Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas hubungan antara kebijakan moneter dengan perkembangan industri CPO di Indonesia, dengan menjelaskan teori-teori kebijakan moneter dan dampaknya terhadap industri CPO, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan industri CPO di Indonesia.
1. 1
MONETARY POLICY PAPER
HUBUNGAN KEBIJAKAN MONETER DENGAN PENGEMBANGAN
INDUSTRI CPO DI INDONESIA
Pengajar:
Sri Adiningsih, M.Sc. Ph.d
Ira Kristina L. Tobing
10/325335/pek/15945
AKHIR PEKAN ANGKATAN 20 C
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JAKARTA
2012
2. 2
Abstrak
Kebijakan moneter adalah salah satu bagian kebijakan ekonomi makro yang
merupakan kebijakan yang dihasilkan oleh para penguasa ekonomi makro yang dalam hal
ini adalah bank sentral dan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Tulisan
ini memberikan penjelasan tentang apa itu kebijakan moneter dan bagaimana kebutuhan
bisnis dalam kasus duia industri dalam kaitannya dengan kebijakan moneter untuk
perkembangan ekonomi suatu negara terutama dengan perekonomian terbuka seperti
Indonesia.
Memahami betapa besar pengaruh moneter terhadap perekonomian, dan hal itu
menyangkut hajat hidup orang banyak, maka dalam sebuah tatanan bisnis seperti industri,
adalah sangat perlu untuk memahami setiap kebijakan moneter negara tempat suatu
industri berlokasi. Kesadaran terhadap kebijakan – kebijakan moneter yang berlaku di
suatu negara merupakan suatu hal yang penting bagi dunia industri di negara tersebut agar
para pengambil keputusan di suatu perusahaan industri dapat mengambil tindakan strategis
perusahaan tersebut untuk dapat meraih tujuannya.
3. 3
D A F T A R I S I
Abstrak ............................................................ 1
Daftar Isi ............................................................ 3
I. ISI
1. Teori ............................................................ 4
2. Hipotesis ............................................................ 7
3. Metodologi Penelitian ............................................................ 9
4. Hasil Temuan ............................................................ 9
II. Kesimpulan dan Saran ............................................................ 11
Daftar Pustaka ............................................................ 12
D A F T A R T A B E L
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Sawit
Indonesia Tahun 2005 – 2010
......................... 8`
4. 4
I S I
1. Teori
Menurut Nopirin : kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa
moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit
yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat (Nopirin,
1992:45). Bank sentral adalah lembaga yang berwenang mengambil langkah kebijakan
moneter untuk mempengaruhi jumlah uang beredar.
Menurut Iswardono : kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari
kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya
sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran (Iswardono, 1997 :
126).
Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter pada
dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan
internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan)
dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat
dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama
kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Sehingga untuk negara dengan perekonomian terbuka seperti Indonesia, tujuan dari
kebijaksanaan ekonomi yang tetap terkait ini harus dijaga secara simultan.
Alat / instrumen kebijakan moneter yang umum dijelaskan oleh Nopirin (1992 : 46) dan
Mishkin (2001 : 435) sebagai berikut :
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Instrumen ini merupakan alat kebijakan moneter yang terpenting karena
merupakan determinan utama antara perubahan tingkat suku bunga dan monetary base
serta menjadi sumber utama untuk mempengaruhi fluktuasi jumlah uang beredar.
Kebijakan ini meliputi tindakan menjual dan membeli surat-surat berharga oleh bank
5. 5
sentral. Tindakan ini memiliki 2 pengaruh utama terhadap kondisi pasar uang : pertama,
menaikkan cadangan bank-bank umum yang turut dalam transaksi. Hal ini dikarenakan
dalam pembelian surat berharga misalnya, bank sentral akan menambah cadangan bank
umum yang menjual surat berharga tersebut, akibatnya bank umum dapat menambah
jumlah uang yang beredar (melalui proses penciptaan kredit). Pada saat bank sentral
menjual surat-surat berharga di pasar terbuka, cadangan bank-bank umum akan
menurun. Berikutnya bank-bank ini dipaksa untuk mengurangi penyaluran kreditnya,
dengan demikian akan mengurangi jumlah uang beredar. Pengaruh yang kedua,
tindakan pembelian atau penjualan surat berharga akan mempengaruhi harga (dan
dengan demikian juga tingkat bunga) surat berharga, sehingga mengakibatkan
menurunnya jumlah uang beredar dan meningkatkan tingkat suku bunga.
