Dokumen tersebut membahas tentang penentuan status kesuburan perairan melalui pengukuran parameter kualitas air seperti klorofil-a dan fosfat. Ia menjelaskan cara mengklasifikasikan status trofik perairan menjadi oligotrofik, mesotrofik, dan eutrofik berdasarkan kandungan unsur hara. Dokumen ini juga memaparkan kondisi kesuburan perairan wilayah penelitian yang termasuk kategori eutrofik hingga
Telah dilakukan penelitian pada bulan November - Januari 2018 dikawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Luas hutan Mangrove di kawasan HLAK mencapai luasan 44,76 Ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Biodiversitas Gastropoda sebagai Bioindikator kualitas perairan di kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Pengambilan sampel ditentukan secara Random Sampling, dimana lokasi terdiri dari 3 stasiun pengamatan. Pengamatan tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metode transek dengan ukuran 10 x 10 m. Analisis data yang dilakukan meliputi keanekaragaman dan Bioindikator kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman. Hasil penelitian pada 3 Stasiun ditemukan 4 jenis Mollusca yang mewakili 2 famili dari kelas Gastropoda, yakni Cassidula aurisfelis, Ellobium aurismidae, Pythia Sp, dan Littoraria Scabra. Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner (H’). Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner dengan hasil berkisar antara 0,37 – 0,54 masuk dalam kategori rendah. Kualitas perairan dengan menggunakan indeks keanekaragaman menunjukan bahwa kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) memiliki kualitas air sangat tercemar yang mana sumber pengaruhnya berasal dari limbah sampah.
Telah dilakukan penelitian pada bulan November - Januari 2018 dikawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Luas hutan Mangrove di kawasan HLAK mencapai luasan 44,76 Ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Biodiversitas Gastropoda sebagai Bioindikator kualitas perairan di kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Pengambilan sampel ditentukan secara Random Sampling, dimana lokasi terdiri dari 3 stasiun pengamatan. Pengamatan tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metode transek dengan ukuran 10 x 10 m. Analisis data yang dilakukan meliputi keanekaragaman dan Bioindikator kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman. Hasil penelitian pada 3 Stasiun ditemukan 4 jenis Mollusca yang mewakili 2 famili dari kelas Gastropoda, yakni Cassidula aurisfelis, Ellobium aurismidae, Pythia Sp, dan Littoraria Scabra. Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner (H’). Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner dengan hasil berkisar antara 0,37 – 0,54 masuk dalam kategori rendah. Kualitas perairan dengan menggunakan indeks keanekaragaman menunjukan bahwa kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) memiliki kualitas air sangat tercemar yang mana sumber pengaruhnya berasal dari limbah sampah.
Kawasan Sempadan Danau beserta pengelolaannya dalam memanfaatkan dan melindungi sumber daya alam serta kegiatan rehabilitasi secara kontinyu untuk menjaga agar fungsi ekologisnya tetap lestari
Berdasarkan hasil praktikum mengenai produktivitas primer yang telah dilakukan di danau UNESA Ketintang, dapat diketahui bahwa:
1. Nilai kadar fotosintesis perairan sebesar 0,596 mg/L
2. Nilai kadar respirasi perairan sebesar 0,542 mg/L
3. Nilai kadar produktivitas primer perairan sebesar 0,054 mg/L
4. Nilai kadar produktivitas total perairan sebesar 1,138 mg/L
Jadi, laju fotosintesis pada perairan lebih tinggi daripada laju respirasi pada perairan.
