adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
MBS-KEPEMIMPINAN
1. 1
Tugas Makalah
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
“Kepemimpinan MBS dan Komponen-komponen MBS ”
Oleh:
Kelompok III
1. Rianti
2. Muh. Syirajuddinnur
3. Sopiah
4. Endriana
5. Ryorafli
SEMESTER IV
JURUSAN TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2014
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan semakin merata akan
menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Efesiensi pendidikan menuntut
pengelolaan yang semakin terdesentralisasikan. Aparatur pendidikan di daerah harus
semakin mampu mengelolah dan melaksanakan teknis kependidikan secara otonom. Hal
ini diperlukan untuk membangun masyarakat di daerah masing-masing kea rah
kemandirian untuk mencapai kehidupan yang semakin merata dan sejahtera.
Sebagaimana diketahui, pendidikan yang bermutu hanya dapat diwujudkan jika
dikelolah oleh pengelolah dan pelaksana teknis pendidikan yang professional.
Profesionalisasi aparatur pendidikan bisa terwujud jika system pengelolaan pendidikan
juga professional. Profesionalilsasi hanya dapat diwujudkan jika aparatur pendidikan
pada berbagai tingkatan manajemen memiliki kemampuan memahami masahlanya
sendiri serta membuat keputusan untuk mengambil tindakan sendiri dalam rangka
memecahkan persoalan tersebut. Dari segi ini dapat dilihat benang merah, bahwa
manajemen pendidikan yang professional dapat diwujudkan melalui peningkatan
otonomisasi dalam membuat keputusan serta rencana aksi untuk memecahkan masalah
yang terjadi di lingkungannya masing-masing.1
Oleh karena itu, latar belakang diangkatnya judul makalah ini yaitu mengingat
karena kepemimpinan dalam MBS bukanlah suatu hal yang mudah, maka kami merasa
perlu untuk mengetahuinya lebih dalam lagi agar ketika kita mnenjadi pendidik
nantinya dapat menerapkan program peningkatan mutu pendidikan ini (MBS). Sebagai
seorang yang akan memimpin jalannya program MBS, maka kita harus mengetahui hal-
hal yang berhubungan dengan MBS itu sendiri, termasuk komponen-komponen yang
ada dalam MBS.
1
Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap
Penyelenggara Pendidikan, Ed. 1,-2.-, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 107.
3. 3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan beberapa masalah
yang akan dibahas pada bab pembahasan, antara lain:
1. Apa arti dari kepemimpinan itu?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan?
3. Bagaiman Kepemimpinan dalam Peningkatan Kinerja?
4. Bagaiman Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efekti?
5. Apa-apa sajakah komponen dalam Manajemen Berbasis Sekolah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu antara lain:
1. Untuk mengetahui arti dari kepemimpinan.
2. Juga mengetahui gaya-gaya dari kepemimpinan.
3. Mengetahui kepemimpinan dalam peningkatan kinerja.
4. Mengetahui kepemimpinan kepala sekolah yang efektif.
5. Serta mengetahui komponen-komponen yang ada dalam MBS.
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-
orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutisna (1993)
merumuskan kepemimpinan sebagai “proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau
kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”. Sementara
Soepardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “kemampuan untuk
menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati,
membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, bahkan menghukum (kalau perlu),
serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja
dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.” Hal tersebut
menandakan bahwa kepemimpinan mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu
adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok
tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.
2. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk
mempengaruhi para pengikutnya. Selain itu, gaya kepemimpinan merupakan suatu pola
perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi dan mengarahkan anak
buahnya untuk bertindak sesuai dengan apa yang telah pemimpin kerjakan sehingga
terbentuklah gaya kepemimpinannya. Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk
memahami gaya kepemimpinan, yaitu:
1. Pendekatan sifat
Pendekatan sifat mencoba menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang
berhasil. Dengan demikian, ada seseorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat
bawaan sehingga membedakannya dari yang bukan pemimpin.
