SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
LAPORAN PRAKTIKUM
ABSORBSI DAN EKSKRESI
BLOK 10 FARMASI KEDOKTERAN GIGI
Disusun Oleh:
KELOMPOK C SALIVA 2
Vina Widya Putri J2A017017
Finandia Laras Saputri J2A017043
Briliana Ikrimazahra J2A017044
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan proses absorpsi, distribusi, metabolism dan
ekskresi obat
2. Mahasiswa dapat menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi absorpsi,
distribusi, metabolism dan ekskresi obat
B. DASAR TEORI
Untuk mencapai tempat bereaksinya obat (site of action) obat harus dapat
menembus sawar biologis yang memisahkan tempat obat bereaksi dan tempat
pemberiannya. Sawar itu dapat hanya terdiri atas satu membrane sel (misalnya dari
luar ke dalam sel) atau banyak sel (misalnya epitel usus dan endotel).
Proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah disebut
absorpsi dan proses beredarnya obat (didalam aliran darah) keseluruh tubuh
(termasuk di dalamnya ke tempat obat bereaksi) disebut distribusi. Oleh sebab itu
obat yang diberikan secara intravena tidak perlu diabsorpsi.
Dengan demikian tempat absorpsi dapat berlangsung di:
 Lambung dan usu pada pemberian peroral: tablet biasa, salut gula, salut fim,
sirup, kapsul, puyer, sirup dan suspensi.
 Mulut (sublingual dan bucal : tablet lozenges)
 Rektum (perektal : supositoria)
 Pada mesenterium (pada pemberian intraperitonial)
 Bunndel otot rangka ( suntikan intramuscular)
 Dinding saluran nafas (perinhalasi)
 Kulit (diskus transdermal)
Pemberian obat dalam bentuk sediaan diskus transdermal yang diberikan
secara topical (dibuat mudah diabsorpsi), dapat dimaksudkan untuk terapi sistemik
(misalnya penyakit hipertensi), tetapi sediaan obat dalam bentuk salep (ointment),
krim (cream), dan lotion yang juga digunakan secara topikal pada kulit (sukar
diabsorpsi) yang dimaksud untuk terapi lokal (setempat pada daerah itu). Meskipun
demikian sebagian kecil bahwa aktif dari sediaan itu juga diabsorpsi.
Setelah diabsorpsi, obat didalam darah dapat berada dalam bentuk bebas
(tidak terikat) atau dapat pula terikat oleh komponen darah (misalnya albumin) dan
aliran darah obat didistribusikan ke seluruh tubuh. Hanya obat bebas saja yang
dapat menembus sawar biologis (membrane sel dinding pembuluh darah dan sel-
sel lainnya) sehingga mencapai sel sasaran (titik tangkap kerja atau tempat obat
bereaksi), tempat obat dimetabolisme, jaringan penyimpanan, organ yang bertugas
melakukan ekskresi dan sebagainya. Pada tempat obat bereaksi (site of action)
umumnya obat berkaitan (berinteraksi) dengan reseptor untuk kemudian
menimbulkan efek. Obat yang sampai ditempat (organ) yang memetabolisme, obat
akan mengalami perubahan secara biologic (biotransformasi) atau metabolisme
menjadi metabolit agar lebih mudah dikeluarkan dari dalam tubuh (ekskresi).
Meskipun demikian tidak semua obat harus mengalami metabolisme terlebih
dahulu sebelum diekskresi. Obat yang belum mengalami metabolisme juga dapat
lansung diekskresi jika syarat untuk ekskresi terpenuhi.
a) Absorpsi
Absorpsi obat (dari tempat pemberian ke dalam aliran darah
sistemik) dapat terjadi secara difusi (pasif), transport aktif, difusi yang
dipermudah atau dengan pinositosis. Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain koefisien kelarutan obat lemak dan air, ukuran
partikel (berat molekul atau BM), vaskularisasi, luar daerah absorpsi, dan
derajat disosiasi.
Pada pemberian obat secara oral (peroral) kecepatan absorpsi juga
dipengaruhi oleh bentuk sediaan obat, pH lingkungan tempat absorpsi
berlangsung (usus atau lambung), motilitas saluran cerna (misalnya
kecepatan pengosongan lambung) dan adanya makanan atau obat lain dalam
saluran cerna.
b) Distribusi
Distribusi obat seluruh tubuh ditentukan oleh sifat fisikokimiawi
obat (kelarutan dalam lemak dan air, berat molekul, derajat disosiasi),
keterikatan obat pada protein plasma dan faktor faali tubuh (curah jantung,
vaskularisasi atau aliran darah dan lipid content jaringan).
