SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Anatomy
ANATOMI PUNGGUNG
Dorsum (bagian dorsal leher dan batang tubuh) terdiri dari kulit, fascia superficialis yang berisi
sedikit banyak jaringan lemak, fascia profunda,otot,ligamentum,columna
vertebralis,costa,medula spinalis,pembuluh dan saraf.
Columna vertebralis
Columna vertebralis melindungi medulla spinalis, menyangga berat tubuh, dan
merupakan sumbu bagi tubuh yang untuk sebagian kaku dan untuk sebagian lentur, serta
berfungsi sebagai poros untuk kepala berputar.
Columna vertebralis terdiri dari 33 vertebra yang teratur dalam5 daerah, tetapi hanya
24 dari jumlah tersebut ( 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracica, dan 5 vertebra
lumbalis) dapat digerakkan pada orang dewasa.
Struktur dan fungsi vertebra
Vertebra yang khas terdiri dari corpus vertebrae dan arcus vertebrae,
- Corpus vertebrae adalah bagian ventral yang memberi kekuatan pada columna
vertebralis dan menanggung berat tubuh.
- Arcus vertebrae adalah bagian dorsal vertebrae yang terdiri dari pediculus arcus
vertabrae dan lamina arcus vertabrae. Arcus vertebralis dan permukaan dorsal
corpus vertebrae membatasi foramen vertebrale. Foramen vertebrale berurutan
pada columna vertebralis yang utuh,membentuk canalis vertebralis yang berisi
medula spinalis,meninges,jaringan lemak,akar saraf dan pembuluh.
- Tujuh processus menonjol dari arcus vertebrae :
 Processus spinosus menonjol dari tempat persatuan kedua lamina dan
bertumpang disebelah dorsal pada processus spinosus vertebra
dibawahnya
 Dua processus transversus menonjol ke arah dorso lateral dari tempat
persatuan pediculus arcus vertebrae dan lamina arcus vertebrae
 Processus articularis superior dan processus articularis inferior juga
berpangkal pada tempat persatuan pediculus arcus vertebrae dan lamina
arcus vertebrae.
Sendi – sendi Columna vertebralis
Sendi- sendi columna vertebralis terdiri dari sendi sendi corpus vertebrae, sendi-sendi
arcus vertebrae,articulationes craniovertebrales,articulationes costovertebrales, dan
articulationes sacro-iliacae.
 Sendi columna vertebralis
Sendi-sendi corpus vertebrae termasuk jenis sendi kondral sekunder(simfisis)
yang dirancang untuk menanggung beban dan kekuatan. Setiap discus
invertebralis terdiri dari sebuah anulus fibrosus yang terbentuk dari lamel-lamel
fibrokartilago yang teratur konsentris dan mengelilingi nucleus pulposus yang
berkonsistensi jeli.
 Sendi- sendi unkovertebral terletak antara processus uncinatus vertebrae
cervicalis III-VI dan permukaan corpus vertebrae diatasnya yang serong.
 Ligamentum longitudinale anterius adalah sebuah pita jaringan ikat yang kuat dan
menutupi serta menghubungkan bagian ventral corpus vertebrae dan discus
vertebrae. Ligamentum longitudinale anterius terbentang dari facies pelvica ossis
ke tuberculum anterius atlas dan os occipitaleventral terhadap foramen magnum.
Vaskularisasi columna vertebralis
Arteria spinalis yang mengantar darah kepada vertebra adalah, cabang dari :
 Arteria vertebralis dan arteria cervicalis ascendens di leher
 Arteria intercostalis posterior di daerah torakal
 Arteria subcostalis dan arteria lumbalis di abdomen
 Arteria iliolumbalis dan arteria sacralis lateralis
Arteria spinalis memasukiforamen intervertebrale dan bercabang menjadi cabang
akhir dan cabang radikular.
Vena spinalis membentuk pleksus vena yang meluas sepanjang columna vertebralis, baik
disebelah dalam(plexus venosi vertebrales profundi) dan juga disebelah luar (plexus
venosi vertebrales superficiales) canalis vertebralis.
CERVICAL
CURVE SPINAL CORD
JOINT AND LIGAMENT
Vertebra Cervical Thoracic Lumbar
Body Kecil dan lebih luas Berbentuk jantung Besar, berbentuk
seperti ginjal
Vertebral foramen Besar dan
membentuk
triangular
Melingkar dan lebih
kecil disbanding
vertebra cervical dan
lumbar
Bentuknya triangular,
> thoracic, < cervical
Transverse process Diantara foramen
transverse terdapat
anterior dan
posterior tubercle
Panjang, kuat dan
memperluas
posterolaterally
Bentuknya panjang
dan ramping
Articular process Superior facet,
diarahkan
superioposterioly
inferior facet,
diarahkan
inferioanteriorly
Superior facet
diarahkan posterior
dan sedikit lateral
inferior facet
diarahkan anterior
dan sedikit medial
Superior facet di
arahkan ke medial
inferior facet
diarahkan ke lateral
Spinous process Pendek (C3-C5),
bifida (C3-C6),
panjang C6. Lebih
panjang C7
Panjang, kemiringan
posteroinferiorly
Bentuknya pendek,
kokoh, tebal, luas,
dan berbentuk
seperti kapak
CERVICAL
THORACIC
LUMBAR
SACRUM AND COCCYX
LUMBAR
POTONGAN MELINTANG SPINAL CORD
SACRUM DAN COCCYX
SPINAL CORD
CERVICAL - COCCYX
SPINAL CORD
CERVICAL - COCCYX
THORACIC
Kerusakan pada vertebrae setinggi xiphoid proses
Kerusakan pada vertebrae setingkat Xiphoid Proces:
Xiphoid proces pada vertebrae setinggi T6 dan T7, kerusakan pada T6 dab T7 mengakibatkan kerusakan ke nerve
bawahnya dan mengakibatkan kelemahan pada bagian bawah.
Batasan Upper Motor Neuron dan Lower Motor Neuron
Spondilitis TB
Definisi
Spondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Pott’s disease adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis yang mengenai tulang belakang.
Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO, kasus baru TB di dunia lebih dari 8 juta per tahun. Diperkirakan 20-
33% dari penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis.Indonesia adalah
penyumbang terbesar ketigasetelahIndia dan Chinayaitu dengan penemuan kasus baru 583.000
orang pertahun, kasus TB menular 262.000 orang dan angka kematian 140.000 orang pertahun.
Kejadian TB ekstrapulmonal sekitar 4000 kasus setiap tahun di Amerika, tempat yang paling
sering terkena adalah tulang belakang yaitu terjadi hampir setengah dari kejadian TB
ekstrapulmonal yang mengenai tulang dan sendi. Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada
25%-30% anak yang terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5%-10% anak yang terinfeksi,
dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun, namun dapat juga 2-3 tahun kemudian.
Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang merupakan anggota ordo Actinomicetales dan famili Mycobacteriase. Basil
tuberkel berbentuk batang lengkung, gram positif lemah yaitu sulit untuk diwarnai tetapi sekali
berhasil diwarnai sulit untuk dihapus walaupun dengan zat asam, sehingga disebut sebagai
kuman batang tahan asam. Hal ini disebabkan oleh karena kuman bakterium memiliki dinding sel
yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan lemak (asam lemak mikolat). Selain itu bersifat
pleimorfik, tidak bergerak dan tidak membentuk spora serta memiliki panjang sekitar 2-4 μm.
Manifestasi Klinik
