Dokumen tersebut merupakan hasil penelitian tentang pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah, budaya kerja, inovasi organisasi, dan konsep diri terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kota Kendari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kinerja guru. Metode penelitian menggunakan kuesioner yang diisi oleh 216 orang guru dan dianalisis
1. 1
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA
KERJA, INOVASI ORGANISASI DAN KONSEP DIRI TERHADAP KINERJA
GURU SMAN DI KOTA KENDARI
JURNAL HASIL PENELITIAN
OLEH
LA ODE AMALUDDIN
G3IMN 16 028
PROGRAM DOKTOR ILMU MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
2. 2
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALASEKOLAH,BUDAYA KERJA,
INOVASI ORGANISASI DAN KONSEP DIRI TERHADAP
KINERJA GURU SMAN DI KOTA KENDARI1
Oleh:
La Ode Amaluddin2
Prof. Dr. Jafar Ahiri, M.Pd3
Dr. H. Jamiludin, M.Hum4
Dr. Nanik Hidaryatiningsih, SE, M.Si5
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya
pengaruh: 1) perilaku kepemimpinan (PK) kepala sekolah terhadap kinerja guru (KG) SMAN
di Kota Kendari, 2) perilaku kepemimpinan (PK) kepala sekolah terhadap konsep diri (KD)
SMAN di Kota Kendari, 3) budaya kerja (BK) terhadap kinerja guru (KG) SMAN di Kota
Kendari, 4) budaya kerja (BK) terhadap konsep diri (KD) SMAN di Kota Kendari, 5) inovasi
organisasi (IO) terhadap konsep diri (KD) SMAN di Kota Kendari, 6) inovasi organisasi (IO)
terhadap kinerja guru (KG) SMAN di Kota Kendari, 7) konsep diri (KD) terhadap kinerja guru
(KG) SMAN di Kota Kendari.
Populasi penelitian ini 470 orang guru, dengan jumlah Sampel 216 orang guru,
penentuan sampel dilakukan dengan teknik Probability Sampling secara Proportional
Stratified Random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang dibangun para ahli
dengan terlebih dahulu diuji coba kepada 80 orang guru secara empirik untuk mengetahui
validitas dan reabilitas, teknik analisis data yaitu: 1) uji prasyarat analis yaitu uji normalitas,
evaluasi atas outlier univariat dan outlier multivariate, evaluasi multikolinearitas, evaluasi
criteri Goodness-of fit,uji Reliability dan variance extract, 2) Structural Equation Modeling
digunakan untuk menguji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) perilaku kepemimpinan kepala sekolah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru, 2) perilaku kepemimpinan kepala
sekolah tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsep diri, 3) budaya kerja tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru, 4) budaya kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap konsep diri, 5) inovasi organisasi tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap konsep diri, 6) inovasi organisasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja guru, 7) konsep diri tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
guru.
Kata kunci: Perilaku kepemimpinan kepala sekolah, budaya kerja, inovasi organisasi, konsep
diri, kinerja guru
1 Jurnal Hasil Penelitian Disertasi UHO
2 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajamen UHO
3 Promotor
4 Ko-Promotor I
5 Ko-Promotor II
3. 3
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada dua hal yang menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan
selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama,starategi pembangunan pendidikan
selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih berstandar
kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti
penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, maka secara otomatis
lembaga pendidikan (sekolah) akan menghasilkan output (keluaran) yang bermutu
sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh
teori education production function Orey & Fitzgerald (2004) tidak berfungsi
sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi
ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-
oriented, diatur oleh jajaran birokrasi tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang
diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau berjalan sebagai mana
mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan kata lain bahwa kompleksitasnya
cakupan permasalahan pendidikan, sering kali tidak dapat dipikirkan secara utuh dan
akurat oleh birokrasi pusat.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu kepala sekolah
harus mengetahui tugas-tugas yang dilakukan. Dalam menjalankan kepemimpinannya,
selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tidak kalah penting dari
semua itu seyongyanya kepala sekolah memahami dan mengetahui perannya. Secara
garis besar, ruang lingkup tugas kepala sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua
aspek pokok, yaitu pekerjaan di bidang administrasi sekolah dan pekerjaan yang
berkenaan dengan pembinaan profesionalisme bidang pendidikan. Untuk
melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya, ada tiga jenis keterampilan pokok
yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan yaitu
keterampilan teknis (technical skill), keterampilan berkomunikasi (human relations
skill), dan keterampilan konseptual (conceptual skill) (Grobler & Warnich, 2006).
