1. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel
(feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.sistem
tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,kandung kemih
dan uretra.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandungan kemih secara progresif terisi
sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan
langkah ke dua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi(refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung nkemih atau jika ini gagal , setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih.meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik
medula spinalis, refleks ini bisa juga di hambat atau di timbulkan oleh pusat korteks serebri
atau batang otak.
Kandung kemih di persarafi araf saraf sakral dan Saraf sensori dari kandung kemih di kirim
ke medula spinalis sampai kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf
pusat.pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat
destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal di bawah kontrol
kesadaran akan berperan , apakah mau miksi atau di tahan. Pada saat miksi abdominan
berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine
tersisa dalam kandung kemih yang di sebut urine residu.
Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu , biasanya miksi setelah bekerja,
makan atau bangun tidur . Normal miksi sehari 5 kali .
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga di sebut bowel
movemen.Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltik mendorong feses ke kolon sigmoid dan rektum ,saraf sensoris dalam
rektum di rangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk devekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal.
Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian
tubuh yang lain karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola
eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbada. Klien sering meminta pertolongan
2. dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan yang sakit dapat
menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai
kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal. Lingkungan rumah bisa
menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas. Perubahan kebutuhan
peralatan kamar mandi.untuk menangani masalah eliminas klien perawat harus mengerti
proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
2.2 Gangguan Eliminasi
Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat
mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan
umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya.
Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis
Gangguan eliminasi urin
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau berisiko
mengalami disfungsi eliminasi urin.Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin
akan di lakukan katerisasi urine , yaitu tindakan memasukan selang kateter kedalam kandung
kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.
Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
a. Retensi , yaitu adanya penumpukan urine di dalam kandung kemih dan ketidak sanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Kontinensi urine, yaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen otot sfingter exsterna
untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis , sering terjadi pada anank-anak , umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal
enuresis ), dapat terjadi satu kali atau lebihn dalam semalam.
d. Urgency , adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e. Dysuria , adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih .
2.3 Gangguan Eliminasi Fekal
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko
tinggi mengalami statis pada usus besar. Mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses
kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah. Baik huknah
tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon
3. desenden dengan menggunakan kanul rekti.
2.4 Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi adalah penyingkiran atau penghilangan beberapa atom yang terjadi pada
suatu senyawa.
Beberapa reaksi eliminasi:
1.Eliminasi hidrogen dari alkana (dehidrogenasi)
2. Eliminasi air dari alkohol
2.5 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Eliminasi
Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi feses dan urine. Faktor tersebut antara lain:
a. Usia
Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi feses dan urine saja, tetapi juga berpengaruh
terhadap kontrol eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum mampu untuk mengontrol
buang air besar maupun buang air kecil karena sistem neuromuskulernya belum berkembang
dengan baik. Manusia usia lanjut juga akan mengalami perubahan dalam eliminasi tersebut.
Biasanya terjadi penurunan torus otot, sehingga peristaltik menjadi lambat. Hal tersebut
menyebabkan kesulitan dalam pengontrolan eliminasi feses, sehingga pada manusia usia
lanjut berisiko mengalami konstipasi. Begitu pula pada eliminasi urine, terjadi penurunan
kontrol otot sphincter sehingga terjadi inkontinensia.
b. Diet
Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine.
Makanan berserat sangatlah diperlukan untuk pembentukan feses. Makanan yang rendah
serat menyebabkan pergerakan sisa digestif menjadi lambat mencapai rektum, sehingga
meningkatkan penyerapan air. Hal ini berakibat terjadinya konstipasi. Makan yang teratur
sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi.
Di samping itu, pemilihan makanan yang kurang memerhatikan unsur manfaatnya, misalnya
jengkol, dapat menghambat proses miksi. Jengkol dapat menghambat miksi karena
kandungan pada jengkol, yaitu asam jengkolat, dalam jumlah yang banyak dapat
menyebabkan terbentuknya kristal asam jengkolat yang akan menyumbat saluran kemih
sehingga pengeluaran urine menjadi terganggu. Selain itu, urine juga dapat menjadi bau
jengkol.
