SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
DENTAL INDICES
VINA WIDYA PUTRI
J2A017017
Terdapat 4 area utama dalam penyakit periodontal, yang mana
indeksnya yang diperlukan antara lain:
Plaque atau deposit yang
lunak pada gigi
Kalkulus
Gingivitis
Periodontal destruction or
loss of attachment
• Dental Caries
• Fluorosis
• Malocclusion
Periodontal index
◦ Rusel (1956) menggambarkan indeks untuk mengukur penyakt periodontal yang dapat di
gunakan dalam survey populasi.
◦ Dapat didasarkan pada pemeriksaan klins atau dapat menggunakan x-ray jika tersedia.Hal itu
lebih menekankan pada penyakit lanjut.
◦ Dalam studi epidemiologi, PI digunakan untuk menentukan status penyakit periodontal
populasi.
◦ Penggunaan yang luas memiliki alasan,karena kemudahan penggunaan.kejelasan kriteria,dan
komparabilitas hasil yang masuk akal
◦ Setiap gigi dinilai sesuai kondisi jaringan disekitarnya.pada pemeriksaan ,setiap gigi diberi skor
menggunakan kriteria tersebut;
◦ 1.setiap gigi diberi skor secara terpisah sesuai dengan kriteria berikut
◦ 2.Aturan :jika ragu tetapkan skor yang rendah.
Kriteria penilaian untuk periodontal indeks◦
Kriteria untuk studi lapangan Tambahan Kriteria X-ray Skor
Negatif (baik peradangan terbuka
pada jaringan melekat, maupun
hilangnya fungsi akibat rusaknya
jaringan pendukung)
Gambaran radiografi normal 0
Gingivitis ringan (area peradangan
terbuka pada gingiva bebas) tetapi
daerah ini tidak membatasi gigi
gingivitis (peradangan sepenuhnya
membatasi gigi)
1
Gingivitis (inflamasi komplit
gigi, tetapi tidak ada keruskan pada
perlekatan epitel
2
Tidak digunakan dalam studi Awal, tidak seperti resopsi alveolar crast 3
Gingivitis dengan pembentukan
(perlekatan epitel rusak, dan ada
poket. Tidak ada gangguan pada
fungsi pengunyahan normal, gigi
kencang pada soketnya dan belum
melayang).
Kehilangan tulang horizontal yang melibatkan seluruh
puncak alveolar, hingga setelah dari Panjang akar gigi
(jarak dari puncak ke dentinoenamel junction).
6
Parah kerusakan lanjut fungsi
pengunyahan (gigi mungkin longgar,
gigi mungkin telah melayang, gigi
mungkin terdengar kusam pada
perkusi dengan instrument logam,
mungkin pertekan pada soketnya).
Kehilangan tulang parah, melibatakan lebih dari
setengan Panjang akar gigi atau poket intrabony
dengan terjadi pelebaran membrane periodontal yang
pasti. Munking ada resorpsi akar, atau rarefaction di
apex.
8
Periodontal index
◦ Nilai skor (1,2, 6 dan 8) berhubungan dengan tahapan penyakit yang di nilai dalam survey
epidemiologi dengan kondisi penyakit dari ginggivitis berat menjadi penyakit periodontal destruktif
yang jelas dengan adanya loss attchment .PI dapat dianggap sebagai skala interval yang baru.
Skor PI dihitung dengan cara,skor setiap gigi ditambahkan,dan total dibagi dengan jumlah gigi yang
diperiksa.skor dapat diartikan sebagai berikut;
◦ Skor individu = rata-rata(skor semua gigi
skor populasi = rata-rata (skor individu dalam populasi yang diperksa)
0,0 – 0,2 Jaringan pendukung normal secara
klinis.
0,3 – 0,9 Gingivitis sederhana.
0,7 – 1,9 Awal penyakit periodontal yang
merusak
1,6 – 5,0 Menetapkan penyakit periodontal
yang merusak
3,8 – 8,0 Penyakit periodontal terminal
PERIODONTAL DISEASE INDEX (PDI)
◦ Oleh Ramfjord 1959, untuk menilai tingkat pocket.
◦ Gigi yang diperiksa : 16,21,24,36,41,44. Jika ada gigi yang hilang/ tidak erupsi tidak dilakukan,
maka hanya gigi yang ada yang diperiksa.
◦ Scoring PDI
◦ Individu : tambahkan skor untuk masing maisng gigi dan bagi dengan jumlah gigi yang
diperiksa. Berkisar 0-6
◦ Group : total skor PDI individu dibagi dengan jumlah individu yang diperiksa.
PERIODONTAL DISEASE INDEX (PDI)
GINGIVAL INDEX
◦ Menentukan derajat inflamasi gingiva yang diperkenalkan oleh Loe and Silness.
◦ Pengukuran dilakukan pada gigi 16, 12, 24, 36, 32, dan 44. Setiap gigi dibagi ke dalam empat
unit penilaian:
1. Papila disto labial
2. Margin gingiva labial
3. Papila mesio labial
4. Margin gingiva lingual keseluruhan
◦ Cara Pemeriksaan
Probe digunakan untuk menekan gingiva untuk menentukan derajat ketegasan, dan
berjalan sepanjang dinding jaringan lunak yang berdekatan pintu masuk ke sulcus gingiva
GINGIVAL INDEX
◦ SCORING CRITERIA
SCORE INTERPRETASI
0 Gingiva normal
1 Peradangan normal: sedikit perubahan
warna, sedikit edema, BOP (-)
