Praktikum ini menjelaskan cara mengukur parameter fisika, kimia, dan biologi untuk menentukan kualitas air di Waduk FAPERIKA UR. Parameter yang diukur meliputi suhu, kecerahan, kekeruhan, pH, oksigen terlarut, dan plankton. Pengukuran dilakukan secara in situ dan di laboratorium.
Prodajemo knjige po akcijskim cijenama, te vam preporučamo najnovije i najčitanije knjige u našoj web trgovini Veda.
Više na linku:
http://knjiga-znanja-veda.hr/
Prodajemo knjige po akcijskim cijenama, te vam preporučamo najnovije i najčitanije knjige u našoj web trgovini Veda.
Više na linku:
http://knjiga-znanja-veda.hr/
POLICIES IN THE AGRICULTURAL AND FOOD PROCESSING INDUSTRYRed Wang
The report covers the following:
1. Seed Policy
2. Fertilizer Policy
3. Agriculture Production Policy (including crop protection products)
4. Agricultural and Food Processing Policy
5. Animal Feed policy
6. Key changes expected to 2020
7. Levels of enforcement
8. Key industry participants
9. Opportunities or threats for industry participants
Approaches for WebLogic Server in the Cloud (OpenWorld, September 2014)jeckels
With Oracle WebLogic Server now available "as a service" both on premise working in conjunction with Oracle Enterprise Manager Cloud Pack and also in several Public Clouds beyond Oracle Public Cloud, customers have a clear set of architectural alternatives when looking at building out an enterprise cloud strategy for WebLogic Server. Cloud with WebLogic Server is not just core server but the layered and related products needed in a cloud infrastructure -Web Tier, WebLogic Server, Database and Fusion Middleware - as well as the full lifecycle capabilities needed: development, administration and operations. Navigate a pragmatic cloud approach for your organization and WebLogic Server.
Berdasarkan hasil praktikum mengenai produktivitas primer yang telah dilakukan di danau UNESA Ketintang, dapat diketahui bahwa:
1. Nilai kadar fotosintesis perairan sebesar 0,596 mg/L
2. Nilai kadar respirasi perairan sebesar 0,542 mg/L
3. Nilai kadar produktivitas primer perairan sebesar 0,054 mg/L
4. Nilai kadar produktivitas total perairan sebesar 1,138 mg/L
Jadi, laju fotosintesis pada perairan lebih tinggi daripada laju respirasi pada perairan.
Implementasi transformasi pemberdayaan aparatur negara di Indonesia telah difokuskan pada tiga aspek utama: penyederhanaan birokrasi, transformasi digital, dan pengembangan kompetensi ASN. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk membuat ASN lebih lincah dan inovatif dalam pelayanan publik melalui struktur yang lebih sederhana dan mekanisme kerja baru yang relevan di era digital. Transformasi digital memerlukan perubahan mendasar dan menyeluruh dalam sistem kerja di instansi pemerintah, yang meliputi penyempurnaan mekanisme kerja dan proses bisnis birokrasi untuk mempercepat pengambilan keputusan dan meningkatkan pelayanan publik. Selain itu, pengembangan kompetensi ASN mencakup penyesuaian sistem kerja yang lebih lincah dan dinamis, didukung oleh pengelolaan kinerja yang optimal serta pengembangan sistem kerja berbasis digital, termasuk penyederhanaan eselonisasi.
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Universitas Sriwijaya
Selama periode 2014-2021, Kementerian Pertanian Indonesia mencapai beberapa keberhasilan, termasuk penurunan jumlah penduduk miskin dari 11,5% menjadi 9,78%. Ketahanan pangan Indonesia juga meningkat, dengan peringkat ke-13 di Asia Pasifik pada tahun 2021. Berdasarkan Global Food Security Index, Indonesia naik dari peringkat 68 pada tahun 2021 ke peringkat 63 pada tahun 2022. Meskipun ada 81 kabupaten dan 7 kota yang rentan pangan pada tahun 2018, volume ekspor pertanian meningkat menjadi 41,26 juta ton dengan nilai USD 33,05 miliar pada tahun 2017. Walaupun pertumbuhan ekonomi menurun 2,07% pada tahun 2020, ini membuka peluang untuk reformasi dan restrukturisasi di berbagai sektor.
