SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
93
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN
TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM BARAT DAN TIMUR
(Chemical Characteristic and Fertility of Pelabuhan Ratu Bay Waters
at East and West Monsoon)
Harpasis S. Sanusi1
ABSTRAK
Hasil penelitian pada periode musim barat (Desember, 1993) maupun timur (Juli, 1994) memperlihat-
kan kadar zat hara (NO3-N, NH4-N, PO4-P) yang relatif rendah bagi kebutuhan optimum proses fotosintesis
fitoplankton. Unsur hara SiO2 terlarut pada musim barat, baik di perairan permukaan (37.56 - 151.68 mg
SiO2/l) maupun pada kedalaman 25 m (3.97 - 39.19 mg SiO2/l) jauh berada di atas rata-rata normal 2.0 mg
SiO2/l. Lain halnya pada musim timur, kadar SiO2 tercatat rendah yaitu 0.135 - 0.995 mg SiO2/l (perairan
permukaan) dan 0.132 - 0.218 mg SiO2/l (kedalaman 25 m). Keberadaan unsur hara di perairan teluk selain
dipengaruhi aktivitas fotosintesis juga dipengaruhi masukan dari sistem sungai yang bermuara di teluk (ele-
men alogenik) antara lain berupa pengaruh tingginya padatan tersuspensi (79 - 660 mg/l) yang terbawa sungai
terutama pada musim barat. Penyebaran vertikal (hingga kedalaman 25 m) unsur hara pada kedua musim
memperlihatkan kecenderungan menurun, terutama silikat, fosfat dan nitrat pada musim barat. Kadar unsur
hara yang relatif lebih rendah pada kedalaman 25 m diikuti oleh kelimpahan organisme plankton yang lebih
rendah dibandingkan dengan yang terdapat di perairan permukaan. Pada musim barat, produktivitas atau ke-
suburan perairan teluk, dinilai dari kelimpahan organisme plankton dan bentos, tergolong rendah sampai se-
dang. Berbeda dengan musim timur, produktivitas perairannya relatif tinggi yang dicirikan oleh kelimpahan
plankton yang tinggi.
Kata kunci: Musim barat, musim timur, unsur hara, debit sungai, elemen alogenik, padatan tersuspensi.
ABSTRACT
Result of the study both within the period of northwest monsoon (December 1993) and east monsoon
(July, 1994) showed that nutrient element concentrations (NO3-N, NH4-N, PO4-P) were relatively low for the
optimum requirement of photosynthetic process of the phytoplankton. During northwest monsoon, the nu-
trient concentrations of dissolved SiO2 both at the surface waters (37.56 – 151.68 mg SiO2/l) and at 25 m
depth (3.97 – 39.19 mg SiO2/l) are known higher than 2.0 mg SiO2/l as normal average concentration. In con-
trast, during east monsoon SiO2 concentration were lower at the range of 0.135 – 0.995 mg SiO2/l and 0.132 –
0.218 mg SiO2/l for surface and 25 m depth, respectively. The availability of nutrient elements in the bay in-
fluenced beside are affected by photosynthetic activity, river discharge (as allogenic elements) and high sus-
pended solids (79 – 660 mg/l) carried by the river, especially at northwest monsoon. Vertical distribution (up
to 25 m depth) of the nutrient elements for the two seasons tend to deplete especially for silicate, phosphate
and nitrate at northwest monsoon. Relatively low concentration of nutrient elements at 25 m depth were fol-
lowed by low abundance of plankton population compared to that recorded at the surface water. In term of
abundance of plankton and benthic organisms during northwest monsoon the productivity waters were consi-
dered low up to medium. On the contrary the productivity of the waters were relatively high indicated by
high abundance of plankton population during east monsoon.
Key words: North west monsoon, east monsoon, nutrient element, river discharge, allogenic elements, sus-
pended solid.
PENDAHULUAN
Teluk Pelabuhan Ratu yang luas perair-
annya sekitar 210 km2
memiliki berbagai sum-
berdaya laut seperti berbagai jenis ikan pelagis.
Menurut laporan Dinas Perikanan Pelabuhan Ra-
tu, Kabupaten Sukabumi (Juli, 1993), dalam 3
tahun terakhir telah terjadi penurunan hasil tang-
kap ikan, dari jumlah 120 perahu payang yang
beroperasi hanya sekitar 10% secara ekonomi
menguntungkan. Selain itu, dikemukakan bah-
wa dari target penangkapan ikan sekitar 60 ton
per hari, hanya dapat direalisasikan sebesar 10 -
15 ton per hari.
Ada keterkaitan antara keberhasilan ope-
rasi penangkapan ikan dengan kondisi lingkung-
1
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
94 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2004, Jilid 11, Nomor 2: 93-100
an, selain faktor musim juga karena pengaruh
kesuburan perairan yang berhubungan dengan
tersedianya zat hara dalam perairan, seperti ni-
trat (NO3-N), ammonium (NH4-N) fosfat (PO3-
P) dan silikat (SiO2). Ketersediaan zat hara esen-
sial tersebut dapat merupakan informasi untuk
menilai dan mengevaluasi tingkat produktivitas
atau kesuburan perairan yang bersangkutan.
Suatu lingkungan perairan teluk, umum-
nya kadar zat hara esensialnya sangat berfluktu-
asi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang kompleks seperti intake oleh proses-pro-
ses biologi, adsorpsi, pelepasan dan pengendap-
an oleh partikel tersuspensi, masukan dari darat
(elemen alogenik) maupun pengaruh kondisi hi-
drodinamika teluk itu sendiri. Pengkajian ter-
hadap karakteristik kimiawi zat hara esensial di
perairan Teluk Pelabuhan Ratu akan dapat mem-
berikan gambaran tentang kesuburan perairan
tersebut. Secara tidak langsung berkaitan de-
ngan produktivitas dan daya dukung perairan
yang bersangkutan, yang merupakan fishing
ground bagi usaha perikanan tangkap masyara-
kat nelayan sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mempela-
jari karakteristik kimiawi dan biologi perairan
Teluk Pelabuhan Ratu, khususnya ketersediaan
zat hara esensial, struktur komunitas plankton
dan keterkaitannya dengan kesuburan perairan
pada musim barat dan timur. Penelitian juga di-
maksudkan untuk melihat kontribusi zat hara e-
sensial alogenik yang bersumber dari sistem su-
ngai yang bermuara terhadap kesuburan perair-
an teluk pada musim barat dan timur.
Menurut Clark (1977), produktivitas per-
airan laut lepas (offshore) berkaitan erat dengan
tingkat kesuburan dan produktivitas perairan
pesisir (coastal waters) di sekitarnya. Tingkat
kesuburan suatu perairan pesisir dapat dinilai
dari karakteristik biologi maupun kimianya, khu-
susnya ketersediaan zat hara esensial. Keterse-
diaan zat hara tersebut di suatu perairan pesisir
adalah sangat kompleks karena adanya interaksi
atau pengaruhnya terhadap hasil proses-proses
biokimiawi, kontribusi aktivitas manusia di da-
rat yang masuk ke perairan melalui sistem su-
ngai yang bermuara dan faktor fisika kimiawi
daerah neritik dan oseanik.
Dikemukakan bahwa nitrat dan fosfat me-
rupakan nutrien utama yang dibutuhkan bagi
pertumbuhan organisme fitoplankton (produkti-
vitas primer). Selain itu dibutuhkan pula ele-
men-elemen kimia lainnya (inorganic trace ele-
ments) seperti Fe, Cu, Cr, Zn, Mn, Co (Clark,
1977). Fitoplankton dalam proses fotosintesis
selain memanfaatkan NO3-N juga memanfaat-
kan NH4-N untuk pertumbuhannya. Efektivitas
kedua senyawa kimia tersebut berbeda dalam
nilai photosynthetic quotient (PQ = ∆O2/∆CO2)
yang menentukan pembentukan enegi atau bio-
massa fitoplankton (CH2N)n.
Karena sifatnya dibutuhkan untuk proses-
proses biologi, maka ketersediaan nitrat, fosfat
