SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
REFERAT
ANATOMI ALAT REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI
Disusun oleh :
Rini Santosa
07120120003
Pembimbing :
dr. Bambang Fadjar Nurtjahjono, Sp. OG
dr. Arie Widiyasa, Sp. OG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDIBIDANAN & KANDUNGAN
RUMKITAL MARINIR CILANDAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 18 MEI – 30 JULI 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................................... 4
2.1. Dinding Abdomen Anterior.................................................................................... 4
2.1.1. Suplai Darah, Inervasi, dan Sistem Limfatik...................................................... 6
2.1. Tulang Pelvis......................................................................................................... 8
2.1.1. Pelvis Mayor dan Pelvis Minor.......................................................................12
2.1.2. Perbedaan Pelvis Perempuan dan Laki-laki.....................................................13
2.1.3. Diameter Pelvis ............................................................................................15
2.1.4. Ligamen Pelvis..............................................................................................17
2.1.5. Diafragma Pelvis...........................................................................................18
2.2. Sistem Reproduksi Perempuan.............................................................................19
2.2.1. Ovarium.......................................................................................................20
2.2.2. Tuba Falopi ..................................................................................................22
2.2.3. Uterus..........................................................................................................23
2.2.4. Ligamen Genitalia Interna.............................................................................27
2.2.5. Vagina..........................................................................................................29
2.2.6. Vulva...........................................................................................................30
2.2.7. Perineum.....................................................................................................33
2.2.8. Kelenjar Mammae........................................................................................35
2.3. Embriogenesis.....................................................................................................36
2.3.1. Plasenta.......................................................................................................36
2.3.2. Embrio.........................................................................................................38
2.3.3. Peredaran darah...........................................................................................43
2.4. Pembentukan Sistem Reproduksi..........................................................................44
BAB III. KESIMPULAN.......................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................48
BAB I. PENDAHULUAN
Ilmu kedokteran berpegang kepada dua ilmu dasar, ilmu fisiologi dan anatomi.
Untuk mengerti dan memahami masalah yang timbul dan menangani masalah tersebut,
tentu mengetahui keadaan yang dinilai normal menjadi hal yang utama.
Ilmu anatomi menjadi penting dalam memahami letak dan bagaiman setiap
organ berhubungan secara geografis satu dengan yang lain dalam keadaan yang
fisiologis, sehingga dapat diketahui morfologi normal sistem-sistem organ tertentu dan
variasi normalnya.
Ilmu anatomi dalam sistem reproduksi salah satunya. Dari hal yang sangat dasar
seperti menentukan jenis kelamin, menentukan jenis persalinan, baik pervaginam
maupun perabdominal, sampai penanganan kasus perdarahan post partum yang
mengancam nyawa semuanya didasarkan pada anatomi sistem reproduksi.
Selain itu di dalam sistem reproduksi ilmu embriologi juga menjadi penting
karena kesehatan ibu dan janin merupakan fokus utama dalam kasus kehamilan.
Melalui ilmu embriologi status kesehatan janin dapat dinilai dan keadaan-keadaan
abnormal dapat diketahui seperti adanya kelainan kongenital.
Permasalahannya saat ini, banyak dokter yang lebih mementingkan
patofisiologi dan obat yang harus diberikan secara teori sedangkan ilmu anatomi
seringkali dianggap remeh dan tidak penting.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Dinding Abdomen Anterior
Lapisan-lapisan pada dinding abdomen anterior dari superfisial hingga
profunda antara lain:
1. Kulit
 Terdapat linea Langer yang tersusun secara transversal, sehingga operas
low section caesarean sectio (LSCS) memberikan penampilan luka
paska operasi yang lebih baik secara estetik dibanding section caesarea
klasik yang memiliki luka lebih lebar
2. Lapisan subkutis
 Di atas umbilikus lapisan subkutis sama dengan lapisan subkutis yang
terleltak di anggota tubuh yang lain, sedangkan di bawah umbilicus
akibat banyaknya jaringan elastin dan kolagen terbentuk dua lapisan
yang sulit ditentukan batasnya yaitu fasia Camper di superior yang
merupakan lapisan lemak dan fasia Scarpa di bagian lebih dalam yang
merupakan lapisan membranosa
 Fasia membranosa (Scarpa) berlanjut ke inferior menuju daerah
perineal sebagai fasia perinealis superfisialis (Colles)
3. Lapisan otot
 Dari luar ke dalam lapisan otot terdiri dari muskulus abdominis obliqua
eksterna, muskulus abdominis obliqua interna, dan muskulus abdominis
transversalis
 Sebelum masing-masing lapisan otot terdapat aponeurosis fibrosa yang
semuanya menyatu dibagian medial dari dinding abdominal anterior
yang disebut linea alba
 Terdapat perbedaan sususan selaput rektus di atas dan di bawah linea
arkuata. Superior dari linea arkuata muskulus rektus abdominis terdapat
di tengah-tengah aponeurosis, sedangkan inferior dari linea tersebut
rektus abdominis terletak di posterior dari aponeurosis
4. Fasia transversalis dan lemak ekstraperitoneal
5. Peritoneum parietal
Gambar 1.1. Lapisan-lapisan dinding abdomen anterior di bawah umbilikus
2.1.1.Suplai Darah, Inervasi, dan Sistem Limfatik
Dinding abdomen anterior disuplai oleh pembuluh darah utama yaitu:
1. Arteri femoralis dan vena safena magna, mensuplai bagian kulit dinding
abdomen anterior hingga ke mons pubis. Arteri ini mempercabangkan:
a. a. epigastrika superfisialis
 menyuplai dinding abdomen superfisial di daerah pubis dan
regio umbilikalis inferior
b. a. iliaka sirkumfleksa superfisialis
 menyuplai dinding abdomen superfisial di daerah regio inguinal
dan anterior tungkai atas
c. a. pudenda eksterna superfisialis
2. Arteri iliaka eksterna, mensuplai bagian otot-otot dan fasia dinding abdomen
anterior. Arteri ini mempercabangkan:
a. a. epigastrika inferior yang beranastomosis di sekitar umbilikus dengan
a. epigastrika superior yang berasal dari cabang a. thoracica interna
 a. epigastrika superior memperdarahi bagian superior dari
muskulus rektus abdominis
 a. epigastrika inferior memperdarahi bagian inferior dari
muskulus rektus abdominis
b. a. iliaka sirkumfleksa profunda
 menyuplai perdarahan muskulus iliakus, fosa iliaka, dan dinding
abdominal bagian dalam regio inguinal
Dinding abdomen anterior dipersarafi oleh nervus subkostalis dari vertebralis
torakal 12 mempersarafi muskulus abdominis obliqua eksterna, dan kulit dinding
abdomen anterior inferior, nervus iliohipogastrika yang mempersarafi kulit di area
suprapubis, nervus ilioinguinal yang menyalurkan sensasi somatik dari dinding
abdominal anterior inferior dan bagian superior dari labia mayor sampai bagian medial
dari paha melalui cabang inguinal. Nervus iliohipogastrika dan ilioinguinal berasal dari
vertebralis lumbalis 1 dan turut mempersarafi bagian muskulus abdominis obliqua
interna dan muskulus abdominis transversalis. Sedangkan secara dermatomal
persarafan dinding abdomen anterior merupakan perpanjangan nervus interkostalis dari
vertebralis torakal 7-11 yang secara rinci dibagi menjadi:
1. T7-T9 menyuplai kulit superior dari umbilikus
2. T10 menyuplai kulit sekitar umbilikus
3. T11, beserta T12 dan L1 menyuplai kulit inferior dari umbilikus.
Aliran limfatik dari dinding abdomen anterior antara lain:
1. Pembuluh limfatik superfisial
 Mengikuti alur vena subkutan, superior dari bidang transumbilikalis
akan dialirkan ke KGB aksilaris, dan sebagian ke KGB parasternal.
Aliran inferior dari bidang transumbilikallis akan dialirkan ke KGB
inguinalis superfisialis
2. Pembuluh limfatik profunda
 Mengikuti alur vena profunda dan mengalir ke KGB iliaka eksterna,
iliaka komunis, dan lumbalis dekstra sinistra
2.1. Tulang Pelvis
Pelvis adalah bagian batang tubuh yang berada di inferioposterior dari abdomen
dan menjadi area transisi antara batang tubuh dengan tungkai. Tulang pelvis terdiri dari
2 tulang panggul atau os koksa dan 1 tulang ekor atau os sacrum, dan os koksigis.
Kedua os koksa menyatu di bagian depan pada sendi simfisis pubis, sedangkan di
bagian posterior menyatu dengan sakrum pada sendi sakroiliaka. Tulang pelvis
berfungsi untuk menopang kolumna vertebralis dan organ-organ abdomen dan pelvis
itu sendiri.
Masing-masing tulang panggul terdiri dari 3 tulang yang dipisahkan oleh
kartilago yaitu: ilium yang terletak di superior, pubis yang terletak di inferior anterior,
dan tulang ischium di inferior posterior. Ketiga tulang tersebut akan mulai menyatu di
usia pubertas.
Tulang Ilium merupakan tulang terbesar diantara 3 komponen tulang panggul
(os koksa), yang dibagi menjadi bagian ala superior dan bagian badan inferior. Pada
bagian badan terdapat acetabulum yang merupakan socket dari kaput tulang femur.
Batas superior dari ilium, yaitu krista iliaka, yang ujung anteriornya berfungsi sebagai
penanda tulang panggul yaitu Spina Iliaka Anterior Superior. Keempat spina iliaka
(anterior posterior superior inferior) merupakan tempat menempelnya tendon dari otot-
otot badan, panggul, dan paha. Di bawah spina iliaka posterior inferior terdapat takik
ischiadicus mayor sebagai tempat nervus ischiadicus lewat. Bagian medial dari tulang
ilium terdapat fossa iliaka, tempat tendon muskulus iliakus menempel. Bagian
posterior dari fosa tersebut terdapat tuberositas iliaka, tempat penempelan ligamentum
sakroiliaka, dan pada permukaan auricular yang berartikulasi dengan sakrum
membentuk sendi sakroiliaka. Dari permukaan auricular terdapat penonjolan ke arah
anterior inferior membentuk linea arkuata. Pada bagian lateral dari tulang ilium
terdapat 3 arkus tempat menempelnya otot-otot gluteus yaitu, linea gluteal posterior,
linea gluteal anterior, dan linea gluteal inferior.
Tulang ischium merupakan bagian inferior posterior dari tulang panggul, yang
dibagi menjadi bagian superior (korpus) dan bagian inferior (ramus). Bagian ramus dari
ischium akan menyatu dengan ramus inferior dari tulang pubis. Bagian-bagian penting
dari tulang ischium ialah penonjolan spina ischiadica, takik ischiadica minor dibawah
spina tersebut, dan tuberositas ischiadica. Bagian ramus dan rubis membentuk lubang
foramen obturator yang dilewati oleh saraf-saraf dan pembuluh darah.
Tulang pubis merupakan bagian anterior dan inferior dari tulang panggul.
Terdapat ramus superior dan inferior, dan korpus diantara rami. Batas anterior superior
dari korpus pubis adalah krista pubis dan ujung lateralnya terdapat penonjolan disebut
tuberkulum pubis yang merupakan awal dari garis menjol yaitu linea pectinea. Linea
ini memisahkan pelvis asli dan pelvis palsu. Simfisis pubis merupakan sendi diantara
2 tulang pubis yang mengandung lempeng fibrokartilago (diskus pubis). Di bawah dari
sendi ini terdapat 2 rami inferior dari tulang pubis yang membentuk arkus pubis.
Besaran sudut yang dibentuk oleh arkus pubis menentukan jarak antara kedua
tuberositas ischiadica. Pada state lanjut dari kehamilan hormon relaxin yang diproduksi
oleh ovarium dan plasenta menginkatkan fleksibilitas dari simfisis pubis untuk
mempermudah proses persalinan.
Acetabulum adalah cekungan dalam yang terbentuk dari penyatuan tulang
ilium, ischium dan pubis pada bagian inferior, yang berfungsi sebagai rongga tempat
masuknya kaput tulang femur. Rongga acetabulum bersamaan dengan kaput femur
membentuk sendi panggul. Bagian inferior dari acetabulum terdapat lekukan, takik
acetabular yang membentuk foramen dimana pembuluh darah dan saraf melewatinya
dan sebagai tempat menempelnya ligament femur
Tulang sakrum berbentuk baji, tersusun atas penyatuan dari lima vertebralis
sakralis. Inferior dari sakrum terdapat tulang koksigis yang tersambung melalui sendi
sakrokoksigeal. Tulang koksigis merupakan tulang kecil dan terdiri atas 4 vertebra
koksigis. Sendi koksigea inilah yang memungkinkan os koksigis tertekan ke belakang
pada waktu kepala janin lahir.
2.1.1. Pelvis Mayor dan Pelvis Minor
Tulang pelvis dibagi menjadi bagian superior dan inferior oleh pelvic brim atau
pelvic inlet atau appertura pelvis superior atau pintu atas panggul (PAP). PAP
merupakan bidang imajiner yang dibatasi oleh lingkaran yang terbentuk dari
promontorium sakralis di posterior, linea arkuata dan linea pectinea di bagian lateral,
serta krista pubis dan simfisis pubis di bagian anterior. Gabungan linea arkuata, linea
pectinea, dan krista pubis disebut juga linea terminalis.
Superior dari bidang imajiner ini merupakan pelvis palsu atau pelvis mayor.
Pelvis major dibatasi oleh vertebralis lumbar di posterior, bagian atas dari tulang
panggul di lateral, dan dinding abdomen di bagian anterior. Isi dari rongga pelvis mayor
adalah organ-organ visera abdomen. Pada bagian inferior dari appertura pelvis mayor
merupakan pelvis minor atau pelvis palsu, rongga ini dibatasi oleh sakrum dan koksigis
di posterior, bagian inferior dari tulang ilium dan ischium di lateral, dan tulang pubis
di bagian anterior. Rongga pelvis minor berisi organ-organ urogenital. Bagian superior
dari pelvis minor merupakan PAP dan bagian bawahnya adalah pintu bawah panggul
(PBP), appertura pelvis inferior atau pelvic outlet. Pelvic outlet dibentuk oleh arkus
pubis, tuberositas ischiadica, dan batas inferior dari ligamentum sakrotuberosum, serta
ujung dari tulang koksigis. Aksis pelvis adalah garis imajiner yang ditarik dari pusat
bidang PAP sampai ke pusat bidang PBP dimana sumbu ini merupakan alur yang akan
dilewati kepala janin dalam proses persalinan.
2.1.2.Perbedaan Pelvis Perempuan dan Laki-laki
Secara umum tulang laki-laki lebih besar, lebih berat, dan lebih besar
permukaannya dibanding perempuan dengan usia dan postur yang serupa. Perbedaan
yang signifikan terbentuk dari hasil adaptasi untuk proses kehamilan dan persalinan.
Pada perempuan panggul relatif lebih besar dan lebih dangkal dibanding pada laki-laki,
sehingga panggul perempuan memiliki ruang yang lebih luas untuk mengakomodasi
jalannya kepala janin pada persalinan.
Tulang Pelvis Laki-laki Perempuan
Struktur Umum Berat dan tebal Ringan dan tipis
Pelvis Mayor Dalam Dangkal
Pelvis Minor Sempit dan dalam, tapering Lebar dan dalam, berbentuk
silindris
Apertura pelvis superior
(PAP)
Berbentuk hati, sempit Oval dan bulat
Apertura pelvis inferior (PBP) Relatif kecil Relatif besar
Arkus pubis dan sudut
subpubis
Sempit (<70⁰) Lebar (>80⁰)
Foramen obturator Lingkaran Oval
Acetubulum Besar Kecil
Takik ischiadica mayor Sempit dan berbentuk V
terbalik
Hampir 90⁰
Variasi Bentuk Pelvis pada Perempuan dan Laki-laki menurut Caldwell-Moloy:
1. Ginekoid
 Bentuk pelvis yang normal pada perempuan di mana diameter
anteroposterior dan diameter transversalis sama panjang dan sumbu
tepat berada di tengah sehingga bentuk PAP cenderung lingkaran
sempurna
2. Android
 Biasanya bentuk pelvis pada laki-laki dengan diameter anteroposterior
dan diameter transversalis sama panjang tetapi sumbu tengah lebih
dekat kearah posterior sehingga PAP berbentuk seperti hati
3. Platipeloid
 Bentuk pelvis dengan diameter anteroposterior lebih pendek dibanding
diameter transversalis dan bentuk PAP lonjong horisontal
4. Antropoid
 Bentuk pelvis dengan diameter anteroposterior lebih panjang dibanding
diameter transversalis dan bentuk PAP lonjong vertical
Biasanya perempuan memiliki bentuk panggul ginekoid atau antropoid yang
dimana panggul dapat menanggung proses persalinan tanpa menimbulkan bahaya
terhadap janin
2.1.3. Diameter Pelvis
Ukuran dari pelvis minor menjadi penting karena merupakan rongga tempat
janin lewat ketika proses persalinan pervaginam berlangsung. Untuk menentukan
kapasitas panggul perempuan dalam persalinan, diameter pelvis minor dapat
ditentukan secara radiografi atau manual melalui pemeriksaan panggul. Diameter dari
pelvis minor antara lain:
1. Diameter anteroposterior
a. Konjugata obstetrika: ditarik dari promontorium sakralis hingga batas
posterosuperior dari simfisis pubis. Merupakan jarak absolut tersempit
yang harus dapat dilewati oleh kepala bayi dalam proses persalinan
pervaginam. Normal konjugata obstetrika >11 cm
b. Konjugata diagonalis: adanya vesika urinaria tidak memungkinkan
pengukuran langsung konjugata obstetrika. Karena itu pengukuran
dilakukan melalui pemeriksaan dalam terhadap konjugata diagonalis
yang merupakan garis yang ditarik dari promontorium sakralis ke batas
inferior dari simfisis pubis. Konjugata obstetrika lebih pendek 1,5 cm
dibanding konjugata diagonalis
2. Diameter lintang