2 Peradangan sedang: edema kemerahan. BOP
(+)
3 Peradangan parah: ditandai kemerahan dan
edema. Ulserasi cenderung berdarah
spontan
GINGIVAL INDEX
◦ CARA PERHTUNGAN
Setiap permukaan diberi skor, kemudian skor dari setiap permukaan gigi yang diperiksa
dijumlahkan dan dibagi 4 jumlah permukaan yang diperiksa. Total skor dibagi dengan jumlah gigi
yang diperiksa merupakan hasil skor GI perorang.
GI = Jumlah skor keseluruhan/4
Jumlah gigi yang diperiksa
<0.1 Sangat baik
0,1 - 1,0 Gingivitis ringan
1,1 - 2,0 Gingivitis sedang
2,1 – 3,0 Gingivitis parah
Community Periodontal Index of
Treatment Needs (CPITN)
◦ Oleh kerjasama antara FDI-WHO mendukung
penggunaan CPITN untuk kebutuhan
perawatan penyakit periodontal dalam
populasi. Penilaian ada tidaknya pocket
periodontal, kalkulus dan perdarahan gingiva.
◦ Untuk epidemiologis dewasa 10 tahun indeks
gigi diperiksa, untuk dibawah 20 tahun hanya 6
indeks gigi yang diperiksa
◦ Gigi yang diperksa : Total 6 sektan
◦ Molar 3 tidak digunakan kecuali menggantikan
molar 2
Rahang atas Rahang bawah
Sektan 1 = 17 – 14 Sektan 4 = 37 – 34
Sektan 2 = 13 – 23 Sektan 5 = 33 – 43
Sektan 3 = 24 – 27 Sektan 6 = 44 – 47
Community Periodontal Index of
Treatment Needs (CPITN)
Usia 20 tahun dan lebih yang diperiksa 10 gigi yaitu : 17 16 11 26 27 47 46 31 36 37.
Usia muda hingga 19 tahun yang diperiksa 6 gigi index yaitu : 16 11 26 46 31 36. Gigi molar dua
tidak termasuk index
Setiap satu sektan hanya dipilih 1 skor yaitu yang tertinggi
Ketika memeriksa anak kurang dari 15 tahun, pocket tidak di catat
INTERPRETASI
0 Tidak ada tanda-tanda peradangan atau
kantung.
1 Pendarahan gingiva setelah pemeriksaan.
2 Kalkulus supragingiva atau subgingiva hadir.
3 Kantong patologis 4,0 hingga 5,5 mm.
4 Kantong patologis 6 mm atau lebih.
KATEGORI PERAWATAN
0 Tidak ada perawatan (kode 0 saja)
1 Peningkatan kebersihan mulut (hanya kode 1)
2 Kategori I + scaling (kode 2 dan 3)
3 Kategori I + II + perawatan periodontal
kompleks (kode 2, 3, dan 4)
COMMUNITY PERIODONTAL INDEX
(CPI)
Indikator : pendarahan gingiva, kalkulus, dan pocket periodontal
Sektan : 18-14, 13-23, 24-28, 38-34, 33-43, dan 44-48 hanya untuk gigi yang utuh dan tidak
indikasi ekstraksi
Pemilihan gigi dewasa umur 20 tahun keatas : 17 16 11 26 27 47 46 31 36 37
Setiap satu sektan hanya dipilih 1 skor yaitu yang tertinggi
Ketika memeriksa anak kurang dari 15 tahun, pocket tidak di catat
COMMUNITY PERIODONTAL INDEX
(CPI)
PLAQUE CONTROL RECORD
◦ Dibuat oleh O’leary, Drake TJ, dan Naylor JE (1972)
◦ Semua gigi diperiksa. Jika ada gigi yang hilang, maka tidak dinilai, namun ditandai.
◦ Ada 4 permukaan yang di periksa, yaitu fasial, lingual, mesial distal. Namun, bisa juga diperiksa
dengan 6 bagian, yaitu fasial atau bukal, mesiofasial, mesiolingual, lingual, distolingual, dan
distofasial.
◦ Digunakan disclosing agent.
PENJELASAN
SULKUS GINGIVA
• Sulcus Gingiva adalah celah atau ruang dangkal yang mengelilingi gigi, yang dibatasi oleh
permukaan gigi di satu sisi dan epitel yang melapisi margin gingiva di sisi lain.
• Dalam kondisi yang benar-benar normal atau ideal, kedalaman sulkus gingiva adalah 0mm atau
mendekati 0mm. Kondisi normal yang ketat ini hanya dapat ditemui secara eksperimental pada
hewan yang bebas kuman atau setelah kontrol plak yang intens dan berkepanjangan
• Pada gingiva manusia yang sehat, secara klinis, sulkus dengan kedalaman tertentu dapat
ditemukan. Kedalaman sulkus ini, sebagaimana ditentukan dalam bagian histologis, telah
dilaporkan sebagai 1,8 mm, dengan variasi dari 0 hingga 6 mm; penelitian lain juga melaporkan 1,5
mm dan 0,69 mm.
• Kedalaman probing tidak harus persis sama dengan kedalaman histologis sulkus. Yang disebut
kedalaman probing dari sulkus gingiva normal, secara klinis pada manusia adalah 2 sampai 3 mm
Newman and Carranza Clinical Periodontology 13th Edition (2019 Elsevier)
MEKANISME PEMBENTUKAN DENTAL
PLAK
Proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi beberapa fase:
1. Pembentukan pelikel pada permukaan
2. Initial Adhesion/Attachment dari bakteri
3. Kolonisasi / Maturasi plak
PEMBENTUKAN PELIKEL
• Semua permukaan di rongga mulut, termasuk jaringan keras dan lunak, dilapisi dengan lapisan
yang terdiri material organik yang dikenal sebagai ‘aquired pelice’.
• Pelikel pada permukaan gigi terdiri dari lebih 180 peptides, proteins, dan glycoproteins,