Kawasan Sempadan Danau beserta pengelolaannya dalam memanfaatkan dan melindungi sumber daya alam serta kegiatan rehabilitasi secara kontinyu untuk menjaga agar fungsi ekologisnya tetap lestari
Berdasarkan hasil praktikum mengenai produktivitas primer yang telah dilakukan di danau UNESA Ketintang, dapat diketahui bahwa:
1. Nilai kadar fotosintesis perairan sebesar 0,596 mg/L
2. Nilai kadar respirasi perairan sebesar 0,542 mg/L
3. Nilai kadar produktivitas primer perairan sebesar 0,054 mg/L
4. Nilai kadar produktivitas total perairan sebesar 1,138 mg/L
Jadi, laju fotosintesis pada perairan lebih tinggi daripada laju respirasi pada perairan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
1. BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas air pada suatu wilayah perairan seperti sungai, danau, atau
waduk sangat mudah berubah baik secara alami maupun buatan yang
diakibatkan oleh kegiatan manusia. Namun secara umum, ditinjau dari
intensitas perubahan yang terjadi, terdapat kecenderungan perubahan
kualitas air diakibatkan oleh kegiatan manusia yang lebih dominan
dibandingkan dengan perubahan secara alami. Banyak kasus dimana
terjadi perubahan kualitas air pada wilayah perairan yang terjadi di sekitar
pusat-pusat kegiatan dari manusia, seperti pemukiman, industri,
pertanian, peternakan, perkebunan, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan
air semakin lama semakin meningkat akibat jumlah dan beragam jenis
kegiatan dari manusia. Sehingga kuantitas air yang dituntut sangat tinggi
namun tidak diiringi dengan peningkatan kualitas air itu sendiri.
Suatu air dikatakan tercemar apabila perubahan kualitas air tersebut
mencapai titik dimana dapat mengganggu pemanfaatan air. Menurut UU
RI No. 4 Tahun 1982, pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya mahkluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup dan/atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Sungai merupakan media yang mudah sebagai tempat masuknya zat-
zat pencemar, baik yang berasal dari industri, domestik, maupun organik
dari pertanian, sehingga tidak mengherankan apabila saat ini hampir
semua sungai di wilayah tengah hingga menuju hilir mengalami
penurunan kualitas dan peningkatan zat pencemar yang tinggi. Pada
masa sekarang pengaliran zat pencemar ke dalam badan sungai sangat
umum dilakukan. Dengan adanya zat pencemar ke dalam sungai dapat
menyebabkan perubahan kualitas perairan dan mempengaruhi
keseimbangan flora dan fauna pada wilayah sungai hingga perairan
waduk. Masuknya zat pencemar ke dalam sungai tentu akan terbawa
2. hingga ke hilir sungai tersebut. Dalam proses distribusi zat pencemar
tersebut, zat pencemar juga memasuki wilayah waduk yang terletak
membentang pada badan sungai.
Danau adalah badan air alami berukuran besar yang dikelilingi oleh
daratan dan tidak berhubungan dengan laut, kecuali melalui sungai.
Danau bisa berupa cekungan yang terjadi karena peristiwa alam yang
kemudian menampung dan menyimpan air yang berasal dari hujan, mata
air, rembesan, dan air sungai (Kementrian Lingkungan Hidup, 2004).
Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang
berpotensi sangat besar serta dapat dikembangkan dan didayagunakan
bagi pemenuhan berbagai kepentingan (Irianto, 2011). Salah satu sumber
daya alam yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya
adalah ikan. Tidak kurang dari 7.000 spesies ikan terdapat di perairan
Indonesia dan sekitar 2.000 spesies diantaranya merupakan jenis air
tawar (Subani, 1978).
Salah satunya adalah danau yang berada di Samarinda yaitu Danau
Folder Air Hitam yang menjalankan fungsinya sebagaimana badan air
lentik lainnnya, diantaranya fungsi ekologis sebagai habitat biota
perairan dan sebagai sarana rekreasi dan pendidikan bagi warga
sekitar. Kualitas manfaat yang diberikan tersebut, diantaranya sangat
tergantung pada kondisi kualitas airnya. Kesuburan perairan menjadi
salah satu indikator masuknya unsur hara yang berasal dari aktifitas
masyarakat yang ada di daerah tangkapan air. Tingkat kesuburan
perairan dapat ditentukan dari konsentrasi klorifil-a yang merupakan
penunjuk konsentrasi mikro alga di perairan tersebut dan konsentrasi
unsur hara fosfat yang memicu kesuburan alga.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan status kesuburan pada perairan?