a. Diameter interspinosus: merupakan diameter terpendek dari
keseluruhan kanalis pelvis, akan tetapi jarak antar spina ischiadica ini
dapat melebar pada saat kehamilan. Normalnya >10 cm
b. Diameter transversa: jarak terpanjang dari garis lintang pintu atas
panggul, biasanya sekitar 12,5-13,5 cm
3. Diameter oblikua
a. Garis yang dibuat antara persilangan konjugata obstetriksa dengan
diameter transversa ke sendi sakroiliaka, panjangnyaa sekitar 13 cm
2.1.4.Ligamen Pelvis
1. Ligamentum sakroiliaka:
a. Ligamentum sakroiliaka anterior
b. Ligamentum sakroiliaka posterior
c. Ligamentum sakroiliaka interosseous
2. Ligamentum iliolumbar
3. Ligamentum sakrotuberosum
4. Ligamentum sakrospinosum
5. Ligamentum pubis superior dan inferior
6. Ligamentum sakrokoksigeal anterior dan posterior
Ligamen-ligamen ini berfungsi untuk menjaga kestabilan pelvis dengan
membatasi pergerakan dan rotasi berlebih dari tulang-tulang pelvis, serta membantu
memperluas titik berat dari tulang-tulang vertebra menjadi tersebar ke seluruh tulang
pelvis.
2.1.5. Diafragma Pelvis
Diafragma pelvis merupakan system muscular sebagai penyokong dari organ-
organ dalam pelvis. Kumpulan otot ini terdiri dari m. levator ani dan m. koksigeus.
Levator ani dibentuk oleh muskulus pubokoksigeus, puborektalis, dan ileokoksigeus.
Pubokoksigeus dibagi lagi menjadi pubovaginalis, puboperinealis, dan puboanalis
sesuai dengan tempat insersi masing-masing otot.
Longgarnya ligamen dan lemahnya otot-otot difragma pelvis menjadi faktor
penyebab terbesar terjadinya prolapse dari organ-organ pelvis ataupun inkontinensia
uteri.
2.2. Sistem Reproduksi Perempuan
Fungsi dari Sistem Reproduksi Perempuan adalah:
1. Ovarium memproduksi oosit sekunder dan hormon, termasuk progesteron,
estrogen inhibin dan relaksin
2. Tuba uterina mengantarkan oosit sekunder ke uterus dan biasanya menjadi
tempat terjadinya fertilisasi
3. Uterus adalah tempat implantasi dari ovum yang telah terfertilisasi, dan tempat
perkembangan janin selama kehamilan
4. Vagina merupakan tempat masuknya penis ketika berhubungan seksual dan
tempat jalan keluarnya janin pada persalinan
5. Kelenjar mamae mensintesis, mensekresi, dan mengeluarkan susu untuk
menutrisi bayi baru lahir
2.2.1.Ovarium
Kelenjar gonad yang berbentuk dan berukuran seperti kacang almond, yang
berhomolog dengan testis. Ovarium memproduksi gamet, oosit sekunder yang tumbuh
menjadi ovum matang setelah adanya fertilisasi, dan memproduksi hormon yaitu
progesteron, estrogen, inhibin dan relaksin.
Ovum paling sering terletaak di bagian atas dari rongga pelvis dan masuk ke
lekuan fossa ovarium Waldeyeri diantara pembuluh ilaka interna dan eksterna.
Ligamentum yang menahan posisi ovarium adalah ligamentum latum, yaitu lipatan
peritoneum parietal, menempel dengan ovarium pada bagian mesovarium.
Ligamentum ovarium yang menahan ovarium pada uterus, dan ligamentum
suspensorium yang menahan ovarium pada dinding pelvis yang sekaligus menjadi
tempat masuknya saraf dan pembuluh darah ovarika. Masing-masing ovarium
memiliki hilum tempat masuk keluarnya pembuluh darah dan saraf yang sejalan
dengan menempelnya mesovarium.
Secara histologi ovarium dilapisi oleh epitel germinal dan memiliki bagian-
bagian, antara lain:
1. Tunika albuginea:
 kapsul jaringan ikat irregular berwarna putih yang terletak tepat di
dalam epitel germinal
2. Korteks ovarium:
 bagian di dalam tunika albuginea. Berisi folikel-folikel ovarium yang
dikelilingi oleh jaringan ikat padat irregular mengangung serat kolagen
dan sel stroma
3. Medulla ovarium:
 Terletak di dalam korteks ovarium. Batas antara medulla dengan
korteks tidak dapat dibedakan, akan tetapi medulla terdiri dari jaringan
ikat longgar dan mengandung pembuluh darah, pembuluh limfa, dan
saraf.
4. Folikel ovarium:
 Berada di dalam korteks ovarium dan mengandung oosit dalam berbagai
stadium perkembangan dan sel-sel disekitarnya yang berfungsi untuk
menutrisi oosit yang sedang berkembang sampai mulai mensekresi
estrogen seiring bertambah besarnya folikel
5. Folikel de Graaf (matur)
 Folikel ovarium besar dan berisi cairan yang siap untuk rupture dan
mengeluarkan oosit sekunder dalam proses ovulasi
6. Korpus luteum
 Mengandung sisa-sisa folikel matur setelah terjadinya ovulasi. Korpus
luteum memproduksi progesterone, estrogen, relaksin, dan inhibin
sampai berdegenerasi menjadi jaringan parut yang disebut korpus
albikan.
Ovarium dipersarafi oleh system simpatik dan parasimpatik. System simpatik
berasal dari plexus ovarika yang sejalan dengan pembuluh darah ovarika. Sebagian lain
berasal dari pleksus yang mengelilingi a. uterine cabang ovarika.
2.2.2.Tuba Falopi
Tuba falopi atau oviduk memanjang dari sisi lateral uterus dan berada di dalam
ligamentum latum. Tuba uterine merupakan alur masuknya sperma untuk mencapai
ovum dan mengantarkan oosit sekunder dan ovum terfertilisasi dari ovarium ke uterus.
Tuba falopi dibagi menjadi beberapa bagian:
1. Fimbriae: bagian paling dekat dengan ovarium yang berbentuk menjari yang
berfungsi untuk menangkap oosit sekunder dari ovarium
2. Infundibulum: terletak medial dari fimbriae, berbentuk seperti corong
3. Ampula: bagian terlebar dan terpanjang dari tuba falopi, biasanya menjadi
tempat terjadinya fertilisasi
4. Isthmus: bagian paling medial dari tuba falopi yang pendek, sempit, berdiding
tebal, dan bersinambungan langsung dengan uterus
5. Interstitial: bagian tuba falopi yang masuk ke dinding otot dari uterus
Secara histologi tuba falopi terdiri dari tiga lapis yaitu, mukosa, muskularis, dan
serosa. Pada bagian mukosa terdapat epitel kolumnar selapis bersilia yang berfungsi
untuk memindahkan ovum terfertilisasi dari tuba ke uterus, dan sel peg yang
mensekresi cairan untuk menutrisi ovum. Pada lapisan muskularis terdiri dari otot
polos sirkular yang tebal pada bagian dalam dan otot polos longitudinal yang tipis pada
bagian luar. Gerakan kontraksi peristaltic dari lapisan muskularis dan aktivitas silia
pada lapisan mukos membantu pergerakan oosit atau ovum terfertilisasi menuju uterus.
2.2.3.Uterus
Uterus merupakan tempat implantasi dari ovum yang telah terfertilisasi,
perkembangan janin selama kehamilan, and persalinan. Jika tidak terjadi proses
fertilisasi dinding uterus lah yang menjadi sumber perdarahan pada menstruasi.
Uterus terletak diantara vesika urinaria dan rectum dengan ukuran dan bentuk
seperti buah pir terbalik. Ukuran uterus dipengaruhi oleh pernah tidaknya mengandung
dan pengaruh hormon. Secara anatomi uterus dibagi menjadi 3 bagian, fundus yaitu
bagian superior dari uterus yang berbentuk seperti kubah, korpus bagian sentral dari
uterus, dan serviks yang merupakan bagian sempit di uterus inferior. Diantara korpus
dan serviks uterus terdapat bagian yang disebut isthmus yang akan menjadi segmen
bahan rahim pada kehamilan. Bagian dalam dari serviks disebut kanalis servikalis yang
memiliki 2 lubang yaitu ostium internal yang bersinambungan dengan rongga uterus
dan ostium eksternal yang mengarah ke vagina.
Pada normalnya korpus uterus berada di posisi yang mengarah ke anterior dan
superior dari vesika urinaria dalam posisi yang disebut antefleksi sehingga serviks
terproyeksi ke arah inferior posterior dan masuk ke dinding anterior dari vagina.
Secara histologi uterus terdiri dari 3 lapisan jaringan, yaitu perimetrium atau
serosa, myometrium, dan endometrium. Perimetrium merupakan lapisan terluar yang
terbentuk dari epitel kubus selapis dan jaringan ikat areolar dan merupakan kelanjutan
dari peritoneum visceral. Pada bagian lateral lapisan ini membentuk ligamentum latum,
pada anterior membentuk kantong vesicouterina, sedangkan pada bagian posterior
membentuk kantong rektouterina atau kavum Douglas.
Lapisan tengah dari uterus yaitu myometrium terdiri dair tiga lapis serat otot
polos dimana serat-serat paling tebal berada di fundus sedangkan yang paling tipis
berada di serviks. Lapisan paling luar dan paling dalam dari serat otot tersebut berpola
longitudinal atau oblik, sedangkan serat otot tengah sirkular. Selama persalinan,
kontraksi myometrium sebagai respons oksitosin membantu pengeluaran janin dari
uterus.
Lapisan dalam uterus yaitu endometrium merupakan lapisan yang kaya akan
pembuluh darah dan memiliki tiga komponen yaitu epitel selapis kolumnar, stroma,
dan kelenjar endometrial. Endometrium di bagi menjadi 2 lapis yaitu stratum
fungsional yang luruh ketika menstruasi dan stratum basalis yang ada secara permanen.
Uterus disuplai oleh arteri uterina yang merupakan cabang dari arteri iliaka
interna dan arteri ovarika cabang langsung dari aorta abdominalis. Arteri uterina
mempercabangkan arteri arkuata dan masuk ke myometrium, yang kemudian
mempercabangkan lagi menjadi arteri radialis. Arteri uterina yang mengarah ke tuba
falopi akan terbagi menjadi 3 cabang yaitu, cabang ovarium yang beranastomosis
dengan arteri ovarika terminalis, cabang tubal yang menyuplai tuba falopi, dan cabang
fudal yang menyuplai bagian fundus uteri. Di lateral dari serviks arteri uterina akan
bersilangan dengan ureter, hal ini penting untuk diidentifikasi ketika akan melakukan
histerektomi.
Arteri ovarika masuk ke ligamentum latum melalui ligamentum
infundibulopelvikum sebelum cabang-cabangnya masuk ke ovarium, sebagian lain
akan beranastomosis dengan cabang arteri uterina. Darah keluar dari uterus melalui
vena uterina kemudian menjadi vena iliaka, darah dari ligamentum latum akan
mengalir ke pleksus pampiniformis dan menuju vena ovarika, dimana vena ovarika
kanan berlanjut ke vena cava inferior, sedangkan vena ovarika kiri berlanjut ke arteri
renalis sinistra.
Persarafan oleh nervus pelvikum parasimpatik berasal dari S2-S4 yang
bergabung menjadi ganglion servikalis Frankenhauser. Sedangkan sistem simpatik
masuk ke rongga pelvis melalui pleksus iliaka interna tepat di bawah promontorium
sakralis yang kemudian turun menjadi pleksus uterovaginalis Frankenhauser. Cabang
dari pleksus ini menyuplai uterus, vesika urinaria, dan vagina superior. Saraf yang
berasal dari T11-T12 merupakan alur rangsang nyeri yang dapat diberikan oleh uterus
ketika terjadi kontraksi. Saraf somatis dari serviks dan bagian superior vagina berasal
dari S2-S4, sedangkan inferior vagina berasal dair nervus pudenda.
2.2.4.Ligamen Genitalia Interna
Beberapa ligament baik yang merupakan kelanjutan dari peritoneum parietal
maupun jaringan fibromuskular berfungsi untuk menjaga posisi dari uterus dan organ
genitalia interna lain. Ligamen-ligamen tersebut antara lain:
1. Ligamentum latum, merupakan lipatan dari peritoneum yang menempelkan
uterus pada kedua sisi rongga panggul. Ligamentum di bagi menjadi 3
bagian berdasarkan struktur yang ditutupinya, yaitu:
a. Mesosalfing, berada disekitar tuba falopi
b. Mesovarium, berada disekitar ovarium
c. Mesoteres, berada di sekitar ligamentum teres uteri
d. Parametrium
2. Ligamentum suspensorium ovari (ligamentum infundibulopelvikum),
menempelkan fimbriae ke dinding pelvis dan tempat lewatnya pembuluh
ovarium
3. Ligamentum uterosakral, juga merupakan kelanjutan dari peritoneum yang
menghubungkan uterus dengan tulang sakrum.
4. Ligamentum kardinalis (Mackenrodt atau ligamentum serkivalis
transversum), terletak di bagian inferior dari dasar ligamentum latum dan
memanjang dari dinding pelvis ke serviks dan vagina.
5. Ligamentum teres uteri (homolog dengan gubernaculum testis) ikatan
jaringan ikat diantara kedua lapisan ligamentum latum, dan memanjang dari
uterus tepat di inferior dari tuba uterina ke arah labia mayor. Terdapat a.
Sampson berjalan di ligament ini sebagai cabang dari a. uterina.
Ligamen-ligamen inilah yang menjaga uterus tetap pada posisinya, tetapi tetap
memberikan ruang yang cukup untuk terjadinya pergerakan sehingga tetap ada
kemungkinan terjadinya malposisi uterus yaitu retrofleksi.
2.2.5.Vagina
Vagina berbentuk seperti tabung dilapisi dengan membrane mukosa yang
memajang dari sisi luar badan hingga serviks uterine, berada di antara vesika urinaria
yang dipisahkan oleh septum vesikovaginal dan rectum yang dipisahkan oleh kavum
rektouterina atau Douglasi. Bagian yang mengelilingi vagina dan menempel pada
serviks disebut fornix. Terdapat 2 forniks lateral, forniks anterior, dan posterior.
Secara histologi terdiri dari epitel kubus berlapis dan jaringan ikat areolar yang
berlipat-lipat disebut rugae yang terletak di dinding anterior dan posterior vagina.
Terdapat selapis membrane mukosa tipis yang kaya pembuluh darah yang menutupi
sebagian liang luar dari vagina, orifisium vaginalis, yang disebut hymen. Lubang
hymen dapat berdiameter dari pin point hingga 1 hingga 2 jari. Hymen yang menutupi
keseluruhan orifisium disebut hymen imperforata yang menyebabkan darah menstruasi
tertahan di dalam vagina.
Vaskularisasi vagina disuplai oleh beberapa pembuluh darah sebagai berikut:
1. Bagian proksimal
 Cabang dari a. uterina yaitu a. servikalis dan a. vaginalis yang
merupakan cabang dari a. uterina, a. vesikalis inferior, atau langsung
dari a. iliaka interna
2. Bagian dinding posterior:
 a. rektalis media
3. Bagian distal:
 a. pudenda interna
Aliran limfatik sepertiga bawah mengarah ke kelenjar getah bening inguinalis,
kelenjar getah bening iliaka interna untuk sepertiga tengah, dank e kelenjar getah
bening iliaka komunis, interna, dan eksterna untuk sepertiga atas.
2.2.6.Vulva
Vulva atau pudendum mengacu pada genitalia eksternal dari perempuan dan
terdiri dari beberapa komponen antara lain:
1. Mons Pubis
 Terletak anterior dari vaginal dan ostium urethra dan merupakan
tumpukan jaringan adipose yang dilapisi kulit dan rambut pubis
sebagai bantalan simfisis pubis
2. Labia Mayor (homolog terhadap skrotum)
 Lipatan kulit secara longitudinal yang memanjang secara inferior
dan posterior. Labia mayor juga dilapisi oleh rambut pubis, banyak
jaringan adipose, kelenjar sebasea, dan kelenjar apocrine
sudoriferus.
 Jaringan lemak yang membuat labia mayor menjadi tebal dan
disuplai oleh pleksus vena yang sering menjadi varises ketika hamil.
3. Labia Minor (homolog terhadap uretra pars spongiosum)
 Lipatan kulit longitudinal yang lebih kecil dibanding labia mayor.
Tidak terdapat rambut pubis dan jaringan lemak, tetapi mengandung
banyak kelenjar sebasea dan beberapa serat otot
 Terdiri dari 2 lamela dan terletak di medial dari labia mayor
 Pada bagian atas sepasangan bawah bersatu membentuk frenulum
klitoris, sedangkan yang atas membentuk preputium, bagian bawah
membentuk fourchette
4. Klitoris (homolog terhadap corpora cavernosa)
 Jaringan kecil berbentuk silindris dan mengandung banyak saraf dan
pembuluh darah. Klitoris terletak di bagian perbatasan anterior
dengan labia minor. Terdapat lapisan kulit yang disebut preputium
klitoris sebagai titik penyatuan klitoris dengan labia minor.
 Bagian klitoris yang terpapar langsung dari luar disebut glans
klitoris dan berhomolog dengan glans penis pada laki-laki.
5. Vestibularis (homolog terhadap uretra pars membranosa)
 Bagian diantara labia minor, terdiri dari hymen, orifisium vaginalis,
ostium urethra externa, dan pembukaan dari duktus beberapa
kelenjar
 Ostium urethra externa (OUE) terletak di anterior dari orifisium
vaginalis dan posterior dari klitoris, di sisi lateralnya terdapat
pembukaan dari duktus kelenjar paraurethral mayor atau kelenjar
Skene yang berhomolog dengan prostat.
 Posterior dari OUE terdapat orifisium vaginalis yang pada sebagian
orang masih tertutupi oleh hymen. Di sisi lateralnya terdapat
kelenjar vestibular mayor atau kelenjar Bartholin yang berhomolog
dengan kelenjar bulbourethral
 Fossa navikularis: hanya terlihat pada perempuan nulipara, yaitu
bagian posterior dari vestibularis diantara orifisium vaginalis
dengan fourchette
6. Bulbus vestibularis (homolog terdahap corpus songiosum dan bulbus penis)
 Terdiri dari dua massa jaringan erektil di dalam labia di sisi
orifisium vaginalis yang dapat membesar oleh aliran darah. Terletak
di bawah muskulus bulbokavernosum.
 Jika terjadi trauma saat persalinan dan rupture, akan membentuk
hematoma vulva
7. Kelenjar
 Kelenjar Parauretra: yang paling besar disebut Kelenjar Skene,
terletak di distal dekat OUE. Inflamasi atau infeksi pada kelenjar ini
menyebabkan diverticulum uretra.
 Kelenjar Vestibularis Minor: kelenjar dangkal yang dibatasi oleh
epitel selapis yang mensekresi musin dan terbuka di sekitar linea
Hart
 Kelenjar Vestibularis Mayor (Bartholin): terletak inferior dari
bulbus vestibularis dan muskulus bulbokavernosum di sisi luar
orifisium vaginalis, dan distal di arah jam 5 dan 7 dari cincin hymen.
Jika terjadi infeksi dan obstruksi dapat membengkak membentuk
abses.
2.2.7.Perineum
Area berbentuk belah ketupat yang terdapat di medial dari kedua paha dan
bokong yang mengandung genitalia externa dan anus. Perineum dibatasi oleh simfisis
pubis dan rami ischipubis di anterior, tuberositas ischiadica dan ligamentum
sakrotuberosum di lateral, serta tulang koksigis di sisi posterior.
Garis imajiner yang ditarik dari kedua tuberositas ischiadica memisahkan
perineum menjadi segitiga anterior (urogenital) yang berisi genitalia eksterna dan
segitiga posterior yang berisi anus.
1. Segitiga anterior (urogenital)
 Batas: rami pubis, tuberositas ischiadica, muskulus perineum
transversum superfisialis
 Dibagi menjadi membran perineum luar dan dalam
 Struktur-stuktur di dalam membran perineum luar antara lain
 muskulus ischiocavernosum yang berfungsi untuk membuat
klitoris ereksi
 muskulus bulbocavernosum untuk mengkonstriksi lumen
