Laporan praktikum mengenai absorpsi dan ekskresi obat melalui saliva dan urin. Mahasiswa melakukan uji klinik dengan memberikan kapsul KI kepada probandus dan mengukur kadar KI dalam saliva dan urin setiap 15 menit selama 90 menit. Hasil menunjukkan puncak kadar KI tereliminasi melalui saliva dan urin terjadi pada menit ke-75.
1. LAPORAN PRAKTIKUM
ABSORBSI DAN EKSKRESI
BLOK 10 FARMASI KEDOKTERAN GIGI
Disusun Oleh:
KELOMPOK C SALIVA 2
Vina Widya Putri J2A017017
Finandia Laras Saputri J2A017043
Briliana Ikrimazahra J2A017044
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
2. A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan proses absorpsi, distribusi, metabolism dan
ekskresi obat
2. Mahasiswa dapat menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi absorpsi,
distribusi, metabolism dan ekskresi obat
B. DASAR TEORI
Untuk mencapai tempat bereaksinya obat (site of action) obat harus dapat
menembus sawar biologis yang memisahkan tempat obat bereaksi dan tempat
pemberiannya. Sawar itu dapat hanya terdiri atas satu membrane sel (misalnya dari
luar ke dalam sel) atau banyak sel (misalnya epitel usus dan endotel).
Proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah disebut
absorpsi dan proses beredarnya obat (didalam aliran darah) keseluruh tubuh
(termasuk di dalamnya ke tempat obat bereaksi) disebut distribusi. Oleh sebab itu
obat yang diberikan secara intravena tidak perlu diabsorpsi.
Dengan demikian tempat absorpsi dapat berlangsung di:
Lambung dan usu pada pemberian peroral: tablet biasa, salut gula, salut fim,
sirup, kapsul, puyer, sirup dan suspensi.
Mulut (sublingual dan bucal : tablet lozenges)
Rektum (perektal : supositoria)
Pada mesenterium (pada pemberian intraperitonial)
Bunndel otot rangka ( suntikan intramuscular)
Dinding saluran nafas (perinhalasi)
Kulit (diskus transdermal)
Pemberian obat dalam bentuk sediaan diskus transdermal yang diberikan
secara topical (dibuat mudah diabsorpsi), dapat dimaksudkan untuk terapi sistemik
(misalnya penyakit hipertensi), tetapi sediaan obat dalam bentuk salep (ointment),
krim (cream), dan lotion yang juga digunakan secara topikal pada kulit (sukar
3. diabsorpsi) yang dimaksud untuk terapi lokal (setempat pada daerah itu). Meskipun
demikian sebagian kecil bahwa aktif dari sediaan itu juga diabsorpsi.
Setelah diabsorpsi, obat didalam darah dapat berada dalam bentuk bebas
(tidak terikat) atau dapat pula terikat oleh komponen darah (misalnya albumin) dan
aliran darah obat didistribusikan ke seluruh tubuh. Hanya obat bebas saja yang
dapat menembus sawar biologis (membrane sel dinding pembuluh darah dan sel-
sel lainnya) sehingga mencapai sel sasaran (titik tangkap kerja atau tempat obat
bereaksi), tempat obat dimetabolisme, jaringan penyimpanan, organ yang bertugas
melakukan ekskresi dan sebagainya. Pada tempat obat bereaksi (site of action)
umumnya obat berkaitan (berinteraksi) dengan reseptor untuk kemudian
menimbulkan efek. Obat yang sampai ditempat (organ) yang memetabolisme, obat
akan mengalami perubahan secara biologic (biotransformasi) atau metabolisme
menjadi metabolit agar lebih mudah dikeluarkan dari dalam tubuh (ekskresi).
Meskipun demikian tidak semua obat harus mengalami metabolisme terlebih
dahulu sebelum diekskresi. Obat yang belum mengalami metabolisme juga dapat
lansung diekskresi jika syarat untuk ekskresi terpenuhi.
a) Absorpsi
Absorpsi obat (dari tempat pemberian ke dalam aliran darah
sistemik) dapat terjadi secara difusi (pasif), transport aktif, difusi yang
dipermudah atau dengan pinositosis. Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain koefisien kelarutan obat lemak dan air, ukuran
partikel (berat molekul atau BM), vaskularisasi, luar daerah absorpsi, dan
derajat disosiasi.
Pada pemberian obat secara oral (peroral) kecepatan absorpsi juga
dipengaruhi oleh bentuk sediaan obat, pH lingkungan tempat absorpsi
berlangsung (usus atau lambung), motilitas saluran cerna (misalnya
kecepatan pengosongan lambung) dan adanya makanan atau obat lain dalam
saluran cerna.
b) Distribusi
Distribusi obat seluruh tubuh ditentukan oleh sifat fisikokimiawi
obat (kelarutan dalam lemak dan air, berat molekul, derajat disosiasi),
4. keterikatan obat pada protein plasma dan faktor faali tubuh (curah jantung,
vaskularisasi atau aliran darah dan lipid content jaringan).
