SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Nama : Rika.H
                                                                              Kelas : X6


                                          CLOSTRIDIUM




       Pada waktu manusia masih hidup secara sederhana, sebagianbesar waktunya digunakan
untuk mencari makan. Bertambahnya keperluan dan makin langkanya bahan makanan, memaksa
mereka untuk mengawetkan sebagian dari persediaan makanannya. Pengawetan makanan ini
semula bertujuan mengawetkan makanan sebanyak-banyaknya untuk persediaan. Namun
sekarang juga memperhatikan mengenai mutu, cita rasa, kebersihan, keaslian, penampakan, serta
nilai gizi. Dasar pengawetan/pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan
selama dan sebaik mungkin. Pengawetan/pengolahan ikan juga bertujuan untuk menghambat
atau menghentikan kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan
dan kerusakan. Karena sekarang pasar ikan tidak hanya antar daerah saja, namun sudah
mencakup antar negara sehingga perlu adanya perlakuan agar ikan bisa sampai ke tempat/negara
tujuan dalam keadaan segar/baik.


       Pengolahan/pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
pendinginan, penggaraman, pengeringan, pengasapan, fermentasi, dan pengalengan ikan.
Pengalengan ikan diartikan sebagai suatu cara pengolahan/pengawetan ikan dengan memasukkan
ikan ke dalam suatu wadah berupa kaleng yang ditutup rapat untuk menyelamatkan bahan
makanan dari proses pembusukan. Kaleng dipilih untuk kemasan makanan karena sifatnya yang
kedap udara, relative ringan, mudah dibentuk, dan tidak mudah pecah.dengan keunggulan sifat
ini, sejak abad XVIII kaleng telah digunakan sebagai pengemas pada produk aseptic (bebas
infeksi) yang kita kenal sebagai produk kalengan konvensional.
Proses pengalengan ikan hingga menjadi produk kalengan aseptic adalah sebagai berikut :


     a.        Penyediaan dan pemilihan bahan mentah yaitu ikan
     b.         Pengawetan sementara bahan mentah yaitu dengan penambahan bahan kimia atau
     pembekuan
     c.        Penyiangan dan pencucian
d.   Perlakuan terhadap bahan mentah sebelum dikalengkan yaitu penggaraman, pengukusan, dan
     pengeringan
          e.     Pengisian kaleng
          f.     Penghampaan udara
          g. Penambahan saus
          h. Penutupan kaleng
          i.     Pemanasan (sterilisasi)
          j.     Pendinginan


                  Pada pengalengan ikan, proses yang paling penting adalah proses pemanasan (sterilisasi),
     walaupun dengan tidak mengabaikan proses-proses lainnya. Proses pemanasan sangat penting
     karena pada proses inilah pensterilan produk terhadap zat-zat atau mikroorganisme yang dapat
     merusak produk kalengan dilakukan. Proses pemanasan ini dilakukan dengan menggunakan suhu
     tinggi yaitu 110-120oC selama 20-40 menit. Lamanya pemanasan dan tingginya suhu yang
     digunakan biasanya tergantung pada jenis pH produk/ semakin rendah pH produk, semakin
     pendek dan rendah waktu serta suhu yang digunakan. Besarnya kaleng juga ikut menentukan
     waktu pemanasan. Setelah proses pemanasan (sterilisasi), harus segera dilakukan proses
     pendinginan dengan cepat untuk mencegah pertumbuhan kembali mikroorganisme yang tahan
     panas.


                  Walaupun pengalengan ikan sudah melalui tahap pemanasan (sterilisasi) sehingga sering
     disebut produk aseptic, namun untuk menjamin 100% bebas dari mikroorganisme tidaklah
     mungkin atau susah dicapai tanpa perubahan-perubahan yang merugikan pada produk. Oleh
     sebab itu dikenal istilah Commercial sterility, yang berarti produk itu tidak 100% steril namun
cukup bebas dari mikroorganisme hingga tahan disimpan selama 2 tahun dalam keadaan yang
     layak untuk dikonsumsi. Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang berukuran sangat kecil
     yaitu beberapa micron dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Itulah mengapa
     mikroorganisme masih dapat berada pada ikan kaleng walau ikan kaleng telah tertutup rapat dan
     kedap udara. Mikroorganisme yang sering terdapat pada ikan kaleng adalah bakteri jenis
     Clostridium.


