1. LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2 BLOK 11
PENYAKIT JARINGAN KERAS
Tutor
drg. Sari Lukita M.Kes
Disusun Oleh
Ketua: Rika Widya Kartika J2A017016
Scrable Ketik: Vina Widya Putri J2A017017
Scrable Tulis: Finandia Laras Saputri J2A017043
Anggota: Amalia Asri Ayuningtyas J2A017020
Melinda Savira Ayudyawati J2A017022
Syarafina Ummu Salamah J2A017023
Sahara Sa’adillah Isri J2A017026
Ovie Luksita Lathifa J2A017039
Resty Annisya J2A017040
Briliana Ikrimazahra J2A017044
Raissa Ridha Rahmandhiya J2A017046
Arkhamatus Wafiroh J2A017049
Idzhar Qolby Fatichin J2A017050
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena
dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario 2
Blok 11 yang berjudul “Gigiku Terkikis”.
Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas Tutorial. Dalam laporan ini
dibahas mengenai Atrisi, Abrasi dan Abfraksi. Dengan selesainya laporan ini, maka
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih khususnya kepada drg. Sari Lukita
M.Kes selaku Tutor Tutorial Blok 11 SGD 3, teman-teman yang sudah memberi
masukan baik langsung maupun tidak langsung, juga pihak-pihak yang
menyediakan sumber yang telah kami satukan.
Demikian laporan ini kami selesaikan, semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan disana-sini. Saran-saran
serta kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna
peningkatan pembuatan laporan pada tugas yang lain di waktu mendatang. Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Semarang, 12 Mei 2019
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………….i
DAFTAR ISI ……………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….. 1
1.2 Skenario 2 Blok 11 …………………………………………………………… 4
1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 4
1.4 Tujuan ………………………………………………………………………... 5
1.5 Manfaat ………………………………………………………………………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mapping ……………………………………………………………………… 6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Definisi Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi …………………………………... 7
3.2 Etiologi Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi …………………………………... 7
3.3 Gambaran Klinis Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi ………………………… 9
3.4 Perawatan Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi ……………………………….. 11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………......... 13
4.2 Kritik dan Saran ……………………………………………………………... 13
4.3 Ayat / Hadist Terkait ………………………………………………………... 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………... 15
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga mulut merupakan bagian tubuh yang tersusun antara lain oleh bibir,
palatum, lidah dan gigi geligi. Gigi memiliki peran penting dalam tubuh manusia.
Kesehatan gigi merupakan investasi bagi masa depan sehingga kita harus benar-
benar menjaga kesehatan gigi. Gigi memiliki banyak fungsi sebagaimana organ-
organ keras tubuh kita lainnya. Beberapa fungsi dari gigi yang harus kita ketahui
antara lain:
a. Mengunyah makanan (Mastikasi).
Makanan sebelum ditelan harus dikunyah terlebih dahulu, hal ini berguna
untuk menghancurkan makanan hingga lembut dan memudahkan untuk
ditelan serta membantu proses pencernaan di lambung dan usus, karena
meringankan beban kerja lambung dan usus dalam mencerna makanan.
b. Mengucapkan kata-kata dengan jelas (Artikulasi).
c. Membentuk wajah menjadi harmonis serta untuk kecantikan dan
penampilan yang lebih baik (Estetik).
Gigi sebagai salah satu struktur jaringan keras mempunyai bagian-bagian, antara
lain:
Struktur Gigi.
5. 2
a. Enamel / Email
Enamel merupakan struktur gigi yang paling keras, terdiri dari 96% mineral,
sisanya 4% merupakan air dan material organic. Mineral penyusun enamel
terutama adalah hidroksiapatit yang penting untuk kekuatan dan brittleness
enamel. Meskipun merupakan substansi yang keras, enamel tidak kebal
terhadap atrisi selama mastikasi. Enamel tidak mengandung kolagen, tetapi
mengandung dua jenis protein yang khas yaitu amelsenins dan enamelins.