• Berdasarkan tujuannya, operasi pasar terbuka dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
Dynamic open market operation, yang bertujuan untuk mengubah jumlah cadangan
dan monetary base.
• Defensif open market operation, yang bertujuan untuk mengontrol faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi jumlah cadangan dan monetary base.
2. Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Policy)
Kebijakan ini meliputi tindakan untuk mengubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh
bank umum dalam hal meminjam dana dari bank sentral. Kebijakan ini pada dasarnya
bertujuan untuk mempengaruhi tingkat diskonto yang selanjutnya akan berpengaruh
terhadap jumlah uang beredar melalui perubahan tingkat bunga pinjaman. Dengan
menaikkan diskonto, maka biaya untuk meminjam dana dari bank sentral akan naik
sehingga akan mengurangi keinginan bank umum untuk melakukan peminjaman ke
bank sentral.
Akibatnya, jumlah uang yang beredar dapat ditekan / dikurangi. Di samping itu, posisi
jumlah cadangan juga dapat dipengaruhi melalui instrumen ini. Apabila tingkat
diskonto mengalami kenaikan, maka akan meningkatkan biaya pinjaman pada bank.
Peningkatan jumlah cadangan ini merupakan indikasi bahwa bank sentral menerapkan
kebijakan moneter yang ketat.
6. 6
3. Penetapan Cadangan Wajib Minimum (Reserves Requirements)
Kebijakan perubahan cadangan minimum dapat mempengaruhi jumlah uang yang
beredar. Apabila cadangan wajib minimum diturunkan, maka akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan jumlah deposito sehingga jumlah uang beredar cenderung
meningkat, dan sebaliknya apabila cadangan wajib minimum dinaikkan, maka akan
mengurangi jumlah deposito yang akhirnya akan menurunkan jumlah uang yang
beredar.
Indikator empirik untuk kebijakan moneter yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Jumlah uang beredar (M2), yaitu jumlah seluruh uang yang beredar yang terdiri
dari M1(uang kartal dan uang giral) ditambah dengan uang kuasi.
b. Bunga deposito 1 bulan (Depo1)
c. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
d. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
e. Inflasi
Di dalam proses pencapaian sasaran kebijakan moneter, sering dihadapkan dengan
gejolak perkembangan perekonomian yang menghambat sasaran yang ditetapkan.
Sehubungan dengan itu, diperlukan indikator (sasaran antara) yang dapat memberi petunjuk
apakah perkembangan moneter sejalan dengan usaha untuk mencapai tujuan akhir tersebut.
Indikator yang paling sering digunakan adalah suku bunga dan jumlah uang beredar.
Dengan demikian, kedua variabel moneter ini memiliki dua fungsi, yaitu sebagai sasaran
menengah dan indikator. Dalam perumusan kebijakan moneter, kedua variabel tersebut
digunakan sebagai sasaraan antara karena merupakan vsriabel yang akan dicapai terlebih
dahulu agar sasaran kebijakan moneter dapat dicapai, sedangkan dalam pelaksanaanya
kedua variabel tersebut berperan sebaga indikator dalam efektivitas kebijaksanaan moneter.
(Aulia Pohan. 2008).
7. 7
Jumlah uang beredar sebenarnya banyak dipengaruhi oleh suku bunga dan tingkat
inflasi yang terjadi negara tersebut. Menurut Keynes, permintaan uang selain dipengaruhi
oleh motif spekulasi. Milton Friedman mengembangkan teori permintaan uang dengan
menggunakan pendekatan teori ekonomi mikro, yaitu dengan melihat tingkah laku
konsumen dan produsen dalam memenuhi kebutuhannya. Selain dipengaruhi oleh
pendapatan nasional dan tingkat bunga, permintaan uang juga dipengaruhi oleh perubahan
harga. Apabila terjadi kenaikan harga-harga, nilai uang menjadi lebih kecil, sedangkan nilai
barang-barang tahan lama adalah tetap. Dengan demikian, apabila masyarakat menduga
bahwa inflasi akan meningkat, uang yang dipegang senderung akan dibelanjakan untuk
membeli barang-barang tahan lama, sehingga permintaan uang akan berkurang. Oleh karena
itu, tingkat inflasi berhubungan negatif dengan permintaan uang.
