Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di pantai, biasanya terdapat di teluk dan muara sungai dengan ciri:
1. Tidak terpengaruh iklim
2. Dipengaruhi pasang surut
3. Tergenang air laut
4. Tanah rendah pantai
5. Tidak mempunyai struktur tajuk
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di pantai, biasanya terdapat di teluk dan muara sungai dengan ciri:
1. Tidak terpengaruh iklim
2. Dipengaruhi pasang surut
3. Tergenang air laut
4. Tanah rendah pantai
5. Tidak mempunyai struktur tajuk
Materi ini disampaikan oleh El Kail atau Lembaga Kajian Advokasi & Informasi Lingkungan Hidup dalam acara Amprokan Blogger Bekasi 2011, tanggal 17 September 2011
Lamun (Sea grass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae).
Beberapa ahli mendefinisikan lamun (seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas. Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun (sea grass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari suatu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Ciri-Ciri
Variasi suhu tidak mencolok
Tumbuhan yang paling banyak ditemui adalah jenis ganggang
Organisme yang hidup di dalam ekosistem ini telah mengalami adaptasi
Kadar garam sangat rendah
Ekosistem Lentik (Air Tenang)
Ekosistem Lotik (Air yang Mengalir)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)CIFOR-ICRAF
Wetland management (mangrove and peatland)
This session discusses peatland and mangrove ecosystems management, within which they are considered as essential ecosystems. This session further explores the legal aspects related to peatland and mangrove ecosystems management in Indonesia and the operationalization of the regulatory framework.
Speaker: Ir. Wiratno, M.Sc., Director General of Conservation on Natural Resources and Ecosystem, Ministry of Environment and Forestry
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
Perencanaan tata ruang adalah ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang dibuat dalam masyarakat terkait dengan perekonomian, sosial, dan kebudayaan mereka.
Materi ini disampaikan oleh El Kail atau Lembaga Kajian Advokasi & Informasi Lingkungan Hidup dalam acara Amprokan Blogger Bekasi 2011, tanggal 17 September 2011
Lamun (Sea grass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae).
Beberapa ahli mendefinisikan lamun (seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas. Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun (sea grass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari suatu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Ciri-Ciri
Variasi suhu tidak mencolok
Tumbuhan yang paling banyak ditemui adalah jenis ganggang
Organisme yang hidup di dalam ekosistem ini telah mengalami adaptasi
Kadar garam sangat rendah
Ekosistem Lentik (Air Tenang)
Ekosistem Lotik (Air yang Mengalir)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)CIFOR-ICRAF
Wetland management (mangrove and peatland)
This session discusses peatland and mangrove ecosystems management, within which they are considered as essential ecosystems. This session further explores the legal aspects related to peatland and mangrove ecosystems management in Indonesia and the operationalization of the regulatory framework.
Speaker: Ir. Wiratno, M.Sc., Director General of Conservation on Natural Resources and Ecosystem, Ministry of Environment and Forestry
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
Perencanaan tata ruang adalah ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang dibuat dalam masyarakat terkait dengan perekonomian, sosial, dan kebudayaan mereka.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak . Teluk Semarang merupakan teluk terbesar di pantai utara Jawa Tengah dan tercatat terdapat 29 aliran sungai bermuara ke teluk ini. Banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini yag berpotensi menjadi tekanan ingkungan bagi organisme yang hidup di teluk ini. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan merupakan sumber makanan alami bagi ikan dan organisme laut lainnya. Mengkaji kelimpahan dan indeks diversitas plankton menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa jenis fitoplankton terdiri dari 6 kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas dan 32 genera. Kelimpahan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton dan memiliki kecederungan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks diversitas fitoplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat rendah hingga sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama dan terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu. Indeks diversitas zooplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu
Kata Kunci: plankton, distribusi dan komposisi, teluk Semarang
Pemutihan karang (menjadi pudar atau berwarna putih salju) terjadi akibat berbagai tekanan, baik secara alami maupun karena manusia, yang menyebabkan degenerasi atau hilangnya zooxanthellae pewarna dari jaringan karang. Dalam keadaan normal, jumlah zooxanthellae berubah sesuai dengan musim sebagaimana penyesuaian karang terhadap lingkungannya (Brown et al. dalam Westmacott et al., 2000)
Pemutihan dapat menjadi sesuatu hal yang biasa di beberapa daerah. Selama peristiwa pemutihan, karang kehilangan 60 – 90% dari jumlah zoooxanthellae-nya dan zoooxanthellae yang masih tersisa dapat kehilangan 50 -80% dari pigmen fotosintesisnya (Glynn dalam Westmacott et al., 2000). Ketika penyebab masalah itu disingkirkan, karang yang terinfeks dapat pulih kembali dan jumlah zoooxanthellae akan kembali normal, tergantung dari durasi dan tingkat gangguan lingkungan. Gangguan yang berkepanjangan dapat menyebabkan kematian sebagian atau keseluruhan tidak hanya kepada individu koloni tetapi juga terumbu karang secara luas.