Karena pada umumnya obat dapat dengan mudah menembus
dinding pembuluh darah jauh lebih mudah dari pada menembus sawar
(membran) biologis lainnya maka kecepatan distribusi obat ke dalam cairan
ekstraselular (jaringan) lebih ditentukan oleh aliran darah kedalam jaringan
itu sendiri.
c) Eliminasi
Eliminasi terdiri atas proses-proses metabolisme dan ekskresi.
Metabolisme obat merupakan proses perubahan obat yang terjadi karena
aktivitas biologis (biotransformasi), bertujuan memudahkan ekskresi obat.
Untuk itu obat yang umumnya bersifat lipifilik (dan non-polar, tidak terion)
diubah menjadi senyawa lain yang bersifat hidrofilik dan polar. Meskipun
umumnya metabolisme dimaksudkan untuk inaktivasi dan mengakhiri efel
farmakologik (dan juga efek toksik) obat, kadang kala metabolisme justru
menghasilkan metabolit yang lebih aktif atau lebih toksik. Organ utama
yang berperan pada proses biotransformasi ini adalah hepar.
Ekskresi, hampir semua obat dikeluarkan dari dalam tubuh oleh
ginjal. Meskipun demikian beberapa obat juga dieksresikan oleh hati
(melalui empedu ke dalam usus kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh
bersama feses jika tidak terabsorpsi), kelenjar keringat, liur, air mata, susu,
dan paru atau didepo kedalam kuku dan rambut. Ekskresi oleh ginjal
merupakan hasil akhir dari proses-proses filtrasi (oleh glomerulus),
reabsorpsi (oleh sel tubulus ginjal) dan sekresi (oleh tubulus ginjal).
5. a. Probandus
Mahasiswa yang memenuhi syarat sebagai berikut.
1) Tidak ada riwayat penyakit hepar.
2) Tidak ada riwayat penyakit ginjal.
3) Tidak ada riwayat penyakit jantung
4) Tidak ada riwayat penyakit lambung
5) Tidak ada riwayat alergi terhadap yodium
b. Alat
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Pipet tetes
4) Pipet ukur
5) Gelas beaker besar dan kecil
c. Bahan
1) KI 0,2gr dalam kapsul
2) Larutan KI 1%
3) Larutan NaNO2 10%
4) Larutan H2SO4 encer
5) Larutan amilum 1%
d. Cara Kerja
Percobaan ini merupakan suatu uji klinik sehingga diperlukan informed
consent (pernyataan tertulis dari probandus bahwa ia secara sadar dan sukarela
ikut serta dalam percobaan ini setelah mengetahui segala sesuatu tentang
percobaan ini). Tiap kelompok mahasiswa bekerja dengan seorang probandus.
Sebelum minum obat, kosongkanlah kandung kemih, tampunglah urin 3ml dan
saliva 2ml sebelum minum obat. Sampel urin dan saliva ini direaksikan untuk
reaksi nomor 2,3,5 dan 6. Kerjakanlah pula reaksi nomor 1 dan 4. Amati dan
catat perubahan warna yang terjadi.
6. Setelah mengambil sampel urin dan saliva sebelum minum obat,
probandus segera minum kapsul yang berisi KI dengan air 200ml. Catat waktu
(jam) saat minum kapsul KI tersebut. Setelah itu lakukan penampungan saliva
dan urin setiap 15 menit selama waktu 90 menit sesudah minum kapsul KI.
Selama pengambilan sampel setelah minum obat, probandus tidak
diperkenankan minum atau makan. Sampel urin dan saliva setelah minum obat
dikerjakan untuk reaksi nomor 5 dan 6.
Reaksi penetapan kadar yodium dalam saliva dan urin secara kalorimetri
semikuantitatif sebagai berikut.
1) 1ml KI 1% + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
2) 1ml urin + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
3) 1ml saliva + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
4) 1ml KI 1% + 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
5) 1ml urin + 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
6) 1ml saliva + 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 + 1ml amilum 1%
Amati perubahan warna yang terjadi.
Reaksi akan menghasilkan warna biru jika dalam sampel urin dan saliva
ada KI. Hasil pengamatan (semukuantitatif) dinyatakan sebagai negatif (-) jika
tidak ada wrana biru dan positif (+) bila terbentuk warna biru. Bandingkan
dengan tabung pembanding yang tersedia. Cocokkan hasil reaksi anda dan
berilah tanda nilai sesuai tabung pembanding (positif satu(1+), positif dua(2+),
positif tiga(3+), positif empat(4+) dan seterusnya). Warna biru merupakan
reaksi antara amilum dengan J2. Semakin biru berarti kadar KI dalam sampel
urin atau saliva semakin banyak. Masukan ke dalam table (tabulasi) data itu
dan buatlah kurva yang menunjukkan hubungan antar waktu dengan kadar KI
yang diekskresikan melalui urin (dalam urin). Buat pula hal yang sama untuk
saliva.