Seperti manifestasi klinik pasien TB pada umumnya, pasien mengalami keadaan sebagai berikut,
berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, demam lama tanpa
sebab yang jelas, pembesaran kelenjar limfe superfisial yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari,
terjadi diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare disertai benjolan/masa di
abdomen dan tanda-tanda cairan di abdomen. Manifestasi klinis pada spondilitis TB tidak
ditemukan pada bayi di bawah 1 tahun. Penyakit ini baru muncul setelah anak belajar berjalan
atau melompat. Gejalapertama biasanyadikeluhkan adanya benjolan pada tulang belakang yang
disertai oleh nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan enggan menggerakkan
punggungnya, sehingga seakan-akan kaku. Pasien akan menolak jika diperintahkan untuk
membungkuk atau mengangkat barang dari lantai. Nyeri tersebut akan berkurang jika pasien
beristirahat. Keluhan deformitas pada tulang belakang (kyphosis) terjadi pada 80% kasus disertai
oleh timbulnya gibbus yaitu punggung yang membungkuk dan membentuk sudut, merupakan
lesi yang tidak stabil serta dapat berkembang secara progresif. Terdapat 2 tipe klinis kiposis yaitu
mobile dan rigid. Pada 80% kasus, terjadi kiposis 10,20% kasus memiliki kiposis lebih dari 10dan
hanya 4% kasus lebih dari 30. Kelainan yang sudah berlangsung lama dapat disertai oleh
paraplegia ataupun tanpa paraplegia. Abses dapat terjadi pada tulang belakang yang dapat
menjalar ke rongga dada bagian bawah atau ke bawah ligamen inguinal.Paraplegia pada pasien
spondilitis TB dengan penyakit aktif atau yang dikenal dengan istilah Pott’s paraplegi, terdapat 2
tipe defisit neurologi ditemukan pada stadium awal dari penyakit yaitu dikenal dengan onset
awal,dan paraplegiapada pasien yang telah sembuh yang biasanyaberkembang beberapa tahun
setelah penyakit primer sembuh yaitu dikenal dengan onset lambat.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Darah
Secara umum, sama dengan penderita penyakit kronik lainnya,sering ditemukan anemia
hipokrom. Hitung-jumlah lekosit dapat normal atau meningkat sedikit, pada hitung jenis
ditemukan monositosis. Laju endap darah meningkat tetapi tidak dapat menjadi indikator
aktivitas penyakit.
2. Tes Tuberkulin
Dengan cara Mantoux, disuntikkan PPD 5 TU (0.1 ml) intrakutan. Reaksi pada tubuh dibaca
setelah 48-72 jam. Jika indurasi < 5 mm dikatakan tes Mantoux negatif. Indurasi > 10 mm , tes
Mantoux positif ; sedangkan indurasi 5 – 9 mm meragukan dan perlu diulang.
3. Bakteriologi
Untuk pemeriksaan balteriologik dan histopatologik diperlukan pengambilan bahan melalui
biopsi atau operasi. Biopsi dapat dilakukan dengan cara fine needle aspiration dengan tuntunan
CT atau video assisted thoracoscopy.
Pemeriksaan terhadap bahan pemeriksaan yang diambil dengan biopsi dapat dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopik biasa, mikroskopik fluoresen atau biakan. Pada pemeriksaan
mikroskopik dapat dilakukan pewarnaan Ziehl Nielsen, Tan Thiam Hok, Kinyoun-Gabbet atau
denagn metoda fluorokrom yang memakai pewarnaan auramine dan rhodamine. Pemeriksaan
ini membutuhkan sedikitnya 5 x 10 kuman per ml sputum.. Hasil pemeriksaan ini dipengaruhi
oleh : jenis spesimen, ketebalan sediaan apus yang dihasilkan, ketebalan pewarnaan,
kemampuan dan keahlian pemeriksa. Beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan
sensitifitas hasil pemeriksaan sediaan apus secara mikroskopik, yaitu: cytocentrifugation dari
bahan pemeriksaan sputum, mencairkan sputum dengan sodium hypochloride diikuti dengan
sedimentasi selama satu malam. Jumlah basil tuberkulosis yang didapatkan pada spondilitis
tuberkulosa lebih rendah bila dibandingkan dengan tuberkulosis paru. Juga pada pewarnaan
biasa hanya sanggup mendiagnosa sekitar separuhnya.
4. Kultur
Semua spesimen yang mengandung mikobakteria harus di inokulasi melalui media kultur, karena
: kultur lebih sensitifdari pada pemeriksaan mikroskopis, dapat mendeteksi hingga10 bakteri per
ml ; kultur dapat melihat perkembangan organisme yang diperlukan untuk identifikasi yang
akuratdan dengan pembiakan kuman dapat dilakukan resistensi tes terhadap obat-obat anti
tuberkulosa.
5. Histopatologi
Secara histopatologik, hasil biopsi memberi gambaran granuloma epiteloid yang khas dan sel
datia Langhans, suatu giant cell multinukleotid yang khas.
6. PCR
Prinsip kerja PCR adalah 3 tahapan reaksi yang dilakukan pada suhu yang berbeda. Yaitu:
denaturasi, aneling primer, dan polimerase. Ini adalah suatu proses amplifikasi DNA yang
dilakukan berulangkali. Produk yang dihasilkan bertindak sebagai template untuk siklus
berikutnya sehingga setiap siklus menghasilkan produk secara eksponensial. Dengan
kemampuan ini PCR dapat mendeteksi basil tuberkulosa yang jumlahnya tidak cukup untuk bisa
diperiksa secara mikroskopis atau bakteriologis. Jumlah kuman 10 – 1000 sudah dapat dideteksi
dengan pemeriksaan ini. Target yang paling sering digunakan pada pemeriksaan ini adalah
IS6110. Deteksi dengan menggunakan IS6110 ini dilakukan dari sputum (pada tuberkulosa paru)
dan darah (pada tuberkulosa diluar paru). Pemeriksaan PCR memberikan sensitifitas 94.7% ,
spesifisitas 83.3% dan akurasi 92% terhadap bahan pemeriksaan yang berasal dari spondilitis
tuberkulosa.
7. ICT Tuberkulosis
Tes immunokromatografi untuk mendeteksi mikobakterium tuberkulosa atau ICT Tuberkulosis
adalah suatu pemeriksaan serodiagnostik dengan mengembangkan antigen untuk mendetekdi
antibodi yang dihasilkan oleh tubuh penderita. Pemeriksaan ini menggunakan membran atau
strip nitroselulose yang disensitisasi dengan antigen. Teknik pemeriksaan dengan metode ini
cepat dan mudah. Strip dapat dibaca secaramanual atau dibacaoleh densitometer. Antigen yang
paling sering digunakan untuk mendiagnosa tuberkulosis adalah antigen 38 kDa dengan
sensitifitas 45% – 85% dan spesifisitas 98%
PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
1. Sinar Rontgen
Diperlukan pengambilan gambar dua arah , antero-posterior (AP) dan lateral (L). Pada fase awal,
akan tampak lesi osteolitik pada bagian anterior korpus vertebra dan osteoporosis regional.
Penyempitan ruang diskus intervertebralis, menujukkan terjadinya kerusakan diskus.
Pembengkakan jaringan lunak disekitar vertebra menimbulkan bayangan fusiform. Pada fase
lanjut, kerusakan bagian anterior semakin parah. Korpus menjadi kolaps dan terjadi fusi anterior
yang menghasilkan angulasi yang khas disebut gibbus. Bayangan opaquepada sisi lateral
vertebra, memanjang kearah distal, merupakan gambaran abses psoas pada torakal bawah dan
torakolumbal yang berbentuk fusiform.
2. Mielografi
Melalui punksi lumbal dimasukkan zat kontras kedalam ruang subdural . Secara konvensional
