SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
1. Penerimaan Bahan Mentah dan Penyiapan Bahan Mentah
Setelah bahan diterima pabrik, lalu dilakukan analisa mikrobiologis, kimia meliputi pengukuran
kadar garam dan histamine, serta analisa organoleptic pada sampel daging tuna yang telah
dikukus. Setelah bahan lolos pengujian mutu, kemudian dilakukan penyimpanan beku untuk
menghindari terjadinya perkembangbiakan mikrobia pada tuna. Namun ketika tuna akan diproses
lebih lanjut, hal yang harus dilakukan adalah thawing tuna terlebih dahulu.
Langkah selanjutnya adalah menyiangi ikan, membuang bagian yang tidak dapat dimakan, serta
mengklasifikasikan ikan berdasarkan pada bentuk dan ukurannya, karena perbedaan bentuk dan
ukuran berpengaruh terhadap lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pre-cooking. Setelah itu
tuna dimasak kemudian dilakukan pemilihan daging yang akan digunakan untuk membuat tuna
flakes dan produk yang lainnya. Daging tuna kemudian dipotong-potong menjadi lebih kecil,
untuk kemudian dimasukkan ke dalam kaleng.
2.

Proses Pemasukan Tuna dalam Kaleng

Potongan daging ikan tuna dimasukkan ke dalam kaleng sampai beratnya sesuai dengan net
weight. Setelah itu kemudian dilakukan penambahan medium berupa minyak nabati (minyak
kedelai). Pada minyak nabati biasanya ditambahkan garam sebanyak 2,8% dari berat medium
(Angrenani, 1997). Penambahan medium minyak tidak boleh berlebih, karena akan
mempengaruhi kaleng pada saat proses penutupan dan akan menyebabkan kaleng menjadi
menggembung dan bocor. Oleh karena itu, pengisian medium harus tepat, yaitu sampai batas
head space (6-10% dari tinggi kaleng). Menurut SNI 01-2712.2-1992, suhu medium tidak boleh
kurang dari 70°C, karena jika suhu medium semakin tinggi akan menyebabkan kondisi vakum
semakin tinggi. Pada suhu yang tinggi peluang udara yang terperangkap diantara bagian produk
dalam kaleng lebih kecil (Winarno, 1994). Fungsi head space adalah agar ketika dilakukan
proses sterilisasi masih ada ruang untuk pengembangan isi. Bila head space terlalu kecil akan
menyebabkan kecepatan pemindahan panas menurun, sehingga waktu pengolahan menjadi lebih
lama, namun apabila head space terlalu besar akan menyebabkan banyak udara yang terkumpul
di dalam head space dan menyebabkan terjadinya oksidasi dan perubahan warna pada bahan,
yang lama kelamaan juga akan merubah flavor makanan tersebut. (Trianto dan Akbarsyah, 2007)
Penutupan kaleng dilakukan dengan system double seaming secara otomatis menggunakan
vacuum seamer, yaitu mesin penutup kaleng yang sekaligus dapat melakukan penghampaan
(exhausting) dalam kaleng. Kaleng yang berisikan daging tuna dilewatkan melalui konveyor
menuju vacuum seamer untuk dilakukan penutupan secara otomatis. Setiap kaleng yang ditutup
dicek secara visual untuk melihat kesempurnaan proses penutupan kaleng. Berikut ini adalah
tabel standar penutupan kaleng:
3.