vagina dan melepaskan sekresi lubrikan dari kelenjar Bartholin
 muskulus perineum transversum superfisialis
 Struktur-struktur di dalam membran perineum dalam antara lain:
 Muskulus kompresor uretra
 Muskulus sfingter uretrovaginalis
 m. sfingter uretra eksterna
 Sebagian dari uretra dan vagina
 Cabang dari a. pudenda interna
 Nervus klitoris dorsalis dan vena klitoris
2. Segitiga posterior (anal)
 Fossa ischiorektal: menopang organ sekitar tetapi memungkinkan
distensi rectum saat defekasi dan peregangan vagina saat persalinan
 Kanalis analis
 Komplek sfingter ani
 Cabang dari saraf pudenda
 Berasal dari S2-S4 melewati m. pirifromis dan m. koksigis dan
keluar lewat foramen ischiadica mayor di posteromedial dari
spina ischiadica
 Sebagai saraf yang di blok ketika melakukan anestesi lokal
(pudendal nerve block)
 n. pudenda masuk ke dalam perineum dan terbagi menjadi n.
klitoris dorsalis, n. perineum, dan n. rektalis inferior
 Suplai pembuluh darah tersebat melalui a. pudenda interna dan
percabangannya termasuk a. rektalis inferior dan a. labialis posterior
2.2.8.Kelenjar Mammae
Payudara terletak di anterior dari muskulus pektoralis mayor dan serratus
anterior, yang padanya terdapat lapisan fasia jaringan ikat padat irregular. Pada setiap
payudara terdapat puting susu yang merupakan tempat keluarnya produksi dari duktus
lactiferous. Area kulit berpigmentasi disekitar putting disebut areola yang mengandung
kelenjar sebasea. Terdapat untaian-untaian ligament suspensorium (Ligamen Cooper)
diantara kulit dan fasia yang berfungsi menopang payudara. Ligament ini menjadi
semakin longgar seiring dengan usia atau tarikan berlebih akibat olahraga jangka
panjang. Di dalam setiap payudara terhadap kelenjar mammae yang merupakan
kelenjar sudoriferus yang memproduksi susu. Setiap kelenjar mengandun 15-20 lobus
terpisahkan oleh jaringan adiposa. Di setiap lobus terdapat kompartemen lebih kecil
yaitu lobules yang terdiri dari alveoli-alveoli kelenjar susu. Setelah produksi susu
terjadi akan disalurkan ke tubulus-tubulus sekunder berlanjut ke duktur mammae. Di
dekat puting duktus tersebut melebar menjadi sinus laktiferus, di mana susu yang
terproduksi disimpan terlebih dulu sebelum dialirkan ke duktus laktiferus.
2.3. Embriogenesis
2.3.1.Plasenta
Setelah terjadi fertilisasi, oosit sekunder melanjutkan fase meiosis dan menjadi
zygot, sel diploid dengan 46 kromosom, dan terjadi pembelahan sel menjadi blastomer,
morula, kemudian blastosit. 4-5 hari setelah fertilisasi, sel-sel blastula berdiferensiasi
menjadi inner cell mass atau embrioblas dan trofoblas. Setelah itu terjadi proses
pelepasan blastosit dari zona pellucida dan menuju ke rongga uterus untuk melakukan
implantasi pada endometrium di hari ke 6-7 paska fertilisasi.
Pada hari ke 8 setelah terjadi implantasi, trofoblas akan berdiferensiasi menjadi:
1. Sinsitiotrofoblas: sinsitium multinukleus di bagian luar
a. Tidak memiliki sel-sel individual
b. Terdiri dari sitoplasma tanpa batas sel yang tegas, sehingga
memungkinkan terjadinya transport melewati lapisan ini
2. Sitotrofoblas: sel mononukleus primitive di bagian dalam
a. Dapat sintesis DNA dan mitosis
b. Batas sel jelas
Setelah implantasi lengkap sitotrofoblas melanjutkan pembentukannya dan
menghasilkan vili dan ekstravili trofoblas. Vili trofoblas akan menjadi vili korionik
yang berfungsi sebagai transport oksigen dan nutrien antara ibu dan janin. Vili
sekunder akan terbentuk setelah mesoderm ekstraembrionik menginvasi kolumna
trofoblas, dan setelah terjadi angiogenesis akan terbentuk vili tersier. Ekstravili
trofoblas bermigrasi ke desidua dan myometrium serta melakukan penetrasi terhadap
pembuluh darah ibu yang nantinya lebih jauh dibedakan menjadi interstisial dan
endovaskular. Trofoblas interstisial menginvasi desidua dan masuk ke dalam
myometrium membentuk placental bed dan mengelilingi arteri spiralis dan
mempersiapkan trofoblas endovaskular untuk mengivasi lumen arteri spiralis.
Di dalam rongga blastosit muncul sel soliter yang nantinya akan menjadi
mesenkim embrionik, bagian mesoderm yang melapisi rongga blastosit disebut vesikel
korion, membrannya disebut korion yang terbentuk dari trofoblas dan mesenkim.
Korion dibagi menjadi frondosum dan laeve berdasarkan desidua yang bersangkutan.
Sel-sel mesenkim akan mengalami pemadatan dan membentuk body stalk dan nantinya
menyatu dengan allantois embrio dan menjadi umbilical cord.
Plasenta tumbuh dengan cepat pada trimester pertama. Plasenta terdiri dari 10-
38 lobus yang dipisahkan oleh septa plasenta, setiap bagian diantar septa disebut
kotiledon. Plasenta dibadi menjadi 2 komponen, yaitu bagian janin yang merupakan
korion frondosum dan bagian maternal yaitu desidua basalis.
2.3.2.Embrio
Inner cell mass adalah cikal bakal dari embrio, setelah 7-8 hari embrioblas akan
berdiferensiasi menjadi diskus bilaminar yang terdiri dari lapisan hipoblas di
perbatasan dengan rongga blastosit, dan lapisan epiblas. Diantara lapisan epiblas akan
muncul rongga amniotic, dan lapisan epiblas yang berada dekat dengan sitotrofoblas
akan selanjutnya disebut amnioblas. Pada hari ke 9 hipoblas membentuk membran
Heuser yang mengelilingi bagian dalam dari sitotrofoblas dan dengan hipoblas akan
membentuk primitive yolk sac.
Sel-sel dari yolk sac tersebut akan membentuk mesoderm ekstraembrionik yang
akan mengisi ruang antara trofoblas dengan amnion dan membrane Heuser. Di dalam
mesoderm ekstraembrionik akan terbentuk rongga yang mengelilingi primitive yolk sac
dan kavum amniotic, rongga ini disebut kavum ekstraembrionik atau kavum korionik.
Proses embriogenesis dilanjutkan dengan gastrulasi yaitu pembentukan lapisan
germinal, ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Gastrulasi dimulai dari pembentukan
primitive streak pada permukaan epiblas. Setelah 15-16 hari usia embrio alur primitif
ini baru terlihat jelas, dan ujung sefaliknya meninggi dan disebut nodus primitif. Sel-
sel epiblas bermigrasi ke alur primitif dan melakukan invaginasi dan sebagian
menggeser sel hipoblas menjadi endoderm, sel epiblas diantara endoderm yang baru
terbentuk dan epiblas merupakan sel mesoderm, sedangkan sisa epiblas menjadi
ektoderm.
Invaginasi berlanjut sehingga melebar ke lateral dan kranial. Sel-sel yang
berinvaginasi ini disebut sel-sel prenotochordal. Sel prenotochordal tumbuh ke kranial
sampai menyentuh lempeng prechordal menyelingi hipoblas sehingga terbentuk
lapisan 2 sel disebut lempeng notochord. Pada bagian sefalik lapisan germinal mulai
berdiferensiasi pada pertengahan minggu keti, sedangkan bagian kaudal masih
melakukan pertumbuhan dan baru mulai berdiferensiasi di akhir minggu keempat.
Membran kloaka terbentuk di sisi kaudal dari diskus embrionik dan memiliki
struktur serupa dengan membran orofaringeal yaitu lapisan ektoderm dan endoderm
tanpa adanya mesoderm. Pada hari ke 16 dinding posterior dari yolk sac terdapat
diverticulum yaitu allantois yang memanjang hingga body stalk membentuk umbilicard
cord.
Periode embrionik baru di mulai 3 minggu setelah fertilisasi sampai minggu ke
8, dimana proses organogenesis terjadi. Pada masa embrionik inilah hCG mulai positif.
Turunan dari lapisan germinal ektoderm antara lain sistem saraf. Proses pembentukan
system saraf pusat dimulai dari mesoderm prechordal dan notochol yang menyebabkan
penebalan ektoderm di atasnya dan membentuk lempeng neural. Sel-sel dalam lempeng
tersebut membuat neuroektoderm dan menginisiasi proses neurulasi. Proses neurulasi
adalah proses lempeng neural membentuk neural tube. Pada akhir minggu ketiga, sisi
lateral dari lempeng neural meninggi dan membentuk lipatan neural dan di bagian
tengah depresi membentuk alur neural. Secara bertahap lempeng neural akan menuju
ke garis tengah dan saling bertemu dengan sisi yang lain dan menyatu pertama kali di
daerah servikal sekitar somite kelima sebelum berlanjut ke kranial dan kaudal. Bagian
ujung kaudal dan kranial dari neural tube yang belum menyatu sempurna disebut
neuroporus posterior dan anterior. Penutupan neuroporus anterior terjadi sekitar hari
ke 25, sedangkan neuroporus posterior menutup di hari ke 28. Pada saat penutupan
selesai maka proses neurulasi juga berakhir dan sistem saraf pusat terbentuk di dalam
struktur tubular tertutup dengan bagian sempit di kaudal, yaitu medulla spinalis, dan
bagian sefalik yang berdilatasi menjadi vesikel otak. Sel-sel di dinding neural tube
berdiferensiasi menjadi lapisan marginal, lapisan mantel, dan lapisan ependymal yang
akan menjadi substansia alba, grisea, dan sel ependimal.
Vesikel primer otak pada awalnya terdiri dari 3 dilatasi yaitu prosencephalon,
mesencephalon, dan rhombencephalon. Pada minggu kelima akan terbentuk vesikel
otak sekunder dan terus berkembang menjadi system saraf pusat matur yaitu:
1. Prosenchepalon:
a. Telencephalon, berkembang menjadi hemisfer serebral, ventrikel
lateralis, dan nuclei basalis
b. Diencephalon, berkembang menjadi thalamus, hipotalamus, dan
epitalamus
2. Mesencephalon, berkembang menjadi midbrain, dan aqueductus Sylvii
3. Rhombencephalon:
a. Metecephalon, berkembang menjadi pons, serebelum, dan ventrikel
keempat
b. Myelencephalon, berkembang menjadi medulla oblongata dan
sebagian dari ventrikel keempat
Lapisan germinal ektoderm juga membentuk system saraf perifer, epitel
sensorik dari telinga, hidung, dan mata, juga membentuk epidermis termasuk rambut
dan kuku, serta kelenjar subkutis, kelenjar mammae, kelenjar pitituari, dan enamel dari
gigi.
Mesoderm dibagi menjadi 2, mesoderm paraksial yang mengalami penebalan,
dan lempeng lateral yang tipis. Diantaranya terdapat mesoderm intermedia. Lempeng
lateral dari mesoderm dibagi menjadi 2 lapisan yaitu mesoderm parietal dan mesoderm
visceral.
Mesoderm paraksial akan berkembang menjadi tulang-tulang vertebralis di
akhir minggu kelima. Mesoderm intermedia akan berdiferensiasi menjadi struktur
urogenital, pada bagian servikal dan torakal atas mesoderm akan membentuk
sekumpulan sel yang akan menjadi nefrotom, sedangkan di kaudal akan membentuk
jaringan nefrogenik. Mesoderm parietal akan menjadi dermis kulit, tulang dan jaringan
ikat dari ekstremitas dan sternum, kartilago kostalis, otot-otot ekstremitas, sebagian
besar otot dinding tubuh, dan membrane mesotelial dan serosa yang terdapat pada
peritoneum, pleura, dan perikardium. Mesoderm visceral bersamaan dengan endoderm
membentuk dinding bakal usus dan membran serosa setiap organ.
Darah dan pembuluh darah juga terbentuk dari mesoderm melalui proses
vaskulogenesis dan angiogenesis. Pulau darah pertama kali terlihat pada mesoderm di
sekitar yolk sac pada minggu ketiga. Akan tetapi sel punca hematopoiesis definitif
berasal dari mesoderm disekitar aorta di dekat bakal ginjal.
Lapisan germinal endoderm berperan paling besar dalam pembentukan organ-
organ sistem gastrointestinal. Adanya pertumbuhan dari sistem saraf pusat
menyebabkan embrio menekuk menjadi posisi fetal, sehingga bagian lateral, kranial
dan kaudal dari embrio mendekat ke ventral sampai akhirnya dinding ventral menutup
kecuali di bagian umbilikus. Sistem gastrointestinal dimulai dari pembentukan foregut,
midgut, dan hindgut. Pada bagian ujung sefalik foregut menempel pada membran
orofaringeal. Pada minggu keempat membrane ini rupture dan membuka jalan antara
rongga mulut dengan primitive gut. Hal yang sama terjadi pada hindgut dengan
membran kloaka yang memisahkan kanal anal superior dari endoderm dengan kanal
anal inferior dari ektoderm. Membran kloaka akan rupture di minggu ketujuh untuk
membuka saluran anus.
Pada tahap perkembangan lebih lanjut endoderm juga berdiferensiasi menjadi:
epitelium saluran pernafasan, vesika urinaria, uretra, rongga timpani, dan tuba auditori,
parenkim tiroid, paratiroid, hepar, dan pankreas, stroma dari tonsil dan timus.
Akhir dari periode embriogenik merupakan awal dari periode fetalis. Periode
ini merupakan masa pertumbuhan dan pematangan struktur-struktur yang telah
terbentuk di mana embriogenik.
2.3.3.Peredaran darah
Invasi trofoblas ke arteri spiralis membuat resistensi pembuluh kapiler menjadi
lebih rendah, dan memungkinkan akomodasi peningkatan perfusi uterus yang
signifikan dalam kehamilan. Susunan vena dan arteri spiralis terhadap dinding uterus
memungkinkan penutupan vena pada saat kontraksi uterus dan mencegah masuknya
darah maternal dari ruang intervilli. Pada keadaan kontraksi uterus panjang, ketebalan
dan luas area permukaan plasenta meningkat, sehingga pertukaran volume darah yang
lebih besar bisa terjadi untuk mengompensasi kecepatan aliran darah yang menurun.
Peredaran sirkulasi darah fetal dijelaskan melaui gambar berikut:
2.4. Pembentukan Sistem Reproduksi
Kelenjar gonad terbentuk dari pertumbuhan mesoderm intermedia yang
menjadi gonadal ridges. Pada minggu kelima pembentukan embrio, gonadal ridges
muncul sebagai tonjolan di medial dari mesonefros (bakal ginjal). Berdekatan dengan
itu terdapat duktus mesonefriksu atau duktus Wollfian yang nantinya akan menjadi
system reproduksi pada laki-laki. Sedangkan pasangan lain dari duktus tersebut yaitu
duktus paramesonefrikus atau duktus Mullerian yang berada di lateral duktus
mesonefrikus akan membentuk struktur system reproduktif pada wanita. Pada awal
embriogenesis setiap janin berpotensi menjadi kelamin mana saja karena memiliki
kedua bakal genitalia yang dapat berdiferensiasi menjadi testis dan ovarium.
Adanya Sex-determining Region of the Y chromosome (SRY) yang terekspresi
saat proses pembentukan mengeluarkan produk protein yang menyebabkan sel Sertoli
primitive mulai berdiferensiasi di dalam testis pada minggu ketujuh. Berkembangnya
sel Sertoli mensekresi hormone Mullerian-inhibiting substance (MIS) yang
menyebabkan apoptosis sel-sel di dalam duktus Mullerian. Hormone hCG (human
chorionic gonadotropin) menstimulasi sel Leydig di dalam testis untuk mensekresi
hormone androgen testosterone di minggu kedelapan. Hormon testosteron kemudian
menstimulasi pertumbuhan duktus mesonefrikus di setiap sisi dan berdiferensiasi
menjadi epididymis, vas deferens, duktus ejakulatorius, dan vesikularis seminalis.
Testis terhubung dengan duktus mesonefrikus melalui serangkaian tubulus yang
nantinya menjadi tubulus seminiferous. Prostat dan kelenjar bulbourethral adalah
pertumbuhan endodermal dari urethra.
Pada keadaannya absennya SRY, tonjolan genital akan berdiferensiasi menjadi
ovarium dank arena MIS tidak diproduksi maka duktus paramesonefrikus dapat
berkembang. Ujung distal dari duktus ini bersatu untuk membentuk uterus dan vagina,
sedangkan ujung proksimal yang tidak menyatu berdiferensiasi menjadi tuba falopi.
Absennya hormone testosteron juga menyebabkan degenerasi dari duktus
mesonefrikus. Kelenjar vestibularis mayor dan minor tumbuh dari pertumbuhan
endodermal dari vestibularis.
Genitalia eksterna baik pada laki-laki maupun perempuan belum mulai
berdiferensiasi hingga minggu kedelapan usia embrio. Sebelum terjadinya diferensiasi
semua embrio memiliki struktur sebagai berikut:
1. Lipatan uretra (urogenital) yang tumbuh dari mesoderm di regio kloaka
2. Alur uretra, lekukan diantara lipatan uretra yang akan menjadi lubang sinus
urogenital
3. Tuberkulum genitalia, peninggian berbentuk bulat di anterior dari lipatan uretra
4. Pembengkakan labioskrotal, sepasang struktur lateral dari lipatan uretra.
Pada embrio laki-laki sebagian hormone testosterone diubah menjadi
dihydrotestosterone (DHT) yang merangsang pembentukan uretra, prostat, skrotum
dan penis. Bagian dari tuberkulum genitalia memanjang dan mnejadi penis. Penyatuan
dari lipatan uretra membentuk uretra pars spongiosum dan pembengkakan labioskrotal
akan menjadi skrotum. Tidak adanya DHT menyebabkan tuberkulum genitalia berubah
menjadi klitoris pada embrio perempuan, lipatan urethra tidak menyatu dan menjadi
labia minor, dan pembengkakan labioskrotal akan menjadi labia mayor, dan yang
terakhir alur uretra akan berubah menjadi vestibularis.
BAB III. KESIMPULAN
Memahami ilmu anatomi sebagai dasar dari ilmu kedokteran sangat membantu
untuk dapat mengerti secara menyeluruh ilmu kedokteran yang dibagi berdasarkan
sistem.
Ilmu anatomi dalam sistem reproduksi secara khusus sangat membantu dokter
dalam diagnosis, penanganan, dan pengambilan keputusan di kasus-kasus kehamilan
dan masalah yang mungkin ditimbulkan selama kehamilan dan proses persalinan
maupun kasus ginekologi lainnya.
Dalam masa kehamilan proses-proses dan tahapan embriogenesis yang secara
garis besar berlaku relatif sama dalam setiap kehamilan memungkinkan dokter melihat
tanda-tanda awal masalah kehamilan, mendiagnosis, dan mengatasi masalah tersebut.
Dalam keadaan normal sekalipun tahapan embriogenesis membantu menentukan umur
kehamilan, perkiraan persalinan, jumlah dan keadaan janin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tortora GJ, Derrickson B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology. John
Wiley & Sons, Inc. 13th ed.
2. Cunningham, Leveno, et al. 2014. William’s Obstetric. Mc Graw Hill
Education. 24th ed.
3. Moore KL, et al. 2014. Clinically Oriented Anatomy. Lippincott Williams &
Wilkins. 7th ed.
4. Sadler TW. 2012. Langman’s Medical Embriology. Lippincott Williams &
Wilkins. 12th ed.
5. Teach Me Anatomy. 7 Juli 2016. teachmeanatomy.info/.
6. Sobotta RHJ, et al. 2010. Sobotta Atlas of Human Anatomy Vol. 2. Urban &
Fisher. 15th ed.
7. Wiknjosastro H, et al. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