            Bakteri jenis Clostridium adalah bakteri yang dapat hidup pada ruang hampa tanpa
     oksigen karena bakteri ini bersifat anaerob, sehingga dapat bertahan pada kaleng yang tertutup
     rapat tanpa udara. Selain itu, bakteri Clostridium ini juga dapat bertahan pada suhu tinggi,
     sehingga Clostridium tidak mati pada saat proses pemanasan (sterilisasi). Berdasarkan suhu
     optimum pertumbuhannya, mikroorganisme dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Psikrotropik : mikroorganisme yang tumbuh pada suhu optimum 14-20oC, tetapidapat tumbuh
     lambat pada suhu 4oC, contoh kelompok ini adalah Clostridium botulinum tipe B, E, dan F.
2.   Mesofilik : mikroorganisme yang tumbuh pada suhu optimum 30-37oC. suhu ini merupakan
     suhu normal gudang. Contoh kelompok ini adalah Clostridium botulinum.
3. Termofilik : mikroorganisme yang tumbuh pada suhu optimum 45-60oC, contoh kelompok ini
     adalah Clostridium thermosaccarolyti-com.


            Dengan melihat suhu optimum pertumbuhan mikroorganisme di atas, maka proses
     pemanasan harus sangat diperhatikan. Sebab bila pemanasan ikan kaleng kurang, akan
     menyebabkan bakteri Clostridium tidak mati. Namun, bila pemanasan berlebihan juga akan
     menimbulkan masalah yang sebenarnya lebih besar, yaitu bakteri Clostridium akan menjadi
     resisten terhadap suhu yang tinggi sehingga butuh perlakuan yang lebih untuk mematikannya dan
     bakteri akan menjadi ganas dari yang sebelumnya. Selain pemanasan, pendinginan juga memiliki
     peran yang penting. Sebab, apabila kaleng-kaleng ikan yang telah dipanaskan tidak langsung
     didinginkan maka bakteri termofilik atau mesofilik akan tetap hidup. Oleh sebab itu, pendinginan
     harus dilakukan sesegera mungkin dengan suhu di bawah 30oC.


            Bakteri Clostridium ini juga termasuk ke dalam bakteri gram positif. Ini karena bakteri
     Clostridium dapat membentuk spora dan tahan terhadap asam. Clostridium akan membentuk
spora pada saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan baginya, yang dalam hal ini adalah
thermal (suhu). Misalnya Clostridium botulinum yang tumbuh baik pada suhu 30-37oC, bila suhu
dalam keadaan tidak normal yaitu kurang atau lebih dari suhu optimal, maka Clostridium
botulinum akan membentuk spora. Ketika suhu sudah mencapai optimum kembali, spora akan
bergerminasi/berubah kembali menjadi bakteri yang aktif. Tentunya ini sangat berbahaya, karena
sudah jelas suhu pada gudang penyimpanan ikan-ikan kaleng yang belum dipasarkan biasanya
memiliki suhu antara 25-35oC. Ini akan memacu aktifnya kembali spora-spora Clostridium
botulinum tersebut.


       Bakteri Clostridium yang tahan terhadap asam juga sangat mengkhawatirkan, ini karena
porduk-produk ikan kaleng selalu menggunakan saus yang biasanya bersifat asam. Sebenarnya,
saus tidak hanya dipakai untuk menambah cita rasa, namun juga untuk memperkecil ruang
hampa dalam kaleng dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan keasamannya. Namun,
bakteri Clostridium yang tahan asam akan membuat sulit penghambatan pertumbuhan bakteri itu
sendiri dan memerlukan perlakuan yang lebih lanjut lagi.


       Pada paragraph-paragraf di atas telah dibicarakan tentang bakteri Clostridium pada ikan
kaleng dan sifat-sifatnya sehingga dapat bertahan di dalam ikan kaleng tersebut. Sekarang, akan
dijelaskan mengapa bakteri Clostridium sangat berbahaya bagi manusia yang memakan ikan
kaleng yang telah terkontaminasi oleh bakteri Clostridium. Bakteri Clostridium, yang spesifiknya
adalah Clostridium botulinum dapat mengeluarkan racun yang disebut racun botulinum. Gejala
keracunannya disebut botulisme dan dapat merusak saraf jika sampai tertelan. Gejala botulisme
biasanya akan timbul mendadak, sekitar 16-18 jam sesudah menelan makanan yang mengandung
racun botulinum tersebut.


       Gejala biasanya diawali dengan kelelahan dan tubuh terasa lemah. Kemudian diikuti
dengan adanya gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini bisa berupa penglihatan ganda
(diplopia), penglihatan kabur, kelumpuhan otot-otot dan kelopak mata, kehilangan akomodasi
lensa mata, dan reflex pupil mata terhadap cahaya berkurang. Gejala berikutnya bisa berupa
kesulitan bicara, menelan, dan muntah yang keluar melalui hidung. Kesulitan menelan ini bisa
menyebabkan makanan masuk ke dalam saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan radang
   paru-paru (pneumonia) dan dapat menyebabkan kematian akibat penderita tidak bisa bernapas.