Sterilisasi

Sterilisasi pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah serta isinya pada suhu dan jangka
waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor penyebab kerusakan
makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat pemasakan (over cooking) pada makanannya. Suhu
yang digunakan biasanya 121°C selama 20 – 40 menit, tergantung dari jenis bahan makanan.
Setiap jenis bahan pangan mempunyai suhu dan lama sterilisasi yang berbeda, tergantung dari :
• Kecepatan penetrasi panas ke dalam bahan pangan, kecepatan penetrasi panas
dipengaruhi pula oleh konsistensi bahan
• Ketahanan panas (heat resistance) dari bakteri penyebab kerusakan dan penyakit.
Proses sterilisasi dilakukan dengan penyusunan kaleng lalu kemudian dimasukkan ke dalam
retort selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan air yang mengandung khlorin 2 ppm selama
10 menit. Waktu dan suhu sterilisasi tergantung pada jenis produk dan kaleng yang disterilisasi.
Untuk kaleng dengan ukuran 307×112, maka kondisi sterilisasi adalah suhu minimal bagian
dalam sebesar 25°C, suhu dan waktu sterilisasi adalah 110°C selama 128 menit, 113°C selama
101 menit, atau 116°C selama 84 menit. Setelah proses sterilisasi selesai kemudian dilakukan
pendinginan sampai suhu mencapai 35-40°C dengan menyemprotkan air yang mengandung
klorin 2 ppm selama 30 menit. Penyemprotan bertujuan untuk mencegah terjadinya over cooking
atau over processing (mengakibatkan ikan tuna mengalami pemasakan lebih lanjut yang
mengakibatkan perubahan rasa, warna, serta tekstur daging tuna. Pendinginan dilakukan sampai
suhunya sedikit di atas suhu kamar, maksudnya agar air yang menempel pada dinding wadah
cepat menguap, sehingga terjadinya karat dapat dicegah. (Trianto dan Akbarsyah, 2007)
Tuna is delivered to our cannery either directly from the fishing vessel or from reefer ships
delivering from foreign fishing companies. The majority of the tuna delivered is frozen, and to
maintain quality, is moved promptly from the vessel into cold storage facilities at the cannery.
During the unloading, the fish are grouped according to size and weight. The quality assurance
provides uniformity in thawing and precooking. As soon as the catch is unloaded, it’s time for
quality control. Bumble Bee specialists inspect the vessel and the condition of the fish delivered.
To begin processing, tuna are moved from the freezer to thawing tanks. These are large water
tanks where the tuna is uniformly thawed to prepare for initial cleaning. The tuna is then loaded
into metal racks, which are wheeled into large steam pressure-cooking chambers, called retorts.
Tuna is baked for a prescribed time and temperature, depending upon the size of the fish. This
steam baking removes excess oils and prepares the tuna for the easy removal of skin and bones.
After baking, the racks of tuna are moved to a temperature-controlled room for cooling. Once the
tuna is cooled it is sent to the cleaning tables where the separation of edible meat from skin &
bones begins. There are two stations used for preparing Albacore tuna one for skin removal and
another for de-boning. These extra steps are taken to to assure premium quality canned tuna.
The cleaned loins are then moved to the canning process. Cans are automatically filled with tuna
and move in a single line from the filling machine to the vacuum sealer. Next the cans of tuna
automatically receive the appropriate measure of salt, vegetable broth, water or oil. Lids are then
automatically clinched on the top of the can before entering the vacuum sealer, where the air is
withdrawn and the lid hermetically sealed. The cans proceed through a water bath for cleaning
off oil residue and then are placed back into retort baskets. After the prescribed cook time and
temperature the sterilized canned tuna is removed from the retort and moved to a cooling area.
When the cans have cooled they are labeled. The day following packing, quality control
personnel cut open representative samples from the previous days pack and grade them for the
following: vacuum, appearance, smell, texture, style of pack, cleanliness, and flavor. The results
of the cuttings determine if the product is marketable as Bumble Bee. If the product receives
Q.A. (Quality Assurance) approval, it is sent to the warehouse for shipment to the marketplace.
Throughout the entire process, important quality control measures are taken to meet Bumble Bee
standards.–one that is equal or superior to any premium brand for consistency in appearance,
cleanliness, smell and flavor. Bumble Bee Solid White Albacore Tuna sets the standard of
quality for white meat tuna. and as a result has enjoyed the Number 1 position in the
marketplace.
Pengalengan Ikan Tuna
Proses pengalengan ikan tuna pada dasarnya terdiri atas beberapa satua proses berikut
A. Penerimaan dan Pemeriksaan Ikan
B. Persiapan Pemasakan
C. Pemasakan
D. Pengkabutan dan Pendinginan
E. Pembersihan Daging
F. Pemotongan dan Pemasukan Ke Dalam Kaleng
G. Pengisian Bumbu
H. Penutupan Kaleng
I. Sterilisasi
J. Pendinginan
K. Pelabelan + Pengkemasan
Saat ikan segar telah sampai di pabrik , ikan di sort lalu dipotong potong menjadi beberapa bagian ,
setalah itu dilalukan persiapan pemasakan , masukkan tuna ke dalam mesin vacuum cooler di dalam
mesin itu tuna akan melewati fase vacuum cooling fase, lalu fish cooking steam , dan vassel cooling
water fase . setelah proses persiapan selasai tuna memasuki tahap pemasakan , pemasakan ini
dilakukan pada keaadan under steam pressure untuk Preven oxidation Avoid scorching Avoid the
poliferation of bacteria. Setelah proses pemasakan selasai tuna memasuki proses pembersihan , tuna di
bersihkan dari , bagian yang tidak dapat dimakan, dan di kuliti .setalah d bersihkan tuna akan di