Walaupun peranan protein ini belum dimengerti sepenuhnya, tetapi
diperkirakan berperan dalam perkembangan enamel. Warna enamel
bervariasi, mulai dari kuning sampai putih keabu-abuan. Ketebalan enamel
bervariasi, bagian yang paling tebal terdapat pada ujung tonjol, yaitu
mencapai 2,5 mm, dan yang paling tipis terdapat pada daerah tepi, yaitu
pada Cemento Enamel Junction (CEJ).
b. Dentin
Dentin merupakan lapisan di bawah enamel, dan menyusun sebagian besar
gigi. Dentin dilapisi oleh odontoblas. Pembentukan dentin dikenal sebagai
dentinogenesis. Dentin terdiri dari 70% kristal hidroksiapatit inorganik,
sisanya 30% merupakan organik yang tersusun dari kolagen, substansi dasar
mukopolisakarida, dan air. Karena itu dentin lebih lunak daripada enamel,
dan lebih rentan untuk terjadinya karies. Walaupun demikian, dentin masih
berperan sebagai lapisan pelindung dan pendukung mahkota gigi. Tipe
modifikasi dari dentin dikenal sebagai reparative dentin atau dentin
sekunder. Reparative dentin akibat respon terhadap atrisi, karies, prosedur
operatif, atau stimulus kerusakan lain biasanya mempunyai beberapa atau
lebih tubulus dentin irregular daripada dentin yang dihasilkan sebagai akibat
penuaan.
c. Sementum
Sementum adalah lapisan tulang yang membungkus akar gigi. Sementum
terdiri dari 45% material inorganik terutama hidroksiapatit, 33% material
organik terutama kolagen, dan 22% air, sementum dibentuk oleh
sementoblas di dalam akar gigi dan bagian sementum yang paling tebal
terdapat pada apeks akar. Warna sementum kekuning-kuningan dan
6. 3
sementum lebih lunak daripada dentin dan enamel. Peran utama sementum
adalah sebagai medium untuk perlekatan ligamen periodontal ke gigi untuk
kestabilan.
d. Pulpa
Pulpa gigi hanya merupakan jaringan nonmineralisasi. Pulpa merupakan
jaringan ikat lunak, terbuat dari sel, substansi interselular, dan cairan
jaringan. Jaringan pulpa pada gigi yang lebih muda mempunyai sel dan
substansi interselular yang lebih banyak daripada gigi yang lebih tua. Pulpa
terdiri dari dua bagian, yaitu kamar pulpa yang terdapat di dalam mahkota
gigi dan saluran akar yang terdapat di dalam akar gigi. Pulpa gigi merupakan
bagian pusat gigi yang berisi jaringan ikat lunak. Jaringan ini terdiri dari
pembuluh darah dan saraf yang masuk ke gigi melalui apeks gigi. Sepanjang
batas antara dentin dan pulpa terdapat odontoblas, yang mengawali
pembentukan dentin. Sel lain yang terdapat pada pulpa yaitu fibroblas,
preodontoblas, makrofag, dan T limfosit.
Patologi pada gigi terbagi menjadi dua yakni karies dan non-karies. Asam yang
berasal dari bakteri merupakan penyebab terjadinya karies, sedangkan proses
kimiawi zat yang bersifat asam tanpa adanya peran bakteri menjadi penyebab
penyakit non karies.