           Pengkontaminasian bakteri pada ikan-ikan kaleng ini dapat terjadi karena kurangnya
   kesempurnaan dalam pengolahan. Kurangnya suhu dan waktu pemanasan dapat member peluang
   bagi tumbuhnya mikroba pada ikan kaleng. Pengisian kaleng yang kurang membuat ruang
   hampa menjadi lebih banyak dan menghasilkan bakteri anaerob yang lebih banyak lagi dan
   masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan kelalaian dalam pengolahan yang memacu
   timbulnya mikroorganisme dan merusak mutu ikan kaleng.


           Namun keberadaan bakteri pada ikan kaleng dapat ditekan dengan melakukan hal-hal
   yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri. Seperti suhu dan waktu
   pemanasan yang pas, memberikan pengasaman di bawah 4,6 karena germinasi spora Clostridium
   botulinum dapat dihambat pada pH di bawah 4,6. Selain itu, pengurangan kadar air ikan juga
   dapat menghambat germinasi spora, pengisian kaleng dengan ukuran yang pas, serta
   penggaraman yang baik juga dapat menghambat germinasi spora Clostridium botulinum. Cara
   menghindari keracunan oleh bakteri Clostridium yang paling sederhana adalah dengan terlebih
   dahulu memanaskan atau memasak ikan kaleng sebelum mengkonsumsinya.


           Bakteri-bakteri yang ada dalam ikan kaleng itu menghasilkan CO2, H2, dan asam butirat
   yang menyebabkan penggelembungan kaleng. Oleh karena itu, indikasi kerusakan makanan
   kaleng yang disebabkan oleh kerusakam mikrobiologis adalah sebagai berikut :
1. Flat sour. Apabila permukaan kaleng tetap datar dan tidak mengalami kerusakan apapun, tetapi
   produk di dalam kaleng tersebut sudah rusak dan berbau asam yang menusuk. Kerusakan ini
   disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak terhancurkan selama proses
   sterilisasi.
2. Flipper. Apabila dilihat secara kilat, kaleng terlihat normal tanpa kerusakan. Tetapi bila salah
   satu ujung kaleng ditekan, maka ujung yang lain akan cembung.
3. Spinger. Apabila salah satu ujung kaleng tampak rata dan normal, sedang ujung yang lainnya
   tampak cembung permanen. Bila bagian yang cembung ditekan, maka bagian ujung yang masih
   rata akan tampak cembung.
4.   Swell. Apabila kedua ujung kaleng sudah terlihat cembung akibat adanya bakteri pembentuk
     gas.


            Dari keterangan di atas, hendaknya kita sebagai konsumen harus jeli dan hati-hati dalam
     memilih makanan kaleng yang akan dibeli. Belilah makanan kaleng dengan kemasan yang masih
     baik dan sempurna untuk menghindari makanan kaleng yang telah terkontaminasi oleh
     mikroorganisme.




                                                  21

More Related Content

What's hot

Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananAgnescia Sera
 
3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofil
3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofil3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofil
3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofiliinmashar
 
NOTA IKAN HIASAN 2
NOTA IKAN HIASAN 2NOTA IKAN HIASAN 2
NOTA IKAN HIASAN 2Ct Noreha
 
Seminar kesehatan amankah makanan yang kita santap
Seminar kesehatan amankah makanan yang kita santapSeminar kesehatan amankah makanan yang kita santap
Seminar kesehatan amankah makanan yang kita santapDavid Syahputra
 
Pengawetan bahan makanan
Pengawetan bahan makananPengawetan bahan makanan
Pengawetan bahan makananArya Aria
 
6 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (2)
6 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (2)6 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (2)
6 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (2)iinmashar
 
Kontaminasi Makanan
Kontaminasi MakananKontaminasi Makanan
Kontaminasi MakananFajar 'Ree'
 
pendidikan dan lingkungan kesehatan
pendidikan dan lingkungan kesehatanpendidikan dan lingkungan kesehatan
pendidikan dan lingkungan kesehatanCici Cweety
 
Mikrobio 11 mikroorganisme dlm bahan pangan
Mikrobio 11   mikroorganisme dlm bahan panganMikrobio 11   mikroorganisme dlm bahan pangan
Mikrobio 11 mikroorganisme dlm bahan panganDhila Faya
 
Kerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganKerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganRizza Muh
 
Pembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap IkanPembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap IkanAdhea Tanlar
 
Teknologi pengawetan fermentasi devi indriyani_133020029_no. absen 10
Teknologi pengawetan fermentasi devi indriyani_133020029_no. absen 10Teknologi pengawetan fermentasi devi indriyani_133020029_no. absen 10
Teknologi pengawetan fermentasi devi indriyani_133020029_no. absen 10Devi Indriyani
 