termasuk keratins, mucins, proline-rich proteins, phosphoproteins (seperti statherin), histidine-
rich proteins, dan molekul lain yang dapat berfungsi sebagai tempat perlekatan/adhesion
(receptor) bagi bakteri.
• Salivary pellicle dapat terdeteksi pada permukaan enamel yang bersih dalam 1 menit.
• Bakteri yang menempel pada permukaan gigi tidak langsung berkontak dengan enamel, tetapi
berkontak dengan acquired enamel pellicle.
INITIAL ADHESION/ATTACHMENT DARI
BAKTERI
• The initial steps of transport and interaction with the surface are essentially nonspeciic (i.e., they
are the same for all bacteria).
• The specific interactions between microbial cell surface “adhesin” molecules and receptors in the
salivary pellicle determine whether a bacterial cell will remain associated with the surface. Only a
relatively small proportion of oral bacteria possess adhesins that interact with receptors in the
host pellicle, and these organisms are generally the most abundant bacteria in biofilms on tooth
enamel shortly after cleaning.
• Over the first 4 to 8 hours, the genus Streptococcus tends to dominate, usually accounting for
>20% of bacteria present.
• Other bacteria that commonly present at this time include species that cannot survive without
oxygen (obligate aerobes), such as Haemophilus spp. and Neisseria spp., as well as organisms
that can grow in the presence or absence of oxygen (facultative anaerobes), including
Actinomyces spp. and Veillonella spp.
• These species are considered the “primary colonizers” of tooth surfaces. The primary colonizers
provide new binding sites for adhesion by other oral bacteria. The metabolic activity of the
primary colonizers modiies the local microenvironment in ways that can inluence the ability of
other bacteria to survive in the dental plaque bioilm. For example, by removing oxygen, the
primary colonizers provide conditions of low oxygen tension that permit the survival and growth
of obligate anaerobes.
• The initial steps in colonization of teeth by bacteria occur in three phases: Phase 1 is transport to
the surface; phase 2 is initial reversible adhesion; and phase 3 is strong attachment.
KOLONISASI / MATURASI PLAK
• The primary colonizing bacteria adhered to the tooth surface provide new receptors for attachment by other
bacteria as part of a process known as coadhesion.
• Together with the growth of adherent microorganisms, coadhesion leads to the development of microcolonies and
eventually to a mature biofilm.
• Secondary colonizers do not initially colonize clean tooth surfaces but rather adhere to bacteria that are already in
the plaque mass.
• Phase 1: Transport to the Surface
The first stage involves the initial transport of the bacterium to the tooth surface. Random contacts may
occur, for example, through Brownian motion (average displacement, 40 µm/hour), through sedimentation of
microorganisms, through liquid low (several orders of magnitude faster than diffusion), or through active
bacterial movement (chemotactic activity). However, relatively few oral bacteria are motile, and forces such as
saliva low or mechanical contact between oral soft tissues and teeth are almost certainly more important
than swimming for bringing the primary colonizing bacteria into contact with teeth.
• Phase 2: Initial Adhesion
• Phase 3: Strong Attachment
After initial adhesion, a firm anchorage between the bacterium and the surface is established. On a rough
surface, bacteria are more protected against shear forces so that a change from reversible to irreversible
binding may occur more easily and more frequently. The binding between the bacteria and the pellicle is
mediated by speciic adhesins on the bacterial cell surface (usually proteins) and complementary receptors
(proteins, glycoproteins, or polysaccharides) in the acquired pellicle. The binding between the bacteria and
the pellicle is mediated by speciic adhesins on the bacterial cell surface (usually proteins) and
complementary receptors (proteins, glycoproteins, or polysaccharides) in the acquired pellicle.
Newman and Carranza Clinical Periodontology 13th Edition (2019 Elsevier)
BAKTERI PENYAKIT JARINGAN
PERIODONTAL
Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics (2011 Jaypee)

