INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...Asramid Yasin
http://ojs.uho.ac.id/index.php/green/article/view/6053
ABSTRAK
Makroinvertebrata berperan penting dalam suatu perairan dan telah lama digunakan sebagai bioindikator kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tingkat pencemaran air Sungai Wanggu dengan menggunakan makroinvertebrata. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus sampai September 2017. Sedangkan parameter yang diamati yaitu fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik meliputi (suhu, TSS, kekeruhan dan kecepatan arus). Parameter kimia meliputi (pH, COD, BOD dan DO). Sedangkan parameter biologi yaitu (makroinvertebrata). Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa untuk parameter fisik–kimia perairan, yaitu suhu 340C, 310C dan 350C, TSS 9,26 mg l-1, 13,49 mg l-1 dan 11,53 mg l-1. Kekeruhan 2,15 NTU, 1,86 NTU dan1,95 NTU. Kecepatan arus 35,06 ms-1, 4,77 ms-1 dan 40,48 ms-1. PH 7,16, 7,45 dan 7,78. COD 2,15 mg l-1, 6,38 mg l-1 dan 4,72 mg l-1. BOD 1,09 mg l-1, 1,39 mg l-1 dan 1,18 mg l-1. DO 7,42 mg l-1, 6,95 mg l-1 dan 7,26 mg l-1. Parameter biologi yaitu makroinvertebrata menghasilkan nilai FBI yaitu pada stasiun-I 4,42 dengan kriteria baik, stasiun-II 4,82 kriteria baik dan pada stasiun-III dengan nilai 7,32 dengan kriteria buruk sekali. Dengan demikian kualitas perairan agak tercemar dan tercemar sangat berat.
Kata kunci: Makroinvertebrata,Sungai Wanggu, Kualitas Air
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...Asramid Yasin
http://ojs.uho.ac.id/index.php/green/article/view/6053
ABSTRAK
Makroinvertebrata berperan penting dalam suatu perairan dan telah lama digunakan sebagai bioindikator kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tingkat pencemaran air Sungai Wanggu dengan menggunakan makroinvertebrata. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus sampai September 2017. Sedangkan parameter yang diamati yaitu fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik meliputi (suhu, TSS, kekeruhan dan kecepatan arus). Parameter kimia meliputi (pH, COD, BOD dan DO). Sedangkan parameter biologi yaitu (makroinvertebrata). Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa untuk parameter fisik–kimia perairan, yaitu suhu 340C, 310C dan 350C, TSS 9,26 mg l-1, 13,49 mg l-1 dan 11,53 mg l-1. Kekeruhan 2,15 NTU, 1,86 NTU dan1,95 NTU. Kecepatan arus 35,06 ms-1, 4,77 ms-1 dan 40,48 ms-1. PH 7,16, 7,45 dan 7,78. COD 2,15 mg l-1, 6,38 mg l-1 dan 4,72 mg l-1. BOD 1,09 mg l-1, 1,39 mg l-1 dan 1,18 mg l-1. DO 7,42 mg l-1, 6,95 mg l-1 dan 7,26 mg l-1. Parameter biologi yaitu makroinvertebrata menghasilkan nilai FBI yaitu pada stasiun-I 4,42 dengan kriteria baik, stasiun-II 4,82 kriteria baik dan pada stasiun-III dengan nilai 7,32 dengan kriteria buruk sekali. Dengan demikian kualitas perairan agak tercemar dan tercemar sangat berat.
Kata kunci: Makroinvertebrata,Sungai Wanggu, Kualitas Air
Tugas Matakuliah Hidrografi untuk Rekayasa Wilayah Pesisir
Oleh : Luhur Moekti Prayogo (19/449597/PTK/12856) dan Yanuar Adji Nugroho
Magister Teknik Geomatika, Universitas Gadjah Mada
Tugas Matakuliah Hidrografi untuk Rekayasa Wilayah Pesisir
Oleh : Luhur Moekti Prayogo (19/449597/PTK/12856) dan Yanuar Adji Nugroho
Magister Teknik Geomatika, Universitas Gadjah Mada
Saturn Corporations has developed an innovative model for the outbound transportation and logistics services in which the vehicle delivery system to the retailers or dealers of the company has got the major importance in terms of the on time and quality transportation.
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.