dan hara lainnya bersifat reaktif dan stabilitas-
nya rendah (Ross, 1982). Clark (1977) menge-
mukakan bahwa tingkat ketersediaan nitrat dan
fosfat di laut dapat merupakan faktor kendala
bagi pertumbuhan fitoplankton dan dapat me-
nentukan tingkat produktivitas suatu perairan
serta berpengaruh terhadap kapasitas daya du-
kung (carrying capacity) suatu perairan.
Burton (1977) berpendapat bahwa umum-
nya ketersediaan nitrat dan fosfat di laut cende-
rung meningkat sampai pada kedalaman kurang
dari 1 km (mencapai sekitar 0.4 mg NO3/l dan
0.05 mg PO4/l) dan kemudian kadarnya berku-
rang dengan semakin dalamnya laut. Khusus
fosfat, ketersediaan yang berlebih akan mensti-
mulir pertumbuhan fitoplankton secara tak ter-
kendali (excessive growth). Keadaan demikian
akan memberikan pengaruh yang merugikan
bagi kondisi ekosistem suatu perairan (Laevastu
dan Hayes, 1981; Clark, 1986).
Selain penilaian melalui pendekatan ka-
rakteristik kimiawi, penilaian terhadap karakte-
ristik biologi, terutama struktur komunitas plank-
ton dan makrozoobentos (kelimpahan dan pe-
nyebarannya) akan membantu dalam mengeva-
luasi kemantapan kesuburan suatu perairan pe-
sisir dan teluk (Odum, 1983).
METODE PENELITIAN
Data yang disajikan dan dibahas merupa-
kan hasil penelitian lapang yang dilakukan pada
bulan Desember 1993 dan Juli 1994 (masing-
masing merupakan periode musim barat dan ti-
mur) untuk memberikan gambaran umum ten-
tang perbedaan karakteristik kimiawi dan kait-
annya dengan kesuburan perairan Teluk Pelabuh-
an Ratu pada kedua musim tersebut. Stasiun 1
sampai 5 terletak di muara sungai (masing-ma-
sing S. Cimandiri, S. Cibutun, S. Citepus, S. Ci-
Sanusi, H. S., Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan Ratu … 95
bareno dan S. Cimaja) dan stasiun 6 sampai 11
terletak di perairan bagian tengah teluk dan 5
stasiun lainnya pada lima sungai yang terletak
pada aliran sungai itu sendiri (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Penelitian Perairan Teluk Pe-
labuhan Ratu
Pengambilan contoh air (stasiun 6 s/d 11)
menggunakan botol Kemmerer water sampler,
masing-masing dilakukan pada lapisan keda-
laman yang berbeda yaitu di permukaan dan ke-
dalaman 25 m, pada saat surut dalam periode mu-
sim barat dan musim timur. Contoh-contoh air
tersebut digunakan untuk mempelajari penye-
baran unsur kimiawi baik secara horizontal ma-
upun vertikal. Pengambilan contoh biota laut di-
lakukan pada lokasi yang sama dengan stasiun
contoh air. Sementara untuk pengambilan con-
toh makrozoobenthos dan sedimen mengguna-
kan Ekman dredge. Pengukuran arah dan kece-
patan arus dilakukan dengan menggunakan cur-
rent meter. Analisis contoh (kimia dan biologi)
dilakukan di Laboratorium Puslitbang Oseano-
logi-LIPI dan Laboratorium Limnologi-Fakul-
tas Perikanan, IPB.
Komponen lingkungan yang diteliti terdi-
ri dari: pertama, Parameter fisik, yaitu suhu a-
ir, padatan tersuspensi, tekstur sedimen dan a-
rus; kedua, Parameter kimia, yaitu salinitas,
pH, DO, BOD5, NO3-N, NH4-N, PO4-P, SiO2;
dan ketiga, Parameter biologi, yaitu struktur
komunitas plankton dan makrozoobenthos.
Analisis fisik, kimia dan biologi menggu-
nakan metode yang dikemukakan Odum (1983),
Newell and Newel (1977), APHA-AWWA-WPCF
(1976), Grasshoff (1976), Gosner (1971), dan
Davis (1955).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Fisika Kimiawi Air
Pada musim barat pola gerak arus adalah
dari arah barat menyusur pantai menuju teluk
(11.6 - 21.7 cm/detik), selanjutnya arus berge-
rak kearah barat-barat laut (8.2 - 14.7 cm/detik).
Sementara pada musim timur arus bergerak me-
nuju teluk dari arah barat (13.0 - 16.1 cm/detik).
Pola arus bagian tengah teluk umumnya menuju
selatan - barat daya dengan kecepatan 5.0 - 18.0
cm/detik. Gerak arus tersebut akan menyebar-
kan padatan tersuspensi, terutama yang bersum-
ber dari S. Cimandiri kearah perairan teluk ba-
gian tengah dan selatan - barat daya dan menga-
kibatkan meningkatnya kekeruhan (79 - 660 mg/l)
serta menurunnya tingkat kecerahan perairan te-
luk terutama pada musim barat. Hasil analisis
kualitas air pada kondisi musim yang berbeda
disajikan pada Tabel 1.
Kisaran suhu permukaan 28.5 - 29.2 ºC,
salinitas 32 – 35 ‰ dan pH 8.30 - 8.31 pada mu-
sim barat memperlihatkan adanya perbedaan di-
bandingkan dengan musim timur dimana terca-
tat kisaran suhu permukaan 25 – 27 ºC, salinitas
29 - 32 ‰ dan pH 7.00 - 7.50. Karena adanya
pengaruh laut terbuka (Samudera Hindia) yang
lebih dominan, pada musim barat kualitas per-
airan teluk lebih menunjukkan keadaan perairan
laut lepas dibandingkan pada musim timur.
Pada kedua musim menunjukkan bahwa
secara vertikal suhu permukaan tercatat lebih
tinggi (sebesar 0.1 - 0.7 ºC) dibandingkan pada
kedalaman 25 m, dan suhu perairan teluk pada
musim barat relatif lebih tinggi dibandingkan
pada musim timur. Adanya perbedaan suhu ter-
sebut selain disebabkan oleh faktor penyinaran
juga disebabkan percampuran dan pengadukan
massa air. Fenomena keadaan suhu di atas me-
nunjang hasil penelitian terdahulu yang dilaku-
kan di perairan Teluk Pelabuhan Ratu dan sela-
tan P. Jawa (Wyrtki, 1961; LON-LIPI, 1975;
Pariwono et al., 1988), yang menyimpulkan
bahwa adanya perbedaan suhu massa air permu-
kaan dan pada kedalaman tertentu dalam kedua
musim tersebut menunjukkan indikasi terjadi-
nya proses up welling di perairan bersangkutan.
96 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2004, Jilid 11, Nomor 2: 93-100
Salinitas perairan pesisir teluk (Stasiun 1
s/d 5), dimana sistem sungai bermuara, tercatat
lebih rendah dibanding perairan teluk bagian te-
ngah (Stasiun 6 s/d 11). Pada musim barat, sa-
linitas di perairan muara S. Cimandiri (debit su-
ngai 95.19 m3
/detik) tercatat 5 ‰, sementara
pada musim timur salinitasnya mencapai 26 ‰
(debit sungai 35.84 m3
/detik). Distribusi verti-
kal salinitas sampai kedalaman 25 m menam-
pakkan adanya perbedaan sebesar 1-2 ‰. Da-
lam periode kedua musim yang berbeda distri-
busi vertikal pH tidak memperlihatkan perbeda-
an yang nyata. Nilai pH yang stabil menunjuk-
kan fungsi penyangga perairan yang baik.
Tabel 1. Karakteristik Fisika – Kimia Perairan Teluk Pelabuhan Ratu.
A. Musim Barat
Suhu (o
C)
Salinitas
(permil)
pH
TSS
(ppm)
DO
(ppm)
BOD5
(ppm)
NO3-N
(ppm)
Stasiun
Penelitian
P K P K P K P K P K P K P K
1 29,05 - 34 - 8,25 - 80,9 - 5,45 - 18,12 - 0,034 -
2 28,95 - 33 - 8,25 - 50,0 - 6,51 - 16,92 - 0,0483 -
3 29,25 - 33 - 8,20 - 23,8 - 6.65 - 14,64 - ttd -
4 28,80 - 5 - 8,03 - 328,0 - 6,55 - 15,72 - 0,0335 -
5 28,85 - 32 - 8,05 - 27,1 - 6,10 - 13,44 - 0,0227 -
6 28,95 8,55 33 34 8,19 8,20 22,2 22,3 6,42 6,75 9,00 5,16 0,0400 ttd
7 29,25 28,55 33 34 8,21 8,23 22,5 23,9 6,14 6,30 5,16 - ttd ttd
8 29,05 28,45 33 35 8,29 8,25 20,5 20,7 6,94 6,65 7,56 5,16 ttd ttd
9 28,65 28,55 32 34 8,30 8,27 16,0 17,9 6,51 6,14 5,16 7,56 ttd ttd
10 28,55 27,95 33 8,30 8,26 16,7 18,8 6,69 6,01 5,16 5,16 0,0316 ttd
11 28,75 28,55 33 8,31 8,29 15,0 16,5 6,75 6,33 - 2,00 ttd ttd
Laboratorium : Puslitbang Oseanologi; P = Permukaan; K = Kedalaman 25 m; ttd = Tidak terdeteksi
B. Musim Timur
Suhu (o
C)
Salinitas
(permil)
pH
TSS
(ppm)
DO
(ppm)
BOD5
(ppm)
NO3-N
(ppm)
Stasiun
Penelitian
P K P K P K P K P K P K P K
