Ekosistem danau di Situ Cimangkok memiliki 15 spesies plankton. Spesies alga Coelosphaerium memiliki kelimpahan tertinggi sedangkan Ganotozigot memiliki kelimpahan terendah. Suhu air 23°C, kecerahan 83 cm, dan pH 11,5 yang menunjukkan air bersifat asam. Kedalaman 12 meter pada jarak 5 meter dari tepi.
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...Repository Ipb
Dokumen tersebut membahas hasil penelitian tentang kapasitas asimilasi beban pencemaran organik dan anorganik di perairan Teluk Jobokuto, Jepara. Penelitian menunjukkan bahwa beban limbah tertinggi berasal dari sungai Jepara sebesar 157,40 ton/hari, namun masih dibawah kapasitas teluk. Proses percampuran air teluk termasuk tipe estuari campuran sempurna dengan waktu pencucian 9 hari. Kualitas air, sedimen,
Telah dilakukan penelitian pada bulan November - Januari 2018 dikawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Luas hutan Mangrove di kawasan HLAK mencapai luasan 44,76 Ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Biodiversitas Gastropoda sebagai Bioindikator kualitas perairan di kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Pengambilan sampel ditentukan secara Random Sampling, dimana lokasi terdiri dari 3 stasiun pengamatan. Pengamatan tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metode transek dengan ukuran 10 x 10 m. Analisis data yang dilakukan meliputi keanekaragaman dan Bioindikator kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman. Hasil penelitian pada 3 Stasiun ditemukan 4 jenis Mollusca yang mewakili 2 famili dari kelas Gastropoda, yakni Cassidula aurisfelis, Ellobium aurismidae, Pythia Sp, dan Littoraria Scabra. Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner (H’). Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner dengan hasil berkisar antara 0,37 – 0,54 masuk dalam kategori rendah. Kualitas perairan dengan menggunakan indeks keanekaragaman menunjukan bahwa kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) memiliki kualitas air sangat tercemar yang mana sumber pengaruhnya berasal dari limbah sampah.
Dokumen tersebut menjelaskan berbagai jenis organisme yang dapat digunakan sebagai bioindikator untuk menilai kualitas lingkungan, termasuk hewan makrozoobentos, tumbuhan seperti lamun dan bunga sepatu, mikroorganisme air tawar, insekta seperti capung dan kupu-kupu, lumut kerak, ikan duyung, berang-berang, dan terumbu karang. Organisme-organisme ini dapat menunjukkan kondisi
Ekosistem danau di Situ Cimangkok memiliki 15 spesies plankton. Spesies alga Coelosphaerium memiliki kelimpahan tertinggi sedangkan Ganotozigot memiliki kelimpahan terendah. Suhu air 23°C, kecerahan 83 cm, dan pH 11,5 yang menunjukkan air bersifat asam. Kedalaman 12 meter pada jarak 5 meter dari tepi.
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...Repository Ipb
Dokumen tersebut membahas hasil penelitian tentang kapasitas asimilasi beban pencemaran organik dan anorganik di perairan Teluk Jobokuto, Jepara. Penelitian menunjukkan bahwa beban limbah tertinggi berasal dari sungai Jepara sebesar 157,40 ton/hari, namun masih dibawah kapasitas teluk. Proses percampuran air teluk termasuk tipe estuari campuran sempurna dengan waktu pencucian 9 hari. Kualitas air, sedimen,
Telah dilakukan penelitian pada bulan November - Januari 2018 dikawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Luas hutan Mangrove di kawasan HLAK mencapai luasan 44,76 Ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Biodiversitas Gastropoda sebagai Bioindikator kualitas perairan di kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Pengambilan sampel ditentukan secara Random Sampling, dimana lokasi terdiri dari 3 stasiun pengamatan. Pengamatan tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metode transek dengan ukuran 10 x 10 m. Analisis data yang dilakukan meliputi keanekaragaman dan Bioindikator kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman. Hasil penelitian pada 3 Stasiun ditemukan 4 jenis Mollusca yang mewakili 2 famili dari kelas Gastropoda, yakni Cassidula aurisfelis, Ellobium aurismidae, Pythia Sp, dan Littoraria Scabra. Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner (H’). Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner dengan hasil berkisar antara 0,37 – 0,54 masuk dalam kategori rendah. Kualitas perairan dengan menggunakan indeks keanekaragaman menunjukan bahwa kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) memiliki kualitas air sangat tercemar yang mana sumber pengaruhnya berasal dari limbah sampah.
Dokumen tersebut menjelaskan berbagai jenis organisme yang dapat digunakan sebagai bioindikator untuk menilai kualitas lingkungan, termasuk hewan makrozoobentos, tumbuhan seperti lamun dan bunga sepatu, mikroorganisme air tawar, insekta seperti capung dan kupu-kupu, lumut kerak, ikan duyung, berang-berang, dan terumbu karang. Organisme-organisme ini dapat menunjukkan kondisi
Teks tersebut membahas tentang peran alga sebagai bioindikator pencemaran air. Ia menjelaskan bahwa alga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran air berdasarkan jenis-jenis alga yang hadir. Alga memiliki kemampuan untuk mengindikasi logam berat dalam air karena dapat mengikat ion-ion logam tersebut. Jenis-jenis alga tertentu juga dapat menunjukkan kondisi air yang tercemar.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut mendeskripsikan hasil penelitian identifikasi enam spesies bakteri patogen Vibrio di perairan pantai Nongsa Pulau Batam, yaitu V. anguillarum, V. alginolyticus, V. cholerae, V. salmonicida, V. vulnificus, dan V. parahaemolyticus berdasarkan karakteristik fisika, biokimia, dan morfologi koloni bakteri yang tumbuh pada
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkunganAri Sugiarto
Beberapa jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan (pencemaran air, pencemeran tanah, dan pencemaran udara) memiliki kemampuan dalam mendetekdi atau mengukur tingkat pencemaran lingkungan yang terdapat di suatu kawasan.
Praktikum ekosistem sungai dilakukan di Sungai Gajah Wong yang dibagi menjadi tiga stasiun. Parameter fisika, kimia, dan biologi diukur untuk menentukan kualitas air. Hasilnya menunjukkan stasiun satu dan tiga memiliki kualitas air rendah berdasarkan indeks keanekaragaman biota, sedangkan stasiun dua memiliki kualitas air baik dengan indeks keanekaragaman makrobentos dan plankton tinggi.
Dokumen ini membahas manajemen kualitas air yang penting dalam kegiatan perikanan budidaya. Faktor-faktor kualitas air yang perlu diperhatikan antara lain suhu, pH, oksigen, dan zat hara untuk memastikan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan ikan. Dokumen ini juga menjelaskan pengaruh setiap faktor terhadap organisme perairan dan cara mengelola perubahan kondisi lingkungan.
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya perikanan. Terdiri dari parameter fisika (suhu, kecerahan), kimia (pH, DO, nitrat, fosfat), dan biologi (plankton). Parameter ideal untuk kehidupan ikan adalah rendahnya amonia, nitrit, cemaran organik, serta stabilnya pH, salinitas, dan suhu.
Dokumen tersebut membahas tentang kualitas lingkungan dan pengaruh aktivitas industri terhadap kerusakan lingkungan. Kualitas lingkungan diukur berdasarkan interaksi antara komponen lingkungan dan dampak aktivitas manusia. Industri ekstraktif seperti pertambangan dan minyak bumi sering menyebabkan kerusakan lingkungan melalui pencemaran udara, air, dan hilangnya hutan. Untuk itu diperlukan pengelolaan lingkungan yang baik agar dampak negatif
M A N J E M E N K U A L I T A S A I R D A N T A N A HBBAP takalar
Makalah ini membahas manajemen kualitas tanah dan air yang penting untuk kegiatan perikanan budidaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tanah dan air meliputi tekstur tanah, kandungan bahan organik, dan pH tanah. Pengelolaan faktor-faktor ini diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan organisme perairan yang dibudidayakan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran di perairan Sungai Kampar dan pengaruhnya terhadap ikan baung.
2. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kandungan bahan pencemar dan kerusakan jaringan ikan di Sungai Kampar.
