut.
a. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal. Radikal berasal dari bahasa Yunani,
Radix artinya akar. Berpikir secara radikal adalah berpikir sampai ke akar-akarnya, berpikir
sampai pada hakikat, esensi, atau sampai ke substansi yang dipikirkan. Manusia yang berfilsafat
dengan akalnya berusaha untuk menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang
mendasari segala pengetahuan indrawi.
b. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum). Berpikir secara universal
adalah berpikir tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum, dalam arti tidak
32
memikirkan hal-hal yang parsial. Filsafat bersangkutan dengan pengalaman umum dari umat
manusia. Dengan jalan penelusuran yang radikal itu filsafat berusaha sampai pada berbagai
kesimpulan yang universal (umum).
c. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual. Konsep di sini adalah hasil
generalisasi dari pengalaman tentang hal-hal serta prosesproses individual. Dengan ciri yang
konseptual ini, berpikir secara kefilsafatan melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari.
d. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai
dengan kaidah-kaidah berpikir (logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
e. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik. Sistematik berasal dari kata sistem.
Sistem di sini adalah kebulatan dari sejumlah
unsur yang saling berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau
menunaikan sesuatu peranan tertentu. Dalam mengemukakan jawaban terhadap sesuatu masalah.
Pendapat-pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan harus saling berhubungan secara teratur
dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
f. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif. Komprehensif adalah mencakup
secara menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan. Berpikir secara kefilsafatan berusaha untuk
menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
g. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara bebas. Sampai batas-batas yang luas maka setiap
filsafat boleh dikatakan merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari segala
prasangka sosial, historis,kultural, ataupun religius.
h. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan dengan pemikiran yang bertanggung jawab. Seseorang
yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sambil bertanggung jawab. Pertanggungjawaban
yang pertama adalah terhadap hati nuraninya sendiri. Di sini tampaklah hubungan antara
kebebasan berpikir dalam filsafat dan etika yang melandasinya.
33
B. Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” dan berarti pengetahuan. Pemakaian kata ini dalam
bahasa Indonesia kita ekuivalenkan dengan istilah “science”. Science berasal dari bahasa Latin:
Scio, Scire yang juga berarti pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai macam pengetahuan. Dengan “pengetahuan
ilmu” dimaksud pengetahuan yang pasti, eksak, dan betul-betul terorganisir. Jadi, pengetahuan
yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik.
Apa isi pengetahuan ilmu itu? Ilmu mengandung tiga kategori, yaitu hipotesis, teori, dan
dalil.Hukum. Ilmu itu haruslah sistematis dan berdasarkan metodologi, ia berusaha mencapai
generalisasi. Dalam kajian ilmiah, kalau data yang baru terkumpul sedikit atau belum cukup,
ilmuwan membina hipotesis.
Hipotesis ialah dugaan pikiran berdasarkan sejumlah data. Hipotesis memberi arah pada
penelitian dalam menghimpun data. Data yang cukup sebagai hasil penelitian dihadapkan pada
hipotesis. Apabila data itu mensahihkan (valid)/menerima hipotesis, hipotesis menjadi tesis atau
hipotesis menjadi teori. Jika teori mencapai generalisasi yang umum, menjadi dalil ia dan bila
teori memastikan hubungan sebab-akibat yang serba tetap, ia akan menjadi hukum.
Berikut ini macam-macam jenis ilmu.
1. Ilmu praktis, ia tidak hanya sampai kepada hukum umum atau abstraksi, tidak hanya terhenti
pada suatu teori, tetapi juga menuju kepada dunia kenyataan. Ia mempelajari hubungan sebab-
akibat untuk diterapkan dalam alam kenyataan.
2. Ilmu praktis normatif, ia memberi ukuran-ukuran (kriterium) dan norma-norma.
3. Ilmu proktis positif, ia memberikan ukuran atau norma yang lebih khusus daripada ilmu
praktis
normatif. Norma yang dikaji ialah bagaimana membuat sesuatu atau tindakan apa yang harus
34
dilakukan untuk mencapai hasil tertentu.
4. Ilmu spekulatif ideografis, yang tujuannya mengkaji kebenaran objek dalam wujud nyata
dalam ruang dan waktu tertentu.
5. Ilmu spekulatif nomotetis, bertujuan mendapatkan hukum umum atau generalisasi substantif.
6. Ilmu spekulatif teoretis, bertujuan memahami kausalitas. Tujuannya memperoleh kebenaran
dari keadaan atau peristiwa tertentu.
C. Pengertian Pengetahuan
Secara etimologis pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu “knowledge”. Dalam
encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang
benar. Sementara secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan.
Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan
itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses
dari usaha manusia untuk tahu.
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang
diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Orang pragmatis, terutama John
Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth).
Jadi, pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.
1. Jenis pengetahuan
Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan maka di dalam
kehidupan manusia dapat memiliki pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam
mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat.
35
Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah
common sense, sering diartikan dengan Good sense karena seseorang memiliki sesuatu dimana
ia menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu
merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya.
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science yang pada prinsipnya
merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu
pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti menggunakan berbagai
metode. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif (objective thinking),
tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang
diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi,eksperimen, dan klasifikasi. Analisis
ilmu itu objektif dan menyampingkan unsure pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral dalam
arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian karena dimulai dengan fakta.
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang
kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan
kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit,
filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan
yang reflektif dan kritis sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi
longgar kembali.
Keempat, pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para
utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluknya.
2. Perbedaan pengetahuan dengan ilmu
Dari sejumlah pengertian yang ada, sering ditemukan kerancuan antara pengertian pengetahuan
dan ilmu. Kedua kata tersebut dianggap memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuan
terkadang dirangkum menjadi kata majemuk yang mengandung arti sendiri. Hal ini sering kita
jumpai dalam berbagai karangan yang membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Namun, jika
36
kedua kata ini berdiri sendiri akan tampak perbedaan antara keduanya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu
adalah pengetahuan. Dari asal katanya, kita dapat ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata
dalam bahasa inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science dan peralihan
dari kata arab alima (ilm).
Untuk memperjelas pemahaman kita perlu juga dibedakan antara pengetahuan yang sifatnya pra
ilmiah dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang bersifat pra ilmiah ialah pengetahuan yang
belum memenuhi syarat-syarat ilmiah pada umumnya. Sebaliknya, pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang harus memenuhi syarat-syarat ilmiah. Pengetahuan pertama disebut sebagai
pengetahuan biasa dan pengetahuan kedua disebut pengetahuan ilmiah.
Adapun syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah:
a. harus memiliki objek tertentu (objek formal dan materil),
b. harus bersistem,
c. memiliki metode tertentu, dan
d. sifatnya umum.
Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan itu
terlihat dari sifat sistematisnya dan cara memperolehnya. Dalam perkembangannya, pengetahuan
dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material keduanya mempunyai perbedaan.
37
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Secara etimologis istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang
sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari
kebijaksanaan.
2. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (582−486 SM). Arti filsafat pada waktu
itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan
oleh Socrates (470−390 SM).
3. Ciri-ciri filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.
4. Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” dan berarti pengetahuan. Pemakaian kata ini
dalam bahasa Indonesia kita ekuivalenkan dengan istilah
“science”. Science berasal dari bahasa Latin: Scio, Scire yang juga berarti pengetahuan. Ilmu
adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai macam
pengetahuan.
5. Secara etimologis pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu “knowledge”.
Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan
yang benar.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat menjadi salah-satu media pembelajaran untuk mencari informasi
tentang filsafat, ilmu, dan pengetahuan.Dengan belajar filsafat, anda akan lebih mengerti tentang
cara berpikir yang sistematis dan logis dalam pemecahan suatu masalah.
38
DAFTAR PUSTAKA
Suaedi.2016.Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor–Indonesia: IPB Press Printing.
39
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Akal manusia pada hakikatnya memerlukan aturan dalam menganalisa berbagai masalah yang
ada karena ilmu logika merupakan ilmu yang mengatur cara berpikir (analisa) manusia, maka
keperluan kita kepada ilmu logika adalah untuk mengatur dan mengarahkan kita kepada suatu
cara berpikir yang benar.
Logika merupakan bagian dari kajian epitemologi, yaitu cabang filsafat yang membicarakan
mengenai pengetahuan. Ia bisa dikatakan ruh dari filsafat. Karena mungkin tidak akan ada
filsafat kalau tidak ada logika.
Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.
Harus disadari bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan
akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari
kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya
ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam dan arti keberadaan dirinya di dunia.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian logika ilmu?
2. Apa saja macam-macam logika ilmu?
3. Apa pengertian dari penalaran?
3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari logika ilmu.
2. Mengetahui macam-macam logika ilmu.
40
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Logika Ilmu
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Nama logika untuk pertama kali muncul pada
filsuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti “seni berdebat”, Alexander
Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi adalah orang pertama yang
mempergunakan kata “logika” dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.[1]
Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike
episteme(Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan
untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional
untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan
masuk akal. Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus
sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana
ilmu logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis
logika didefinisikan teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak
dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah,
artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali sekaligus juga
benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi. Contohnya, pada kupu-kupu
mengalami fase metamorfosa. Karena sebelum menjadi kupu-kupu adanya tahap-tahapan yang
dilalui yaitu yang pertama fase telur kemudian menetas menjadi ulat lalu berubah menjadi
kepompong dan selanjutnya menjadi kupu-kupu. Penyimpulan di atas dikatakan penyimpulan
yang sah karena sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak dibuat-buat (masuk akal).
41
Menurut Louis O. Kattsoff (2004), Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang
lurus. Ilmu pengetahuan ini menguraikan tentang aturan-aturan serta cara untuk mencapai
kesimpulan, setelah didahului oleh suatu perangkat premis. Contoh penerapan ilmu logika dalam
kehidupan misalnya pada manusia yang mengalami penyakit serak pada tenggorokan maka
pengobatannya dapat dilakukan dengan minum air putih. Logikanya air putih adalah cairan yang
diperlukan manusia untuk menjaga keseimbangan tubuh, memberi kekuatan kepada leukosit untuk
menjalankan tugasnya menghasilkan makrofag untuk membunuh patogen yang masuk,
menjadikan kekebalan tubuh meningkat sehingga luka yang dihinggapi bakteri akan sembuh dan
akhirnya tenggorokan menjadi lapang dan dikatakan sembuh.
1. Macam-macam Logika
Macam-macam Logika menurut The Liang Gie (1980) dalam Adib (2010: 102-104) yaitu:
1. Logika dalam pengertian sempit dan luas
Dalam arti sempit logika dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal. Sedangkan
dalam arti luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang
bagaimana sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai
logika itu sendiri.
2. Logika Deduktif dan Induktif
Logika deduktif adalah cara berpikir dengan menggunakan premis-premis dari fakta yang bersifat
umum ke khusus yang menjadi kesimpulannya. Contoh argument pada logika deduktif yaitu:
 Semua Mahasiswa IAIN SALATIGA semester 5 tinggal di Ma’had
 Firman adalah mahasiswa IAIN SALATIGA semester 5
 Firman tinggal di Ma’had
42
Logika induktif merupakan cara berpikir yang berdasarkan fakta-fakta yang bersifat (khusus)
terlebih dahulu dipakai untuk penarikan kesimpulan (umum). Contohnya argument pada logika
induktif yaitu:
 Buku 1 besar dan tebal adalah mahal.
 Buku 2 besar dan tebal adalah mahal.
 Jadi, semua buku besar dan tebal adalah mahal.
1. Logika Formal (Minor) dan Material (Mayor)
Logika Formal atau disebut juga Logika Minor mempelajari asas, aturan atau hukum-hukum
berfikir yang harus ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran.
Sedangkan Logika Material atau Mayor mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-
hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya, mempelajari
sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan,
dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.
1. Logika Murni dan Terapan
Logika Murni merupakan pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada
semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam
sesuatu cabang ilmu dari istilah pernyataan yang dimaksud. Logika Terapan adalah pengetahuan
logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang-bidang filsafat, dan juga dalam
pembicaraan yang menggunakan bahasa sehari-hari.
1. Logika Filsafati dan Matematik
Logika Filsafati merupakan ragam logika yang mempunyai hubungan erat dengan pembahasan
dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika.
Sedangkan Logika Matematik menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode
matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk mengindarkan makna ganda.
43
1. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan tentang apa yang
dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan dengan cara
bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk.
Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan manusia dengan hewan
yaitu apabila terjadi kabut, burung akan terbang untuk mengindari polusi udara yang
memungkinkan dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tahu mengapa
sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja komponen-komponen
yang terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut?
Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa dan manusia
mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang membedakan manusia dengan
hewan dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di tempat yang benar.
1. Macam-macam penalaran
2. Penalaran deduktif
Penalaran deduktif atau disebut logika deduktif, yaitu penalaran yang membicarakan cara-cara
untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan apabila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai semua atau sejumlah di antara suatu kelompok barang.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang
dinamakan silogisme. Silogisme dibentuk oleh 2 pernyataan yang disebut premis (premis mayor
dan premis minor), yang diikuti dengan sebuah kesimpulan atau konklusi. Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya penalaran/logika deduktif menggunakan silogisme:
 Semua buku besar dan tebal adalah mahal (premis mayor)
 Buku 3 adalah besar dan tebal (premis minor)
44
 Jadi, buku 3 adalah mahal (konklusi/kesimpulan)
2. Penalaran induktif
Penalaran induktif disebut logika induktif, yaitu penalaran yang membicarakan tentang penarikan
kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan-pernyataan
yang khusus. Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pernyataan
yang telah diajukan. Macam-macam penalaran induktif yaitu:
1. Penyimpulan secara kausal
Penyimpulan ini berusaha untuk menemukan sebab-sebab dari hal-hal yang terjadi. Bila telah
diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan pertanyaan: “Apakah yang
menyebabkan kejadian-kejadian itu?” Misalnya, terjadi suatu wabah penyakit tipus: “Apakah yang
menyebabkan timbulnya wabah tipus?
1. Analogi
Penalaran secara analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai
sifat yang sama. Contohnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan berdasarkan susunan dunia
tempat kita hidup. Dalam hal ini, kita dapat mengatakan sebagai berikut. Perhatikanlah sebuah
jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian
yang sangat erat hubungannya yang satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun beranggapan
bahwa sebuah jam dapat membuat dirinya sendiri atau terjadi secara kebetulan. Susunannya yang
sangat rumit menunjukkan bahwa ada yang membuatnya.
Dengan demikian, secara analogi adanya dunia juga menunjukkan adanya pembuatannya, karena
dunia kita ini juga sangat rumit susunannya dan bagian-bagiannya yang berhubungan sangat erat
satu dengan yang lain secara baik. Bahwa penalaran ini terdiri dari memperbandingkan jam dengan
dunia, dan dari persamaan-persamaan tertentu menyimpulkan persamaan-persaamaan yang lain.
Contoh analogi lain yakni:
45
 Ibnu mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin.
 Rizki adalah mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin.
 Muhammad mahasiswa IAIN.
 Jadi, Muhammad mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin.
1. Pengertian Berpikir Ilmiah
Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris
adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. (Hillway,
1956) selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan
mengembangkan. Contohnya: Kepler, seorang ahli astronomi, telah mencatat pengamatan-
pengamatan yang banyak jumlahnya tentang posisi planet Mars. Catatan-catatan ini
memberitahukan kepadanya tentang posisi Mars di ruang angkasa pada berbagai waktu selama
bertahun-tahun, dalam hubungannya dengan matahari pada suatu waktu tertentu. Masalah yang
dihadapi Kepler ialah jalan edar mengitari matahari yang manakah yang harus ditempuh Mars agar
berada pada titik-titik yang telah diamati di angkasa pada waktu-waktu yang setepatnya.
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam, yaitu
Metode analitiko sintesa dan metode non deduksi.
1. Metode analitioko sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode sintesis.[2]
 Metode analisis
Metode analisis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan
memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Misalnya, seorang
filusuf memahami kata atau istilah “keberanian”. Dari segi ekstensi, dia mengungkapkan makna
kata ini berdasarkan bagaimana kata ini digunakan, dan mengetahui sejauh mana kata
“keberanian” menggambarkan realitas tertentu. Apabila kita menggunakan metode analisis, dalam
babak terakhir kita memperoleh pengetahuan analitis.