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Universitas Sriwijaya
Reformasi tahun 1998 di Indonesia dilakukan sebagai respons terhadap krisis ekonomi, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan otoriter dan korup, tuntutan demokratisasi, hak asasi manusia, serta tekanan dari lembaga keuangan internasional. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memperkuat fondasi demokrasi dan tata kelola pemerintahan. Reformasi ini mencakup bidang politik, ekonomi, hukum, birokrasi, sosial, budaya, keamanan, dan otonomi daerah. Meskipun masih menghadapi tantangan seperti korupsi dan ketidaksetaraan sosial, reformasi berhasil meningkatkan demokratisasi, investasi, penurunan kemiskinan, efisiensi pelayanan publik, dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Tetap berpegang pada ideologi bangsa dan berkontribusi dalam pembangunan negara sangat penting untuk masa depan Indonesia.
Disusun oleh :
Kelas 6D-MKP
Hera Aprilia (11012100601)
Ade Muhita (11012100614)
Nurhalifah (11012100012)
Meutiah Rizkiah. F (11012100313)
Wananda PM (11012100324)
Teori ini kami kerjakan untuk memenuhi tugas
Matakuliah : KEPEMIMPINAN
Dosen : Dr. Angrian Permana, S.Pd.,MM.
UNIVERSITAS BINA BANGSA
Moderasi agama memegang peranan vital dalam mempertahankan kerukunan antar umat beragama, menjaga stabilitas sosial, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi serta kerjasama lintas agama. Dalam konteks Indonesia, negara dengan beragam kepercayaan dan keyakinan, moderasi agama menjadi fondasi utama bagi keberlangsungan kehidupan beragama yang damai dan harmonis. Moderasi agama merupakan konsep yang mengajarkan pendekatan yang seimbang dalam praktik keagamaan, dengan menekankan toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta penolakan terhadap ekstremisme dan intoleransi. Di Indonesia, moderasi agama tidak hanya menjadi prinsip panduan dalam praktik keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas nasional yang memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Kehadiran Islam di Indonesia telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk karakter moderasi agama. Sejak masuknya Islam pada abad ke-13, agama ini telah meresap ke dalam budaya dan masyarakat Indonesia dengan pendekatan yang toleran dan inklusif. Selain itu, keberadaan agama-agama lain seperti Hindu, Buddha, dan Kristen juga turut membentuk lanskap keberagaman agama di Indonesia. Moderasi agama membantu masyarakat Indonesia untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dialog antar agama, kegiatan lintas agama, dan kerjasama sosial, moderasi agama memfasilitasi pertukaran budaya dan pemahaman yang lebih dalam antar penganut agama. Hal ini mengurangi potensi konflik antar kelompok agama dan mendorong terbentuknya hubungan yang harmonis di antara mereka. Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam mempromosikan moderasi agama melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung kerukunan antar umat beragama. Salah satu contohnya adalah Pancasila, yang menekankan pada prinsip-prinsip seperti keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan Indonesia dalam keberagaman. Selain itu, pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Dewan Gereja Indonesia (DGI) merupakan upaya konkret untuk mendorong dialog antaragama dan pencegahan ekstremisme agama. Meskipun moderasi agama memiliki dampak positif yang besar dalam masyarakat Indonesia, tetapi masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mewujudkannya sepenuhnya. Salah satunya adalah adanya kelompok-kelompok radikal yang mempromosikan ideologi ekstremisme agama. Kelompok-kelompok ini seringkali menimbulkan konflik dan ketegangan antar umat beragama, serta mengancam stabilitas sosial dan keamanan nasional. Selain itu, ketidaksetaraan dalam perlakuan terhadap umat beragama juga menjadi masalah serius dalam konteks moderasi agama. Diskriminasi dan intoleransi terhadap minoritas agama masih terjadi di beberapa daerah, memperumit upaya untuk mencapai kerukunan antar umat beragama secara menyeluruh. Untuk mengatasi tantangan tersebut, penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya moderasi agama melalui pendidikan agama yang inklusif dan holistik.
1. PETUNJUK PRAKTIKUM
LIMNOLOGI
DI SUSUN OLEH :
1. HAIRIL
2. JAMALUDIN
3. RILO ALFIKRI
4. DESTIRA SOPIKA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2014
2. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi.
Untuk menentukan kualitas air, pengamatan dilakukan berdasarkan berbagai parameter air
baik fisika, kimia, dan biologinya. Dari segi parameter fisika yaitu suhu, tingkat kecerahan,
tingkat kekeruhan dan tingkat kedalaman,. Parameter kimia yaitu Ph, O2 terlarut dan CO2 bebas,
sedangkan untuk parameter biologi yaitu plankton dan bentos.