Robbin dan Judge (2008), kepemimpinan berkaitan dengan perubahan. Pemimpin
menentukan arah dengan cara mengembangkan satu visi masa depan, kemudian
menyatukan para pembentuk organisasi ata lembaga dengan cara menginspirasi
mereka untuk mengatasi berbagai rintangan.
Keberhasilan kinerja akan tampak apabila terdapat perilaku kepemimpinan,
budaya kerja, inovasi organisaisi, dan konsep diri dalam menjalankan tugas dan
perannya. Perilaku kepemimpinan, budaya kerja, inovasi organisasi, dan konsep diri
dipandang dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja seseorang. Oleh
sebab itu menumbuhkan Perilaku kepemimpinan yang baik, budaya kerja, inovasi
organisaisi, dan konsep diri sangatlah penting.
Secara umum, karakteristik kepala sekolah tangguh dapat dituliskan sebagai
berikut (Slamet, PH, 2000): Kepala sekolah: (a) memiliki wawasan jauh kedepan (visi)
dan tahu tindakan apa yang harus dilakukan (misi) serta paham benar tentang cara
yang akan ditempuh; (b) memiliki kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan
4. 4
seluruh sumberdaya terbatas yang ada untuk mencapai tujuan atau memenuhi
kebutuhan sekolah; (c) memiliki kemampuan mengambil keputusan dengan terampil
(cepat, tepat, cekat, dan akurat); (d) memiliki kemampuan memobilisasi sumber daya
yang ada untuk mencapai tujuan dan yang mampu menggugah pengikutnya untuk
melakukan hal-hal penting bagi tujuan sekolahnya; (e) memiliki toleransi terhadap
perbedaan pada setiap orang dan tidak mencari orang-orang yang mirip dengannya,
akan tetapi sama sekali tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas,
prestasi, standar, dan nilai-nilai; (f) memiliki kemampuan memerangi musuh-musuh
kepala sekolah, yaitu ketidakpedulian, kecurigaan, tidak membuat keputusan,
mediokrasi, imitasi, arogansi, pemborosan, kaku, dan bermuka dua, dalam bersikap
dan bertindak.
Dalam dunia pendidikan peningkatan kinerja guru mutlak diperlukan agar mutu
pendidikan dapat meningkat. Hal ini sebagaimana dikemukakan Sahertian (2000: 160)
bahwa kinerja yang tinggi dalam suatu kelompok guru berdasarkan jenjang pendidikan
menimbulkan usaha-usaha untuk memajukan situasi belajar mengajar yang lebih
efektif. Kinerja guru sebagian besar kegiatannya didalam kelas adalah kemampuan
untuk menciptakan kondisi mengajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat
dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikan
kelas dalam suasana menyenangkan untuk mencapai tujuan. Guru yang mempunyai
kinerja yang baik akan mampu menumbukan semangat dan motivasi belajar siswa
yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mutu pendidikan disekolah.
Berdasarkan kajian tersebut, kinerja seorang guru sebagai figur seorang
pengajar/pendidik yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja seorang guru seperti perilaku kepemimpinan, inovasi
organisasi, budaya organisasi dan konsep diri. Sekolah menengah atas yang ada di kota
Kendari belum sepenuhnya produktif dalam melaksanakan program sekolah yang telah
direncanakan dari mulai input, proses dan output. Keluaran dari sekolah-sekolah SMA
yang ada di kota Kendari belum menunjukkan mutu lulusan yang diharapkan oleh
masyarakat. Dampak yang muncul dari pengelolaan sistim yang belum efektif ini
mengakibatkan rendahnya pengelolaan sekolah. Hal ini, berkenaan dengan rendahnya
kinerja guru di SMA yang ada di kota Kendari. Hal yang bersifat kasus di SMA seperti
hal tersebut,disebabkan karena faktor kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah
adalah seorang manajer yang mampu mempengaruhi perilaku para guru demi
peningkatan prestasi kinerja dan organisasi sekolah yang pada gilirannya dapat
meningkatkan prestasi kinerja organisasi sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Jelaslah bahwa fungsi pimpinan dengan segala bentuk kebijakan akan
mewarnai tingkat kualitas lembaga pendidikan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian terkait “Pengaruh
Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Kerja, Inovasi Organisasi dan
Konsep Diri Terhadap Kinerja Guru SMAN Di Kota Kendari”.
5. 5
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut :”Apakah terdapat pengaruh perilaku Kepemimpinan (PK) Kepala
Sekolah terhadap Kinerja Guru (KG) SMAN Di Kota Kendari?”.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya pengaruh: “Perilaku Kepemimpinan
(PK) Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru (KG) SMAN Di Kota Kendari”.
B. KAJIAN PUSTAKA
KonsepKinerja Guru
Istilah kinerja merupakan suatu konsep yang cukup luas maknanya
karena berkaitan dengan perilaku individu dalam melaksanakan pekerjaan.