46
 Metode sintesis
Metode sintesis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara
menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga menghasilkan
sesuatu pengetahuan yang baru. Contohnya, (1) Ilmu adalah aktifitas, (2) Ilmu adalah metode, (3)
Ilmu adalah produk. Jadi, hasil sintetisnya yaitu Ilmu adalah aktifitas, metode, dan produk.
1. Metode non deduksi
Metode non deduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode deduksi.
 Metode induksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapati ilmu pengetahuan ilmiah
dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus,
kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. Contohnya: Umpamanya kita mempunyai
fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa,
kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik
kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.
 Metode deduksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan
bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian
menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Contohnya: setiap manusia yang ada didunia pasti
suatu ketika pasti akan mati, si Ahmad adalah manusia; atas dasar ketentuan yang bersifat
umum tadi karena Ahmad adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati juga
47
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari makalah, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam mempelajari suatu nilai
kebenaran, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan wahana berpikir yang
dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi kebenaran. Hal
yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran. Penalaran sebagai salah
satu langkah menemukan titik kebenaran. Pengetahuan inilah yang disebut dengan ilmu
dan ilmu inilah yang membuat manusia bisa berpikir.
Didalam penalaran ditemukan logika. Logika melahirkan deduksi dan induksi, secara
umum induksi dan induksi suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu
kesimpulan yang benar didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki. Metode ilmiah
berkaitan dengan gabungan dari metode deduksi dan metode induksi. Jadi suatu proses
pemikiran dapat dituangkan dalam pembuatan metode ilmiah dan juga membuktikan
tentang penalaran yang melahirkan logika dibantu dengan metode deduksi dan induksi
maka akan menghasilkan pengetahuan yang baru. Dengan metode ilmiah pengetahuan
akan dianggap sah adanya.
1. Saran
Diharapkan pembaca dapat dituntut untuk memikirkan secara mendalam mengenai
logika ilmu dan berpikir ilmiah untuk itu diharapkan memiliki referensi keilmuan yang
mencukupi guna menguasai cabang filsafat tersebut. Hal ini amat penting mengingat
filsafat ilmu adalah akar dari berbagai keilmuan yang terus berkembang pesat dewasa
ini
48
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo Drs., Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia: Suatu
Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Adib Mohamad, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004.
https://syafrudinmtop.blogspot.co.id/2015/03/filsafat-ilmu-logika-ilmu-dan.html,
49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh
kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman
atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang
lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu
pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang
tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah
formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut.
Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap
kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran
yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah
menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur,
khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus
dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah,
manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.
Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi
membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, filsafat ini
membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan. Dalam ilmu
pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi dan kuantitatif. Ini
tidak terlepas dari pandangan yang materialistik-sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu pengetahuan
berari bahwa aspek-aspek alam yang bersifat kualitatif menjadi diabaikan. Epistemologis
membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, jalan bagi
50
diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah dengan pilar utamanya rasionalisme dan
empirisme. Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan
aspek pragmatis-materialistis.
Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologi, epistemologi,
dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan
lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. misalnya hukum-hukum, teori-teori,
ataupun rumus-rumus filsafat, juga kenyataan yang dikenal dan diungkapkan. Mereka muncul dan
berkembang maju sampai pada taraf kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal.
Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran logis, dan
kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasa, etika, ia menunjukkan hubungan antara
yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi,
logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif.
Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan dengan akal budi, karena yang
ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal
budi yang menyatakannya.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, agar pembahasan dalam makalah ini
tidak lari dari judulnya ada baiknya kita rumuskan masalah-masalah yang akan di bahas, antara
lain :
1. Pengertian kebenaran.
2. Teori-teori kebenaran filsafat ilmu.
C. Tujuan Penulisan
Adapun manfaat penbuatan makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian dan tingkatan-tingkatan kebenaran ilmu
pengetahuan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori-teori kebenaran ilmu pengetahuan.
51
3. Mahasiswa mampu menjabarkan apa saja tingkatan-tingkatan dan sifat-sifat kebenaran
ilmu pengetahuan.
4.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran tentang
materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur buku-buku yang tersedia,
tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa/internet. Dan diskusi mengenai masalah
yang dibahas dengan teman-teman.
52
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebenaran
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi
fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu
berusaha "memeluk" suatu kebenaran.Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan
dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh
manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode
ilmiah.
Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang ada.
Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi ataupun yang metafisika
dan mistik, ataupun yang non ilmiah lainnya. Di sinilah perlunya pengembangan sikap dan
kepribadian yang mampu meletakkan manusia dalam dunianya. Penegasan di atas dapat kita
pahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran, pertama, pada
dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat,
sebagai proses dan sebagai produk. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu
pengetahuan harus terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran yang hendak diteliti
(begenstand), yang diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata
cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan system.
Maksud dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato pernah
berkata: "Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan
Bradley menjawab; "Kebenaran itu adalah kenyataan", tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu
tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidak
benaran (keburukan).
53
Dalam bahasan, makna "kebenaran" dibatasi pada kekhususan makna "kebenaran keilmuan
(ilmiah)". Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi
(relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada
pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran
merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral,
tak bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga ilmu terpaksa menjadi steril.
Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap
berakarnya kebenaran.
Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan
obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek
yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.
Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu saat akan
hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih jati lagi dan demikian seterusnya.
Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden,dengan kata lain,
keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat
petunjuk mengenai kebenaran yang trasenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu terdapat diluar
jangkauan manusia.
Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran logis, dan
kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia menunjukkan hubungan antara
yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi,
logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif.
Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan dengan akalbudi, karena yang
ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan
akalbudi yang menyatakannya.
54
B. Teori Kebenaran
1. Teori Kebenaran Korespondensi
Kebenaran korespondesi adalah kebenaran yang bertumpu pada relitas objektif.Kesahihan
korespondensi itu memiliki pertalian yang erat dengan kebenaran dan kepastian indrawi. Sesuatu
dianggap benar apabila yang diungkapkan (pendapat, kejadian, informasi) sesuai dengan fakta
(kesan, ide-ide) di lapangan.
Contohnya: ada seseorang yang mengatakan bahwa Provinsi Yogyakarta itu berada di Pulau Jawa.
Pernyataan itu benar karena sesuai dengan kenyataan atau realita yang ada. Tidak mungkin
Provinsi Yogyakarta di Pulau Kalimantan atau bahkan Papua.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran
menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-
anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa
yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak
di dalam tingkah lakunya.
2. Teori Kebenaran Koherensi
Teori ini disebut juga dengan konsistensi, karena mendasarkan diri pada kriteria konsistensi suatu
argumentasi. Makin konsisten suatu ide atau pernyataan yang dikemukakan beberapa subjuk maka
semakin benarlah ide atau pernyataan tersebut. Paham koherensi tentang kebenaran biasanya
dianut oleh para pendukung idealisme, seperti filusuf Britania F. H. Bradley (1846-1924).
Teori ini menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan, pendapat kejadian,
atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar apabila memiliki hubungan dengan
gagasan-gagasan dari proporsi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logis
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan logika. Sederhannya, pernyataan itu dianggap benar jika
sesuai (koheren/konsisten) dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contohnya;
Setiap manusia pasti akan mati. Soleh adalah seorang manusia. Jadi, Soleh pasti akan mati.
55
3. Teori Kebenaran Pragmatik/Pragmatisme
Artinya, suatu pernyataan itu benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu
mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Teori pragmatis ini pertama kali
dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878
yang berjudul "How to Make Our Ideas Clear".
Dari pengertian diatas, teori ini (teori Pragmatik) berbeda dengan teori koherensi dan
korespondensi. Jika keduanya berhubungan dengan realita objektif, sedangkan pragmamtik
berusaha menguji kebenaran suatu pernyataan dengan cara menguji melalui konsekuensi praktik
dan pelaksanaannya.
Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima pengalaman pribadi,
kebenaran mistis, yang terpenting dari semua itu membawa akibat praktis yang bermanfaat.
56
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang mana
masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia. Teori Kebenaran mempunyai
Kelebihan Kekurangan Korespondensi sesuai dengan fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta
Koherensi bersifat rasional dan Positivistik Mengabaikan hal-hal non fisik Pragmatis fungsional-
praktis tidak ada kebenaran mutlak Performatif Bila pemegang otoritas benar, pengikutnya selamat
Tidak kreatif, inovatif dan kurang inisiatif Konsensus Didukung teori yang kuat dan masyarakat
ilmiah Perlu waktu lama untuk menemukan kebenaran.
Dari beberapa Teori Tentang Kebenaran dapat disimpulkan :
Teori Korespondensi : "Kebenaran/keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang
dimaksud oleh sebuah pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya/faktanya"
Jadi berdasarkan teori korespondensi ini, kebenaran/keadaan benar itu dapat dinilai dengan
membandingkan antara preposisi dengan fakta atau kenyataan yang berhubungan dengan preposisi
tersebut. Bila diantara keduanya terdapat kesesuaian (korespondence), maka preposisi tersebut
dapat dikatakan memenuhi standar kebenaran/keadaan benar.
B. Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya
kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari kami. Dan kami
sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi,
jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-
makalah selanjutnya.
57
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Muhammad. "FILSAFAT ILMU: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan". Yogyakarta: Puataka Pelajar. 2010
Ahmad, Beni Saebani. "FILSAFAT ILMU: Kontemplasi Filosofis tentang Seluk-beluk Sumber
dan Tujuan Ilmu Pengetahuan". Bandung: Pustaka Setia, 2009
Kattsoff, Louis O. "Pengantar Filsafat". Yogyakarta: Tiara Wacana. 2004
Suriasumantri, Jujun S. "FILSAFAT ILMU: Sebuah Pengantar Populer". Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2007
http://van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/
58
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.
Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan
hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang
dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan
tersebut.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-
tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu
I.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengertian, pembagian dan peranan dari Etika ?
2. Pengertian dari Moral ?
3. Pengertian dan macam-macam dari Akhlak
59
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 PEMBAHASAN MASALAH/ANALISIS
1. ETIKA
A. Pengertian
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi
ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan
keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku
manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-
beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan
tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
B. Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang
perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam
melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
60
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi
sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan
aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa
di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.
2. MORAL
A. Pengertian
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata
mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa
moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan
untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk,
benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat
mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas
tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau
dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk
menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan
adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan
demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan
etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat.
61
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia
adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
B. Perbedaan Antara Etika dan Moral
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika
dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing
disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb,
fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang
secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat
diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan
tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.
3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih
mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh
masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan
memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada
yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-
nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk
kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan
suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.
3. AKHLAK
A. Pengertian
62
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan
linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala,
yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-
adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik)dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab
isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul
pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim
ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah
demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai
pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal
sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan
bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul
Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang
dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:
1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan
dari luar.
63
4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan dengan ikhlas.
B. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
a)Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah
Allah.
b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan
ketentraman hati.
c) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah
dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan
angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah.
2. Akhlak kepada diri sendiri
a) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian nafsu
dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
b) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
64
adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda,
kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan
dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
3. Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga
yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik
kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan
dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
a) Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata
sopan dan lemah lembut
b) Mentaati perintah
c) Meringankan beban, serta
d) Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
4. Akhlak kepada sesama manusia
a) Akhlak terpuji (Mahmudah)
1) Husnuzan
Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka,
perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap
seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-
Nya antara lain:
- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk
kebaikan manusia.
65
- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.
Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama
manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan
berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.
2) Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam
pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
3) Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia.
4) Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia
b) Akhlak tercela (Mazmumah)
1) Hasad Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat
orang lain beruntung..
2) Dendam : Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas
kejahatan.
3) Gibah dan Fitnah : Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk
menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang
dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang
dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.
4) Namimah : Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud
terjadi perselisihan antara keduanya.
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu

More Related Content

What's hot

Modul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuModul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuelhamidi
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Fandi Fandi
 
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...FitriOktaviani7
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Msdinyrusdiananda
 
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcKUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcAyuRia4
 
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBYKELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBYDINAFRENTI17
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmuesterlitaayuningtyas
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lainNick V
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaYolandaday1
 
Pengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat IlmuPengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat Ilmugueste97040
 
Hakikat ilmu dan pengetahuan
Hakikat ilmu dan pengetahuanHakikat ilmu dan pengetahuan
Hakikat ilmu dan pengetahuanAbdul H-u
 
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MSMakalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MSdindadwi4587
 

What's hot (20)

Modul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuModul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmu
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1
 
TUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFATTUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFAT
 
Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu PengetahuanTugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
 
Makalah filsafat hasbi
Makalah filsafat hasbiMakalah filsafat hasbi
Makalah filsafat hasbi
 
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
 
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcKUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
 
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBYKELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
 
filsafat ilmu
filsafat ilmufilsafat ilmu
filsafat ilmu
 
Ilmu Pengetahuan
Ilmu PengetahuanIlmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
 
Tugas filsafat ilmu teman
Tugas filsafat ilmu temanTugas filsafat ilmu teman
Tugas filsafat ilmu teman
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
 
Filsafat ilmu dan logika
Filsafat ilmu dan logikaFilsafat ilmu dan logika
Filsafat ilmu dan logika
 
Pengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat IlmuPengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat Ilmu
 
Hakikat ilmu dan pengetahuan
Hakikat ilmu dan pengetahuanHakikat ilmu dan pengetahuan
Hakikat ilmu dan pengetahuan
 
Ringkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmuRingkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmu
 
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MSMakalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
 

Similar to Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu

FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
 
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafatOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafatsayid bukhari
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxfebry66
 
Kumpulan Makalah Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Kumpulan Makalah Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Kumpulan Makalah Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Kumpulan Makalah Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.elia_deardy
 
Handout Filsafat Ilmu-Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.pptx
Handout Filsafat Ilmu-Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.pptxHandout Filsafat Ilmu-Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.pptx
Handout Filsafat Ilmu-Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.pptxFrityMaya
 
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologi
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologiSoal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologi
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologiMelShannon2
 
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptxkumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptxNela Nahda
 
Bahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowaBahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowaRain Sualang
 
Soal soal filsafat
Soal soal filsafatSoal soal filsafat
Soal soal filsafatJennyJenny47
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxLisdaPuspaawaliaj1
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuKristinaMala
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatjotimustika
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yela
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YelaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yela
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YelaArjunaMahardhika
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahIska Nangin
 

Similar to Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu (20)

Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
 
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
Kumpulan Makalah Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Kumpulan Makalah Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Kumpulan Makalah Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Kumpulan Makalah Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
 
Handout Filsafat Ilmu-Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.pptx
Handout Filsafat Ilmu-Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.pptxHandout Filsafat Ilmu-Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.pptx
Handout Filsafat Ilmu-Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.pptx
 
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologi
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologiSoal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologi
Soal jawaban filsafat ilmu berunsur epistemologi,ontologi,aksiologi
 
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptxkumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
 
Bahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowaBahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowa
 
Soal soal filsafat
Soal soal filsafatSoal soal filsafat
Soal soal filsafat
 
APA ITU ILMU
APA ITU ILMUAPA ITU ILMU
APA ITU ILMU
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat Ilmu
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yela
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YelaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yela
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yela
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnah
 

Recently uploaded

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 

Recently uploaded (20)