3. Penelitian ini akan membandingkan tingkat pencemaran di bagian hulu, dekat pabrik, dan muara Sungai Kampar.
keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai belawanPT. SASA
Teks ini membahas tentang keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai Belawan. Penelitian menunjukkan adanya 15 genus makrozoobentos yang dikelompokkan ke dalam 2 filum, 4 kelas, 7 ordo dan 12 famili. Indeks kepadatan tertinggi ditunjukkan oleh Littorina sebesar 42,672 ind./m2 yang ditemukan di stasiun II. Faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, kadar oksigen terlarut, kandungan organ
Makalah ini membahas tentang adaptasi biota laut dalam dalam 3 kalimat. Pertama, laut dalam merupakan bagian laut yang gelap karena kedalaman lebih dari 300 meter sehingga tidak terkena cahaya matahari. Kedua, biota laut dalam melakukan adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku untuk bertahan hidup dalam kondisi gelap dan tekanan tinggi. Ketiga, contoh adaptasi tersebut adalah tubuh transparan
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Presentasi ini membahas tentang keanekaragaman hayati di perairan. Secara singkat, presentasi menjelaskan tentang distribusi dan jenis-jenis ekosistem perairan seperti laut, danau, sungai, terumbu karang, bakau, dan lamun yang saling berhubungan dan memainkan peran penting dalam menyediakan keanekaragaman hayati dan sumber daya.
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian status kualitas air Daerah Aliran Sungai Cisanggarung di Jawa Barat. Penelitian ini menganalisis parameter kualitas air seperti BOD, COD, kekeruhan, nitrat, fosfat, amoniak, dan kadar koliform pada 6 stasiun di DAS Cisanggarung. Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa parameter tersebut melebihi baku mutu air untuk keperluan minum, perikanan, dan pertanian
Dokumen tersebut membahas mengenai pengelolaan kawasan sempadan danau di Indonesia. Ada beberapa masalah umum yang terjadi pada danau seperti peningkatan kadar limbah, pendangkalan akibat sedimentasi, hama eceng gondok, dan berkurangnya vegetasi. Diperlukan penanganan seperti pengembangan sumber daya air yang berkelanjutan, mengurangi beban limbah, revitalisasi ekologi sekitar danau, pemanfaatan eceng gond
Teks tersebut membahas tentang peran alga sebagai bioindikator pencemaran air. Ia menjelaskan bahwa alga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran air berdasarkan jenis-jenis alga yang hadir. Alga memiliki kemampuan untuk mengindikasi logam berat dalam air karena dapat mengikat ion-ion logam tersebut. Jenis-jenis alga tertentu juga dapat menunjukkan kondisi air yang tercemar.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut mendeskripsikan hasil penelitian identifikasi enam spesies bakteri patogen Vibrio di perairan pantai Nongsa Pulau Batam, yaitu V. anguillarum, V. alginolyticus, V. cholerae, V. salmonicida, V. vulnificus, dan V. parahaemolyticus berdasarkan karakteristik fisika, biokimia, dan morfologi koloni bakteri yang tumbuh pada
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkunganAri Sugiarto
Beberapa jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan (pencemaran air, pencemeran tanah, dan pencemaran udara) memiliki kemampuan dalam mendetekdi atau mengukur tingkat pencemaran lingkungan yang terdapat di suatu kawasan.
Praktikum ekosistem sungai dilakukan di Sungai Gajah Wong yang dibagi menjadi tiga stasiun. Parameter fisika, kimia, dan biologi diukur untuk menentukan kualitas air. Hasilnya menunjukkan stasiun satu dan tiga memiliki kualitas air rendah berdasarkan indeks keanekaragaman biota, sedangkan stasiun dua memiliki kualitas air baik dengan indeks keanekaragaman makrobentos dan plankton tinggi.
Dokumen ini membahas manajemen kualitas air yang penting dalam kegiatan perikanan budidaya. Faktor-faktor kualitas air yang perlu diperhatikan antara lain suhu, pH, oksigen, dan zat hara untuk memastikan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan ikan. Dokumen ini juga menjelaskan pengaruh setiap faktor terhadap organisme perairan dan cara mengelola perubahan kondisi lingkungan.
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya perikanan. Terdiri dari parameter fisika (suhu, kecerahan), kimia (pH, DO, nitrat, fosfat), dan biologi (plankton). Parameter ideal untuk kehidupan ikan adalah rendahnya amonia, nitrit, cemaran organik, serta stabilnya pH, salinitas, dan suhu.
Dokumen tersebut membahas tentang kualitas lingkungan dan pengaruh aktivitas industri terhadap kerusakan lingkungan. Kualitas lingkungan diukur berdasarkan interaksi antara komponen lingkungan dan dampak aktivitas manusia. Industri ekstraktif seperti pertambangan dan minyak bumi sering menyebabkan kerusakan lingkungan melalui pencemaran udara, air, dan hilangnya hutan. Untuk itu diperlukan pengelolaan lingkungan yang baik agar dampak negatif
M A N J E M E N K U A L I T A S A I R D A N T A N A HBBAP takalar
Makalah ini membahas manajemen kualitas tanah dan air yang penting untuk kegiatan perikanan budidaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tanah dan air meliputi tekstur tanah, kandungan bahan organik, dan pH tanah. Pengelolaan faktor-faktor ini diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan organisme perairan yang dibudidayakan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran di perairan Sungai Kampar dan pengaruhnya terhadap ikan baung.
2. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kandungan bahan pencemar dan kerusakan jaringan ikan di Sungai Kampar.
3. Penelitian ini akan membandingkan tingkat pencemaran di bagian hulu, dekat pabrik, dan muara Sungai Kampar.
keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai belawanPT. SASA
Teks ini membahas tentang keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai Belawan. Penelitian menunjukkan adanya 15 genus makrozoobentos yang dikelompokkan ke dalam 2 filum, 4 kelas, 7 ordo dan 12 famili. Indeks kepadatan tertinggi ditunjukkan oleh Littorina sebesar 42,672 ind./m2 yang ditemukan di stasiun II. Faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, kadar oksigen terlarut, kandungan organ
Makalah ini membahas tentang adaptasi biota laut dalam dalam 3 kalimat. Pertama, laut dalam merupakan bagian laut yang gelap karena kedalaman lebih dari 300 meter sehingga tidak terkena cahaya matahari. Kedua, biota laut dalam melakukan adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku untuk bertahan hidup dalam kondisi gelap dan tekanan tinggi. Ketiga, contoh adaptasi tersebut adalah tubuh transparan
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Presentasi ini membahas tentang keanekaragaman hayati di perairan. Secara singkat, presentasi menjelaskan tentang distribusi dan jenis-jenis ekosistem perairan seperti laut, danau, sungai, terumbu karang, bakau, dan lamun yang saling berhubungan dan memainkan peran penting dalam menyediakan keanekaragaman hayati dan sumber daya.
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian status kualitas air Daerah Aliran Sungai Cisanggarung di Jawa Barat. Penelitian ini menganalisis parameter kualitas air seperti BOD, COD, kekeruhan, nitrat, fosfat, amoniak, dan kadar koliform pada 6 stasiun di DAS Cisanggarung. Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa parameter tersebut melebihi baku mutu air untuk keperluan minum, perikanan, dan pertanian
Dokumen tersebut membahas mengenai pengelolaan kawasan sempadan danau di Indonesia. Ada beberapa masalah umum yang terjadi pada danau seperti peningkatan kadar limbah, pendangkalan akibat sedimentasi, hama eceng gondok, dan berkurangnya vegetasi. Diperlukan penanganan seperti pengembangan sumber daya air yang berkelanjutan, mengurangi beban limbah, revitalisasi ekologi sekitar danau, pemanfaatan eceng gond
Makalah ini membahas tentang pencemaran air yang diakibatkan oleh limbah industri, rumah tangga, dan pertanian. Dibahas pula penyebab, dampak, dan penanggulangan pencemaran air.
Makalah ini membahas tentang pencemaran air yang diakibatkan oleh limbah industri, rumah tangga, dan pertanian. Dibahas pula penyebab, dampak, dan penanggulangan pencemaran air.