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Mujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Telah dilakukan penelitian pada bulan November - Januari 2018 dikawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Luas hutan Mangrove di kawasan HLAK mencapai luasan 44,76 Ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Biodiversitas Gastropoda sebagai Bioindikator kualitas perairan di kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Pengambilan sampel ditentukan secara Random Sampling, dimana lokasi terdiri dari 3 stasiun pengamatan. Pengamatan tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metode transek dengan ukuran 10 x 10 m. Analisis data yang dilakukan meliputi keanekaragaman dan Bioindikator kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman. Hasil penelitian pada 3 Stasiun ditemukan 4 jenis Mollusca yang mewakili 2 famili dari kelas Gastropoda, yakni Cassidula aurisfelis, Ellobium aurismidae, Pythia Sp, dan Littoraria Scabra. Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner (H’). Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner dengan hasil berkisar antara 0,37 – 0,54 masuk dalam kategori rendah. Kualitas perairan dengan menggunakan indeks keanekaragaman menunjukan bahwa kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) memiliki kualitas air sangat tercemar yang mana sumber pengaruhnya berasal dari limbah sampah.
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove. Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m 2 . Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang.
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Mujiyanto -
Ekosistem lamun sangat berperan dalam kelangsungan hidup juvenil ikan, dimana padang lamun sebagai daerah asuhan (nursery ground) merupakan tempat yang tepat bagi biota-biota laut yang masih muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan hidup. Kelimpahan dan struktur komunitas juvenile ikan pada ekosistem lamun dapat berubah-ubah menurut waktu, dan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas juvenil ikan di padang lamun pada kawasan perairan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada bulan Juni, September dan Desember 2012 (Musim Timur, Peralihan dan Barat). Pengambilan sampel juvenil ikan diambil dengan small beam trawl di lima stasiun penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling method. Selanjutnya pengambilan sampel lamun menggunakan metode transek kuadran 1x1 meter. Hasil penelitian menunjukan bahwa juvenil ikan di padang lamun dalam 3 kali sampling berhasil didapat 683 individu, terdiri dari 16 famili dengan 42 spesiesi. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,25-4,74 dimana indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun Pulau Kembar sbesar 4,74 dengan 15 spesies. Hal ini juga didukung oleh persentase penutupan lamun tertinggi di stasiun Pulau Kembar sebesar 99,80 %.
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
PPT MANGROVE
1. OLEH KELOMPOK 2
Nova Nopiyanti, Elmayanti, Septri Wulandari, Herlinda Elvionita, Indah Kartika
Sari, Andika Saputra
EKOLOGI TUMBUHAN EKOSISTEM MANGROVE
KABUPATEN BENGKALIS,KECAMATAN BUKIT
BATU,DESA SUNGAI API-API DAN PANTAI BUKIT
BATU
KELAS 6D BIOLOGI UIR
T.A 2014
2. Gambar 1 : Persebaran hutan mangrove di Indonesia
Persebaran hutan mangrove di
Indonesia
Created By:
Biologi 6D
3. Gambar: Peta Kabupaten Bengkalis
luas wilayah: 1.423 km2
Bentuk wilayah: 90% datar sampai dengan berombak
Letak wilayah : 0000’LU s/d 1037’22” LU:101026’41” BT s/d 102010’54” BT
3
5. Menurut Saenger, dkk, 1983
dalam (Elfis) Mangrove
didefenisikan sebagai formasi
tumbuhan daerah litoral yang
khas dipantai daerah tropis dan
sub tropis yang terlindung.
Pengertian Ekosistem
Mangrove
6. • Ekosistem mangrove dinamakan juga hutan
pasang surut. Hal ini disebabkan mangrove
berada diwilayah yang dipengaruhi pasang
surut air laut. Ekosistem hutan mangrove
muncul pada daerah yang terjadi pelumpuran
dan akumulasi bahan-bahan organik. Biasanya
hal ini terjadi didaerah taluk yang terlindung
dari gempuran arus dan ombak laut atau
sekitar muara sungai.