Pengukuran kualitas air dilakukan pada ekosistem perairan seperti kolam waduk, sungai, laut,
danau, teluk, delta, semenanjung dan perairan lainnya.
Dilakukannya pengukuran kualitas air untuk mengetahui kelayakan dari air tersebut. Dalam
praktikum ini, mengukuran kualitas air dilakukan diwaduk FAPERIKA UR dengan
menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan
memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan. Analisis yang
dilakukan menggunakan dua cara, yakni analisis secara insitu, yaitu analisis sampel yang
dilakukan langsung dilokasi pengamatan dan analisis secara eksitu, yaitu analisis yang dilakukan
di laboratorium namun sebelumnya sampel telah diambil dilokasi pengamatan.
3. II. TINJAUAN PUSTAKA
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi
lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia
yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko,
2005).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH,
konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air
dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi
serta keadaan daerah pengamatan (Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya
matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga
oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping
itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di
akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,
penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena
cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).
Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus
suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna.
Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari
permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002).
2.1 faktor fisika
2.1.1 Kecerahan
4. Kekeruhan air berbeda dengan yang lain, karena langsung dapat dilihat oleh panca indera.
Jika keruhnya oleh plankton, hal itu sangat baik untuk nafsu makan namun jika keruhnya karena
lumpur yang terlalu tebal itu akan menggangu. Kandungan lumpur yang terlalu pekat dalam air
akan mengganggu penglihatan organisme sehingga menjadi salah satu sebab kurangnya nafsu
makan ( Susanto, 1991).
Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam meloloskan cahaya
yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut kemudian disebarkan atau diserap oleh air.
Semakin kecil tingkat kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam
badan air, dan demikian semakin besar kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan
proses fotosintesis (Asdak, 2007).
2.1.2 Suhu
Menurut Irianto (2005) Organisme air memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan
dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan
dan resistensi terhadap penyakit. Organisme air akan mengalami stres bila terpapar pada suhu
diluar kisaran yang dapat ditoleransi. Pada dasarnya suhu rendah memungkinka air mengandung
oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernapasan pada ikan berupa
menurunnya laju pernapasan dan denyut jantung.
2.2 faktor kimia
2.2.1 Oksigen terlarut
Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfer dan proses fotosintesi tumbuhan
hijau. Oksigen dari udara diserap melalui difusi langsung atau agitasi permukaan air oleh angin
dan arus. Jumlah oksigen yang terkandung dalam air tergantung pada struktur komunitas, suhu,
konsentrasi garam terlarut, dan intensitas cahaya matahari. Dalam air tanpa gangguan vegetasi
yang tebal, aktivitas fotosintesis tumbuhan menghasilkan pertambahan jumlah oksigen terlarut,
5. yang mencapai maximum pada sore hari dan mencapai titik minimum pada pagi hari (titik kritis
bagi organisme aguatik). Kenaikan dan penerunan konsentrasi oksigen dalam sehari dinyatakan
sebagai pulsa oksigen. Oksigen berkurang dari badan air oleh adanya pernafasan biota,
penguraian bahan organik, masuknya air bawah tanah yang miskin O2, adanya zat besi, dan
kenaikan suhu. Gelembung gas lain melalui air juga secara efektif menghilangkan oksigen
terlarut. Penurunan oksigen terbesar terjadi pada saat gabungan dari sebab-sebab tersebut
terjadisecara serentak. Tumbuhan dan hewan air menunjukkan adaptasi yang luas
dalammemperoleh oksigen yang diperlukan, dan untuk menyelamatkan masa kritis kekurangan
oksigen.
2.2.2 PH
Air hujan pada umumnya bersifat asam akibat kontak dengan karbondioksida dan senyawa
sulfur alami di udara. Sulfur dioksida, nitrogen oksida serta hasil emisi industri lainnya akan
lebih meningkatkan ke asaman air hujan. Adapun air murni bersifat netral (PH 7), pada kondisi
demikian maka ion-ion penyusunnya (H+ dan OH) akan terdisosiasi pada keadaan setimbang
(Irianto, 2005).
pH air biasanya dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan melihat tingkat
keasaman atau kebasaan air yang dikaji, terutama oksidasi sulfur dan nitrogen pada proses
pengasaman dan oksidasi kalsium dan magnesium pada proses pembasaan. Angka indeks yang
umum digunakan mempunyai kisaran antara 0-14 dan merupakan angka logaritmik negatif dari
konsenterasi ion hidrogen didalam air (Asdak, 2007).
