Laporan ini membahas hasil pemeriksaan periodonsia terhadap seorang pasien yang mengeluhkan gigi depan bawahnya yang goyang. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan hasil radiografi, pasien didiagnosis menderita periodontitis kronis. Prognosis yang diberikan cukup buruk mengingat kondisi kebersihan mulut pasien yang sedang. Rencana perawatan mencakup tahap preliminer, fase etiotropik, evaluasi, dan terapi bed
1. LAPORAN SKILL LAB
KLINIK PERIODONSIA
disusun oleh :
Kelompok Tutorial 1
Alodia Geralda Khansa S 151610101002
Ratih Iswari Ningtya 151610101004
Sofira Nadia 151610101006
Shinta Dinyanti 151610101008
Anesty Mustika 151610101010
Mala Hayati 151610101012
Fitria Nurhabiba A 151610101013
Arifah Khoirianti 1516101010 24
Jovanna Andhara A 151610101067
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segalanya bimbinga
n dan petunjukNya. Juga berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya karena kita masi
h diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan skill lab oral diagnosis periodo
nsia. Laporan skill lab yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih me
ndalami materi tentang diagnosa pada bidang periodonsia. Kami mengucapkan ter
ima kasih yang sebesar-besam kepada anda
1. drg. Peni Pujiastuti, M.Kes dan drg. Depi Praharani, M.Kes yang telah memberi
kami kesempatan untuk lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan tutori
al ini.
2. Teman-teman Kelompok Tutorial V yang telah berperan aktif dalam pembuatan
laporan tutorial ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini mengandung banyak kekurangan, baik dari se
gi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan k
arena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami juga berharap laporan skill la
b yang telah kami buat ini dapat bermanfaat untuk pendalaman penyakit dan diagn
osa penyakit pada penyakit dentomaksilofasial ini.
Jember, 1 Mei 2017
Penulis
3. PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
Pasien dating mengeluhkan gigi depan bawah ada yang goyang. Pasien merasakan
sakit pada gigi yang dikeluhkan saat mengonsumsi makanan yang keras. Pasien p
ernah melakukan pencabutan pada gigi belakang kiri bawah dan gigi depan atas p
ernah dibuatkan gigi palsu namun hilang setelah satu bulan pemakaian. Pasien tid
ak dicurigai memiliki suatu alergi dan penyakit sistemik. Namun, ibu pasien perna
h memiliki penyakit gagal ginjal. Pasien memiliki sebuah kebiasaan yakni meroko
k dan minum kopi.
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Keadaan Umum
Pasien datang dengan kondisi fisik yang baik, tidak terlihat adanya wajah yang pu
cat, lemas maupun jalan yang sempoyongan.
2. Klinis
a. Ekstra Oral
Pada pemeriksaan ekstra oral, diketahui bahwa wajah, kepala dan leher, kelenjar l
imfe dan kelenjar saliva pasien dalam keadaan normal dan tidak terdapat pembeng
kakan. Sendi temporo mandibular memiliki pergerakan mandibular membuka dan
menutup mulut, dan memiliki pergerakan mandibular kesegala arah serta memiliki
kemampuan membuka mulut dengan normal.
b. Intra Oral
Pada pemeriksaan kebersihan rongga mulut, didapatkan hasil OHI-S = 2,17 denga
n kategori kebersihan rongga mulut sedang. Dengan rincian hasil pemeriksaan CI-
S bernilai 3/2 dan DI-S bernilai 2/3.
Pada pemeriksaan jaringan periodontal, gigi yang diperiksa adalah gigi 31,32,33,4
1,42,43. Dengan hasil yang didapatkan yakni, gigi 31 memiliki warna gingiva yan
g merah dengan tekstur halus dan resesi gingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiv
a dan rasa
4. DIAGNOSIS
Data hasil pemeriksaan yang telah dilakukan disintesis, dianalisis dan disimpulkan
sebagai diagnosis. Diagnosis pasien adalah periodontitis kronis berdasarkan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan seperti berikut :
• Anamnesis
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan gigi depan bawahnya
yang goyang. Merasa sakit pada gigi tersebut saat pasien mengonsumsi makanan
yang keras. Riwayat perawatan gigi dan mulut pasien yaitu pasien pernah melaku
kan perawatan pencabutan gigi belakang kiri bawah, pasien juga pernah dibuatkan
gigi palsu tetapi hilang. Pasien tidak dicurigai memiliki riwayat sistemik dan aler
gi. Keluarga pasien (ibu) pernah dirawat dirumah sakit karena penyakit gagal ginj
al. Pasien memiliki kebiasaan buruk seperti merokok dan sering minum kopi.