Malnutrisi menjadi dasar terjadinya penurunan tonus otot, sehingga mengurangi kemampuan
4. seseorang untuk mengeluarkan feses maupun urine. Selain itu, yang paling penting akibat
malnutrisi terhadap eliminasi fekal dan urine adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap
infeksi yang menyerang pada organ pencernaan maupun organ perkemihan.
c. Cairan
Intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Bila intake cairan tidak adekuat
atau output cairan yang berlebihan, maka tubuh akan mengabsorbsi cairan dari usus besar
dalam jumlah besar. Hal tersebut menyebabkan feses menjadi keras, kering, dan sulit
melewati saluran pencernaan. Pada eliminasi urine, kurangnya intake cairan menyebabkan
volume darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi menjadi berkurang sehingga urine
menjadi berkurang dan lebih pekat.
d. Latihanfisik
Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Tonus otot yang baik
dari otot-otot abdominal, otot pelvis, dan diafragma sangat penting bagi defekasi dan miksi.
Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya peristaltik.
e. Strespsikologis
Stres yang berlebihan akan memengaruhi eliminasi fekal dan urine. Ketika seseorang
mengalami kecemasan atau ketakutan, terkadang ia akan mengalami diare ataupun beser.
Namun, adapula yang menyebabkan sulit buang air besar.
f. Temperatur
Eliminasi dipengaruhi oleh temperatur tubuh. Seseorang yang demam akan mengalami
peningkatan penguapan cairan tubuh karena meningkatnya aktivitas metabolik. Hal tersebut
menyebabkan tubuh akan kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi terjadi
konstipasi dan pengeluaran urine menjadi sedikit. Selain itu, demam juga dapat memengaruhi
terhadap nafsu makan yaitu terjadi anoreksia, kelemahan otot, dan penurunan intake cairan.
2.6 Hormon-Hormon yang Terkait dengan Eliminasi
1. Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH
adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang
disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian
diabsorpsi secara osmosis.
Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik
dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan
menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya
5. bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan
masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi
ADH.
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah penurunan
volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun 15-25% dengan
kecepatan sekresi meningkat 50x dari normal. Peranan penting dalam proses pembentukan
laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman air susu dari alveoli ke duktus sehingga
dapat diisap oleh bayi.
2. Mineralocorticoids: adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks
adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat,
urin, empedu dan air liur.
Aldosteron: 95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi
aldosteron dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na + konsentrasi dan volume
darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi dengan membantu dalam reabsorpsi
aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus distal dan tubulus convulated
mengumpulkan.. Ini mempromosikan K + eliminasi dan mengurangi kehilangan air. Jadi
aldosteron menjaga keseimbangan elektrolit.
3. Hormone ovarium (estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat respons
terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.
Estrogen : alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat
estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang
tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein
plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam
metabolisme estrogen.
Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme
aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.
Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnanediol
(tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai
glucuronic (senyawa glikosid).
4. Prostaglandin
6. Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan
gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal (
Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon, seperti
hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael W. Davidson
dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan cara yang mirip dengan
hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari
hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka.
dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang
sama bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.
Ada satu prostaglandin tertentu yang memang berperan dalam saluran seksual laki-laki,
prostaglandin E1. Hal ini dipasarkan dengan nama Caverject (alprostadil) sebagai pengobatan
untuk disfungsi ereksi. Dalam kata-kata peneliti medis A. Lea: "Intracavernous alprostadil
(sintetik prostaglandin E1) adalah agen vasodilatasi yang bertindak dengan relaksasi otot
polos corpus cavernosum dan dengan meningkatkan diameter arteri gua, hal ini menyebabkan
ereksi."
Misoprostol adalah analog sintetik prostaglandin E1 (PGE1) Seperti PGE1 endogen,
memberikan suatu efek perlindungan pada mukosa pencernaan dengan meningkatkan lendir
dan sekresi ion bikarbonat dan dengan meningkatkan aliran darah mukosa.