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 

Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu

  • 1. KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Disusun oleh : Claudia Ine Prisila (1211700107) ( Kelas E Hari Rabu 09.30 I203) PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA TAHUN 2019
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Pengantar Filsafat Ilmu” ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan rekan-rekan pada khususnya dan para pembaca umumnya. Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Surabaya, 01 Juli 2019 Penyusun
  • 3. 3 DAFTAR ISI Manfaat Filsafat Bagi Mahasiswa 4 Perkembangan Filsafat Ilmu 16 Filsafat Ilmu Dan Pengetahuan 28 Logika Berpikir 39 Teori Kebenaran 49 Filsafat Etika Dan Moral 58 Tataran Ilmu Dan Pengetahuan 68 Filsafat Pancasila 77 Karya Ilmiah 88 Filsafat Metedologi Ilmiah 100 Lembar Soal Dan Jawaban 112
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap kedalam sikap arogansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan, sehingga mereka dapat saling mengarahkan seluruh potensi keilmuwan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama umat manusia. Mahasiswa sebagai bagian dari sivitas akademika diharapkan memiliki penguasaan yang baik atas bidang ilmu yang ditekuni untuk selanjutnya memanfaatkan ilmu tersebut, baik untuk pengembangan kehidupan dirinya maupun kehidupan masyarakat pada umumnya. Penguasaan ilmu bukan hanya menyangkut penguasaan konsep-konsep serta teori-teori keilmuan dalam bidangnya masing-masing, akan tetapi juga landasan pemahaman mengenai hakikat ilmu, objek kajian dari ilmu yang dipelajari, metode untuk pengembangan ilmu tersebut, serta kaidah- kaidah moral dan etika mengenai untuk apa ilmu itu harus dimanfaatkan. Atas dasar itulah filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian calon-calon ilmuwan pada umumnya. B. Rumusan Masalah a. Apakah yang dimaksud dengan filsafat ilmu ? b. Bagaimana kegunaan filsafat ilmu dalam kehidupan ? c. Mengapa seorang mahasiswa perlu mempelajari filsafat ilmu ? C. Tujuan a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu
  • 5. 5 b. Mengetahui kegunaan filsafat ilmu dalam kehidupan c. Mengetahui alasan mengapa seorang mahasiswa perlu mempelajari filsafat ilmu. BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Filsafat Ilmu Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuannya mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri. The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu sebagai segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Filsafat ilmu dalam arti luas: menampung permasalahan yang menyangkut hubungan keluar dari kegiatan ilmiah, seperti: tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu. b) Filsafat ilmu dalam arti sempit: menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah (Beerling, 1988). Pengertian Filsafat Ilmu menurut beberapa ahli, antara lain : Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58) memandangfil-safat ilmu sebagai berikut. ”That philosophic discipline which isthe systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual disciplines.” Filsafat ilmu, merurut Benjamin, merupakan cabang dari filsafat yang
  • 6. 6 secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsepkonsep, dan praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual a) Conny Semiawan at al (1998 : 45) menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya. b) Jujun Suriasumantri (2005 : 33-34) memandang filsafat ilmu sebagai bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmu sebagai berikut. Kelompok pertanyaan pertama antara lain sebagai berikut ini. Objek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangap manusia ? Kelompok pertanyaan kedua : Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan Filsafat Imuagar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Apa yang dimaksud dengan kebenaran ? Dan seterusnya. Dan terakhir, kelompok pertanyaan ketiga : Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu ? Bagaimana kaitan antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Dan seterusnya. c) Kelompok pertanyaan pertama merupakan tinjauan ilmu secara ontologis. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan kelompok kedua merupakan tinjauan ilmu secaraepistemologis. Dan pertanyaanpertanyaan kelompok ketiga sebagai tinjauan ilmu secara aksiologis. Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat dirangkum tiga medan telaah yang tercakup di dalam filsafat ilmu, yaitu: 1) Filsafat ilmu adalah telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap lambang yang digunakan dan terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan. Telaah kritis ini dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris dan ilmu rasional, juga untuk membahas studi bidang etika dan estetika, studi kesejarahan, antropologi, dll.
  • 7. 7 2) Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana dan postulat mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan dan kepragmatisan. 3) Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. (Hartono Kasmadi, dkk, 1990, hlm. 17-18) B. Manfaat Filsafat dalam Kehidupan Berdasarkan pemahaman dasarnya, persepsi ini tidak tepat, meskipun di dalamnya terkandung manfaat. Secara khusus, filsafat merupakan perbincangan mencari hakikat sesuatu gejala atau segala hal yang ada. Artinya, filsafat merupakan landasan dari sesuatu apapun , tumpuan segala hal, jika salah tentulah berbahaya, sedikitnya akan merugikan. Apabila kehidupan berpengetahuan itu diibaratkan sebuah pohon maka filsafat adalah akarnya, yaitu bagian yang berhyubungan langsung dengan sumber kehidupan pohon itu, sedangkan batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian, ilmu pengetahuan berhubungan dengan apa yang terlihat atau yang biasa disebut menggejala atau mewujud. Terlebih lagi kaum awam, ia hanya dapat melihat sesuatu secara langsung atau yang berhubungan secara langsung, khusunya menjawab kebutuhan nyata dirinya sendiri. Dalam perbincangan lebih nyata, filsafat mempersoalkan dan membicarakan kembali akar masalah, baik berdasarkan ilmu pengetahuan maupun pemahaman lain. Jadi, filsafat menyadarkan manusia terhadap apa yang sudah biasa diyakini, digauli, digunakan, dan dilakukannya. Hal ini penting! Sebagai contoh pada Matematika ,”Mengapa 5 x 5 lebih besar daripada 4 x 4?” Umumnya, orang percaya begitu saja, bahkan mempercayainya apa yang dikatakan orang lain, seperti guru atau orang tua dan kakaknya. Jawaban yang sebenarnya adalah adanya kesepakatan bahwa sebutan angka 5 lebih tinggi nilainya daripada 4. Dengan catatan, angka berikutnya lebih tinggi dari pada angka sebelumnya. Filsafat mengatakan,” Ingatlah di balik matematika itu ada suatu kesepakata, jika kesepakatannya tidak demikian, belum tentu 5 x 5 lebih besar daripada 4 x 4.
  • 8. 8 Dalam hal ini, ilmu pengetahuan mengenai asumsi yang disebut aksioma, yaitu anggapan dasar yang merupakan tumpuan atau sumber dari awal kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Wacana atau perbincangan filsafat melahirkan asumsi tersebut. Hal tersebut disebut sebagai keyakinan filsafati (philosophical belief). Asumsi tersebut jika terus- menerus ditelaah ketepatannya, bukan tidak mungkin akan mengalami perubahan, entah itu bertambah atau berkurang, atau justru berubah. Akhirnya, teori-teori baru dalam bidang pengetahuan akan bermunculan sehingga lahirlah istilah filsafat ilmu. Filsafat ilmu berperan fundamental dalam melahirkan, memelihara, dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Cara berpikir filsafati telah mendokrak pintu serta tembok-tembok tradisi dan kebiasaan, bahkan telah menguak mitos dan miteserta meninggalkan cara berpikir mistis. Lalu pada saat yang sama telah pula berhasil mengembangkan cara berpikir rasional, luas dan mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis, kritis, dan analitis. Karena itu, ilmu pengetahuan pun semakin bertumbuh subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian, berbagai ilmu pengetahuan yang telah mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu mulai mandiri dan meninggalkan filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya, filsafat disebuts ebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Itu merupakan fakta yang tidak dapat diingkari, yang dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar telah menampakkan kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai ilmu pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan manusia. Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri. Keterbatasan filsafat yang demikian itulah yang amat berguna bagi ilmu pengetahuan. Itu karena keterbatasan filsafat tidak melulu berguna selaku penghubung antardisiplin ilmu pengetahuan. Akan tetapi, dengan keterbatasannya itu, filsafat sanggup memeriksa,
  • 9. 9 mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip-prinsip dan asas-asas yang melandasi berbagai ilmu pengetahuan itu. Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu integrasi atau pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan. Sebagian besar orang hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang paling dibutuhkannya pada saat dan tempat tertentu. Dalam Kehidupan Praktis Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang kongkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata setiap hari. Kendali tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistic dan elok, filsafat sanggup membantu manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistic dan elok dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu akan menjadi patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut. Filsafat menggiring manusia kepengertian yang terang dan pemahaman yang jelas. Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia ketindakan dan perbuatan yang konkret berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas. 1. Secara umum manfaat filsafat : ¨ Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa adanya. ¨ Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita, karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar. ¨ Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa apa yang mungkin kita terima begitu saja ternyata salah atau menyesatkan—atau hanya merupakan sebagian dari kebenaran. ¨ Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam: Ø menalar secara jelas
  • 10. 10 Ø membedakan argumen yang baik dan yang buruk Ø menyampaikan pendapat (lesan dan tertulis) secara jelas Ø melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas Ø melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang berbeda. ¨ Dengan mempelajari karya-karya para pemikir besar, para filsuf dalam sejarah dan tradisi filsafat, kita akan melihat betapa besar sesungguhnya pengaruh filsafat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, agama, pemerintahan, pendidikan dan karya seni. ¨ Filsafat memberi bekal dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis. Kadang ini memang bisa mendorong kita menolak pendapat-pendapat yang telah ditanamkan pada kita, tetapi filsafat juga memberikan kita cara-cara berfikir baru dan yang lebih kreatif dalam mengahadapi masalah yang mungkin tidak dapat dipecahkan dengan cara lain.Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan menilai argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja, dan pencarian akan prinsip-prinsip pemikiran dan tindakan yang koheren—semuanya ini merupakan ciri dari hasil latihan dalam ilmu filsafat. 2. Secara khusus manfaat filsafat ilmu : Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni : ¨ Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. ¨ Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. ¨ Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. ¨ Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
  • 11. 11 ¨ Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Menurut Agraha Suhandi (1989) ¨ Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalammengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik ¨ Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita. ¨ Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang danmemecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya. ¨ Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri). ¨ Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis, hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran. ¨ Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya. ¨ Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma. ¨ Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
  • 12. 12 ¨ Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni. ¨ Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu. ¨ Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera. ¨ Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana. C. Pentingnya Belajar Filsafat Ilmu Bagi Mahasiswa Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan, antara lain : § Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya. § Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari
  • 13. 13 filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah. § Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan. § Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional dalam Opini & argumentasi yang dikemukakan. § Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas). Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan permasalahan maupun penyusunan jawabannya. § Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal Lelah
  • 14. 14 BAB III PENUTUP A. Simpulan Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkanilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik. Filsafat ilmu sangat penting bagi seorang mahasiswa karena untuk membiasakan diri bersikap kritis, logis dan rasional serta menumbuhka rasa toleransi dalam perbedaan pandangan. B. Saran Sebagai seorang mahasiswa kita harus mempelajari filsafat ilmu agar dapatmengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan, mampu membiasakan diri untuk bersikap logis- rasional Opini & argumentasi, mampu berpikir secara cermat dan tidak kenal lelah, serta mampu membiasakan diri untuk bersikap kritis. Sebagai manusia yang bermasyarakat, mahasiswa juga harus bisa menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam filsafat ilmu. Mahasiwa dituntut untuk tidak hanya pandai dalam teori saja tapi harus bisa mempraktekannya langsung dalam masyarakat.