masukkan dalam kaleng namun kita harus memotong daging terlebih dahulu lalu mengompres
nya dan membentuk nya menjadi tablet .lalu tuna akan di awetkan dengan pengasinan atau
dengan peminyakan , Precise volume of liquid is added to each can for accurate headspace control and
minimal spillage. Penutupan kaleng dilakukan dengan system double seaming secara otomatis
menggunakan vacuum seamer, yaitu mesin penutup kaleng yang sekaligus dapat melakukan
penghampaan (exhausting) dalam kaleng. Kaleng yang berisikan daging tuna dilewatkan melalui
konveyor menuju vacuum seamer untuk dilakukan penutupan secara otomatis. Setiap kaleng
yang ditutup dicek secara visual untuk melihat kesempurnaan proses penutupan kaleng. Berikut
ini adalah tabel standar penutupan kaleng:
3.

Sterilisasi

Sterilisasi pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah serta isinya pada suhu dan jangka
waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor penyebab kerusakan
makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat pemasakan (over cooking) pada makanannya. Suhu
yang digunakan biasanya 121°C selama 20 – 40 menit, tergantung dari jenis bahan makanan.
Setiap jenis bahan pangan mempunyai suhu dan lama sterilisasi yang berbeda, tergantung dari :
• Kecepatan penetrasi panas ke dalam bahan pangan, kecepatan penetrasi panas
dipengaruhi pula oleh konsistensi bahan
• Ketahanan panas (heat resistance) dari bakteri penyebab kerusakan dan penyakit.
Proses sterilisasi dilakukan dengan penyusunan kaleng lalu kemudian dimasukkan ke dalam
retort selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan air yang mengandung khlorin 2 ppm selama
10 menit. Waktu dan suhu sterilisasi tergantung pada jenis produk dan kaleng yang disterilisasi.
Untuk kaleng dengan ukuran 307×112, maka kondisi sterilisasi adalah suhu minimal bagian
dalam sebesar 25°C, suhu dan waktu sterilisasi adalah 110°C selama 128 menit, 113°C selama
101 menit, atau 116°C selama 84 menit. Setelah proses sterilisasi selesai kemudian dilakukan
pendinginan sampai suhu mencapai 35-40°C dengan menyemprotkan air yang mengandung
klorin 2 ppm selama 30 menit. Penyemprotan bertujuan untuk mencegah terjadinya over cooking
atau over processing (mengakibatkan ikan tuna mengalami pemasakan lebih lanjut yang
mengakibatkan perubahan rasa, warna, serta tekstur daging tuna. Pendinginan dilakukan sampai
suhunya sedikit di atas suhu kamar, maksudnya agar air yang menempel pada dinding wadah
cepat menguap, sehingga terjadinya karat dapat dicegah. (
Tuna proses