Tugas ini membahas tentang rangkuman video mengenai Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS dijelaskan sebagai wilayah yang dibatasi oleh penghubung bukit yang menampung air hujan dan mengalirkannya melalui saluran air. DAS memiliki berbagai komponen seperti hutan, lahan pertanian, dan pemukiman serta perlu dikelola dengan baik untuk mencegah kerusakan lingkungan. Pengelolaan DAS bertujuan untuk memperbaiki
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan status kesuburan perairan melalui pengukuran parameter kualitas air seperti klorofil-a dan fosfat. Ia menjelaskan cara mengklasifikasikan status trofik perairan menjadi oligotrofik, mesotrofik, dan eutrofik berdasarkan kandungan unsur hara. Dokumen ini juga memaparkan kondisi kesuburan perairan wilayah penelitian yang termasuk kategori eutrofik hingga
FIuktuasi saIinitas dan terbentuknya karakteristik Iingkungan di muara perair...oryzaputri
Lahan rawa pasang surut umumnya terbentuk dari sedimen yang dibawa oIeh arus sungai dari huIu yang mengendap daIam keadaan dipengaruhi oIeh air Iaut atau daIam keadaan air yang mengandung garam. Menurut Departemen PU (1995), Edapan sedimen yang terbentuk akan semakin menebaI hingga akhirnya ditumbuhi oIeh rumput dan pohon-pohon yang merupakan vegetasi pantai. Sisa-sisa vegetasi yang mati dan membusuk Iama keIamaan membentuk Iapisan gambut yang menyebabkan warna airnya menjadi cokeIat atau kecokeIatcokeIatan dan mengurangi kadar oksigen di daIam air sehingga pH air turun dan menjadi asam. Menurut Dyer (1990), rawa yang terbentuk di daerah estuari memiIiki arti penting sebagai tempat penampungan sementara Iuapan air Iaut karena proses pasang surut dan berfungsi menampung air tawar pada saat terjadi banjir di daratan, sebeIum air tawar masuk ke Iautan.
ARTIKEL PUBLIKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR PERMUKAAN TAHUN 2021.pdfDianora Didi
Dokumen tersebut merangkum tentang pemantauan kualitas air permukaan di Kabupaten Bangka Tengah pada tahun 2021. Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air sungai di kabupaten tersebut agar digunakan sebagai dasar kebijakan pengelolaan lingkungan. Lokasi pengambilan sampel air meliputi daerah hulu, pemanfaatan air, potensi tercemar, pertemuan sungai, dan hilir.
Penelitian selama 15 bulan menunjukkan bahwa pembangunan perkotaan berdampak buruk pada kualitas tanah air di tiga fen di Illinois utara. Kontaminasi dari sistem septik dan garam jalan menyebabkan peningkatan Na dan Cl di dua fen, mengakibatkan hilangnya keanekaragaman tumbuhan asli. Fen ketiga mengandung SO4 tinggi yang berasal dari oksidasi pirit di gambut dan kerikil, namun tidak berdampak pada vegetasi. Hasil
Dokumen tersebut membahas tentang plankton, sungai Kapuas, dan limbah. Secara ringkas, dibahas tentang definisi dan jenis-jenis plankton, deskripsi dan kualitas air Sungai Kapuas, serta pengertian dan dampak limbah minyak di perairan."
Kuliah ini membahas pengelolaan daerah aliran sungai secara menyeluruh dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek ekologi, hidrologi, dan sosial budaya masyarakat. Daerah aliran sungai merupakan sistem terbuka yang saling terkait antara lingkungan fisik dan ekosistem. Pengelolaan yang baik perlu memperhatikan daerah aliran sungai sebagai kesatuan wilayah dengan batasan alam.
Dokumen tersebut membahas pengendalian kerusakan ekosistem sungai. Topik utama yang dibahas adalah penyebab kerusakan sungai seperti perambahan hutan dan pencemaran, kriteria penilaian kondisi sungai, serta upaya pelestarian, pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan sungai yang dilakukan berbagai pihak.
Sk nomor 167 tentang penetapan kandidat hijau proper tahun 2018 2019-uplAnjas Asmara, S.Si
Pemerintah mengumumkan rencana untuk membangun pusat perbelanjaan baru di pusat kota untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Rencana ini mendapat dukungan dari kalangan bisnis tetapi ditentang oleh kelompok lingkungan karena khawatir akan mengganggu ekosistem setempat. Perdebatan masih berlanjut mengenai dampak sosial ekonomi dan lingkungan dari rencana pembangunan tersebut.
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Anjas Asmara, S.Si
Peraturan ini mengatur tentang kesehatan lingkungan rumah sakit di Indonesia. Tujuannya adalah mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat di rumah sakit dan melindungi sumber daya manusia dari faktor risiko lingkungan. Peraturan ini menetapkan standar mutu lingkungan dan persyaratan kesehatan rumah sakit serta penyelenggaraan kesehatan lingkungan melalui penyehatan, pengamanan, pengendalian, dan pengawasan.
Dokumen tersebut membahas tentang DELH dan DPLH sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup. Secara singkat, DELH dan DPLH digunakan untuk memastikan kepatuhan usaha dan kegiatan terhadap aspek lingkungan, dan sanksi diterapkan kepada kegiatan yang belum memiliki dokumen tersebut.
Metodologi pengumpulan dan analisis data biologi perairan meliputi parameter biologi perairan seperti flora dan fauna, metode pengambilan sampel biota akuatik, analisis sampel, indeks keanekaragaman jenis, dan indeks biotik untuk menilai kualitas air. Metode ini digunakan untuk mengukur tingkat keragaman dan kekayaan hayati perairan.
1. PENENTUAN STATUS KUALITAS PERAIRAN SUNGAI
BRANTAS HULU DENGAN BIOMONITORING
MAKROZOOBENTOS: TINJAUAN DARI PENCEMARAN
BAHAN ORGANIK.
Determination of the Quality Status of the Upper Stream Brantas River by
Macrozoobentos Biomonitoring: Observation from Organic Enrichment
Sanita Trisna Handayani1, Bambang Suharto2, Marsoedi3.
ABSTRACT
The Brantas River is the most lengthy river in East Java, with ± 320 km length and ± 12.000
km2 catchment area. The Brantas upper stream begun at Sumber Brantas to the area before inlet of
Sutami dam had 2.050 km2 catchment area. The water of this river is used not only for agriculture,
drinking water, but also for waste disposal area. The development people activities along this river
could influence its water quality, because the waste produced by those people activities is thrown to
this river directly.
The changes of those water qualities in the stream induce the change of macrozoobenthos
community. For that reason, it’s necessary to observe the Brantas water quality based on
macrozoobenthos indikator.
The aims of the research were to classify the upper stream of Brantas river based on its
macrozoobentos communities, and to determine the Brantas quality level in consequence organic
enrichment (diffuse source pollution) in that upper stream.
This research was carried out from March to July, 2000 at 8 sampling sites. Sampling sites
were chosen based on land use along the course of upper stream the Brantas river. Each site was
sampled monthly both for its water quality and macrozoobentos for 5 month.The FORTRAN
program TWINSPAN were used to classify the upper stream of Brantas river based on its
macrozoobentos, and BMWP Indeks for its water quality level.
TWINSPAN analysis has classified the eight sites of the upper stream Brantas river into ten
site of groups (A, B, C, …., J). Site of group A, B, C, E, and G had gravel, sand, and stone type of
substratum with high current velocity (0,5-1 m/s), temperature 17-27 °C, BOD 6,7-7,5 mg/l, and
COD 5,2-11,2 mg/l. Macrozoobentos founded in those sites were famili of Baetidae, Leptophlebiidae,
Chloroperliidae, and Gastropoda. Site of groups D, F, H, I, and J had mud dan sand type of
substratum, with law current velocity (0,15-0,5 m/s), temparature 20-25 °C, BOD 4,7-7,9 mg/l, and
COD 9-12,4 mg/l. Macrozoobentos from Hydropsychidae, Chironomidae, and Lumbricullidae family
were found in those site of groups. The result of the water level of this research : Site of group A, B,
C, D, F, I, and J were moderate polluted (ASPT value 4,8-6,3). Site of group E, G, and H were heavy
polluted (ASPT value 4-4,5).