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)Heru Pramono
 
Laporan praktikum penggaraman ikan
Laporan praktikum penggaraman ikanLaporan praktikum penggaraman ikan
Laporan praktikum penggaraman ikankadri_himagri
 
Pengawetan makanan dengan cara pengalengan dan pengeringan yuda dkk
Pengawetan  makanan dengan cara pengalengan dan pengeringan yuda dkkPengawetan  makanan dengan cara pengalengan dan pengeringan yuda dkk
Pengawetan makanan dengan cara pengalengan dan pengeringan yuda dkkSekolah Online
 

What's hot (20)

Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
 
3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofil
3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofil3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofil
3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofil
 
NOTA IKAN HIASAN 2
NOTA IKAN HIASAN 2NOTA IKAN HIASAN 2
NOTA IKAN HIASAN 2
 
Fermentasi mikroba
Fermentasi mikrobaFermentasi mikroba
Fermentasi mikroba
 
Seminar kesehatan amankah makanan yang kita santap
Seminar kesehatan amankah makanan yang kita santapSeminar kesehatan amankah makanan yang kita santap
Seminar kesehatan amankah makanan yang kita santap
 
Pipah. kgn dihapus dulu ya
Pipah. kgn dihapus dulu yaPipah. kgn dihapus dulu ya
Pipah. kgn dihapus dulu ya
 
Pengawetan bahan makanan
Pengawetan bahan makananPengawetan bahan makanan
Pengawetan bahan makanan
 
6 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (2)
6 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (2)6 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (2)
6 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (2)
 
kerusakan bahan pangan
kerusakan bahan pangankerusakan bahan pangan
kerusakan bahan pangan
 
Kontaminasi Makanan
Kontaminasi MakananKontaminasi Makanan
Kontaminasi Makanan
 
13. kerusakan bahan pangan
13. kerusakan bahan pangan13. kerusakan bahan pangan
13. kerusakan bahan pangan
 
pendidikan dan lingkungan kesehatan
pendidikan dan lingkungan kesehatanpendidikan dan lingkungan kesehatan
pendidikan dan lingkungan kesehatan
 
Mikrobio 11 mikroorganisme dlm bahan pangan
Mikrobio 11   mikroorganisme dlm bahan panganMikrobio 11   mikroorganisme dlm bahan pangan
Mikrobio 11 mikroorganisme dlm bahan pangan
 
Kerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganKerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan Pangan
 
Pembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap IkanPembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap Ikan
 
Teknologi pengawetan fermentasi devi indriyani_133020029_no. absen 10
Teknologi pengawetan fermentasi devi indriyani_133020029_no. absen 10Teknologi pengawetan fermentasi devi indriyani_133020029_no. absen 10
Teknologi pengawetan fermentasi devi indriyani_133020029_no. absen 10
 
Ppt fembuatan salami
Ppt fembuatan salamiPpt fembuatan salami
Ppt fembuatan salami
 
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
 
Laporan praktikum penggaraman ikan
Laporan praktikum penggaraman ikanLaporan praktikum penggaraman ikan
Laporan praktikum penggaraman ikan
 
Pengawetan makanan dengan cara pengalengan dan pengeringan yuda dkk
Pengawetan  makanan dengan cara pengalengan dan pengeringan yuda dkkPengawetan  makanan dengan cara pengalengan dan pengeringan yuda dkk
Pengawetan makanan dengan cara pengalengan dan pengeringan yuda dkk
 

Similar to Clostridium

Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1wahyuIDM
 
Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)BLi' 'Abiee
 
Nota sains tahun 6 pengawetan makanan
Nota sains tahun 6 pengawetan makananNota sains tahun 6 pengawetan makanan
Nota sains tahun 6 pengawetan makanansaadiahbt3
 
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)ttanitaaprilia
 
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahanMekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahanWidyalestarinurpratama
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptAtikaYahdiyaniIkhsan
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptssuser018360
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptWitmanS1
 
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganMateri 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganSutyawan
 
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfKERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfMira66540
 
Teknologi produk perikanan
Teknologi produk perikananTeknologi produk perikanan
Teknologi produk perikananUmar Ashiddiq
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeJo Sugiharto
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeJo Sugiharto
 
6 prinsip hygiene sanitasi pangan
6 prinsip hygiene sanitasi pangan6 prinsip hygiene sanitasi pangan
6 prinsip hygiene sanitasi pangansanitasirsud1
 

Similar to Clostridium (20)

Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1
 
Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)
 