2. Bagaimana tingkat kualitas air di perairan tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara perhitungan status kesuburan perairan
3. 2. Untuk mengetahui tingkat kualitas air di suatu perairan
D. Manfaat
Berikut beberapa manfaat penting dari praktikum perhitungan
kesuburan perairan adalah sebagai berikut :
1. Memahami kualitas perairan
2. Dapat mengembangkan strategi pengelolaan yang tepat untuk
memastikan penggunaan yang berkelanjutan dan pelestarian
sumberdaya perairan
3. Dapat membantu dalam melakukan pemantauan lingkungan yang
rutin
4. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perairan Situ
Menurut Puspita et al. (2005), situ merupakan salah satu ekosistem
perairan tergenang yang umumnya berair tawar dan berukuran relatif
kecil. Situ adalah wadah genangan air di atas permukaan tanah yang
terbentuk secara alami maupun secara buatan. Situ buatan yaitu situ yang
berasal dari dibendungnya suatu cekungan (basin), sedangkan situ alami
yaitu situ yang terbentuk secara alami karena kondisi topografi yang
memungkinkan terperangkapnya sejumlah air (Suryadiputra, 2003).
Menurut Roemantyo et al. (2003), situ memiliki fungsi yang sangat
penting. Fungsi utama situ ialah sebagai penampung, penyimpan, atau
penyedia air, serta sebagai tempat konservasi lahan. Apabila situ dikelola
dengan baik, maka dapat meningkatkan fungsi lahan tersebut menjadi
sebagai tempat rekreasi, wisata alam, kolam ikan dan untuk pengairan
sawah atau kebun secara optimal.
B. Status Trofik
Menurut Soeprobowati dan Suedy (2010), status trofik perairan dapat
diindikasikan sebagai kesuburan perairan yang berhubungan sangat erat
dengan kandungan klorofil fitoplankton. Semakin tinggi pasokan nutrien
yang masuk ke dalam perairan maka hal tersebut akan berakibat dalam
meningkatknya kesuburan perairan.
Menurut Effendi (2003) eutrofikasi didefinisikan sebagai pengayaan air
oleh unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan
dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas primer perairan.
Pada umumnya zat hara tersebut berupa nitrat dan fosfat. Beberapa
elemen seperti silikon, manga, dan vitamin merupakan faktor pembatas
bagi pertumbuhan alga, akan tetapi elemen-elemen ini tidak dapat
menjadikan perairan mengalami eutrofikasi meskipun memasuki badan air
dalam jumlah yang cukup banyak. Gambaran status trofik suatu perairan
dapat diperoleh salah satunya dengan menghitung konsentrasi total fosfor
5. (zat penting bagi pertumbuhan alga), konsentrasi klorofil-a (gambaran
jumlah kehadiran alga di perairan) serta tingkat kecerahan air. Metode lain
untuk mengklasifikasikan tingkat kesuburan adalah dengan menghitung
kandungan nitrat dan fosfat serta kelimpahan plankton (Zulfia dan Aisyah,
2013).
Kesuburan perairan dapat terbagi menjadi tiga kategori yaitu
oligotrofik, mesotrofik dan eutrofik. Perairan oligotrofik merupakan
perairan dengan unsur hara dan produktivitas yang rendah, perairan
mesotrofik merupakan peralihan antara oligotrofik dan eutrofik sedangkan
eutrofik yaitu perairan dengan kadar unsur hara tinggi serta memiliki
tingkat kecerahan dan kadar oksigen terlarut yang rendah (Effendi, 2003).
Fitoplankton adalah golongan plankton yang mempunyai klorofil di
dalam tubuhnya. Daerah hidup fitoplankton adalah di lapisan yang masih
dapat terkena sinar matahari. Fitoplankton dapat membuat makanannya
sendiri dengan mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik
melalui proses fotosintesis dengan menggunakan bantuan sinar matahari
(Mulyanto 1992).