Karena pada umumnya obat dapat dengan mudah menembus
dinding pembuluh darah jauh lebih mudah dari pada menembus sawar
(membran) biologis lainnya maka kecepatan distribusi obat ke dalam cairan
ekstraselular (jaringan) lebih ditentukan oleh aliran darah kedalam jaringan
itu sendiri.
c) Eliminasi
Eliminasi terdiri atas proses-proses metabolisme dan ekskresi.
Metabolisme obat merupakan proses perubahan obat yang terjadi karena
aktivitas biologis (biotransformasi), bertujuan memudahkan ekskresi obat.
Untuk itu obat yang umumnya bersifat lipifilik (dan non-polar, tidak terion)
diubah menjadi senyawa lain yang bersifat hidrofilik dan polar. Meskipun
umumnya metabolisme dimaksudkan untuk inaktivasi dan mengakhiri efel
farmakologik (dan juga efek toksik) obat, kadang kala metabolisme justru
menghasilkan metabolit yang lebih aktif atau lebih toksik. Organ utama
yang berperan pada proses biotransformasi ini adalah hepar.
Ekskresi, hampir semua obat dikeluarkan dari dalam tubuh oleh
ginjal. Meskipun demikian beberapa obat juga dieksresikan oleh hati
(melalui empedu ke dalam usus kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh
bersama feses jika tidak terabsorpsi), kelenjar keringat, liur, air mata, susu,
dan paru atau didepo kedalam kuku dan rambut. Ekskresi oleh ginjal
merupakan hasil akhir dari proses-proses filtrasi (oleh glomerulus),
reabsorpsi (oleh sel tubulus ginjal) dan sekresi (oleh tubulus ginjal).
a. Probandus
Mahasiswa yang memenuhi syarat sebagai berikut.
1) Tidak ada riwayat penyakit hepar.
2) Tidak ada riwayat penyakit ginjal.
3) Tidak ada riwayat penyakit jantung
4) Tidak ada riwayat penyakit lambung
5) Tidak ada riwayat alergi terhadap yodium
b. Alat
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Pipet tetes
4) Pipet ukur
5) Gelas beaker besar dan kecil
c. Bahan
1) KI 0,2gr dalam kapsul
2) Larutan KI 1%
3) Larutan NaNO2 10%
4) Larutan H2SO4 encer
5) Larutan amilum 1%
d. Cara Kerja
Percobaan ini merupakan suatu uji klinik sehingga diperlukan informed
consent (pernyataan tertulis dari probandus bahwa ia secara sadar dan sukarela
ikut serta dalam percobaan ini setelah mengetahui segala sesuatu tentang
percobaan ini). Tiap kelompok mahasiswa bekerja dengan seorang probandus.
Sebelum minum obat, kosongkanlah kandung kemih, tampunglah urin 3ml dan
saliva 2ml sebelum minum obat. Sampel urin dan saliva ini direaksikan untuk
reaksi nomor 2,3,5 dan 6. Kerjakanlah pula reaksi nomor 1 dan 4. Amati dan
catat perubahan warna yang terjadi.
Setelah mengambil sampel urin dan saliva sebelum minum obat,
probandus segera minum kapsul yang berisi KI dengan air 200ml. Catat waktu
(jam) saat minum kapsul KI tersebut. Setelah itu lakukan penampungan saliva
dan urin setiap 15 menit selama waktu 90 menit sesudah minum kapsul KI.
Selama pengambilan sampel setelah minum obat, probandus tidak
diperkenankan minum atau makan. Sampel urin dan saliva setelah minum obat
dikerjakan untuk reaksi nomor 5 dan 6.
Reaksi penetapan kadar yodium dalam saliva dan urin secara kalorimetri
semikuantitatif sebagai berikut.
1) 1ml KI 1% + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
2) 1ml urin + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
3) 1ml saliva + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
4) 1ml KI 1% + 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
5) 1ml urin + 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
6) 1ml saliva + 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
Reaksi akan menghasilkan warna biru jika dalam sampel urin dan saliva
ada KI. Hasil pengamatan (semukuantitatif) dinyatakan sebagai negatif (-) jika
tidak ada wrana biru dan positif (+) bila terbentuk warna biru. Bandingkan
dengan tabung pembanding yang tersedia. Cocokkan hasil reaksi anda dan
berilah tanda nilai sesuai tabung pembanding (positif satu(1+), positif dua(2+),
positif tiga(3+), positif empat(4+) dan seterusnya). Warna biru merupakan
reaksi antara amilum dengan J2. Semakin biru berarti kadar KI dalam sampel