1 27.00 - 30 - 7,0 - 27,0 - 6,1 - 2,2 - 0,172 -
2 25,00 - 30 - 7,0 - 20,4 - 6,4 - 3,2 - 0,079 -
3 26,00 - 30 - 7,0 - 20,0 - 6,5 - 3,0 - 0,075 -
4 27,00 - 26 - 28,2 - 28,2 - 6,6 - 3,8 - 0,082 -
5 27,00 - 32 - 23,6 - 23,6 - 7,0 - 4,5 - 0,084 -
6 25,00 24,00 31 29 16,2 7,5 16,2 16,8 6,5 6,0 3,3 3,0 0,020 0,042
7 27,00 25,00 31 3- 19,2 7,0 19,2 20,0 6,1 6,3 3,8 4,1 0,042 0,067
8 25,00 25,00 32 29 16,8 6,8 16,8 20,0 6,7 6,0 3,7 2,5 0,042 0,059
9 25.00 25,00 31 29 15,3 7,0 15,3 16,2 6,9 6,0 4,0 2,5 0,092 0,040
10 25,00 25,00 31 29 15,3 7,0 15,3 20,4 6,0 6,0 3,9 2,5 0,088 0,048
11 25,00 24,00 31 30 15,8 7,5 15,8 16,2 7,0 6,3 3,8 3,5 0,038 0,087
Laboratorium: Limnologi – Fakultas Perikanan, IPB; P = Permukaan; K = Kedalaman 25 m; ttd = Tidak terdeteksi
Padatan tersuspensi (TSS) terdiri dari ba-
han anorganik, seperti mineral liat maupun ba-
han organik (partikel organik, plankton) yang
terdapat dalam kolom air. Kandungan TSS di
perairan pesisir teluk diketahui lebih tinggi (23.8 -
328.0 mg/l) dibandingkan dengan yang terukur
di bagian tengah teluk (15.0 - 22.5 mg/l), dima-
na penyebarannya secara vertikal pada keda-
laman 25 m tidak dijumpai adanya perbedaan
nyata. Hasil pengukuran menunjukkan pada
bulan Desember kandungan TSS lebih tinggi
dibandingkan pada bulan Juli.
Pada umumnya dapat dikemukakan bah-
wa kandungan TSS dalam perairan teluk masih
tergolong rendah, kecuali di muara S. Cimandi-
ri (328.0 mg/l) dan S Cibareno (80.9 mg/l). Kan-
dungan TSS berpengaruh terhadap penetrasi ca-
haya ke dalam badan air (0.15 – 1.70 m) karena
adanya sungai yang bermuara dibandingkan de-
ngan perairan bagian tengah teluk (2.30 - 7.50
m). Kandungan oksigen terlarut (DO) baik pa-
da bulan Desember (5.45 – 6.94 mg/l) maupun
bulan Juli musim timur (6.10 - 7.00 mg/l) tergo-
long cukup baik bagi proses kehidupan biota
Sanusi, H. S., Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan Ratu … 97
laut, serta tidak terlihat adanya perbedaan nyata
antar stasiun pengamatan. Pada umumnya DO
di permukaan relatif lebih tinggi (0.16 - 0.43
mg/l) dibandingkan pada kedalaman 25 m. Ter-
jadinya proses difusi oksigen dari udara dan fo-
tosintesis merupakan faktor penyebab nilai DO
yang lebih besar dan relatif stabil di lapisan per-
mukaan, sebagaimana umumnya fenomena ala-
mi perairan laut tropis (Ross, 1982).
Kandungan BOD5 permukaan pada bulan
Juli (2.2 - 4.5 mg/l) lebih rendah dibandingkan
bulan Desember (5.16 - 18.12 mg/l). Demikian
pula BOD5 pada kedalaman 25 m. Penyebaran
vertikal BOD5 tidak memperlihatkan perbedaan
yang besar. Pada musim barat dimana masukan
massa air sungai ke perairan teluk besar, nilai
BOD5 di perairan pesisir mencapai 2 - 3 kali le-
bih besar dibandingkan yang terukur di perairan
teluk bagian tengah. Hasil penelitian menun-
jukkan bahwa adanya masukan massa air sungai
di perairan teluk berpengaruh terhadap pening-
katan BOD5.
Senyawa nitrat, ammonium, fosfat dan si-
likat merupakan zat hara esensial yang diperlu-
kan dalam proses fotosintesis dan pembentukan
biomassa produktivitas primer perairan. Pada
bulan Desember kadar nitrat, ammonium dan
fosfat di permukaan berfluktuasi dengan kisaran
0.01 (tidak terdeteksi) - 0.40 mg nitrat/l, 0.007 -
0.036 mg ammonium/l dan 0.001 (tidak terde-
teksi) - 0.01 mg fosfat/l. Pada kedalaman 25 m
umumnya kadar zat hara tersebut lebih rendah
dan atau tidak terdeteksi. Berbeda dengan bu-
lan Desember, pada bulan Juli penyebaran ni-
trat, ammonium dan fosfat di permukaan dan
pada kedalaman 25 m homogen, dimana kadar
rata-ratanya lebih besar disbanding bulan De-
sember (Tabel 1).
Saat pengamatan, gambaran penyebaran
vertikal (hingga kedalaman 25 m), kadar zat ha-
ra tidak memperlihatkan adanya peningkatan de-
ngan bertambahnya kedalaman perairan. Kea-
daan serupa diperoleh pula dari hasil penelitian
Redfield (Amstrong, 1969) dan Burton (1977).
Hal tersebut besar kemungkinan disebabkan a-
danya aktivitas pemanfaatan oleh fitoplankton
yang ditunjukkan oleh kelimpahan populasinya
yang relatif lebih tinggi di lokasi bersangkutan
yang merupakan zona eupotik. Selain itu hasil
penelitian juga mendapatkan kelimpahan fito-
plankton yang lebih tinggi pada bulan Juli di-
banding bulan Desember.
Hasil pengukuran memperlihatkan kadar
nitrat, ammonium dan fosfat (kecuali silikat) le-
bih rendah daripada kadar optimum untuk pro-
ses fotosintesis, yaitu masing-masing 0.9 - 3.5
mg nitrat/l dan 0.09 - 1.80 mg fosfat/l (Macken-
thum, 1969) dan 0.3 - 5.34 mg ammonium/l
(Chea in Syahril, 1990).
Berdasarkan kadar zat hara yang terukur
saat pengamatan, dapat dikemukakan bahwa ke-
suburan perairan teluk tergolong rendah sampai
sedang (Yoshimura in Laws, 1981; Vollenwel-
der in Gunawati, 1984). Tingginya padatan ter-
suspensi di perairan sungai (terutama pada mu-
sim barat) berperan dalam menurunkan kadar
zat hara di perairan teluk melalui proses adsorp-
si dan sedimentasi. Berdasarkan keterangan di
atas, dapat dikemukakan bahwa berfluktuasinya
kadar zat hara yang dijumpai di lokasi studi di-
sebabkan oleh beberapa faktor, yaitu adanya
masukan dari sistem sungai yang bermuara,
pemanfaatan melalui proses fotosintesis, proses
adsorpsi dan sedimentasi oleh padatan tarsus-
pensi.
Berbeda dengan fenomena nitrat, ammo-
nium dan fosfat, pada bulan Desember perairan
teluk dan sistem sungai yang bermuara me-
ngandung silikat yang tergolong tinggi. Zat ha-
ra silikat dalam bentuk terlarut Si(OH)4 berkisar
sebesar 93.76 - 167.97 µg/l (di muara sungai),
25.04 - 97.78 µg/l (di perairan teluk bagian te-
ngah) dan 6.62 - 39.19 µg/l pada kedalaman 25
m. Diketahui bahwa zat hara silikat terlarut di-
butuhkan untuk pembentukan biomassa fito-
plakton bacillariophyceae. Tingginya kadar si-
likat di perairan muara karena adanya masukan
dari sistem sungai yang bermuara ke teluk (Ta-
bel 1). Sebaran zat hara nitrat, ammonium dan
silikat untuk kedua musim yang berbeda disaji-
kan pada Gambar 2, 3, 4 dan 5.
Karakteristik Biologi
Hasil studi menyatakan bahwa organisme
fitoplankton terdiri dari 3 kelas, yaitu Bacilla-
riophyceae, Cyanophyceae dan Dynophyceae
masing-masing dengan 20, 2 dan 7 taksa. Or-
ganisme fitoplankton didominasi oleh kelas Ba-
cillariophyceae (kelimpahan rata-rata lebioh da-
ri 77.0% dari seluruh populasi fitoplankton yang
terukur). Secara umum kelimpahan fitoplank-
ton di perairan muara/pesisir yang terukur pada
bulan Desember maupun bulan Juli tercatat jauh
98 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2004, Jilid 11, Nomor 2: 93-100
lebih rendah dibandingkan dengan yang terda-
pat di perairan teluk bagian tengah. Keadaan i-
ni kemungkinan disebabkan adanya pengaruh
kekeruhan (yang tergolong tinggi di perairan
muara) terhadap aktivitas fotosintesis fitoplank-
ton yang mengakibatkan pemanfaatan zat hara
untuk pembentukan biomassa fitoplankton tidak
berjalan secara optimum.
Gambar 2. Sebaran NO3-N Musim Barat Permukaan (kiri), NO3 Musim Timur Permukaan (tengah) dan
NO3 Musim Timur Kedalaman 25 m (kanan).
Gambar 3. Sebaran NH4 Musim Barat Permukaan (atas kiri), NH4 Musim Barat Kedalaman 25 m (atas
kanan), NH4 Musim Timur Permukaan (bawah kiri) dan NH4 Musim Timur Kedalaman 25
m (bawah kanan)
Evaluasi berdasarkan kelimpahan fito-