Prostaglandin biasanya disebut oleh huruf dan angka: A1, A2 ... E1, E2 ... Mereka diberi
nama oleh kesamaan kimia, bukan oleh kesamaan efek fisiologis. Prostaglandin E2,
misalnya, tidak ada hubungannya dengan ereksi organ seksual laki-laki. Fungsinya adalah
dalam menyebabkan sakit tenaga kerja dengan merangsang kontraksi, dan ini merupakan
agen farmasi penting dalam OB.
Untuk beberapa prostaglandin, itu membuat perbedaan yang cukup apa yang kita makan, atau
lebih tepatnya, apa yang kita makan lemak. Pada umumnya, asam lemak omega-6 seperti
yang ditemukan dalam daging dan minyak nabati yang paling merangsang produksi
prostaglandin inflamasi, sedangkan konsumsi omega-3 asam lemak merangsang produksi
prostaglandin anti-inflamasi. Untuk alasan ini, asam lemak laut seperti minyak ikan cod telah
lama dikenal untuk memperbaiki kondisi rematik dan rematik. benih Lena, evening primrose
oil, minyak borage dan minyak canola adalah produk tanaman merangsang produksi
prostaglandin anti-inflamasi. Evening primrose oil Oleh karena itu digunakan oleh
7. perempuan untuk mengatur rasa sakit menstruasi yang disebabkan oleh kontraksi-
memfasilitasi prostaglandin.
5. Gukokortikoidtid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium ( Frandson, 2003)
Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal
Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat
satu kelenjar suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian
dalam (medula).
Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi mengubah
glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon insulin.
Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur kadar gula dalam
darah tetap stabil.
Apabila kita terkejut/takut anak ginjal memproduksi hormon adrenalin yang mengakibatkan
denyut jantung meningkat.
Hipofungsi kelenjar adrenal mengakibatkan penyakit addison dengan gejala timbul kelelahan,
berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, dan meningkatnya pigmen melanin. Sedangkan
hiperfungsi adrenal menyebabkan tumor kelenjar adrenal dengan akibat penyakit “Sindrom
Cushing” dengan gejala : badan gemuk, anggota gerak kurus, wajah seperti bulan purnama,
punuk lembu di punggung dan perutnya menggantung. Selain itu, kulit wajah memerah,
hipertensi dan ketahanan terhadap stres menurun.
Hormon dan fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal, yaitu :
Bagian Korteks Menghasilkan :
• Hormon glukokortikoid (kortikosteroid/kortison)
Fungsinya menurunkan metabolisme hidrat arang dan lemak, meningkatkan metabolisme
protein dan lemak, mengurangi kekebalan.
6. Hormon Prolaktin
Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu
8. dan dua hormon ganadotropin.
Prolaktin terdapat ada sebagian besar hewan termasuk manusia. Prolaktin, hormon
pertumbuhan (Growth Hormone) dan Placental Lactogen (PL atau chorionic
somatomammotropin (CS)), merupakan anggota dari hormon polipeptida berdasarkan sekuen
asam amino yang homolog. Prolactin diproduksi oleh sel yang terdapat pada anterior
pituitary, fungsi utama dari hormon prolaktin yaitu menginduksi dan pemeliharaan laktasi
pada mamalia.
Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitary adalah suatu struktur yang terletak dasar otak. Pada kebanyakan vertebrata,
kelenjar ini terdiri atas tiga lobus: anterior, intermediet dan posterior. Lobus intermediet
terdapat dalam kelenjar pituitari bayi tetapi pada orang dewasa hanya merupakan sisa
(vestige).
Meskipun kecil ukuranya, kelenjar pituitari memegang peranan penting dalam koordinasi
kimia tubuh. Sering disebut ”nahkoda” (master gland), karena banyak sekresinya mengontrol
kelenjar endokrin lainnya.