ABSTRAK
Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang di Jawa Timur, dengan panjang ± 320 km dengan
daerah aliran seluas ± 12.000 km2. Daerah aliran sungai Brantas hulu yang dimulai dari Sumber
Brantas hingga sebelum masuk Bendungan Sutami mempunyai daerah tangkap hujan seluas 2.050
km2. Air dari sungai Brantas ini dipergunakan untuk pertanian, air minum, dan sekaligus tempat
pembuangan sampah. Berkembangnya kegiatan penduduk di sepanjang aliran sungai Brantas dapat
1) Alumnus Pascasarjana Universitas Brawijaya
2)
Fakultas Teknologi Pertanian Unibraw Malang
3) Fakultas Perikanan Unibraw Malang
2. Sanitta Trisna H, Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Berantas Hulu
berpengaruh terhadap kualitas airnya, karena limbah yang dihasilkan dari kegiatan penduduk tersebut
dibuang langsung ke sungai.
Perubahan kualitas air di sungai menyebabkan perubahan komposisi komunitas
makrozoobentos. Untuk itu diperlukan suatu upaya pemantauan mengenai status kualitas sungai
Brantas dengan menggunakan hewan makrozoobentos
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat klassifikasi Sungai Brantas bagian hulu
berdasarkan komunitas hewan makrozoobentosnya serta menentukan status kualitas perairan Sungai
Brantas akibat buangan organik (diffuse source pollution dan non point source pollution) di sungai bagian hulu.
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan Juli 2000, pada 8 stasiun
pengamatan. Penentuan stasiun pengamatan ini berdasarkan tata guna lahan di sekitar lingkungan
perairan Sungai Brantas bagian hulu. Pengambilan sample kualitas air dan makrozoobentos masing-
masing dilakukan setiap bulan selama 5 bulan. Untuk mengklasifikasikan sungai Brantas bagian hulu
berdasarkan makrozoobentos digunakan FORTRAN program TWINSPAN, sedangkan untuk
menentukan status perairannya digunakan Indeks BMWP.
Bedasarkan program koputer TWINSPAN sungai Brantas bagian hulu selama penelitian dapat
diklasifikasikan menjadi 10 site of groups (A, B, C, ….., J). Pada site of group A, B, C, E, dan G ditemukan
makrozoobentos dari famili Baetidae, Leptophlebiidae, Chloroperliidae, dan Gastropoda yang
mempunyai substrat dasar kerikil, pasir, dan batuan dengan kecepatan arus cepat (0,5-1 m/det), suhu
17-27 °C, kadar BOD 6,7-7,5 mg/l, dan kandungan COD 5,2-11,2 mg/l. Pada site of group D, F, H, I,
dan J ditemukan makrozoobentos antara lain dari famili Hydropsychidae, Chironomidae, dan
Lumbricullidae dimana site of group ini mempunyai substrat dasar berupa lumpur, dan pasir, dengan
kecepatan arus lambat (0,15-0,5 m/det), suhu 20-25 °C, kadar BOD 4,7-7,9 mg/l, dan kandungan
COD 9-12,4 mg/l.. Sedangkan status perairannya yang ditentukan dengan menggunakan Indeks
BMWP pada penelitian ini memberi hasil sebagai berikut : Site of group A, B, C, D, F, I, dan J
mempunyai status perairan kotor sedang dengan nilai ASPT berkisar antara 4,8 sampai dengan 6,3. Site
of group E, G, dan H mempunyai status perairan kotor berat dengan nilai ASPT berkisar antara 4
sampai dengan 4,5.
PENDAHULUAN sehingga dapat mengganggu lingkungan
perairan.
Latar belakang masalah Berkembangnya kegiatan penduduk di
Sungai Brantas merupakan sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, seperti
terpanjang di Jawa Timur, dengan panjang ± bertambahnya pemukiman penduduk,
320 km dengan daerah aliran seluas ± 12.000 kegiatan industri rumah tangga, dan kegiatan
km2, atau lebih kurang seperempat luas pertanian, dapat berpengaruh terhadap
wilayah propinsi Jawa Timur. Sungai Brantas kualitas airnya, karena limbah yang dihasilkan
bersumber pada lereng Gunung Arjuna dan dari kegiatan penduduk tersebut dibuang
Anjasmara bermuara di selat Madura. Jumlah langsung ke sungai.Perkembangan industri
penduduk di wilayah ini ± 14 juta jiwa (40 % yang semakin cepat, dan intensifikasi air irigasi
dari penduduk Jawa Timur), dimana sebagian akan menyebabkan timbulnya berbagai
besar bergantung pada sumberdaya air, yang permasalahan.
merupakan sumber utama bagi kebutuhan air Adanya masukan bahan-bahan terlarut
baku untuk konsumsi domestik, irigasi, yang dihasilkan oleh kegiatan penduduk di
industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, sekitar DAS Brantas sampai pada batas-batas
dan lain-lain (Anonymous,1996). tertentu tidak akan menurunkan kualitas air
Menurut Nontji (1986) sungai sungai. Namun demikian apabila beban
merupakan perairan terbuka yang mengalir masukan bahan-bahan terlarut tersebut
(lotik) yang mendapat masukan dari semua melebihi kemampuan sungai untuk
buangan pelbagai kegiatan manusia di daerah membersihkan diri sendiri (self purification),
pemukiman, pertanian, dan industri di daerah maka timbul permasalahan yang serius yaitu
sekitarnya. Masukan buangan ke dalam sungai pencemaran perairan, sehingga berpengaruh
akan mengakibatkan terjadinya perubahan negatif terhadap kehidupan biota perairan dan
faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam kesehatan penduduk yang memanfaatkan air
perairan. Perubahan ini dapat menghabiskan sungai tersebut.
bahan-bahan yang essensial dalam perairan
31
3. BIOSAIN, VOL. 1 NO. 1, April 2001
Odum (1993) menjelaskan bahwa dalam perairan akan menyebabkan
komponen biotik dapat memberikan menurunnya kadar oksigen terlarut di dalam
gambaran mengenai kondisi fisika, kimia, dan perairan dan jika keadaan ini berlangsung lama
biologi dari suatu perairan. Salah satu biota akan menyebabkan perairan menjadi anaerob,
yang dapat digunakan sebagai parameter sehingga organisme aerob akan mati. Selain itu
biologi dalam menentukan kondisi suatu diketahui juga bahwa banyak senyawa organik
perairan adalah hewan makrobentos. Sebagai yang bersifat toksik seperti fenol, pestisida,
organisme yang hidup di perairan, hewan surfaktan, dan lain-lain dapat menimbulkan
makrobentos sangat peka terhadap perubahan kematian organisme seperti plankton, bentos
kualitas air tempat hidupnya sehingga akan dan ikan.
berpengaruh terhadap komposisi dan Makrozoobentos terdapat diseluruh
kelimpahannya. Hal ini tergantung pada badan sungai mulai dari hulu sampai ke hilir.
toleransinya terhadap perubahan lingkungan, Dengan keberadaan makrobentos yang
sehingga organisme ini sering dipakai sebagai hidupnya menetap dengan waktu yang relatif
indicator tingkat pencemaran suatu perairan. lama, maka makrobentos ini dapat digunakan
Sumber-sumber pencemaran air untuk menduga status suatu perairan.