urin atau saliva semakin banyak. Masukan ke dalam table (tabulasi) data itu
dan buatlah kurva yang menunjukkan hubungan antar waktu dengan kadar KI
yang diekskresikan melalui urin (dalam urin). Buat pula hal yang sama untuk
saliva.
C. HASIL
DATA SALIVA
KELOMPOK
KADAR KI MENIT KE-
0 15 30 45 60 75 90
I 0 62,371 85,341 89,333 71,899 86,530 77,540
II 0 37,164 83,275 84,259 84,259 85,341 70,928
DATA URIN
KELOMPOK
KADAR KI MENIT KE-
0 15 30 45 60 75 90
III 0 12,299 89,333 87,840 81,532 35,921 15,816
IV 0 12,523 73,731 84,259 80,763 47,521 12,577
D. PEMBAHASAN
Rumus Konsentrasi
y = 0,0385870x – 0,379231
x =
y + 0,379231
0,0385870
x T15 =
1,055 + 0,379231
0,0385870
= 37,164 µg/ml, dan seterusnya perhitungan seperti ini untuk konsentrasi pada
T30, T45, T60, T75 dan T90.
DIKETAHUI
MENIT KE-
0 15 30 45 60 75 90
Keterangan
y: absorbansi
x: konsentrasi (µg/ml)
ABSORBANSI 0 1,055 2,834 2,872 2,872 2,914 2,358
KONSENTRASI
(µg/ml)
0 37,164 83,275 84,259 84,259 85,341 70,928
Rumus Jumlah Obat Tereliminasi (Ds)
Ds = x . V
Ds T15 = 37,168 x 2
= 74,336 dan seterusnya perhitungan seperti ini untuk Jumlah Obat
Tereliminasi pada T30, T45, T60, T75 dan T90.
DIKETAHUI
MENIT KE-
0 15 30 45 60 75 90
KONSENTRASI
(µg/ml)
0 37,164 83,275 84,259 84,259 85,341 70,928
JUMLAH
OBAT
TERELIMINASI
0 74,328 166,55 168,518 168,518 170,682 141,856
0
37,164
83,275 84,259 84,259 85,341
70,928
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
0 15 30 45 60 75 90
KONSENTRASI
MENIT KE-
GRAFIK KONSENTRASI KI DALAM SALIVA
Keterangan
x: konsentrasi (µg/ml)
V: volume saliva (ml)
Dari hasil data diatas kita bisa melihat kadar obat KI dalam urin maupun
saliva setiap 15 menit selama waktu 90 menit. Pada menit ke-15 terjadi proses
absorbsi dan distribusi obat dalam tubuh probandus. Absorbsi sendiri merupakan
proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah sistemik secara
difusi pasif, transport aktif maupun pinositosis. Distribusi merupakan proses
beredarnya obat (di dalam aliran darah) keseluruh tubuh. Pada menit ke-15 ini obat
belum melewati proses perubahan yang terjadi karena aktifitas biologis
(biotransformasi) yang bertujuan untuk memudahkan proses ekskresi obat yaitu
dengan cara merubah molekul yang tadinya non polar menjadi polar. Sedangkan
eksresi merupakan proses pengeluaran dan penyerapan kembali zat-zat yang masih
diperlukan oleh tubuh. Proses ekskresi terdiri atas proses filtrasi (glomerulus),
reabsorpsi dan augmentasi (tubulus ginjal). Puncak tereliminasi terdapat pada menit
ke-75. Hasil akhir pada menit ke-90 warna urin sudah tampak tidak begitu biru, ini
menunjukkan bahwa kandungan obat KI di dalam urin atau saliva perlahan
berkurang.
Dari hasil warna pada sampel urin maupun saliva, didapatkan:
- Pada menit ke -0 : tidak berwarna biru : negatif
- Pada menit ke -15 : berwana biru : positif
- Pada menit ke -30 : berwarna biru : positif
- Pada menit ke -45 : berwarna biru : positif
0
74,328
166,550 168,518 168,518 170,682
141,856
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
0 15 30 45 60 75 90
JUMLAHOBATTERELIMINASI
MENIT KE-
GRAFIK JUMLAH OBAT TERELIMINASI
- Pada menit ke -60 : berwana biru : positif
- Pada menit ke -75 : berwarna biru : positif
- Pada menit ke 90 : berwarna biru : positif
Hasil pengamatan dinyatakan sebagai negatif jika tidak terdapat warna biru didalam
urin maupun saliva setelah diberikan NaNO2 ,H2SO4 dan Amilum. Apabila
dinyatakan positif jika urin atau saliva berwarna biru. Warna biru merupakan reaksi
antara amilum dengan KI. Semakin biru berarti kadar KIdalam sampel urin maupun
saliva semakin banyak.
E. KESIMPULAN
Percobaan ini menggambarkan proses absorbsi dengan menggunakann
saliva dari probandus. Dari data hasil percobaan tersebut tertera bahwa proses
absorbsi dan jumlah obat tereliminasi terjadi pada menit ke-30 hingga ke-75.
Percobaan ini membuktikan bahwa obat masuk ke dalam tubuh dengan melewati
proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.