7. ekosistem mangrove memiliki banyak nilai dan manfaat.
Diantaranya, mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai
mengingat sistem perakarannya yang dapat meredam ombak,
arus, serta menahan sedimen.
Dalam beberapa kasus, penggunaan vegetasi mangrove
untuk penahan erosi lebih murah dan memberikan dampak
ikutan yang menguntungkan dalam hal meningkatkan kualitas
perairan di sekitarnya, dimana hal ini tidak bisa diperoleh dari
penggunaan struktur bangunan keras. Mangrove dapat juga
berfungsi untuk melindungi pantai dari hempasan badai dan
angin .
Peran lainnya adalah pemanfaatan mangrove untuk
menahan intrusi air laut, fungsi ini sama dengan fungsi hutan
yaitu menyimpan air tanah.
Fungsi Ekosistem Mangrove
8. o Tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap
hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama.
o Tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang
cukup dari darat.
o Daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus
pasang surut yang kuat.
o Airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 – 22
o/oo) hingga asin (mencapai 38 bagian permil).
ciri-ciri khusus ekosistem
mangrove, diantaranya adalah:
9. Gambar : zonasi hutan mangrove
Selalu
tergenang
Selalu
tergenang
Tergena
ng saat
pasang
tinggi
Kadang kadang
tergenang
Jarak dari pinggir perairan (m)
Tergenang
saat pasang
tinggi
9
15. Komponen Abiotik
Ekosistem hutan
Mangrove
Merupakan seluruh komponen fisik
dan kimia yang ada di hutan
mangrove tersebut seperti tanah,
cahaya, iklim, salinitas, pasang
suru, air, nutrien, angin, suhu, dan
curah hujan
16. Jenis-jenis mangrove asli
yang ditemukan pada daerah
observasi
(Desa Api-Api, Kecamatan
Bukit batu, Kabupaten
Bengkalis)
Bruguiera
gymnorrsiza
Bunga dari tanaman
Bruguiera
gymnorrsiza
25. Jaring-jaring Makanan Di Hutan Mangrove
Babi
Kepiting
bakau
Ikan kecil
Udang
Daun
Kerang-
kerangan
Burung raja
udang
Ikan besar
Dekomposer
Manusia
Biawak
Ular
Siput
25
29. Pasang
Lama
pasang
Durasi
pasang
Rentang
pasang
Fisiografi
Pantai
Fisiografi pantai dapat mempengaruhi komposisi, distribusi spesies
dan lebar hutan mangrove. Pada pantai yang landai, komposisi
ekosistem mangrove lebih beragam jika dibandingkan dengan
pantai yang terjal. Hal ini disebabkan karena pantai landai
menyediakan ruang yang lebih luas untuk tumbuhnya mangrove
sehingga distribusi spesies menjadi semakin luas dan lebar. Pada
pantai yang terjal komposisi, distribusi dan lebar hutan mangrove
lebih kecil karena kontur yang terjal menyulitkan pohon mangrove
untuk tumbuh.Gelomb
ang dan
arus • Gelombang dan arus dapat merubah struktur
dan fungsi ekosistem mangrove.
• Gelombang dan arus juga berpengaruh
langsung terhadap distribusi spesies.
• Gelombang dan arus mempengaruhi daya
tahan organisme akuatik melalui transportasi
nutrien-nutrien penting dari mangrove ke laut.
faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan mangrove di suatu lokasi adalah :
30. E
D
A
P
H
I
S
E
K
O
S
I
S
T
E
M
M
A
N
G
R
O
V
E
Merupakan tempat hidup satwa liar dan jasad renik melalui
penanaman vegetasi yang sesuai dengan ekosistem yang ada di
hutan mangrove tersebut.
Contoh edaphis pada ekosistem mangrove adalah : Tanah.
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik
berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran
penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air
dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B,
Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota
(organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara
tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi
baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan,
maupun kehutanan.