2. Hipotesis
Pada era ekonomi Indonesia dewasa ini, ada banyak persoalan yang menyangkut uang atau
moneter, yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat banyak. Bukan hanya
orang – orang yang bergerak di dunia bisnis finansial baik yang ukuran besar atau kecil,
tetapi juga mereka yang bergerak di sektor rill baik besar maupun kecil, baik bergerak di
pedesaan atau perkotaan. Dengan kata lain, setiap kebijakan moneter akan memiliki
pengaruh pada masyarakat karena kebijakan ini menyangkut hajat hidup orang banyak.
Agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana kebijakan moneter dapat
mempengaruhi keputusan – keputusan strategis yang diambil suatu dunia usaha maka contoh
praktis dapat diambil dari operasional suatu industri pengolah Crude Palm Oil (CPO)
menjadi penghasil minyak goreng.
8. 8
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan bangsa Indonesia yang
memberikan peran yang sangat signifikan dalam pembangunan perekonomian bangsa
Indonesia. Indonesia diharapkan akan menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis, karena berhubungan
dengan sektor pertanian (agro‐based industry) yang banyak berkembang di negara‐negara
tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Hasil industri minyak kelapa sawit bukan hanya minyak goreng saja, tetapi juga bisa
digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya seperti industri makanan, kosmetika dan
industri sabun. Pengolahan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai industri hilir walaupun
masih sangat terbatas (Kementerian Perindustrian, 2011). Industri yang telah berkembang
diantaranya adalah industri hulu yang mengolah CPO menjadi olein, stearin dan PFAD.
Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat
hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti Crude Palm Oil (CPO), Crude Palm Stearin, RBD
Palm Oil, RBD Olein, RBD Stearin, Palm Kernel Oil, Palm Kernel Fatty Acid, Palm Kernel,
Palm Kernel Expeller (PKE), Palm Cooking Oil, Refined Palm Oil (RPO), Refined Bleached
Deodorised Olein (ROL), Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS) dan Palm Kernel
Pellet serta Palm Kernel Shell Charcoal. Beberapa produk dan teknologi industri hilir kelapa
sawit adalah refinery, asam lemak (fatty acid), fatty alkohol, biodiesel, minyak goreng,
margarin, mayonaise, cocoa butter substutute, surfaktan, sabun dan pembangkit listrik .
Indonesia menghasilkan sekitar 21.5 juta ton CPO di tahun 2009. Dari jumlah itu, ada
sekitar 15.5 juta ton diekspor dan selebihnya digunakan untuk konsumsi dalam negeri.
Dari seluruh penghasil CPO, perusahaan swasta menghasilkan kurang lebih 52%,
sementara petani usaha kecil dan BUMN menghasilkan kurang lebih 36% dan 12%.
Indonesia sekarang menjadi eksportir CPO terbesar di di dunia, mengahalahkan Malaysia
9. 9
semenjak 2008. Pada tahun 2009, share Indonesia dari pasar ekspor dunia mencapai 54% dan
Malaysia hanya sekitar 45%.
3. Metodologi Penelitian
Dikarenakan sempitnya waktu untuk penulisan paper ini, maka penelitian yang
dilakukan sebagai dasar untuk penulisan adalah dengan pengamatan empiris dengan
melakukan studi pustaka.
4. Hasil/Temuan
Seperti yang dikemukakan diatas, bahwa kebijakan – kebijakan ekonomi makro di
suatu negara yang berkaitan dengan uang (moneter) sangat berkorelasi positi dengan
perkembangan bisnis di negara tersebut. Seperti Indonesia, negara berkembang yang
perekonomiannya masih tidak tergantung pasar bebas tetapi masih banyak diatur oleh
kebijakan dari para penguasa ekonomi moneter. Kebijakan – kebijakan moneter yang
banyak dihasilkan oleh para pemegang otoritas moneter selain harus banyak memperhatikan
kepentingan dunia usaha di negara tersebut, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan
nasional secara keseluruhan. Begitu juga dengan dunia usaha di negara tersebut. Para
pengambil keputusan strategis di suatu perusahaan harus dapat mengambil keputusan yang
strategis menyikapi setiap kebijakan moneter yang ada di negara tersebut.