• Pemeriksaan obyektif
Keadaan Umum
Didapatkan hasil bahwa pasien datang dengan kondisi fisik yang baik, tidak tampa
k pucat lemah dan letih.
Pemeriksaan Ekstra Oral
Hasil dari pemeriksaan ekstra oral pasien normal. Seperti wajah, kepala, leher, kel
enjar limfe dan kelenjar saliva pasien normal dan tidak terdapat pembengkakan. P
emeriksaan pada sendi temporo mandibula juga didapatkan hasil yang normal.
Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan kebersihan rongga mulut pasien didapatkan hasil dengan OHI-S =2,1
7 yang menunjukkan kebersihan mulut pasien dalam kategori sedang.
Kemudian dilakukan pemeriksaan jaringan periodontal pada gigi 31, 32, 33, 41, 4
2, 43 dengan hasil sebagai berikut :
o Gigi 31 : memiliki warna gingiva yang merah dengan tekstur halus dan resesi gi
ngiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan konsiste
nsi gingiva kenyal serta probing depthnya 4 mm dengan BOP (+) dan kegoyanga
n gigi (-) tanpa supurasi.
o Gigi 32 : memiliki warna gingiva yang merah dengan tekstur stipling dan resesi
gingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan konsist
5. ensi gingiva kenyal serta probing depthnya 2,5 mm dengan BOP (+) dan kegoyan
gan gigi (+) tanpa supurasi.
o Gigi 33 memiliki warna gingiva yang merah kebiruan dengan tekstur halus dan r
esesi gingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan k
onsistensi gingiva keras serta probing depthnya 3 mm dengan BOP (+) dan kegoy
angan gigi (-) tanpa supurasi. .
o Gigi 41 memiliki warna gingiva yang merah dengan tekstur stipling dan resesi g
ingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan konsiste
nsi gingiva kenyal serta probing depthnya 2,5 mm dengan BOP (+) dan kegoyang
an gigi (+) tanpa supurasi. .
o Gigi 42 memiliki warna gingiva yang merah dengan tekstur stipling dan resesi g
ingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan konsiste
nsi gingiva kenyal serta probing depthnya 2,5 mm dengan BOP (+) dan kegoyang
an gigi (+) tanpa supurasi.
o Gigi 43 memiliki warna gingiva yang merah kebiruan dengan tekstur stipling da
n resesi gingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva da
n konsistensi gingiva kenyalserta probing depthnya 2,5 mm dengan BOP (+) dan
kegoyangan gigi (+) tanpa supurasi. .
o Gigi 42 memiliki warna gingiva yang merah dengan tekstur stipling dan resesi g
ingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan konsiste
nsi gingiva kenyal serta probing depthnya 2,5 mm dengan BOP (+) dan kegoyang
an gigi (+) tanpa supurasi.
o Gigi 43 memiliki warna gingiva yang merah kebiruan dengan tekstur stipling da
n resesi gingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva da
n konsistensi gingiva kenyal serta probing depthnya 4,5 mm dengan BOP (+) dan
kegoyangan gigi (+) tanpa supurasi.
• Hasil pemeriksaan penunjang (Radiografi) :
Hasil pemeriksaan penunjang radiografi didapatkan bahwa pada gigi 31, 32, 33, 4
1, 42, 43 tampak adanya resorbsi tulang alveolar pola horizontal sampai 1/3 koron
al. Pada gigi 31, 33, 41 dan 43 terdapat pelebaran space periodontal.
Adanya resorbsi tulang alveolar berhubungan dengan penyakit periodontal. Norm
6. alnya, puncak tulang alveolar berada 1-2 mm ke arah apical dari cemento enamel j
unction. Apabila terdapat kehilangan tulang, maka puncak tulang alveolar berada l
ebih dari 2 mm ke arah apical dari cemento enamel junction. Pelebaran space peri
odontal juga mengakibatkan adanya gigi mengalami kehilangan perlekatan sehing
ga gigi menjadi mudah goyang.