dibuat foto AP/L atau dilakukan pemeriksaan dengan CT-Scan ,disebut CT-mielografi.
Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran adanya penyempitan pada kanal spinalis dan atau
tekanan terhadap medula spinalis.
3. CT-Scan
Dapat memperlihatkan bagian-bagaian vertebra secara rinci dan melihat kalsifikasi jaringan
lunak. Membantu mencari fokus yang lebih kecil, menentukan lokasi biopsi dan menetukan luas
kerusakan.
4. MRI
Memiliki kelebihan dalam menggambarkan jaringan lunak dan aman digunakan. MRI juga
memiliki kelebihan dalam mendiagnosa penyakit pada masa dini atau lesi multipel dibandingkan
CT dan pemeriksaan radiologik konvensional. Gambaran lesi pada T1 weighted Image adalah
hypointense sedangkan pada T2 weighted image adalah hiperintens.Lesi juga dapat menjadi
lebih jelas dengan injeksi Gadolinium DTPAintravena. Pada spondilitis tuberkulosa akan didapat
gambaran dengan lingkaran inflamasi dibagian luar dan sekuester ditengah yang hipointens ;
tetapi gambaran ini mirip dengan infeksi piogenik dan neoplasma sehingga tidak spesifik untuk
spondilitis tuberkulosa.
5. Sidik Tulang
Dengan menggunakan Tc 99M methylene diphosphonatedan isotop gallium-67 , sidik tulang
memberikan sensitifitas 92% dan spesifisitas 88%. Pemeriksaan ini tidak digunakan secara rutin.
DIAGNOSA
Diagnosa dibuat berdasarkan temuan klinis dengan tingkat kecurigaan yang tinggi didaerah
endemis, dengan keluhan nyeri dan tanda-tanda infeksi sistemik lainnya disertai dengan hasil
pemeriksaan hematologis, radiologis, bakteriologis dan histipatologis. Diagnosa untuk
tuberkulosis diluar paru (extra pulmonal tuberculosis) termasuk spondilitis tuberkulosa dapat
dikatakan pasti bila secara klinis, dan hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil positif.
Jika hasil pemeriksaan bakteriologis dan histopatologis negatif maka disebut sebgai kasus
tuberkulosis ekstra paru tersangka.
DIAGNOSA BANDING
Spodilitis tuberkulosa harus dibedakan dari penyebab destruksi vertebra dan kifosis angular
lainnya, yaitu infeksi piogenik non-spesifik dan keganasan Pada infeksi piogenik akut, manifestasi
klinik umumnya lebih berat dibandingkan dengan spondilitis tuberkulosa. Pada infeksi, diskus
biasanya kolaps sedangkan pada keganasan biasanya masih baik.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah kiposis berat. Hal ini terjadi oleh karena kerusakan tulang
yang terjadi sangat hebat sehingga tulang yang mengalami destruksi sangat besar. Hal ini juga
akan mempermudah terjadinya paraplegia pada ekstremitas inferior yang dikenal dengan istilah
Pott’s paraplegia.
Prognosis
Prognosis spondilitis TB bervariasi tergantung dari manifestasi klinik yang terjadi. Prognosis yang
buruk berhubungan dengan TB milier, dan meningitis TB, dapat terjadi sekuele antara lain tuli,
buta, paraplegi,retardasi mental, gangguanbergerak dan lain-lain.Prognosis bertambah baik bila
pengobatan lebih cepat dilakukan. Mortalitas yang tinggi terjadi pada anak dengan usia kurang
dari 5 tahun sampai 30%
Terapi Operatif Spondilitis TB
Terapi operatif spondylitis TB bertujuan untuk menghilangkan sumber infeksi, mengkoreksi
deformitas, menghilangkan komplikasi neurologic dan kerusakan lebih lanjut.salahsatutindakan
bedah yang penting adalah debridement yang bertujuan untuk menghilangkan sumber infeksi
dengan cara membuang semua debri dan jaringan nekrotik, benda asing dan mikro-organisme.
Indikasi operasi :
1. Jika terapi konservatif tidak memberikan hasil yang memuaskan, secara klinis dan
radiologis memburuk .
2. Deformitas bertambah, terjadi destruksi korpus multiple.
3. Terjadinya kompresi pada medulla spinalis dengan atau tidak dengan deficit
neurologic, terdapat abses paravertebral.
4. Lesi terletak torakolumbal, torakal tengah dan bawah pada penderita anak.
5. Radiologis menunjukan adanya sekuester, kavitasi dan kaseonekrotik dalam jumlah
yang banyak.
Indikasi pembedahan pada spondylitis TB :
1. Deficit neurologis akut, paraparesis atau paraplegia.
2. Deformitas tulang belakang yang tidak stabil atau disertai nyeri.
3. Tidak responsive kemoterapi selama 4 minggu.
4. Abses luas.
5. Biopsy perkutan gagal untuk mendegakan diagnosis
6. Nyeri berat karena kompresi abses.
Faktor yang mempengaruhi Kondisi neurologis yang memburuk/defisit neurologis pada
Spondilitis TB yaitu :
1. Adanya keterlibatan medula spinalis
Keterlibatan spina biasanya merupakan akibat dari penyebaran hematogen dari lesi
pulmonal atau dari infeksi sistemgenitourinarius.
2. Akibat pembentukan abses dingin (cold abcess)
Cold abcess terbentuk jika infeksi spinal telah menyebar ke otot psoas (abses psoas)
atau jaringan ikat sekitar. Cold abcess dibentuk dari eksudasi reaktif proses infeksi.
Abses ini sebagian esar dibentuk dari leukosit, materi kaseosa, debris tulang, dan
tuberkel basil
3. Abses epidural
4. Penyempitan kanal spinalis oleh abses paravetebral
5. Subluksasio sendi faset patologis
6. Vasculitis, trombosis arteri/vena spinalis
7. Kolaps vertebrae
8. Invasi durameter secara langsung
9. Jaringan granulasi
10. Jaringan neurotik
11. Squestra dari tulang atau jaringan diskus invertebralis
Jadi intinya defosit neurologis ini umumnya terjadi karena adanya infeksi tulang yang disebut
sebagai spondilitis TB. Dimana defisit neurologis terjadi pada 12-50 % penderita. Defisit yang
mungkin terjadi antara lain : paraplegia, paresis, hipestesia, nyeri radikular (menandakan adanya
gangguan pada radiks) atau sindrom kauda ekuina.
Terjadinya gangguan neurologis menandakan bahwa penyakit telah lanjut, meskipun dapat
ditangani, pemeriksaan fisik neurologis yang sangat teliti sangat penting untuk menunjang
diagnosis Spondilitis TB. Pada pemeriksaan neurologis bisa didapatkan gangguan fungsi motorik,
sensorik, dan autonom.
PATOGENESIS
infeksi terjadi melaluidebu/titikcairan(droplet)
yang mengandungbakteri
terhirupmanusia
(masukke jalan
nafas)
mencapai alveolus
makrofag
memfagosit
bakteri TB
makrofagtidak
mampu
menghancurkan
bakteri TB
bereplikasi dalam
makrofag
makrofaglisis,
kuman
membentuk
koloni
terinfeksiTB
bakteri TB hancur
tidakterkena
infeksi
Patofisiologi
Paparan MyobacteriumTuberculosis
Primaryinfection
Anteriordanposterior
spinal artery
Baston’sparavertebral
venousplexus(valveless
system)
ArteryVenous
Infeksi padacentral
vertebral body
Aliranbebas Infeksi paradiskalregion
Bakteri berakumulasidi vertebrae
Proliferasi
Back pain
Infeksi padaanterior
invertebrae disccollaps
Reaksi inflamasinya
membentukgranuloma
Terjadi nekrosis
kaseosa(ceaseation)
Destructionpadavertebrae >1
Penyempitanspinal cordoleh
abses,granulasijaringan/
inervasi dural langsung
DebrisSquestrum PussColdabsess
Deformitasgibbus
kyphosis
Birdnest
Paraplegia
Tekanan
extradural >
Numbness
Menyebarke
depan
Dibawahligament
longitudinalanterior