Landy dan Farr (1983:11) menjelaskan bahwa: “The point is that
performance is behavior of the broadest variety”. Oleh sebab itu, untuk
memperoleh kinerja yang bagus dan berkualitas perlu adanya suatu proses
dan pengelolaan secara berkesinambungan agar mendapat hasil yang
diinginkan sebagaimana dijealskan oleh Baird (1986:3) bahwa:
“Performance management is a continous process of working with people to
accomplish desires results”. Adapun Cascio (1995;275) menjelaskan bahwa
“Performance refers to an employee’s accomplishment of assigned tasks” .
Definisi ini menunjukkan bahwa kinerja dipandang sebagai perwujudan
dalam pencapaian atau pemenuhan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
Cornners (1985: 53) mengidentifikasi kinerja guru dapat dilihat dari tugas
mengajar guru yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu: tahap sebelum mengajar
(preactive), tahap pengajaran (interactive), dan tahap sesudah pengajaran (pastactive).
Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam komunikasi dan guru
memegang kunci (key person) yang sangat menentukan keberhasilan proses belajar
siswa. Sebagai pemegang kunci guru harus melaksanakan perilaku sebagai berikut: (1)
kejelasan dalam menyampaikan informasi secara verbal maupun non verbal, (2)
kemampuan guru untuk membuat variasi tugas dan tingkah lakunya, (3) sifat hangat
dan keantusiasan guru dalam berkomunikasi, (4) perilaku guru yang berorientasi pada
tugas, (5) perilaku guru dalam membuat variasi keterampilan bertanya, (6)
kemampuan guru dalam menentukan tingkat kesulitan pengajarannya, (7) kemampuan
guru dalam mengalokasikan waktu pengajarannya sesuai dalam perencanaan satuan
pengajaran.
Penilaian terhadap kinerja guru menurut Travers dan Rebore (1990) dititi
beratkan pada: (a) ketrampilan mengajar (teaching Performent), (b) Kualitas
Profesional (professional qualities), dan (c) kualitas Personal (personal qualities).
Bidang keterampilan mengajar meliputi: (1) perencanaan dan pengorganisasian
6. 6
pembelajaran, (2) keteampilan bertanya dan menerangkan, (3) pemenfaatan berbagai
sumber daya dan kegiatan yang inovatif untuk merangsang belajar siswa, (4)
pengetahuan dan antusiasme terhadap mata pelajaran yang diajarkan, (5) pembentukan
suasana kelas yang kondusif bagi belajar siswa, (6) pengarsipan data yang akurat, (g)
Hubungan Yang sehat dengan siswa, Serta (7) pengelolaan kelas dan disiplin. Kualitas
profesional Meliputi: (1) pelaksanaan tugas diluar kelas, (2) hubungan dengan personil
sekolah yang lain, (3) hubungan masyarakat, (4) pertumbuhan jabatan, (5)
pemenfaatan jasa staf ahli, (6) Pemahaman terhadap perkembangan psikologi siswa,
dan (7) perilaku etik. Hal yang berkaitan dengan kualitas personal yaitu: (1) kesehatan,
percakapan, (3) kerapian dan cara berpakaian, dan (4) ketepatan dalam memenuhi
kewajiban.
Menurut Robbins (1996: 71) yang berhak menilai kinerja adalah atasan
langsung (pimpinan), hal ini dikarenakan pimpinan bertanggung jawab terhadap
kinerja bawahannya. Kemudian rekan kerja, hal ini dikarenakan rekan kerja selalu
berinteraksi sehari-hari dan ini dapat menjadi acuan untuk memberikan penilaian yang
menyeluruh terhadap kinerja seorang guru.
Manfaat dari evaluasi kinerja guru sebagaimana dikemukakan oleh Robbins
(1996: 70) adalah: (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan (2)
dapat digunakan sebagi kriterium dalam program seleksi dan (3) dapat digunakan
sebagai dasar alokasi ganjaran. Selain itu evaluasi kinerja guru dapat digunakan
sebagai masukan dalam mengambil suatu keputusan seperti: promosi, transfer (alih
tugas), dan pemutusan hubungan kerja.
Berdasarkan deskripsi teori tentang kinerja di atas maka yang dimaksud dengan
kinerja guru dalam penenlitian ini adalah kemampuan guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang meliputi menyusun menyusun silabus, menyusun program
pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi.
Kinerja guru dalam penelitian ini diukur melalui indikator: membuat rencana
pembelajaran , Melaksanakan kegiatan belajar mengajar , merumuskan tes dan menilai
prestasi siswa.