Karena pada hasil seluruh pemeriksaan terdapat keluhan utama pasien berupa gigi
nya yang goyang, kemudian pemeriksaan ekstra oral pasien normal, pemeriksaan i
ntra oral pasien didapatkan tanda tanda terjadinya keradangan seperti warna gingi
val yang merah, probing depth yang dalam, hilangnya tekstur normal dari gingiva,
BOP( +) dan terjadi kegoyangan gigi yang menunjukkan adanya kerusakan pada j
aringan penyangga gigi. Pada pemeriksaan radiografi juga menunjukkan adanya r
esorbsi tulang alveolar pola horizontal dan sampai 1/3 koronal, terdapat pelebaran
space periodontal. Pasien juga berumur lebih dari 30 tahun dimana pasien dikatag
orikan dewasa tua, maka pasien didiagnosis mengalami periodontitis kronis.
PROGNOSIS
Berdasarkan data klinis, di dapatkan sebuag prognosa yang buruk dari pasien. Kar
ena, Oral Hyegine dari pasien sedang. Oral Hyegine bisa di lihat dari pemeriksaan
CI-S dan OHI-S. di dapatkan angka 2,17 untuk kebersihan rongga mulut dari pasi
en tersebut. Di katakana prognosa buruk, karena sebagian sudah terdapat kegoyan
gan gigi yang kemungkinan sudah derajat 2. Terdapat pula resesi gingival pada ra
hang bawah dan kehilangan perlekatan yang menandakan bahwa terdapat poket pe
riodontal.
RENCANA PERAWATAN
Perawatan periodontal bukanlah suatu perawatan dental yang berdiri
sendiri. Agar perawatan periodontal berhasil baik, terapi periodontal haruslah
mencakup prosedur-prosedur kedokteran gigi lainnya sesiuai dengan kebutuhan
pasien. Semua prosedur perawatan, baik prosedur yang termasuk bidang
Periodonsia maupun prosedur yang bukan bidang Periodonsia disusun dalam
sekuens (urutan) sebagai mana yang dikemukakan di bawah ini
7. 1. Fase preliminari atau fase perawatan emergensi, fase ini mengarah pada
perawatan yg dibutuhkan secepatnya. Pada ase ini biasanya dilakukan pencabutan
gigi dengan prognosis tidak ada harapan, dan pemasangan gigi tiruan sementara
(bila diperlukan karena alasan tertentu). Fase ini tidak perlu dilakukan karena
tidak adanya kondisi pasien yang emergensi.
2. Fase I merupakan fase non bedah yang diarahkan pada mengeliminasi faktor
etiologi penyakit gingiva dan periodontal. Apabila perawatan berhasil dilakukan,
maka fase ini akanmenghentikan penyakit dental maupun periodontal tersebut.
Pada fase ini dilakukan dilakukan kontrol plak, ekskavasi karies dan restorasi.
Terapi antimikrobial lokal maupun sistemik. Hal tersebut perlu dilakukan karena
OH pasien yang buruk.
3. Evaluasi Respon Terapi Fase Etiotropik (Fase I)
Pada tahap evaluasi respon terapi fase I, yang perlu dilakukan adalah melakukan p
emeriksaan ulang pasca terapi fase I meliputi pemeriksaan kedalaman poket perio
dontalnya atau Probbing Depth apakah probing depth-nya tetap, berkurang, atau b
ertambah dalam setelah dilakukan perawatan fase I; pemeriksaan kondisi gingiva
apakah ada gejala-gejala inflamasi pada gingiva pasien meliputi pemeriksaan POB
+ atau –, serta adanya kemerahan atau tidak pada gingiva gigi yang bersangkutan;
dilakukan pemeriksaan kondisi plak dan kalkulusnya, serta kontrol pada gigi pasi
en yang karies yaitu pada gigi 43 terdapat karies profunda. Evaluasi respon terapi
fase I ini bertujuan untuk melihat pakah pada perawatan fase 1 berhasil ataukah ti
dak,
4. Fase Bedah (Terapi Fase II)
Tindakan bedah perlu dilakukan jika dari hasil evaluasi respon terapi fase I tidak
menujukkan adanya peningkatan kondisi periodontal pasca terapi. Tidak adanya p
erbaikan jaringan periodontal diindikasikan dari hasil pemeriksaan PD pada fase e
valuasi respon terapi fase I, dimana PD hasilnya lebih dari 3 mm dan terdapat ada
nya inflamasi pada gingiva gigi yang bersangkutan. Jika telah diketahui hasil pem
eriksaan PD pasca terapi fase I lebih dari 3 mm dan terdapat adanya inflamasi pad
a gingival maka hal tersebut mengindikasikan bahwa perlu dilakukan perawatan f
ase bedah (fase II). Terapi fase bedah yang mungkin dapat diakukan pada pasien a