Kata kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, power point geologic time mata kuliah Fisika Bumi
Waktu geologi adalah waktu yang berhubungan dengan sebuah kejadian di bumi sekitar 4.5 milyar tahun yang lalu.Skala Waktu Geologi adalah sistem penanggalan bumi yang digunakan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi.Sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi lagi menjadi Era (Kurun), dan Era dibagi menjadi Period (Zaman), dan Zaman dibagi menjadi Epoch (Kala).(Ludman, 1981:155)
Terdapat 2 jenis pembagian Skala Waktu Geologi, yaitu Skala Waktu Relatif dan Skala Waktu Nisbi (Radiometri):
1. Skala Waktu Relatif adalah skala waktu geologi yang didasarkan atas fosil-fosil yang terdapat dalam batuan sepanjang sejarah bumi.
2. Skala Waktu Nisbi (Radiometri) adalah skala waktu geologi yang didasarkan atas penentuan penanggalan isotop radioaktif pada mineral-mineral radioaktif yang terdapat dalam batuan.
Waktu Relatif
Geologi daerah yang terlihat pertama kali menjadi kompleks.Seorang non ahli geologi mungkin berpikir mustahil untuk menguraikan urutan kejadian yang menciptakan seperti pola geologi.Namun, ahli geologi telah belajar untuk mendekati masalah rumit dengan melarang mereka ke sejumlah masalah yang sederhana.Bahkan, pendidikan geologi melatih siswa dalam spektrum yang luas dari teknik pemecahan masalah, berguna untuk berbagai macam aplikasi dan peluang karir.Sebagai contoh, geologi Grand Canyon. Lapisan dapat dianalisis dalam empat bagian: lapisan horisontal batu, (2) lapisan miring, (3) batu yang mendasari era awam cenderung (plutonik dan batuan metamorf), dan (4) ngarai itu sendiri, yang diukir batuan ini. (Plummer, 2007:197)
ANALISIS HIDROKIMIA SPASIAL TEMPORAL AIRTANAH BEBAS DI KOTA JAKARTA UTARA DA...DasaptaErwinIrawan
Daerah penelitian berfokus pada daerah dataran pantai utara Jakarta. Secara administratif,
daerah penelitian terletak pada Jakarta Utara, sebagian Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta
Timur dengan luas 295,2 km2
. Airtanah bebas di daerah pesisir dipengaruhi oleh presipitasi air
hujan, pengaruh air laut, dan aktivitas antropogenik. Permasalahan yang umum terjadi berupa
kontaminasi air tawar oleh air asin dan penurunan kualitas airtanah akibat pengaruh aktivitas
manusia. Nitrat dan ammonium dapat digunakan sebagai indikator pencemaran airtanah bebas
oleh aktivitas manusia. Kadar nitrat dan ammonium yang tinggi pada airtanah dapat
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan ekosistem. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi parameter fisik dan kimia airtanah bebas pada daerah penelitian,
menentukan persebaran kontaminan nitrat dan ammonium, serta mengevaluasi kualitas airtanah
bebas menggunakan metode WQI (Water Quality Index).
Daerah penelitian terdiri dari dua satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Dataran
Pantai dan Satuan Geomorfologi Kipas Gunungapi Bogor. Geologi daerah penelitian terdiri dari
Tuf Banten, Endapan Kipas Aluvial, Endapan Pematang Pantai, dan Aluvial. Hidrogeologi
daerah penelitian terdiri dari akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir yang terdiri dari
beberapa akifer batupasir.
Penentuan karakteristik fisik dan kimia airtanah dilakukan pada 10 titik sumur yang bersumber
dari Balai Konservasi Airtanah Jakarta tahun 2018 – 2020. Seluruh sumur diasumsikan berada
pada sistem akifer bebas dengan kedalaman MAT 0,18 – 1,15 m di bawah muka tanah. Air
tanah di daerah penelitian memiliki nilai TDS berkisar antara 192 – 6.348 mg/L, DHL berkisar
antara 283 – 9520 µS/cm, dan pH berkisar antara 6,5 – 8,5. Airtanah daerah penelitian dapat
dikelompokkan menjadi air tawar, air tawar – payau, dan air payau. Komposisi kimia airtanah
di daerah penelitian memiliki tren kation dan anion Na+ > Ca2+ > Mg2+ > K+ > NH4+
dan Cl- >
HCO3- > SO42- > NO3-
. Nilai nitrat di daerah penelitian berkisar antara 0 - 44 mg/L. Nilai
tersebut masih dibawah ambang batas nitrat untuk air minum, yaitu < 50 mg/L. Nilai
ammonium berkisar antara 0 – 13 mg/L. Nilai tersebut melebihi nilai ambang batas untuk air
minum, yaitu 1,5 mg/L. Fasies airtanah di daerah penelitian terdiri dari tipe Na-Cl, Na-HCO3,
dan Ca-HCO3,serta airtanah yang berubah fasies. Komposisi kimia airtanah di daerah penelitian
dipengaruhi oleh air laut, presipitasi dan evaporasi, interaksi dengan batuan berupa pertukaran
kation, serta aktivitas antropogenik. Kualitas airtanah di daerah penelitian dengan metode WQI
terdiri dari airtanah dengan kualitas baik, buruk, sangat buruk, dan tidak layak konsumsi.