More Related Content

What's hot

Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa07051994
 
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...Tenri Ashari Wanahari
 
3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2asih gahayu
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3RSIGM
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1hasril hasanuddin
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitasfirman putra sujai
 
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanAnastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanrizkyautama
 
Endodontic 8
Endodontic 8Endodontic 8
Endodontic 8RSIGM
 
SETTING TIME ALGINATE
SETTING TIME ALGINATE SETTING TIME ALGINATE
SETTING TIME ALGINATE devita nuryco
 
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulouspenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulousMira Khairunnisa
 
9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atas9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atashasril hasanuddin
 
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiLaporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiVina Widya Putri
 
Alat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikAlat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikERA MULIANA SADARI
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiVina Widya Putri
 

What's hot (20)

Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa
 
Kavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rkKavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rk
 
Tugas laporan tutorial
Tugas laporan tutorialTugas laporan tutorial
Tugas laporan tutorial
 
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
 
3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2
 
prinsip preparasi
prinsip preparasiprinsip preparasi
prinsip preparasi
 
Dental asistant ii
Dental asistant iiDental asistant ii
Dental asistant ii
 
Direct retainers
Direct retainersDirect retainers
Direct retainers
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
 
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanAnastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
 
Restorasi gigi sulung
Restorasi gigi sulungRestorasi gigi sulung
Restorasi gigi sulung
 
Endodontic 8
Endodontic 8Endodontic 8
Endodontic 8
 
SETTING TIME ALGINATE
SETTING TIME ALGINATE SETTING TIME ALGINATE
SETTING TIME ALGINATE
 
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulouspenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
 
9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atas9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atas
 
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiLaporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
 
Alat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikAlat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrik
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
 

Similar to Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)

BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdfBUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdfssusere15b7a
 
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalEpidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalDellery Usman
 
Resume gingivitis dwi rama
Resume gingivitis dwi ramaResume gingivitis dwi rama
Resume gingivitis dwi ramaAfiz Zullah
 
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptx
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptxPREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptx
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptxMuhammadAsyrafi2
 
responsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita reskyresponsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita reskyasrioktavinawulandar
 
4646 laporan skill lab periodonsia
4646 laporan skill lab periodonsia4646 laporan skill lab periodonsia
4646 laporan skill lab periodonsiastraw roulette
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Vincent Tannius
 
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...Universitas Sumatera Utara
 
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1andiprasetya42
 
Survai kesehatan gigi dan mulut
Survai kesehatan gigi dan mulut Survai kesehatan gigi dan mulut
Survai kesehatan gigi dan mulut KacHuk EmPty
 
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptxChristYanuar
 
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigiGambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigiSeptian Muna Barakati
 
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Univ.Moestopo
 
60_Dinda Tri Andine (PJKGD).pdf
60_Dinda Tri Andine (PJKGD).pdf60_Dinda Tri Andine (PJKGD).pdf
60_Dinda Tri Andine (PJKGD).pdfdindatriandine
 

Similar to Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi) (20)

BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdfBUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
 
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalEpidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
 
Resume gingivitis dwi rama
Resume gingivitis dwi ramaResume gingivitis dwi rama
Resume gingivitis dwi rama
 
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptx
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptxPREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptx
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptx
 
Skenario 1
Skenario 1Skenario 1
Skenario 1
 
responsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita reskyresponsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita resky
 
4646 laporan skill lab periodonsia
4646 laporan skill lab periodonsia4646 laporan skill lab periodonsia
4646 laporan skill lab periodonsia
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2
 
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...
 
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
 
Survai kesehatan gigi dan mulut
Survai kesehatan gigi dan mulut Survai kesehatan gigi dan mulut
Survai kesehatan gigi dan mulut
 
kasus gigi
kasus gigikasus gigi
kasus gigi
 
228557464 kti-kesehatan-gigi
228557464 kti-kesehatan-gigi228557464 kti-kesehatan-gigi
228557464 kti-kesehatan-gigi
 
Gingivitis
GingivitisGingivitis
Gingivitis
 
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
 
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigiGambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi
 
Gingival index.pptx
Gingival index.pptxGingival index.pptx
Gingival index.pptx
 
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
 
jurnal paedo
jurnal paedojurnal paedo
jurnal paedo
 
60_Dinda Tri Andine (PJKGD).pdf
60_Dinda Tri Andine (PJKGD).pdf60_Dinda Tri Andine (PJKGD).pdf
60_Dinda Tri Andine (PJKGD).pdf
 