7. C. HASIL
DATA SALIVA
KELOMPOK
KADAR KI MENIT KE-
0 15 30 45 60 75 90
I 0 62,371 85,341 89,333 71,899 86,530 77,540
II 0 37,164 83,275 84,259 84,259 85,341 70,928
DATA URIN
KELOMPOK
KADAR KI MENIT KE-
0 15 30 45 60 75 90
III 0 12,299 89,333 87,840 81,532 35,921 15,816
IV 0 12,523 73,731 84,259 80,763 47,521 12,577
D. PEMBAHASAN
Rumus Konsentrasi
y = 0,0385870x – 0,379231
x =
y + 0,379231
0,0385870
x T15 =
1,055 + 0,379231
0,0385870
= 37,164 µg/ml, dan seterusnya perhitungan seperti ini untuk konsentrasi pada
T30, T45, T60, T75 dan T90.
DIKETAHUI
MENIT KE-
0 15 30 45 60 75 90
Keterangan
y: absorbansi
x: konsentrasi (µg/ml)
8. ABSORBANSI 0 1,055 2,834 2,872 2,872 2,914 2,358
KONSENTRASI
(µg/ml)
0 37,164 83,275 84,259 84,259 85,341 70,928
Rumus Jumlah Obat Tereliminasi (Ds)
Ds = x . V
Ds T15 = 37,168 x 2
= 74,336 dan seterusnya perhitungan seperti ini untuk Jumlah Obat
Tereliminasi pada T30, T45, T60, T75 dan T90.
DIKETAHUI
MENIT KE-
0 15 30 45 60 75 90
KONSENTRASI
(µg/ml)
0 37,164 83,275 84,259 84,259 85,341 70,928
JUMLAH
OBAT
TERELIMINASI
0 74,328 166,55 168,518 168,518 170,682 141,856
0
37,164
83,275 84,259 84,259 85,341
70,928
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
0 15 30 45 60 75 90
KONSENTRASI
MENIT KE-
GRAFIK KONSENTRASI KI DALAM SALIVA
Keterangan
x: konsentrasi (µg/ml)
V: volume saliva (ml)
9. Dari hasil data diatas kita bisa melihat kadar obat KI dalam urin maupun
saliva setiap 15 menit selama waktu 90 menit. Pada menit ke-15 terjadi proses
absorbsi dan distribusi obat dalam tubuh probandus. Absorbsi sendiri merupakan
proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah sistemik secara
difusi pasif, transport aktif maupun pinositosis. Distribusi merupakan proses
beredarnya obat (di dalam aliran darah) keseluruh tubuh. Pada menit ke-15 ini obat
belum melewati proses perubahan yang terjadi karena aktifitas biologis
(biotransformasi) yang bertujuan untuk memudahkan proses ekskresi obat yaitu
dengan cara merubah molekul yang tadinya non polar menjadi polar. Sedangkan
eksresi merupakan proses pengeluaran dan penyerapan kembali zat-zat yang masih
diperlukan oleh tubuh. Proses ekskresi terdiri atas proses filtrasi (glomerulus),
reabsorpsi dan augmentasi (tubulus ginjal). Puncak tereliminasi terdapat pada menit
ke-75. Hasil akhir pada menit ke-90 warna urin sudah tampak tidak begitu biru, ini
menunjukkan bahwa kandungan obat KI di dalam urin atau saliva perlahan
berkurang.
Dari hasil warna pada sampel urin maupun saliva, didapatkan:
- Pada menit ke -0 : tidak berwarna biru : negatif
- Pada menit ke -15 : berwana biru : positif
- Pada menit ke -30 : berwarna biru : positif
- Pada menit ke -45 : berwarna biru : positif
0
74,328
166,550 168,518 168,518 170,682
141,856
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
0 15 30 45 60 75 90
JUMLAHOBATTERELIMINASI
MENIT KE-
GRAFIK JUMLAH OBAT TERELIMINASI
10. - Pada menit ke -60 : berwana biru : positif
- Pada menit ke -75 : berwarna biru : positif
- Pada menit ke 90 : berwarna biru : positif
Hasil pengamatan dinyatakan sebagai negatif jika tidak terdapat warna biru didalam
urin maupun saliva setelah diberikan NaNO2 ,H2SO4 dan Amilum. Apabila
dinyatakan positif jika urin atau saliva berwarna biru. Warna biru merupakan reaksi
antara amilum dengan KI. Semakin biru berarti kadar KIdalam sampel urin maupun
saliva semakin banyak.
E. KESIMPULAN
Percobaan ini menggambarkan proses absorbsi dengan menggunakann
saliva dari probandus. Dari data hasil percobaan tersebut tertera bahwa proses
absorbsi dan jumlah obat tereliminasi terjadi pada menit ke-30 hingga ke-75.
Percobaan ini membuktikan bahwa obat masuk ke dalam tubuh dengan melewati
proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.