Dokumen tersebut membahas empat jenis kontrak beserta prinsip-prinsip dan kewajiban para pihaknya menurut KUH Perdata dan yurisprudensi. Empat jenis kontrak tersebut adalah perjanjian untung-untungan, perjanjian penangguhan hutang, perjanjian perdamaian, dan perjanjian pemberian kuasa.
1. NO JENIS KONTRAK PRINSIP KEWAJIBAN PARA PIHAK DASAR HUKUM YURISPRUDENSI
1. PERJANJIAN
UNTUNG
UNTUNGAN
Sesuai yang diatur
pada Kitab Undang-
Undang Hukum
Perdata (KUH
Perdata) dalam Pasal
1774 bahwa
perjanjian untung-
untungan adalah
suatu perbuatan yang
hasilnya mengenai
untung-ruginya baik
bagi semua pihak
maupun bagi
sementara pihak
bergantung pada
suatu kejadian yang
belum tentu.Pada
Prinsipnya Perjanjian
Untung-Untungan
mengandung prinsip
Konsensualisme
(1338 BW) karena
dalam perjanjian ini
resikonya belum pasti
jadi tidak ada
parameter untuk
untung dan ruginya
Perjanjian Cagak Hidup :
Kewajiban dari tertanggung
meliputi :
1.Membayar pinjaman dan
bunga wajib yang harus dibayar
kepada penanggung (1782bw)
Kewajiban penanggung
diantaranya :
1. Memberikan pinjaman serta
bunga kepada tertanggung
Perjudian dan Pertaruhan :
BW tidak mengatur tentang
kewajiban bagi para pihak
dalam BW
Deifinis :
Pasal 1774 (BW)
Perjanjian Bunga
Cagak Hidup:
Pasal 1775-1787
BW
Perjudian :
1788-1791
Tidak ditemukan
3. NO JENIS KONTRAK PRINSIP KEWAJIBAN PARA PIHAK DASAR HUKUM YURISPRUDENSI
2. Perjanjian
Penangguhan
Hutang
Penanggungan adalah
suatu persetujuan
dimana, pihak ketiga
demi kepentingan
kreditur mengikatkan
diri untuk memenuhi
perikatan debitur, bila
debitur tidak
memenuhi
perikatannya.(Ps.
1820 BW)
Sifat perjanjian
penanggungan utang
adalah bersifat
accesoir (tambahan),
sedangkan perjanjian
pokoknya adalah
perjanjian kredit atau
perjanjian pinjam
uang antara debitur
dengan kreditur. Pada
Prinsipnya Karena
pada pokoknya
adalah perjanjian
kredit atau perjanjian
pinjam meminjam
Kewajiban Penanggung :
Si penanggung wajib membayar
kepada si berpiutang kecuali
jika si berutang lalai,sedangkan
benda-benda si berutang ini
harus lebih dahulu di sita dan
dijualuntuk melunasi utang-
utangnya(analogi a contrario
dari Pasal 1831 BW)
Kewajiban Kreditur :
Wajib membiarkan utang si
debitur lunas karena telah
dibayar oleh penanggung
(Analogi a contrario dari Pasal
1833 BW)
Pasal 1820-1850
BW
BELOM MENEMUKAN
5. NO JENIS KONTRAK PRINSIP KEWAJIBAN PARA PIHAK DASAR HUKUM YURISPRUDENSI
3 Perjanjian
Perdamaian
Perdamaian adalah
suatu perjanjian
dengan mana kedua
belah pihak dengan
menyerahkan,
menjanjikan atau
menahan suatu
barang, mengakhiri
suatu perkara yang
sedang bergantung
ataupun mencegah
timbulnya suatu
perkara. Perjanjian ini
tidaklah sah,
melainkan jika dibuat
secara tertulis. (Pasal
1851 KUH Perdata)
Dikarenakan perjanjian
merupakan perjanjian accesoir
atau tambahan maka untuk
kewajiban para pihak
tergantung dari perjanjian
pokoknya
jika perjanjian pokoknya adalah
jual beli maka kewajiban pembeli
adalah membayara harga
pembelian(1513 bw) Sedangkan
kewajiban penjual adalah
menyerahkan barang serta
menanggungnya (1473 bw)