More from Vina Widya Putri

Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenReccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenVina Widya Putri
 
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...Vina Widya Putri
 
Lesi Rongga Mulut Akibat Virus
Lesi Rongga Mulut Akibat VirusLesi Rongga Mulut Akibat Virus
Lesi Rongga Mulut Akibat VirusVina Widya Putri
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiVina Widya Putri
 
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi ObatLaporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi ObatVina Widya Putri
 
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Vina Widya Putri
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteVina Widya Putri
 
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelTutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelVina Widya Putri
 
Tutorial Behavior Management Anak
Tutorial Behavior Management AnakTutorial Behavior Management Anak
Tutorial Behavior Management AnakVina Widya Putri
 
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAK
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAKLaporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAK
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAKVina Widya Putri
 
Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7Vina Widya Putri
 
Premolar kedua rahang atas
Premolar kedua rahang atasPremolar kedua rahang atas
Premolar kedua rahang atasVina Widya Putri
 
Premolar pertama rahang atas
Premolar pertama rahang atasPremolar pertama rahang atas
Premolar pertama rahang atasVina Widya Putri
 
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)Vina Widya Putri
 
Laporan Praktikum Biokimia Darah dan Pemeriksaan Kandungan Senyawa dalam Darah
Laporan Praktikum Biokimia Darah dan Pemeriksaan Kandungan Senyawa dalam DarahLaporan Praktikum Biokimia Darah dan Pemeriksaan Kandungan Senyawa dalam Darah
Laporan Praktikum Biokimia Darah dan Pemeriksaan Kandungan Senyawa dalam DarahVina Widya Putri
 
Laporan Pendidikan Kewarganegaraan (Persepsi dan Penerapan Wawasan Nusantara ...
Laporan Pendidikan Kewarganegaraan (Persepsi dan Penerapan Wawasan Nusantara ...Laporan Pendidikan Kewarganegaraan (Persepsi dan Penerapan Wawasan Nusantara ...
Laporan Pendidikan Kewarganegaraan (Persepsi dan Penerapan Wawasan Nusantara ...Vina Widya Putri
 
Indonesia Bebas Karies 2020
Indonesia Bebas Karies 2020Indonesia Bebas Karies 2020
Indonesia Bebas Karies 2020Vina Widya Putri
 
Tugas Bahasa Indonesia Diksi
Tugas Bahasa Indonesia DiksiTugas Bahasa Indonesia Diksi
Tugas Bahasa Indonesia DiksiVina Widya Putri
 

More from Vina Widya Putri (20)

Infeksi Odontogenik
Infeksi OdontogenikInfeksi Odontogenik
Infeksi Odontogenik
 
Lesi Pigmentasi
Lesi PigmentasiLesi Pigmentasi
Lesi Pigmentasi
 
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenReccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
 
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
 
Lesi Rongga Mulut Akibat Virus
Lesi Rongga Mulut Akibat VirusLesi Rongga Mulut Akibat Virus
Lesi Rongga Mulut Akibat Virus
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
 
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi ObatLaporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
 
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & Crossbite
 
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelTutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
 
Tutorial Behavior Management Anak
Tutorial Behavior Management AnakTutorial Behavior Management Anak
Tutorial Behavior Management Anak
 
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAK
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAKLaporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAK
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAK
 
Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7
 
Premolar kedua rahang atas
Premolar kedua rahang atasPremolar kedua rahang atas
Premolar kedua rahang atas
 
Premolar pertama rahang atas
Premolar pertama rahang atasPremolar pertama rahang atas
Premolar pertama rahang atas
 
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)
 
Laporan Praktikum Biokimia Darah dan Pemeriksaan Kandungan Senyawa dalam Darah
Laporan Praktikum Biokimia Darah dan Pemeriksaan Kandungan Senyawa dalam DarahLaporan Praktikum Biokimia Darah dan Pemeriksaan Kandungan Senyawa dalam Darah
Laporan Praktikum Biokimia Darah dan Pemeriksaan Kandungan Senyawa dalam Darah
 
Laporan Pendidikan Kewarganegaraan (Persepsi dan Penerapan Wawasan Nusantara ...
Laporan Pendidikan Kewarganegaraan (Persepsi dan Penerapan Wawasan Nusantara ...Laporan Pendidikan Kewarganegaraan (Persepsi dan Penerapan Wawasan Nusantara ...
Laporan Pendidikan Kewarganegaraan (Persepsi dan Penerapan Wawasan Nusantara ...
 