More Related Content

What's hot

Sistem reproduksi-wanita
Sistem reproduksi-wanitaSistem reproduksi-wanita
Sistem reproduksi-wanitashafhandustur
 
Vulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitisVulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitisPradasary
 
Teknik Pendokumentasian (Dokumentasi Kebidanan)
Teknik Pendokumentasian (Dokumentasi Kebidanan)Teknik Pendokumentasian (Dokumentasi Kebidanan)
Teknik Pendokumentasian (Dokumentasi Kebidanan)Nurul Wulandari
 
Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptTaufik Tias
 
5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitis5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitisPradasary
 
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaAnatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaHetty Astri
 
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilanTanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilaniiesti
 
Perdarahan Postpartum.ppt
Perdarahan Postpartum.pptPerdarahan Postpartum.ppt
Perdarahan Postpartum.pptelly_nd
 
Diagnosis kehamilan 1
Diagnosis kehamilan 1Diagnosis kehamilan 1
Diagnosis kehamilan 1Arya Ningrat
 

What's hot (20)

Ppt plasenta previa
Ppt plasenta previaPpt plasenta previa
Ppt plasenta previa
 
Rupture uteri
Rupture uteriRupture uteri
Rupture uteri
 
Sistem reproduksi-wanita
Sistem reproduksi-wanitaSistem reproduksi-wanita
Sistem reproduksi-wanita
 
Vulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitisVulvitis & servisitis
Vulvitis & servisitis
 
Anatomi Panggul
Anatomi PanggulAnatomi Panggul
Anatomi Panggul
 
Teknik Pendokumentasian (Dokumentasi Kebidanan)
Teknik Pendokumentasian (Dokumentasi Kebidanan)Teknik Pendokumentasian (Dokumentasi Kebidanan)
Teknik Pendokumentasian (Dokumentasi Kebidanan)
 
Endometritis
EndometritisEndometritis
Endometritis
 
SISTEM REPRODUKSI WANITA
SISTEM REPRODUKSI WANITASISTEM REPRODUKSI WANITA
SISTEM REPRODUKSI WANITA
 
PPT Omfakokel
PPT OmfakokelPPT Omfakokel
PPT Omfakokel
 
Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini ppt
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Preeklampsia
PreeklampsiaPreeklampsia
Preeklampsia
 
5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitis5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitis
 
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaAnatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
 
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilanTanda  tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
Tanda tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik kehamilan
 
Perdarahan Postpartum.ppt
Perdarahan Postpartum.pptPerdarahan Postpartum.ppt
Perdarahan Postpartum.ppt
 
Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan GinekologiPemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan Ginekologi
 
Obat obat uterotonika
Obat obat uterotonikaObat obat uterotonika
Obat obat uterotonika
 
Diagnosis kehamilan 1
Diagnosis kehamilan 1Diagnosis kehamilan 1
Diagnosis kehamilan 1
 
Presentasi muka
Presentasi mukaPresentasi muka
Presentasi muka
 

Similar to Anatomi Reproduksi dan Embriologi

Spondilitis tb
Spondilitis tbSpondilitis tb
Spondilitis tbbenyrw
 
Makalah_Organ_Tubuh_Manusia_-_Kandung_Ke.pdf
Makalah_Organ_Tubuh_Manusia_-_Kandung_Ke.pdfMakalah_Organ_Tubuh_Manusia_-_Kandung_Ke.pdf
Makalah_Organ_Tubuh_Manusia_-_Kandung_Ke.pdfAgathaHaselvin
 