  • 15. 15 DAFTAR PUSTAKA Elfa. 2011. Makalah Filsafat Ilmu. http://elfathinrahmi.blogspot.com/2011/02/makalah-filsafat- ilmu.html. (16 April 2011) Jasmineazraq. 2011. Peran Filsafat Ilmu. http://jasmineazraq.blogspot.com/2011/01/peran- filsafat-manusia-dan-filsafat.html. (16 April 2011) Khofif. 2009. Kegunaan Pelajaran Filsafat. http://khofif.wordpress.com/2009/01/15/kegunaan- pelajaran-filsafat.html. (15 April 2011) Rachman, Maman. 2009. Filsafat Ilmu. Semarang : UPT UNNES PRESS Sunny. 2009. Fungsi Filsafat Ilmu. http://lingkaranilmu.blogspot.com/2009/08/fungsi-filsafat- ilmu.html. (15 April 2011) Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di indonesia. Jakarta : Bumi Aksara. Villa. 2011. Hakikat Filsafat Ilmu. http://villa-muhammadilham.blogspot.com/2011/04/hakikat- filsafat-ilmu.html. ( 16 April 2011)
  • 16. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran filsafat modern sejak renaissance dan aufklaerung merupakan reaksi terhadap pemikiran filsafat abad pertengahan. Gereja pada waktu menjadi satu-satunya menjadi otoritas yang mengakui kebenaran dan keabsahan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Dibidang astronomi perkembangan ilmu pengetahuan diluar kontrol gereja sudah berjalan sangat pesat. Sehingga upaya mengontrol perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kegagalan. Terjadilah serkularisasi ilmu, pemisahan antara aktifitas ilmiah dengan aktifitas keagamaan. Dan pada abad ke-20 postmodernisme juga sebagai reaksi terhadap pemikiran modern yang juga telah berubah menjadi mitos baru. Filsafat modern yang lahir sebagai reaksi terhadap dogmatis abad pertengahan, menurut kaum postmodermis telah terjebak dalam membangun mitos-mitos baru. Mitos-mitos itu ialah suatu keyakinan bahwa dengan pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan dan aplikasinya dalam teknologi, segala persoalan kemanusiaan dapat diselesaikan. Padahal kenyataannya banyak agenda kemanusiaan yang masih membutuhkan pemikiran-pemikiran baru. Untuk lebih jelas lagi mari kita bahas makalah ini bersama. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Modern ? 2. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Kontemporer ?
  • 17. 17 BAB II PEMBAHASAN A. Zaman Modern (17-19 M) Filsafat barat modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut dengan “renaissans” dan dimatangkan oleh “gerakan” Aufklaerung diabad ke-18 itu, didalamnya mengandung dua hal yang sangat penting. Pengaruh dari gerakan renaissans dan aufklaerung itu telah menyebabkan peradaban dan kebudayaan barat modern berkembang dengan pesat, dan semakin bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma gereja. Sejak itu kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan kepastian intelektual (sikap ilmiah) yang kebenarannya dapat dibuktikan berdasarkan metode, perkiraan dan pemikiran yang dapat diuji. Filsafat barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan periode filsafat abad pertengahan. Pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan serta raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Para filosof modern pertama-tama menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau dogma-dogma gereja, juga tidak berasal dari kekuasaan feudal. Semua filsuf apad zaman ini menyelidiki segi-segi subjek manusiawi ; “Aku” sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan, pusat kebebasan, pusat tindakan, pusat kehendak, dan pusat perasaan. Wacana filsafat yang menjadi topic utama pada zaman modern, khususnya dalam abad ke- 17, adalah persoalan epistemologi. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bercorak epistemologis ini, maka dalam filsafat abad ke-17 muncullah dua aliran filsafat yang memberikan jawaban berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran filsafat tersebut ialah rasionalisme dan empirisisme. a. Rasionalisme Usaha manusia untuk member kepada akal suatu kedudukan yang “ berdiri sendiri”, telah dirintis oleh para pemikir “renaissans” berlanjut terus sampai abad ke-17. Semakin lama mausia semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal.
  • 18. 18 Akibat dari keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal itu, dinyatakanlah perang terhadap mereka yang malas mempergunakan akalnya, terhadap kepercayaan yang bersifat dogmatis seperti yang terjadi pada abad pertengahan, terhadap tata-susila yang bersifat tradisi, terhadap apa saja yang tidak masuk akal, dan terhadap keyakinan-keyakinan dan anggapan- anggapan yang tidak masuka akal. Corak berfikir dengan melulu mengandalkan atau berdasarkan atas kemampuan akal (Rasio), dalam filsafat dikenal dengan nama aliran ‘rasionalisme’. Aliran filsafat rasionalisme ini berpendapat, bahwa sumber pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya adalah akal (Rasio). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan harus mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Metode yang diterapkan oleh para filsuf rasionalisme ialah metode deduktif. Secara ringkas dapatlah dikemukakan dua hal pokok yang merupakan ciri dari semua bentuk rasionalisme, yaitu : 1. Adanya pendirian bahwa kebenaran-kebenaran yang hakiki itu secara langsung dapat diperoleh dengan menggunakan akal sebagai sarananya. 2. Adanya suatu penjabaran secara logik atau deduksi. Tokoh-tokoh aliran filsafat rasionalisme ini ialah Descartes, Spinoza, dan Leibniz, dari ketiga tokoh ini yang dibicarakan dalam rangka aliran ini adalah Descartes. Tokoh penting aliran filsafat rasionalisme adalah Rene Descartes (1598-1650) yang juga adalah pendiri filsafat modern. Metode Descartes dimaksudkan bukan saja sebagai metode penelitian ilmiah, ataupun penelitian filsafat, melainkan sebagai metode penelitian rasional mana saja, sebab akal budi manusia selalu sama. Descartes memulai metodenya dengan meragu-ragukan segala macam pernyataan kecuali pada satu pernyataan saja, yaitu bahwa ia sedang melakukan keragu-raguan sendiri menegaskan bahwa ia dapat saja meragukan segala hal, namun satu hal yang tidak mungkin diragukan adalah kegiatan meragu-ragukan itu sendiri. Maka ia sampai pada kebenaran yang tak terbantahkan, yakni : saya berfikir, jadi saya ada (Cogito ergo sum). Pernyataan ini begitu kokoh dan menyakinkan, sehingga anggapan kaum skeptic yang paling ekstrim pun tidak akan mampu
  • 19. 19 menggoyahkannya. Cogiti ergo sum ini oleh Descartes diterima sebagai prinsip pertama dari filsafat. Segala sesuatu yang bersifat terang dan jelas bagi akal pikiran amausia dapatlah dipakai sebagai dasar yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya untuk melakukan penjabaran terhadap pernyataan-pernyataan yang lain. Segenap ilmu pengetahuan haruslah didasarkan atas kepastian- kepastian yang tidak dapat diragukan lagi akan kebenaranya yang secara langsung dilihat oleh akal pikiran manusia. Metode semacam ini dinamakan juga metode “Apriori“. Sistem filsafat yang dikembangkan Descartes tak dapat dipisahkan dari sikap kritik yang berkembang dalam pergolakan renainsans, kebangkitan budaya yang sekaligus membawa suatu skeptisisme terhadap dogma agama dan praktek politik yang sampai saat itu menjamin ketahanan status gereja dan Negara. b. Empirisisme Menurut penganut empirisisme metode ilmu pengetahuan itu bukanlah bersifat a priori, tetapi a posteriori. Bagi penganut empirisisme sumber pengetahuan yang memadai itu ialah pengalaman, oleh karena itu para penganut aliran empirisisme berkeyakinan bahwa manusia tidak mempunyai ide- ide bawaan atau innate ideas. Bagi mereka manusia itu ibarat kertas putih yang belum terisi oleh apa-apa, dan baru terisi melalui pengalaman-pengalaman, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah. Aliran empirisisme pertama kali berkembang di Inggris pada abad ke-15 dengan Prancis Bacon sebagai pelopornya. Menurut Bacon, manusia melalui pengalaman dapat menhgetahui benda-benda dan hukum-hukum relasi antara benda-benda. Ia juga memberikan sejumlah petunjuk agar seorang ilmuan berhati-hati terhadap idol-idola, yaitu : 1) Idola Tribus 2) Idola Specus 3) Idola Fori 4) Idola Theatri Filosof empiris lainnya adalah Thomas Hobbes, ia juga meyakini bahwa pengenalan atau pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman. Berbeda dari pendahulunya, John Locke lebih terdorong untuk mengemukakan tentang asal mula gagasan manusia, kemudian menentukan fakta- fakta, menguji kepastian pengetahuan dan memeriksa batas-batas pengetahuan manusia.
  • 20. 20 Paham empirisime ini kemudian dikembangkan oleh David Hume (1611-1776), ia sangat menentang kaum rasionalisme yang berlandaskan pada prinsip a priori, yang bertitik tolak dari ide-ide bawaan. Ia mengajarkan bahwa manusia tidak membawa pengetahuan bawaan kedalam hidupnya. Melalui pengamatan ini manusia memperoleh dua hal yaitu : kesan-kesan (impression) dan pengertian-pengertian (ideas). Pada hakikatnya pemikiran Hume bersifat analitis, kritis, dan skeptis. Sebab bagi Hume dunia hanya terdiri dari kesan-kesan yang terpisah-pisah, yang tidak dapat disusun secara objektif sistematis, karena tidak ada hubungan sebab akibat antara kesan-kesan. Secara ringkas dapatlah bahwa pengetahuan yang bersifat a priori terdiri dari proposisi analitik contoh , semua angsa putih, semua jejaka itu laki-laki, es itu dingin, lingkaran itu bulat dan lain-lain. Dan pendapat ini merupakan ini cirri khas pemikiran yang bercorak rasionalistik. Sabaliknya cirri khas dari empiristik adalah a posteriori, dan proposisinya adalah sintetik, tetapi harus di uji kebenarannya secara empiris. Misal : rumah mahal, motor baru dan lain-lain. c. Kritisisme Seseorang filsuf Jerman yang bernama Immanuel Kant (1724-1804)telah melakukan usaha untuk menjembatani pandangan-pandangan yang saling bertentangan,yaitu antara rasionalisme dan empirisisme. Filsafat Imanuel kant, yang di sebut dengan aliran filsafat kritisisme.kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dalam filsafat rasionalisme dan empirisisme dalam suatu hubungan yang seimbang,yang satu tidak terpisahkan dari yang lain.Menurut Kant pengetahuan merupakan hasil terakhir yang di peroleh dengan adanya kerja sama di antaranya dua komponen,yaitu di satu pihak berupa bahan-bahan yang bersifat pengalaman inderawi, dan di lain pihak cara mengolah kesan-kesan yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga terdapat suatu hubungan antara sebab dan akibatnya.sesungguhya relasi-relasi antara sebab dan akibat tidaklah terdapat di dalam dunia melainkan merupakan bentuk-bentuk penafsiran manusia yang gunanya ialah agar gejala-gejala yang begitu beraneka ragam yang kita hadapi. Kant yang mencoba untuk mempersatukan rasionalisme dan empirisisme mengatakan bahwa dengan hanya mementigkan salah satu dari kedua asfek sumber pengetahuan (rasio dan empiri) tidak akan diporoleh pengetahuan yang kebenarannya bersifat universal sekaligus dapat memberikan informasi baru. Pengetahuan yang rasional adalah pengetahuan yang analitis priori,
  • 21. 21 sedangkan pengetahuan yang empiris adalah pengetahuan yang sintesis a posteriori. Pengetahuan nasional adalah pengetahuan yang bersifat universal, tapi tidak memberikan informasi baru. Sebaliknya pengetahuan empiris (sintetis a posteriori) dapat memberikan informasi baru, tetapi kebenarannya tidak universal. Kant mengatakan bahwa pengetahuan selalu bersifat sintetis. Pengetahuan dari akal merupakan sintetis dari data indrawi dan sumbangan dari kategori-kategori. Kant telah memberikan pembetulan terhadap sikap berat sebelah yang dikemukakan oleh penganut rasionalisme dan empirisisme. Sehingga ia telah membuka jalan bagi perkembangan filsafat dikemudian hari. d. Idealisme Permulaan pemikiran idealism dalam sejarah filsafat barat biasanya selalu dihubungkan dengan Plato (427-347 SM). Aliran filsafat idealism dalam abad ke-19 merupakan kelanjutan dari pemikiran filsafat rasionalisme pada abad ke-17. Bagi Hegel pikiran adalah essensi dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang di obyektifkan. Alam adalah proses pemikiran yang memudar, adalah juga akal yang mutlak (absolute reason) yangb mengeksprsikan dirinya dalam bentuk luar. Oleh karena itu menurut Hegel hukum-hukum pikiran yang merupakan hukum-hukm realitas. Sejarah adalah cara zat yang mutlak ( absolute) itu menjelma dalam waktu dan pengalaman manusia. Tahap-tahap keberadaan spiritual dalam suatu tata tertib yang mencakup segala-galanya, pada itulah kita membicarakan tentang yang mutlak, jiwa yang mutlak atau Tuhan. Hegel secara sepintas tampaknya mengingkari adanya realitas luar atau realitas obyektif. Akan tetapi sebenarnya ia tidak mengingkari realitas luar atau realitas obyektif tersebut. Hegel percaya bahwa hal ini ditemukan bukan sekedar dipahami dalam alam. Menurul Hegel telah ada sebelum manusia ada, tetapi adanya arti dalam dunia, mengandung arti bahwa ada sesuatu seperti akal atau pikiran ditengah-tengah idealitas. Tata tertib realitas yang sangat berarti diberikan kepada manusia agar ia memikirakan dan berpartisipasi didalamnya. Keyakinan terhadap arti dan pemikiran dalam struktur dunia merupakan intuisi dasar yang menjadi asas idealisme. Era Hegel telah muncul beberapa filsuf menyebut dirinya sebagai penganut aliran idealisme. Diantaranya ialah F.H. Bradley dari Inggris dan aliran filsafatnya kadang-kadang
  • 22. 22 disebut juga Neo Hegelianisme Inggris. Filsafat idealism F,H. Bradley ini sangat berpengaruh terhadap munculnya filsafat anlitik pada abad ke-20. e. Positivisme Pendiri tokoh terpenting dari aliran filsafat positivisme adalah Auguste Comte (1798-1857) ialah hanya menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positif-ilmiah, dan menjauhkan diri dari semua pertanyaan yang mengatasi bidang ilmu-ilmu positif. Semboyan Comte yang terkenal adalah savoir pour prevoir. Filsafat positivisme Comte disebut juga paham empirisisme-kritis, bagi Comte pengamatan tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan penafsiran atas dasar sebuah teori dan pengamatan juga tidak mengkin dilakukan secara “ Terisolasi”, dalam arti harus dikaitkan dengan suatu teori. Metode positif Auguste Comte juga menekankan pandanganya juga hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain. Filsafat Auguste Comte terutama penting sebagai pencipta ilmu sosiologi. Kebanyakan konsep prinsip dan metode yang sekarang dipakai dalam sosiologi, dan berasal dari Comte. Comte membagi masyarakat atas “statika sosial” dan “ dinamika sosial”. sosiologi ini sekaligus suatu “ filsafat sejarah”, karena Comte memberikan tempat kepada fakta-fakta individual sejarah dalam suatu teori umum, sehingga terjadi sintesis yang menerangkan fakta-fakta itu. Fakta-fakta itu dapat bersifat politik, yuridis, ilmiah, tetapi juga falsafi, relegius atau kultural. f. Marxisme Pendiri aliran filsafat ini adalah Kall Marx (1818-1883), filsafat Marx adalah perpanduan antara metode dialektika Hegel dan filsafat materialism Feuerbach. Filsafat abstrak harus ditinggalkan, karena teori interperstasi, spekulasi dan sebagainya tidak mengahasilkan perubahan dalam masyarakat. Marx mengajarkan bahwa sejarah dijalankan oleh suatu logika tersendiri. Pemikiran Marx menghubungkan dengan sangat erat ekonomi dengan filsafat. Bagi Marx masalah filsafat bukan hanya maslah pengetahuan dan masalah kehendak murni yang utama, melainkan masalah tindakan. Para filosof menurut Marx selama ini hanya sekedar menafsirkan dunia berbagai cara, namun menurut yang terpenting adalah mengubahnya. Menurut Marx kaum, proletar harus merebut peranan kaum Borjuis dan Kapitalis itu melalui revolusi. Berkembangnya aliran-aliran epistemologi, filsafat modern juga mengantarkan lahirnya revolusi industri di abad ke-18 dan