Indonesia Bebas Karies 2020
Indonesia Bebas Karies 2020Indonesia Bebas Karies 2020
Indonesia Bebas Karies 2020
 
Tugas Bahasa Indonesia Diksi
Tugas Bahasa Indonesia DiksiTugas Bahasa Indonesia Diksi
Tugas Bahasa Indonesia Diksi
 

Recently uploaded

KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 

Recently uploaded (20)

KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 

Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)

  • 1. DENTAL INDICES VINA WIDYA PUTRI J2A017017
  • 2. Terdapat 4 area utama dalam penyakit periodontal, yang mana indeksnya yang diperlukan antara lain: Plaque atau deposit yang lunak pada gigi Kalkulus Gingivitis Periodontal destruction or loss of attachment • Dental Caries • Fluorosis • Malocclusion
  • 3.
  • 4.
  • 5. Periodontal index ◦ Rusel (1956) menggambarkan indeks untuk mengukur penyakt periodontal yang dapat di gunakan dalam survey populasi. ◦ Dapat didasarkan pada pemeriksaan klins atau dapat menggunakan x-ray jika tersedia.Hal itu lebih menekankan pada penyakit lanjut. ◦ Dalam studi epidemiologi, PI digunakan untuk menentukan status penyakit periodontal populasi. ◦ Penggunaan yang luas memiliki alasan,karena kemudahan penggunaan.kejelasan kriteria,dan komparabilitas hasil yang masuk akal ◦ Setiap gigi dinilai sesuai kondisi jaringan disekitarnya.pada pemeriksaan ,setiap gigi diberi skor menggunakan kriteria tersebut; ◦ 1.setiap gigi diberi skor secara terpisah sesuai dengan kriteria berikut ◦ 2.Aturan :jika ragu tetapkan skor yang rendah.
  • 6. Kriteria penilaian untuk periodontal indeks◦ Kriteria untuk studi lapangan Tambahan Kriteria X-ray Skor Negatif (baik peradangan terbuka pada jaringan melekat, maupun hilangnya fungsi akibat rusaknya jaringan pendukung) Gambaran radiografi normal 0 Gingivitis ringan (area peradangan terbuka pada gingiva bebas) tetapi daerah ini tidak membatasi gigi gingivitis (peradangan sepenuhnya membatasi gigi) 1 Gingivitis (inflamasi komplit gigi, tetapi tidak ada keruskan pada perlekatan epitel 2 Tidak digunakan dalam studi Awal, tidak seperti resopsi alveolar crast 3 Gingivitis dengan pembentukan (perlekatan epitel rusak, dan ada poket. Tidak ada gangguan pada fungsi pengunyahan normal, gigi kencang pada soketnya dan belum melayang). Kehilangan tulang horizontal yang melibatkan seluruh puncak alveolar, hingga setelah dari Panjang akar gigi (jarak dari puncak ke dentinoenamel junction). 6 Parah kerusakan lanjut fungsi pengunyahan (gigi mungkin longgar, gigi mungkin telah melayang, gigi mungkin terdengar kusam pada perkusi dengan instrument logam, mungkin pertekan pada soketnya). Kehilangan tulang parah, melibatakan lebih dari setengan Panjang akar gigi atau poket intrabony dengan terjadi pelebaran membrane periodontal yang pasti. Munking ada resorpsi akar, atau rarefaction di apex. 8
  • 7. Periodontal index ◦ Nilai skor (1,2, 6 dan 8) berhubungan dengan tahapan penyakit yang di nilai dalam survey epidemiologi dengan kondisi penyakit dari ginggivitis berat menjadi penyakit periodontal destruktif yang jelas dengan adanya loss attchment .PI dapat dianggap sebagai skala interval yang baru. Skor PI dihitung dengan cara,skor setiap gigi ditambahkan,dan total dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.skor dapat diartikan sebagai berikut; ◦ Skor individu = rata-rata(skor semua gigi skor populasi = rata-rata (skor individu dalam populasi yang diperksa) 0,0 – 0,2 Jaringan pendukung normal secara klinis. 0,3 – 0,9 Gingivitis sederhana. 0,7 – 1,9 Awal penyakit periodontal yang merusak 1,6 – 5,0 Menetapkan penyakit periodontal yang merusak 3,8 – 8,0 Penyakit periodontal terminal
  • 8. PERIODONTAL DISEASE INDEX (PDI) ◦ Oleh Ramfjord 1959, untuk menilai tingkat pocket. ◦ Gigi yang diperiksa : 16,21,24,36,41,44. Jika ada gigi yang hilang/ tidak erupsi tidak dilakukan, maka hanya gigi yang ada yang diperiksa. ◦ Scoring PDI ◦ Individu : tambahkan skor untuk masing maisng gigi dan bagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Berkisar 0-6 ◦ Group : total skor PDI individu dibagi dengan jumlah individu yang diperiksa.
  • 10. GINGIVAL INDEX ◦ Menentukan derajat inflamasi gingiva yang diperkenalkan oleh Loe and Silness. ◦ Pengukuran dilakukan pada gigi 16, 12, 24, 36, 32, dan 44. Setiap gigi dibagi ke dalam empat unit penilaian: 1. Papila disto labial 2. Margin gingiva labial 3. Papila mesio labial 4. Margin gingiva lingual keseluruhan ◦ Cara Pemeriksaan Probe digunakan untuk menekan gingiva untuk menentukan derajat ketegasan, dan berjalan sepanjang dinding jaringan lunak yang berdekatan pintu masuk ke sulcus gingiva