More Related Content

What's hot

Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirupsisabihi
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.Maranata Gultom
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi1234ulha
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSapan Nada
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaRhiza Amalia
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairMina Audina
 
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Bayu Mario
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolNovi Fachrunnisa
 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Trie Marcory
 
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK irmalawai
 
Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1marwahhh
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimFransiska Puteri
 
Praformulasi Sediaan
Praformulasi SediaanPraformulasi Sediaan
Praformulasi SediaanMega Zhang
 
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
 

What's hot (20)

Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat Kapsul
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan coba
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
 
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi
 
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
 
Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1
 
PPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara PanasPPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara Panas
 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krim
 
Pedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomiPedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomi
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Praformulasi Sediaan
Praformulasi SediaanPraformulasi Sediaan
Praformulasi Sediaan
 
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
 

Similar to Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat

Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Novi Fachrunnisa
 
askep kel 2.pptx
askep kel 2.pptxaskep kel 2.pptx
askep kel 2.pptxJoniSiahaan
 
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptxNelaSharon1
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptxPemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptxEndahSuprihatin2
 
Prediksi bio kelas xi ipa smt 2 2015
Prediksi bio  kelas xi ipa smt 2   2015Prediksi bio  kelas xi ipa smt 2   2015
Prediksi bio kelas xi ipa smt 2 2015Hana Kamilah
 
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptxFarmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptxHelmiMildani
 
PPT Multi media Interaktif Transpor Pasif (Difusi, Difusi Terfasilitasi, dan ...
PPT Multi media Interaktif Transpor Pasif (Difusi, Difusi Terfasilitasi, dan ...PPT Multi media Interaktif Transpor Pasif (Difusi, Difusi Terfasilitasi, dan ...
PPT Multi media Interaktif Transpor Pasif (Difusi, Difusi Terfasilitasi, dan ...yogiewibisono
 
Transpor Pasif (Difusi, Osmosis, dan Difusi Terfasilitasi)
Transpor Pasif (Difusi, Osmosis, dan Difusi Terfasilitasi)Transpor Pasif (Difusi, Osmosis, dan Difusi Terfasilitasi)
Transpor Pasif (Difusi, Osmosis, dan Difusi Terfasilitasi)yogiewibisono
 
cairan-dan-elektrolit-slide.ppt
cairan-dan-elektrolit-slide.pptcairan-dan-elektrolit-slide.ppt
cairan-dan-elektrolit-slide.pptalik_septian
 
Keseimbangan cairan kebidanan
Keseimbangan cairan kebidananKeseimbangan cairan kebidanan
Keseimbangan cairan kebidananSinggih Singgih
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan EliminasiPemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasipjj_kemenkes
 
Homeostasis , cairan, asam basa
Homeostasis , cairan, asam basaHomeostasis , cairan, asam basa
Homeostasis , cairan, asam basaSAPRIL1
 
Konsep dasar
Konsep dasar Konsep dasar
Konsep dasar Dedi Kun
 
fkb502biofarmasi--farmakokinetik.pdf
fkb502biofarmasi--farmakokinetik.pdffkb502biofarmasi--farmakokinetik.pdf
fkb502biofarmasi--farmakokinetik.pdfzuliatunnisa17
 

Similar to Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat (20)

Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
 
Farmakologi Dasar
Farmakologi DasarFarmakologi Dasar
Farmakologi Dasar
 
Ekskresi obat
Ekskresi obatEkskresi obat
Ekskresi obat
 
askep kel 2.pptx
askep kel 2.pptxaskep kel 2.pptx
askep kel 2.pptx
 
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptxPemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
 
Prediksi bio kelas xi ipa smt 2 2015
Prediksi bio  kelas xi ipa smt 2   2015Prediksi bio  kelas xi ipa smt 2   2015
Prediksi bio kelas xi ipa smt 2 2015
 
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptxFarmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
 
PPT Multi media Interaktif Transpor Pasif (Difusi, Difusi Terfasilitasi, dan ...
PPT Multi media Interaktif Transpor Pasif (Difusi, Difusi Terfasilitasi, dan ...PPT Multi media Interaktif Transpor Pasif (Difusi, Difusi Terfasilitasi, dan ...
PPT Multi media Interaktif Transpor Pasif (Difusi, Difusi Terfasilitasi, dan ...
 