Sejumlah penelitian telah dilakukan mengenai kelenjar pituitari. Beberapa hormon dihasilkan
dari lobus anterior, salah satunya yaitu hormon prolaktin.
a) Sel Somatotropic
Sel somatotropic yang menyusun 35-45% dari seluruh sel pituitari, ditemukan dalam jumlah
besar pada sisi/bagian anterior pituitari.
b) Sel lactotropic
Sel lactotropic lebih sedikit jumlahnya dibandingkan somatotropic. Kedua sel ini bisa di
identifikasi dari eritrosin atau carmosin-nya. Pada bagian Prolactin adenoma, granula
sekretori bervariasi dari 150 hingga 700 nm dengan bentuk bulat atau oval. Pada pituitari
normal, sel laktotropic umumnya bekembang menjadi sel somaotropic. Peningkatan ukuran
pituitari yang terjadi selama kehamilan berkaitan dengan proliferasi dari laktotropic sel.
c) Struktur Prolaktin
Hormon pertumbuhan, prolaktin dan placental laktogen merupakan anggota dari hormon
polipeptida yang signifikan dengan sekuen asam amino yang homolog. Struktur prolaktin
pada manusia terdiri atas rantai tunggal asam amino dengan ikatan di sulfida (S-S). Pada
asam amino terminal, terdiri atas 199 asam amino. Dengan penambahan ikatan disulfida pada
9. asam amino ke tiga antara Cys-4 dan Cys-11.
Struktur gen Prolaktin.
Pada dasarnya struktur prolaktin hampir mirip dengan struktur hormon pertumbuhan dan
placental laktogen. Karena ketiganya dihasilkan dari prekursor yang sama. Pada manusia dan
tikus, sepanjang cDNA dari mRNA sekuen homolog ketiga hormon tersebut hampir sama
persis.
➜ Efek prolaktin pada beberapa organ:
• Organ Efek
• Glandula mamae Sintesis DNA
• Proliferasi sel
• Sintesis protein susu
• Sintesis FFA
• Sintesis laktosa
• Tumor mammary Prolaktin-induced protein
• Ovary Corpus Luteum:
• Maintenance atau regresi
• Limfosit Immunostimulasi
• Ovary dan testis Steroid biosintesis
• Liver Sintesis RNA
• Stimulasi dekarboksilasi ornitin
• Ginjal, amnion, choroid plexus Osmoregulasi
Fungsi prolaktin pada pemulaian laktasi
Walaupun estrogen dan progesteron penting bagi perkembangan fisik payudara selama
kehamilan, kedua hormon ini juga mempunyai efek khusus untuk menghambat sekresi susu
sebenarnya. Di pihak lain hormon prolaktin mempunyai efek yang tepat berlawanan,
meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh glandula pituitaria ibu dan
konsentrasinya dalam darah ibu terus meningkat sejak minggu kelima kehamilan sampai
kelahiran bayi, saat ini meningkat ke kadar sangat tinggi, biasanya sepuluh kali dari kadar
tidak hamil dan normal.
Disamping itu plasenta mensekresikan banyak somatotropin korionik manusia, yang juga
10. mempunyai sifat laktogenik ringan, jadi menyokong prolaktin dari pituitaria ibu. Bahkan
hanya beberapa mililiter cairan disekresikan tiap hari sampai bayi lahir. Cairan ini dinamakan
kolostrum. Kolostrum pada hakekatnya mengandung protein dan laktosa yang sama
jumlahnya seperti susu, tetapi hampir tidak mengandung lemak, dan kecepatan maksimum
pembentukannya sekitar 1/100 kecepatan pembentukan susu selanjutnya.
Tidak adanya laktasi selama kehamilan disebabkan efek penekanan progesteron dan estrogen,
yang disekresikan dalam jumlah sangat besar selama plasenta masih dalam uterus dan yang
benar-benar mengurangi efek laktogenik prolaktin dan somatomamotropin korionik manusia.
Akan tetapi, segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya estrogen dan progesteron yang
disekresi plasenta secara mendadak sekarang memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari
kelenjar hipofisis ibu mengambil peranan alamiahnya dan dalam dua atau tiga hari kelenjar
mammae mulai menyekresikan susu dalam jumlah besar sebagai ganti kolostrum.