Laporan PBL Modul Berat Badan Menurun
Laporan PBL Modul Berat Badan MenurunLaporan PBL Modul Berat Badan Menurun
Laporan PBL Modul Berat Badan MenurunAulia Amani
 
BENJOLAN PADA PAYUDARA
BENJOLAN PADA PAYUDARABENJOLAN PADA PAYUDARA
BENJOLAN PADA PAYUDARAAenzu Fm's
 
28chapter small intestine.en.id.docx
28chapter small intestine.en.id.docx28chapter small intestine.en.id.docx
28chapter small intestine.en.id.docxAtler1
 
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abd
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abdKegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abd
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abdismailyunus2
 
refarat tes fungsi pendengaran
refarat tes fungsi pendengaranrefarat tes fungsi pendengaran
refarat tes fungsi pendengaranwiwi purnama
 
Referat trauma abdomen
Referat trauma abdomenReferat trauma abdomen
Referat trauma abdomengeelieman1990
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2pjj_kemenkes
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Anatomi Reproduksi dan Embriologi (20)

Spondilitis tb
Spondilitis tbSpondilitis tb
Spondilitis tb
 
Pelvic dr.kas
Pelvic dr.kasPelvic dr.kas
Pelvic dr.kas
 
Makalah_Organ_Tubuh_Manusia_-_Kandung_Ke.pdf
Makalah_Organ_Tubuh_Manusia_-_Kandung_Ke.pdfMakalah_Organ_Tubuh_Manusia_-_Kandung_Ke.pdf
Makalah_Organ_Tubuh_Manusia_-_Kandung_Ke.pdf
 
Laporan PBL Modul Berat Badan Menurun
Laporan PBL Modul Berat Badan MenurunLaporan PBL Modul Berat Badan Menurun
Laporan PBL Modul Berat Badan Menurun
 
Conto lpr
Conto lprConto lpr
Conto lpr
 
BENJOLAN PADA PAYUDARA
BENJOLAN PADA PAYUDARABENJOLAN PADA PAYUDARA
BENJOLAN PADA PAYUDARA
 
Jurnal reading
Jurnal readingJurnal reading
Jurnal reading
 
Askep t. tumpul abdomen
Askep t. tumpul abdomenAskep t. tumpul abdomen
Askep t. tumpul abdomen
 
28chapter small intestine.en.id.docx
28chapter small intestine.en.id.docx28chapter small intestine.en.id.docx
28chapter small intestine.en.id.docx
 
Prolaps Rektum
Prolaps RektumProlaps Rektum
Prolaps Rektum
 
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA RAHA
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA RAHA Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA RAHA
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA RAHA
 
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Dispep AKPER PEMDA MUNA
Dispep AKPER PEMDA MUNA Dispep AKPER PEMDA MUNA
Dispep AKPER PEMDA MUNA
 
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abd
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abdKegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abd
Kegawatdaruratan pada sistem_pencernaan_trauma_abd
 
refarat tes fungsi pendengaran
refarat tes fungsi pendengaranrefarat tes fungsi pendengaran
refarat tes fungsi pendengaran
 
Referat trauma abdomen
Referat trauma abdomenReferat trauma abdomen
Referat trauma abdomen
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 2
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
 
Dispep Akper pemkab muna
Dispep Akper pemkab munaDispep Akper pemkab muna
Dispep Akper pemkab muna
 
PPT tenggorok.pptx
PPT tenggorok.pptxPPT tenggorok.pptx
PPT tenggorok.pptx
 

More from Adeline Dlin

Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...
Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...
Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...Adeline Dlin
 
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...Adeline Dlin
 
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOGAnemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOGAdeline Dlin
 
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Adeline Dlin
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Adeline Dlin
 
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 

More from Adeline Dlin (19)

Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...
Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...
Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, s...
 
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
 
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOGAnemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
 