Makalah farmakologi
Makalah farmakologiMakalah farmakologi
Makalah farmakologi
 
Transpor Pasif (Difusi, Osmosis, dan Difusi Terfasilitasi)
Transpor Pasif (Difusi, Osmosis, dan Difusi Terfasilitasi)Transpor Pasif (Difusi, Osmosis, dan Difusi Terfasilitasi)
Transpor Pasif (Difusi, Osmosis, dan Difusi Terfasilitasi)
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
cairan-dan-elektrolit-slide.ppt
cairan-dan-elektrolit-slide.pptcairan-dan-elektrolit-slide.ppt
cairan-dan-elektrolit-slide.ppt
 
Keseimbangan cairan kebidanan
Keseimbangan cairan kebidananKeseimbangan cairan kebidanan
Keseimbangan cairan kebidanan
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan EliminasiPemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
 
Homeostasis , cairan, asam basa
Homeostasis , cairan, asam basaHomeostasis , cairan, asam basa
Homeostasis , cairan, asam basa
 
Farmakokinetik
FarmakokinetikFarmakokinetik
Farmakokinetik
 
Konsep dasar
Konsep dasar Konsep dasar
Konsep dasar
 
fkb502biofarmasi--farmakokinetik.pdf
fkb502biofarmasi--farmakokinetik.pdffkb502biofarmasi--farmakokinetik.pdf
fkb502biofarmasi--farmakokinetik.pdf
 

More from Vina Widya Putri

Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaVina Widya Putri
 
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenReccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenVina Widya Putri
 
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...Vina Widya Putri
 
Lesi Rongga Mulut Akibat Virus
Lesi Rongga Mulut Akibat VirusLesi Rongga Mulut Akibat Virus
Lesi Rongga Mulut Akibat VirusVina Widya Putri
 
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Vina Widya Putri
 
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityVina Widya Putri
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiVina Widya Putri
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiVina Widya Putri
 
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Vina Widya Putri
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteVina Widya Putri
 
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelTutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelVina Widya Putri
 
Tutorial Behavior Management Anak
Tutorial Behavior Management AnakTutorial Behavior Management Anak
Tutorial Behavior Management AnakVina Widya Putri
 
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAK
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAKLaporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAK
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAKVina Widya Putri
 
Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7Vina Widya Putri
 
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiLaporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiVina Widya Putri
 
Premolar kedua rahang atas
Premolar kedua rahang atasPremolar kedua rahang atas
Premolar kedua rahang atasVina Widya Putri
 
Premolar pertama rahang atas
Premolar pertama rahang atasPremolar pertama rahang atas
Premolar pertama rahang atasVina Widya Putri
 
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)Vina Widya Putri
 

More from Vina Widya Putri (20)

Infeksi Odontogenik
Infeksi OdontogenikInfeksi Odontogenik
Infeksi Odontogenik
 
Lesi Pigmentasi
Lesi PigmentasiLesi Pigmentasi
Lesi Pigmentasi
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
 
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenReccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
 
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
 
Lesi Rongga Mulut Akibat Virus
Lesi Rongga Mulut Akibat VirusLesi Rongga Mulut Akibat Virus
Lesi Rongga Mulut Akibat Virus
 
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
 
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
 
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & Crossbite
 
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelTutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
 
Tutorial Behavior Management Anak
Tutorial Behavior Management AnakTutorial Behavior Management Anak
Tutorial Behavior Management Anak
 
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAK
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAKLaporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAK
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAK
 
Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7
 
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiLaporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
 
Premolar kedua rahang atas
Premolar kedua rahang atasPremolar kedua rahang atas
Premolar kedua rahang atas
 
Premolar pertama rahang atas
Premolar pertama rahang atasPremolar pertama rahang atas
Premolar pertama rahang atas
 
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)
 

Recently uploaded

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 

Recently uploaded (18)