  • 23. 23 Negara-negara kebangsaan. Serta ideologi-ideologi dunia seperti Liberalisme/Kapitalisme dan Sosialisme/Komunisme.[1] B. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya) Tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad ke-20 ini adalah pemikiran tentang bahasa. Sebagian besar pemikir abad ke-20 pernah menulis tentang bahasa. Menurut Wittgenstein, apa yang dihasilkan oleh sebuah karya filsafat melulu sederetan ungkapan filsafati, melainkan upaya membuat ungkapan-ungkapan menjadi jelas. Para filsuf analitik ini tidak lain sebagai reaksi atau respons terhadap aktivitas filsafat yang dilakukan oleh para penganut aliran filsafat idealisme. sebab aliran filsafat idealisme lebih menekankan pada upaya mengintrodusir ungkapan-ungkapan filsafati. Ungkapan-ungkapan filsafati yang di introdusir oleh penganut idealisme itu menurut filsuf analitik kebanyakan bermakna ganda kubur dan tidak terpahami oleh akal sehat. Hal-hal semacam itulah yang perlu diatasi dengan analisis bahasa. Perkembangan filsafat abad ke-20 juga ditandai oleh munculnya berbagai aliran filsafat kebanyakan aliran itu merupakan kelanjutan dari aliran-aliran filsafat yang telah berkembang pada abad modern. Beberapa aliran dan tokoh yang paling berpengaruh pada abad ke-20 adalah Edmund Husserl (1859-1938), selaku pendiri aliran Fenomenologi, ia telah mempengaruhi pemikiran filsafat abad ke-20 ini secara amat mendalam. Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat erat dan menunjukkan pemberontakan tambahan terhadap metode-metode dan pandangan-pandangan barat. Terdapat perbedaan-perbedaan yang besar antara para pengikut aliran ini namun terdapat tema-tema yang sama sebagai cirri khas aliran ini yang tampak pada para penganutnya. Mengidentifikasi ciri aliran eksistensialisme sebagai berikut : 1. Eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat modern, khususnya terhadap idealism Hegel. 2. Eksistensialisme adalah suatu protes atas nama individualis terhadap konsep-konsep, filsafat akademis yang jauh dari kehidupan konkret. 3. Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal (tanpa kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi, serta gerakan masa. Masyarakat industry cenderung untuk menundukkan orang seorang kepada mesin.
  • 24. 24 4. Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter baik gerakan pasis, komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan didalam kolektif atau masa. 5. Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek manusia didunia. 6. Eksistensialisme menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi, pengalaman kesadaran yang dalam dan langsung. Salah seorang tokoh eksistensialisme yang popular adalah Jean Paul Sartre (1905-1980) ia membedakan dialektis dengan rasio analitis. Aliran filsafat eksistensialisme yang menjadi mode berfilsafat pada pertangahan abad ke- 20 mendapat reaksi aliran strukturalisme. Jika eksistensialisme menekankan pada peranan pada individu, maka strukturalisme justru melihat manusia “terkukung” dalam berbagai struktur dalam kehidupannya. Secara garis besar ada dua pengertian pokok yang sangat erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat. Pertama, strukturalisme adalah metode atau metodelogi yang digunakan untuk mempelajari ilmu- ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistic yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure, Kedua, strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Disini metodelogi struktural dipakai untuk membahas tentang manusia, sejarah kebudayaan, serta hubungan antara kebudayaan dan alam. Para strukturalis filosofis yang menerapkan prinsip-prinsip strukturalisme linguistic dalam berfilsafat bereaksi terhadap aliran filsafat fenomenologi dan eksistensialisme yang melihat manusia dari sudut pandang yang subjektif. Para penganut aliran filsafat strukturalisme ini memiliki kesamaan. Tokoh berpengaruh dalam aliran filsafat struktulisme adalah Michel Foucault (1926-1984) Kesudahan ‘manusia’ sudah dekat itulah pendirian Foucalt yang sudah terkenal tentang ‘kematian’ manusia. Maksud Foucault bukanya bahwa nanti tidak ada manusia lagi, melainkan bahwa akan hilang konsep ‘manusia’ sebagai suatu kategori istimewa dalam pemikiran kita. Pada abad ke-20 ada aliran filsafat yang pengaruhnya dalam dunia praktis cukup besar, yaitu aliran filsafat pragmatisme. Aliran filsafat ini merupakan suatu sikap metode dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai kebenaran.
  • 25. 25 Salah seorang tokoh pragmatisme adalah Willam Jasme (1842-1910),ia memandang pemikirannya sendiri sebagai kelanjutan empirisme Inggris, namun empirismenya bukan merupakan upaya untuk menyusun kenyataan berdasar atas fakta-fakta lepas sebagai hasil pengamatan. James membedakan dua macam bentuk pengetahuan : 1) Pengetahuan yang langsung diperoleh dengan jalan pengamatan. 2) Merupakan pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dengan melalui pengertian. Suatu ide dapat menjadi benar apabila didukung oleh peristiwa-peristiwa sebagai akibat atau buah dari ide itu. Pada awalnya postmodernisme lahir sebagai reaksi terhadap kegagalan modernism. Dalam modernisme, filsafat memang berpusat pada Epistemologi yang bersandar pada gagasan tentang subjektivitas dan objektivitas murni yang satu sama lain terpisah tak saling berkaitan. Tugas pokok filsafat adalah mencari fondasi segala pengetahuan dan tugas pokok subjek adalah mempresentasikan kenyataan objektif. Wacana postmodern menjadi popular setelah Francois Lyotard (1924) menerbitkan bukunya The Postmodern Condition : A Report on Knowledge (1979). Modernitas menurut Lyotard ditandai oleh kisah-kisah besar yang mempunyai fungsi mengarahkan serta menjiwai masyarakat modern, mirip dengan mitos-mitos yang mendasari masyarakat masyarakat primitif dulu.[2]
  • 26. 26 BAB III PENUTUP Simpulan : Demikian dengan kelahiran filsafat modern yang dirintis sejak renaissance dan aufklaerung merupakan reaksi terhadap pemikiran filsafat abad pertengahan yang bersifat teologis dogmatis. Gereja sebagai institusi pada waktu menjadi satu-satunya menjadi otoritas yang mengakui kebenaran dan keabsahan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Padahal perkembangan ilmu pengetahuan diluar kontrol gereja sudah berjalan sangat pesat, terutama bidang astronomi. Sehingga upaya mengontrol perkembangan ilmu pengetahuan kedalam sekat-sekat agama mengalami kegagalan. Terjadilah serkularisasi ilmu, yakni pemisahan antara aktifitas ilmiah dengan aktifitas keagamaan. Pada abad ke-20 postmodernisme juga sebagai reaksi terhadap pemikiran modern yang juga telah berubah menjadi mitos baru. Filsafat modern yang lahir sebagai reaksi terhadap dogmatis abad pertengahan, menurut kaum postmodermis telah terjebak dalam membangun mitos- mitos baru. Mitos-mitos itu ialah suatu keyakinan bahwa dengan pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan dan aplikasinya dalam teknologi, segala persoalan kemanusiaan dapat diselesaikan. Padahal kenyataannya banyak agenda kemanusiaan yang masih membutuhkan pemikiran- pemikiran baru. Disinilah postmodernisme “menggugat” modernism yang telah mandeg dan berubah menjadi mitos baru.
  • 27. 27 DAFTAR PUSTAKA Rizal Mustansyir & Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Muhadjir Neong, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: PT. Rake Sarasin, 2001.
  • 28. 28 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengantar Filsafat merupakan ‘induk’ dari ilmu pengetahuan yang mendasari semua pengetahuan yang ada di dunia dan cara berpikir manusia yang meliputi logika, bahasa, dan matematika. Filsafat ilmu merupakan mata kuliah yang wajib bagi program Magister dan Doktor. Bagi mahasiswa program sarjana, filsafat ilmu diperlukan agar memiliki wawasan mendasar mengenai ilmu pengetahuan. B. Tujuan Makalah Tujuan dari makalah ini secara khusus adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Filsafat. Adapun tujuan umumnya adalah sebagai berikut. 1. Mengenal lebih dalam tentang pengertian filsafat, ilmu, dan pengetahuan. 2. Mampu menginplementasikan ilmu yang telah dipelajari dalam makalah ini. C. Rumusan Makalah 1. Pengertian pengetahuan 2. Pengertian ilmu 3. Pengertian filsafat
  • 29. 29 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Filsafat Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda serta hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi. a. Filsafat secara etimologi Kata filsafat dalam bahasa Arab dikenal denga istilah Falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal istilah Phylosophy serta dalam bahasa Yunani dengan istilah Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijasanaan (wisdom) sehingga secara etimologis istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (582−486 SM). Arti filsafat pada waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470−390 SM) dan filsuf lainnya. b. Filsafat secara terminologi Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Hal ini disebabkan batasan dari filsafat itu sendiri banyak maka sebagai gambaran diperkenalkan beberapa batasan sebagai berikut. 1) Plato, berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli karena kebenaran itu mutlak di tangan Tuhan.
  • 30. 30 2) Aristoles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, dan estetika. 3) Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akaranya suatu hal yang hendak dipermasalahkan. 4) Immanuel Kant, filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa mengatakan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan: a) apa dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika? b) apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika? c) apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi? Dan d) sampai di mana harapan kita, dijawab oleh agama? 5) Rene Descartes, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya. Filsafat adalah feeling (lave) in wisdom. Mencintai mencari menuju penemuan kebijaksanaan atau kearifan. Mencintai kearifan dengan melakukan proses dalam arti pencarian kearifan sekaligus produknya. 1) Di dalam proses pencarian itu, yang dicari adalah kebenaran-kebenaran prinsip yang bersifat general. 2) Prinsip yang bersifat general ini harus dapat dipakai untuk menjelaskan segala sesuatu kajian atas objek filsafat.
  • 31. 31 Pengertian filsafat tersebut memberikan pemahaman bahwa filsafat adalah suatu prinsip atau asas keilmuan untuk menelusuri suatu kebenaran objek dengan modal berpikir secara radikal. Objeknya mengikuti realitas empiris dikaji secara filsafat untuk menelusuri hakikat kebenarannya suatu entitas menggunakan metode yang disebut metode ilmiah (kebenaran ilmiah). Ciri-ciri filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Berikut merupakan ciri berfilsafat. a. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan tidak hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dan ilmu-ilmu lainnya, hubungan ilmu dan moral, seni, serta tujuan hidup. b. Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai pada hasil yang fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Filsafat tidak hanya berhenti pada kulit-kulitnya (periferis) saja, tetapi sampai menembus ke kedalamannya (hakikat). c. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikiran berfilsafat selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menelusuri bidang-bidang pengetahuan yang baru. Namun demikian, tidaklah berarti hasil pemikiran kefilsafatan tersebut meragukan kebenarannya karena tidak pernah tuntas. Ciri-ciri berpikir secara kefilsafatan menurut Ali Mudhofir sebagai berikut. a. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal. Radikal berasal dari bahasa Yunani, Radix artinya akar. Berpikir secara radikal adalah berpikir sampai ke akar-akarnya, berpikir sampai pada hakikat, esensi, atau sampai ke substansi yang dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indrawi. b. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum). Berpikir secara universal adalah berpikir tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum, dalam arti tidak
  • 32. 32 memikirkan hal-hal yang parsial. Filsafat bersangkutan dengan pengalaman umum dari umat manusia. Dengan jalan penelusuran yang radikal itu filsafat berusaha sampai pada berbagai kesimpulan yang universal (umum). c. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual. Konsep di sini adalah hasil generalisasi dari pengalaman tentang hal-hal serta prosesproses individual. Dengan ciri yang konseptual ini, berpikir secara kefilsafatan melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari. d. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir (logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. e. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik. Sistematik berasal dari kata sistem. Sistem di sini adalah kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau menunaikan sesuatu peranan tertentu. Dalam mengemukakan jawaban terhadap sesuatu masalah. Pendapat-pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu. f. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif. Komprehensif adalah mencakup secara menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan. Berpikir secara kefilsafatan berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan. g. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara bebas. Sampai batas-batas yang luas maka setiap filsafat boleh dikatakan merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari segala prasangka sosial, historis,kultural, ataupun religius. h. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan dengan pemikiran yang bertanggung jawab. Seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sambil bertanggung jawab. Pertanggungjawaban yang pertama adalah terhadap hati nuraninya sendiri. Di sini tampaklah hubungan antara kebebasan berpikir dalam filsafat dan etika yang melandasinya.