2. Pendekatan perilaku
5. 5
Setelah pendekatan sifat tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan, para
pakar berbalik mengarahkan kepada perilaku pemimpin. Dalam pembahasan ini
berturut-turut disajikan berbagai hasil studi mengenai gaya kepemimpinan yang
menggunakan pendekatan perilaku, diantaranya :
a. Study kepemimpinan Universitas OHIO
b. Studi kepemimpinan Universitas Michigan
c. Jaringan Manajemen
d. Sistem kepemimpinan Likert
3. Pendekatan situasional
4. Dalam hal ini kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi daripada sebagai
kualitas pribadi, dan merupakan suatu kualitas yang timbul karena interaksi orang-
orang dalam situasi tertentu. Ada beberapa studi kepemimpinan yang menggunakan
pendekatan ini, diantaranya :
a. Teori kepemimpinan Kontingensi
b. Teori kepemimpinan Tiga Dimensi
c. Teori kepemimpinan Situasional
B. Kepemimpinan dalam Peningkatan Kinerja
Selain pokok-pokok perhatian MBS sebagaimana diuraikan di atas, perhatian
selanjutnya diberikan pada hal penting, yaitu peranan kepemimpinan kepala sekolah
dalam kaitannya dengan pengembangan guru. Menurut sejarah pertumbuhan peradaban,
manusia banyak menunjukkan bukti bahwa salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dan keberlangsungan organisasi adalah kuat tidaknya sebuah
kepemimpinan karena semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang
dalam organisasi, nilai dan bobot strategik dari keputusan yang diambilnya semakin
besar. Banyak hasil-hasil studi yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang
terdapat dalam setiap organisasi merupakan faktor yang berhubungan dengan
produktivitas dan efektivitas organisasi.
Sehubungan dengan peranan gaya kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja
pegawai, perlu dipahami bahwa setiap pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa
yang baik bagi pegawainya, dan dia sendiri juga harus berbuat baik. Oleh karena itu,
6. 6
kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah dalam melaksanakan kegiatan MBS harus
memiliki berbagai kemampuan diantaranya yang berkaitan dengan pembinaan disiplin
pegawai dan pembangkitan motivasi.
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif
Berdasarkan konsep MBS, kepala sekolah merupakan motor penggerak beserta
penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan
sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Sehubungan dengan itu,
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan
kriteria berikut :
a) Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik, lancar, dan produktif
b) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan
c) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan
d) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaaan guru dan pegawai lain di sekolah
e) Bekerja dengan tim manajemen; serta
f) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.2
Peran kepala sekolah selaku pemimpin dalam melaksanakan upaya peningkatan
mutu berkelanjutan di sekolah, cenderung lebih banyak menggunakan waktu untuk
kegiatan memimpin, merencanakan ide-ide baru dan bekerja lebih dekat dengan para
guru maupun stafnya. Menurut Fakry Gaffar, ada beberapa factor kunci yang perlu
diperoleh seorang manajer. Pertama, pemahaman terhadap filosofi mutu. Kedua, visi
tentang peningkatan mutu berkelanjutan. Ketiga, gaya kepemimpinan yang tepat untuk
membudayakan mutu. Keempat, peran strategis sesuai dengan lingkup, wewenang dan
tanggung jawab. Kelima, empowering teacher atas dasar learner focus.3
2
http://schoolbasedmanagement.wordpress.com/2012/06/04/kepemimpinan-dalam-mbs/ diakses
tanggal 28 Maret 2014.
3
Abdul Kadir, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep dan Strategi Memenangkan Persaingan
Mutu, (Makassar: Membumi Publishing, 2009), hal. 122
7. 7
D. Komponen dalam Manajemen Berbasis Sekolah
Komponen adalah bagian yang merupakan seutuh ( W.J.S. Poerwodaminto,
1984: ). Secara umum, komponen merupakan bagian dari sebuah sistem utuh.
Mengenai pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Nurkholis (2003: )
menyatakan bahwa:
Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan sekolah berdasarkan kekhasan,
kebolehan, kemampuan, dan kebutuhan sekolah,yang dilakukan secara partisipatif,
transparan, akuntabel, berwawasan kedepan, tegas dalam penegakan hukum, adil,
prediktif, peka terhadap aspirasi stakeholder, pasti dalam jaminan mutu, professional,
efisien dan efektif dalam rangka peningkatan mutu.