Pembatasan pH pula dilakukan, karena pH akan mempengaruhi rasa, korrosivitas air dan
efisiensi chlorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik dalam bentuk molekular,
dimana dissosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH (Suriawiria, 1996).
2.3 faktor biologi
2.3.1 Flora
6. Tumbuhan air atau hidrofolik ialah golongan yang mencakup semua tumbuhan yang hidup
di air Bersauh (berakar dalam lumpurr dan dasar air) atau tidak. Disamping tipe mikroskopik
yang mengapung bebas dan berenang-renang yang merupakan dasar utama pembentukan
kategori tersendiri yang di sebut plankton. Golongan hidrofolok cenderung melintas memotong
golongan lainnya dan dengan itu sering ditiadakan dari spectrum biologi (Polunin, 1994).
Flora di suatu wilayah yang biasanya dijelaskan dalam istilah biologi untuk menyertakan
genus dan spesies tanaman hidup, pilihan mereka tumbuh berkembang biak atau kebiasaan, dan
sambungan ke satu samalain dilingkungan juga.
2.3.2 Fauna
Pada perairan danau, hewan yang paling umum mendominasi danau adalah hewan dari
golongan hewan bertulang belakang (hewan vertebrata) yakni ikan. Ikan-ikan tersebut berada
pada setiap lapisan perairan baik pada zona litoral dan zona limnetik. Hal ini di sebabkan oleh
kemampuan gerak ikan. Biasanya ikan-ikan bergerak bebas antar zona litoral dan limnetik, akan
tetapi bagian besar ikan-ikan meenghabiskan waktunya di derah litoral dan kebanyakan daei
mereka berkembang biak di daerah tersebut (Odum, 1996).
Flora dapat merujuk kepada sekelompok tanaman, sebuah penyelidikan dari kelompok
tanaman, serta bakteri. Flora adalah akar kata bunga, yang berarti menyangkut bunga.
7. III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Limnologi mengenai Pengukuran Kulitas Air dilaksanakan pada tanggal 29
Mei 2014 pukul 08.00-11.00 WIB WIB bertempat di Jungkat Beach.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kualitas air adalah termometer, secchi
disk, refraktometer peralatan kualitas air dengan cara titrasi maupun dengan alat teronik,
menggunakan pH test kit atau kertas lakmus., DO test kit, current meter, stop watch, dan alat
tulis.
3.3 Metodelogi Praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survey, yakni
penelitian langsung ke lokasi dengan menggunakan analisis secara in situ dan ek situ
3.4 Prosedur Praktikum
Sebelum praktikum dimulai, asisten menjelaskan cara menggunakan alat-alat yang akan
digunakan nantinya. Asisten juga menjelasakan cara perhitungan analisis untuk masing-masing
parameter. Kemudian, asisten beserta praktikan pergi menuju waduk sambil membawa alat-alat
yang dibutuhkan untuk segera melakukan penelitian. Semua penelitian langsung di daerah
penelitian, kecuali pengukuran kekeruhan karena alat pengukur kekeruhan berada di
laboratorium.
Adapun titik pengambilan sempel kami lakukan dengan tiga tempat pada trefel pertama
kami mengambil sempel di parit, trefel kedua kami menambil di kolam ikan yang ada di Jungkat
Beach sedangkan trepel ketiga kami mengambil di sungi yang dekat dengan sumber air di
Jungkat Beach.
Pada titik pertama kami melakukan perhitungan analisis secara fisika(kecepatan arus,
kecerahan, suhu, dan kedalaman). Kecepatan kami menggunakan dengan alat sederhana yaitu
dengan bola tenis meja yang di lemparkan di pertengahan lebar parit, suhu menggunakan
thermometer, kecerahan dengan menggunakan secchi disk dengan menenggelamkan ke air parit,
dan kedalaman kami menggunakan senti meter yaitu dengan cara menancapkan kayu pada
8. pertenghan lebar parit kemudian diangkat dan di ukur dengan sentimeter. Secara kimia (pH,dan
sanilitas). pH kami mengukurnya dengan menggunakan pH meter dan mengunakan dengan
mengambil sempel air pada parit, perlakuan ini sama kami lakukan dengan sanilitas. Biologi
(flora dan fauna). Yaitu dengan mengidentifikasi hewan dan tumbuhan apa saja yang ada di
sekitar parit tersebut. Dan pada titik dua dan tigs perlakuan yang kami lakukan sama.