Dan jika perjanjian pokoknya
adalah pinjam meminjam maka
kewajiban orang yang
meminjamkan tidak dapat
meminta kembali apa yang telah
dipinjamkan sebelu lewat waktu
yang ditentukan (1759 BW)
Sedangkan kewajiban yang
menerima pinjaman harus
mengembalkian dalam jumlah
keadaan yang sama dan pada
waktu yang ditentukan
(1762BW)
1851-1864 (BW) PUTUSAN MA
792K/PDT/2002 PERJANJIAN
PERDAMAIAN YANG
DISEPAKATI OLEH KEDUA
BELAH PIHAK, TANPA ADA
PAKSAAN DARI PARA PIHAK
CAKAP UNTUK MEMBUAT
PERJANJIAN, MESKI SALAH
SATU PIHAK DALAM STATUS
PENAHANAN, PERJANJIAN
TERSEBUT ADALAH SAH
6. NO JENIS KONTRAK PRINSIP KEWAJIBAN PARA PIHAK DASAR HUKUM YURISPRUDENSI
4 Perjanjian
Pemberian Kuasa
Perjanjian pemberian
kuasa adalah suatu
perjanjian yang
berisikan pemberian
kekuasaan kepada
orang lain yang
menerimanya untuk
melaksanakan
sesuatu atas nama
orang yang memberi
kuasa. (Pasal 1792
KUH Perdata)
Untuk Perjanjian
permberian kuasa ini
berlaku prinsip
kebebasan
berkontrak (1338
ayat 1 BW),Privaty Of
Contract (1340
BW),Konsensualisme
(1338 ayat 2
BW),Itikad Baik (1338
Ayat 2 BW)
-Kewajiban penerima kuasa
1.selama ia belum dibebaskan
melaksanakan kuasanya dan ia
menanggung segala
biaya,kerugian dan bunganya
karena tudaj dilaksanakan
kuasa itu.(1800 ayat 1 BW)
2.Begitu pula ia diwajibkan
menyelesaikan urusan yang
telah mulai dikerjakannya pada
waktu si pemberi kuasa
meninggaljika dengan tidak
segera menyelesaikannya dapat
timbul suatu kerugian (1800
ayat 2 BW)
3.Penerima kuasa berkewajiban
memberikan lapora tentang apa
yang telah diperbuatnya
(1802BW)
-Kewajiban pemberi kuasa
yaitu 1.memenuhi perikatan
yang diperbuat oleh si kuasa
(1807 BW)
2.Mengembalikan persekot dan
biaya yang telah dikeluarkan
1792 BW sd 1819
BW
-Putusan MA-RI
No.779.K/Pdt/1992 :
“Tidak diperlukan legalisasi
atas surat kuasa khusus
dibawah tangan. Tanpa
legalisasi surat kuasa khusus
di bawah tangan telah
memenuhi syarat formil”;
-Putusan MA-RI
No.321.K/Sip/1974, tanggal
19 Agustus 1975 : Tentang
Kuasa limpahan (Kuasa
Substitusi) Pengoperan
pemberian kuasa dari pihak
kuasa penjual dengan hanya
membuat suatu pernyataan
dan bukan berdasarkan surat
kuasa Substitusi adalah tidak
sah;
-Putusan MA-RI
No.1060.K/Sip/1972, tanggal
14 Oktober 1975 :
Meskipun dalam surat kuasa
tanggal 3 Agustus 1969 ada
kata-kata “Surat Kuasa penuh
yang tidak dapat ditarik
7. oleh orang ini untuk melakukan
kuasanya begitu juga membayar
upah (1808 BW)
kembali”, pembatalan surat
Kuasa tersebut oleh pemberi
kuasa dapat dibenarkan
menurut hukum, karena hal ini
adalah hak daripada pemberi
kuasa dan ternyata penerima
kuasa telah mengadakan
penyimpangan dan
pelanggaran terhadap Surat
Kuasa;
-Putusan MA-RI
No.731.K/Sip/1975, 16
Desember 1976 : Ketentuan
Pasal 1813 BW, tidak bersifat
limitatif dan juga tidak
mengikat oleh karena itu jika
sifat perjanjian memang
menghendaki, dapat
ditentukan pemberian kuasa
tidak dapat dicabut kembali
(Kuasa Mutlak) karena pasal-
pasal dalam hukum perjanjian
bersifat mengatur, vide =
Putusan MA-RI No.
3604.K/Pdt/1985, tanggal 17
Nopember 1987;