More Related Content

What's hot

Materi keripik paru dan usus
Materi keripik paru dan ususMateri keripik paru dan usus
Materi keripik paru dan usus
agus_ibnu_hasan
 
Presentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
Presentasi Sidang Laporan Kerja PraktekPresentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
Presentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
Yahya Zulkarnain
 
Copy of kod amali udang beku
Copy of kod amali udang bekuCopy of kod amali udang beku
Copy of kod amali udang beku
Asif Yahya
 
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vco
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vcoLaporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vco
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vco
f' yagami
 
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarPembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Firlita Nurul Kharisma
 

What's hot (20)

Kod amali
Kod amaliKod amali
Kod amali
 
Materi keripik paru dan usus
Materi keripik paru dan ususMateri keripik paru dan usus
Materi keripik paru dan usus
 
4 stasiun pencacah
4 stasiun pencacah4 stasiun pencacah
4 stasiun pencacah
 
Penggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikan
Penggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikanPenggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikan
Penggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikan
 
Presentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
Presentasi Sidang Laporan Kerja PraktekPresentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
Presentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
 
Penyimpanan pangan
Penyimpanan panganPenyimpanan pangan
Penyimpanan pangan
 
Kod amali 1
Kod amali 1Kod amali 1
Kod amali 1
 
Kod amali udang beku
Kod amali udang bekuKod amali udang beku
Kod amali udang beku
 
PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA
PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIAPEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA
PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA
 
Teknologi produk perikanan
Teknologi produk perikananTeknologi produk perikanan
Teknologi produk perikanan
 
Sanitasi dapur
Sanitasi dapurSanitasi dapur
Sanitasi dapur
 
Copy of kod amali udang beku
Copy of kod amali udang bekuCopy of kod amali udang beku
Copy of kod amali udang beku
 
Kod amali minyak kelapa sawit
Kod amali minyak kelapa sawitKod amali minyak kelapa sawit
Kod amali minyak kelapa sawit
 
Teknologi Fermentasi pada VCO
Teknologi Fermentasi pada VCOTeknologi Fermentasi pada VCO
Teknologi Fermentasi pada VCO
 
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalLaporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
 
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vco
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vcoLaporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vco
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vco
 
pengawetan ikan
pengawetan ikanpengawetan ikan
pengawetan ikan
 
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarPembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
 

Similar to Tuna proses

KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
ssuser018360
 
8.pengasapan ikan
8.pengasapan ikan8.pengasapan ikan
8.pengasapan ikan
Aguss Aja
 
Teknik pemasakan panas lembab
Teknik pemasakan panas lembabTeknik pemasakan panas lembab
Teknik pemasakan panas lembab
Ervantogatorop
 

Similar to Tuna proses (20)

Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
 
Makalah prakarya
Makalah prakaryaMakalah prakarya
Makalah prakarya
 
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)
 
Diktat php tpl
Diktat php tplDiktat php tpl
Diktat php tpl
 
Modul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdf
Modul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdfModul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdf
Modul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdf
 
Clostridium
ClostridiumClostridium
Clostridium
 
Pengolahan ikan
Pengolahan ikanPengolahan ikan
Pengolahan ikan
 
kuliah-9-penanganan-pasca-panen.ppt
kuliah-9-penanganan-pasca-panen.pptkuliah-9-penanganan-pasca-panen.ppt
kuliah-9-penanganan-pasca-panen.ppt
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
 
Pembuatan ikan asin
Pembuatan ikan asinPembuatan ikan asin
Pembuatan ikan asin
 
Penyimpanan Daging Unggas Ikan.pptx
Penyimpanan Daging Unggas Ikan.pptxPenyimpanan Daging Unggas Ikan.pptx
Penyimpanan Daging Unggas Ikan.pptx
 
8.pengasapan ikan
8.pengasapan ikan8.pengasapan ikan
8.pengasapan ikan
 
Blanching dan pasteurisasi
Blanching dan pasteurisasiBlanching dan pasteurisasi
Blanching dan pasteurisasi
 