Sungai Brantas antara lain berasal dari limbah Penggunaan makrobentos sebagai penduga
industri, limbah domestik dan air buangan dari kualitas air dapat digunakan untuk
saluran irigasi dan drainasi. Pada DAS Brantas kepentingan pendugaan pencemaran baik yang
bagian hulu sumber pencemaran yang utama berasal dari point source pollution maupun diffuse
berasal dari limbah domestik (rumah tangga source pollution.
dan pertanian/alami). Masukan bahan organik Bertitik tolak dari pemikiran tersebut,
ke dalam perairan mempunyai akibat yang maka penelitian ini perlu untuk dilakukan.
sangat komplek, tidak hanya deoksigenasi Melalui serangkaian pengamatan, pengukuran
dalam air, tetapi dapat terjadi penambahan sifat fisika-kimia air dan keanekaragaman jenis
padatan tersuspensi, bahan beracun seperti hewan makrozoobentos, dapat ditentukan
ammonia, sulfida atau cyanida serta pengaruh status kualitas perairan Sungai Brantas. Data
terhadap komposisi dan kelimpahan yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat
komunitas biologi dalam hal ini adalah sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah
makrobentos. Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam perencanaan pembangunan dan
maka diperlukan kegiatan penelitian tentang pengendalian pencemaran sungai Brantas.
tingkat pencemaran dan kualitas perairan di
DAS Brantas bagian hulu. Selanjutnya dari Tujuan penelitian
hasil penelitian tersebut diharapkan dapat Tujuan penelitian adalah :
dijadikan masukan untuk merumuskan • Membuat klassifikasi Sungai Brantas
kebijakan pengelolaan lingkungan, dalam bagian hulu berdasarkan komunitas
rangka mengendalikan pencemaran di Sungai hewan makrobentosnya
Brantas. • Menentukan status kualitas perairan
Sungai Brantas akibat limbah bahan
Identifikasi Masalah organik di sungai bagian hulu (point source
Salah satu permasalahan yang ada saat pollution maupun diffuse source pollution).
ini adalah semakin menurunnya kualitas air
Sungai Brantas sejalan dengan makin Kegunaan penelitian
meningkatnya berbagai kegiatan penduduk di • Memberikan informasi kepada
sepanjang DAS Brantas. Penurunan kualitas masyarakat khususnya yang tinggal di tepi
air Sungai Brantas ini selain diakibatkan oleh Sungai Brantas tentang kondisi sungai,
pencemaran alami seperti terjadinya erosi dan dalam rangka kemungkinan pemanfaatan
limbah pertanian juga dikarenakan oleh untuk keperluan rumah tangga.
adanya bahan-bahan organik berupa limbah
• Memberikan alternatif kebijakan yang
dari penduduk sepanjang DAS serta aliran
akan dilaksanakan oleh Pemerintah
masuk lainnya yang turut mempengaruhi
Daerah untuk pengelolaan lebih lanjut
kualitas air Sungai Brantas.
dan menjaga kelestarian sumberdaya
Penambahan bahan organik maupun
Sungai Brantas
anorganik berupa limbah ke dalam perairan
selain akan mengubah susunan kimia air, juga
akan mempengaruhi sifat-sifat biologi dari
perairan tersebut. Banyaknya bahan organik di
32
4. Sanitta Trisna H, Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Berantas Hulu
Tempat dan waktu penelitian Lokasi II : Junggo, merupakan daerah
Penelitian ini dilakukan pada aliran areal hutan pinus dan banyak
sungai Brantas bagian hulu yaitu dari daerah digunakan untuk pertanian
Sumber Brantas sampai dengan Kemiri serta perkebunan
(daerah sebelum masuk ke bendungan Lokasi III : Sengkaling, merupakan daerah
Sengguruh).Pengambilan contoh dilakukan 5 pertanian dan pemukiman
kali dengan selang waktu satu bulan sekali, Lokasi IV : Sekitar Jl.Juanda, merupakan
pada bulan Maret sampai dengan Juli 2000. tempat pemukiman penduduk
Pengamatan contoh air dan yang padat
identifikasi hewan makrobentos dilakukan di Lokasi V : Bumiayu, merupakan tempat
Laboratorium Biologi dan Ilmu-ilmu Perairan pemukiman penduduk
Fakultas Perikanan. Sedangkan analisa substrat Lokasi VI : Wonokerso, merupakan
tanahnya dilakukan di Laboratorium Jurusan daerah pertanian
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lokasi VII : Kedung Pedaringan,
Brawijaya Malang. merupakan daerah pertanian
dan pemukiman
Lokasi VIII : Kemiri, merupakan daerah
METODE PENELITIAN pertemuan antara sungai
Brantas dan Sub-DAS Lesti
Metode penelitian sebelum masuk ke Bendungan
Metode yang digunakan dalam Sengguruh
penelitian ini adalah metode diskriptif yaitu
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki Pengambilan contoh dan pengukuran
dengan menggambarkan atau melukiskan kualitas air
keadaan obyek penelitian pada saat sekarang Pengambilan contoh makrozoobentos
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau untuk daerah substrat keras menggunakan
sebagaimana adanya (Nawawi, 1987). jaring bentos dengan ukuran (20 x 30 cm,
Pengamatan dilakukan terhadap ukuran mata jaring 0.5 mm) dan untuk daerah
hewan makrobentos dan beberapa parameter substrat lunak menggunakan Ekman Grab (15
kualitas air sepanjang Sungai Brantas di bagian x 15 x 20 cm). Adapun langkah-langkahnya
hulu. Pengambilan contoh air dan pengamatan adalah sebagai berikut : (1) contoh
terhadap parameter-parameter dilakukan pada makrozoobentos diambil dengan
beberapa lokasi berdasarkan guna lahan. menggunakan jaring bentos atau Ekman Grab,
dimasukkan dalam wadah plastik dan
Lokasi penelitian diawetkan dalam alkohol 70%, (2) membawa
Penelitian ini dilakukan di perairan ke laboratorium , dipisahkan antara kotoran
Sungai Brantas bagian hulu, karena diduga dan makrozoobentos kemudian diidentifikasi
pada bagian hulu sungai ini telah terjadi sampai tingkat famili, bila memungkinkan
pencemaran. Secara administrasi daerah sampai tingkat genus atau species.
penelitian termasuk dalam wilayah Kabupaten Pengambilan contoh kualitas air sungai
dan Kota Malang, Propinsi Jawa Timur. dilakukan bersama-sama pada lokasi
pengambilan contoh. Pengambilan contoh air
dilakukan dengan Kemmerer Water Sampler.
Jenis parameter dan cara pengukuran kualitas
Penentuan lokasi pengambilan contoh air air mengacu kepada KEP-
Lokasi pengambilan contoh air 02/MENKLH/I/1988 (Tabel 1).
ditentukan berdasarkan tata guna lahan di
sekitar lingkungan perairan Sungai Brantas.
Dengan dasar tata guna lahan tersebut,
ditentukan delapan lokasi pengambilan contoh
air di aliran utama Sungai Brantas. Lokasi
tersebut adalah :
Lokasi I : Sumber Brantas, merupakan
daerah sumber dari sungai
Brantas dan masih banyak
areal hutan
33
5. BIOSAIN, VOL. 1 NO. 1, April 2001
Tabel 1. Parameter dan metode pengukuran A
kwalitas air Nilai ASPT =
B
No Parameter Satuan Metode Tempat Keterangan :
Nir Kualitas Air A : jumlah score indeks BMWP
1. Kecepatan arus m/det Pelampung/
Stopwatch
Lapangan B : jumlah famili yang ditemukan dan
2. Kedalaman air m Tongkat penduga Lapangan mempunyai score
3. Tipe substrat - Ukuran partikel Laboratorium
Faktor Fisika
Penentuan status perairannya adalah sebagai
4. Suhu °C Thermometer Lapangan berikut :
5. Padatan tersuspensi mg/l Gravimetrik Laboratorium
Faktor Kimia • Nilai ASPT : 1-4 untuk perairan kotor berat
6.
7.
PH
Oksigen terlarut (DO)
-
mg/l
pH-meter
Titrimetrik
Lapangan
Lapangan
• Nilai ASPT : 5-7 untuk perairan kotor
8. BOD5 mg/l Titrimetrik Laboratorium sedang
9. COD mg/l Titrimetrik Laboratorium
10. Amonium (NH4+) mg/l Spektrofotome trik Laboratorium • Nilai ASPT : 8-10 untuk perairan bersih.
11. Kesadahan mg/l Titrimetrik Laboratorium
Analisis data HASIL DAN PEMBAHASAN
Twinspan Klasifikasi sungai brantas hulu
Untuk mendapatkan klasifikasinya dari Dari hasil analisa dengan menggunakan
data yang diperoleh dianalisis dengan program komputer TWINSPAN, maka
menggunakan klasifikasi bertingkat, yaitu didapatkan hasil klassifikasi Sungai Brantas
dengan menggunakan suatu program Hulu yang diperoleh dari pengelompokan 8
komputer yang disebut Two-way Indicator Species stasiun pengamatan yang mempunyai
Analysis (TWINSPAN) dengan langkah- kesamaan komunitas makrozoobentos,
langkah sebagai berikut : menjadi 10 site of group, diagramnya dapat
- mendata taxa makrozoobentos yang ada dilihat pada Gambar 1.