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 

Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM ABSORBSI DAN EKSKRESI BLOK 10 FARMASI KEDOKTERAN GIGI Disusun Oleh: KELOMPOK C SALIVA 2 Vina Widya Putri J2A017017 Finandia Laras Saputri J2A017043 Briliana Ikrimazahra J2A017044 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2019
  • 2. A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat menjelaskan proses absorpsi, distribusi, metabolism dan ekskresi obat 2. Mahasiswa dapat menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolism dan ekskresi obat B. DASAR TEORI Untuk mencapai tempat bereaksinya obat (site of action) obat harus dapat menembus sawar biologis yang memisahkan tempat obat bereaksi dan tempat pemberiannya. Sawar itu dapat hanya terdiri atas satu membrane sel (misalnya dari luar ke dalam sel) atau banyak sel (misalnya epitel usus dan endotel). Proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah disebut absorpsi dan proses beredarnya obat (didalam aliran darah) keseluruh tubuh (termasuk di dalamnya ke tempat obat bereaksi) disebut distribusi. Oleh sebab itu obat yang diberikan secara intravena tidak perlu diabsorpsi. Dengan demikian tempat absorpsi dapat berlangsung di:  Lambung dan usu pada pemberian peroral: tablet biasa, salut gula, salut fim, sirup, kapsul, puyer, sirup dan suspensi.  Mulut (sublingual dan bucal : tablet lozenges)  Rektum (perektal : supositoria)  Pada mesenterium (pada pemberian intraperitonial)  Bunndel otot rangka ( suntikan intramuscular)  Dinding saluran nafas (perinhalasi)  Kulit (diskus transdermal) Pemberian obat dalam bentuk sediaan diskus transdermal yang diberikan secara topical (dibuat mudah diabsorpsi), dapat dimaksudkan untuk terapi sistemik (misalnya penyakit hipertensi), tetapi sediaan obat dalam bentuk salep (ointment), krim (cream), dan lotion yang juga digunakan secara topikal pada kulit (sukar
  • 3. diabsorpsi) yang dimaksud untuk terapi lokal (setempat pada daerah itu). Meskipun demikian sebagian kecil bahwa aktif dari sediaan itu juga diabsorpsi. Setelah diabsorpsi, obat didalam darah dapat berada dalam bentuk bebas (tidak terikat) atau dapat pula terikat oleh komponen darah (misalnya albumin) dan aliran darah obat didistribusikan ke seluruh tubuh. Hanya obat bebas saja yang dapat menembus sawar biologis (membrane sel dinding pembuluh darah dan sel- sel lainnya) sehingga mencapai sel sasaran (titik tangkap kerja atau tempat obat bereaksi), tempat obat dimetabolisme, jaringan penyimpanan, organ yang bertugas melakukan ekskresi dan sebagainya. Pada tempat obat bereaksi (site of action) umumnya obat berkaitan (berinteraksi) dengan reseptor untuk kemudian menimbulkan efek. Obat yang sampai ditempat (organ) yang memetabolisme, obat akan mengalami perubahan secara biologic (biotransformasi) atau metabolisme menjadi metabolit agar lebih mudah dikeluarkan dari dalam tubuh (ekskresi). Meskipun demikian tidak semua obat harus mengalami metabolisme terlebih dahulu sebelum diekskresi. Obat yang belum mengalami metabolisme juga dapat lansung diekskresi jika syarat untuk ekskresi terpenuhi. a) Absorpsi Absorpsi obat (dari tempat pemberian ke dalam aliran darah sistemik) dapat terjadi secara difusi (pasif), transport aktif, difusi yang dipermudah atau dengan pinositosis. Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain koefisien kelarutan obat lemak dan air, ukuran partikel (berat molekul atau BM), vaskularisasi, luar daerah absorpsi, dan derajat disosiasi. Pada pemberian obat secara oral (peroral) kecepatan absorpsi juga dipengaruhi oleh bentuk sediaan obat, pH lingkungan tempat absorpsi berlangsung (usus atau lambung), motilitas saluran cerna (misalnya kecepatan pengosongan lambung) dan adanya makanan atau obat lain dalam saluran cerna. b) Distribusi Distribusi obat seluruh tubuh ditentukan oleh sifat fisikokimiawi obat (kelarutan dalam lemak dan air, berat molekul, derajat disosiasi),