Teknik pemasakan panas lembab
Teknik pemasakan panas lembabTeknik pemasakan panas lembab
Teknik pemasakan panas lembab
 
Blansir
BlansirBlansir
Blansir
 
Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)
 

Tuna proses

  • 1. 1. Penerimaan Bahan Mentah dan Penyiapan Bahan Mentah Setelah bahan diterima pabrik, lalu dilakukan analisa mikrobiologis, kimia meliputi pengukuran kadar garam dan histamine, serta analisa organoleptic pada sampel daging tuna yang telah dikukus. Setelah bahan lolos pengujian mutu, kemudian dilakukan penyimpanan beku untuk menghindari terjadinya perkembangbiakan mikrobia pada tuna. Namun ketika tuna akan diproses lebih lanjut, hal yang harus dilakukan adalah thawing tuna terlebih dahulu. Langkah selanjutnya adalah menyiangi ikan, membuang bagian yang tidak dapat dimakan, serta mengklasifikasikan ikan berdasarkan pada bentuk dan ukurannya, karena perbedaan bentuk dan ukuran berpengaruh terhadap lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pre-cooking. Setelah itu tuna dimasak kemudian dilakukan pemilihan daging yang akan digunakan untuk membuat tuna flakes dan produk yang lainnya. Daging tuna kemudian dipotong-potong menjadi lebih kecil, untuk kemudian dimasukkan ke dalam kaleng. 2. Proses Pemasukan Tuna dalam Kaleng Potongan daging ikan tuna dimasukkan ke dalam kaleng sampai beratnya sesuai dengan net weight. Setelah itu kemudian dilakukan penambahan medium berupa minyak nabati (minyak kedelai). Pada minyak nabati biasanya ditambahkan garam sebanyak 2,8% dari berat medium (Angrenani, 1997). Penambahan medium minyak tidak boleh berlebih, karena akan mempengaruhi kaleng pada saat proses penutupan dan akan menyebabkan kaleng menjadi menggembung dan bocor. Oleh karena itu, pengisian medium harus tepat, yaitu sampai batas head space (6-10% dari tinggi kaleng). Menurut SNI 01-2712.2-1992, suhu medium tidak boleh kurang dari 70°C, karena jika suhu medium semakin tinggi akan menyebabkan kondisi vakum semakin tinggi. Pada suhu yang tinggi peluang udara yang terperangkap diantara bagian produk dalam kaleng lebih kecil (Winarno, 1994). Fungsi head space adalah agar ketika dilakukan proses sterilisasi masih ada ruang untuk pengembangan isi. Bila head space terlalu kecil akan menyebabkan kecepatan pemindahan panas menurun, sehingga waktu pengolahan menjadi lebih lama, namun apabila head space terlalu besar akan menyebabkan banyak udara yang terkumpul di dalam head space dan menyebabkan terjadinya oksidasi dan perubahan warna pada bahan, yang lama kelamaan juga akan merubah flavor makanan tersebut. (Trianto dan Akbarsyah, 2007) Penutupan kaleng dilakukan dengan system double seaming secara otomatis menggunakan vacuum seamer, yaitu mesin penutup kaleng yang sekaligus dapat melakukan penghampaan (exhausting) dalam kaleng. Kaleng yang berisikan daging tuna dilewatkan melalui konveyor menuju vacuum seamer untuk dilakukan penutupan secara otomatis. Setiap kaleng yang ditutup dicek secara visual untuk melihat kesempurnaan proses penutupan kaleng. Berikut ini adalah tabel standar penutupan kaleng: 3. Sterilisasi Sterilisasi pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah serta isinya pada suhu dan jangka waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor penyebab kerusakan makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat pemasakan (over cooking) pada makanannya. Suhu