9. PARAMETER FISIKA
A. Suhu
Pertama sekali siapakan alat pengukur suhu terlebih dahulu, yakni thermometer.
Kemudian tentukan lokasi air yang akan diukur suhunya. Setelah lokasi pengukuran didapatkan,
ikat bagian pangkal thermometer (bukan ujung air raksa) lalu masukkan thermometer ke air
dengan cara mencelupkan thermometer kedalam perairan kemudian gantung thermometer
tersebut pada permukaan perairan beberapa menit. Setelah thermometer menunjukkan angka
yang konstan, baca angka yang ditunjukkan thermometer lalu catat hasilnya.
B. Kecerahan
Siapkan alat-alat yang akan digunakan, seperti secchi disk dan meteran. Lalu tentukan
lokasi pengukuran kecerahan. Setelah lokasi didapatkan, turunkan secchi disk secara perlahan
hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian
ukur panjangnya dengan meteran atau penggaris panjang. Setelah itu, secara perlahan tarik
secchi disk keatas hingga warna hitam pada secchi disk tersebut kembali terlihat lalu ukur juga
berapa panjangnya, ini adalah batas tampak. Setelah nilai batas tidak tampak dan batas tampak
telah didapat, maka jumlahkan kedua nilai tersebut lalu dibagi dua. Ini merupakan nilai
kecerahan.
Untuk lebih jelasnya rumus menghitung kecerahan adalah sebagai berikut,
Kecerahan air (cm) = Jarak tidak tampak (cm) + Jarak tampak (cm)
2
C. Kekeruhan
Sediakan alat yang digunakan, yakni botol air mineral. Kemudian isi botol dengan air
sampel secukupnya lalu bawa air tersebut ke laboratorium untuk diukur kekeruhannya. Lalu air
sampel tersebut dipindahkan kedalam gelas piala dan bandingkan dengan standar air yang
menjadi patokan (standar). Masukkan air yang menjadi patokan (standar) kedalam turbidimeter
sehingga jarum turbidimeter menunjukkan angka standarnya. Setelah itu, keluarkan gelas piala
yang berisi air standar tadi lalu masukkan air sampel kedalam gelas piala lainnya dan kocok.
Setelah itu masukkan air sampel tersebut kedalam turbidimeter dan atur sehingga turbidimeter
menunjukkan angka konstan. Catat hasil yang ditunjukkan oleh jarum turbidimeter.
10. D. Kedalaman
Siapakan alat yang akan digunakan, yakni meteran. Tentukan lokasi perairan yang akan
diukur kedalamannya. Setelah lokasi didapatkan, masukkan meteran (dalam praktik saat ini
menggunakan penggaris panjang) kedalam perairan hingga mengenai dasar perairan. Catat
kedalaman yang diperoleh.
PARAMETER KIMIA
A. Pengukuran pH
Sediakan alat yang akan digunakan, yakni kertas pH dan pH meter. Celupkan kertas pH
kedalam perairan, setelah kertas pH basah angkat keras pH tersebut lalu tunggu beberapa saat.
Lihat perubahan warna yang terjadi pada kertas pH dan bandingkan warna tersebut dengan papan
standar nilai pH lalu catat hasilnya.
B. Oksigen Terlarut ( Disolved Oxygen-DO )
Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan, seperti , tiosulfat, amilum, MnSO4,
NaOHKI, H2SO4, tabung erlenmeyer, jarum suntik, botol BOD ( botol Winkler) dan pipet tetes.
Kemudian tentukan lokasi pengambilan air sampel. Setelah itu ambil air sampal menggunakan
botol BOD namun jangan samapai terjadi gelembung udara. Caranya yaitu dengan
menenggelamkan tabung erlenmeyer secara perlahan kedalam perairan, setelah tabung terisi
penuh tutup mulut tabung dengan rapat. Lalu periksa apakah didalam tabung yang berisi air
terdapat gelembung udara atau tidak, jika ada maka ulangi kembali hingga gelembung udara
benar-benar tidak ada didalam tabung. Tapi, jika gelembung udara tidak ada maka dengan
menggunakan jarum suntik ataupun pipet tetes tamabahkan 2 ml larutan MnSO4 , 2 ml NaOHK.