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil dalam
beberapa minggu berikutnya. Setiap ibu menyusukan bayinya isyarat syaraf dari putting susu
ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh kali lipat yang
berlangsung sekitar satu jam. Sebaliknya prolaktin bekerja atas payudara untuk menyiapkan
susu bagi periode pnyusuan berikutnya. Bila gelora prolaktin ini tak ada, jika ia dihambat
sebagai akibat kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau jika penyusuan tidak kontinyu
maka payudara kehilangan kesanggupannya untuk menghasilkan susu dalam beberapa hari.
Tetapi produksi susu dapat kontinyu selama beberapa tahun jika anak mengisap secara
kontinyu, tetapi normalnya kecepatan pembentukan susu sangat menurun dalam tujuh sampai
sembilan bulan.
Reflek peghasilan susu atau reflek prolactin
Ketika prolaktin dihasilkan oleh bagian anterior kelenjar pituitari, akan menyebabkan sel
alveoli menghasilkan susu. Ketika bayi menghisap susu, ujung syaraf puting terangsang, dan
impuls kemudian dihantarkan ke syaraf otak, kemudian kelenjar pituitari mengeluarkan
prolaktin ke dalam darah, sehingga prolaktin menyebabkan dihasilkannya susu oleh sel
alveoli. Inilah yang disebut reflek penghasilan susu atau reflek prolaktin.
11. Regulasi sekresi
Walaupun sekresi sebagian besar hormon hipofisis anterior ditingkatkan oleh neurosecretory
releasing faktor yang dihantarkan oleh hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior melalui
sistem porta hipotalamus-hipofisis, sekresi prolaktin dikontrol oleh efek yang tepat
berlawanan. Yaitu hipotalamus mensintesis ‘prolactin inhibitory factor’ (PIF). Pada keadaan
normal, sejumlah besar PIF dihantarkan secara terus menerus ke kelenjar hipofisis anterior
sehingga kecepata normal sekresi prolaktin sedikit. Tetapi selama laktasi, pembentuk PIF
sendiri ditekan, sehingga memungkinkan kelenjar hipofisis anterior mensekresi prolaktin
dalam jumlah yang tak dihambat.
Faktor yang mempengaruhi sekresi prolaktin pada manusia:
o Increase
o Stimulasi Nipple
o Stress (termasuk psychogenik)
o Sleep (stage I dan II dan REM)
o Stalk section
o Penyakit pituitari dan cerebral
o Prolaktinoma
o TRH
o Kehamilan
o Estrogen
o Hypotiroidism
o Adrenal insufficiency
o Obat-obatan yang menghambat dopamine
o Decrease
o Dopamine (seperti bromocryptine, lisuride, pergolide, dan mesulergine)
o GAP atau PIF
7. Kortikosteroid (Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid)
Kortikosteroid merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan oleh kortek adrenal tetapi
12. tidak termasuk hormon seks. Kortikosteroid dibagi menjadi dua kelompok menurut aktifitas
biologisnya, yaitu glukokortikoid yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein. Dan mineralokortikoid yang mempengaruhi pengaturan elektrolit dan keseimbangan
air. Kedua jenis kortikosteroid tersebut digunakan secara klinis untuk terapi penggantian
hormon, untuk menekan sekresi ACTH, sebagai agen antiradang, dan imunosupresi.
Pada prinsipnya ada tiga mekanisme kerja dari kortikosteroid yang digunakan di dalam terapi
dermatologi :
1. Anti Inflamasi
Efek anti inflamasi ini merupakan efek utama yang diharapkan dalam dermatologi baik
secara sistemik maupun topikal. Efek anti-inflamasi bekerja dengan cara mencegah proses
marginasi (melekatnya lekosit dan monosit pada endotel pembuluh darah) dan menghambat
proses kemotaksis (migrasi sel-sel radang ke fokus inflamasi).