plankton diketahui bahwa perairan teluk bagian
tengah memiliki kesuburan tergolong sedang (mu-
sim barat) sampai baik (musim timur), dengan
kelimpahan masing-masing sebesar 1 907-9 819
sel/l pada bulan Desember dan 8 748-185 760 sel/l
pada bulan Juli. Demikian pula gambaran de-
ngan menggunakan kelimpahan Bacillariophy-
ceae sebagai indikator untuk menilai tingkat ke-
suburan suatu perairan, diperoleh 672 - 28 544
sel/l pada bulan Desember dan sebesar 8 676 –
185 040 sel/l pada bulan Juli. Lund (1969) me-
NH4
N
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
0.00
0.02
0.04
0.06
0.08
0.10
0.12
0.14
0.16
0.18
0.20
0.22
0.24
PNH4
N
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
0.01
0.01
0.01
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.03
0.03
0.03
P
NH4
– N
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
0.00
0.01
0.01
0.02
0.02
0.02
0.03
P
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
-0.10
-0.02
0.06
0.14
0.22
0.30
0.38
NO3
– N
P
106.15 106.2 106.25 106.3 106.35 106.4 106.45 106.5 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
0.02
0.04
0.05
0.07
0.08
0.10
0.12
0.13
0.15
0.16
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
NO3
– N
0.04
0.05
0.06
0.06
0.07
0.08
P
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
P
0.00
0.00
0.01
0.01
0.02
0.02
0.02
0.03
0.03
NH4
– N
Sanusi, H. S., Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan Ratu … 99
ngemukakan bahwa kesuburan perairan laut
yang tergolong sedang memiliki kelimpahan
Bacillariophyceae pada kisaran 100 – 40 000
sel/l.
Gambar 4. Sebaran PO4 Musim Barat Permukaan (kiri), PO4 Musim Timur Permukaan (tengah) dan
PO4 Musim Timur Kedalaman 25 m (kanan).
Gambar 5. Sebaran SiO2 Musim Barat Permukaan (atas kiri), SiO2 Musim Barat Kedalaman 25 m (atas
kanan), SiO2 Musim Timur Permukaan (bawah kiri) dan SiO2 Musim Timur Kedalaman 25
m (bawah kanan).
Komunitas zooplankton dominan terdiri
dari kelas Crustacea (14 taksa). Pengukuran
dalam 2 periode musim menunjukkan bahwa
kelimpahan zooplankton di perairan permukaan
lebih besar daripada yang terukur pada keda-
laman 25 m. Pola penyebaran zooplankton me-
nampakkan adanya kesamaan dengan fitoplank-
ton, karena adanya hubungan pemangsa zoo-
plankton-fitoplankton melalui sistem rantai ma-
kanan. Kelimpahan makrozoobenthos tergolong
rendah (300 - 500 ind/m2
), dan umumnya terdiri
dari kelas Polychaeta. Organisme tersebut hi-
dup baik pada habitat dengan tekstur dominan
pasir maupun fraksi debu dan liat.
SiO
2
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
0.13
0.14
0.15
0.16
0.17
0.18
0.19
0.20
0.21
P
106.15 106.2 106.25 106.3 106.35 106.4 106.45 106.5 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
1.10
SiO
2
P
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
2
8
14
20
26
32
38
44
SiO2
(ppb
P
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
20
40
60
80
100
120
140
160
SiO2
(ppb
P
NO
4
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
0.0010
0.0020
0.0030
0.0040
0.0050
0.0060
PNO4
P
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
0.0005
0.0013
0.0021
0.0029
0.0037
0.0045
0.0053
P
106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55
Bujur Timur
-7.30
-7.25
-7.20
-7.15
-7.10
-7.05
-7.00
-6.95
-6.90
-6.85
LintangSelatan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
NO
4
P
100 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2004, Jilid 11, Nomor 2: 93-100
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke-
tersediaan zat hara esensial (nitrat, ammonium,
fosfat dan silikat) di perairan Teluk Pelabuhan
Ratu pada bulan Juli adalah lebih baik daripada
bulan Desember, namun masih tergolong ren-
dah dan di bawah kadar optimum bagi aktivitas
fotosintesis. Ketersediaan zat hara di lokasi stu-
di dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu masuk-
an oleh sistem sungai, aktivitas fotosintesis dan
adsorpsi serta sedimentasi oleh partikel tersus-
pensi.
Pola distribusi vertikal oksigen terlarut
dan zat hara esensial (hingga kedalaman 25 m)
memperlihatkan kadar yang relatif lebih tinggi
pada permukaan. Kadar zat hara yang lebih
rendah tercatat pada kedalaman 25 m yang dii-
ringi kelimpahan plankton yang rendah pula.
Hasil penelitian juga memperlihatkan penyebar-
an suhu yang lebih rendah pada bulan Juli di-
bandingkan bulan Desember. Hal mana meru-
pakan indikasi terjadinya proses upwelling pada
musim timur.
Kelimpahan plankton pada bulan Juli di-
ketahui lebih tinggi daripada bulan Desember.
Keadaaan tersebut terkait dengan kesuburan a-
tau produktivitas perairan. Selain itu tingginya
kekeruhan pada bulan Desember disebabkan a-
danya masukan padatan tersuspensi melalui sis-
tem sungai yang bermuara, hal mana mengaki-
batkan penurunan tingkat kecerahan dan kelim-
pahan fitoplankton di perairan teluk.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, F. A. J. 1969. The Distribution of Phospho-
rous in the Water in Oceanography and Marine Bi-
ology. Vol. 3. H. Barnes, G. Allen and Cerwin (ed.)
Rushia House Museum Street, London, pp. 79-93.
APHA, AWWA, WPCF. 1976. Standard Methoda for
the Examination of Water and Waste Water. Ame-
rican Public Health Association, AWWA, WPCF
Washington, DC.
Burton, J. D. 1977. Science, Technology and The Sea.
John Wiley and Sons. New York.
Clark, J. R. 1977. Coastal Ecosystem Management.
Technical Manual for The Conservation of Coastal
Zone Resources. John Wiley and Sons. New York.
Clark, R. B. 1986. Marine Pollution. Clarondon Press.
Oxford.
Davis, C. C. 1955. The Marine and Fresh Water Plank-
ton. Michigan State
Gosner, K. L. and R. S. Claymo (ed.). 1967. Chemical
Environment in Aquatic Habitat. Proceeding of an
IBP Symposium, 10-16 October 1966, Amsterdam. N.
V. Noord. Holandsche Uitgevers Maatstchappij-Ams-
terdam. 1967.
Grasshoff, K. 1976. Methods of Sea Water Analysis.
Verlag Chemie, New York
Gunawati, I. 1984. Pengaruh Pembusukan Kelampis
(Mimosa pigra) Terhadap Kuantitas dan Kualitas
Plankton. Karya Ilmiah Fakultas Perikanan - IPB,
Bogor.
Laevastu, T and M. L. Hayes. 1981. Fisheries Oceano-
graphy and Ecology. Fishing News (book) Ltd. Eng-
land
Laws, E. A. 1981. Aquatic Pollution. Introductory Text.
John Wiley and Sons, New York.
LON-LIPI. 1975. Atlas Oseanografi Perairan Indonesia
dan Sekitarnya. LON-LIPI, Jakarta.
Mackenthum, K. M. 1969. Phytoplankton, Eutrophy-
cation causes, Consequence Correlative. Proceeding
at Washingron. Pp. 306-330
Newell, G. E. and R. C. Newell. 1977. Marine Plank-
ton. A Practical Guide. 5th
Edition Hutchinson and
Co Ltd. London.
Odum, E. P. 1983. Basic Ecology. Sounder College Pub-
lishing, London.
Pariwono, J. I., M. Eidman, S. Rahardjo, M. Purba, T.
Prartono, R. Widodo, U. Juariah dan J. H Hutapea.
1988. Studi Up Welling di Perairan Selatan Pulau
Jawa. Fakultas, Perikanan, IPB. Bogor
Ross, D. A. 1982. Introduction to Oceanography. Pren-
tice Hall Inc. New Jersey.
Syahrir. 1990. Pengendalian Blooming Fitoplankton de-
ngan Menggunakan CuSO4 5H2O. Studi Kasus di
Kebun Binatang Ragunan, Jakarta. Karya Ilmiah.
Fakultas Perikanan, IPB. Bogor.
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of South East
Asian Waters. Naga Report Vol. 2. La Jolla. Cali-
fornia, USA.