  • 2. yang digunakan biasanya 121°C selama 20 – 40 menit, tergantung dari jenis bahan makanan. Setiap jenis bahan pangan mempunyai suhu dan lama sterilisasi yang berbeda, tergantung dari : • Kecepatan penetrasi panas ke dalam bahan pangan, kecepatan penetrasi panas dipengaruhi pula oleh konsistensi bahan • Ketahanan panas (heat resistance) dari bakteri penyebab kerusakan dan penyakit. Proses sterilisasi dilakukan dengan penyusunan kaleng lalu kemudian dimasukkan ke dalam retort selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan air yang mengandung khlorin 2 ppm selama 10 menit. Waktu dan suhu sterilisasi tergantung pada jenis produk dan kaleng yang disterilisasi. Untuk kaleng dengan ukuran 307×112, maka kondisi sterilisasi adalah suhu minimal bagian dalam sebesar 25°C, suhu dan waktu sterilisasi adalah 110°C selama 128 menit, 113°C selama 101 menit, atau 116°C selama 84 menit. Setelah proses sterilisasi selesai kemudian dilakukan pendinginan sampai suhu mencapai 35-40°C dengan menyemprotkan air yang mengandung klorin 2 ppm selama 30 menit. Penyemprotan bertujuan untuk mencegah terjadinya over cooking atau over processing (mengakibatkan ikan tuna mengalami pemasakan lebih lanjut yang mengakibatkan perubahan rasa, warna, serta tekstur daging tuna. Pendinginan dilakukan sampai suhunya sedikit di atas suhu kamar, maksudnya agar air yang menempel pada dinding wadah cepat menguap, sehingga terjadinya karat dapat dicegah. (Trianto dan Akbarsyah, 2007)
  • 3. Tuna is delivered to our cannery either directly from the fishing vessel or from reefer ships delivering from foreign fishing companies. The majority of the tuna delivered is frozen, and to maintain quality, is moved promptly from the vessel into cold storage facilities at the cannery. During the unloading, the fish are grouped according to size and weight. The quality assurance provides uniformity in thawing and precooking. As soon as the catch is unloaded, it’s time for quality control. Bumble Bee specialists inspect the vessel and the condition of the fish delivered. To begin processing, tuna are moved from the freezer to thawing tanks. These are large water tanks where the tuna is uniformly thawed to prepare for initial cleaning. The tuna is then loaded into metal racks, which are wheeled into large steam pressure-cooking chambers, called retorts. Tuna is baked for a prescribed time and temperature, depending upon the size of the fish. This steam baking removes excess oils and prepares the tuna for the easy removal of skin and bones. After baking, the racks of tuna are moved to a temperature-controlled room for cooling. Once the tuna is cooled it is sent to the cleaning tables where the separation of edible meat from skin & bones begins. There are two stations used for preparing Albacore tuna one for skin removal and another for de-boning. These extra steps are taken to to assure premium quality canned tuna. The cleaned loins are then moved to the canning process. Cans are automatically filled with tuna and move in a single line from the filling machine to the vacuum sealer. Next the cans of tuna automatically receive the appropriate measure of salt, vegetable broth, water or oil. Lids are then automatically clinched on the top of the can before entering the vacuum sealer, where the air is withdrawn and the lid hermetically sealed. The cans proceed through a water bath for cleaning off oil residue and then are placed back into retort baskets. After the prescribed cook time and temperature the sterilized canned tuna is removed from the retort and moved to a cooling area. When the cans have cooled they are labeled. The day following packing, quality control personnel cut open representative samples from the previous days pack and grade them for the following: vacuum, appearance, smell, texture, style of pack, cleanliness, and flavor. The results of the cuttings determine if the product is marketable as Bumble Bee. If the product receives Q.A. (Quality Assurance) approval, it is sent to the warehouse for shipment to the marketplace. Throughout the entire process, important quality control measures are taken to meet Bumble Bee standards.–one that is equal or superior to any premium brand for consistency in appearance, cleanliness, smell and flavor. Bumble Bee Solid White Albacore Tuna sets the standard of quality for white meat tuna. and as a result has enjoyed the Number 1 position in the marketplace.