Nota sains tahun 6 pengawetan makanan
Nota sains tahun 6 pengawetan makananNota sains tahun 6 pengawetan makanan
Nota sains tahun 6 pengawetan makanan
 
4. Sterilisasi Termal
4. Sterilisasi Termal4. Sterilisasi Termal
4. Sterilisasi Termal
 
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
 
pengawetan ikan
pengawetan ikanpengawetan ikan
pengawetan ikan
 
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahanMekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
 
Diktat php tpl
Diktat php tplDiktat php tpl
Diktat php tpl
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
 
Makalah prakarya
Makalah prakaryaMakalah prakarya
Makalah prakarya
 
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganMateri 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
 
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfKERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
 
Teknologi produk perikanan
Teknologi produk perikananTeknologi produk perikanan
Teknologi produk perikanan
 
Pendinginan
PendinginanPendinginan
Pendinginan
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganisme
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganisme
 
6 prinsip hygiene sanitasi pangan
6 prinsip hygiene sanitasi pangan6 prinsip hygiene sanitasi pangan
6 prinsip hygiene sanitasi pangan
 
Tuna proses
Tuna prosesTuna proses
Tuna proses
 

More from Yadhi Muqsith

Not balok mengheningkan cipta
Not balok mengheningkan ciptaNot balok mengheningkan cipta
Not balok mengheningkan ciptaYadhi Muqsith
 
Makalah tentang model pembelajaran kooperatif (autosaved)11 daftar isi
Makalah tentang model pembelajaran kooperatif (autosaved)11 daftar isiMakalah tentang model pembelajaran kooperatif (autosaved)11 daftar isi
Makalah tentang model pembelajaran kooperatif (autosaved)11 daftar isiYadhi Muqsith
 
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaYadhi Muqsith
 
Makalah dampak teknologi
Makalah dampak teknologiMakalah dampak teknologi
Makalah dampak teknologiYadhi Muqsith
 
Kisah tentang burung beo cerdas
Kisah tentang burung beo cerdasKisah tentang burung beo cerdas
Kisah tentang burung beo cerdasYadhi Muqsith
 
Kebudayaan dari indonesia bagian tengah
Kebudayaan dari indonesia bagian tengahKebudayaan dari indonesia bagian tengah
Kebudayaan dari indonesia bagian tengahYadhi Muqsith
 
Kebudayaan dari indonesia bagian barat
Kebudayaan dari indonesia bagian baratKebudayaan dari indonesia bagian barat
Kebudayaan dari indonesia bagian baratYadhi Muqsith
 
Karya ilmiah bahaya merokok
Karya ilmiah bahaya merokokKarya ilmiah bahaya merokok
Karya ilmiah bahaya merokokYadhi Muqsith
 
Dongeng bahasa inggris
Dongeng bahasa inggrisDongeng bahasa inggris
Dongeng bahasa inggrisYadhi Muqsith
 
Biografi presiden ir soekarno
Biografi presiden  ir soekarnoBiografi presiden  ir soekarno
Biografi presiden ir soekarnoYadhi Muqsith
 
Anatomi fisiologi organ reproduksi dan diklus menstruasi
Anatomi fisiologi organ reproduksi dan diklus menstruasiAnatomi fisiologi organ reproduksi dan diklus menstruasi
Anatomi fisiologi organ reproduksi dan diklus menstruasiYadhi Muqsith
 
50 taman nasional di indonesia
50 taman nasional di indonesia50 taman nasional di indonesia
50 taman nasional di indonesiaYadhi Muqsith
 
Sumber pencemaran air
Sumber pencemaran airSumber pencemaran air
Sumber pencemaran airYadhi Muqsith
 
Biografi presiden indonesia
Biografi presiden indonesiaBiografi presiden indonesia
Biografi presiden indonesiaYadhi Muqsith
 
Drama perkenalan 5 orang 3 bahasa
Drama perkenalan 5 orang 3 bahasaDrama perkenalan 5 orang 3 bahasa
Drama perkenalan 5 orang 3 bahasaYadhi Muqsith
 
Story collections3123
Story collections3123Story collections3123
Story collections3123Yadhi Muqsith
 

More from Yadhi Muqsith (20)

Not balok mengheningkan cipta
Not balok mengheningkan ciptaNot balok mengheningkan cipta
Not balok mengheningkan cipta
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Makalah tentang model pembelajaran kooperatif (autosaved)11 daftar isi
Makalah tentang model pembelajaran kooperatif (autosaved)11 daftar isiMakalah tentang model pembelajaran kooperatif (autosaved)11 daftar isi
Makalah tentang model pembelajaran kooperatif (autosaved)11 daftar isi
 