More Related Content

What's hot

Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1
Dewi Abiz
 
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAHSEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
Repository Ipb
 
Geografi persentase
Geografi persentaseGeografi persentase
Geografi persentase
Zay Zy
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
rizky hadi
 

What's hot (18)

Nugroho, galih adi
Nugroho, galih adiNugroho, galih adi
Nugroho, galih adi
 
6.isnaini
6.isnaini6.isnaini
6.isnaini
 
Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eu...
Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eu...Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eu...
Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eu...
 
3. proses geologi 07
3. proses geologi 073. proses geologi 07
3. proses geologi 07
 
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDABIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
 
Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1
 
Explore
ExploreExplore
Explore
 
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAHSEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
 
Monitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglekMonitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglek
 
Geografi persentase
Geografi persentaseGeografi persentase
Geografi persentase
 
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakartaestimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
 
Ringkasan fix
Ringkasan  fixRingkasan  fix
Ringkasan fix
 
36 sebatik
36 sebatik36 sebatik
36 sebatik
 
Limnologi
Limnologi Limnologi
Limnologi
 
Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo
Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongoAnalisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo
Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
 

Similar to KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM BARAT DAN TIMUR

Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
gio_simamora
 
Jurnal analisis kandungan amonia
Jurnal analisis kandungan amoniaJurnal analisis kandungan amonia
Jurnal analisis kandungan amonia
Siti Subaidah
 
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Mujiyanto -
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
Mustain Adinugroho
 
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakartaKeragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta
Anjas Asmara, S.Si
 
PPT MANGROVE
PPT MANGROVEPPT MANGROVE
PPT MANGROVE
Elvionita
 

Similar to KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM BARAT DAN TIMUR (20)

1 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-171 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-17
 
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docxBAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
 
prediksi zona potensi penangkapan ikan
prediksi zona potensi penangkapan ikanprediksi zona potensi penangkapan ikan
prediksi zona potensi penangkapan ikan
 
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran bantenPraktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
 
494 981-1-sm
494 981-1-sm494 981-1-sm
494 981-1-sm
 
Pengantar oseanografi
Pengantar oseanografiPengantar oseanografi
Pengantar oseanografi
 
Kuliah 4 Faktor Lingkungan dan Adaptasi Mangrove.pdf
Kuliah 4 Faktor Lingkungan dan Adaptasi Mangrove.pdfKuliah 4 Faktor Lingkungan dan Adaptasi Mangrove.pdf
Kuliah 4 Faktor Lingkungan dan Adaptasi Mangrove.pdf
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
 
Jurnal perairan
Jurnal perairanJurnal perairan
Jurnal perairan
 
Ikan tercemar logam barito1
Ikan tercemar logam barito1Ikan tercemar logam barito1
Ikan tercemar logam barito1
 
Jurnal analisis kandungan amonia
Jurnal analisis kandungan amoniaJurnal analisis kandungan amonia
Jurnal analisis kandungan amonia
 
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
 
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxMAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
 
Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
 
Kuliah Umum: Hidrodinamika Laut Indonesia
Kuliah Umum: Hidrodinamika Laut IndonesiaKuliah Umum: Hidrodinamika Laut Indonesia
Kuliah Umum: Hidrodinamika Laut Indonesia
 
Tambak udang
Tambak udangTambak udang
Tambak udang
 
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakartaKeragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta
 
PPT MANGROVE
PPT MANGROVEPPT MANGROVE
PPT MANGROVE
 

More from Repository Ipb

SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
Repository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
Repository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
Repository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
Repository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkungPenyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
SemediGiri2
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
Mas PauLs
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
SuzanDwiPutra
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
randikaakbar11
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
putrisari631
 

Recently uploaded (20)

M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptxM5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
 
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkungPenyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptxMETODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
 

KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM BARAT DAN TIMUR

  • 1. 93 KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM BARAT DAN TIMUR (Chemical Characteristic and Fertility of Pelabuhan Ratu Bay Waters at East and West Monsoon) Harpasis S. Sanusi1 ABSTRAK Hasil penelitian pada periode musim barat (Desember, 1993) maupun timur (Juli, 1994) memperlihat- kan kadar zat hara (NO3-N, NH4-N, PO4-P) yang relatif rendah bagi kebutuhan optimum proses fotosintesis fitoplankton. Unsur hara SiO2 terlarut pada musim barat, baik di perairan permukaan (37.56 - 151.68 mg SiO2/l) maupun pada kedalaman 25 m (3.97 - 39.19 mg SiO2/l) jauh berada di atas rata-rata normal 2.0 mg SiO2/l. Lain halnya pada musim timur, kadar SiO2 tercatat rendah yaitu 0.135 - 0.995 mg SiO2/l (perairan permukaan) dan 0.132 - 0.218 mg SiO2/l (kedalaman 25 m). Keberadaan unsur hara di perairan teluk selain dipengaruhi aktivitas fotosintesis juga dipengaruhi masukan dari sistem sungai yang bermuara di teluk (ele- men alogenik) antara lain berupa pengaruh tingginya padatan tersuspensi (79 - 660 mg/l) yang terbawa sungai terutama pada musim barat. Penyebaran vertikal (hingga kedalaman 25 m) unsur hara pada kedua musim memperlihatkan kecenderungan menurun, terutama silikat, fosfat dan nitrat pada musim barat. Kadar unsur hara yang relatif lebih rendah pada kedalaman 25 m diikuti oleh kelimpahan organisme plankton yang lebih rendah dibandingkan dengan yang terdapat di perairan permukaan. Pada musim barat, produktivitas atau ke- suburan perairan teluk, dinilai dari kelimpahan organisme plankton dan bentos, tergolong rendah sampai se- dang. Berbeda dengan musim timur, produktivitas perairannya relatif tinggi yang dicirikan oleh kelimpahan plankton yang tinggi. Kata kunci: Musim barat, musim timur, unsur hara, debit sungai, elemen alogenik, padatan tersuspensi. ABSTRACT Result of the study both within the period of northwest monsoon (December 1993) and east monsoon (July, 1994) showed that nutrient element concentrations (NO3-N, NH4-N, PO4-P) were relatively low for the optimum requirement of photosynthetic process of the phytoplankton. During northwest monsoon, the nu- trient concentrations of dissolved SiO2 both at the surface waters (37.56 – 151.68 mg SiO2/l) and at 25 m depth (3.97 – 39.19 mg SiO2/l) are known higher than 2.0 mg SiO2/l as normal average concentration. In con- trast, during east monsoon SiO2 concentration were lower at the range of 0.135 – 0.995 mg SiO2/l and 0.132 – 0.218 mg SiO2/l for surface and 25 m depth, respectively. The availability of nutrient elements in the bay in- fluenced beside are affected by photosynthetic activity, river discharge (as allogenic elements) and high sus- pended solids (79 – 660 mg/l) carried by the river, especially at northwest monsoon. Vertical distribution (up to 25 m depth) of the nutrient elements for the two seasons tend to deplete especially for silicate, phosphate and nitrate at northwest monsoon. Relatively low concentration of nutrient elements at 25 m depth were fol- lowed by low abundance of plankton population compared to that recorded at the surface water. In term of abundance of plankton and benthic organisms during northwest monsoon the productivity waters were consi- dered low up to medium. On the contrary the productivity of the waters were relatively high indicated by high abundance of plankton population during east monsoon. Key words: North west monsoon, east monsoon, nutrient element, river discharge, allogenic elements, sus- pended solid. PENDAHULUAN Teluk Pelabuhan Ratu yang luas perair- annya sekitar 210 km2 memiliki berbagai sum- berdaya laut seperti berbagai jenis ikan pelagis. Menurut laporan Dinas Perikanan Pelabuhan Ra- tu, Kabupaten Sukabumi (Juli, 1993), dalam 3 tahun terakhir telah terjadi penurunan hasil tang- kap ikan, dari jumlah 120 perahu payang yang beroperasi hanya sekitar 10% secara ekonomi menguntungkan. Selain itu, dikemukakan bah- wa dari target penangkapan ikan sekitar 60 ton per hari, hanya dapat direalisasikan sebesar 10 - 15 ton per hari. Ada keterkaitan antara keberhasilan ope- rasi penangkapan ikan dengan kondisi lingkung- 1 Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
  • 2. 94 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2004, Jilid 11, Nomor 2: 93-100 an, selain faktor musim juga karena pengaruh kesuburan perairan yang berhubungan dengan tersedianya zat hara dalam perairan, seperti ni- trat (NO3-N), ammonium (NH4-N) fosfat (PO3- P) dan silikat (SiO2). Ketersediaan zat hara esen- sial tersebut dapat merupakan informasi untuk menilai dan mengevaluasi tingkat produktivitas atau kesuburan perairan yang bersangkutan. Suatu lingkungan perairan teluk, umum- nya kadar zat hara esensialnya sangat berfluktu- asi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks seperti intake oleh proses-pro- ses biologi, adsorpsi, pelepasan dan pengendap- an oleh partikel tersuspensi, masukan dari darat (elemen alogenik) maupun pengaruh kondisi hi- drodinamika teluk itu sendiri. Pengkajian ter- hadap karakteristik kimiawi zat hara esensial di perairan Teluk Pelabuhan Ratu akan dapat mem- berikan gambaran tentang kesuburan perairan tersebut. Secara tidak langsung berkaitan de- ngan produktivitas dan daya dukung perairan yang bersangkutan, yang merupakan fishing ground bagi usaha perikanan tangkap masyara- kat nelayan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempela- jari karakteristik kimiawi dan biologi perairan Teluk Pelabuhan Ratu, khususnya ketersediaan zat hara esensial, struktur komunitas plankton dan keterkaitannya dengan kesuburan perairan pada musim barat dan timur. Penelitian juga di- maksudkan untuk melihat kontribusi zat hara e- sensial alogenik yang bersumber dari sistem su- ngai yang bermuara terhadap kesuburan perair- an teluk pada musim barat dan timur. Menurut Clark (1977), produktivitas per- airan laut lepas (offshore) berkaitan erat dengan tingkat kesuburan dan produktivitas perairan pesisir (coastal waters) di sekitarnya. Tingkat kesuburan suatu perairan pesisir dapat dinilai dari karakteristik biologi maupun kimianya, khu- susnya ketersediaan zat hara esensial. Keterse- diaan zat hara tersebut di suatu perairan pesisir adalah sangat kompleks karena adanya interaksi atau pengaruhnya terhadap hasil proses-proses biokimiawi, kontribusi aktivitas manusia di da- rat yang masuk ke perairan melalui sistem su- ngai yang bermuara dan faktor fisika kimiawi daerah neritik dan oseanik. Dikemukakan bahwa nitrat dan fosfat me- rupakan nutrien utama yang dibutuhkan bagi pertumbuhan organisme fitoplankton (produkti- vitas primer). Selain itu dibutuhkan pula ele- men-elemen kimia lainnya (inorganic trace ele- ments) seperti Fe, Cu, Cr, Zn, Mn, Co (Clark, 1977). Fitoplankton dalam proses fotosintesis selain memanfaatkan NO3-N juga memanfaat- kan NH4-N untuk pertumbuhannya. Efektivitas kedua senyawa kimia tersebut berbeda dalam nilai photosynthetic quotient (PQ = ∆O2/∆CO2) yang menentukan pembentukan enegi atau bio- massa fitoplankton (CH2N)n. Karena sifatnya dibutuhkan untuk proses- proses biologi, maka ketersediaan nitrat, fosfat dan hara lainnya bersifat reaktif dan stabilitas- nya rendah (Ross, 1982). Clark (1977) menge- mukakan bahwa tingkat ketersediaan nitrat dan fosfat di laut dapat merupakan faktor kendala bagi pertumbuhan fitoplankton dan dapat me- nentukan tingkat produktivitas suatu perairan serta berpengaruh terhadap kapasitas daya du- kung (carrying capacity) suatu perairan. Burton (1977) berpendapat bahwa umum- nya ketersediaan nitrat dan fosfat di laut cende- rung meningkat sampai pada kedalaman kurang dari 1 km (mencapai sekitar 0.4 mg NO3/l dan 0.05 mg PO4/l) dan kemudian kadarnya berku- rang dengan semakin dalamnya laut. Khusus fosfat, ketersediaan yang berlebih akan mensti- mulir pertumbuhan fitoplankton secara tak ter- kendali (excessive growth). Keadaan demikian akan memberikan pengaruh yang merugikan bagi kondisi ekosistem suatu perairan (Laevastu dan Hayes, 1981; Clark, 1986). Selain penilaian melalui pendekatan ka- rakteristik kimiawi, penilaian terhadap karakte- ristik biologi, terutama struktur komunitas plank- ton dan makrozoobentos (kelimpahan dan pe- nyebarannya) akan membantu dalam mengeva- luasi kemantapan kesuburan suatu perairan pe- sisir dan teluk (Odum, 1983). METODE PENELITIAN Data yang disajikan dan dibahas merupa- kan hasil penelitian lapang yang dilakukan pada bulan Desember 1993 dan Juli 1994 (masing- masing merupakan periode musim barat dan ti- mur) untuk memberikan gambaran umum ten- tang perbedaan karakteristik kimiawi dan kait- annya dengan kesuburan perairan Teluk Pelabuh- an Ratu pada kedua musim tersebut. Stasiun 1 sampai 5 terletak di muara sungai (masing-ma- sing S. Cimandiri, S. Cibutun, S. Citepus, S. Ci-