  • 11. GINGIVAL INDEX ◦ SCORING CRITERIA SCORE INTERPRETASI 0 Gingiva normal 1 Peradangan normal: sedikit perubahan warna, sedikit edema, BOP (-) 2 Peradangan sedang: edema kemerahan. BOP (+) 3 Peradangan parah: ditandai kemerahan dan edema. Ulserasi cenderung berdarah spontan
  • 12. GINGIVAL INDEX ◦ CARA PERHTUNGAN Setiap permukaan diberi skor, kemudian skor dari setiap permukaan gigi yang diperiksa dijumlahkan dan dibagi 4 jumlah permukaan yang diperiksa. Total skor dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa merupakan hasil skor GI perorang. GI = Jumlah skor keseluruhan/4 Jumlah gigi yang diperiksa <0.1 Sangat baik 0,1 - 1,0 Gingivitis ringan 1,1 - 2,0 Gingivitis sedang 2,1 – 3,0 Gingivitis parah
  • 13. Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) ◦ Oleh kerjasama antara FDI-WHO mendukung penggunaan CPITN untuk kebutuhan perawatan penyakit periodontal dalam populasi. Penilaian ada tidaknya pocket periodontal, kalkulus dan perdarahan gingiva. ◦ Untuk epidemiologis dewasa 10 tahun indeks gigi diperiksa, untuk dibawah 20 tahun hanya 6 indeks gigi yang diperiksa ◦ Gigi yang diperksa : Total 6 sektan ◦ Molar 3 tidak digunakan kecuali menggantikan molar 2 Rahang atas Rahang bawah Sektan 1 = 17 – 14 Sektan 4 = 37 – 34 Sektan 2 = 13 – 23 Sektan 5 = 33 – 43 Sektan 3 = 24 – 27 Sektan 6 = 44 – 47
  • 14. Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) Usia 20 tahun dan lebih yang diperiksa 10 gigi yaitu : 17 16 11 26 27 47 46 31 36 37. Usia muda hingga 19 tahun yang diperiksa 6 gigi index yaitu : 16 11 26 46 31 36. Gigi molar dua tidak termasuk index Setiap satu sektan hanya dipilih 1 skor yaitu yang tertinggi Ketika memeriksa anak kurang dari 15 tahun, pocket tidak di catat INTERPRETASI 0 Tidak ada tanda-tanda peradangan atau kantung. 1 Pendarahan gingiva setelah pemeriksaan. 2 Kalkulus supragingiva atau subgingiva hadir. 3 Kantong patologis 4,0 hingga 5,5 mm. 4 Kantong patologis 6 mm atau lebih. KATEGORI PERAWATAN 0 Tidak ada perawatan (kode 0 saja) 1 Peningkatan kebersihan mulut (hanya kode 1) 2 Kategori I + scaling (kode 2 dan 3) 3 Kategori I + II + perawatan periodontal kompleks (kode 2, 3, dan 4)
  • 15. COMMUNITY PERIODONTAL INDEX (CPI) Indikator : pendarahan gingiva, kalkulus, dan pocket periodontal Sektan : 18-14, 13-23, 24-28, 38-34, 33-43, dan 44-48 hanya untuk gigi yang utuh dan tidak indikasi ekstraksi Pemilihan gigi dewasa umur 20 tahun keatas : 17 16 11 26 27 47 46 31 36 37 Setiap satu sektan hanya dipilih 1 skor yaitu yang tertinggi Ketika memeriksa anak kurang dari 15 tahun, pocket tidak di catat
  • 17. PLAQUE CONTROL RECORD ◦ Dibuat oleh O’leary, Drake TJ, dan Naylor JE (1972) ◦ Semua gigi diperiksa. Jika ada gigi yang hilang, maka tidak dinilai, namun ditandai. ◦ Ada 4 permukaan yang di periksa, yaitu fasial, lingual, mesial distal. Namun, bisa juga diperiksa dengan 6 bagian, yaitu fasial atau bukal, mesiofasial, mesiolingual, lingual, distolingual, dan distofasial. ◦ Digunakan disclosing agent.
  • 19. SULKUS GINGIVA • Sulcus Gingiva adalah celah atau ruang dangkal yang mengelilingi gigi, yang dibatasi oleh permukaan gigi di satu sisi dan epitel yang melapisi margin gingiva di sisi lain. • Dalam kondisi yang benar-benar normal atau ideal, kedalaman sulkus gingiva adalah 0mm atau mendekati 0mm. Kondisi normal yang ketat ini hanya dapat ditemui secara eksperimental pada hewan yang bebas kuman atau setelah kontrol plak yang intens dan berkepanjangan • Pada gingiva manusia yang sehat, secara klinis, sulkus dengan kedalaman tertentu dapat ditemukan. Kedalaman sulkus ini, sebagaimana ditentukan dalam bagian histologis, telah dilaporkan sebagai 1,8 mm, dengan variasi dari 0 hingga 6 mm; penelitian lain juga melaporkan 1,5 mm dan 0,69 mm. • Kedalaman probing tidak harus persis sama dengan kedalaman histologis sulkus. Yang disebut kedalaman probing dari sulkus gingiva normal, secara klinis pada manusia adalah 2 sampai 3 mm Newman and Carranza Clinical Periodontology 13th Edition (2019 Elsevier)
  • 20. MEKANISME PEMBENTUKAN DENTAL PLAK Proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi beberapa fase: 1. Pembentukan pelikel pada permukaan 2. Initial Adhesion/Attachment dari bakteri 3. Kolonisasi / Maturasi plak