Penyakit non karies merujuk pada suatu kondisi yang ditandai dengan
hilangnya struktur jaringan keras gigi karena proses fisik maupun kimiawi, yang
mana bukan sebagai hasil dari proses karies dan sering disebut juga dengan
Keausan Gigi atau Tooth Wear. Keausan gigi dapat dikategorikan menjadi:
a. Atrisi
b. Abrasi
c. Abfraksi
d. Erosi
7. 4
1.2 Skenario 2 Blok 11
“GIGIKU TERKIKIS”
Seorang laki-laki usia 32 tahun datang dengan keluhan gigi belakangnya
sering terasa ngilu, terutama saat minum minuman dingin. Berdasarkan keterangan
dari keluarga pasien memiliki kebiasaasn sering menggesek-gesekkan giginya saat
tidur. Pasien memiliki kebiasaan merokok dan minuman bersoda. Pemeriksaan IO
gigi 31,32,33 permukaan incisal gigi yang rata dengan kedalaman dentin pada gigi
geliginya ditunjukkan dengan foto. Pemeriksaan vitalitas: CE (+), Sondasi (+),
Perkusi (-), Palpasi (-). Berdasarkan data yang didapat drg. Memutuskan untuk
memperkirakan etiologi serta rencana perawatan dari kasus tersebut.
Keyword: kavitas servikal kedalaman dentin, menggesek-gesekkan gigi saat tidur.
Identifikasi kata sulit:
1. CE (Chlor Ethyl)
Termasuk salah satu tes thermal dingin untuk memeriksa vitalitas dari pulpa
gigi, terasa dingin atau tidak.
1.3 Rumusan Masalah
1. Definisi Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi.
2. Etiologi Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi.
3. Gambaran Klinis Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi.
4. Perawatan Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi.
8. 5
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pembuatan laporan ini adalah
sebagai berikut.
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan gambaran klinis Atrisi, Abrasi, Abfraksi
dan Erosi.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan perawatan Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan
Erosi.
1.5 Manfaat
1. Untuk menambah wawasan.
2. Untuk mengetahui hal-hal mengenai Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi.
3. Untuk memperkaya penulisan dalam bidang Kedokteran/Kesehatan
khususnya mengenai Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi.
4. Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan laporan kedepannya yang
lebih luas dan mendalam.
9. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Mapping
Laki-laki usia 32 tahun datang ke Dokter Gigi
Pemeriksaan Subjektif:
rasa ngilu
Pemeriksaan Intra Oral
Sondasi (+)
Perkusi (-)
CE (+)
Palpasi (-)
Tanpa
Mikroorganisme
Dengan
Mikroorganisme
PENYAKIT
JARINGAN KERAS
Atrisi
Abrasi
Abfraksi
Erosi
Karies
Definisi
Etiologi
Tanda & Gejala
Patofisiologi
Rencana
Perawatan
10. 7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1Definisi Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi
a. Atrisi
Merupakan keausan mekanis dari permukaan incisal/oklusal gigi yang mana
sebagai hasil dari kontak gigi geligi pada aktivitas fungsional atau
parafungsional.
b. Abrasi
Hilangnya permukaan atau struktur gigi yang abnormal akibat dari gaya
gesekan/friksi langsung antara gigi dengan benda asing yang mempunyai
efek atau daya abrasif terhadap gigi, atau dikarenakan kontak berulang
antara gigi dengan benda atau zat asing, misalnya karena bulu sikat gigi
yang kasar, penggunaan pasta gigi yang sangat abrasif, penggunaan
toothpowder.
c. Abfraksi
Defek berbentuk irisan/takik pada daerah servikal gigi yang disebabkan oleh
pemberian beban atau kekuatan yang abnormal pada oklusal gigi yang
kemudian terjadi flexure/fleksi pada gigi yang mana selanjutnya dapat
sebabkan microfracture enamel dan terjadi keausan pada gigi.
d. Erosi
Keausan atau hilangnya struktur permukaan gigi secara bertahap karena
proses kimia berupa asam, bukan asam dari bakteri.
3.2Etiologi Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi
a. Atrisi
Fisiologis
Mastikasi (makan makanan yang kasar atau keras), usia/penuaan,
jumlah gigi yang masih ada, aliran saliva (karena aliran saliva yang
11. 8
sedikit dapat meningkatkan gesekan saat kontak gigi geligi),
maloklusi.