More Related Content

What's hot

Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothoraxListiana Dewi
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialNoorahmah Adiany
 
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarPangestu S
 
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.kedKedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.kedandreas040288
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
 
Morning Report Neurology
Morning Report NeurologyMorning Report Neurology
Morning Report NeurologyPhil Adit R
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCoassTHT
 
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUKharima SD
 
221524892 preskas-ureterolithiasis
221524892 preskas-ureterolithiasis221524892 preskas-ureterolithiasis
221524892 preskas-ureterolithiasissohapi
 
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadarEkstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadarNur Hajriya
 

What's hot (20)

Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
Referat mioma uteri
Referat mioma uteriReferat mioma uteri
Referat mioma uteri
 
Laporan kasus SCABIES.pptx
Laporan kasus SCABIES.pptxLaporan kasus SCABIES.pptx
Laporan kasus SCABIES.pptx
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.kedKedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
Appendicitis)
Appendicitis)Appendicitis)
Appendicitis)
 
Morning Report Neurology
Morning Report NeurologyMorning Report Neurology
Morning Report Neurology
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopikKehamilan ektopik
Kehamilan ektopik
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
 
221524892 preskas-ureterolithiasis
221524892 preskas-ureterolithiasis221524892 preskas-ureterolithiasis
221524892 preskas-ureterolithiasis
 