  • 21. PEMBENTUKAN PELIKEL • Semua permukaan di rongga mulut, termasuk jaringan keras dan lunak, dilapisi dengan lapisan yang terdiri material organik yang dikenal sebagai ‘aquired pelice’. • Pelikel pada permukaan gigi terdiri dari lebih 180 peptides, proteins, dan glycoproteins, termasuk keratins, mucins, proline-rich proteins, phosphoproteins (seperti statherin), histidine- rich proteins, dan molekul lain yang dapat berfungsi sebagai tempat perlekatan/adhesion (receptor) bagi bakteri. • Salivary pellicle dapat terdeteksi pada permukaan enamel yang bersih dalam 1 menit. • Bakteri yang menempel pada permukaan gigi tidak langsung berkontak dengan enamel, tetapi berkontak dengan acquired enamel pellicle.
  • 22. INITIAL ADHESION/ATTACHMENT DARI BAKTERI • The initial steps of transport and interaction with the surface are essentially nonspeciic (i.e., they are the same for all bacteria). • The specific interactions between microbial cell surface “adhesin” molecules and receptors in the salivary pellicle determine whether a bacterial cell will remain associated with the surface. Only a relatively small proportion of oral bacteria possess adhesins that interact with receptors in the host pellicle, and these organisms are generally the most abundant bacteria in biofilms on tooth enamel shortly after cleaning. • Over the first 4 to 8 hours, the genus Streptococcus tends to dominate, usually accounting for >20% of bacteria present. • Other bacteria that commonly present at this time include species that cannot survive without oxygen (obligate aerobes), such as Haemophilus spp. and Neisseria spp., as well as organisms that can grow in the presence or absence of oxygen (facultative anaerobes), including Actinomyces spp. and Veillonella spp.
  • 23. • These species are considered the “primary colonizers” of tooth surfaces. The primary colonizers provide new binding sites for adhesion by other oral bacteria. The metabolic activity of the primary colonizers modiies the local microenvironment in ways that can inluence the ability of other bacteria to survive in the dental plaque bioilm. For example, by removing oxygen, the primary colonizers provide conditions of low oxygen tension that permit the survival and growth of obligate anaerobes. • The initial steps in colonization of teeth by bacteria occur in three phases: Phase 1 is transport to the surface; phase 2 is initial reversible adhesion; and phase 3 is strong attachment.
  • 24. KOLONISASI / MATURASI PLAK • The primary colonizing bacteria adhered to the tooth surface provide new receptors for attachment by other bacteria as part of a process known as coadhesion. • Together with the growth of adherent microorganisms, coadhesion leads to the development of microcolonies and eventually to a mature biofilm. • Secondary colonizers do not initially colonize clean tooth surfaces but rather adhere to bacteria that are already in the plaque mass.
  • 25. • Phase 1: Transport to the Surface The first stage involves the initial transport of the bacterium to the tooth surface. Random contacts may occur, for example, through Brownian motion (average displacement, 40 µm/hour), through sedimentation of microorganisms, through liquid low (several orders of magnitude faster than diffusion), or through active bacterial movement (chemotactic activity). However, relatively few oral bacteria are motile, and forces such as saliva low or mechanical contact between oral soft tissues and teeth are almost certainly more important than swimming for bringing the primary colonizing bacteria into contact with teeth. • Phase 2: Initial Adhesion • Phase 3: Strong Attachment After initial adhesion, a firm anchorage between the bacterium and the surface is established. On a rough surface, bacteria are more protected against shear forces so that a change from reversible to irreversible binding may occur more easily and more frequently. The binding between the bacteria and the pellicle is mediated by speciic adhesins on the bacterial cell surface (usually proteins) and complementary receptors (proteins, glycoproteins, or polysaccharides) in the acquired pellicle. The binding between the bacteria and the pellicle is mediated by speciic adhesins on the bacterial cell surface (usually proteins) and complementary receptors (proteins, glycoproteins, or polysaccharides) in the acquired pellicle. Newman and Carranza Clinical Periodontology 13th Edition (2019 Elsevier)
  • 26.
  • 27. BAKTERI PENYAKIT JARINGAN PERIODONTAL Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics (2011 Jaypee)