Patologis
Aktivitas parafungsional seperti bruxism (clenching & grinding),
kebiasaan mengunyah.
b. Abrasi
Praktik menjaga kebersihan mulut yang salah
Teknik menyikat gigi secara horizontal dan dengan frekuensi
berlebihan, serta waktu dan pemberian tekanan atau tenaga ekstra
saat menyikat dapat sebabkan abrasi.
Terkait pekerjaan
Cekukan pada gigi incisivus sentral maksila biasanya terlihat pada
tukang kayu, tukang sol sepatu, penjahit yang mana terbiasa
menyelipkan paku atau jarum di antara gigi incisivusnya.
Produk kebersihan mulut
Kekerasan dan bentuk bulu sikat gii, pH dan jumlah pasta gigi yang
digunakan, penggunaan toothpowder yang mana lebih abrasif
daripada pasta gigi.
Abrasi pada bagian servikal di permukaan proksimal dari gigi
karena gesekan dari benda-benda seperti tusuk gigi, sikat
interproximal.
Klamer/clasp pada gigi tiruan sebagian/partial denture dapat
sebabkan lesi abrasi yang terlokalisasi.
Personal habit
Menggigit-gigit kuku, menggigit benang, pipe smoking, mengupas
biji menggunakan gigi.
c. Abfraksi
Dampak dari tekanan akibat mastikasi / maloklusi.
Efek biomekanik dari beban oklusal yang menghasilkan flexure
enamel dan dentin, yang mengarah pada kehilangan patologis dari
jaringan keras di dekat Cemento Enamel Junction (CEJ).
12. 9
Pemberian kekuatan pada oklusal secara ekstrinsik (tidak wajar),
seperti saat bruxism (adanya arah bolak-balik yang diberikan pada
oklusal sehingga berusaha untuk membengkokkan gigi, sebabkan
kelelahan pada sisi-sisi gigi dan terjadi microfracture pada area gigi
yang mengalami flexure di area servikal).
d. Erosi
Berdasarkan sumber zat kimia, yaitu berupa asam, dapat dibagi menjadi:
Ekstrinsik
Termasuk intake makanan atau minuman yang asam (soft drink,
buah-buahan asam), konsumsi obat-obatan dengan pH rendah.
Selain itu lingkungan kerja juga dapat menghasilkan atmosfer yang
asam, seperti pabrik batrai atau yang bekerja sebagai tukang patri,
dan lain-lain.
Intrinsik
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), gangguan psikosomatis
(misalnya nervous vomiting, anorexia nervosa, bulimia), dan lain-
lain.
3.3Gambaran Klinis Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi
a. Atrisi
Permukaan oklusal atau tepi incisal
1) Cusp rata, dapat sebabkan hilangnya dimensi vertikal dari
gigi.
Perbedaan Atrisi, Abfraksi, Erosi dan Abrasi.
13. 10
2) Over closure / penutupan berlebihan selama gerakan
fungsional dari mandibula yang mana dapat timbulkan
ketegangan atau ketidakseimbangan pada sistem
stomatognatik, sehingga sebabkan penurunan kemampuan
dari gigi dan masalah pada TMJ.
3) Cheek biting.
4) Gigi sensitif, karena terpaparnya dentin, terlihat halus,
concave/cekung.
5) Tepi enamel terlihat tajam dan bergerigi, fraktur cusp.
Permukaan proximal (Proximal Surface Faceting)
1) Berkurangnya dimensi mesio-distal dari gigi, yang
mengarah pada drifting gigi dan pengurangan panjang
lengkung gigi.
2) Berkurangnya dimensi ruang interproksimal, sehingga
mengganggu fisiologi papilla interdental, serta sulitnya
mengontrol plak yang mana sebabkan masalah periodontal.
b. Abrasi
Cekukan/Takik/Defek berbentuk V
Merupakan abrasi yang oblik oklusal dan dinding servikal
bersilangan pada kedalaman tertentu, dengan tanpa dinding axial
yang pasti antara keduanya.