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadarEkstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadar
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 

Similar to SPINAL TB

PPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.pptPPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.pptssuser963a65
 
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...Adeline Dlin
 
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.pptcupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.pptMohammad Alamsyah
 
Askep spondilitis tb
Askep spondilitis tbAskep spondilitis tb
Askep spondilitis tbgustiansa
 
Spondilitis Tuberkulosis
Spondilitis TuberkulosisSpondilitis Tuberkulosis
Spondilitis TuberkulosisAfiqah Jasmi
 
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptxPPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptxSehan9
 
Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint Pain
Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint PainPiriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint Pain
Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint PainFatia Ramadhana
 
Arthritis sepsis
Arthritis sepsisArthritis sepsis
Arthritis sepsismutisav
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRichard Leonardo
 
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Putri Nugraheni
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to SPINAL TB (20)

PPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.pptPPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.ppt
 
Prolaps Rektum
Prolaps RektumProlaps Rektum
Prolaps Rektum
 
Dokter komponen sel darah merah
Dokter komponen sel darah merahDokter komponen sel darah merah
Dokter komponen sel darah merah
 
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
 
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.pptcupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
 
Askep spondilitis tb
Askep spondilitis tbAskep spondilitis tb
Askep spondilitis tb
 
Spondilitis Tuberkulosis
Spondilitis TuberkulosisSpondilitis Tuberkulosis
Spondilitis Tuberkulosis
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
 
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptxPPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
 
Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint Pain
Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint PainPiriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint Pain
Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint Pain
 
Tuberkulosis tulang
Tuberkulosis tulangTuberkulosis tulang
Tuberkulosis tulang
 
Arthritis sepsis
Arthritis sepsisArthritis sepsis
Arthritis sepsis
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptx
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptxPemeriksaan Lumbar Spine.pptx
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptx
 
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
 
Blok 5 skoliosis
Blok 5 skoliosisBlok 5 skoliosis
Blok 5 skoliosis
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 

Recently uploaded

Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxPuskesmasTete
 

Recently uploaded (20)

Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
 

SPINAL TB

  • 1. Anatomy ANATOMI PUNGGUNG Dorsum (bagian dorsal leher dan batang tubuh) terdiri dari kulit, fascia superficialis yang berisi sedikit banyak jaringan lemak, fascia profunda,otot,ligamentum,columna vertebralis,costa,medula spinalis,pembuluh dan saraf. Columna vertebralis Columna vertebralis melindungi medulla spinalis, menyangga berat tubuh, dan merupakan sumbu bagi tubuh yang untuk sebagian kaku dan untuk sebagian lentur, serta berfungsi sebagai poros untuk kepala berputar. Columna vertebralis terdiri dari 33 vertebra yang teratur dalam5 daerah, tetapi hanya 24 dari jumlah tersebut ( 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracica, dan 5 vertebra lumbalis) dapat digerakkan pada orang dewasa. Struktur dan fungsi vertebra Vertebra yang khas terdiri dari corpus vertebrae dan arcus vertebrae, - Corpus vertebrae adalah bagian ventral yang memberi kekuatan pada columna vertebralis dan menanggung berat tubuh. - Arcus vertebrae adalah bagian dorsal vertebrae yang terdiri dari pediculus arcus vertabrae dan lamina arcus vertabrae. Arcus vertebralis dan permukaan dorsal corpus vertebrae membatasi foramen vertebrale. Foramen vertebrale berurutan pada columna vertebralis yang utuh,membentuk canalis vertebralis yang berisi medula spinalis,meninges,jaringan lemak,akar saraf dan pembuluh. - Tujuh processus menonjol dari arcus vertebrae :  Processus spinosus menonjol dari tempat persatuan kedua lamina dan bertumpang disebelah dorsal pada processus spinosus vertebra dibawahnya  Dua processus transversus menonjol ke arah dorso lateral dari tempat persatuan pediculus arcus vertebrae dan lamina arcus vertebrae  Processus articularis superior dan processus articularis inferior juga berpangkal pada tempat persatuan pediculus arcus vertebrae dan lamina arcus vertebrae.
  • 2. Sendi – sendi Columna vertebralis Sendi- sendi columna vertebralis terdiri dari sendi sendi corpus vertebrae, sendi-sendi arcus vertebrae,articulationes craniovertebrales,articulationes costovertebrales, dan articulationes sacro-iliacae.  Sendi columna vertebralis Sendi-sendi corpus vertebrae termasuk jenis sendi kondral sekunder(simfisis) yang dirancang untuk menanggung beban dan kekuatan. Setiap discus invertebralis terdiri dari sebuah anulus fibrosus yang terbentuk dari lamel-lamel fibrokartilago yang teratur konsentris dan mengelilingi nucleus pulposus yang berkonsistensi jeli.  Sendi- sendi unkovertebral terletak antara processus uncinatus vertebrae cervicalis III-VI dan permukaan corpus vertebrae diatasnya yang serong.  Ligamentum longitudinale anterius adalah sebuah pita jaringan ikat yang kuat dan menutupi serta menghubungkan bagian ventral corpus vertebrae dan discus vertebrae. Ligamentum longitudinale anterius terbentang dari facies pelvica ossis ke tuberculum anterius atlas dan os occipitaleventral terhadap foramen magnum.
  • 3. Vaskularisasi columna vertebralis Arteria spinalis yang mengantar darah kepada vertebra adalah, cabang dari :  Arteria vertebralis dan arteria cervicalis ascendens di leher  Arteria intercostalis posterior di daerah torakal  Arteria subcostalis dan arteria lumbalis di abdomen  Arteria iliolumbalis dan arteria sacralis lateralis Arteria spinalis memasukiforamen intervertebrale dan bercabang menjadi cabang akhir dan cabang radikular.
  • 4. Vena spinalis membentuk pleksus vena yang meluas sepanjang columna vertebralis, baik disebelah dalam(plexus venosi vertebrales profundi) dan juga disebelah luar (plexus venosi vertebrales superficiales) canalis vertebralis.
  • 6.
  • 7.
  • 8. CURVE SPINAL CORD JOINT AND LIGAMENT
  • 9. Vertebra Cervical Thoracic Lumbar Body Kecil dan lebih luas Berbentuk jantung Besar, berbentuk seperti ginjal Vertebral foramen Besar dan membentuk triangular Melingkar dan lebih kecil disbanding vertebra cervical dan lumbar Bentuknya triangular, > thoracic, < cervical Transverse process Diantara foramen transverse terdapat anterior dan posterior tubercle Panjang, kuat dan memperluas posterolaterally Bentuknya panjang dan ramping Articular process Superior facet, diarahkan superioposterioly inferior facet, diarahkan inferioanteriorly Superior facet diarahkan posterior dan sedikit lateral inferior facet diarahkan anterior dan sedikit medial Superior facet di arahkan ke medial inferior facet diarahkan ke lateral Spinous process Pendek (C3-C5), bifida (C3-C6), panjang C6. Lebih panjang C7 Panjang, kemiringan posteroinferiorly Bentuknya pendek, kokoh, tebal, luas, dan berbentuk seperti kapak CERVICAL
  • 14. SPINAL CORD CERVICAL - COCCYX SPINAL CORD CERVICAL - COCCYX
  • 16.
  • 17. Kerusakan pada vertebrae setinggi xiphoid proses Kerusakan pada vertebrae setingkat Xiphoid Proces: Xiphoid proces pada vertebrae setinggi T6 dan T7, kerusakan pada T6 dab T7 mengakibatkan kerusakan ke nerve bawahnya dan mengakibatkan kelemahan pada bagian bawah. Batasan Upper Motor Neuron dan Lower Motor Neuron
  • 18.
  • 19. Spondilitis TB Definisi Spondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Pott’s disease adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis yang mengenai tulang belakang. Epidemiologi Berdasarkan laporan WHO, kasus baru TB di dunia lebih dari 8 juta per tahun. Diperkirakan 20- 33% dari penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis.Indonesia adalah penyumbang terbesar ketigasetelahIndia dan Chinayaitu dengan penemuan kasus baru 583.000 orang pertahun, kasus TB menular 262.000 orang dan angka kematian 140.000 orang pertahun. Kejadian TB ekstrapulmonal sekitar 4000 kasus setiap tahun di Amerika, tempat yang paling sering terkena adalah tulang belakang yaitu terjadi hampir setengah dari kejadian TB ekstrapulmonal yang mengenai tulang dan sendi. Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25%-30% anak yang terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5%-10% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun, namun dapat juga 2-3 tahun kemudian. Etiologi Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang merupakan anggota ordo Actinomicetales dan famili Mycobacteriase. Basil tuberkel berbentuk batang lengkung, gram positif lemah yaitu sulit untuk diwarnai tetapi sekali berhasil diwarnai sulit untuk dihapus walaupun dengan zat asam, sehingga disebut sebagai kuman batang tahan asam. Hal ini disebabkan oleh karena kuman bakterium memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan lemak (asam lemak mikolat). Selain itu bersifat pleimorfik, tidak bergerak dan tidak membentuk spora serta memiliki panjang sekitar 2-4 μm. Manifestasi Klinik Seperti manifestasi klinik pasien TB pada umumnya, pasien mengalami keadaan sebagai berikut, berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar limfe superfisial yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari, terjadi diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare disertai benjolan/masa di abdomen dan tanda-tanda cairan di abdomen. Manifestasi klinis pada spondilitis TB tidak ditemukan pada bayi di bawah 1 tahun. Penyakit ini baru muncul setelah anak belajar berjalan atau melompat. Gejalapertama biasanyadikeluhkan adanya benjolan pada tulang belakang yang disertai oleh nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan enggan menggerakkan punggungnya, sehingga seakan-akan kaku. Pasien akan menolak jika diperintahkan untuk membungkuk atau mengangkat barang dari lantai. Nyeri tersebut akan berkurang jika pasien beristirahat. Keluhan deformitas pada tulang belakang (kyphosis) terjadi pada 80% kasus disertai oleh timbulnya gibbus yaitu punggung yang membungkuk dan membentuk sudut, merupakan lesi yang tidak stabil serta dapat berkembang secara progresif. Terdapat 2 tipe klinis kiposis yaitu
  • 20. mobile dan rigid. Pada 80% kasus, terjadi kiposis 10,20% kasus memiliki kiposis lebih dari 10dan hanya 4% kasus lebih dari 30. Kelainan yang sudah berlangsung lama dapat disertai oleh paraplegia ataupun tanpa paraplegia. Abses dapat terjadi pada tulang belakang yang dapat menjalar ke rongga dada bagian bawah atau ke bawah ligamen inguinal.Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit aktif atau yang dikenal dengan istilah Pott’s paraplegi, terdapat 2 tipe defisit neurologi ditemukan pada stadium awal dari penyakit yaitu dikenal dengan onset awal,dan paraplegiapada pasien yang telah sembuh yang biasanyaberkembang beberapa tahun setelah penyakit primer sembuh yaitu dikenal dengan onset lambat. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium 1. Darah Secara umum, sama dengan penderita penyakit kronik lainnya,sering ditemukan anemia hipokrom. Hitung-jumlah lekosit dapat normal atau meningkat sedikit, pada hitung jenis ditemukan monositosis. Laju endap darah meningkat tetapi tidak dapat menjadi indikator aktivitas penyakit. 2. Tes Tuberkulin Dengan cara Mantoux, disuntikkan PPD 5 TU (0.1 ml) intrakutan. Reaksi pada tubuh dibaca setelah 48-72 jam. Jika indurasi < 5 mm dikatakan tes Mantoux negatif. Indurasi > 10 mm , tes Mantoux positif ; sedangkan indurasi 5 – 9 mm meragukan dan perlu diulang. 3. Bakteriologi Untuk pemeriksaan balteriologik dan histopatologik diperlukan pengambilan bahan melalui biopsi atau operasi. Biopsi dapat dilakukan dengan cara fine needle aspiration dengan tuntunan CT atau video assisted thoracoscopy. Pemeriksaan terhadap bahan pemeriksaan yang diambil dengan biopsi dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik biasa, mikroskopik fluoresen atau biakan. Pada pemeriksaan mikroskopik dapat dilakukan pewarnaan Ziehl Nielsen, Tan Thiam Hok, Kinyoun-Gabbet atau denagn metoda fluorokrom yang memakai pewarnaan auramine dan rhodamine. Pemeriksaan ini membutuhkan sedikitnya 5 x 10 kuman per ml sputum.. Hasil pemeriksaan ini dipengaruhi oleh : jenis spesimen, ketebalan sediaan apus yang dihasilkan, ketebalan pewarnaan, kemampuan dan keahlian pemeriksa. Beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan sensitifitas hasil pemeriksaan sediaan apus secara mikroskopik, yaitu: cytocentrifugation dari bahan pemeriksaan sputum, mencairkan sputum dengan sodium hypochloride diikuti dengan sedimentasi selama satu malam. Jumlah basil tuberkulosis yang didapatkan pada spondilitis tuberkulosa lebih rendah bila dibandingkan dengan tuberkulosis paru. Juga pada pewarnaan biasa hanya sanggup mendiagnosa sekitar separuhnya.
  • 21. 4. Kultur Semua spesimen yang mengandung mikobakteria harus di inokulasi melalui media kultur, karena : kultur lebih sensitifdari pada pemeriksaan mikroskopis, dapat mendeteksi hingga10 bakteri per ml ; kultur dapat melihat perkembangan organisme yang diperlukan untuk identifikasi yang akuratdan dengan pembiakan kuman dapat dilakukan resistensi tes terhadap obat-obat anti tuberkulosa. 5. Histopatologi Secara histopatologik, hasil biopsi memberi gambaran granuloma epiteloid yang khas dan sel datia Langhans, suatu giant cell multinukleotid yang khas. 6. PCR Prinsip kerja PCR adalah 3 tahapan reaksi yang dilakukan pada suhu yang berbeda. Yaitu: denaturasi, aneling primer, dan polimerase. Ini adalah suatu proses amplifikasi DNA yang dilakukan berulangkali. Produk yang dihasilkan bertindak sebagai template untuk siklus berikutnya sehingga setiap siklus menghasilkan produk secara eksponensial. Dengan kemampuan ini PCR dapat mendeteksi basil tuberkulosa yang jumlahnya tidak cukup untuk bisa diperiksa secara mikroskopis atau bakteriologis. Jumlah kuman 10 – 1000 sudah dapat dideteksi dengan pemeriksaan ini. Target yang paling sering digunakan pada pemeriksaan ini adalah IS6110. Deteksi dengan menggunakan IS6110 ini dilakukan dari sputum (pada tuberkulosa paru) dan darah (pada tuberkulosa diluar paru). Pemeriksaan PCR memberikan sensitifitas 94.7% , spesifisitas 83.3% dan akurasi 92% terhadap bahan pemeriksaan yang berasal dari spondilitis tuberkulosa. 7. ICT Tuberkulosis Tes immunokromatografi untuk mendeteksi mikobakterium tuberkulosa atau ICT Tuberkulosis adalah suatu pemeriksaan serodiagnostik dengan mengembangkan antigen untuk mendetekdi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh penderita. Pemeriksaan ini menggunakan membran atau strip nitroselulose yang disensitisasi dengan antigen. Teknik pemeriksaan dengan metode ini cepat dan mudah. Strip dapat dibaca secaramanual atau dibacaoleh densitometer. Antigen yang paling sering digunakan untuk mendiagnosa tuberkulosis adalah antigen 38 kDa dengan sensitifitas 45% – 85% dan spesifisitas 98% PEMERIKSAAN RADIOLOGIK 1. Sinar Rontgen Diperlukan pengambilan gambar dua arah , antero-posterior (AP) dan lateral (L). Pada fase awal, akan tampak lesi osteolitik pada bagian anterior korpus vertebra dan osteoporosis regional. Penyempitan ruang diskus intervertebralis, menujukkan terjadinya kerusakan diskus. Pembengkakan jaringan lunak disekitar vertebra menimbulkan bayangan fusiform. Pada fase lanjut, kerusakan bagian anterior semakin parah. Korpus menjadi kolaps dan terjadi fusi anterior yang menghasilkan angulasi yang khas disebut gibbus. Bayangan opaquepada sisi lateral