Sedangkan menurut Mulyasa (2009: ) menyatakan bahwa: “MBS adalah salah
satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk
menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik.”
Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita pahami bahwa komponen merupakan
bagian dari sebuah keutuhan. Dalam hal ini keutuhan yang dimaksud adalah MBS. Jadi
komponen dalam MBS memiliki makna bagian-bagian dari Manajemen Berbasis
Sekolah. Bagian-bagian tersebut antara lain: Manajemen Kurikulum, Manjemen
Keuangan, dan sebagainya.4
1. Manajemen Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kurikulum SDN 3
Tamanwinangun, 2010: 5). Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan
oleh Departemen Pendidikan Nasioanal ( sekarang Kementerian Pendidikan Nasional-
red ) pada tingkat pusat. Karena itu sekolah merealisasikan dan menyesuaiakan
4
http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-berbasis_8.html
diakses tanggal 28 Maret 2014.
8. 8
kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu, sekolah juga bertugas
dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.
Menurut Nurkholis (2003: 45) menyatakan bahwa: “Sekolah dapat
mengembangkan, namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara
nasional yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat. Sekolah juga diberi kebebasan
untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal.”
Pengembangan kurikulum muatan lokal telah dilakukan sejak digunakkannya
Kurikulum 1984, khususnya di sekolah dasar (Mulyasa, 2009: 40). Pada kurikulum
tersebut muatan lokal disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai. Dalam
kurikulum 1994, muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang studi.
Jadi intinya adalah dalam pengelolaan kurikulum yang bersifat nasional, sekolah
tidak berhak mengurangi isinya. Yang boleh dikembangkan adalah muatan lokal yang
disesuaiakan sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah masing-masing.
2. Manajemen Program Pembelajaran atau Pengajaran
Sekolah diharapkan dapat mengembangkan program pengajaran serta
melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan
program sekolah, manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti
sempit, ia harus menghubungkan peserta didik dan kebutuhan lingkungan.
Dalam kepentingan kepala sekolah sebagai manajer, ia harus bertanggung jawab
terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program
pengajaran di sekolah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada empat langkah yang
harus dilakukan. Menurut Mulyasa (2009: 41) , empat langkah tersebut yaitu: menilai
kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid,
meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai
perubahan program.
Sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang paling efektif (Nurkholis, 2003: 45). Dalam kaitannya dengan hal
tersebut, maka dalam proses pembelajaran atau pengajaran ada baiknya bersifat terpusat
pada siswa.
9. 9
Mengenai pembelajaran bersifat pada siswa, Rohiat (2008: 65) menyatakan
bahwa:
Yang dimaksud dengan pembelajaran berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang
menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru. Oleh
karena iitu, cara-cara belajar siswa aktif seperti active learning, cooperative learning,
dan quantum learning perlu diterapkan.
Berikut beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan program
pengajaran:
1. Tujuan yang hendak dicapai harus jelas;
2. Bersifat sederhana dan fleksibel;
3. Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan;
4. Bersifat menyeluruh dan harus jelas pencapainnya;
5. Ada koordinasi antarkomponen pelaksana program.
Dari beberapa prinsip di atas, apabila dapat dilaksanakan semua maka tujuan
yang diharapkan akan lebih mudah tercapai. Selain itu, dalam pengelolaan sekolah
harus ada pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan, program-program
pembelajaran. Dengan tujuan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan
teratur.5
3. Manajemen Tenaga Kependidikan
Ketenagaan dalam sekolah identik dengan posisi guru sebagai pendidik maupun
tenaga kependidikan. Adanya pembagian tugas yang jelas antara ketenagaan yang satu
dengan yang lainnya akan menunjang kelancaran dari pelaksanaan pembelajaran di
sekolah.
Menurut Mulyasa (2009: 42) manajemen tenaga kependidikan (guru dan
personil) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan
dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6)
kompensasi, (7) penilaian pegawai.
5
http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-berbasis_8.html
diakses tanggal 28 Maret 2014.
10. 10
Mengenai pengelolaan ketenagaan, Nurkholis (2003: 46) menyatakan bahwa:
Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan perencanaan, rekrutmen,
pengembangan, penghargaan dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga
kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri yang sampai
saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya.
Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan
bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan
sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Oleh
karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga
kependidikan, seperti daftar riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk membantu
kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.
4. Manajemen Kesiswaan
Mengenai Manajemen Kesiswaan, Mulyasa (2009: 46-47) menyatakan bahwa:
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berkaitan dengan
peserta didik (siswa), mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari
suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta
didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat
membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses
pendidikan di sekolah.
Tujuan dari manajemen kesiswaan yaitu untuk mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan
lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.6
Berkenaan dengan manajemen kesiswaan, ada beberapa prinsip dasar yang harus
mendapat perhatian berikut ini:
1. Siswa harus diperlakukan sebagai subjek dan bukan objek, sehingga harus
didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan
keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
6
http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-berbasis_8.html
diakses tanggal 28 Maret 2014.
11. 11
2. Keadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik,
kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minatdan sebagainya.oleh karena itu,
diperlukan wahana kegiatan yang beragam sehingga setiap siswa memiliki wahana
untuk berkembang secara optimal.
3. Pada dasarnya siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa
yang diajarkan.
4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga
ranah afektif dan psikomotorik.7
Yang perlu diperhatikan dalam manajemen kesiswaan adalah bahwa sekolah
tidak hanya mengembangkan pengetahuan anak saja, akan tetapi juga harus
mengembangkan sikap kepribadian, aspek sosial emosional, disamping keterampilan-
keterampilan yang lain. Sehingga akan tercipta peserta didik yang cerdas intelejen,
emosional, maupun spiritualnya.
5. Manajemen Keuangan
Keuangan merupakan salah satu sumber dari sekolah yang secara langsung
menunjang kelangsungan dari sekolah tersebut dalam efektifitas dan efisiensi
pengelolaan pendidikan. Dalam MBS, hal tersebut akan jauh lebih terasa, karena
menuntut sekolah untuk merencanakan, mengelola, mengevaluasi, serta
mempertanggungjawabkan penggunaan keuangan secara transparan.
Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung
pada pemerintah (Nurkholis, 2003: 46). Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa
sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga desentralisasi uang sudah
seharusnya dilimpahkan ke sekolah (Rohiat, 2009: 66)
Mulyasa (2009: 48) menyatakan bahwa: “Sumber keuangan dan pembiayan
sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) pemerintah, (2)
orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat.”
Dalam pengelolaan keuangan di sekolah, diperlukan rasa tanggungjawab yang
besar dari semua komponen sekolah agar penggunaannya dapat maksimal dan sesuai
7
Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap
Penyelenggara Pendidikan, Ed. 1,-2.-, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 121-122.
12. 12
sasaran. Dengan penggunaan yang tepat, maka semua kebutuhan sekolah dalam hal
peningkatan pembelajaran, baik teknis ataupun non-teknis akan tercukupi sehingga
sekolah dapat berjalan dengan lancar, teratur dan bertanggungjawab.
6. Manajemen Sarana dan Prasarana (Fasilitas)
Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, Mulyasa (2009: 49) menyatakan
bahwa: Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar,
seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun
yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman
sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses
belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah
sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.8
Setiap satuan pendidikan tidak dapat melepaskan faktor sarana dan prasarana
yang dapat dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, proses belajar dan
mengajar. Manajemen sarana dan prasarana bertujuan dapat menciptakan kondisi yang
menyenangkan baik guru maupun murid untuk berada di sekolah. Demikian pula
tersedianya media pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan materi pelajaran sangat
diperlukan manjerian pengelolala pendidikan di satuan pendidikan.9
Nurkholis (2003: 46) dan Rohiat (2008: 66) sepakat bahwa pengelolaan fasilitas
seharusnya dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan
hingga pengembannya.
Melihat alasan dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa dalam MBS,
sekolah yang benar-benar mengetahui kondisi dan kebutuhan fasilitas untuk
pengembangan sekolahnya masing-masing.
8
http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-berbasis_8.html
diakses tanggal 28 Maret 2014.