- memberi kode pada setiap taxa yang
ditemukan dengan maksimal 8 karakter
40 pengamatan
- memasukkan kedalam program komputer
(Peeters dan Gylstra, 1997).
39 pengamatan
(33,6,18,26,8,10,16,24,32,40,2,3,9,17,25,29,37,1,7,13, 1 pengamatan
35,15, 23,31,38,39,11,14,19,22,28,30,20,21,36,4,5,12,27) (34)
Indeks BMWP
A
Data yang diperoleh kemudian 38 pengamatan
1 pengamatan
dianalisis untuk mendapatkan status (33)
(6,18,26,8,10,16,24,32,40,2,3,9,17,25,29,37,1,7,13,
35,15,23, 31,38,39,11,14,19,22,28,30,20,21,36,4,5,12,27)
perairannya dengan menggunakan Indeks B
BMWP. Langkah-langkahnya : 20 pengamatan
(6,18,26,8,10,16,24,32,40,2,3,
18 pengamatan
(15,23,31,38,39,11,14,19,22,
- data yang sudah diklassifikasikan 9,17,25,29,37,1,7,13,35) 28,30,20,21,36,4,5,12,27)
dicocokkan dengan tabel BMWP dan
memberi score pada masing-masing 3 pengamatan
(6,18,26)
17 pengamatan
(8,10,16,24,32,40,2,3,9,
14 pengamatan
(15,23,31,38,39,11,14,
4 pengamatan
(4,5,12,27)
famili per stasiunnya 17,25,29,37,1,7,13,35) 19,22,28,30,20,21,36)
C D
- dari score yang diperoleh setiap famili 13 pengamatan 11 pengamatan
4 pengamatan 3 pengamatan
makrozoobentos, kemudian dicari nilai (8,10,16,24,32,40,2,
3,9,17,25,29,37)
(1,7,13,35)
(15,23,31,38,39,11,
14,19,22,28,30)
(20,21,36)
Average Score Per Taxon (ASPT)-nya. Nilai E F
ASPT ini yang menentukan status kualitas 6 pengamatan 7 pengamatan
5 pengamatan 6 pengamatan
(8,10,16,24, (2,3,9,17,25,
perairannya. Contoh perhitungan nilai 32,40) 29,37)
(15,23,31,38,39) (11, 14,19,22,28,30)
ASPT dapat dilihat pada Tabel 2. G H I J
Tabel 2. Penentuan nilai ASPT berdasar Keterangan :
indeks BMWP
33 511 ! 6 116 !18 312 !26 412 ! 8 118 !10 212 !
Taxa makrobentos Score Indeks 16 218 !24 318 !32 418 !40 518 ! 2 112 ! 3 113 !
BMWP 9
7
211
117
!17
!13
311
215
!25
!35
411
513
!29
!15
415
217
!37
!23
515
317
! 1
!31
111
417
!
!
Thiridae 6 38 516 !39 517 !11 213 !14 216 !19 313 !22 316 !
28 414 !30 416 !20 314 !21 315 !36 514 ! 4 114 !
Chirinomidae 2 5 115 !12 214 !27 413 !34 512
Synceridae - Gambar 1. Klassifikasi sungai brantas bagian
Jumlah score 8 hulu
Nilai ASPT 4
34
6. Sanitta Trisna H, Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Berantas Hulu
Site group A tersusun atas 1 melewati pemukiman penduduk, kecuali
pengamatan, yaitu stasiun 2 yang terletak di stasiun 3 yang selain melewati daerah
daerah Junggo pada pengamatan bulan Juli. pemukiman juga melewati persawahan.
Pada site group ini ditemukan makrobentos dari Makrozoobentos yang ditemukan adalah dari
jenis Tricoptera yaitu Hydropsychidae yang ordo Pulmonata yaitu Limnaeidae.
merupakan jenis makrozoobentos yang hidup Gastropoda merupakan organisme yang
di air jernih dengan substrat berbatu dan mempunyai kisaran penyebaran yang luas di
berarus deras Stasiun ini mempunyai substrat substrat berbatu, berpasir, maupun berlumpur,
kerikil, pasir, dan batuan besar serta tetapi organisme ini cenderung menyukai
mempunyai kecepatan arus rata-ratanya 0.5 substrat berpasir. Kecepatan arusnya lambat
m/det.. Menurut Cairns dan Dicksons (1981), (0.25 m/det) dan mempunyai substrat dasar
jenis may-flies (Ephemeroptera), stone-flies pasir dan sedikit berlumpur.
(Plecoptera), dan Caddies flies (Tricoptera) Site group E juga terdiri dari 4
banyak ditemukan di air jernih. pengamatan yaitu di Sumber Brantas (stasiun
Site group B juga hanya terdiri dari 1 1) pada pengamatan bulan Maret, Kedung
pengamatan, yaitu stasiun 1 yang terletak di Pedaringan (stasiun 7) pada pengamatan bulan
daerah Sumber Brantas pada pengambilan Maret, Bumiayu (stasiun 5) pada pengamatan
sampel bulan Juli. Pada stasiun ini ditemukan bulan April, dan Sengkaling (stasiun 3) pada
makrozoobentos dari jenis Ephemeroptera pengamatan bulan Juli. Makrozoobentos yang
yaitu genus Baetidae, yang merupakan ditemukan pada site group ini adalah dari jenis
indikator pencemaran pada site group ini yaitu Ephemeroptera (Baetis sp.), Pulmonata (Brotia
dengan memberikan nilai negatif pada testudinaria), dan Diptera (Chironomous sp.).
program komputer TWINSPAN yang berarti Dari keempat stasiun ini terdapat persamaan
organisme tersebut sensitif terhadap yaitu substrat dasarnya berupa kerikil dan
pencemaran. Seperti halnya pada site group A, batuan, walaupun pada stasiun 5 substrat
site group B juga mempunyai substrat berbatu dasarnya sedikit berlumpur Macroinvertebrata
dan berarus cepat (0.89 m/det). Sepanjang yang mampu hidup di sungai mempunyai
alirannya juga ditumbuhi vegetasi berupa morfologi berdasarkan adaptasinya terhadap
pohon pinus dan tanaman perdu. kelimpahan makanan yang berupa bahan
Site group C terdiri dari 3 pengamatan, organik. Bahan organik kasar yang berupa
yaitu stasiun 6 (Wonokerso) pada pengamatan daun yang jatuh ke sungai, umumnya di
bulan Maret, stasiun 2 (Junggo) pada daerah hulu dimakan oleh kelompok shredder
pengamatan bulan Mei, dan stasiun 2 (Junggo) (pencabik dan pengunyah) misalnya larva dan
pada pengamatan bulan Juni. Pada stasiun ini nymph insekta. Bahan organik halus dimakan
ditemukan makrozoobentos dari jenis Diptera dengan cara disaring, diendapkan, dikumpul
yang diwakili oleh Chironomus dan kan oleh kelompok scrapper (pengikis),
Ephemeroptera yang diwakili oleh Bungona misalnya dari gastropoda dan filter feeder di
narilla, dimana Bungona narilla merupakan daerah hilir (Cummins, 1974).