Klorofil-a fitoplankton adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan
yang mempunyai peranan penting di dalam proses berlangsungnya
fotosintesis diperairan. Semua sel berfotosintesis mengandung satu atau
beberapa pigmen berklorofil (hijau coklat, merah atau lembayung),
sementara itu dalam mata rantai makanan (food chain) di perairan,
fitoplankton mempunyai fungsi sebagai produsen primer dimana
organisme ini mampu mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik
melalui proses fotosintesis, untuk itu maka kandungan klorofil-a digunakan
sebagai standing stock fitoplankton yang dapat dijadikan produktivitas
primer suatu perairan (Pugesehan, 2010).
Pugesehan, D. J. 2010. Analisis Klorofil-A Fitoplankton (Produktivitas Primer) di Perairan
Pantai Netsepa Kabupaten Maluku Tengah. Politeknik Perdamaian Halmahera. Tobelo. J.
Agroforestri, V (4): 272- 278.
C. Trophic State Index (TSI)
6. TSI merupakan dasar penentuan status trofik (kesuburan perairan)
dengan menggunakan biomassa alga (Carlson, 1977). TSI adalah indeks
yang sederhana karena membutuhkan data yang sedikit dan umumnya
mudah dipahami. Pendugaan biomassa alga juga dilakukan dengan
melakukan pengukuran terhadap tiga parameter, yaitu diantaranya ialah
klorofil-a, kedalaman secchi, dan fosfat total. Nilai TSI berkisar dari 0-100
(Carlson, 1977).
Dapus
Alam, A. S. N. (2009). Kajian Sumberdaya Setu Babakan Untuk
Pengelolaan Dan Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta. Skripsi).
Bogor: Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pugesehan, D. J. 2010. Analisis Klorofil-A Fitoplankton (Produktivitas
Primer) Di Perairan Pantai Netsepa Kabupaten Maluku Tengah.
Politeknik Perdamaian Halmahera. Tobelo. J. Agroforestri, V (4): 272-
278.
Purnomosutji Dyah Prinajati, P., & Ira Mulyawati, I. (2017). Laporan
Penelitian: Pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan Sebagai Strategi Daya Dukung Lingkungan.
Suminar, M. R. Kualitas Air Situ Cikaret Kabupaten Bogor Tahun 2017-
2022 Berdasarkan Indeks Pencemaran (Bachelor's Thesis, Fakultas
Sains Dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
a. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran nilai kandungan Fosfor (mg/L) maka
wilayah penelitian termasuk pada golongan Hypereutrophic,
Supereutrophic, Eutrophic. Nilai yang di dapatlan memiliki rata-rata
60,16 di tandai dengan status Eutrophic, ada pun nilai tertinggi
yang di dapat sebesar 60,32 di tandai dengan status
Hypereutrophic, dan nilai terendah yang di dapat sebesar 58,58 di
tandai dengan status Supereutrophic. Data yang di dapat pada
7. analisis tingkat kesuburan perairan di dapatkan hasil bahwasannya
pada tanggal 6 oktober periran mengalami kesuburan di atas rata-
rata pada tanggal selanjutnya nilai TSI mengalami penurunan satu
angka namun jika di lihat perairan tetap subur, begitupun pada
tanggal selnjutnya hinggal menuju bukan November. Kesuburan di
perairan mulai meningkat lagi pada tanggal 5 November sampai
dengan 15 November kesuburannya tetep terjaga. Masuk pada
bukan pertengahan November kesuburan di perairan mengalami
penurunan hingga di angka 56,16 mg/L, namun tidak di posisi
terendah dari status TSI, pada awal Desember hingga akhir
Desember kualitas kesuburan di periran perlahan-lahan meningkat
hingga mencapai angka 59,81 mg/L.