9
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/komponen-komponen-manajemen-sekolah.html
diakses tanggal 01 April 2014
13. 13
7. Manajemen Hubungan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana
yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi
peserta didik di sekolah.
Menurut Mulyasa (2009: 50) tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat
adalah:
1.Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak;
2.Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan
masyarakat;
3.Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
Gambaran dan kondisi sekolah dapat diinformasikan ke masyarakat melalui
laporan kepada orang tua siswa, buletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran
sekolah, open house, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah siswa (home visit),
penjelasan oleh staf sekolah, siswa itu sendiri, radio serta laporan tahunan.
Esensi dari hubungan ini adalah meningkatkan keterlibatan, kepedulian,
kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial
yang dari dulu telah didesentralisasikan {(Nurkholis (2003: 46-47) dan Rohiat (2008:
67)}
Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa kelangsungan sebuah
sekolah tidak bisa lepas dari peran serta masyarakat. Maka, seyogyanya jalinan atau
hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat harus dijunjung tingggi. Sekolah
merupakan bagian dari masyarakat, demikian dengan masyarakat yang harus merasa
memiliki sekolah. Keduanya saling membutuhkan demi tercapainya tujuan pendidikan
Indonesia.
8. Manajemen Layanan Khusus
Menurut Mulyasa (2009: 52) manajemen layanan khusus meliputi manajemen
perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah.
1. Manajemen perpustakaan
Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik akan menunjang
perkembangan peserta didik dalam hal perkembangan pengetahuan . Disamping
14. 14
itu juga memungkinkan bagi guru untuk mengembangkan pengetahuan secara
mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar
individual.
2. Manajemen Kesehatan
Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab terhadap
proses pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan pengetahuan saja,
tetapi juga harus meningkatkan jasmani dan rohani siswa. Hal ini sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, maka di sekolah diadakan UKS ( Usaha
Kesehatan Sekolah ) dan pendirian tempat ibadah.
3. Manajemen Keamanan
Dengan tujuan memberikan rasa tenang dan nyaman dalam mengikuti proses
belajar dan mengajar bagi komponen sekolah.10
10
http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-berbasis_8.html
diakses tanggal 28 Maret 2014.
15. 15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang
yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk
mempengaruhi para pengikutnya.
2. kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah dalam melaksanakan kegiatan MBS
harus memiliki berbagai kemampuan diantaranya yang berkaitan dengan pembinaan
disiplin pegawai dan pembangkitan motivasi. Peran kepala sekolah selaku pemimpin
dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu berkelanjutan di sekolah, cenderung
lebih banyak menggunakan waktu untuk kegiatan memimpin, merencanakan ide-ide
baru dan bekerja lebih dekat dengan para guru maupun stafnya.
3. Secara umum, komponen merupakan bagian dari sebuah sistem utuh. Adapun
komponen-komponen dari MBS yaitu:
a. Manajemen Kurikulum
b. Manajemen Program Pembelajaran atau Pengajaran
c. Manajemen Tenaga Kependidikan
d. Manajemen Kesiswaan
e. Manajemen Keuangan
f. Manajemen Sarana dan Prasarana (Fasilitas)
g. Manajemen Hubungan Masyarakat
h. Manajemen Layanan Khusus
B. Saran
Mengingat karena begitu pentingnya untuk mempelajari materi ini, maka kami
dari kelompok III menyarankan agara materi ini bisa dipahami oleh pembaca, apalagi
kita sebagai calon guru yang nantinya akan menjadi guru yang sesungguhnya, kita bisa
menerapkan program MBS di sekolah tempat kita bekerja/mengajar.
16. 16
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap
Penyelenggara Pendidikan. Ed. 1,-2.-. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Kadir, Abdul. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep dan Strategi Memenangkan
Persaingan Mutu. Makassar: Membumi Publishing.
http://schoolbasedmanagement.wordpress.com/2012/06/04/kepemimpinan-dalam-
mbs/ diakses tanggal 28 Maret 2014.
http://fitriafuadinugraha.blogspot.com/2013/03/komponen-dalam-manajemen-
berbasis_8.html diakses tanggal 28 Maret 2014.
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/komponen-komponen-manajemen-
sekolah.html