Defek berbentuk C
Penampang dari defek berbentuk C dengan lantai membulat.
Undercut cekung
Oklusal dan dinding servikal bersinggungan dengan dinding axial
yang pasti antara keduanya.
Kotak divergen
Terdapat dinding axial yang pasti, dengan oklusal dan dinding
servikal menyebar kea rah permukaan.
Lesi lebih ke arah lebar daripada dalam.
Biasa terjadi pada gigi caninus dan premolar.
14. 11
c. Abfraksi
Lesi yang dihasilkan akibat flexure gigi memiliki karakteristik, antara lain:
Terletak pada atau didekat fulcrum.
Bentuk khasnya yaitu berupa irisan dengan sudut garis/line angle
yang tajam. Faktor lokal seperti abrasi dan asam dari erosi dapat
memodifikasi bentuk lesinya, tetapi secara keseluruhan lesinya
berbentuk irisan.
Ukuran dari lesi ditentukan oleh besarnya dan frekuensi kekuatan
atau beban yang diberikan terhadap gigi.
Lesinya dalam, sempit, dan terdapat cekukan/takik berbentuk V.
Mempengaruhi area servikal pada permukaal bukal dan labial.
Umumnya terjadi pada satu gigi yang terkena kekuatan atau beban
oklusan eksentrik (tidak wajar).
d. Erosi
Lesi erosi umumnya luas, tetapi dangkal atau terdapat depresi pada
enamel atau dentin, tanpa sudut garis/line angle yang tajam dan margin
yang kurang jelas.
Enamel yang terkikis terlihat halus dan mengkilap.
Hipersensitivitas gigi sebagai keluhan utama pasien.
3.4Perawatan Atrisi, Abrasi, Abfraksi dan Erosi
a. Atrisi
Jika terdapat masalah pada TMJ harus di diagnose dan diselesaikan
terlebih dahulu.
Aktivitas parafungsional seperti bruxism dapat dikontrol dengan
occlusal adjustments dan penggunaan night guard.
Area sensitive yang terpapar seperti dentin, harus dilindungi dengan
penggunaan larutan fluoride atau agen bonding untuk dentin.
Tindakan restoratif seperti penempatan mahkota, dapat
dipertimbangkan jika diperlukan.
15. 12
Gigi dengan atrisi yang parah (hingga ke pulpa) harus menjalani
perawatan endodontik/Perawatan Saluran Akar (PSA) atau di ekstraksi,
sesuai kemampuan gigi tersbeut untuk di rehabilitasi atau dipulihkan
kembali.
b. Abrasi
Perawatan dilakukan setelah menetapkan diagnosis. Perawatan terhadap
abrasi antara lain:
Menyikat gigi dengan teknik horizontal seharusnya dihindari.
Menyikat gigi haruslah dilakukan dengan lembut sambal memindahkan
sikat gigi dari gusi ke gusi dengan gerakan vertikal (Teknik Modified
Stillman).
Menggunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut serta menggunakan
pasta gigi, bukan toothpowder.
Menggunakan bahan restorative seperti GIC, GIC modifikasi resin,
atau resin komposit untuk menutup defek.
Agen desensitisasi seperti pasta gigi dan mouthwash dapat diresepkan
sebagai perawatan di rumah.
c. Abfraksi
Secara selektif membentuk ulang/me re-contour gigi sehingga kekuatan
oklusal diarahkan ke sumbu panjang tengah/long axis gigi.
Penyesuaian oklusal dan manajemen kebiasaan parafungsional, seperti
penggunaan night guard pada pasien bruxism.
Restorasi dari defek abfraksi dengan bahan restorasi yang cocok,
seperti resin komposit.
d. Erosi
Langkah pertama yaitu mencoba menghilangkan penyebabnya, seperti
masalah GERD atau modifikasi makanan yang dikonsumsi.