Kortikosteroid menyebabkan vasokonstriksi, menurunkan permeabilitas membran sehingga
mengurangi ekstravasasi serum, udem, dan rasa gatal serta dapat juga menghambat
manifestasi inflamasi yang lebih lanjut seperti proliferasi fibroblas, pengumpulan kolagen,
dan pembentukan sikatrik (FKUI)
2. Imunosupresi
Sifat ini melibatkan sifat antiinflamasi karena karena bagian dari respon kekebalan tubuh.
kortikosteroid juga menhambat pembelahan sel-sel linfoid, melisiskan sel linfosit B dan
menghambat kerja limfokin pada sasaran. Oleh sebab itu, kortikosteroid digunakan untuk
mengatasi gejala klinik suatu reaksi hipersensitivitas tetapi belum dapat dipastikan terapi
kortikosteroid mempunyai efek yabg berarti pada titer antibodi IgG atau IgE yang berperanan
pada reaksi alergi dan autoimun. Sistem komplemen tidak dipengaruhi oleh kortikosteroid
(FKUI).
3. Anti proliferasi
Kortikosteroid mempunyai sifat anti proliferasi dengan menekan pembelahan sel,
menurunkan transkripsi RNA, mengurangi sintesis dan reparasi DNA. Sehingga pada
pemakaian jangka panjang pada kulit akan menyebabkan penipisan epidermis dan atropi sel
serta dapat mengganggu sintesis kolagen sehingga terjadi striae di kulit.
2.7 Tanda dan Gejala Masalah Eliminasi Sisa Metabolisme dan Sisa Pencernaan.
Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (sisa metabolisme) dan elimiasi
alvi/kebutuhan buang air besar (sisa pencernaan)
13. 2.71 Kebutuhan Eliminasi Urine
Organ Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine
Organ yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih,
dan uretra. Peranan masing-masing organ tersebut diantaranya:
A. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakan selaput perut)nyang terdiri atas ginjal
sebelah kiri dan kanan tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan
volume cairan dalam tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk di buang dalam
bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak di perlukan oleh tubuh.
B. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus yang berfungsi
sebagai penampung air seni / urine.
C. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi
uretra pada wanita mempunyai fungsi berbeda denagn yang terdapat pada pria. Pada pria,
uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sisitem reproduksi berukuran panjang
±20 cm, sedangkan pada wanita memiliki panjang 4-6,5 cm san hanya berfungsi untuk
menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.
Komposisi urine:
1. Air (96 %)
2. Larutan (4 %)
3. Larutan organik (urea, amonia, kreatin dan asam urat)
4. Larutan anorganik (natrium, klorida, kalium,sulfat)
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
1. Diet dan Asupan (intake)
jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah urine. Protein
14. dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang di bentuk. Selain itu, minum kopi juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak
tertahan di dalam vesika urinaria. Sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urine.
3. Gaya Hidup
perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait
dengan tersedianya fasilitas toilet.
4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
5. Tingkat Aktivitas
6. Tingkat Perkembangan
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urime, seperti Diabetes Melitus
8. Sosiokultural
9. Kebiasaan sesorang
10. Pemeriksaan diagnostik
2.8.1 Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
a. Retensi urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemihuntuk mengosongkan kandong kemih.
Tanda klinis retensi:
o ketidaknyamanan daerah pubis
o distensi vesika urinaria
o ketidak sanggupan untuk berkemih
o sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
o ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
o meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
15. o adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Penyebab:
o operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
o trauma sum sum tulang belakng
o tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
o sphincter yang kuat
o sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
b. Inkontinesia Urine
Merupakan ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol eksresi urin. Penyebab nya: proses penuaan (aging prodess), pembesaran kelnjar
prostat, serta penurunan kesadaran serta penggunaan obat narkotik.
c. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (ngompol) yang di akibatkan tidak mampu
mengontrol sphincter eksterna. Biasanya enuresis terjadi pada anak atau orang jompo.