indikator perairan yang bersifat sensitif Site group F terdiri dari 3 pengamatan,
terhadap pencemaran, karena Ordo yang masing-masing terletak di jalan Juanda
Ephemeroptera termasuk makrozoobentos (stasiun 4) dan Bumiayu (stasiun 5) pada
yang dapat hidup pada kualitas perairan pengamatan bulan Mei, serta di jalan Juanda
dengan kisaran tertentu saja, yaitu dapat hidup (stasiun 4) pada pengamatan bulan Juli. Pada
pada perairan dengan kandungan Okdigen kelompok ini masing-masing stasiun banyak
terlarut (DO) yang cukup tinggi (8.8 ppm). terdapat pemukiman penduduk yang padat,
Persamaan dari ketiga stasiun ini terletak pada dan terdapat pasar, dimana limbah domestik
daerah sekitar yang ditumbuhi tanaman perdu. dari pasar dan pemukiman tersebut dibuang
Selain itu arus pada ketiga stasiun ini termasuk langsung ke sungai. Adanya sampah yang
dalam kategori arus cepat (0.6-1 m/det). menghambat aliran sungai menyebabkan arus
Site group D tersusun atas 4 menjadi lambat dan rendahnya kualitas air
pengamatan, yaitu stasiun 4 (Jl.Juanda) pada yang ada, ini dapat dilihat dari data DO yang
pengamatan bulan Maret, stasiun 5 (Bumiayu) nilainya rendah (4-8 mg/l), dan nilai
pada pengamatan bulan Maret, stasiun 4 ammonianya yang tinggi (0.084-0.211 mg/l),
(Jl.Juanda) pada pengamatan bulan April, dan sehingga pada stasiun ini banyak ditemukan
stasiun 3 (Sengkaling) pada pengamatan bulan Chironomous sp dan Tubifex sp, karena menurut
Juni. Pada site of group ini stasiunnya banyak Wilhm (1975), organisme Chironomous sp dan
mengambil di daerah yang aliran sungainya Tubifex sp merupakan kelompok yang toleran,
35
7. BIOSAIN, VOL. 1 NO. 1, April 2001
dimana organisme kelompok ini pada (1976), bahwa jenis siput lebih banyak
umumnya tidak akan merasakan adanya dijumpai pada perairan yang sadah dimana
tekanan lingkungan dan pengkayaan bahan pada perairan yang demikian, Ca akan
organik. dimanfaatkan untuk pembentukan cangkang.
Pada site group G yang terdiri dari 6 Site group terakhir yaitu site group J terdiri
pengamatan yaitu stasiun 8 (Kemiri) pada ke 5 dari 6 pengamatan, yaitu stasiun 3 (Sengkaling)
bulan pengamatan (Maret, April, Mei, Juni, pada pengamatan bulan April, Mei; stasiun 4
Juli) dan stasiun 2 (Junggo) pada pengamatan (Jl. Juanda) pada pengamatan bulan Juni; dan
bulan April, ditemukan makrozoobentos dari stasiun 6 (Wonokerso) pada pengamatan
jenis Gammaridae yang bersifat sensitif bulan April, Mei dan Juni. Dari keenam
terhadap pencemaran. Hal ini ditandai dengan stasiun tersebut, pengamatan pada stasiun 3
adanya nilai negatif (-) pada pengklassifikasian dilakukan pada saat musim penghujan,
dengan menggunakan program komputer sehingga makrozoobentos yang ditemukan
TWINSPAN. hanya sedikit, karena kemungkinan
Site group H tersusun dari 7 makrozoobenthos tersebut sebagian terbawa
pengamatan, yaitu pada pengamatan bulan arus. Seperti halnya pada site group I, pada site
Maret 2 stasiun: Junggo (stasiun 2) dan group ini tata guna lahannya adalah pertanian
Sengkaling (stasiun 3), Sumber Brantas dan pemukiman penduduk. Menurut Musa et
(stasiun 1) yang terbagi menjadi 3 stasiun al. (1996), secara umum limbah rumah tangga
(pengamatan bulan April, Mei, Juni), serta berupa bahan organik dan limbah pertanian
Bumiayu yang terbagi menjadi 2 stasiun biasanya berupa sisa pupuk, pestisida, dan
(pengamatan bulan Juni dan Juli).. Pada site lumpur. Makrozoobentos yang ditemukan
group ini ditemukan makrozoobentos dari jenis adalah dari jenis Gastropoda yaitu Syncera
Baetidae, Simullidae, dan Hydropsychidae javana dan Melanoides sp dengan kelimpahan
yang merupakan jenis makrozoobentos yang yang tinggi.
hidup di substrat berbatu dan berarus deras.
Site of group ini mempunyai substrat yang Status perairan sungai brantas hulu
berbatu, berarus cepat (0.3-0.9 m/det) dan Berdasarkan nilai Indeks BMWP dan
disekitarnya terdapat vegetasi Menurut perhitungan nilai ASPT, maka pada penelitian
Mulyanto (1992) cara hidup organisme di ini didapatkan kisaran angka ASPT antara 4 -
sungai dengan aliran cepat yaitu dengan 6.3 yang berarti bahwa kondisi perairan ini
melengkapi rahang yang kuat (Baetidae) dan berada pada status perairan kotor sedang
dengan adanya bentuk tubuh yang datar. sampai dengan kotor berat. Adapun data
Site group I terdiri dari 5 pengamatan, lengkapnya adalah sebagai berikut :
yang masing-masing terletak di Kedung Dari hasil analisis BMWP, diketahui
Pedaringan (stasiun 7) yang terbagi menjadi 4 bahwa pada site group A mempunyai kondisi
stasiun pengamatan : bulan April, Mei, Juni, perairan yang kotor sedang, yang ditunjukkan
dan Juli; dan di Wonokerso (stasiun 6) pada dengan nilai ASPT yang rendah (5).
pengamatan bulan Juli. Tata guna lahan Pada site group B diketahui mempunyai
disekitar stasiun ini adalah pertanian dan status perairan kotor sedang. Status perairan
pemukiman, dimana disekitar aliran sungainya ini diperoleh dari nilai Indeks BMWP yang
ditumbuhi vegetasi berupa semak-semak dan juga rendah yaitu 5. Seperti halnya pada site
pohon bambu. Pada stasiun ini banyak group A, pada site group B ini juga disusun oleh
ditemukan makrozoobenthos jenis dua famili yaitu Tipulidae yang mempunyai
Gastropoda, hal ini kemungkinan disebabkan skor 5 dan famili Muscidae yang juga
adanya masukan bahan organik yang tinggi mempunyai skor 5 dalam tabel BMWP.
dari daerah pemukiman dan pertanian dimana Site group C mempunyai status perairan
bahan organik tersebut merupakan sumber kotor sedang. Ini didapat dari nilai ASPT yang
makanan bagi makrozoobenthos jenis cukup tinggi yaitu 6.3 yang dibulatkan menjadi
Gastropoda. Jenis Gastropoda dari beberapa 6. Namun walaupun mempunyai nilai ASPT
familinya diketemukan pada aliran sungai yang yang tinggi, namun masih dalam kisaran
terdapat vegetasi di tepian sungainya (Quigley, perairan kotor sedang karena tidak mencapai
1977). Keadaan kualitas air pada site group ini angka 8. Tingginya nilai ASPT pada daerah ini
yang mendukung keberadaan Gastropoda karena terdapatnya famili Leptophlebidae dan
adalah DO-nya tinggi (8-9 mg/l), pH netral Chloroperliidae yang mempunyai skor 10,
(7.2-8.3) dan kesadahan yang tinggi (222-253 sehingga dapat memperbesar nilai ASPT-nya.
mg/l). Hal ini sesuai dengan pendapat Hynes
36
8. Sanitta Trisna H, Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Berantas Hulu
Analisis BMWP pada site group D TSS yang relatif tinggi, karena padatan
memberikan hasil bahwa stastus perairan dari tersuspensi dapat menghalangi penetrasi
site group ini termasuk dalam kategori perairan cahaya matahari yang diperlukan oleh alga dan
kotor sedang dengan nilai ASPT yang rendah mikrofita untuk berfotosintesa sehingga secara
yaitu 5. Rendahnya nilai ASPT ini dikarenakan tidak langsung mempengaruhi keberadaan
ditemukannya famili Lumbricullidae yang makanan makro zoobentos.
mempunyai skor 1, sehingga akan Bila dilihat dari nilai ASPT-nya, maka
mempengaruhi nilai ASPT yang didapat. pada site group yang mempunyai status perairan
Pada site group E status perairannya kotor sedang (site group A, B, C, D, F, I dan J)
adalah kotor berat, yang ditunjukkan dengan secara umum dapat dimanfaatkan untuk
nilai ASPT yang rendah yaitu 4. Status keperluan pertanian, peternakan dan
perairan yang kotor berat ini dapat disebabkan perikanan, karena nilai kualitas air pada site
karena sebagian anggota dari site group ini group yang mempunyai status perairan kotor
mempunyai arus yang lambat, yang dapat sedang masih memenuhi kriteria standart baku
menyebabkan terakumulasinya bahan organik mutu badan air kualitas C. Sedangkan site group
di dasar perairan dan dengan adanya yang mempunyai status perairan kotor berat
pengkayaan bahan organik dan arus yang (site group E, G, dan H), bila dilihat dari
lambat akan terjadi modifikasi substrat, yaitu kualitas airnya hendaknya sebelum dibuang ke
substrat dasar menjadi berlumpur. Pada site sungai harus melalui Instalasi Pengolahan Air
group ini ditemukan antara lain famili Limbah (IPAL).