Konsep Perilaku Kepemimpinan
Perilaku (behavior) adalah wujud dan akualisasi dari sikap seseorang atau
sekelompok orang terhadap suatu situasi atau kondisi. Perilaku dipengaruhi oleh motif
kepentingan. Menurut Ndaraha (2003: 37) bahwa perilaku dipengaruhi oleh kondisi
yang bersumber dari luar diri seseorang yang dalam hal ini adalah lingkungan dari
orang yang bersangkutan.
Menurut Handoko (2003: 298) bahwa bicara perilaku kepemimpinan berarti
berbicara tentang apa yang dilakukan pemimpin efektif, bagaimana pemimpin
mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi dan memotivasi bawahan,
dan bagaimana mereka menjalankan tugas. Pendekatan perilaku memusatkan perhatian
pada dua aspek perilaku kepemimpinan yaitu (1) aspek yang menekankan pada fungsi
yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya agar kelompok bekerja secara efektif,
7. 7
dan (2) aspek yang menekankan pada gaya pemimpin dalam hubunganya dengan
bawahan.
Kepemimpinan menurut Robbins (1996: 198) sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Sejalan dengan pendapat
tersebut Gibson (1985: 215), menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang agar mau mencapai tujuan organisasi atau kelompok, pendapat
serupa dikemukakan Hemphill dan Coons dalam Yukl (2007: 97), bahwa
kepemimpinan merupakan perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas
suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
Yukl (2001: 4) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah proses untuk
membuat orang memahami manfaat bekerja sama dengan orang lain sehingga mereka
faham dan mau melakukannya. Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan
individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu
memberikan kontribusinya demi keberhasilan dan efektivitas organisasi.
Menurut Yukl (2007: 8) kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi
orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan
bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya
individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Stoner dalam Handoko (2003: 294) bahwa kepemimpinan adalah
suatu proses mengarahkan dan memberikan pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Pendapat yang sama
dikemukakan oleh Handoko (2003: 294-295) bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar
bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah meliputi suatu hubungan atau adanya seseorang yang
mempengaruhi orang lain, agar mereka bekerja sama kearah pencapaian sasaran
tertentu. Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin bukanlah hubungan satu
arah, tetapi senantiasa terdapat hubungan timbal balik. Seseorang pemimpin harus
mempengaruhi kelompoknya agar menjalankan tugasnya sebagai pemimpin bisa
berjalan dengan baik.
Vroom dan Jago dalam Arsyad (2003: 131-132) mengemukakan bahwa
perilkau seorang pemimpin yang berkaitan dengan gaya pembuatan keputusan yaitu
(1) perilaku menggunakan otoritas yang tinggi, artinya pemimpin membuat keputusan
sendiri berdasarkan informasi serta data yang ia peroleh dari sumber selain
bawahannya; (2) perilaku menggunakan sedikit optoritas, artinya seorang pemimpin
membuat keputusan berdasarkan informasi atau data dari bawahan, tetapi bawahan
tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan; (3) perilaku yang menggunakan gaya
semi konsultatif, artinya pemimpin dalam membuat keputusan setelah memperoleh
informasi dari bawahan, dan memberitahu bawahan secara individu tentang problem
yang dihadapi; (4) perilaku yang menggunakan pendekatan konsultatif, artinya
pemimpin mengambil keputusan setelah memperoleh informasi dari bawahan dan
bawahan diminta atau diajak untuk secara bersama-sama memikirkan pemecahan
8. 8
masalah namun pemimpin tetap mengambil keputusan sendiri; dan (5) perilaku yang
menggunakan pendekatan partisipatif artinya, seorang pemimpin mengajak
bawahannya bertemu bersama sebagai suatu kelompok, kemudian mengajak bawahan
memikirkan pemecahaan suatu masalah.