  • 4. keterikatan obat pada protein plasma dan faktor faali tubuh (curah jantung, vaskularisasi atau aliran darah dan lipid content jaringan). Karena pada umumnya obat dapat dengan mudah menembus dinding pembuluh darah jauh lebih mudah dari pada menembus sawar (membran) biologis lainnya maka kecepatan distribusi obat ke dalam cairan ekstraselular (jaringan) lebih ditentukan oleh aliran darah kedalam jaringan itu sendiri. c) Eliminasi Eliminasi terdiri atas proses-proses metabolisme dan ekskresi. Metabolisme obat merupakan proses perubahan obat yang terjadi karena aktivitas biologis (biotransformasi), bertujuan memudahkan ekskresi obat. Untuk itu obat yang umumnya bersifat lipifilik (dan non-polar, tidak terion) diubah menjadi senyawa lain yang bersifat hidrofilik dan polar. Meskipun umumnya metabolisme dimaksudkan untuk inaktivasi dan mengakhiri efel farmakologik (dan juga efek toksik) obat, kadang kala metabolisme justru menghasilkan metabolit yang lebih aktif atau lebih toksik. Organ utama yang berperan pada proses biotransformasi ini adalah hepar. Ekskresi, hampir semua obat dikeluarkan dari dalam tubuh oleh ginjal. Meskipun demikian beberapa obat juga dieksresikan oleh hati (melalui empedu ke dalam usus kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh bersama feses jika tidak terabsorpsi), kelenjar keringat, liur, air mata, susu, dan paru atau didepo kedalam kuku dan rambut. Ekskresi oleh ginjal merupakan hasil akhir dari proses-proses filtrasi (oleh glomerulus), reabsorpsi (oleh sel tubulus ginjal) dan sekresi (oleh tubulus ginjal).
  • 5. a. Probandus Mahasiswa yang memenuhi syarat sebagai berikut. 1) Tidak ada riwayat penyakit hepar. 2) Tidak ada riwayat penyakit ginjal. 3) Tidak ada riwayat penyakit jantung 4) Tidak ada riwayat penyakit lambung 5) Tidak ada riwayat alergi terhadap yodium b. Alat 1) Tabung reaksi 2) Rak tabung reaksi 3) Pipet tetes 4) Pipet ukur 5) Gelas beaker besar dan kecil c. Bahan 1) KI 0,2gr dalam kapsul 2) Larutan KI 1% 3) Larutan NaNO2 10% 4) Larutan H2SO4 encer 5) Larutan amilum 1% d. Cara Kerja Percobaan ini merupakan suatu uji klinik sehingga diperlukan informed consent (pernyataan tertulis dari probandus bahwa ia secara sadar dan sukarela ikut serta dalam percobaan ini setelah mengetahui segala sesuatu tentang percobaan ini). Tiap kelompok mahasiswa bekerja dengan seorang probandus. Sebelum minum obat, kosongkanlah kandung kemih, tampunglah urin 3ml dan saliva 2ml sebelum minum obat. Sampel urin dan saliva ini direaksikan untuk reaksi nomor 2,3,5 dan 6. Kerjakanlah pula reaksi nomor 1 dan 4. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
  • 6. Setelah mengambil sampel urin dan saliva sebelum minum obat, probandus segera minum kapsul yang berisi KI dengan air 200ml. Catat waktu (jam) saat minum kapsul KI tersebut. Setelah itu lakukan penampungan saliva dan urin setiap 15 menit selama waktu 90 menit sesudah minum kapsul KI. Selama pengambilan sampel setelah minum obat, probandus tidak diperkenankan minum atau makan. Sampel urin dan saliva setelah minum obat dikerjakan untuk reaksi nomor 5 dan 6. Reaksi penetapan kadar yodium dalam saliva dan urin secara kalorimetri semikuantitatif sebagai berikut. 1) 1ml KI 1% + 1ml amilum 1% Amati perubahan warna yang terjadi. 2) 1ml urin + 1ml amilum 1% Amati perubahan warna yang terjadi. 3) 1ml saliva + 1ml amilum 1% Amati perubahan warna yang terjadi. 4) 1ml KI 1% + 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 + 1ml amilum 1% Amati perubahan warna yang terjadi. 5) 1ml urin + 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 + 1ml amilum 1% Amati perubahan warna yang terjadi. 6) 1ml saliva + 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 + 1ml amilum 1% Amati perubahan warna yang terjadi. Reaksi akan menghasilkan warna biru jika dalam sampel urin dan saliva ada KI. Hasil pengamatan (semukuantitatif) dinyatakan sebagai negatif (-) jika tidak ada wrana biru dan positif (+) bila terbentuk warna biru. Bandingkan dengan tabung pembanding yang tersedia. Cocokkan hasil reaksi anda dan berilah tanda nilai sesuai tabung pembanding (positif satu(1+), positif dua(2+), positif tiga(3+), positif empat(4+) dan seterusnya). Warna biru merupakan reaksi antara amilum dengan J2. Semakin biru berarti kadar KI dalam sampel urin atau saliva semakin banyak. Masukan ke dalam table (tabulasi) data itu dan buatlah kurva yang menunjukkan hubungan antar waktu dengan kadar KI yang diekskresikan melalui urin (dalam urin). Buat pula hal yang sama untuk saliva.