  • 4. Pengalengan Ikan Tuna Proses pengalengan ikan tuna pada dasarnya terdiri atas beberapa satua proses berikut A. Penerimaan dan Pemeriksaan Ikan B. Persiapan Pemasakan C. Pemasakan D. Pengkabutan dan Pendinginan E. Pembersihan Daging F. Pemotongan dan Pemasukan Ke Dalam Kaleng G. Pengisian Bumbu H. Penutupan Kaleng I. Sterilisasi J. Pendinginan K. Pelabelan + Pengkemasan
  • 5. Saat ikan segar telah sampai di pabrik , ikan di sort lalu dipotong potong menjadi beberapa bagian , setalah itu dilalukan persiapan pemasakan , masukkan tuna ke dalam mesin vacuum cooler di dalam mesin itu tuna akan melewati fase vacuum cooling fase, lalu fish cooking steam , dan vassel cooling water fase . setelah proses persiapan selasai tuna memasuki tahap pemasakan , pemasakan ini dilakukan pada keaadan under steam pressure untuk Preven oxidation Avoid scorching Avoid the poliferation of bacteria. Setelah proses pemasakan selasai tuna memasuki proses pembersihan , tuna di bersihkan dari , bagian yang tidak dapat dimakan, dan di kuliti .setalah d bersihkan tuna akan di masukkan dalam kaleng namun kita harus memotong daging terlebih dahulu lalu mengompres nya dan membentuk nya menjadi tablet .lalu tuna akan di awetkan dengan pengasinan atau dengan peminyakan , Precise volume of liquid is added to each can for accurate headspace control and minimal spillage. Penutupan kaleng dilakukan dengan system double seaming secara otomatis menggunakan vacuum seamer, yaitu mesin penutup kaleng yang sekaligus dapat melakukan penghampaan (exhausting) dalam kaleng. Kaleng yang berisikan daging tuna dilewatkan melalui konveyor menuju vacuum seamer untuk dilakukan penutupan secara otomatis. Setiap kaleng yang ditutup dicek secara visual untuk melihat kesempurnaan proses penutupan kaleng. Berikut ini adalah tabel standar penutupan kaleng: 3. Sterilisasi Sterilisasi pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah serta isinya pada suhu dan jangka waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor penyebab kerusakan makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat pemasakan (over cooking) pada makanannya. Suhu yang digunakan biasanya 121°C selama 20 – 40 menit, tergantung dari jenis bahan makanan. Setiap jenis bahan pangan mempunyai suhu dan lama sterilisasi yang berbeda, tergantung dari : • Kecepatan penetrasi panas ke dalam bahan pangan, kecepatan penetrasi panas dipengaruhi pula oleh konsistensi bahan • Ketahanan panas (heat resistance) dari bakteri penyebab kerusakan dan penyakit. Proses sterilisasi dilakukan dengan penyusunan kaleng lalu kemudian dimasukkan ke dalam retort selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan air yang mengandung khlorin 2 ppm selama 10 menit. Waktu dan suhu sterilisasi tergantung pada jenis produk dan kaleng yang disterilisasi. Untuk kaleng dengan ukuran 307×112, maka kondisi sterilisasi adalah suhu minimal bagian dalam sebesar 25°C, suhu dan waktu sterilisasi adalah 110°C selama 128 menit, 113°C selama 101 menit, atau 116°C selama 84 menit. Setelah proses sterilisasi selesai kemudian dilakukan pendinginan sampai suhu mencapai 35-40°C dengan menyemprotkan air yang mengandung klorin 2 ppm selama 30 menit. Penyemprotan bertujuan untuk mencegah terjadinya over cooking atau over processing (mengakibatkan ikan tuna mengalami pemasakan lebih lanjut yang mengakibatkan perubahan rasa, warna, serta tekstur daging tuna. Pendinginan dilakukan sampai suhunya sedikit di atas suhu kamar, maksudnya agar air yang menempel pada dinding wadah cepat menguap, sehingga terjadinya karat dapat dicegah. (