Makalah pipisahan
Makalah pipisahanMakalah pipisahan
Makalah pipisahan
 
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
 
Makalah inggris
Makalah inggrisMakalah inggris
Makalah inggris
 
Makalah dampak teknologi
Makalah dampak teknologiMakalah dampak teknologi
Makalah dampak teknologi
 
Lamaran kerja
Lamaran kerjaLamaran kerja
Lamaran kerja
 
Kisah tentang burung beo cerdas
Kisah tentang burung beo cerdasKisah tentang burung beo cerdas
Kisah tentang burung beo cerdas
 
Kebudayaan dari indonesia bagian tengah
Kebudayaan dari indonesia bagian tengahKebudayaan dari indonesia bagian tengah
Kebudayaan dari indonesia bagian tengah
 
Kebudayaan dari indonesia bagian barat
Kebudayaan dari indonesia bagian baratKebudayaan dari indonesia bagian barat
Kebudayaan dari indonesia bagian barat
 
Karya ilmiah bahaya merokok
Karya ilmiah bahaya merokokKarya ilmiah bahaya merokok
Karya ilmiah bahaya merokok
 
Dongeng bahasa inggris
Dongeng bahasa inggrisDongeng bahasa inggris
Dongeng bahasa inggris
 
Biografi presiden ir soekarno
Biografi presiden  ir soekarnoBiografi presiden  ir soekarno
Biografi presiden ir soekarno
 
Anatomi fisiologi organ reproduksi dan diklus menstruasi
Anatomi fisiologi organ reproduksi dan diklus menstruasiAnatomi fisiologi organ reproduksi dan diklus menstruasi
Anatomi fisiologi organ reproduksi dan diklus menstruasi
 
50 taman nasional di indonesia
50 taman nasional di indonesia50 taman nasional di indonesia
50 taman nasional di indonesia
 
Sumber pencemaran air
Sumber pencemaran airSumber pencemaran air
Sumber pencemaran air
 
Biografi presiden indonesia
Biografi presiden indonesiaBiografi presiden indonesia
Biografi presiden indonesia
 
Drama perkenalan 5 orang 3 bahasa
Drama perkenalan 5 orang 3 bahasaDrama perkenalan 5 orang 3 bahasa
Drama perkenalan 5 orang 3 bahasa
 
Story collections3123
Story collections3123Story collections3123
Story collections3123
 