Lumbricullidae dan Chironomidae yang
mempunyai skor rendah yaitu 1 dan 2.
Site group F mempunyai status perairan KESIMPULAN DAN SARAN
kotor sedang dengan nilai ASPT yang cukup
rendah yaitu 5.3. Nilai ASPT yang tidak begitu Kesimpulan
rendah ini dikarenakan dalam site group ini Dari hasil analisis data yang diperoleh,
ditemukan famili Leptophlebiidae yang maka dapat diambil beberapa kesimpulan
mempunyai skor 10 dan famili Chironomidae sebagai berikut :
yang mempunyai skor 2, sehingga apabila • Dari 8 stasiun pengamatan pada Sungai
dihitung nilai ASPT-nya adalah 5.3, dimana Brantas bagian hulu pada penelitian yang
nilai 5.3 ini masih dalam kategori perairan dilakukan selama 5 bulan (Maret-Juli) ini
kotor sedang. berdasar pada komunitas makrobentosnya
Untuk stasiun yang lebih ke bawah dengan menggunakan program komputer
menuju ke hilir, pada umumnya mempunyai TWINSPAN dapat diklasifikasikan
status perairan yang kotor berat (site group G menjadi 10 site of group (A, B, C, D, …,J).
dan site group H), namun pada site group I dan • Site of group A, B, C, E, dan G ditemukan
site group J mempunyai status perairan dalam makrozoobentos antara lain dari famili
kategori kotor sedang. Pada site group G dan H Baetidae, Leptophlebiidae, Chloroperliidae,
antara lain ditemukan makrozoobentos dari dan Gastropoda , yang mempunyai habitat
famili Chironomidae (skor 2), Lumbriculidae pada substrat dasar kerikil, pasir, dan
(skor 1) dan Annelida (skor 1), sehingga nilai batuan dengan kecepatan arus cepat (0,5-1
ASPT-nya rendah (4). Selain itu famili m/det), suhu 17-27 °C, kadar BOD 6,7-7,5
Chironomidae, Lumbriculidae dan Annelida mg/l, dan kandungan COD 5,2-11,2 mg/l..
merupakan organisme yang toleran terhadap
• Site of group D, F, H, I, dan J ditemukan
pencemaran.
makrozoobentos dari famili Hydrop
Sedang masih adanya bagian sungai
sychidae, Chironomidae, dan Lumbri
yang mempunyai kondisi perairan kotor
cullidae, yang sesuai dengan tempat hidup
sedang seperti pada site group I dan site group J,
berupa substrat dasar lumpur dan pasir,
karena pada site group tersebut ditemukan
dengan kecepatan arus lambat (0,15-0,5
makrozoobenthos dari famili Perliidae dan
Leptohlebiidae yang mempunyai skor tinggi m/det), suhu 20-25 °C, kadar BOD 4,7-7,9
(10). Disamping itu menurut data ekologis mg/l, dan kandungan COD 9-12,4 mg/l.
yang ada, pada kedua site group tersebut • Distribusi makroinvetebrata dibatasi oleh
mempunyai nilai TSS yang cukup tinggi tipe substrat, yaitu kelompok yang hidup
(0.006-0.159), sehingga ada kemungkinan didaerah eroding substrata (batu, kerikil,
bahwa famili Perliidae dan Leptophlebiidae pasir) dan kelompok yang hidup didaerah
kurang mampu beradaptasi dengan kandungan depositing substrata (lumpur). Komposisi
37
9. BIOSAIN, VOL. 1 NO. 1, April 2001
makrozoobentos yang ditemukan di daerah DAFTAR PUSTAKA
eroding substrata seperti pada site of group A,
B, C, E, G, dan H lebih besar _______,. (1996). Panduan Penyuluhan Prokasih.
dibandingkan dengan di daerah depositing Pemerintah Propinsii Daerah Tingkat I
substrata seperti pada site of group D, F, I, Jawa Timur dan Perum Jasa Tirta.
dan J. Surabaya. 16 hal.
• Status perairan sungai Brantas bagian hulu Cairns J.Jr dan K.L.Dicksons. (1981). Biological
yang ditentukan dengan menggunakan Methods for Assessment of Water Quality.
Indeks BMWP pada penelitian ini adalah Merican Society Testing and Mateerial
sebagai berikut : (ASTM) Special Technical Publication.
- Site of group A, B, C, D, F, I, dan J America.
mempunyai status perairan kotor sedang Cummins, K.W. (1974). Structure and Function of
dengan nilai ASPT berkisar antara 4,8 Stream Ecosystem. Biosciences 24 : 531-641.
sampai dengan 6,3. Hynes, H.B.N. (1976). The Ecology of Running Water.
- Site of group E, G, dan H mempunyai Third Edition. University of Toronto
status perairan kotor berat dengan nilai Press. Liverpool. 518 hal.
ASPT berkisar antara 4 sampai dengan Mulyanto. (1992). Manajemen Perairan. LUW-
4,5. UNIBRAW-FISH. Fisheries Project
Unibraw. Malang.
Saran Musa, M.; Kartini; M. Mahmudi. (1996). Studi
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan Tentang Jenis Limbah…di Kawasan Hutan
hal-hal sebagai berikut : Mangrove Desa Curah Sawo, Kecamatan
• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Gending, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
mengenai status dan kualitas perairan Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan
Sungai Brantas bagian hulu dengan Universitas Brawijaya, Malang.
pemilihan waktu penelitian yang jelas Nawawi, H. (1987). Metode Penelitian. Gadjah Mada
misalnya pada musim penghujan atau University Press. Yogyakarta.
musim kemarau, tidak dalam musim Nontji, A. (1986). Rencana Pengembangan Puslitbang
peralihan. Limnologi. LIPI pada Prosiding Expose
Limnologi dan Pembangunan. Bogor.
• Menjadikan bagian sungai Brantas pada site
Odum, E.P. (1993). Dasar-dasar Ekologi. Edisi
of group G sebagai daerah konservasi karena
Ketiga. Alih Bahasa : Samingan, T.
pada daerah tersebut masih baik kondisi
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
perairannya. Ini dapat dilihat dari
Orth, D.J dan O.E. Maughan. (1983). Microhabitat
keberadaan komunitas makrozoo
Preference of Benthic Fauna in Woodland Stream.
benthosnya yang masih mempunyai
Hydrobiologia, 106:157-168.
kelimpahan dan keanekaragaman yang
Peeters, E.T.H.M dan Gylstra, R. (1997). Manual
tinggi. Misalnya dengan menjadikan site of
On TWINSPAN, Background, application,
group ini sebagai daerah penangkapan ikan
interpretation. Departement of Water Quality
Mas (Cyprinus carpio), Tawes (Punctius
Management and Aquatic Ecology.
javanicus) dan Mujaer (Oreochromis
Agricultural University Wageningen, the
mossambica), dimana ikan tersebut dapat
Netherlands. 28 hal.
memanfaatkan makrozoobentos yang ada
Quigley, M. (1977). Invertebrates of Stream and Rivers, a
seperti ikan Mas (Cyprinus carpio), yang
key to dentification. Edward Arnold Publishers
memanfaatkan makrozoobentos jenis
Ltd. London. 84 hal.
Trichoptera untuk kehidupannya.
Wilhm, F.F. (1975). Biological Indicator Pollution In
• Menjadikan bagian sungai Brantas pada site B.A. Whitoon, (Ed.) River Ecology.
of group A, B, C, D, E, F, I dan J sebagai Blackwell Scientific Publ. Oxford,
daerah rehabilitasi mengingat pada daerah- England. 375-402 hal.
daerah tersebut kondisi perairannya sudah
menurun.
38