Tutup botol dengan rapat lalu kocok dengan cara membalik-balikkan botol hingga beberapa kali.
Beberapa saat kemudian akan terjadi gumpalan dan tunggu beberapa saat hingga proses
pengendapan sempurna. Setelah itu, ambil bagian larutan yang masih jernih dengan
menggunakan jarum suntik ataupun pipet tetes sebanyak 100 ml dan pindahkan kedalam tabung
erlenmeyer. Pada larutan yang tadinya terdapat endapan, tambahkan 2 ml H2SO4 lalu kocok
dengan perlahan hingga semua endapan larut, lalu pindahkan larutan tersebut kedalam tabung
erlenmeyer dan titrasi dengan tiosulfat hingga larutan berwarna coklat muda. Pada larutan ini,
tambahkan amilum beberapa tetes hingga larutan berubah menjadi warna biru, kemudian titrasi
11. kembali dengan larutan tiosulfat hingga warna biru pada larutan tersebut hilang. Lalu catat
hasilnya dengan menggunaka rumus :
OT = a x N x 8 x 1000
V-4
Keterangan :
OT : O2 terlarut ( mg O2/L )
a : volume titran Na-thiosulfat ( ml )
N : Normalitas larutan thiosulfat ( 0,025 N)
V : Volume botol Winkler ( ml )
C. Karbondioksida Bebas
Siapakan bahan dan alat yang akan digunakan seperti PP, NA2CO3, tabung erlenmeyer,
dan pipet tetes atau jarum suntik. Ambil sampel air yang akan diuji namun usahakan agar air
sampel terhindar kontak dengan udara. Dengan menggunakan pipet tetes masukkan air sampel
kedalam tabung erlenmeyer secara perlahan agar pengaruh aerasi tidak begitu besar. Kemudian
tambahkan PP sebanyak 3-4 tetes. Jika larutan berwarna pink berarti tidak ada CO2 dan segera
titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N sampai warna pink stabil. Lalu catat hasilnya dengan
menggunakan rumus Alaert dan Santika
CO2 = A x N x 22 x 1000
V
Keterangan :
A : volume titran Na2CO3 yang terpakai ( ml )
N : normalitas larutan ( 0,0454 N )
V : Volume sampel
PARAMETER BIOLOGI
A. Flora
Flora merupakan jenis tumbuhan dalam hal ini pada lingkup perairan seperti rumput laut,
lamun, phytoplankton dan sebagainya. Flora atau tumbuhan sangat berperan penting dalam
12. kegiatan perairan terutama dalam menghasilkan oksigen seperti phytoplankton. Dalam proses
hidupnya cahaya matahari merupakan parameter hidup paling mendasar untuk kelangsungan
hidup suatu jenis flora yaitu tumbuhan baik darat maupun perairan dalam proses fotosintesis
(Efendi, 2003).
B. Fauna
Fauna merupakan jenis hewan yang hidup dalam suatu lingkungan. Pada perairan jenis
hewan yang terdapat didalamnya umumnya adalah ikan. Ikan pada perairan berperan sebagai
konsumen dalam proses rantai makanan dan terkadang sering menjadi predator (pemangsa). Ikan
hidup pada zona atau wilayah pelagis (permukaan) dan domersal (pedalaman) yang disebabkan
pada dasarnya ikan mempunyai karakteristik habitat yang berbeda – beda (Kordi, 2007).
C. Produktifitas Primer
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1991), dalam budidaya, produktifitas primer sangat
dibutuhkan, karena sebagai penghasil oksigen terbesar untuk proses pernafasan bagi organisme
yang ada didalam perairan. Tingkat kesuburan perairan juga mempengaruhi produktifitas primer,
bila kesuburan perairan kurang bisa ditingkatkan dengan cara pemupukan. Kesuburan diperairan
dipengaruhi oleh kecepatan bahan organik menjadi mineral. Pada perairan yang produktifitasnya
tinggi, cahaya matahari yang masuk hanya sedikit dikarenakan cahaya yang akan masuk
terhalang oleh fitoplankton yang ada dipermukaan air.
13. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Parameter Pengamatan
Faktor fisika perairan Hasil
No parit kolam perairan sungai besar
1 kecerahan 0.61 m 0.48 m 0.35 m
2 kecepatan arus 0.0115 ᴹ⁄s 0.02 ᴹ⁄s 0.11 ᴹ⁄s
3 suhu 30 °C 30.2 °C 31 °C
4 kedalaman 60.9 cm 32.5 cm 40 cm
Parameter Pengamatan
Faktor kimia perairan Hasil
No parit kolam perairan sungai besar
1 pH 6.9 (unit) 7.1 (unit) 6.2 (unit)
2 Salinitas 0 (ppm) 0 (ppm) 0 (ppm)
Parameter Pengamatan
Faktor biologi perairan Hasil
No parit kolam perairan sungai besar
1 Fauna + + + --------
2 Flora + + + + +
14. 4.2 Pembahasan
4.2.1 Fisika
4.2.1.1 Kecepatan Arus
Setelah dilakukan pengukuran kecepatan arus pada parit, didapatkan hasil sebesar 0.0115
ᴹ⁄s. Hasil tersebut didapatkan dari perhitungan dengan rumus V = . Jarak (s) didapatkan dari
sepanjang 2 m di hitung dengan lamanya bola tenis meja tersebut sampai pada jarak yang telah
kami ukur, dan dapat didapatkan dari pengukuran waktu menggunakan stopwatch,awal
perhitungan setelah bola tersebut melewati star yang telah kami tentukan dan mencapai finis
dapat dicatatan waktu 2,3 menit begitu juga pada kolam dan sungai besar pada kolam didapatkan
hasil 0.02 ᴹ⁄s sedang kan pada sungai besar 0.11 ᴹ⁄s. yaitu dapat dihitung dari kolam dari 4 menit
dan pada sungai besar 22 menit ini semu dibagi dari 2 meter.
4.2.1.2 Kecerahan
Setelah dilakukan pengukuran tingkat kecerahan, didapatkan tingkat kecerahannya
sebesar 0.61 M(parit), 0.48 M(kolam), dan 0.35 M(sungai). Hasil tersebut didapatkan setelah
dilakukan perhitungan dengan rumus .D1 didapatkan ketika secchi disk yang dimasukkan ke
dalam perairan tidak tampak pertama kali, yaitu sebesar 61 cm, 48 cm, dan 35 cm. D2 didapatkan
saat secchi disk ditenggelamkan sampai tidak tampak sama sekali kemudian diangkat dan
tampak pertama kali.ini termasuk dari (parit,kolam dan sungai besar).
4.2.1.3 Kedalaman
Setelah dilakukan pengukuran dengan memasukan kayu kedalam (parit, kolam, dan
pinggir sungai besar) hasil yang kami dapat kan yaitu parit (60,9 cm), kolam (32,5 cm), dan
pinggir sungai besar (40 cm).
4.2.2 Kimia
4.2.2.1 pH
15. Dari hasil pengukuran dan pengamatan yang telah di laksanakan pada praktikum
limnology tentang pH, pada air parit, kolam, dan sungai besar diperoleh hasil 6.9 (unit), pada air
kolam diperoleh hasil 7.1 (unit), dan pada sungai besar 6.2 (unit) dengan menggunakan pH
paper sebagai indicator asam maupun basa atau netral. Dapat disimpulkan bahwa pH air parit
dan air sungai besar tidak optimum dan hanya air kolam dalam kondisi optimum ini diperkuat
dengan sebagai berikut:
Rentang toleransi biota akuatik terhadap pH berkisar antara 6,5-9,0. Sedangkan pH optimum
bagi biota akuatik berkisar antara 7-8,5 (Vedca,2009). Dapat disimpulkan bahwa perairan sungai
dan kolam tersebut berada pada pH optimum
4.2.2.1 Salinitas
Dari hasil pengamatan dan pengukuran yang telah dilaksanakan pada salinitas, sampel
air parit, kolam, dan sungai besar dengan menggunakan refraktometer diperoleh hasil 0 ppt. Hal
tersebut terjadi karena air parit, kolam dan sungai besar merupakan perairan tawar, karena
parairan tawar memiliki salinitas yang kecil yaitu 0 ppt.
Klasifikasi perairan berdasarkan salinitas menurut Vedca (2009) yaitu:
Air tawar
Fresh water = < 0,5 ppt
Oligoholine = 0,5-3,0 ppt
Air Payau
Mesoholine = 3-16 ppt
Polyholine = 16-30 ppt
Air Asin = 30-40 ppt
16. Dari pengukuran, disimpulkan bahwa perairan sungai dan kolam tersebut merupakan perairan air
tawar, Fresh water karena mempunyai salinitas 0 ppt.