31. Ciri-Ciri Tanah
Tingkatan
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
C-organik (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01 - 3,00 3,01 – 5,00 > 5,00
N-total (%)
a. Mineral
b. Gambut
< 0,10 0,10-0,20
< 0,80
0,21 - 0,50
0,80 – 2,50
0,51 – 0,75
> 2,50
> 0,75
Rasio C/N < 5 5 – 10 11 – 15 16 – 25 > 25
P2O5 Bray 1 (ppm) < 10 10 –15 16 – 25 26 – 35 > 35
K (me/100 g) < 0,10 0,10-0,20 0,30 – 0,50 0,60 – 1,00 > 1,00
Na (me/100 g) < 0,10 0,10-0,30 0,40 – 0,70 0,80 – 1,00 > 1,00
Mg (me/100 g) < 0,40 0,40-1,00 1,10 – 2,00 2,10 – 8,00 > 8,0
Ca (me/100 g) < 2 2 – 5 6 – 10 11 – 20 > 20
KTK (me/100 g) < 5 5 – 16 17 – 24 25 – 40 > 40
Kejenuhan Basa (%) < 20 20 –35 36 – 50 51 – 70 > 70
Kadar Abu (%) < 5 5 – 10 > 10
Sangat
Masam
Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis
pH (H2O)
a. Mineral < 4,5 4,5 – 5,5 5,6 – 6,5 6,6-7,5 7,6 -8,5 > 8,5
Sangat masam Sedang Tinggi
pH (H2O)
32. Klimatologis adalah orang yang mempelajari
klimatologi, mempelajari baik sifat alam dari
iklim-lokal, regional, atau global dan faktor
yang disebabkan oleh alam atau manusia yang
menyebabkan perubahan iklim. Klimatologi
memperhatikan perubahan iklim masa lalu dan
masa depan.
Contoh dari klimatologis ekosistem hutan
mangrove adalah : Suhu dan temperature
udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara,
dan curah hujan.
Klimatologis hutan
mangrove
33. No
Bulan
Suhu udara harian (oC)
9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
1. April 26,1 26,0 26,0 26,5 26,2 26,1 26,1
2. Mei 28,1 26,1 26,5 29,1 29,1 26,2 26,2
3. Juni 26,1 26,4 29,0 28,0 28,1 29,1 29,1
4. Juli 26,4 26,2 29,2 28,5 28,4 28,1 29,1
5. Agustus 26,5 29,1 26,2 28,0 28,1 29,1 26,1
6. September 28,1 26,1 26,1 28,4 29,2 29,1 26,0
7. Oktober 28,4 26,1 26,1 28,1 29,1 29,1 26,1
8. November 28,1 26,1 26,4 29,0 29,1 26,5 26,2
9. Desember 26,5 29,1 26,2 28,0 28,1 29,1 26,1
10. Januari 28,1 26,1 26,1 28,4 29,2 29,1 26,0
11. Februari 28,4 26,1 26,1 28,1 29,1 29,1 26,1
12. Maret 28,1 26,1 26,4 29,0 29,1 26,5 26,2
34. Daftar Referensi
Noor, Y.R., M. Khazali, dan N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di
Indonesia. Wetlands Internasional Indonesia Programe. Bogor. Dalam Bahan Ajar
Ekologi Tumbuhan. Dr. H. Elfis, M.Si. Laboratorium Ekologi UIR: Pekanbaru.
Furkon. 2010. Ekosistem Hutan Mangrove di pantai Karangsong Indramayu, Jawa
Barat. Available at: http://furkonabel’s.wordpress.com/. Diakses pada: 17 Mei 2014.
Surianta. 2010. Ekosistem Mangrove. Available at:
http://hendrasurianta.wordpress.com/. Diakses pada: 17 Mei 2014.
Admin. 2010. Persebaran Mangrove. Available at: http://www.irwantoshut.com. Diakses
pada: 17 Mei 2014
Ghufrona. 2011. Penyebaran Jenis-jenis Mangrove. Available at:
http://ghinaghufrona.blogspot.com/. Diakses pada: 17 Mei 2014.
Mulyadi, E., Laksmono, R., dan Aprianti, D. 2009. Fungsi Mangrove Sebagai Pengendali
Pencemaran Logam Berat. Jawa Timur. Dalam Jurnal tekhik Lingkungan vol. 1 Edisi
Khusus.
Irawan, Budi. 2005. Kondisi Vegetasi Mangrove di Luwak Banggai Sulawesi Tengah.
Dalam Jurnal Biologi FMIPA UNPAD. Disampaikan pada Seminar Nasional Penggalang
Taksonomi Tumbuhan Indonesia FMIPA UPI.
Rochana, Erna. 2013. Ekosistem Mangrove dan Pengelolaannya di Indonesia. Available
at: www.irwantoshut.com. Diakses pada: 17 Mei 2014
34