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
 
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
 
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 

Recently uploaded

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 

Anatomi Reproduksi dan Embriologi

  • 1. REFERAT ANATOMI ALAT REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI Disusun oleh : Rini Santosa 07120120003 Pembimbing : dr. Bambang Fadjar Nurtjahjono, Sp. OG dr. Arie Widiyasa, Sp. OG KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDIBIDANAN & KANDUNGAN RUMKITAL MARINIR CILANDAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN PERIODE 18 MEI – 30 JULI 2016
  • 2. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................................. 1 DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2 BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................................... 3 BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................................... 4 2.1. Dinding Abdomen Anterior.................................................................................... 4 2.1.1. Suplai Darah, Inervasi, dan Sistem Limfatik...................................................... 6 2.1. Tulang Pelvis......................................................................................................... 8 2.1.1. Pelvis Mayor dan Pelvis Minor.......................................................................12 2.1.2. Perbedaan Pelvis Perempuan dan Laki-laki.....................................................13 2.1.3. Diameter Pelvis ............................................................................................15 2.1.4. Ligamen Pelvis..............................................................................................17 2.1.5. Diafragma Pelvis...........................................................................................18 2.2. Sistem Reproduksi Perempuan.............................................................................19 2.2.1. Ovarium.......................................................................................................20 2.2.2. Tuba Falopi ..................................................................................................22 2.2.3. Uterus..........................................................................................................23 2.2.4. Ligamen Genitalia Interna.............................................................................27 2.2.5. Vagina..........................................................................................................29 2.2.6. Vulva...........................................................................................................30 2.2.7. Perineum.....................................................................................................33 2.2.8. Kelenjar Mammae........................................................................................35 2.3. Embriogenesis.....................................................................................................36 2.3.1. Plasenta.......................................................................................................36 2.3.2. Embrio.........................................................................................................38 2.3.3. Peredaran darah...........................................................................................43 2.4. Pembentukan Sistem Reproduksi..........................................................................44 BAB III. KESIMPULAN.......................................................................................................47 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................48
  • 3. BAB I. PENDAHULUAN Ilmu kedokteran berpegang kepada dua ilmu dasar, ilmu fisiologi dan anatomi. Untuk mengerti dan memahami masalah yang timbul dan menangani masalah tersebut, tentu mengetahui keadaan yang dinilai normal menjadi hal yang utama. Ilmu anatomi menjadi penting dalam memahami letak dan bagaiman setiap organ berhubungan secara geografis satu dengan yang lain dalam keadaan yang fisiologis, sehingga dapat diketahui morfologi normal sistem-sistem organ tertentu dan variasi normalnya. Ilmu anatomi dalam sistem reproduksi salah satunya. Dari hal yang sangat dasar seperti menentukan jenis kelamin, menentukan jenis persalinan, baik pervaginam maupun perabdominal, sampai penanganan kasus perdarahan post partum yang mengancam nyawa semuanya didasarkan pada anatomi sistem reproduksi. Selain itu di dalam sistem reproduksi ilmu embriologi juga menjadi penting karena kesehatan ibu dan janin merupakan fokus utama dalam kasus kehamilan. Melalui ilmu embriologi status kesehatan janin dapat dinilai dan keadaan-keadaan abnormal dapat diketahui seperti adanya kelainan kongenital. Permasalahannya saat ini, banyak dokter yang lebih mementingkan patofisiologi dan obat yang harus diberikan secara teori sedangkan ilmu anatomi seringkali dianggap remeh dan tidak penting.
  • 4. BAB II. PEMBAHASAN 2.1. Dinding Abdomen Anterior Lapisan-lapisan pada dinding abdomen anterior dari superfisial hingga profunda antara lain: 1. Kulit  Terdapat linea Langer yang tersusun secara transversal, sehingga operas low section caesarean sectio (LSCS) memberikan penampilan luka paska operasi yang lebih baik secara estetik dibanding section caesarea klasik yang memiliki luka lebih lebar 2. Lapisan subkutis  Di atas umbilikus lapisan subkutis sama dengan lapisan subkutis yang terleltak di anggota tubuh yang lain, sedangkan di bawah umbilicus akibat banyaknya jaringan elastin dan kolagen terbentuk dua lapisan yang sulit ditentukan batasnya yaitu fasia Camper di superior yang
  • 5. merupakan lapisan lemak dan fasia Scarpa di bagian lebih dalam yang merupakan lapisan membranosa  Fasia membranosa (Scarpa) berlanjut ke inferior menuju daerah perineal sebagai fasia perinealis superfisialis (Colles) 3. Lapisan otot  Dari luar ke dalam lapisan otot terdiri dari muskulus abdominis obliqua eksterna, muskulus abdominis obliqua interna, dan muskulus abdominis transversalis  Sebelum masing-masing lapisan otot terdapat aponeurosis fibrosa yang semuanya menyatu dibagian medial dari dinding abdominal anterior yang disebut linea alba  Terdapat perbedaan sususan selaput rektus di atas dan di bawah linea arkuata. Superior dari linea arkuata muskulus rektus abdominis terdapat di tengah-tengah aponeurosis, sedangkan inferior dari linea tersebut rektus abdominis terletak di posterior dari aponeurosis 4. Fasia transversalis dan lemak ekstraperitoneal 5. Peritoneum parietal
  • 6. Gambar 1.1. Lapisan-lapisan dinding abdomen anterior di bawah umbilikus 2.1.1.Suplai Darah, Inervasi, dan Sistem Limfatik Dinding abdomen anterior disuplai oleh pembuluh darah utama yaitu: 1. Arteri femoralis dan vena safena magna, mensuplai bagian kulit dinding abdomen anterior hingga ke mons pubis. Arteri ini mempercabangkan: a. a. epigastrika superfisialis  menyuplai dinding abdomen superfisial di daerah pubis dan regio umbilikalis inferior b. a. iliaka sirkumfleksa superfisialis  menyuplai dinding abdomen superfisial di daerah regio inguinal dan anterior tungkai atas c. a. pudenda eksterna superfisialis 2. Arteri iliaka eksterna, mensuplai bagian otot-otot dan fasia dinding abdomen anterior. Arteri ini mempercabangkan: a. a. epigastrika inferior yang beranastomosis di sekitar umbilikus dengan a. epigastrika superior yang berasal dari cabang a. thoracica interna  a. epigastrika superior memperdarahi bagian superior dari muskulus rektus abdominis
  • 7.  a. epigastrika inferior memperdarahi bagian inferior dari muskulus rektus abdominis b. a. iliaka sirkumfleksa profunda  menyuplai perdarahan muskulus iliakus, fosa iliaka, dan dinding abdominal bagian dalam regio inguinal Dinding abdomen anterior dipersarafi oleh nervus subkostalis dari vertebralis torakal 12 mempersarafi muskulus abdominis obliqua eksterna, dan kulit dinding abdomen anterior inferior, nervus iliohipogastrika yang mempersarafi kulit di area suprapubis, nervus ilioinguinal yang menyalurkan sensasi somatik dari dinding abdominal anterior inferior dan bagian superior dari labia mayor sampai bagian medial dari paha melalui cabang inguinal. Nervus iliohipogastrika dan ilioinguinal berasal dari vertebralis lumbalis 1 dan turut mempersarafi bagian muskulus abdominis obliqua interna dan muskulus abdominis transversalis. Sedangkan secara dermatomal persarafan dinding abdomen anterior merupakan perpanjangan nervus interkostalis dari vertebralis torakal 7-11 yang secara rinci dibagi menjadi: 1. T7-T9 menyuplai kulit superior dari umbilikus
  • 8. 2. T10 menyuplai kulit sekitar umbilikus 3. T11, beserta T12 dan L1 menyuplai kulit inferior dari umbilikus. Aliran limfatik dari dinding abdomen anterior antara lain: 1. Pembuluh limfatik superfisial  Mengikuti alur vena subkutan, superior dari bidang transumbilikalis akan dialirkan ke KGB aksilaris, dan sebagian ke KGB parasternal. Aliran inferior dari bidang transumbilikallis akan dialirkan ke KGB inguinalis superfisialis 2. Pembuluh limfatik profunda  Mengikuti alur vena profunda dan mengalir ke KGB iliaka eksterna, iliaka komunis, dan lumbalis dekstra sinistra 2.1. Tulang Pelvis Pelvis adalah bagian batang tubuh yang berada di inferioposterior dari abdomen dan menjadi area transisi antara batang tubuh dengan tungkai. Tulang pelvis terdiri dari 2 tulang panggul atau os koksa dan 1 tulang ekor atau os sacrum, dan os koksigis.
  • 9. Kedua os koksa menyatu di bagian depan pada sendi simfisis pubis, sedangkan di bagian posterior menyatu dengan sakrum pada sendi sakroiliaka. Tulang pelvis berfungsi untuk menopang kolumna vertebralis dan organ-organ abdomen dan pelvis itu sendiri. Masing-masing tulang panggul terdiri dari 3 tulang yang dipisahkan oleh kartilago yaitu: ilium yang terletak di superior, pubis yang terletak di inferior anterior, dan tulang ischium di inferior posterior. Ketiga tulang tersebut akan mulai menyatu di usia pubertas. Tulang Ilium merupakan tulang terbesar diantara 3 komponen tulang panggul (os koksa), yang dibagi menjadi bagian ala superior dan bagian badan inferior. Pada bagian badan terdapat acetabulum yang merupakan socket dari kaput tulang femur. Batas superior dari ilium, yaitu krista iliaka, yang ujung anteriornya berfungsi sebagai penanda tulang panggul yaitu Spina Iliaka Anterior Superior. Keempat spina iliaka (anterior posterior superior inferior) merupakan tempat menempelnya tendon dari otot- otot badan, panggul, dan paha. Di bawah spina iliaka posterior inferior terdapat takik ischiadicus mayor sebagai tempat nervus ischiadicus lewat. Bagian medial dari tulang
  • 10. ilium terdapat fossa iliaka, tempat tendon muskulus iliakus menempel. Bagian posterior dari fosa tersebut terdapat tuberositas iliaka, tempat penempelan ligamentum sakroiliaka, dan pada permukaan auricular yang berartikulasi dengan sakrum membentuk sendi sakroiliaka. Dari permukaan auricular terdapat penonjolan ke arah anterior inferior membentuk linea arkuata. Pada bagian lateral dari tulang ilium terdapat 3 arkus tempat menempelnya otot-otot gluteus yaitu, linea gluteal posterior, linea gluteal anterior, dan linea gluteal inferior.
  • 11. Tulang ischium merupakan bagian inferior posterior dari tulang panggul, yang dibagi menjadi bagian superior (korpus) dan bagian inferior (ramus). Bagian ramus dari ischium akan menyatu dengan ramus inferior dari tulang pubis. Bagian-bagian penting dari tulang ischium ialah penonjolan spina ischiadica, takik ischiadica minor dibawah spina tersebut, dan tuberositas ischiadica. Bagian ramus dan rubis membentuk lubang foramen obturator yang dilewati oleh saraf-saraf dan pembuluh darah. Tulang pubis merupakan bagian anterior dan inferior dari tulang panggul. Terdapat ramus superior dan inferior, dan korpus diantara rami. Batas anterior superior dari korpus pubis adalah krista pubis dan ujung lateralnya terdapat penonjolan disebut tuberkulum pubis yang merupakan awal dari garis menjol yaitu linea pectinea. Linea ini memisahkan pelvis asli dan pelvis palsu. Simfisis pubis merupakan sendi diantara 2 tulang pubis yang mengandung lempeng fibrokartilago (diskus pubis). Di bawah dari sendi ini terdapat 2 rami inferior dari tulang pubis yang membentuk arkus pubis. Besaran sudut yang dibentuk oleh arkus pubis menentukan jarak antara kedua tuberositas ischiadica. Pada state lanjut dari kehamilan hormon relaxin yang diproduksi oleh ovarium dan plasenta menginkatkan fleksibilitas dari simfisis pubis untuk mempermudah proses persalinan. Acetabulum adalah cekungan dalam yang terbentuk dari penyatuan tulang ilium, ischium dan pubis pada bagian inferior, yang berfungsi sebagai rongga tempat masuknya kaput tulang femur. Rongga acetabulum bersamaan dengan kaput femur membentuk sendi panggul. Bagian inferior dari acetabulum terdapat lekukan, takik acetabular yang membentuk foramen dimana pembuluh darah dan saraf melewatinya dan sebagai tempat menempelnya ligament femur Tulang sakrum berbentuk baji, tersusun atas penyatuan dari lima vertebralis sakralis. Inferior dari sakrum terdapat tulang koksigis yang tersambung melalui sendi sakrokoksigeal. Tulang koksigis merupakan tulang kecil dan terdiri atas 4 vertebra
  • 12. koksigis. Sendi koksigea inilah yang memungkinkan os koksigis tertekan ke belakang pada waktu kepala janin lahir. 2.1.1. Pelvis Mayor dan Pelvis Minor Tulang pelvis dibagi menjadi bagian superior dan inferior oleh pelvic brim atau pelvic inlet atau appertura pelvis superior atau pintu atas panggul (PAP). PAP merupakan bidang imajiner yang dibatasi oleh lingkaran yang terbentuk dari promontorium sakralis di posterior, linea arkuata dan linea pectinea di bagian lateral, serta krista pubis dan simfisis pubis di bagian anterior. Gabungan linea arkuata, linea pectinea, dan krista pubis disebut juga linea terminalis.
  • 13. Superior dari bidang imajiner ini merupakan pelvis palsu atau pelvis mayor. Pelvis major dibatasi oleh vertebralis lumbar di posterior, bagian atas dari tulang panggul di lateral, dan dinding abdomen di bagian anterior. Isi dari rongga pelvis mayor adalah organ-organ visera abdomen. Pada bagian inferior dari appertura pelvis mayor merupakan pelvis minor atau pelvis palsu, rongga ini dibatasi oleh sakrum dan koksigis di posterior, bagian inferior dari tulang ilium dan ischium di lateral, dan tulang pubis di bagian anterior. Rongga pelvis minor berisi organ-organ urogenital. Bagian superior dari pelvis minor merupakan PAP dan bagian bawahnya adalah pintu bawah panggul (PBP), appertura pelvis inferior atau pelvic outlet. Pelvic outlet dibentuk oleh arkus pubis, tuberositas ischiadica, dan batas inferior dari ligamentum sakrotuberosum, serta ujung dari tulang koksigis. Aksis pelvis adalah garis imajiner yang ditarik dari pusat bidang PAP sampai ke pusat bidang PBP dimana sumbu ini merupakan alur yang akan dilewati kepala janin dalam proses persalinan. 2.1.2.Perbedaan Pelvis Perempuan dan Laki-laki Secara umum tulang laki-laki lebih besar, lebih berat, dan lebih besar permukaannya dibanding perempuan dengan usia dan postur yang serupa. Perbedaan yang signifikan terbentuk dari hasil adaptasi untuk proses kehamilan dan persalinan. Pada perempuan panggul relatif lebih besar dan lebih dangkal dibanding pada laki-laki,
  • 14. sehingga panggul perempuan memiliki ruang yang lebih luas untuk mengakomodasi jalannya kepala janin pada persalinan. Tulang Pelvis Laki-laki Perempuan Struktur Umum Berat dan tebal Ringan dan tipis Pelvis Mayor Dalam Dangkal Pelvis Minor Sempit dan dalam, tapering Lebar dan dalam, berbentuk silindris Apertura pelvis superior (PAP) Berbentuk hati, sempit Oval dan bulat Apertura pelvis inferior (PBP) Relatif kecil Relatif besar Arkus pubis dan sudut subpubis Sempit (<70⁰) Lebar (>80⁰) Foramen obturator Lingkaran Oval Acetubulum Besar Kecil Takik ischiadica mayor Sempit dan berbentuk V terbalik Hampir 90⁰ Variasi Bentuk Pelvis pada Perempuan dan Laki-laki menurut Caldwell-Moloy: 1. Ginekoid  Bentuk pelvis yang normal pada perempuan di mana diameter anteroposterior dan diameter transversalis sama panjang dan sumbu tepat berada di tengah sehingga bentuk PAP cenderung lingkaran sempurna 2. Android  Biasanya bentuk pelvis pada laki-laki dengan diameter anteroposterior dan diameter transversalis sama panjang tetapi sumbu tengah lebih dekat kearah posterior sehingga PAP berbentuk seperti hati
  • 15. 3. Platipeloid  Bentuk pelvis dengan diameter anteroposterior lebih pendek dibanding diameter transversalis dan bentuk PAP lonjong horisontal 4. Antropoid  Bentuk pelvis dengan diameter anteroposterior lebih panjang dibanding diameter transversalis dan bentuk PAP lonjong vertical Biasanya perempuan memiliki bentuk panggul ginekoid atau antropoid yang dimana panggul dapat menanggung proses persalinan tanpa menimbulkan bahaya terhadap janin 2.1.3. Diameter Pelvis Ukuran dari pelvis minor menjadi penting karena merupakan rongga tempat janin lewat ketika proses persalinan pervaginam berlangsung. Untuk menentukan kapasitas panggul perempuan dalam persalinan, diameter pelvis minor dapat ditentukan secara radiografi atau manual melalui pemeriksaan panggul. Diameter dari pelvis minor antara lain:
  • 16. 1. Diameter anteroposterior a. Konjugata obstetrika: ditarik dari promontorium sakralis hingga batas posterosuperior dari simfisis pubis. Merupakan jarak absolut tersempit yang harus dapat dilewati oleh kepala bayi dalam proses persalinan pervaginam. Normal konjugata obstetrika >11 cm b. Konjugata diagonalis: adanya vesika urinaria tidak memungkinkan pengukuran langsung konjugata obstetrika. Karena itu pengukuran dilakukan melalui pemeriksaan dalam terhadap konjugata diagonalis yang merupakan garis yang ditarik dari promontorium sakralis ke batas inferior dari simfisis pubis. Konjugata obstetrika lebih pendek 1,5 cm dibanding konjugata diagonalis 2. Diameter lintang a. Diameter interspinosus: merupakan diameter terpendek dari keseluruhan kanalis pelvis, akan tetapi jarak antar spina ischiadica ini dapat melebar pada saat kehamilan. Normalnya >10 cm b. Diameter transversa: jarak terpanjang dari garis lintang pintu atas panggul, biasanya sekitar 12,5-13,5 cm 3. Diameter oblikua a. Garis yang dibuat antara persilangan konjugata obstetriksa dengan diameter transversa ke sendi sakroiliaka, panjangnyaa sekitar 13 cm
  • 17. 2.1.4.Ligamen Pelvis 1. Ligamentum sakroiliaka: a. Ligamentum sakroiliaka anterior b. Ligamentum sakroiliaka posterior c. Ligamentum sakroiliaka interosseous 2. Ligamentum iliolumbar 3. Ligamentum sakrotuberosum 4. Ligamentum sakrospinosum 5. Ligamentum pubis superior dan inferior 6. Ligamentum sakrokoksigeal anterior dan posterior Ligamen-ligamen ini berfungsi untuk menjaga kestabilan pelvis dengan membatasi pergerakan dan rotasi berlebih dari tulang-tulang pelvis, serta membantu memperluas titik berat dari tulang-tulang vertebra menjadi tersebar ke seluruh tulang pelvis.
  • 18. 2.1.5. Diafragma Pelvis Diafragma pelvis merupakan system muscular sebagai penyokong dari organ- organ dalam pelvis. Kumpulan otot ini terdiri dari m. levator ani dan m. koksigeus. Levator ani dibentuk oleh muskulus pubokoksigeus, puborektalis, dan ileokoksigeus. Pubokoksigeus dibagi lagi menjadi pubovaginalis, puboperinealis, dan puboanalis sesuai dengan tempat insersi masing-masing otot. Longgarnya ligamen dan lemahnya otot-otot difragma pelvis menjadi faktor penyebab terbesar terjadinya prolapse dari organ-organ pelvis ataupun inkontinensia uteri.
  • 19. 2.2. Sistem Reproduksi Perempuan Fungsi dari Sistem Reproduksi Perempuan adalah: 1. Ovarium memproduksi oosit sekunder dan hormon, termasuk progesteron, estrogen inhibin dan relaksin
  • 20. 2. Tuba uterina mengantarkan oosit sekunder ke uterus dan biasanya menjadi tempat terjadinya fertilisasi 3. Uterus adalah tempat implantasi dari ovum yang telah terfertilisasi, dan tempat perkembangan janin selama kehamilan 4. Vagina merupakan tempat masuknya penis ketika berhubungan seksual dan tempat jalan keluarnya janin pada persalinan 5. Kelenjar mamae mensintesis, mensekresi, dan mengeluarkan susu untuk menutrisi bayi baru lahir 2.2.1.Ovarium Kelenjar gonad yang berbentuk dan berukuran seperti kacang almond, yang berhomolog dengan testis. Ovarium memproduksi gamet, oosit sekunder yang tumbuh menjadi ovum matang setelah adanya fertilisasi, dan memproduksi hormon yaitu progesteron, estrogen, inhibin dan relaksin. Ovum paling sering terletaak di bagian atas dari rongga pelvis dan masuk ke lekuan fossa ovarium Waldeyeri diantara pembuluh ilaka interna dan eksterna. Ligamentum yang menahan posisi ovarium adalah ligamentum latum, yaitu lipatan peritoneum parietal, menempel dengan ovarium pada bagian mesovarium. Ligamentum ovarium yang menahan ovarium pada uterus, dan ligamentum suspensorium yang menahan ovarium pada dinding pelvis yang sekaligus menjadi tempat masuknya saraf dan pembuluh darah ovarika. Masing-masing ovarium memiliki hilum tempat masuk keluarnya pembuluh darah dan saraf yang sejalan dengan menempelnya mesovarium. Secara histologi ovarium dilapisi oleh epitel germinal dan memiliki bagian- bagian, antara lain: 1. Tunika albuginea:  kapsul jaringan ikat irregular berwarna putih yang terletak tepat di dalam epitel germinal
  • 21. 2. Korteks ovarium:  bagian di dalam tunika albuginea. Berisi folikel-folikel ovarium yang dikelilingi oleh jaringan ikat padat irregular mengangung serat kolagen dan sel stroma 3. Medulla ovarium:  Terletak di dalam korteks ovarium. Batas antara medulla dengan korteks tidak dapat dibedakan, akan tetapi medulla terdiri dari jaringan ikat longgar dan mengandung pembuluh darah, pembuluh limfa, dan saraf. 4. Folikel ovarium:  Berada di dalam korteks ovarium dan mengandung oosit dalam berbagai stadium perkembangan dan sel-sel disekitarnya yang berfungsi untuk menutrisi oosit yang sedang berkembang sampai mulai mensekresi estrogen seiring bertambah besarnya folikel 5. Folikel de Graaf (matur)  Folikel ovarium besar dan berisi cairan yang siap untuk rupture dan mengeluarkan oosit sekunder dalam proses ovulasi 6. Korpus luteum  Mengandung sisa-sisa folikel matur setelah terjadinya ovulasi. Korpus luteum memproduksi progesterone, estrogen, relaksin, dan inhibin sampai berdegenerasi menjadi jaringan parut yang disebut korpus albikan. Ovarium dipersarafi oleh system simpatik dan parasimpatik. System simpatik berasal dari plexus ovarika yang sejalan dengan pembuluh darah ovarika. Sebagian lain berasal dari pleksus yang mengelilingi a. uterine cabang ovarika.
  • 22. 2.2.2.Tuba Falopi Tuba falopi atau oviduk memanjang dari sisi lateral uterus dan berada di dalam ligamentum latum. Tuba uterine merupakan alur masuknya sperma untuk mencapai ovum dan mengantarkan oosit sekunder dan ovum terfertilisasi dari ovarium ke uterus. Tuba falopi dibagi menjadi beberapa bagian: 1. Fimbriae: bagian paling dekat dengan ovarium yang berbentuk menjari yang berfungsi untuk menangkap oosit sekunder dari ovarium 2. Infundibulum: terletak medial dari fimbriae, berbentuk seperti corong 3. Ampula: bagian terlebar dan terpanjang dari tuba falopi, biasanya menjadi tempat terjadinya fertilisasi 4. Isthmus: bagian paling medial dari tuba falopi yang pendek, sempit, berdiding tebal, dan bersinambungan langsung dengan uterus 5. Interstitial: bagian tuba falopi yang masuk ke dinding otot dari uterus Secara histologi tuba falopi terdiri dari tiga lapis yaitu, mukosa, muskularis, dan serosa. Pada bagian mukosa terdapat epitel kolumnar selapis bersilia yang berfungsi untuk memindahkan ovum terfertilisasi dari tuba ke uterus, dan sel peg yang
  • 23. mensekresi cairan untuk menutrisi ovum. Pada lapisan muskularis terdiri dari otot polos sirkular yang tebal pada bagian dalam dan otot polos longitudinal yang tipis pada bagian luar. Gerakan kontraksi peristaltic dari lapisan muskularis dan aktivitas silia pada lapisan mukos membantu pergerakan oosit atau ovum terfertilisasi menuju uterus. 2.2.3.Uterus Uterus merupakan tempat implantasi dari ovum yang telah terfertilisasi, perkembangan janin selama kehamilan, and persalinan. Jika tidak terjadi proses fertilisasi dinding uterus lah yang menjadi sumber perdarahan pada menstruasi. Uterus terletak diantara vesika urinaria dan rectum dengan ukuran dan bentuk seperti buah pir terbalik. Ukuran uterus dipengaruhi oleh pernah tidaknya mengandung dan pengaruh hormon. Secara anatomi uterus dibagi menjadi 3 bagian, fundus yaitu bagian superior dari uterus yang berbentuk seperti kubah, korpus bagian sentral dari uterus, dan serviks yang merupakan bagian sempit di uterus inferior. Diantara korpus dan serviks uterus terdapat bagian yang disebut isthmus yang akan menjadi segmen bahan rahim pada kehamilan. Bagian dalam dari serviks disebut kanalis servikalis yang
  • 24. memiliki 2 lubang yaitu ostium internal yang bersinambungan dengan rongga uterus dan ostium eksternal yang mengarah ke vagina. Pada normalnya korpus uterus berada di posisi yang mengarah ke anterior dan superior dari vesika urinaria dalam posisi yang disebut antefleksi sehingga serviks terproyeksi ke arah inferior posterior dan masuk ke dinding anterior dari vagina. Secara histologi uterus terdiri dari 3 lapisan jaringan, yaitu perimetrium atau serosa, myometrium, dan endometrium. Perimetrium merupakan lapisan terluar yang terbentuk dari epitel kubus selapis dan jaringan ikat areolar dan merupakan kelanjutan dari peritoneum visceral. Pada bagian lateral lapisan ini membentuk ligamentum latum, pada anterior membentuk kantong vesicouterina, sedangkan pada bagian posterior membentuk kantong rektouterina atau kavum Douglas. Lapisan tengah dari uterus yaitu myometrium terdiri dair tiga lapis serat otot polos dimana serat-serat paling tebal berada di fundus sedangkan yang paling tipis berada di serviks. Lapisan paling luar dan paling dalam dari serat otot tersebut berpola longitudinal atau oblik, sedangkan serat otot tengah sirkular. Selama persalinan, kontraksi myometrium sebagai respons oksitosin membantu pengeluaran janin dari uterus.
  • 25. Lapisan dalam uterus yaitu endometrium merupakan lapisan yang kaya akan pembuluh darah dan memiliki tiga komponen yaitu epitel selapis kolumnar, stroma, dan kelenjar endometrial. Endometrium di bagi menjadi 2 lapis yaitu stratum fungsional yang luruh ketika menstruasi dan stratum basalis yang ada secara permanen. Uterus disuplai oleh arteri uterina yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna dan arteri ovarika cabang langsung dari aorta abdominalis. Arteri uterina mempercabangkan arteri arkuata dan masuk ke myometrium, yang kemudian mempercabangkan lagi menjadi arteri radialis. Arteri uterina yang mengarah ke tuba falopi akan terbagi menjadi 3 cabang yaitu, cabang ovarium yang beranastomosis dengan arteri ovarika terminalis, cabang tubal yang menyuplai tuba falopi, dan cabang fudal yang menyuplai bagian fundus uteri. Di lateral dari serviks arteri uterina akan bersilangan dengan ureter, hal ini penting untuk diidentifikasi ketika akan melakukan histerektomi. Arteri ovarika masuk ke ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvikum sebelum cabang-cabangnya masuk ke ovarium, sebagian lain akan beranastomosis dengan cabang arteri uterina. Darah keluar dari uterus melalui vena uterina kemudian menjadi vena iliaka, darah dari ligamentum latum akan mengalir ke pleksus pampiniformis dan menuju vena ovarika, dimana vena ovarika
  • 26. kanan berlanjut ke vena cava inferior, sedangkan vena ovarika kiri berlanjut ke arteri renalis sinistra. Persarafan oleh nervus pelvikum parasimpatik berasal dari S2-S4 yang bergabung menjadi ganglion servikalis Frankenhauser. Sedangkan sistem simpatik masuk ke rongga pelvis melalui pleksus iliaka interna tepat di bawah promontorium sakralis yang kemudian turun menjadi pleksus uterovaginalis Frankenhauser. Cabang dari pleksus ini menyuplai uterus, vesika urinaria, dan vagina superior. Saraf yang
  • 27. berasal dari T11-T12 merupakan alur rangsang nyeri yang dapat diberikan oleh uterus ketika terjadi kontraksi. Saraf somatis dari serviks dan bagian superior vagina berasal dari S2-S4, sedangkan inferior vagina berasal dair nervus pudenda. 2.2.4.Ligamen Genitalia Interna Beberapa ligament baik yang merupakan kelanjutan dari peritoneum parietal maupun jaringan fibromuskular berfungsi untuk menjaga posisi dari uterus dan organ genitalia interna lain. Ligamen-ligamen tersebut antara lain: 1. Ligamentum latum, merupakan lipatan dari peritoneum yang menempelkan uterus pada kedua sisi rongga panggul. Ligamentum di bagi menjadi 3 bagian berdasarkan struktur yang ditutupinya, yaitu: a. Mesosalfing, berada disekitar tuba falopi b. Mesovarium, berada disekitar ovarium c. Mesoteres, berada di sekitar ligamentum teres uteri d. Parametrium 2. Ligamentum suspensorium ovari (ligamentum infundibulopelvikum), menempelkan fimbriae ke dinding pelvis dan tempat lewatnya pembuluh ovarium
  • 28. 3. Ligamentum uterosakral, juga merupakan kelanjutan dari peritoneum yang menghubungkan uterus dengan tulang sakrum. 4. Ligamentum kardinalis (Mackenrodt atau ligamentum serkivalis transversum), terletak di bagian inferior dari dasar ligamentum latum dan memanjang dari dinding pelvis ke serviks dan vagina. 5. Ligamentum teres uteri (homolog dengan gubernaculum testis) ikatan jaringan ikat diantara kedua lapisan ligamentum latum, dan memanjang dari uterus tepat di inferior dari tuba uterina ke arah labia mayor. Terdapat a. Sampson berjalan di ligament ini sebagai cabang dari a. uterina. Ligamen-ligamen inilah yang menjaga uterus tetap pada posisinya, tetapi tetap memberikan ruang yang cukup untuk terjadinya pergerakan sehingga tetap ada kemungkinan terjadinya malposisi uterus yaitu retrofleksi.
  • 29. 2.2.5.Vagina Vagina berbentuk seperti tabung dilapisi dengan membrane mukosa yang memajang dari sisi luar badan hingga serviks uterine, berada di antara vesika urinaria yang dipisahkan oleh septum vesikovaginal dan rectum yang dipisahkan oleh kavum rektouterina atau Douglasi. Bagian yang mengelilingi vagina dan menempel pada serviks disebut fornix. Terdapat 2 forniks lateral, forniks anterior, dan posterior. Secara histologi terdiri dari epitel kubus berlapis dan jaringan ikat areolar yang berlipat-lipat disebut rugae yang terletak di dinding anterior dan posterior vagina. Terdapat selapis membrane mukosa tipis yang kaya pembuluh darah yang menutupi sebagian liang luar dari vagina, orifisium vaginalis, yang disebut hymen. Lubang hymen dapat berdiameter dari pin point hingga 1 hingga 2 jari. Hymen yang menutupi keseluruhan orifisium disebut hymen imperforata yang menyebabkan darah menstruasi tertahan di dalam vagina. Vaskularisasi vagina disuplai oleh beberapa pembuluh darah sebagai berikut: 1. Bagian proksimal  Cabang dari a. uterina yaitu a. servikalis dan a. vaginalis yang merupakan cabang dari a. uterina, a. vesikalis inferior, atau langsung dari a. iliaka interna 2. Bagian dinding posterior:  a. rektalis media 3. Bagian distal:  a. pudenda interna Aliran limfatik sepertiga bawah mengarah ke kelenjar getah bening inguinalis, kelenjar getah bening iliaka interna untuk sepertiga tengah, dank e kelenjar getah bening iliaka komunis, interna, dan eksterna untuk sepertiga atas.
  • 30. 2.2.6.Vulva Vulva atau pudendum mengacu pada genitalia eksternal dari perempuan dan terdiri dari beberapa komponen antara lain: 1. Mons Pubis  Terletak anterior dari vaginal dan ostium urethra dan merupakan tumpukan jaringan adipose yang dilapisi kulit dan rambut pubis sebagai bantalan simfisis pubis 2. Labia Mayor (homolog terhadap skrotum)  Lipatan kulit secara longitudinal yang memanjang secara inferior dan posterior. Labia mayor juga dilapisi oleh rambut pubis, banyak jaringan adipose, kelenjar sebasea, dan kelenjar apocrine sudoriferus.  Jaringan lemak yang membuat labia mayor menjadi tebal dan disuplai oleh pleksus vena yang sering menjadi varises ketika hamil. 3. Labia Minor (homolog terhadap uretra pars spongiosum)  Lipatan kulit longitudinal yang lebih kecil dibanding labia mayor. Tidak terdapat rambut pubis dan jaringan lemak, tetapi mengandung banyak kelenjar sebasea dan beberapa serat otot  Terdiri dari 2 lamela dan terletak di medial dari labia mayor
  • 31.  Pada bagian atas sepasangan bawah bersatu membentuk frenulum klitoris, sedangkan yang atas membentuk preputium, bagian bawah membentuk fourchette 4. Klitoris (homolog terhadap corpora cavernosa)  Jaringan kecil berbentuk silindris dan mengandung banyak saraf dan pembuluh darah. Klitoris terletak di bagian perbatasan anterior dengan labia minor. Terdapat lapisan kulit yang disebut preputium klitoris sebagai titik penyatuan klitoris dengan labia minor.  Bagian klitoris yang terpapar langsung dari luar disebut glans klitoris dan berhomolog dengan glans penis pada laki-laki. 5. Vestibularis (homolog terhadap uretra pars membranosa)  Bagian diantara labia minor, terdiri dari hymen, orifisium vaginalis, ostium urethra externa, dan pembukaan dari duktus beberapa kelenjar  Ostium urethra externa (OUE) terletak di anterior dari orifisium vaginalis dan posterior dari klitoris, di sisi lateralnya terdapat pembukaan dari duktus kelenjar paraurethral mayor atau kelenjar Skene yang berhomolog dengan prostat.  Posterior dari OUE terdapat orifisium vaginalis yang pada sebagian orang masih tertutupi oleh hymen. Di sisi lateralnya terdapat kelenjar vestibular mayor atau kelenjar Bartholin yang berhomolog dengan kelenjar bulbourethral  Fossa navikularis: hanya terlihat pada perempuan nulipara, yaitu bagian posterior dari vestibularis diantara orifisium vaginalis dengan fourchette 6. Bulbus vestibularis (homolog terdahap corpus songiosum dan bulbus penis)
  • 32.  Terdiri dari dua massa jaringan erektil di dalam labia di sisi orifisium vaginalis yang dapat membesar oleh aliran darah. Terletak di bawah muskulus bulbokavernosum.  Jika terjadi trauma saat persalinan dan rupture, akan membentuk hematoma vulva 7. Kelenjar  Kelenjar Parauretra: yang paling besar disebut Kelenjar Skene, terletak di distal dekat OUE. Inflamasi atau infeksi pada kelenjar ini menyebabkan diverticulum uretra.  Kelenjar Vestibularis Minor: kelenjar dangkal yang dibatasi oleh epitel selapis yang mensekresi musin dan terbuka di sekitar linea Hart  Kelenjar Vestibularis Mayor (Bartholin): terletak inferior dari bulbus vestibularis dan muskulus bulbokavernosum di sisi luar orifisium vaginalis, dan distal di arah jam 5 dan 7 dari cincin hymen. Jika terjadi infeksi dan obstruksi dapat membengkak membentuk abses.
  • 33. 2.2.7.Perineum Area berbentuk belah ketupat yang terdapat di medial dari kedua paha dan bokong yang mengandung genitalia externa dan anus. Perineum dibatasi oleh simfisis pubis dan rami ischipubis di anterior, tuberositas ischiadica dan ligamentum sakrotuberosum di lateral, serta tulang koksigis di sisi posterior. Garis imajiner yang ditarik dari kedua tuberositas ischiadica memisahkan perineum menjadi segitiga anterior (urogenital) yang berisi genitalia eksterna dan segitiga posterior yang berisi anus. 1. Segitiga anterior (urogenital)  Batas: rami pubis, tuberositas ischiadica, muskulus perineum transversum superfisialis  Dibagi menjadi membran perineum luar dan dalam  Struktur-stuktur di dalam membran perineum luar antara lain  muskulus ischiocavernosum yang berfungsi untuk membuat klitoris ereksi