  • 22. vertebra, memanjang kearah distal, merupakan gambaran abses psoas pada torakal bawah dan torakolumbal yang berbentuk fusiform. 2. Mielografi Melalui punksi lumbal dimasukkan zat kontras kedalam ruang subdural . Secara konvensional dibuat foto AP/L atau dilakukan pemeriksaan dengan CT-Scan ,disebut CT-mielografi. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran adanya penyempitan pada kanal spinalis dan atau tekanan terhadap medula spinalis. 3. CT-Scan Dapat memperlihatkan bagian-bagaian vertebra secara rinci dan melihat kalsifikasi jaringan lunak. Membantu mencari fokus yang lebih kecil, menentukan lokasi biopsi dan menetukan luas kerusakan. 4. MRI Memiliki kelebihan dalam menggambarkan jaringan lunak dan aman digunakan. MRI juga memiliki kelebihan dalam mendiagnosa penyakit pada masa dini atau lesi multipel dibandingkan CT dan pemeriksaan radiologik konvensional. Gambaran lesi pada T1 weighted Image adalah hypointense sedangkan pada T2 weighted image adalah hiperintens.Lesi juga dapat menjadi lebih jelas dengan injeksi Gadolinium DTPAintravena. Pada spondilitis tuberkulosa akan didapat gambaran dengan lingkaran inflamasi dibagian luar dan sekuester ditengah yang hipointens ; tetapi gambaran ini mirip dengan infeksi piogenik dan neoplasma sehingga tidak spesifik untuk spondilitis tuberkulosa. 5. Sidik Tulang Dengan menggunakan Tc 99M methylene diphosphonatedan isotop gallium-67 , sidik tulang memberikan sensitifitas 92% dan spesifisitas 88%. Pemeriksaan ini tidak digunakan secara rutin. DIAGNOSA Diagnosa dibuat berdasarkan temuan klinis dengan tingkat kecurigaan yang tinggi didaerah endemis, dengan keluhan nyeri dan tanda-tanda infeksi sistemik lainnya disertai dengan hasil pemeriksaan hematologis, radiologis, bakteriologis dan histipatologis. Diagnosa untuk tuberkulosis diluar paru (extra pulmonal tuberculosis) termasuk spondilitis tuberkulosa dapat dikatakan pasti bila secara klinis, dan hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil positif. Jika hasil pemeriksaan bakteriologis dan histopatologis negatif maka disebut sebgai kasus tuberkulosis ekstra paru tersangka. DIAGNOSA BANDING Spodilitis tuberkulosa harus dibedakan dari penyebab destruksi vertebra dan kifosis angular lainnya, yaitu infeksi piogenik non-spesifik dan keganasan Pada infeksi piogenik akut, manifestasi klinik umumnya lebih berat dibandingkan dengan spondilitis tuberkulosa. Pada infeksi, diskus biasanya kolaps sedangkan pada keganasan biasanya masih baik.
  • 23. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi adalah kiposis berat. Hal ini terjadi oleh karena kerusakan tulang yang terjadi sangat hebat sehingga tulang yang mengalami destruksi sangat besar. Hal ini juga akan mempermudah terjadinya paraplegia pada ekstremitas inferior yang dikenal dengan istilah Pott’s paraplegia. Prognosis Prognosis spondilitis TB bervariasi tergantung dari manifestasi klinik yang terjadi. Prognosis yang buruk berhubungan dengan TB milier, dan meningitis TB, dapat terjadi sekuele antara lain tuli, buta, paraplegi,retardasi mental, gangguanbergerak dan lain-lain.Prognosis bertambah baik bila pengobatan lebih cepat dilakukan. Mortalitas yang tinggi terjadi pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun sampai 30% Terapi Operatif Spondilitis TB Terapi operatif spondylitis TB bertujuan untuk menghilangkan sumber infeksi, mengkoreksi deformitas, menghilangkan komplikasi neurologic dan kerusakan lebih lanjut.salahsatutindakan bedah yang penting adalah debridement yang bertujuan untuk menghilangkan sumber infeksi dengan cara membuang semua debri dan jaringan nekrotik, benda asing dan mikro-organisme. Indikasi operasi : 1. Jika terapi konservatif tidak memberikan hasil yang memuaskan, secara klinis dan radiologis memburuk . 2. Deformitas bertambah, terjadi destruksi korpus multiple. 3. Terjadinya kompresi pada medulla spinalis dengan atau tidak dengan deficit neurologic, terdapat abses paravertebral. 4. Lesi terletak torakolumbal, torakal tengah dan bawah pada penderita anak. 5. Radiologis menunjukan adanya sekuester, kavitasi dan kaseonekrotik dalam jumlah yang banyak. Indikasi pembedahan pada spondylitis TB : 1. Deficit neurologis akut, paraparesis atau paraplegia. 2. Deformitas tulang belakang yang tidak stabil atau disertai nyeri. 3. Tidak responsive kemoterapi selama 4 minggu. 4. Abses luas. 5. Biopsy perkutan gagal untuk mendegakan diagnosis 6. Nyeri berat karena kompresi abses.
  • 24. Faktor yang mempengaruhi Kondisi neurologis yang memburuk/defisit neurologis pada Spondilitis TB yaitu : 1. Adanya keterlibatan medula spinalis Keterlibatan spina biasanya merupakan akibat dari penyebaran hematogen dari lesi pulmonal atau dari infeksi sistemgenitourinarius. 2. Akibat pembentukan abses dingin (cold abcess) Cold abcess terbentuk jika infeksi spinal telah menyebar ke otot psoas (abses psoas) atau jaringan ikat sekitar. Cold abcess dibentuk dari eksudasi reaktif proses infeksi. Abses ini sebagian esar dibentuk dari leukosit, materi kaseosa, debris tulang, dan tuberkel basil 3. Abses epidural 4. Penyempitan kanal spinalis oleh abses paravetebral 5. Subluksasio sendi faset patologis 6. Vasculitis, trombosis arteri/vena spinalis 7. Kolaps vertebrae 8. Invasi durameter secara langsung 9. Jaringan granulasi 10. Jaringan neurotik 11. Squestra dari tulang atau jaringan diskus invertebralis Jadi intinya defosit neurologis ini umumnya terjadi karena adanya infeksi tulang yang disebut sebagai spondilitis TB. Dimana defisit neurologis terjadi pada 12-50 % penderita. Defisit yang mungkin terjadi antara lain : paraplegia, paresis, hipestesia, nyeri radikular (menandakan adanya gangguan pada radiks) atau sindrom kauda ekuina. Terjadinya gangguan neurologis menandakan bahwa penyakit telah lanjut, meskipun dapat ditangani, pemeriksaan fisik neurologis yang sangat teliti sangat penting untuk menunjang diagnosis Spondilitis TB. Pada pemeriksaan neurologis bisa didapatkan gangguan fungsi motorik, sensorik, dan autonom.
  • 25. PATOGENESIS infeksi terjadi melaluidebu/titikcairan(droplet) yang mengandungbakteri terhirupmanusia (masukke jalan nafas) mencapai alveolus makrofag memfagosit bakteri TB makrofagtidak mampu menghancurkan bakteri TB bereplikasi dalam makrofag makrofaglisis, kuman membentuk koloni terinfeksiTB bakteri TB hancur tidakterkena infeksi
  • 26. Patofisiologi Paparan MyobacteriumTuberculosis Primaryinfection Anteriordanposterior spinal artery Baston’sparavertebral venousplexus(valveless system) ArteryVenous Infeksi padacentral vertebral body Aliranbebas Infeksi paradiskalregion Bakteri berakumulasidi vertebrae Proliferasi Back pain Infeksi padaanterior invertebrae disccollaps Reaksi inflamasinya membentukgranuloma Terjadi nekrosis kaseosa(ceaseation) Destructionpadavertebrae >1 Penyempitanspinal cordoleh abses,granulasijaringan/ inervasi dural langsung DebrisSquestrum PussColdabsess Deformitasgibbus kyphosis Birdnest Paraplegia Tekanan extradural > Numbness Menyebarke depan Dibawahligament longitudinalanterior