  • 3. Sanusi, H. S., Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan Ratu … 95 bareno dan S. Cimaja) dan stasiun 6 sampai 11 terletak di perairan bagian tengah teluk dan 5 stasiun lainnya pada lima sungai yang terletak pada aliran sungai itu sendiri (Gambar 1). Gambar 1. Lokasi Penelitian Perairan Teluk Pe- labuhan Ratu Pengambilan contoh air (stasiun 6 s/d 11) menggunakan botol Kemmerer water sampler, masing-masing dilakukan pada lapisan keda- laman yang berbeda yaitu di permukaan dan ke- dalaman 25 m, pada saat surut dalam periode mu- sim barat dan musim timur. Contoh-contoh air tersebut digunakan untuk mempelajari penye- baran unsur kimiawi baik secara horizontal ma- upun vertikal. Pengambilan contoh biota laut di- lakukan pada lokasi yang sama dengan stasiun contoh air. Sementara untuk pengambilan con- toh makrozoobenthos dan sedimen mengguna- kan Ekman dredge. Pengukuran arah dan kece- patan arus dilakukan dengan menggunakan cur- rent meter. Analisis contoh (kimia dan biologi) dilakukan di Laboratorium Puslitbang Oseano- logi-LIPI dan Laboratorium Limnologi-Fakul- tas Perikanan, IPB. Komponen lingkungan yang diteliti terdi- ri dari: pertama, Parameter fisik, yaitu suhu a- ir, padatan tersuspensi, tekstur sedimen dan a- rus; kedua, Parameter kimia, yaitu salinitas, pH, DO, BOD5, NO3-N, NH4-N, PO4-P, SiO2; dan ketiga, Parameter biologi, yaitu struktur komunitas plankton dan makrozoobenthos. Analisis fisik, kimia dan biologi menggu- nakan metode yang dikemukakan Odum (1983), Newell and Newel (1977), APHA-AWWA-WPCF (1976), Grasshoff (1976), Gosner (1971), dan Davis (1955). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisika Kimiawi Air Pada musim barat pola gerak arus adalah dari arah barat menyusur pantai menuju teluk (11.6 - 21.7 cm/detik), selanjutnya arus berge- rak kearah barat-barat laut (8.2 - 14.7 cm/detik). Sementara pada musim timur arus bergerak me- nuju teluk dari arah barat (13.0 - 16.1 cm/detik). Pola arus bagian tengah teluk umumnya menuju selatan - barat daya dengan kecepatan 5.0 - 18.0 cm/detik. Gerak arus tersebut akan menyebar- kan padatan tersuspensi, terutama yang bersum- ber dari S. Cimandiri kearah perairan teluk ba- gian tengah dan selatan - barat daya dan menga- kibatkan meningkatnya kekeruhan (79 - 660 mg/l) serta menurunnya tingkat kecerahan perairan te- luk terutama pada musim barat. Hasil analisis kualitas air pada kondisi musim yang berbeda disajikan pada Tabel 1. Kisaran suhu permukaan 28.5 - 29.2 ºC, salinitas 32 – 35 ‰ dan pH 8.30 - 8.31 pada mu- sim barat memperlihatkan adanya perbedaan di- bandingkan dengan musim timur dimana terca- tat kisaran suhu permukaan 25 – 27 ºC, salinitas 29 - 32 ‰ dan pH 7.00 - 7.50. Karena adanya pengaruh laut terbuka (Samudera Hindia) yang lebih dominan, pada musim barat kualitas per- airan teluk lebih menunjukkan keadaan perairan laut lepas dibandingkan pada musim timur. Pada kedua musim menunjukkan bahwa secara vertikal suhu permukaan tercatat lebih tinggi (sebesar 0.1 - 0.7 ºC) dibandingkan pada kedalaman 25 m, dan suhu perairan teluk pada musim barat relatif lebih tinggi dibandingkan pada musim timur. Adanya perbedaan suhu ter- sebut selain disebabkan oleh faktor penyinaran juga disebabkan percampuran dan pengadukan massa air. Fenomena keadaan suhu di atas me- nunjang hasil penelitian terdahulu yang dilaku- kan di perairan Teluk Pelabuhan Ratu dan sela- tan P. Jawa (Wyrtki, 1961; LON-LIPI, 1975; Pariwono et al., 1988), yang menyimpulkan bahwa adanya perbedaan suhu massa air permu- kaan dan pada kedalaman tertentu dalam kedua musim tersebut menunjukkan indikasi terjadi- nya proses up welling di perairan bersangkutan.
  • 4. 96 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2004, Jilid 11, Nomor 2: 93-100 Salinitas perairan pesisir teluk (Stasiun 1 s/d 5), dimana sistem sungai bermuara, tercatat lebih rendah dibanding perairan teluk bagian te- ngah (Stasiun 6 s/d 11). Pada musim barat, sa- linitas di perairan muara S. Cimandiri (debit su- ngai 95.19 m3 /detik) tercatat 5 ‰, sementara pada musim timur salinitasnya mencapai 26 ‰ (debit sungai 35.84 m3 /detik). Distribusi verti- kal salinitas sampai kedalaman 25 m menam- pakkan adanya perbedaan sebesar 1-2 ‰. Da- lam periode kedua musim yang berbeda distri- busi vertikal pH tidak memperlihatkan perbeda- an yang nyata. Nilai pH yang stabil menunjuk- kan fungsi penyangga perairan yang baik. Tabel 1. Karakteristik Fisika – Kimia Perairan Teluk Pelabuhan Ratu. A. Musim Barat Suhu (o C) Salinitas (permil) pH TSS (ppm) DO (ppm) BOD5 (ppm) NO3-N (ppm) Stasiun Penelitian P K P K P K P K P K P K P K 1 29,05 - 34 - 8,25 - 80,9 - 5,45 - 18,12 - 0,034 - 2 28,95 - 33 - 8,25 - 50,0 - 6,51 - 16,92 - 0,0483 - 3 29,25 - 33 - 8,20 - 23,8 - 6.65 - 14,64 - ttd - 4 28,80 - 5 - 8,03 - 328,0 - 6,55 - 15,72 - 0,0335 - 5 28,85 - 32 - 8,05 - 27,1 - 6,10 - 13,44 - 0,0227 - 6 28,95 8,55 33 34 8,19 8,20 22,2 22,3 6,42 6,75 9,00 5,16 0,0400 ttd 7 29,25 28,55 33 34 8,21 8,23 22,5 23,9 6,14 6,30 5,16 - ttd ttd 8 29,05 28,45 33 35 8,29 8,25 20,5 20,7 6,94 6,65 7,56 5,16 ttd ttd 9 28,65 28,55 32 34 8,30 8,27 16,0 17,9 6,51 6,14 5,16 7,56 ttd ttd 10 28,55 27,95 33 8,30 8,26 16,7 18,8 6,69 6,01 5,16 5,16 0,0316 ttd 11 28,75 28,55 33 8,31 8,29 15,0 16,5 6,75 6,33 - 2,00 ttd ttd Laboratorium : Puslitbang Oseanologi; P = Permukaan; K = Kedalaman 25 m; ttd = Tidak terdeteksi B. Musim Timur Suhu (o C) Salinitas (permil) pH TSS (ppm) DO (ppm) BOD5 (ppm) NO3-N (ppm) Stasiun Penelitian P K P K P K P K P K P K P K 1 27.00 - 30 - 7,0 - 27,0 - 6,1 - 2,2 - 0,172 - 2 25,00 - 30 - 7,0 - 20,4 - 6,4 - 3,2 - 0,079 - 3 26,00 - 30 - 7,0 - 20,0 - 6,5 - 3,0 - 0,075 - 4 27,00 - 26 - 28,2 - 28,2 - 6,6 - 3,8 - 0,082 - 5 27,00 - 32 - 23,6 - 23,6 - 7,0 - 4,5 - 0,084 - 6 25,00 24,00 31 29 16,2 7,5 16,2 16,8 6,5 6,0 3,3 3,0 0,020 0,042 7 27,00 25,00 31 3- 19,2 7,0 19,2 20,0 6,1 6,3 3,8 4,1 0,042 0,067 8 25,00 25,00 32 29 16,8 6,8 16,8 20,0 6,7 6,0 3,7 2,5 0,042 0,059 9 25.00 25,00 31 29 15,3 7,0 15,3 16,2 6,9 6,0 4,0 2,5 0,092 0,040 10 25,00 25,00 31 29 15,3 7,0 15,3 20,4 6,0 6,0 3,9 2,5 0,088 0,048 11 25,00 24,00 31 30 15,8 7,5 15,8 16,2 7,0 6,3 3,8 3,5 0,038 0,087 Laboratorium: Limnologi – Fakultas Perikanan, IPB; P = Permukaan; K = Kedalaman 25 m; ttd = Tidak terdeteksi Padatan tersuspensi (TSS) terdiri dari ba- han anorganik, seperti mineral liat maupun ba- han organik (partikel organik, plankton) yang terdapat dalam kolom air. Kandungan TSS di perairan pesisir teluk diketahui lebih tinggi (23.8 - 328.0 mg/l) dibandingkan dengan yang terukur di bagian tengah teluk (15.0 - 22.5 mg/l), dima- na penyebarannya secara vertikal pada keda- laman 25 m tidak dijumpai adanya perbedaan nyata. Hasil pengukuran menunjukkan pada bulan Desember kandungan TSS lebih tinggi dibandingkan pada bulan Juli. Pada umumnya dapat dikemukakan bah- wa kandungan TSS dalam perairan teluk masih tergolong rendah, kecuali di muara S. Cimandi- ri (328.0 mg/l) dan S Cibareno (80.9 mg/l). Kan- dungan TSS berpengaruh terhadap penetrasi ca- haya ke dalam badan air (0.15 – 1.70 m) karena adanya sungai yang bermuara dibandingkan de- ngan perairan bagian tengah teluk (2.30 - 7.50 m). Kandungan oksigen terlarut (DO) baik pa- da bulan Desember (5.45 – 6.94 mg/l) maupun bulan Juli musim timur (6.10 - 7.00 mg/l) tergo- long cukup baik bagi proses kehidupan biota
  • 5. Sanusi, H. S., Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan Ratu … 97 laut, serta tidak terlihat adanya perbedaan nyata antar stasiun pengamatan. Pada umumnya DO di permukaan relatif lebih tinggi (0.16 - 0.43 mg/l) dibandingkan pada kedalaman 25 m. Ter- jadinya proses difusi oksigen dari udara dan fo- tosintesis merupakan faktor penyebab nilai DO yang lebih besar dan relatif stabil di lapisan per- mukaan, sebagaimana umumnya fenomena ala- mi perairan laut tropis (Ross, 1982). Kandungan BOD5 permukaan pada bulan Juli (2.2 - 4.5 mg/l) lebih rendah dibandingkan bulan Desember (5.16 - 18.12 mg/l). Demikian pula BOD5 pada kedalaman 25 m. Penyebaran vertikal BOD5 tidak memperlihatkan perbedaan yang besar. Pada musim barat dimana masukan massa air sungai ke perairan teluk besar, nilai BOD5 di perairan pesisir mencapai 2 - 3 kali le- bih besar dibandingkan yang terukur di perairan teluk bagian tengah. Hasil penelitian menun- jukkan bahwa adanya masukan massa air sungai di perairan teluk berpengaruh terhadap pening- katan BOD5. Senyawa nitrat, ammonium, fosfat dan si- likat merupakan zat hara esensial yang diperlu- kan dalam proses fotosintesis dan pembentukan biomassa produktivitas primer perairan. Pada bulan Desember kadar nitrat, ammonium dan fosfat di permukaan berfluktuasi dengan kisaran 0.01 (tidak terdeteksi) - 0.40 mg nitrat/l, 0.007 - 0.036 mg ammonium/l dan 0.001 (tidak terde- teksi) - 0.01 mg fosfat/l. Pada kedalaman 25 m umumnya kadar zat hara tersebut lebih rendah dan atau tidak terdeteksi. Berbeda dengan bu- lan Desember, pada bulan Juli penyebaran ni- trat, ammonium dan fosfat di permukaan dan pada kedalaman 25 m homogen, dimana kadar rata-ratanya lebih besar disbanding bulan De- sember (Tabel 1). Saat pengamatan, gambaran penyebaran vertikal (hingga kedalaman 25 m), kadar zat ha- ra tidak memperlihatkan adanya peningkatan de- ngan bertambahnya kedalaman perairan. Kea- daan serupa diperoleh pula dari hasil penelitian Redfield (Amstrong, 1969) dan Burton (1977). Hal tersebut besar kemungkinan disebabkan a- danya aktivitas pemanfaatan oleh fitoplankton yang ditunjukkan oleh kelimpahan populasinya yang relatif lebih tinggi di lokasi bersangkutan yang merupakan zona eupotik. Selain itu hasil penelitian juga mendapatkan kelimpahan fito- plankton yang lebih tinggi pada bulan Juli di- banding bulan Desember. Hasil pengukuran memperlihatkan kadar nitrat, ammonium dan fosfat (kecuali silikat) le- bih rendah daripada kadar optimum untuk pro- ses fotosintesis, yaitu masing-masing 0.9 - 3.5 mg nitrat/l dan 0.09 - 1.80 mg fosfat/l (Macken- thum, 1969) dan 0.3 - 5.34 mg ammonium/l (Chea in Syahril, 1990). Berdasarkan kadar zat hara yang terukur saat pengamatan, dapat dikemukakan bahwa ke- suburan perairan teluk tergolong rendah sampai sedang (Yoshimura in Laws, 1981; Vollenwel- der in Gunawati, 1984). Tingginya padatan ter- suspensi di perairan sungai (terutama pada mu- sim barat) berperan dalam menurunkan kadar zat hara di perairan teluk melalui proses adsorp- si dan sedimentasi. Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikemukakan bahwa berfluktuasinya kadar zat hara yang dijumpai di lokasi studi di- sebabkan oleh beberapa faktor, yaitu adanya masukan dari sistem sungai yang bermuara, pemanfaatan melalui proses fotosintesis, proses adsorpsi dan sedimentasi oleh padatan tarsus- pensi. Berbeda dengan fenomena nitrat, ammo- nium dan fosfat, pada bulan Desember perairan teluk dan sistem sungai yang bermuara me- ngandung silikat yang tergolong tinggi. Zat ha- ra silikat dalam bentuk terlarut Si(OH)4 berkisar sebesar 93.76 - 167.97 µg/l (di muara sungai), 25.04 - 97.78 µg/l (di perairan teluk bagian te- ngah) dan 6.62 - 39.19 µg/l pada kedalaman 25 m. Diketahui bahwa zat hara silikat terlarut di- butuhkan untuk pembentukan biomassa fito- plakton bacillariophyceae. Tingginya kadar si- likat di perairan muara karena adanya masukan dari sistem sungai yang bermuara ke teluk (Ta- bel 1). Sebaran zat hara nitrat, ammonium dan silikat untuk kedua musim yang berbeda disaji- kan pada Gambar 2, 3, 4 dan 5. Karakteristik Biologi Hasil studi menyatakan bahwa organisme fitoplankton terdiri dari 3 kelas, yaitu Bacilla- riophyceae, Cyanophyceae dan Dynophyceae masing-masing dengan 20, 2 dan 7 taksa. Or- ganisme fitoplankton didominasi oleh kelas Ba- cillariophyceae (kelimpahan rata-rata lebioh da- ri 77.0% dari seluruh populasi fitoplankton yang terukur). Secara umum kelimpahan fitoplank- ton di perairan muara/pesisir yang terukur pada bulan Desember maupun bulan Juli tercatat jauh
  • 6. 98 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2004, Jilid 11, Nomor 2: 93-100 lebih rendah dibandingkan dengan yang terda- pat di perairan teluk bagian tengah. Keadaan i- ni kemungkinan disebabkan adanya pengaruh kekeruhan (yang tergolong tinggi di perairan muara) terhadap aktivitas fotosintesis fitoplank- ton yang mengakibatkan pemanfaatan zat hara untuk pembentukan biomassa fitoplankton tidak berjalan secara optimum. Gambar 2. Sebaran NO3-N Musim Barat Permukaan (kiri), NO3 Musim Timur Permukaan (tengah) dan NO3 Musim Timur Kedalaman 25 m (kanan). Gambar 3. Sebaran NH4 Musim Barat Permukaan (atas kiri), NH4 Musim Barat Kedalaman 25 m (atas kanan), NH4 Musim Timur Permukaan (bawah kiri) dan NH4 Musim Timur Kedalaman 25 m (bawah kanan) Evaluasi berdasarkan kelimpahan fito- plankton diketahui bahwa perairan teluk bagian tengah memiliki kesuburan tergolong sedang (mu- sim barat) sampai baik (musim timur), dengan kelimpahan masing-masing sebesar 1 907-9 819 sel/l pada bulan Desember dan 8 748-185 760 sel/l pada bulan Juli. Demikian pula gambaran de- ngan menggunakan kelimpahan Bacillariophy- ceae sebagai indikator untuk menilai tingkat ke- suburan suatu perairan, diperoleh 672 - 28 544 sel/l pada bulan Desember dan sebesar 8 676 – 185 040 sel/l pada bulan Juli. Lund (1969) me- NH4 N 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.12 0.14 0.16 0.18 0.20 0.22 0.24 PNH4 N 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan 0.01 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 P NH4 – N 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan 0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 0.03 P 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan -0.10 -0.02 0.06 0.14 0.22 0.30 0.38 NO3 – N P 106.15 106.2 106.25 106.3 106.35 106.4 106.45 106.5 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan 0.02 0.04 0.05 0.07 0.08 0.10 0.12 0.13 0.15 0.16 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan NO3 – N 0.04 0.05 0.06 0.06 0.07 0.08 P 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan P 0.00 0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 NH4 – N
  • 7. Sanusi, H. S., Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan Ratu … 99 ngemukakan bahwa kesuburan perairan laut yang tergolong sedang memiliki kelimpahan Bacillariophyceae pada kisaran 100 – 40 000 sel/l. Gambar 4. Sebaran PO4 Musim Barat Permukaan (kiri), PO4 Musim Timur Permukaan (tengah) dan PO4 Musim Timur Kedalaman 25 m (kanan). Gambar 5. Sebaran SiO2 Musim Barat Permukaan (atas kiri), SiO2 Musim Barat Kedalaman 25 m (atas kanan), SiO2 Musim Timur Permukaan (bawah kiri) dan SiO2 Musim Timur Kedalaman 25 m (bawah kanan). Komunitas zooplankton dominan terdiri dari kelas Crustacea (14 taksa). Pengukuran dalam 2 periode musim menunjukkan bahwa kelimpahan zooplankton di perairan permukaan lebih besar daripada yang terukur pada keda- laman 25 m. Pola penyebaran zooplankton me- nampakkan adanya kesamaan dengan fitoplank- ton, karena adanya hubungan pemangsa zoo- plankton-fitoplankton melalui sistem rantai ma- kanan. Kelimpahan makrozoobenthos tergolong rendah (300 - 500 ind/m2 ), dan umumnya terdiri dari kelas Polychaeta. Organisme tersebut hi- dup baik pada habitat dengan tekstur dominan pasir maupun fraksi debu dan liat. SiO 2 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan 0.13 0.14 0.15 0.16 0.17 0.18 0.19 0.20 0.21 P 106.15 106.2 106.25 106.3 106.35 106.4 106.45 106.5 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10 SiO 2 P 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan 2 8 14 20 26 32 38 44 SiO2 (ppb P 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan 20 40 60 80 100 120 140 160 SiO2 (ppb P NO 4 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan 0.0010 0.0020 0.0030 0.0040 0.0050 0.0060 PNO4 P 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan 0.0005 0.0013 0.0021 0.0029 0.0037 0.0045 0.0053 P 106.15 106.20 106.25 106.30 106.35 106.40 106.45 106.50 106.55 Bujur Timur -7.30 -7.25 -7.20 -7.15 -7.10 -7.05 -7.00 -6.95 -6.90 -6.85 LintangSelatan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 NO 4 P
  • 8. 100 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2004, Jilid 11, Nomor 2: 93-100 KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke- tersediaan zat hara esensial (nitrat, ammonium, fosfat dan silikat) di perairan Teluk Pelabuhan Ratu pada bulan Juli adalah lebih baik daripada bulan Desember, namun masih tergolong ren- dah dan di bawah kadar optimum bagi aktivitas fotosintesis. Ketersediaan zat hara di lokasi stu- di dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu masuk- an oleh sistem sungai, aktivitas fotosintesis dan adsorpsi serta sedimentasi oleh partikel tersus- pensi. Pola distribusi vertikal oksigen terlarut dan zat hara esensial (hingga kedalaman 25 m) memperlihatkan kadar yang relatif lebih tinggi pada permukaan. Kadar zat hara yang lebih rendah tercatat pada kedalaman 25 m yang dii- ringi kelimpahan plankton yang rendah pula. Hasil penelitian juga memperlihatkan penyebar- an suhu yang lebih rendah pada bulan Juli di- bandingkan bulan Desember. Hal mana meru- pakan indikasi terjadinya proses upwelling pada musim timur. Kelimpahan plankton pada bulan Juli di- ketahui lebih tinggi daripada bulan Desember. Keadaaan tersebut terkait dengan kesuburan a- tau produktivitas perairan. Selain itu tingginya kekeruhan pada bulan Desember disebabkan a- danya masukan padatan tersuspensi melalui sis- tem sungai yang bermuara, hal mana mengaki- batkan penurunan tingkat kecerahan dan kelim- pahan fitoplankton di perairan teluk. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, F. A. J. 1969. The Distribution of Phospho- rous in the Water in Oceanography and Marine Bi- ology. Vol. 3. H. Barnes, G. Allen and Cerwin (ed.) Rushia House Museum Street, London, pp. 79-93. APHA, AWWA, WPCF. 1976. Standard Methoda for the Examination of Water and Waste Water. Ame- rican Public Health Association, AWWA, WPCF Washington, DC. Burton, J. D. 1977. Science, Technology and The Sea. John Wiley and Sons. New York. Clark, J. R. 1977. Coastal Ecosystem Management. Technical Manual for The Conservation of Coastal Zone Resources. John Wiley and Sons. New York. Clark, R. B. 1986. Marine Pollution. Clarondon Press. Oxford. Davis, C. C. 1955. The Marine and Fresh Water Plank- ton. Michigan State Gosner, K. L. and R. S. Claymo (ed.). 1967. Chemical Environment in Aquatic Habitat. Proceeding of an IBP Symposium, 10-16 October 1966, Amsterdam. N. V. Noord. Holandsche Uitgevers Maatstchappij-Ams- terdam. 1967. Grasshoff, K. 1976. Methods of Sea Water Analysis. Verlag Chemie, New York Gunawati, I. 1984. Pengaruh Pembusukan Kelampis (Mimosa pigra) Terhadap Kuantitas dan Kualitas Plankton. Karya Ilmiah Fakultas Perikanan - IPB, Bogor. Laevastu, T and M. L. Hayes. 1981. Fisheries Oceano- graphy and Ecology. Fishing News (book) Ltd. Eng- land Laws, E. A. 1981. Aquatic Pollution. Introductory Text. John Wiley and Sons, New York. LON-LIPI. 1975. Atlas Oseanografi Perairan Indonesia dan Sekitarnya. LON-LIPI, Jakarta. Mackenthum, K. M. 1969. Phytoplankton, Eutrophy- cation causes, Consequence Correlative. Proceeding at Washingron. Pp. 306-330 Newell, G. E. and R. C. Newell. 1977. Marine Plank- ton. A Practical Guide. 5th Edition Hutchinson and Co Ltd. London. Odum, E. P. 1983. Basic Ecology. Sounder College Pub- lishing, London. Pariwono, J. I., M. Eidman, S. Rahardjo, M. Purba, T. Prartono, R. Widodo, U. Juariah dan J. H Hutapea. 1988. Studi Up Welling di Perairan Selatan Pulau Jawa. Fakultas, Perikanan, IPB. Bogor Ross, D. A. 1982. Introduction to Oceanography. Pren- tice Hall Inc. New Jersey. Syahrir. 1990. Pengendalian Blooming Fitoplankton de- ngan Menggunakan CuSO4 5H2O. Studi Kasus di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan, IPB. Bogor. Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of South East Asian Waters. Naga Report Vol. 2. La Jolla. Cali- fornia, USA.