  • 33. 33 B. Pengertian Ilmu Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” dan berarti pengetahuan. Pemakaian kata ini dalam bahasa Indonesia kita ekuivalenkan dengan istilah “science”. Science berasal dari bahasa Latin: Scio, Scire yang juga berarti pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai macam pengetahuan. Dengan “pengetahuan ilmu” dimaksud pengetahuan yang pasti, eksak, dan betul-betul terorganisir. Jadi, pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik. Apa isi pengetahuan ilmu itu? Ilmu mengandung tiga kategori, yaitu hipotesis, teori, dan dalil.Hukum. Ilmu itu haruslah sistematis dan berdasarkan metodologi, ia berusaha mencapai generalisasi. Dalam kajian ilmiah, kalau data yang baru terkumpul sedikit atau belum cukup, ilmuwan membina hipotesis. Hipotesis ialah dugaan pikiran berdasarkan sejumlah data. Hipotesis memberi arah pada penelitian dalam menghimpun data. Data yang cukup sebagai hasil penelitian dihadapkan pada hipotesis. Apabila data itu mensahihkan (valid)/menerima hipotesis, hipotesis menjadi tesis atau hipotesis menjadi teori. Jika teori mencapai generalisasi yang umum, menjadi dalil ia dan bila teori memastikan hubungan sebab-akibat yang serba tetap, ia akan menjadi hukum. Berikut ini macam-macam jenis ilmu. 1. Ilmu praktis, ia tidak hanya sampai kepada hukum umum atau abstraksi, tidak hanya terhenti pada suatu teori, tetapi juga menuju kepada dunia kenyataan. Ia mempelajari hubungan sebab- akibat untuk diterapkan dalam alam kenyataan. 2. Ilmu praktis normatif, ia memberi ukuran-ukuran (kriterium) dan norma-norma. 3. Ilmu proktis positif, ia memberikan ukuran atau norma yang lebih khusus daripada ilmu praktis normatif. Norma yang dikaji ialah bagaimana membuat sesuatu atau tindakan apa yang harus
  • 34. 34 dilakukan untuk mencapai hasil tertentu. 4. Ilmu spekulatif ideografis, yang tujuannya mengkaji kebenaran objek dalam wujud nyata dalam ruang dan waktu tertentu. 5. Ilmu spekulatif nomotetis, bertujuan mendapatkan hukum umum atau generalisasi substantif. 6. Ilmu spekulatif teoretis, bertujuan memahami kausalitas. Tujuannya memperoleh kebenaran dari keadaan atau peristiwa tertentu. C. Pengertian Pengetahuan Secara etimologis pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu “knowledge”. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sementara secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi, pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi. 1. Jenis pengetahuan Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat.
  • 35. 35 Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, sering diartikan dengan Good sense karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya. Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science yang pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti menggunakan berbagai metode. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi,eksperimen, dan klasifikasi. Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsure pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian karena dimulai dengan fakta. Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali. Keempat, pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluknya. 2. Perbedaan pengetahuan dengan ilmu Dari sejumlah pengertian yang ada, sering ditemukan kerancuan antara pengertian pengetahuan dan ilmu. Kedua kata tersebut dianggap memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi kata majemuk yang mengandung arti sendiri. Hal ini sering kita jumpai dalam berbagai karangan yang membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Namun, jika
  • 36. 36 kedua kata ini berdiri sendiri akan tampak perbedaan antara keduanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Dari asal katanya, kita dapat ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari kata arab alima (ilm). Untuk memperjelas pemahaman kita perlu juga dibedakan antara pengetahuan yang sifatnya pra ilmiah dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang bersifat pra ilmiah ialah pengetahuan yang belum memenuhi syarat-syarat ilmiah pada umumnya. Sebaliknya, pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memenuhi syarat-syarat ilmiah. Pengetahuan pertama disebut sebagai pengetahuan biasa dan pengetahuan kedua disebut pengetahuan ilmiah. Adapun syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah: a. harus memiliki objek tertentu (objek formal dan materil), b. harus bersistem, c. memiliki metode tertentu, dan d. sifatnya umum. Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan itu terlihat dari sifat sistematisnya dan cara memperolehnya. Dalam perkembangannya, pengetahuan dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material keduanya mempunyai perbedaan.
  • 37. 37 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Secara etimologis istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. 2. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (582−486 SM). Arti filsafat pada waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470−390 SM). 3. Ciri-ciri filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. 4. Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” dan berarti pengetahuan. Pemakaian kata ini dalam bahasa Indonesia kita ekuivalenkan dengan istilah “science”. Science berasal dari bahasa Latin: Scio, Scire yang juga berarti pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai macam pengetahuan. 5. Secara etimologis pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu “knowledge”. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. B. SARAN Semoga makalah ini dapat menjadi salah-satu media pembelajaran untuk mencari informasi tentang filsafat, ilmu, dan pengetahuan.Dengan belajar filsafat, anda akan lebih mengerti tentang cara berpikir yang sistematis dan logis dalam pemecahan suatu masalah.
  • 38. 38 DAFTAR PUSTAKA Suaedi.2016.Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor–Indonesia: IPB Press Printing.
  • 39. 39 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Akal manusia pada hakikatnya memerlukan aturan dalam menganalisa berbagai masalah yang ada karena ilmu logika merupakan ilmu yang mengatur cara berpikir (analisa) manusia, maka keperluan kita kepada ilmu logika adalah untuk mengatur dan mengarahkan kita kepada suatu cara berpikir yang benar. Logika merupakan bagian dari kajian epitemologi, yaitu cabang filsafat yang membicarakan mengenai pengetahuan. Ia bisa dikatakan ruh dari filsafat. Karena mungkin tidak akan ada filsafat kalau tidak ada logika. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam dan arti keberadaan dirinya di dunia. 2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian logika ilmu? 2. Apa saja macam-macam logika ilmu? 3. Apa pengertian dari penalaran? 3. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian dari logika ilmu. 2. Mengetahui macam-macam logika ilmu.
  • 40. 40 BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Logika Ilmu Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Nama logika untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti “seni berdebat”, Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi adalah orang pertama yang mempergunakan kata “logika” dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.[1] Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme(Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid. Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi. Contohnya, pada kupu-kupu mengalami fase metamorfosa. Karena sebelum menjadi kupu-kupu adanya tahap-tahapan yang dilalui yaitu yang pertama fase telur kemudian menetas menjadi ulat lalu berubah menjadi kepompong dan selanjutnya menjadi kupu-kupu. Penyimpulan di atas dikatakan penyimpulan yang sah karena sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak dibuat-buat (masuk akal).
  • 41. 41 Menurut Louis O. Kattsoff (2004), Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang lurus. Ilmu pengetahuan ini menguraikan tentang aturan-aturan serta cara untuk mencapai kesimpulan, setelah didahului oleh suatu perangkat premis. Contoh penerapan ilmu logika dalam kehidupan misalnya pada manusia yang mengalami penyakit serak pada tenggorokan maka pengobatannya dapat dilakukan dengan minum air putih. Logikanya air putih adalah cairan yang diperlukan manusia untuk menjaga keseimbangan tubuh, memberi kekuatan kepada leukosit untuk menjalankan tugasnya menghasilkan makrofag untuk membunuh patogen yang masuk, menjadikan kekebalan tubuh meningkat sehingga luka yang dihinggapi bakteri akan sembuh dan akhirnya tenggorokan menjadi lapang dan dikatakan sembuh. 1. Macam-macam Logika Macam-macam Logika menurut The Liang Gie (1980) dalam Adib (2010: 102-104) yaitu: 1. Logika dalam pengertian sempit dan luas Dalam arti sempit logika dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal. Sedangkan dalam arti luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang bagaimana sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri. 2. Logika Deduktif dan Induktif Logika deduktif adalah cara berpikir dengan menggunakan premis-premis dari fakta yang bersifat umum ke khusus yang menjadi kesimpulannya. Contoh argument pada logika deduktif yaitu:  Semua Mahasiswa IAIN SALATIGA semester 5 tinggal di Ma’had  Firman adalah mahasiswa IAIN SALATIGA semester 5  Firman tinggal di Ma’had
  • 42. 42 Logika induktif merupakan cara berpikir yang berdasarkan fakta-fakta yang bersifat (khusus) terlebih dahulu dipakai untuk penarikan kesimpulan (umum). Contohnya argument pada logika induktif yaitu:  Buku 1 besar dan tebal adalah mahal.  Buku 2 besar dan tebal adalah mahal.  Jadi, semua buku besar dan tebal adalah mahal. 1. Logika Formal (Minor) dan Material (Mayor) Logika Formal atau disebut juga Logika Minor mempelajari asas, aturan atau hukum-hukum berfikir yang harus ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Sedangkan Logika Material atau Mayor mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai hasil- hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya, mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu. 1. Logika Murni dan Terapan Logika Murni merupakan pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah pernyataan yang dimaksud. Logika Terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang-bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa sehari-hari. 1. Logika Filsafati dan Matematik Logika Filsafati merupakan ragam logika yang mempunyai hubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Sedangkan Logika Matematik menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk mengindarkan makna ganda.
  • 43. 43 1. Pengertian Penalaran Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan manusia dengan hewan yaitu apabila terjadi kabut, burung akan terbang untuk mengindari polusi udara yang memungkinkan dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tahu mengapa sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja komponen-komponen yang terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut? Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa dan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang membedakan manusia dengan hewan dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di tempat yang benar. 1. Macam-macam penalaran 2. Penalaran deduktif Penalaran deduktif atau disebut logika deduktif, yaitu penalaran yang membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan apabila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan- pertanyaan mengenai semua atau sejumlah di antara suatu kelompok barang. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang dinamakan silogisme. Silogisme dibentuk oleh 2 pernyataan yang disebut premis (premis mayor dan premis minor), yang diikuti dengan sebuah kesimpulan atau konklusi. Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. Contohnya penalaran/logika deduktif menggunakan silogisme:  Semua buku besar dan tebal adalah mahal (premis mayor)  Buku 3 adalah besar dan tebal (premis minor)
  • 44. 44  Jadi, buku 3 adalah mahal (konklusi/kesimpulan) 2. Penalaran induktif Penalaran induktif disebut logika induktif, yaitu penalaran yang membicarakan tentang penarikan kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan-pernyataan yang khusus. Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pernyataan yang telah diajukan. Macam-macam penalaran induktif yaitu: 1. Penyimpulan secara kausal Penyimpulan ini berusaha untuk menemukan sebab-sebab dari hal-hal yang terjadi. Bila telah diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan pertanyaan: “Apakah yang menyebabkan kejadian-kejadian itu?” Misalnya, terjadi suatu wabah penyakit tipus: “Apakah yang menyebabkan timbulnya wabah tipus? 1. Analogi Penalaran secara analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contohnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan berdasarkan susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal ini, kita dapat mengatakan sebagai berikut. Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat erat hubungannya yang satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun beranggapan bahwa sebuah jam dapat membuat dirinya sendiri atau terjadi secara kebetulan. Susunannya yang sangat rumit menunjukkan bahwa ada yang membuatnya. Dengan demikian, secara analogi adanya dunia juga menunjukkan adanya pembuatannya, karena dunia kita ini juga sangat rumit susunannya dan bagian-bagiannya yang berhubungan sangat erat satu dengan yang lain secara baik. Bahwa penalaran ini terdiri dari memperbandingkan jam dengan dunia, dan dari persamaan-persamaan tertentu menyimpulkan persamaan-persaamaan yang lain. Contoh analogi lain yakni:
  • 45. 45  Ibnu mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin.  Rizki adalah mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin.  Muhammad mahasiswa IAIN.  Jadi, Muhammad mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin. 1. Pengertian Berpikir Ilmiah Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. (Hillway, 1956) selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Contohnya: Kepler, seorang ahli astronomi, telah mencatat pengamatan- pengamatan yang banyak jumlahnya tentang posisi planet Mars. Catatan-catatan ini memberitahukan kepadanya tentang posisi Mars di ruang angkasa pada berbagai waktu selama bertahun-tahun, dalam hubungannya dengan matahari pada suatu waktu tertentu. Masalah yang dihadapi Kepler ialah jalan edar mengitari matahari yang manakah yang harus ditempuh Mars agar berada pada titik-titik yang telah diamati di angkasa pada waktu-waktu yang setepatnya. Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam, yaitu Metode analitiko sintesa dan metode non deduksi. 1. Metode analitioko sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode sintesis.[2]  Metode analisis Metode analisis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Misalnya, seorang filusuf memahami kata atau istilah “keberanian”. Dari segi ekstensi, dia mengungkapkan makna kata ini berdasarkan bagaimana kata ini digunakan, dan mengetahui sejauh mana kata “keberanian” menggambarkan realitas tertentu. Apabila kita menggunakan metode analisis, dalam babak terakhir kita memperoleh pengetahuan analitis.
  • 46. 46  Metode sintesis Metode sintesis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Contohnya, (1) Ilmu adalah aktifitas, (2) Ilmu adalah metode, (3) Ilmu adalah produk. Jadi, hasil sintetisnya yaitu Ilmu adalah aktifitas, metode, dan produk. 1. Metode non deduksi Metode non deduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode deduksi.  Metode induksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapati ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. Contohnya: Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.  Metode deduksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Contohnya: setiap manusia yang ada didunia pasti suatu ketika pasti akan mati, si Ahmad adalah manusia; atas dasar ketentuan yang bersifat umum tadi karena Ahmad adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati juga
  • 47. 47 BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Dari makalah, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam mempelajari suatu nilai kebenaran, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan wahana berpikir yang dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran. Penalaran sebagai salah satu langkah menemukan titik kebenaran. Pengetahuan inilah yang disebut dengan ilmu dan ilmu inilah yang membuat manusia bisa berpikir. Didalam penalaran ditemukan logika. Logika melahirkan deduksi dan induksi, secara umum induksi dan induksi suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang benar didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki. Metode ilmiah berkaitan dengan gabungan dari metode deduksi dan metode induksi. Jadi suatu proses pemikiran dapat dituangkan dalam pembuatan metode ilmiah dan juga membuktikan tentang penalaran yang melahirkan logika dibantu dengan metode deduksi dan induksi maka akan menghasilkan pengetahuan yang baru. Dengan metode ilmiah pengetahuan akan dianggap sah adanya. 1. Saran Diharapkan pembaca dapat dituntut untuk memikirkan secara mendalam mengenai logika ilmu dan berpikir ilmiah untuk itu diharapkan memiliki referensi keilmuan yang mencukupi guna menguasai cabang filsafat tersebut. Hal ini amat penting mengingat filsafat ilmu adalah akar dari berbagai keilmuan yang terus berkembang pesat dewasa ini
  • 48. 48 DAFTAR PUSTAKA Surajiyo Drs., Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Adib Mohamad, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004. https://syafrudinmtop.blogspot.co.id/2015/03/filsafat-ilmu-logika-ilmu-dan.html,
  • 49. 49 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas. Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi dan kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang materialistik-sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu pengetahuan berari bahwa aspek-aspek alam yang bersifat kualitatif menjadi diabaikan. Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, jalan bagi
  • 50. 50 diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah dengan pilar utamanya rasionalisme dan empirisme. Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan aspek pragmatis-materialistis. Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filsafat, juga kenyataan yang dikenal dan diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju sampai pada taraf kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal. Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasa, etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan dengan akal budi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang menyatakannya. B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, agar pembahasan dalam makalah ini tidak lari dari judulnya ada baiknya kita rumuskan masalah-masalah yang akan di bahas, antara lain : 1. Pengertian kebenaran. 2. Teori-teori kebenaran filsafat ilmu. C. Tujuan Penulisan Adapun manfaat penbuatan makalah ini adalah : 1. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian dan tingkatan-tingkatan kebenaran ilmu pengetahuan. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori-teori kebenaran ilmu pengetahuan.
  • 51. 51 3. Mahasiswa mampu menjabarkan apa saja tingkatan-tingkatan dan sifat-sifat kebenaran ilmu pengetahuan. 4. D. Metode Penulisan Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa/internet. Dan diskusi mengenai masalah yang dibahas dengan teman-teman.
  • 52. 52 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kebenaran Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha "memeluk" suatu kebenaran.Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi ataupun yang metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah lainnya. Di sinilah perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia dalam dunianya. Penegasan di atas dapat kita pahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran, pertama, pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran yang hendak diteliti (begenstand), yang diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan system. Maksud dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato pernah berkata: "Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; "Kebenaran itu adalah kenyataan", tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidak benaran (keburukan).
  • 53. 53 Dalam bahasan, makna "kebenaran" dibatasi pada kekhususan makna "kebenaran keilmuan (ilmiah)". Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral, tak bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga ilmu terpaksa menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran. Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu saat akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih jati lagi dan demikian seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden,dengan kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat petunjuk mengenai kebenaran yang trasenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu terdapat diluar jangkauan manusia. Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan dengan akalbudi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akalbudi yang menyatakannya.
  • 54. 54 B. Teori Kebenaran 1. Teori Kebenaran Korespondensi Kebenaran korespondesi adalah kebenaran yang bertumpu pada relitas objektif.Kesahihan korespondensi itu memiliki pertalian yang erat dengan kebenaran dan kepastian indrawi. Sesuatu dianggap benar apabila yang diungkapkan (pendapat, kejadian, informasi) sesuai dengan fakta (kesan, ide-ide) di lapangan. Contohnya: ada seseorang yang mengatakan bahwa Provinsi Yogyakarta itu berada di Pulau Jawa. Pernyataan itu benar karena sesuai dengan kenyataan atau realita yang ada. Tidak mungkin Provinsi Yogyakarta di Pulau Kalimantan atau bahkan Papua. Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak- anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya. 2. Teori Kebenaran Koherensi Teori ini disebut juga dengan konsistensi, karena mendasarkan diri pada kriteria konsistensi suatu argumentasi. Makin konsisten suatu ide atau pernyataan yang dikemukakan beberapa subjuk maka semakin benarlah ide atau pernyataan tersebut. Paham koherensi tentang kebenaran biasanya dianut oleh para pendukung idealisme, seperti filusuf Britania F. H. Bradley (1846-1924). Teori ini menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan, pendapat kejadian, atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar apabila memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proporsi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan logika. Sederhannya, pernyataan itu dianggap benar jika sesuai (koheren/konsisten) dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contohnya; Setiap manusia pasti akan mati. Soleh adalah seorang manusia. Jadi, Soleh pasti akan mati.
  • 55. 55 3. Teori Kebenaran Pragmatik/Pragmatisme Artinya, suatu pernyataan itu benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Teori pragmatis ini pertama kali dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul "How to Make Our Ideas Clear". Dari pengertian diatas, teori ini (teori Pragmatik) berbeda dengan teori koherensi dan korespondensi. Jika keduanya berhubungan dengan realita objektif, sedangkan pragmamtik berusaha menguji kebenaran suatu pernyataan dengan cara menguji melalui konsekuensi praktik dan pelaksanaannya. Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima pengalaman pribadi, kebenaran mistis, yang terpenting dari semua itu membawa akibat praktis yang bermanfaat.
  • 56. 56 BAB III PENUTUP A. Simpulan Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia. Teori Kebenaran mempunyai Kelebihan Kekurangan Korespondensi sesuai dengan fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta Koherensi bersifat rasional dan Positivistik Mengabaikan hal-hal non fisik Pragmatis fungsional- praktis tidak ada kebenaran mutlak Performatif Bila pemegang otoritas benar, pengikutnya selamat Tidak kreatif, inovatif dan kurang inisiatif Konsensus Didukung teori yang kuat dan masyarakat ilmiah Perlu waktu lama untuk menemukan kebenaran. Dari beberapa Teori Tentang Kebenaran dapat disimpulkan : Teori Korespondensi : "Kebenaran/keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh sebuah pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya/faktanya" Jadi berdasarkan teori korespondensi ini, kebenaran/keadaan benar itu dapat dinilai dengan membandingkan antara preposisi dengan fakta atau kenyataan yang berhubungan dengan preposisi tersebut. Bila diantara keduanya terdapat kesesuaian (korespondence), maka preposisi tersebut dapat dikatakan memenuhi standar kebenaran/keadaan benar. B. Saran Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah- makalah selanjutnya.
  • 57. 57 DAFTAR PUSTAKA Adib, Muhammad. "FILSAFAT ILMU: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan". Yogyakarta: Puataka Pelajar. 2010 Ahmad, Beni Saebani. "FILSAFAT ILMU: Kontemplasi Filosofis tentang Seluk-beluk Sumber dan Tujuan Ilmu Pengetahuan". Bandung: Pustaka Setia, 2009 Kattsoff, Louis O. "Pengantar Filsafat". Yogyakarta: Tiara Wacana. 2004 Suriasumantri, Jujun S. "FILSAFAT ILMU: Sebuah Pengantar Populer". Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007 http://van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/
  • 58. 58 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap- tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu I.2 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Pengertian, pembagian dan peranan dari Etika ? 2. Pengertian dari Moral ? 3. Pengertian dan macam-macam dari Akhlak
  • 59. 59 BAB II PEMBAHASAN II.1 PEMBAHASAN MASALAH/ANALISIS 1. ETIKA A. Pengertian Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda- beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. B. Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu: 1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia 2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
  • 60. 60 3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang. 4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya. 5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat. 2. MORAL A. Pengertian Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.
  • 61. 61 Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat. B. Perbedaan Antara Etika dan Moral Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada. Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu: 1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. 2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. 3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan. Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai- nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar. 3. AKHLAK A. Pengertian
  • 62. 62 Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al- adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik)dan al-din (agama). Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya. Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak: 1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. 3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
  • 63. 63 4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh. 5) Dilakukan dengan ikhlas. B. Macam-Macam Akhlak 1. Akhlak kepada Allah a)Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah. b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati. c) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan. e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. 2. Akhlak kepada diri sendiri a) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah. b) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
  • 64. 64 adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya. c) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain. 3. Akhlak kepada keluarga Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : a) Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut b) Mentaati perintah c) Meringankan beban, serta d) Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha. 4. Akhlak kepada sesama manusia a) Akhlak terpuji (Mahmudah) 1) Husnuzan Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul- Nya antara lain: - Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk kebaikan manusia.
  • 65. 65 - Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk. Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain. 2) Tawaduk Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. 3) Tasamu Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia. 4) Ta’awun Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia b) Akhlak tercela (Mazmumah) 1) Hasad Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung.. 2) Dendam : Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan. 3) Gibah dan Fitnah : Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah. 4) Namimah : Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.