4.2.3 Biologi
4.2.3.1 Flora
Berdasarkan pengamatan yang kami lakuan di sekitar parit, kolam, dan sungai besar
maka hasil yang kami dapatkan dan berdasarkan persentase tutupan vegestasi ialah:
- = Tidak ada
+ = 0-30%
+ + = 30-60%
+ + + = 60-90%
+ + + = > 90%
1. Parit : + +
a. Kelapa
b. Rumpur
c. Kangkung
d. Dan lain lainya.
2. Kolam :+ +
a. Tebu
b. Bunga
c. Dan pohon saya kurang tau nama pohonnya
d. Dan lain-lainnya.
3. Sungai besar : +
a. Nipah
b. Api-api
4.2.3.2 Flora
17. Berdasaarkan pengamatan ke beberapa titik dari parit, kolam dan sungai. Besar hasil dari
pengamatan kami dan berdasarkan persentasi jumlah jenisnya adalah:
- = Tidak ada
+ =0 – 3
+ + = 3- 6
+ + + = 6 – 10
+ + + = >10
1. Parit : + +
a. Ikan julung-julung
b. Ikan sepat
c. Semut merah
d. Semut hitam
2. Kolam : +
a. Laba laba air yang terapung diatas air
b. Semut hitam
3. Sungai besar : 0 = -
18. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Limnologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perairan darat.
Stratifikasi suhu pada kolam air dikelompokkan menjadi 3, yaitu lapisan epilimion,
lapisan termoklin, lapisan hipolimion.
Kecerahan adalah ukuran transporansi perairan yang ditentukan secara visual dengan
mengunakan scchi disk.
Ph menandakan ukuran konsentrasi ion hydrogen yang bisa menunjukkan suasana asam
atau basa dalam perairan.
Salinitas dapat diartikan sebagai konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam
air laut.
Dalam pengukuran kualitas perairan ada dua jenis parameter yang diukur :
Parameter fisika :
1. Suhu
2. Kecerahan
3. Kecepatan arus
Parameter kimia :
1. pH
2. Salinitas
Parameter biologi :
1. Flora
2. Fauna
Setelah melakukan pengukuran kualitas air didapatkan hasil.
19. Parameter fisika
1. Suhu parit 300C ,suhu dikolam 30.20C dan sungai besar 310C .
2. Kecepatan arus di parit0.0115 ᴹ⁄s kolam 0.02 ᴹ⁄s dan di sungai besar 0.11 ᴹ⁄s
3. Kecerahan diparit 61 cm, kolam 48 cm dan disungai 35 cm
Parameter Kimia
1. Pengukuran Salinitas diparit, kolam dan sungai besar 0 ppt.
2. Pengukuran pH diparit 6.9 dikolam 7.1 dan di sungai besar 6.2
Parameter biologi
1. Flora di parit : 5 jenis tumbuhan
Kolam : 4 jenis tumbuhan
Sungai besar : hanya 2 jenis saja
2. Fauna di parit : 4 jenis hewan
Kolam : 2 jenis
Sungai besar : tidak ada.
5.2 Saran
Praktikum limnology ini baik di lakukan kepada semua mahasiswa agar mereka tau
kandungan apa-apa saja yang ada pada perairan baik di daratan maupun di lautan khususnya
pada daratan karna dalam budidaya hampir sebagian besar masyarakat Indonesia
membudidayakan ikan dengan air tawar.
20. Daftar pustaka
Kiki, 2011. Pengamatan Suhu dan Kecerahan.http://riskihandayani.wordpress.com/2011/05/
03/. Diakses pada 30 may 2014 pukul 10.30 WIB.
Suparni, 2009. Pengukuran pH. http://www.chem- is-try.org/motori kimia/pengukuran pH
Diakses pada 30 may 2014 pukul 10.30 WIB.
Vedca, 2009.Teknologi Pengelolan Kualitas Air.http://sith.ttb.ac.id/d4.pdf. Diakses pada 30
may 2014 pukul 10.30 WIB.
Welch Paul S., 1952. LIMNOLOGY. University of Michigan : New York.
,1975 Limnological Methods. University of Michigan : New York.
Wetsel Robert G.,1989.Limnological Analyses. W.B.Sounder Company hiladelphia.
Goldman, C.R. and Alexander, J.H. 1983. Limnology. McGraw-Hill Book Company,
Japan.