Berdasarkan beberapa definisi perilaku kepemimpinan di atas maka yang
dimaksud dengan perilaku adalah cara memimpin seorang pemimpin dalam organisasi
yang dipimpinnya. Dalam hal ini maka perilaku kepemimpinan kepala sekolah adalah
cara memimpin kepala sekolah dalam mengendalikan sekolah.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMAN Negeri Kota Kendari. Pemilihan
SMAN Negeri Kota Kendari didasari oleh hasil pra penelitian di beberapa SMAN
Negeri Kota Kendari yang menunjukan bahwa kinerja guru SMAN Negeri Kota
Kendari belum maksimal. Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif , Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru SMA Negeri
di KotaKendari yang terdiri dari sebelas SMA Negeri yaitu: SMA Negeri 1 Kendari,
SMA Negeri 2 Kendari, SMA Negeri 3 Kendari, SMA Negeri 4 Kendari, SMA Negeri
5 Kendari, SMA Negeri 6 Kendari, SMA Negeri 7 Kendari, SMA Negeri 8 Kendari,
SMA Negeri 9 Kendari, SMA Negeri 10 Kendari, dan SMA Negeri 11 Kendari yang
berjumlah 470 orang siswa, sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik
Probability Sampling secara Proportional Stratified Random sampling, yakni
sebanyak 216 orang guru. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
menggunakan kuesioner tertutup untuk mengumpulkan data tentang variabel perilaku
kepemimpinan kepala sekolah, dan kinerja guru. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Deskripsi Data Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 216 orang guru yang diteliti dalam
penelitian ini, maka perilaku kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori
keempat dan termasuk dalam kriteria sangat baik. Dengan standar deviasi
menunjukkan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti
kecenderungan mendekati nilai rata-rata, berarti Perilaku kepemimpinan kepala
sekolah sudah mendekati kriteria sangat baik. Dari keempat indikator Pendekatan
sedikit Partisipatif (X1.4) memiliki nilai yang paling rendah sedangkan Pendekatan
konsultatif yang tinggi dan semi konsultatif (X1.2) memiliki nilai paling tinggi.
Kinerja guru dalam penelitian ini adalah berada pada kategori keempat dan termasuk
dalam kriteria baik. Dengan standar deviasi menunjukkan nilai yang kecil, nilai standar
deviasi yang kecil ini berarti kecenderungan mendekati nilai rata-rata, berarti kinerja
guru sudah mencapai kriteria baik. Dari keempat indikator variabel kinerja guru,
indikator Melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Y2.2) memiliki nilai yang paling
9. 9
rendah sedangkan indikator Membuat rencana pembelajaran (Y2.1) memiliki nilai
paling tinggi.
Hasil uji prasyarat analis yaitu uji normalitas, evaluasi atas outlier univariat dan
outlier multivariate, evaluasi multikolinearitas, evaluasi criteri Goodness-of fit, uji
Reliability dan variance extract, dan Structural Equation Modeling digunakan untuk
menguji hipotesis.
2. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Confirmatory Factor Analisis Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah
Hasil analisis confirmatory factor analysis dan loading factor variabel perilaku
kepemimpinan kepala sekolah;
Gambar. Confirmatory Factor Analysis perilaku kepemimpinan kepala
sekolah (Sumber: SPSS Amos 23, 2019)
Tabel Uji Model Goodness of Fit Variabel perilaku kepemimpinan
Goodness of Fit Index Cutt-off Value Hasil Model Keterangan
X2 -Chi Square < 251,286 1,395 FIT
Probability ≥ 0,05 0,498 FIT
CMIN/DF < 2 0,698 FIT
GFI ≥ 0,90 0,997 FIT
AGFI ≥ 0,90 0,984 FIT
CFI ≥ 0,90 1,000 FIT
TLI ≥ 0,95 1,004 FIT
NFI ≥ 0,90 0,997 FIT
IFI ≥ 0,90 1,001 FIT
RMSEA ≤ 0,08 0,000 FIT
RMR ≤ 0,05 0,004 FIT
Sumber: Hasil Olah SPSS Amos 23, 2019
Berdasarkan tabel diatas bahwa tampak bahwa nilai Chi-square, Probability,
CMIN/DF, GFI, AGFI, CFI, TLI, NFI, IFI, RMSEA dan RMR berada dalam rentang
nilai yang diharapkan, maka model diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pengujian ini menghasilkan konfirmasi yang baik atas dimensi-dimensi faktor serta
hubungan-hubungan kausalitas antar faktor.
10. 10
Tabel Loading Faktor perilaku kepemimpinan kepala sekolah
No Indokator Estimate
1. Pendekatan otoritas yang tinggi dan rendah (X1.1) 0,78
2. Pendekatan konsultatif yang tinggi dan semi konsultatif
(X1.2)
0,79
3. Pendekatan partisipatif Kelompok (X1.3) 0,88
4. Pendekatan sedikit Partisipatif (X1.4) 0,84
Sumber: Hasil Olah SPSS Amos 23, 2019
Pada Tabel menunjukan bahwa loading factor keempat indikator variabel
perilaku kepemimpinan kepala sekolah adalah ≥ 0.4 sehingga keempat indikator
tersebut dapat mencerminkan variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah sebagai
variabel penelitian. Indikator Pendekatan partisipatif Kelompok (X1.3) merupakan
factor yang memberikan sumbangsih terbesar dalam perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dengan loading factor 0,88; selanjutnya indikator Pendekatan sedikit
Partisipatif (X1.4) memberikan sumbangsih terbesar dalam perilaku kepemimpinan
kepala sekolah dengan loading factor 0,84; indikator Pendekatan konsultatif yang
tinggi dan semi konsultatif (X1.2) memberikan sumbangsih nilai terhadap perilaku
kepemimpinan kepala sekolah sebesar 0,79; indikator Pendekatan otoritas yang tinggi
dan rendah (X1.1) memberikan sumbangsih terkecil dengan loading factor sebesar
0,78, namun demikian masih dalam kriteria nilai loding factor yang memenuhi sebagai
indikator variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah. Dapat disumpulkan bahwa
keempat indikator tersebut secara bersama-sama menyajikan unidimensionalitas untuk
variabel laten perilaku kepemimpinan kepala sekolah.