Restorasi sewarna gigi, full coverage crown dengan atau tanpa PSA.
Jika meminum minuman yang asam makan dapat menggunakan
sedotan dan tidak menahan minuman tersebut berlama-lama di rongga
mulut.
16. 13
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Keausan gigi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya jaringan
keras gigi karena proses fisik maupun kimiawi, bukan proses karies (lesi non
karies). Keausan gigi dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu atrisi,
abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki penyebab,
karakteristik, dan pola keausan yang berbeda beda.
Atrisi merupakan kerusakan pada permukaan gigi atau restorasi akibat
kontak antar gigi geligi selama pengunyahan atau karena adanya
parafungsi/kelainan fungsi, seperti bruksism. Abrasi adalah kerusakan pada
jaringan gigi akibat benda asing, seperti sikat gigi dan pasta gigi. Abfraksi
merupakan kerusakan permukaan gigi pada daerah servikal akibat tekanan
tensile dan kompresif selama gigi mengalami flexure atau melengkung. Erosi
adalah kerusakan yang parah pada jaringan keras gigi sebagai akibat dari proses
kimia tetapi tidak disebabkan oleh aktivitas bakteri.
4.2Kritik dan Saran
Skenario yang diberikan sudah cukup jelas dan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Selain itu, kasus yang digunakan dalam scenario juga mudah
untuk ditelaah dan dipahami. Semoga di skenario berikutnya juga dipermudah
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
17. 14
4.3Ayat / Hadist Terkait
Q.S. At-Tin ayat 4
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.”
Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Katsir Rahimahullah dalam
Tafsirnya (4/680).
Imam Al Qurthubi Rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan (ي ف سن أح
م قوي )ت adalah: memberikannya keseimbangan dan menyempurnakannya.
Demikianlah yang dikatakan oleh kebanyakan ahli tafsir. Dan manusialah
sebaik-baik apa yang diciptakan; Karena sesungguhnya Allah Ta’ala
menciptakan segala sesuatu itu diletakkan di atas wajahnya, dan Dia
menciptakan manusia sejajar berdiri tegap dan baginya lisan, tangan dan jari-
jemari yang dipergunakan untuk menggenggam. Abu Bakar bin Thohir berkata:
Manusia dihiasi dengan Akal, yang dipergunakan untuk menjalankan perintah,
bisa membedakan baik dan buruk dengan petunjuk, postur yang tinggi tegap,
dia bisa meraih makanan dengan tangannya” dikutip dari Tafsir Al Qurthubi
(20/105).
Hal ini tidak menyebabkan seseorang terlarang memeriksakan gigi-giginya,
merapikan yang tidak rata dan bengkok, sebagaimana tidak ada larangan
baginya untuk mengobati penyakit-penyakitnya yang lain, dan yang terpenting
adalah dia melakukan ini semua bukan semata-mata untuk mempercantik dan
memperindah gigi saja. Karena hal ini masuk dalam ketentuan umum tentang
hukum memperindah anggota tubuh. Adapun jika proses perbaikan tersebut
untuk menghilangkan cacat atau rasa sakit, maka tidak ada larangan untuk itu,
akan tetapi jika hanya untuk hiasan dan mempercantik saja maka hal tersebut
dilarang.
18. 15
DAFTAR PUSTAKA
Dhaduk, Rushik. 2012. Essentials of Dentistry Quick Review and Examination
Preparation. New Delhi: Jaypee.
Gorg, Nisha dan Gorg, Amit. 2017. Textbook of Preclinical Conservative
Dentistry. New Delhi: Jaypee.
Mjor, luar A. 2002. Pulp-Dentin Biology in Restorative Dentistry. Ganesville:
Quintessence Publishing Co, Inc.
Singh, Harpet. 2013. Essentials of Preclinical Conservative Dentistry. New Delhi:
Wolters Kluwer Helath (India).