Secara teoritis dikemukakan diatas, bahwa kebijakan moneter dikeluarkan oleh para
otoritas moneter dengan tujuan akhir untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, menjaga kestabilan harga dan
menjaga keseimbangan neraca pembayaran.
10. 10
Seperti yang telah dikemukakan diatas sebelumnya, industri CPO mnghasilkan
beberapa produk, baik produk antara, yang akan menjadi bahan baku untuk industri
produk lanjutan berikutnya dan produk konsumen, yang dikonsumsi secara langsung
oleh pembeli.
Salah satu kebijakan moneter yang paling berpengaruh terhadap jalannya bisnis
dari industri CPO adalah yang berhubungan dengan jumlah uamg yang beredar di
masyarakat. Terpengaruhnya industri CPO ini tidak lain karena terpengaruhnya harga
beberapa produk baik bahan baku dari produk – produk yang dihasilkan oleh industri
CPO maupun ataupun harga produk yang merupakan hasil dari proses produksi di
pabrik CPO.
Selain jumlah uang yang beredar di masyarakat akan mempengaruhi harga output
hasilan karena perubahan jumlah uang yang akan mempengaruhi semua harga input
dari proses produksi. Harga input yang akan terpengaruh antara lain adalah harga bahan
baku, biaya tenaga kerja maupun biaya modal. Meningkatnya jumlah yang yang
beredar ini disebut dengan inflasi, yang juga akan menaikkan bunga dari investasi yaitu
biaya modal yang diperlukan baik yang berbentuk aktiva tetap seperti tanah, gedung
pabrik, bangunan kantor dan sebagainya, serta untuk aktivs lancar yang diperlukan
sebagai biaya produksi.
Selain jumlah uang beredar mempengaruhi berjalannya bisnis industri CPO dalam
hal perubahan tingkat harga, jumlah uang yang beredar akan juga mempengaruhi nilai
tukar mata uang rupiah terhadap mata uang negara lain terutama USD. Nilai tukar mata
uang ini berpengaruh dari segi harga jual input produk dari proses pengolahan CPO
terutama proses yang mesin pengolahan dan bahan bakunya banyak berasal dari pasar
internasional, misalnya untuk pembuatan sabun mandi yang memerlukan pewangi yang
11. 11
berasal dari luar negeri atau mesin pengolah tandan buah segar yang masih berasal dari
negara RRC.
Sementara itu harga CPO itu sendiri banyak dipengaruhi oleh harga dari minyak
nabati lainnya, seperti minyak kedelai. Seperti dikemukakan, harga minyak kedelai
akan banyak juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi dan tingkat bunga atau nilai tukar
mata uang rupuah terhadap mata uang negara lain terutama USD.
KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk seorang manajer membuat keputusan strategis dalam bisnis industri pengolah
CPO, manajer tersebut harus mengerti benar seluruh manajemen operasional dari
industri tersebut, mulai dari bahan baku beserta segala kemungkinan perubahan harga
yang akan bisa terjadi jika ada perubahan harga sumber daya industri tersebut. Perubahan
harga sumber daya industri sebagian dibesarkan karena inflasi yang banyak diakibatkan
oleh perubahan pada jumlah uang yang beredar di masyarakat atau perubahan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang lain.
Banyaknya hubungan kbijakan moneter dengan kebijakan-kebijakan bisnis yang
strategis dari suatu perusahaan yang bergerak di industri penghasil CPO di Indonesia,
seorang manajer perusahaan tersebut harus memiliki sense of business yang tajam untuk
pengaruh dari setiap kebijakan monter yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu
adalah sangat menguntungkan bagi perusahaan tersebut apabila suatu kebijakan moneter
dikeluarkan oleh para penguasa moneter, manajer perusahaan membuat simulasi untuk
setiap alterbatik kebijakan strategis perusahaan sebagai respons terhadap kebijakan
moneter tersebut.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan. (1991-1998). Statistik Perkebunan Indonesia, Kelapa Sawit
(Indonesia Estate Crop Statistics, Oil Palm), Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta
Kementerian Perindustrian, Biro Perencanaan. “Analisis Peluang Kerjasama Investasi
Industri Hilir: Kelapa Sawit, Karet dan Kakao”Laporan Kegiatan BiroPerencanaan ,
2011 .
Pohan, Aulia., “Potret Kebijakan Moneter Indonesia” PT. Rajagrafindo Persada., 1(2008),
11-57.