Clostridium

  • 1. Nama : Rika.H Kelas : X6 CLOSTRIDIUM Pada waktu manusia masih hidup secara sederhana, sebagianbesar waktunya digunakan untuk mencari makan. Bertambahnya keperluan dan makin langkanya bahan makanan, memaksa mereka untuk mengawetkan sebagian dari persediaan makanannya. Pengawetan makanan ini semula bertujuan mengawetkan makanan sebanyak-banyaknya untuk persediaan. Namun sekarang juga memperhatikan mengenai mutu, cita rasa, kebersihan, keaslian, penampakan, serta nilai gizi. Dasar pengawetan/pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mungkin. Pengawetan/pengolahan ikan juga bertujuan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan dan kerusakan. Karena sekarang pasar ikan tidak hanya antar daerah saja, namun sudah mencakup antar negara sehingga perlu adanya perlakuan agar ikan bisa sampai ke tempat/negara tujuan dalam keadaan segar/baik. Pengolahan/pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan pendinginan, penggaraman, pengeringan, pengasapan, fermentasi, dan pengalengan ikan. Pengalengan ikan diartikan sebagai suatu cara pengolahan/pengawetan ikan dengan memasukkan ikan ke dalam suatu wadah berupa kaleng yang ditutup rapat untuk menyelamatkan bahan makanan dari proses pembusukan. Kaleng dipilih untuk kemasan makanan karena sifatnya yang kedap udara, relative ringan, mudah dibentuk, dan tidak mudah pecah.dengan keunggulan sifat ini, sejak abad XVIII kaleng telah digunakan sebagai pengemas pada produk aseptic (bebas infeksi) yang kita kenal sebagai produk kalengan konvensional.
  • 2. Proses pengalengan ikan hingga menjadi produk kalengan aseptic adalah sebagai berikut : a. Penyediaan dan pemilihan bahan mentah yaitu ikan b. Pengawetan sementara bahan mentah yaitu dengan penambahan bahan kimia atau pembekuan c. Penyiangan dan pencucian d. Perlakuan terhadap bahan mentah sebelum dikalengkan yaitu penggaraman, pengukusan, dan pengeringan e. Pengisian kaleng f. Penghampaan udara g. Penambahan saus h. Penutupan kaleng i. Pemanasan (sterilisasi) j. Pendinginan Pada pengalengan ikan, proses yang paling penting adalah proses pemanasan (sterilisasi), walaupun dengan tidak mengabaikan proses-proses lainnya. Proses pemanasan sangat penting karena pada proses inilah pensterilan produk terhadap zat-zat atau mikroorganisme yang dapat merusak produk kalengan dilakukan. Proses pemanasan ini dilakukan dengan menggunakan suhu tinggi yaitu 110-120oC selama 20-40 menit. Lamanya pemanasan dan tingginya suhu yang digunakan biasanya tergantung pada jenis pH produk/ semakin rendah pH produk, semakin pendek dan rendah waktu serta suhu yang digunakan. Besarnya kaleng juga ikut menentukan waktu pemanasan. Setelah proses pemanasan (sterilisasi), harus segera dilakukan proses pendinginan dengan cepat untuk mencegah pertumbuhan kembali mikroorganisme yang tahan panas. Walaupun pengalengan ikan sudah melalui tahap pemanasan (sterilisasi) sehingga sering disebut produk aseptic, namun untuk menjamin 100% bebas dari mikroorganisme tidaklah mungkin atau susah dicapai tanpa perubahan-perubahan yang merugikan pada produk. Oleh sebab itu dikenal istilah Commercial sterility, yang berarti produk itu tidak 100% steril namun
  • 3. cukup bebas dari mikroorganisme hingga tahan disimpan selama 2 tahun dalam keadaan yang layak untuk dikonsumsi. Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang berukuran sangat kecil yaitu beberapa micron dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Itulah mengapa mikroorganisme masih dapat berada pada ikan kaleng walau ikan kaleng telah tertutup rapat dan kedap udara. Mikroorganisme yang sering terdapat pada ikan kaleng adalah bakteri jenis Clostridium. Bakteri jenis Clostridium adalah bakteri yang dapat hidup pada ruang hampa tanpa oksigen karena bakteri ini bersifat anaerob, sehingga dapat bertahan pada kaleng yang tertutup rapat tanpa udara. Selain itu, bakteri Clostridium ini juga dapat bertahan pada suhu tinggi, sehingga Clostridium tidak mati pada saat proses pemanasan (sterilisasi). Berdasarkan suhu optimum pertumbuhannya, mikroorganisme dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Psikrotropik : mikroorganisme yang tumbuh pada suhu optimum 14-20oC, tetapidapat tumbuh lambat pada suhu 4oC, contoh kelompok ini adalah Clostridium botulinum tipe B, E, dan F. 2. Mesofilik : mikroorganisme yang tumbuh pada suhu optimum 30-37oC. suhu ini merupakan suhu normal gudang. Contoh kelompok ini adalah Clostridium botulinum. 3. Termofilik : mikroorganisme yang tumbuh pada suhu optimum 45-60oC, contoh kelompok ini adalah Clostridium thermosaccarolyti-com. Dengan melihat suhu optimum pertumbuhan mikroorganisme di atas, maka proses pemanasan harus sangat diperhatikan. Sebab bila pemanasan ikan kaleng kurang, akan menyebabkan bakteri Clostridium tidak mati. Namun, bila pemanasan berlebihan juga akan menimbulkan masalah yang sebenarnya lebih besar, yaitu bakteri Clostridium akan menjadi resisten terhadap suhu yang tinggi sehingga butuh perlakuan yang lebih untuk mematikannya dan bakteri akan menjadi ganas dari yang sebelumnya. Selain pemanasan, pendinginan juga memiliki peran yang penting. Sebab, apabila kaleng-kaleng ikan yang telah dipanaskan tidak langsung didinginkan maka bakteri termofilik atau mesofilik akan tetap hidup. Oleh sebab itu, pendinginan harus dilakukan sesegera mungkin dengan suhu di bawah 30oC. Bakteri Clostridium ini juga termasuk ke dalam bakteri gram positif. Ini karena bakteri Clostridium dapat membentuk spora dan tahan terhadap asam. Clostridium akan membentuk