b. Confirmatory Factor Analisis Kinerja Guru
Hasil analisis confirmatory factor analysis dan loading factor variabel kinerja guru;
Gambar. Confirmatory Factor Analysis Kinerja Guru (Sumber: SPSS Amos 23, 2019)
Tabel Uji Model Goodness of Fit Variabel Kinerja Guru
Goodness of Fit Index Cutt-off Value Hasil Model Keterangan
X2 -Chi Square < 251,286 0,763 FIT
Probability ≥ 0,05 0,683 FIT
CMIN/DF < 2 0,381 FIT
11. 11
GFI ≥ 0,90 0,998 FIT
AGFI ≥ 0,90 0,991 FIT
CFI ≥ 0,90 1,000 FIT
TLI ≥ 0,95 1,004 FIT
NFI ≥ 0,90 0,990 FIT
IFI ≥ 0,90 1,001 FIT
RMSEA ≤ 0,08 0,000 FIT
RMR ≤ 0,05 0,001 FIT
Sumber: Hasil Olah SPSS Amos 23, 2019
Berdasarkan tabel diatas bahwa tampak bahwa nilai Chi-square, Probability,
CMIN/DF, GFI, AGFI, CFI, TLI, NFI, IFI, RMSEA dan RMR berada dalam rentang
nilai yang diharapkan, maka model diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pengujian ini menghasilkan konfirmasi yang baik atas dimensi-dimensi faktor serta
hubungan-hubungan kausalitas antar faktor.
Tabel Loading Faktor Kinerja Guru
No Indokator Estimate
1. Membuat rencana pembelajaran (Y2.1) 0,95
2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Y2.2) 0,93
3. Merumuskan tes (Y2.3) 0,91
4. Menilai prestasisiswa (Y2.4) 0,91
Sumber: SPSS Amos 23, 2019
Pada Tabel diatas menunjukan bahwa loading factor keempat indikator
variabel kinerja guru adalah ≥ 0.4 sehingga keempat indikator tersebut dapat
mencerminkan variabel kinerja guru sebagai variabel penelitian. Indikator Membuat
rencana pembelajaran (Y2.1) merupakan factor yang memberikan sumbangsih terbesar
dalam kinerja guru dengan loading factor 0,95; selanjutnya indikator Melaksanakan
kegiatan belajar mengajar (Y2.2) memberikan sumbangsih terbesar kedua dalam
kinerja guru dengan loading factor 0,93; selanjutnya indikator Merumuskan tes (Y2.3)
Menilai prestasi siswa (Y2.4) memberikan sumbangsih yang sama terbesar ketiga
dalam kinerja guru dengan loading factor 0,91. Dapat disumpulkan bahwa keempat
indikator tersebut secara bersama-sama menyajikan unidimensionalitas untuk variabel
laten kinerja guru.
Tabel Regresion Weight
Estimate S.E. C.R. P Label
KG <--- PK 0.254 0.095 2.686 0.007 par_26
Sumber: SPSS AMOS 23, 2019
Berdasarkan tabel regression weight diatas, parameter estimasi hubungan
antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru diperoleh sebesar
0,254. Pengujian hubungan kedua variabel tersebut menunjukkan nilai C.R = 2,686
dengan probabilitas = 0,007 (p < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku
kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
12. 12
guru, sehingga semakin baik perilaku kepemimpinan kepala sekolah maka kinerja guru
akan semakin tinggi juga.
Dengan demikian hipotesis “terdapat pengaruh perilaku kepemimpinan (pk)
kepala sekolah terhadap kinerja guru (kg) SMAN di Kota Kendari” diterima sebab
terdapat korelasi positif perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru. Hal
tersebut diperkuat dengan hasil pengolahan data yang menunjukkan nilai probability
0,007 telah memenuhi syarat < 0,05 dan nilai C.R 2,686 juga telah memenuhi syarat ≥
1,96. Sedangkan nilai loading factor yang terbesar adalah 0.878 yang merupakan
nilai indikator X1.3 (Pendekatan partisipatif Kelompok).
3. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kjinerja guru. Temuan ini memberi makna
bahwa semakin baik perilaku kepemimpinan kepala sekolah maka kinerja guru akan
semakin tinggi juga. Hal ini juga ditunjukan dengan hasil analisis Structural Equation
Model (SEM) dengan Regresion weight yang menunjukkan nilai probability 0,007
telah memenuhi syarat < 0,05 dan nilai C.R 2,686 juga telah memenuhi syarat ≥
1,96. yang berarti perilaku kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins
(1996: 198) kepemimpinan merupakan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Sejalan dengan pendapat tersebut Gibson
(1985: 215), menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang
agar mau mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Pendapat serupa dikemukakan
Hemphill dan Coons dalam Yukl (2007: 97), bahwa kepemimpinan merupakan
perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas suatu kelompok kesuatu
tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
Perilaku (behavior) adalah wujud dan akualisasi dari sikap seseorang atau
sekelompok orang terhadap suatu situasi atau kondisi. Perilaku dipengaruhi oleh motif
kepentingan. Menurut Ndaraha (2003: 37) bahwa perilaku dipengaruhi oleh kondisi
yang bersumber dari luar diri seseorang yang dalam hal ini adalah lingkungan dari
orang yang bersangkutan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Stoner, Freeman, dan Gilbert
(1995: 164-165) mengemukakan bahwa berbicara perilaku kepemimpinan maka tidak
dapat dipisakan dengan fungsi kepemimpinan dan gaya kepemimpinan. Ditinjau dari
aspek fungsi kepemimpinan, bawahan bekerja efektif apabila seorang memimpin
mampu melakukan dua fungsi utama yaitu fungsi yang berhubungan dengan tugas atau
fungsi pemecahan masalah, dan fungsi memelihara kelompok atau sosial.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumya muhidin, Usman
Rianse, Nurwati, Rahmad Majid (2016) dalam The International Journal Of
Engineering And Science dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Pada Organizational
Citizenship Behavior (OCB): Peran Mediasi Etika Iklim ,Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sensitivitas etika memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap OCB. Etika Iklim memediasi hubungan antara sensitivitas etika dan OCB.
13. 13
Spiritualitas tidak berpengaruh pada OCB. Iklim Etika tidak memediasi hubungan
antara spiritualitas dan OCB. Keterlibatan positif tidak mempengaruhi OCB. Iklim
Etika tidak memediasi hubungan antara keterlibatan Positif positif dan OCB.
Tanggapan masyarakat tidak berpengaruh pada OCB. Tetapi tanggapan Etika Iklim
memediasi hubungan antara komunitas dan OCB. Iklim Etika memiliki pengaruh yang
signifikan dan positif terhadap OCB.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumya yang dikemukakan
Winda agus adi putra (2013) menyatakan kepemimpinan kepala sekolah sangat
dipengaruhi oleh kinerja guru. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa adanya
hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru, artinya semakin
baik kepemimpinan kepala sekolah maka semakin baik kinerja guru, namun, jika
kepemimpinan kepala sekolah kurang baik maka kinerja guru akan kurang baik. Oleh
sebab itu maka kedua variabel harus sama ditingkatkan agar menjadi lebih baik lagi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima atau dapat dibuktikan. Penerapan perilaku kepemimpinan
yang sesuai dapat menciptakan kinerja individu dan oragnisasi yang optimal. Dengan
demikian perilaku kepemimpinan kepala sekolah harus dapat mengkordinasikan dan
memberikan dorongan terhadap individu atau kelompok untuk mencapai tujuan atau
kinerja guru yang diinginkan.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja guru. Dengan demikian Penerapan perilaku kepemimpinan yang
sesuai dapat menciptakan kinerja individu dan oragnisasi yang optimal. Dimana
perilaku kepemimpinan kepala sekolah harus dapat mengkordinasikan dan
memberikan dorongan terhadap individu atau kelompok untuk mencapai tujuan atau
kinerja guru yang diinginkan.
2. Saran
1. Saran yang bersifat teoritis bagi pengembangan ilmu.
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengembangan ilmu
pendidikan. Disamping itu diharapkan dapat memperkaya hasanah ilmu
pengetahuan bagi para akademisi yang akan mengadakan penelitian tentang
pendidikan yang pada akhirnya dapat menunjang pelaksanaan kegiatan
penelitan pada satuan pendidikan.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya,
dengan mengembangkan konsep dan obyek secara luas sehingga penelitian
pendidikan lebih komprehensip.