Faktor penyebab:
o Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal
o Vesika urinaria peka ransang, dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah
besar
o Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah
o Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neorologis sistem perkemihan
o Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral
o Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.
d. Perubahan Pola Eliminasi Urine
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena
obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan pola
eliminasi urin terdiri atas:
a. frekuensi
b. urgensi
c. disuria
16. d. poliuria
e. urinaria supresi.
2.8.2 Kebutuhan Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
Sistem Yang Berperan Dalam Eliminasi Alvi
Sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem
gastrointertinal yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum,
jejunum, dan ileum dengan panjang ± 6 m.
Proses Buang Air Besar (Defekasi)
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.
Gangguan/ Masalah Eliminasi Alvi
a. Konstipasi
Merupan keadaan individu yang mengalami atau berisisko tinggi mengalami stasis usus besar
sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu
kering dan keras.
Tanda klinis:
o adanya feses yang keras
o defekasi kurang dari 3 kali seminggu
o menurunnya bising usus
o adanya keluhan pada rektum
o nyeri pada saat mengejan dan defekasi
o adanya perasaan masih ada sisa feses
17. kemungkinan penyebab:
o defek persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cidera serebrospinalis, dll
o pola defekasi yang tidak teratur
o nyeri saat defekasi karena hemorroid
o menurunnya peristaltik karena stres psikologis
o penggunaan obat seperti antasida
o proses menua/ usia lanjut
b. Diare
Merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko sering mengalami pengeluaran
feses dalam bentuk cair.
Tanda klinis:
o adanya pengeluaran feses cair
o frekuensi lebih dari 3 kali sehari
o nyeri atau kram abdomen
o bising usus meningkat
kemungkinan penyebab:
o malabsorpsi atau inflamsi, proses infeksi
o peningkatan peristaltik karean peningkatan metabolisme
o efek tindakan pembedahan usus
o efek penggunaan obat seperti antasida,antibiotik, dll
o stres psikologis
c. Inkontinensia Usus
Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi
normal, hingga mengalami proses pengeluaran feses tak di sadari.
Tanda klinis:
o pengeluaran feses yang tidak di kehendaki
kemungkinan penyebab:
o gangguan sphincter rektal akibat cedera anus, pembedahan dll
o distensi rektum berlebih
o kurangnya kontrol sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA dll
o kerusakan kognitif
18. d. Kembung
Merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara berlebihan
dalam lambung atau usus.
e. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan
tekanan di daerah anus yang dapat di sebabklan karena konstipasi, peregangan saat defekasi
dll
f. Fecal Impaction
Merupakan massa feses keras dilipatan rektum yang di akibatkan oleh retensi dan akumulasi
materi feses yang berkepanjangan. Penyebab nya yaitu asupan kurang, aktivitas kurang, diet
rendah serat, dan kelemah tonus otot.
Faktor yang mempengaruhi proses defekasi
a. usia
b. diet
c. asupan cairan
d. aktivitas
e. pengobatan
f. gaya hidup
g. penyakit
h. nyeri
i. kerusakan sensoris dan motoris
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
19. Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel
(feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.sistem
tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,kandung kemih
dan uretra.
Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat
mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan
umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya.
Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi :
Usia
Diet
Cairan
Latihan fisik
Stress psikologis
Temperature
Hormon-hormon yang terkait dengan eliminasi :
Hormone anti diuretic (ADH)
Aldosteron
Estrogen
Progesterone
Kortikosteroid (Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid)
HORMON PROLAKTIN
Gukokortikoidtid
Prostaglandin
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang
eliminasi serta hormone-hormon yang terkait didalam nya.
20. DAFTAR PUSTAKA
Syaifudin, Drs. H. (2006). Anatomi fisiologi tubuh manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Setiawan, Juni. (2010). http://junsasta.blogspot.com/2010/12/hormon.html. Diakses pada
tanggal 18 Desember 2011 pada pukul 16.32 WIB.
Armala. (2011) .http://kumpulanpelajarankulia.blogspot.com/2011/08/hormon-terkait-
eliminasi.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2011 pada pukul 15.56 WIB.