  • 4. spora pada saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan baginya, yang dalam hal ini adalah thermal (suhu). Misalnya Clostridium botulinum yang tumbuh baik pada suhu 30-37oC, bila suhu dalam keadaan tidak normal yaitu kurang atau lebih dari suhu optimal, maka Clostridium botulinum akan membentuk spora. Ketika suhu sudah mencapai optimum kembali, spora akan bergerminasi/berubah kembali menjadi bakteri yang aktif. Tentunya ini sangat berbahaya, karena sudah jelas suhu pada gudang penyimpanan ikan-ikan kaleng yang belum dipasarkan biasanya memiliki suhu antara 25-35oC. Ini akan memacu aktifnya kembali spora-spora Clostridium botulinum tersebut. Bakteri Clostridium yang tahan terhadap asam juga sangat mengkhawatirkan, ini karena porduk-produk ikan kaleng selalu menggunakan saus yang biasanya bersifat asam. Sebenarnya, saus tidak hanya dipakai untuk menambah cita rasa, namun juga untuk memperkecil ruang hampa dalam kaleng dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan keasamannya. Namun, bakteri Clostridium yang tahan asam akan membuat sulit penghambatan pertumbuhan bakteri itu sendiri dan memerlukan perlakuan yang lebih lanjut lagi. Pada paragraph-paragraf di atas telah dibicarakan tentang bakteri Clostridium pada ikan kaleng dan sifat-sifatnya sehingga dapat bertahan di dalam ikan kaleng tersebut. Sekarang, akan dijelaskan mengapa bakteri Clostridium sangat berbahaya bagi manusia yang memakan ikan kaleng yang telah terkontaminasi oleh bakteri Clostridium. Bakteri Clostridium, yang spesifiknya adalah Clostridium botulinum dapat mengeluarkan racun yang disebut racun botulinum. Gejala keracunannya disebut botulisme dan dapat merusak saraf jika sampai tertelan. Gejala botulisme biasanya akan timbul mendadak, sekitar 16-18 jam sesudah menelan makanan yang mengandung racun botulinum tersebut. Gejala biasanya diawali dengan kelelahan dan tubuh terasa lemah. Kemudian diikuti dengan adanya gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini bisa berupa penglihatan ganda (diplopia), penglihatan kabur, kelumpuhan otot-otot dan kelopak mata, kehilangan akomodasi lensa mata, dan reflex pupil mata terhadap cahaya berkurang. Gejala berikutnya bisa berupa kesulitan bicara, menelan, dan muntah yang keluar melalui hidung. Kesulitan menelan ini bisa
  • 5. menyebabkan makanan masuk ke dalam saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan radang paru-paru (pneumonia) dan dapat menyebabkan kematian akibat penderita tidak bisa bernapas. Pengkontaminasian bakteri pada ikan-ikan kaleng ini dapat terjadi karena kurangnya kesempurnaan dalam pengolahan. Kurangnya suhu dan waktu pemanasan dapat member peluang bagi tumbuhnya mikroba pada ikan kaleng. Pengisian kaleng yang kurang membuat ruang hampa menjadi lebih banyak dan menghasilkan bakteri anaerob yang lebih banyak lagi dan masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan kelalaian dalam pengolahan yang memacu timbulnya mikroorganisme dan merusak mutu ikan kaleng. Namun keberadaan bakteri pada ikan kaleng dapat ditekan dengan melakukan hal-hal yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri. Seperti suhu dan waktu pemanasan yang pas, memberikan pengasaman di bawah 4,6 karena germinasi spora Clostridium botulinum dapat dihambat pada pH di bawah 4,6. Selain itu, pengurangan kadar air ikan juga dapat menghambat germinasi spora, pengisian kaleng dengan ukuran yang pas, serta penggaraman yang baik juga dapat menghambat germinasi spora Clostridium botulinum. Cara menghindari keracunan oleh bakteri Clostridium yang paling sederhana adalah dengan terlebih dahulu memanaskan atau memasak ikan kaleng sebelum mengkonsumsinya. Bakteri-bakteri yang ada dalam ikan kaleng itu menghasilkan CO2, H2, dan asam butirat yang menyebabkan penggelembungan kaleng. Oleh karena itu, indikasi kerusakan makanan kaleng yang disebabkan oleh kerusakam mikrobiologis adalah sebagai berikut : 1. Flat sour. Apabila permukaan kaleng tetap datar dan tidak mengalami kerusakan apapun, tetapi produk di dalam kaleng tersebut sudah rusak dan berbau asam yang menusuk. Kerusakan ini disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak terhancurkan selama proses sterilisasi. 2. Flipper. Apabila dilihat secara kilat, kaleng terlihat normal tanpa kerusakan. Tetapi bila salah satu ujung kaleng ditekan, maka ujung yang lain akan cembung. 3. Spinger. Apabila salah satu ujung kaleng tampak rata dan normal, sedang ujung yang lainnya tampak cembung permanen. Bila bagian yang cembung ditekan, maka bagian ujung yang masih rata akan tampak cembung.
  • 6. 4. Swell. Apabila kedua ujung kaleng sudah terlihat cembung akibat adanya bakteri pembentuk gas. Dari keterangan di atas, hendaknya kita sebagai konsumen harus jeli dan hati-hati dalam memilih makanan kaleng yang akan dibeli. Belilah makanan kaleng dengan kemasan yang masih baik dan sempurna untuk menghindari makanan kaleng yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme. 21