2. Saran yang bersifat kebijakan bagi pemerintah.
a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan dalam rangka menetapkan kebijakan dalam peningkatan kualitas
14. 14
megajar guru dalam satuan pendidikan sebagai upaya meningkatkan mutu
pendidikan.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pemerintah mengenai
pentingnya meningkatkan kualitas guru pada satuan pendidikan yang secara
signifikan melalui perilaku kepemimpinan kepala sekoalah, budaya kerja
organisasi, inovasi organisasi dan konsep diri untuk meningkatkan kinerja
guru, dengan memberikan pelatihan dan peluang beasiswa bagi guru yang
melanjutkan pendidikan.
3. Saran yang bersifat praktis bagi masyarakat dalam hal ini satuan pendidikan.
a. Temuan dalam penelitian ini dapat memberikan informasi bagi satuan
pendidikan dalam meningkatkan kinerja guru melalui perilaku kepemimpinan
kepala sekoalah, budaya kerja organisasi, inovasi organisasi dan konsep diri.
b. Temuan dalam penelitian ini dapat memberikan informasi bagi guru mengenai,
budaya kerja organisasi, inovasi organisasi dan konsep diri, yang dapat
meningkatkan kinerjanya.
4. Saran bagi peneliti selanjutnya:
a. Hendaknya peneliti selanjutnya melakukan penelitian pada semua jenjang
pendidikan SD, SMP, SMA, sehingga dapat menjadi pembanding atau
pengembangan dari penelitian ini.
b. Hendaknya peneliti selanjutnya mengembangkan variabel dan model penelitian
yang dapat meningkatkan kualitas kinerja guru, perilaku kepemimpinan kepala
sekoalah, budaya kerja organisasi, inovasi organisasi dan konsep diri.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ady Putra, (2013), “Hubungan Motivasi berprestasi, Prilaku Kepemimpinan
KepalaSekolah dan Etos Kerja dengan Kinerja Guru di SMA N 1
Kubutambahan”,e- Journal Program Studi Administrasi Pendidikan, Vol 4,
No.2
Arsyad ,Azhar .2003. Pokok Management .pengetahuan praktis bagi pimpina dan
eksekutif, Yogyakarta: Pusyaka belajar.
Baird, Lloyd, (1986), Managing Performance, John Wileyd Son, Inc., New York
Cascio, W.F., 1995. Managing Human Resource Productivity, Quality of Work , Life
and Profit, 4th. Edition, NY. Mc. Graw Hill, Inc.
Gibson, L. James, Ivancevich, John, H dan Donnely, Jr James H., 1985. Organizational
Behaviour Structure and Processes. Ninth. Edition, Chichago, Richard D Irwin.
Inc. Company.
Grobler, P., & Warnich, S. 2006. Human Resource Management in South Africa. 3rd
Edition. UK: Thomson Learning.
Handoko Tani, 2003, Manajemen, Yogyakarta: Balai Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Ekonomi Gadjah Mada.
Landy & farr 1983. The measurement of work performance:methods, theory, and
aplication. San diego: academic press, INC
15. 15
Muhidin, Usman Rianse, Nurwati, Rahmad Majid 2016. Pengaruh
KepemimpinanPada Organizational Citizenship Behavior (OCB): Peran
Mediasi Etika Iklim).- The International Journal Of Engineering And Science,
ISSN (e): 2319 - 1813 ISSN (p): 2319 - 1805
Ndraha, Taliziduhu, 2003. Budaya Organisasi, Rineka Cipta, jakarta.
Orey, M., & Fitzgerald, M.A. 2004. Educational Media and techonology yearbook
2004. USA: British Library Cataloguing.
Robbins, S. & Judge, T. 2008. Perilaku Organisasi Buku 2 Edisi 12. Jakarta: Salemba
Empat.
Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Alih
Bahasa, Hadyana, Pujaratmaka; Penyunting, Triyana Iskandarsyah. Jakarta:
Prehallindo.
Sahertian, 2000, Konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan dalamrangka
membangun sumberdaya manusia,Jakarta: Rineka Cipta.
Slamet, P.H. 2000. Karakteristik Kepala Sekolah Yang Tangguh. Jurnal Pendidikan,
Jilid 3, No. 5 (online) (HYPERLINK http://www.ut.ac.idhttp://www.ut.ac.id
diakses 20 Januari 2001).
Stoner James A., Freeman R. Edward, dan Gilber Jr., Daniel R., 1995, Management,
New Jersey: Englewood Clifs.
Travers, P.D. & Rebore, R.W. 1990. Foundation of Education Becoming a Teacher.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.
Yukl G. 2001. Kepemimpinan dalam organisasi (Leadership in organizations 3e).
Jakarta: Prenhalindo.Piet A.
Yukl, Gary. 2007. Leadership in Organizations 7th Edition. Nj: Prentice Hall Pearson.
YukI, Gary A. 1998. Leadership In Organization. Mc Graw Hill Book Co. Singapore