  • 7. C. HASIL DATA SALIVA KELOMPOK KADAR KI MENIT KE- 0 15 30 45 60 75 90 I 0 62,371 85,341 89,333 71,899 86,530 77,540 II 0 37,164 83,275 84,259 84,259 85,341 70,928 DATA URIN KELOMPOK KADAR KI MENIT KE- 0 15 30 45 60 75 90 III 0 12,299 89,333 87,840 81,532 35,921 15,816 IV 0 12,523 73,731 84,259 80,763 47,521 12,577 D. PEMBAHASAN Rumus Konsentrasi y = 0,0385870x – 0,379231 x = y + 0,379231 0,0385870 x T15 = 1,055 + 0,379231 0,0385870 = 37,164 µg/ml, dan seterusnya perhitungan seperti ini untuk konsentrasi pada T30, T45, T60, T75 dan T90. DIKETAHUI MENIT KE- 0 15 30 45 60 75 90 Keterangan y: absorbansi x: konsentrasi (µg/ml)
  • 8. ABSORBANSI 0 1,055 2,834 2,872 2,872 2,914 2,358 KONSENTRASI (µg/ml) 0 37,164 83,275 84,259 84,259 85,341 70,928 Rumus Jumlah Obat Tereliminasi (Ds) Ds = x . V Ds T15 = 37,168 x 2 = 74,336 dan seterusnya perhitungan seperti ini untuk Jumlah Obat Tereliminasi pada T30, T45, T60, T75 dan T90. DIKETAHUI MENIT KE- 0 15 30 45 60 75 90 KONSENTRASI (µg/ml) 0 37,164 83,275 84,259 84,259 85,341 70,928 JUMLAH OBAT TERELIMINASI 0 74,328 166,55 168,518 168,518 170,682 141,856 0 37,164 83,275 84,259 84,259 85,341 70,928 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 0 15 30 45 60 75 90 KONSENTRASI MENIT KE- GRAFIK KONSENTRASI KI DALAM SALIVA Keterangan x: konsentrasi (µg/ml) V: volume saliva (ml)
  • 9. Dari hasil data diatas kita bisa melihat kadar obat KI dalam urin maupun saliva setiap 15 menit selama waktu 90 menit. Pada menit ke-15 terjadi proses absorbsi dan distribusi obat dalam tubuh probandus. Absorbsi sendiri merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah sistemik secara difusi pasif, transport aktif maupun pinositosis. Distribusi merupakan proses beredarnya obat (di dalam aliran darah) keseluruh tubuh. Pada menit ke-15 ini obat belum melewati proses perubahan yang terjadi karena aktifitas biologis (biotransformasi) yang bertujuan untuk memudahkan proses ekskresi obat yaitu dengan cara merubah molekul yang tadinya non polar menjadi polar. Sedangkan eksresi merupakan proses pengeluaran dan penyerapan kembali zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Proses ekskresi terdiri atas proses filtrasi (glomerulus), reabsorpsi dan augmentasi (tubulus ginjal). Puncak tereliminasi terdapat pada menit ke-75. Hasil akhir pada menit ke-90 warna urin sudah tampak tidak begitu biru, ini menunjukkan bahwa kandungan obat KI di dalam urin atau saliva perlahan berkurang. Dari hasil warna pada sampel urin maupun saliva, didapatkan: - Pada menit ke -0 : tidak berwarna biru : negatif - Pada menit ke -15 : berwana biru : positif - Pada menit ke -30 : berwarna biru : positif - Pada menit ke -45 : berwarna biru : positif 0 74,328 166,550 168,518 168,518 170,682 141,856 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 0 15 30 45 60 75 90 JUMLAHOBATTERELIMINASI MENIT KE- GRAFIK JUMLAH OBAT TERELIMINASI
  • 10. - Pada menit ke -60 : berwana biru : positif - Pada menit ke -75 : berwarna biru : positif - Pada menit ke 90 : berwarna biru : positif Hasil pengamatan dinyatakan sebagai negatif jika tidak terdapat warna biru didalam urin maupun saliva setelah diberikan NaNO2 ,H2SO4 dan Amilum. Apabila dinyatakan positif jika urin atau saliva berwarna biru. Warna biru merupakan reaksi antara amilum dengan KI. Semakin biru berarti kadar KIdalam sampel urin maupun saliva semakin banyak. E. KESIMPULAN Percobaan ini menggambarkan proses absorbsi dengan menggunakann saliva dari probandus. Dari data hasil percobaan tersebut tertera bahwa proses absorbsi dan jumlah obat tereliminasi terjadi pada menit ke-30 hingga ke-75. Percobaan ini membuktikan bahwa obat masuk ke dalam tubuh dengan melewati proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.