  • 34.  muskulus bulbocavernosum untuk mengkonstriksi lumen vagina dan melepaskan sekresi lubrikan dari kelenjar Bartholin  muskulus perineum transversum superfisialis  Struktur-struktur di dalam membran perineum dalam antara lain:  Muskulus kompresor uretra  Muskulus sfingter uretrovaginalis  m. sfingter uretra eksterna  Sebagian dari uretra dan vagina  Cabang dari a. pudenda interna  Nervus klitoris dorsalis dan vena klitoris 2. Segitiga posterior (anal)  Fossa ischiorektal: menopang organ sekitar tetapi memungkinkan distensi rectum saat defekasi dan peregangan vagina saat persalinan  Kanalis analis  Komplek sfingter ani  Cabang dari saraf pudenda  Berasal dari S2-S4 melewati m. pirifromis dan m. koksigis dan keluar lewat foramen ischiadica mayor di posteromedial dari spina ischiadica  Sebagai saraf yang di blok ketika melakukan anestesi lokal (pudendal nerve block)  n. pudenda masuk ke dalam perineum dan terbagi menjadi n. klitoris dorsalis, n. perineum, dan n. rektalis inferior  Suplai pembuluh darah tersebat melalui a. pudenda interna dan percabangannya termasuk a. rektalis inferior dan a. labialis posterior
  • 35. 2.2.8.Kelenjar Mammae Payudara terletak di anterior dari muskulus pektoralis mayor dan serratus anterior, yang padanya terdapat lapisan fasia jaringan ikat padat irregular. Pada setiap payudara terdapat puting susu yang merupakan tempat keluarnya produksi dari duktus lactiferous. Area kulit berpigmentasi disekitar putting disebut areola yang mengandung kelenjar sebasea. Terdapat untaian-untaian ligament suspensorium (Ligamen Cooper) diantara kulit dan fasia yang berfungsi menopang payudara. Ligament ini menjadi semakin longgar seiring dengan usia atau tarikan berlebih akibat olahraga jangka panjang. Di dalam setiap payudara terhadap kelenjar mammae yang merupakan kelenjar sudoriferus yang memproduksi susu. Setiap kelenjar mengandun 15-20 lobus terpisahkan oleh jaringan adiposa. Di setiap lobus terdapat kompartemen lebih kecil yaitu lobules yang terdiri dari alveoli-alveoli kelenjar susu. Setelah produksi susu terjadi akan disalurkan ke tubulus-tubulus sekunder berlanjut ke duktur mammae. Di dekat puting duktus tersebut melebar menjadi sinus laktiferus, di mana susu yang terproduksi disimpan terlebih dulu sebelum dialirkan ke duktus laktiferus.
  • 36. 2.3. Embriogenesis 2.3.1.Plasenta Setelah terjadi fertilisasi, oosit sekunder melanjutkan fase meiosis dan menjadi zygot, sel diploid dengan 46 kromosom, dan terjadi pembelahan sel menjadi blastomer, morula, kemudian blastosit. 4-5 hari setelah fertilisasi, sel-sel blastula berdiferensiasi menjadi inner cell mass atau embrioblas dan trofoblas. Setelah itu terjadi proses pelepasan blastosit dari zona pellucida dan menuju ke rongga uterus untuk melakukan implantasi pada endometrium di hari ke 6-7 paska fertilisasi. Pada hari ke 8 setelah terjadi implantasi, trofoblas akan berdiferensiasi menjadi: 1. Sinsitiotrofoblas: sinsitium multinukleus di bagian luar a. Tidak memiliki sel-sel individual b. Terdiri dari sitoplasma tanpa batas sel yang tegas, sehingga memungkinkan terjadinya transport melewati lapisan ini 2. Sitotrofoblas: sel mononukleus primitive di bagian dalam a. Dapat sintesis DNA dan mitosis b. Batas sel jelas
  • 37. Setelah implantasi lengkap sitotrofoblas melanjutkan pembentukannya dan menghasilkan vili dan ekstravili trofoblas. Vili trofoblas akan menjadi vili korionik yang berfungsi sebagai transport oksigen dan nutrien antara ibu dan janin. Vili sekunder akan terbentuk setelah mesoderm ekstraembrionik menginvasi kolumna trofoblas, dan setelah terjadi angiogenesis akan terbentuk vili tersier. Ekstravili trofoblas bermigrasi ke desidua dan myometrium serta melakukan penetrasi terhadap pembuluh darah ibu yang nantinya lebih jauh dibedakan menjadi interstisial dan endovaskular. Trofoblas interstisial menginvasi desidua dan masuk ke dalam myometrium membentuk placental bed dan mengelilingi arteri spiralis dan mempersiapkan trofoblas endovaskular untuk mengivasi lumen arteri spiralis.
  • 38. Di dalam rongga blastosit muncul sel soliter yang nantinya akan menjadi mesenkim embrionik, bagian mesoderm yang melapisi rongga blastosit disebut vesikel korion, membrannya disebut korion yang terbentuk dari trofoblas dan mesenkim. Korion dibagi menjadi frondosum dan laeve berdasarkan desidua yang bersangkutan. Sel-sel mesenkim akan mengalami pemadatan dan membentuk body stalk dan nantinya menyatu dengan allantois embrio dan menjadi umbilical cord. Plasenta tumbuh dengan cepat pada trimester pertama. Plasenta terdiri dari 10- 38 lobus yang dipisahkan oleh septa plasenta, setiap bagian diantar septa disebut kotiledon. Plasenta dibadi menjadi 2 komponen, yaitu bagian janin yang merupakan korion frondosum dan bagian maternal yaitu desidua basalis. 2.3.2.Embrio Inner cell mass adalah cikal bakal dari embrio, setelah 7-8 hari embrioblas akan berdiferensiasi menjadi diskus bilaminar yang terdiri dari lapisan hipoblas di perbatasan dengan rongga blastosit, dan lapisan epiblas. Diantara lapisan epiblas akan muncul rongga amniotic, dan lapisan epiblas yang berada dekat dengan sitotrofoblas akan selanjutnya disebut amnioblas. Pada hari ke 9 hipoblas membentuk membran Heuser yang mengelilingi bagian dalam dari sitotrofoblas dan dengan hipoblas akan membentuk primitive yolk sac.
  • 39. Sel-sel dari yolk sac tersebut akan membentuk mesoderm ekstraembrionik yang akan mengisi ruang antara trofoblas dengan amnion dan membrane Heuser. Di dalam mesoderm ekstraembrionik akan terbentuk rongga yang mengelilingi primitive yolk sac dan kavum amniotic, rongga ini disebut kavum ekstraembrionik atau kavum korionik. Proses embriogenesis dilanjutkan dengan gastrulasi yaitu pembentukan lapisan germinal, ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Gastrulasi dimulai dari pembentukan primitive streak pada permukaan epiblas. Setelah 15-16 hari usia embrio alur primitif ini baru terlihat jelas, dan ujung sefaliknya meninggi dan disebut nodus primitif. Sel- sel epiblas bermigrasi ke alur primitif dan melakukan invaginasi dan sebagian menggeser sel hipoblas menjadi endoderm, sel epiblas diantara endoderm yang baru terbentuk dan epiblas merupakan sel mesoderm, sedangkan sisa epiblas menjadi ektoderm. Invaginasi berlanjut sehingga melebar ke lateral dan kranial. Sel-sel yang berinvaginasi ini disebut sel-sel prenotochordal. Sel prenotochordal tumbuh ke kranial sampai menyentuh lempeng prechordal menyelingi hipoblas sehingga terbentuk lapisan 2 sel disebut lempeng notochord. Pada bagian sefalik lapisan germinal mulai berdiferensiasi pada pertengahan minggu keti, sedangkan bagian kaudal masih melakukan pertumbuhan dan baru mulai berdiferensiasi di akhir minggu keempat. Membran kloaka terbentuk di sisi kaudal dari diskus embrionik dan memiliki struktur serupa dengan membran orofaringeal yaitu lapisan ektoderm dan endoderm
  • 40. tanpa adanya mesoderm. Pada hari ke 16 dinding posterior dari yolk sac terdapat diverticulum yaitu allantois yang memanjang hingga body stalk membentuk umbilicard cord. Periode embrionik baru di mulai 3 minggu setelah fertilisasi sampai minggu ke 8, dimana proses organogenesis terjadi. Pada masa embrionik inilah hCG mulai positif. Turunan dari lapisan germinal ektoderm antara lain sistem saraf. Proses pembentukan system saraf pusat dimulai dari mesoderm prechordal dan notochol yang menyebabkan penebalan ektoderm di atasnya dan membentuk lempeng neural. Sel-sel dalam lempeng tersebut membuat neuroektoderm dan menginisiasi proses neurulasi. Proses neurulasi adalah proses lempeng neural membentuk neural tube. Pada akhir minggu ketiga, sisi lateral dari lempeng neural meninggi dan membentuk lipatan neural dan di bagian tengah depresi membentuk alur neural. Secara bertahap lempeng neural akan menuju ke garis tengah dan saling bertemu dengan sisi yang lain dan menyatu pertama kali di daerah servikal sekitar somite kelima sebelum berlanjut ke kranial dan kaudal. Bagian ujung kaudal dan kranial dari neural tube yang belum menyatu sempurna disebut neuroporus posterior dan anterior. Penutupan neuroporus anterior terjadi sekitar hari ke 25, sedangkan neuroporus posterior menutup di hari ke 28. Pada saat penutupan selesai maka proses neurulasi juga berakhir dan sistem saraf pusat terbentuk di dalam struktur tubular tertutup dengan bagian sempit di kaudal, yaitu medulla spinalis, dan bagian sefalik yang berdilatasi menjadi vesikel otak. Sel-sel di dinding neural tube berdiferensiasi menjadi lapisan marginal, lapisan mantel, dan lapisan ependymal yang akan menjadi substansia alba, grisea, dan sel ependimal.
  • 41. Vesikel primer otak pada awalnya terdiri dari 3 dilatasi yaitu prosencephalon, mesencephalon, dan rhombencephalon. Pada minggu kelima akan terbentuk vesikel otak sekunder dan terus berkembang menjadi system saraf pusat matur yaitu: 1. Prosenchepalon: a. Telencephalon, berkembang menjadi hemisfer serebral, ventrikel lateralis, dan nuclei basalis b. Diencephalon, berkembang menjadi thalamus, hipotalamus, dan epitalamus 2. Mesencephalon, berkembang menjadi midbrain, dan aqueductus Sylvii 3. Rhombencephalon: a. Metecephalon, berkembang menjadi pons, serebelum, dan ventrikel keempat
  • 42. b. Myelencephalon, berkembang menjadi medulla oblongata dan sebagian dari ventrikel keempat Lapisan germinal ektoderm juga membentuk system saraf perifer, epitel sensorik dari telinga, hidung, dan mata, juga membentuk epidermis termasuk rambut dan kuku, serta kelenjar subkutis, kelenjar mammae, kelenjar pitituari, dan enamel dari gigi. Mesoderm dibagi menjadi 2, mesoderm paraksial yang mengalami penebalan, dan lempeng lateral yang tipis. Diantaranya terdapat mesoderm intermedia. Lempeng lateral dari mesoderm dibagi menjadi 2 lapisan yaitu mesoderm parietal dan mesoderm visceral. Mesoderm paraksial akan berkembang menjadi tulang-tulang vertebralis di akhir minggu kelima. Mesoderm intermedia akan berdiferensiasi menjadi struktur urogenital, pada bagian servikal dan torakal atas mesoderm akan membentuk sekumpulan sel yang akan menjadi nefrotom, sedangkan di kaudal akan membentuk jaringan nefrogenik. Mesoderm parietal akan menjadi dermis kulit, tulang dan jaringan ikat dari ekstremitas dan sternum, kartilago kostalis, otot-otot ekstremitas, sebagian besar otot dinding tubuh, dan membrane mesotelial dan serosa yang terdapat pada peritoneum, pleura, dan perikardium. Mesoderm visceral bersamaan dengan endoderm membentuk dinding bakal usus dan membran serosa setiap organ. Darah dan pembuluh darah juga terbentuk dari mesoderm melalui proses vaskulogenesis dan angiogenesis. Pulau darah pertama kali terlihat pada mesoderm di sekitar yolk sac pada minggu ketiga. Akan tetapi sel punca hematopoiesis definitif berasal dari mesoderm disekitar aorta di dekat bakal ginjal. Lapisan germinal endoderm berperan paling besar dalam pembentukan organ- organ sistem gastrointestinal. Adanya pertumbuhan dari sistem saraf pusat
  • 43. menyebabkan embrio menekuk menjadi posisi fetal, sehingga bagian lateral, kranial dan kaudal dari embrio mendekat ke ventral sampai akhirnya dinding ventral menutup kecuali di bagian umbilikus. Sistem gastrointestinal dimulai dari pembentukan foregut, midgut, dan hindgut. Pada bagian ujung sefalik foregut menempel pada membran orofaringeal. Pada minggu keempat membrane ini rupture dan membuka jalan antara rongga mulut dengan primitive gut. Hal yang sama terjadi pada hindgut dengan membran kloaka yang memisahkan kanal anal superior dari endoderm dengan kanal anal inferior dari ektoderm. Membran kloaka akan rupture di minggu ketujuh untuk membuka saluran anus. Pada tahap perkembangan lebih lanjut endoderm juga berdiferensiasi menjadi: epitelium saluran pernafasan, vesika urinaria, uretra, rongga timpani, dan tuba auditori, parenkim tiroid, paratiroid, hepar, dan pankreas, stroma dari tonsil dan timus. Akhir dari periode embriogenik merupakan awal dari periode fetalis. Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan pematangan struktur-struktur yang telah terbentuk di mana embriogenik. 2.3.3.Peredaran darah Invasi trofoblas ke arteri spiralis membuat resistensi pembuluh kapiler menjadi lebih rendah, dan memungkinkan akomodasi peningkatan perfusi uterus yang signifikan dalam kehamilan. Susunan vena dan arteri spiralis terhadap dinding uterus memungkinkan penutupan vena pada saat kontraksi uterus dan mencegah masuknya darah maternal dari ruang intervilli. Pada keadaan kontraksi uterus panjang, ketebalan dan luas area permukaan plasenta meningkat, sehingga pertukaran volume darah yang lebih besar bisa terjadi untuk mengompensasi kecepatan aliran darah yang menurun. Peredaran sirkulasi darah fetal dijelaskan melaui gambar berikut:
  • 44. 2.4. Pembentukan Sistem Reproduksi Kelenjar gonad terbentuk dari pertumbuhan mesoderm intermedia yang menjadi gonadal ridges. Pada minggu kelima pembentukan embrio, gonadal ridges muncul sebagai tonjolan di medial dari mesonefros (bakal ginjal). Berdekatan dengan itu terdapat duktus mesonefriksu atau duktus Wollfian yang nantinya akan menjadi system reproduksi pada laki-laki. Sedangkan pasangan lain dari duktus tersebut yaitu duktus paramesonefrikus atau duktus Mullerian yang berada di lateral duktus mesonefrikus akan membentuk struktur system reproduktif pada wanita. Pada awal embriogenesis setiap janin berpotensi menjadi kelamin mana saja karena memiliki kedua bakal genitalia yang dapat berdiferensiasi menjadi testis dan ovarium. Adanya Sex-determining Region of the Y chromosome (SRY) yang terekspresi saat proses pembentukan mengeluarkan produk protein yang menyebabkan sel Sertoli primitive mulai berdiferensiasi di dalam testis pada minggu ketujuh. Berkembangnya sel Sertoli mensekresi hormone Mullerian-inhibiting substance (MIS) yang menyebabkan apoptosis sel-sel di dalam duktus Mullerian. Hormone hCG (human chorionic gonadotropin) menstimulasi sel Leydig di dalam testis untuk mensekresi hormone androgen testosterone di minggu kedelapan. Hormon testosteron kemudian
  • 45. menstimulasi pertumbuhan duktus mesonefrikus di setiap sisi dan berdiferensiasi menjadi epididymis, vas deferens, duktus ejakulatorius, dan vesikularis seminalis. Testis terhubung dengan duktus mesonefrikus melalui serangkaian tubulus yang nantinya menjadi tubulus seminiferous. Prostat dan kelenjar bulbourethral adalah pertumbuhan endodermal dari urethra. Pada keadaannya absennya SRY, tonjolan genital akan berdiferensiasi menjadi ovarium dank arena MIS tidak diproduksi maka duktus paramesonefrikus dapat berkembang. Ujung distal dari duktus ini bersatu untuk membentuk uterus dan vagina, sedangkan ujung proksimal yang tidak menyatu berdiferensiasi menjadi tuba falopi. Absennya hormone testosteron juga menyebabkan degenerasi dari duktus mesonefrikus. Kelenjar vestibularis mayor dan minor tumbuh dari pertumbuhan endodermal dari vestibularis. Genitalia eksterna baik pada laki-laki maupun perempuan belum mulai berdiferensiasi hingga minggu kedelapan usia embrio. Sebelum terjadinya diferensiasi semua embrio memiliki struktur sebagai berikut: 1. Lipatan uretra (urogenital) yang tumbuh dari mesoderm di regio kloaka 2. Alur uretra, lekukan diantara lipatan uretra yang akan menjadi lubang sinus urogenital 3. Tuberkulum genitalia, peninggian berbentuk bulat di anterior dari lipatan uretra 4. Pembengkakan labioskrotal, sepasang struktur lateral dari lipatan uretra. Pada embrio laki-laki sebagian hormone testosterone diubah menjadi dihydrotestosterone (DHT) yang merangsang pembentukan uretra, prostat, skrotum dan penis. Bagian dari tuberkulum genitalia memanjang dan mnejadi penis. Penyatuan dari lipatan uretra membentuk uretra pars spongiosum dan pembengkakan labioskrotal akan menjadi skrotum. Tidak adanya DHT menyebabkan tuberkulum genitalia berubah menjadi klitoris pada embrio perempuan, lipatan urethra tidak menyatu dan menjadi
  • 46. labia minor, dan pembengkakan labioskrotal akan menjadi labia mayor, dan yang terakhir alur uretra akan berubah menjadi vestibularis.
  • 47. BAB III. KESIMPULAN Memahami ilmu anatomi sebagai dasar dari ilmu kedokteran sangat membantu untuk dapat mengerti secara menyeluruh ilmu kedokteran yang dibagi berdasarkan sistem. Ilmu anatomi dalam sistem reproduksi secara khusus sangat membantu dokter dalam diagnosis, penanganan, dan pengambilan keputusan di kasus-kasus kehamilan dan masalah yang mungkin ditimbulkan selama kehamilan dan proses persalinan maupun kasus ginekologi lainnya. Dalam masa kehamilan proses-proses dan tahapan embriogenesis yang secara garis besar berlaku relatif sama dalam setiap kehamilan memungkinkan dokter melihat tanda-tanda awal masalah kehamilan, mendiagnosis, dan mengatasi masalah tersebut. Dalam keadaan normal sekalipun tahapan embriogenesis membantu menentukan umur kehamilan, perkiraan persalinan, jumlah dan keadaan janin.
  • 48. DAFTAR PUSTAKA 1. Tortora GJ, Derrickson B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology. John Wiley & Sons, Inc. 13th ed. 2. Cunningham, Leveno, et al. 2014. William’s Obstetric. Mc Graw Hill Education. 24th ed. 3. Moore KL, et al. 2014. Clinically Oriented Anatomy. Lippincott Williams & Wilkins. 7th ed. 4. Sadler TW. 2012. Langman’s Medical Embriology. Lippincott Williams & Wilkins. 12th ed. 5. Teach Me Anatomy. 7 Juli 2016. teachmeanatomy.info/. 6. Sobotta RHJ, et al. 2010. Sobotta Atlas of Human Anatomy Vol. 2. Urban & Fisher. 15th ed. 7. Wiknjosastro H, et al. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.