Kata kunci: spasial-temporal, pesisir Jakarta, aktivitas manusia, kualitas airtanah
Penurunan kondidi lamun di pulau Barrang Lompo lebih banyak disebabkan oleh aktivitas manusia, banyaknya kapal-kapal pariwisata yang bersandar di dermaga yang diduga menjadi sumber logam berat Seng (Zn)
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
1. 113
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI
WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
(Distribution of Metal in Sediment at Wakak-Plumbon Estuary, Semarang, Central Java)
Haeruddin1
, Harpasis S. Sanusi2
, Dedi Soedharma2
,
Edy Supriyono3
dan Mennofatria Boer4
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengamati penyebaran spasial dan temporal logam dalam se-
dimen estuari Wakak-Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, serta kaitannya dengan berbagai faktor yang mem-
pengaruhi distribusinya dalam sedimen (konsentrasi karbon organik total, redoks potensial sedimen dan ukur-
an butiran sedimen). Untuk mengamati distribusi spasial logam dalam sedimen, sedimen dikumpulkan dari 9
titik pengamatan, 3 titik masing-masing diambil dari Sungai Plumbon, Wakak dan laut. Pengamatan distribu-
si temporal dilakukan pada 3 stasiun pengamatan di laut (A, B dan C) terhadap 5 logam dominan. Sedimen
dikumpulkan dengan Petersen grab, kemudian dianalisis kandungan logamnya dengan menggunakan Spektro-
fotometer Serapan Atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa logam Pb, Cd dan Ni konsentrasinya lebih
tinggi ke arah hulu sungai dan memiliki hubungan negatif dengan salinitas, sehingga sumber masukannya di-
duga berasal dari hulu. Logam Cu, Cr dan Hg lebih tinggi di laut dan memiliki hubungan positif dengan Sali-
nitas, sehingga sumber masukan diduga berasal dari laut. Logam seng konsentrsainya tinggi di laut dan didu-
ga terjadi secara alami. Selain salinitas, faktor lain yang dominan pengaruhnya terhadap penyebaran logam
dalam sedimen estuari Wakak-Plumbon adalah karbon organik total. Konsentrasi logam cenderung lebih ting-
gi dengan meningkatnya konsentrasi karbon organik total.
Kata kunci: penyebaran spasial dan temporal, logam, sedimen dan estuaria Wakak-Plumbon.
ABSTRACT
This research was conducted to observe the spatial and temporal distribution of metal in sediment at
Wakak-Plumbon estuary, Semarang, Central Java, as well as to identify factors affecting metal distribution in
sediment (i.e. concentration of total organic carbon, potential redox and particle size). Spatial distribution of
metals in sediments were derived from 9 stations, of which each sample was taken from 3 stations at Plumbon
and Wakak Rivers and coastal waters respectively. Observation on temporal distribution of metals was con-
ducted in the 3 stations in coastal waters (A, B and C) on 5 dominating metals. Sediments collected by Peter-
sen Grab, and in the following of sample preparation, the metal contents in the sediment was analyzed by
AAS. The results showed that Pb, Cd and Ni tend to increase in the upper region of rivers and these metals
have negative correlation with salinity suggesting the upper region as their original source. Cu, Cr and Hg
are highest in the coastal waters than in the river waters and they have positive correlation with salinity, and
accordingly, we estimated that their sources are derived from coastal waters. The high concentration of Zn in
the coastal water is suggested due to natural process. Besides salinity, total organic carbon is one of the
dominant factor affecting metal distribution in sediments at estuary Wakak-Plumbon. There was a tendency
that the higher the metals concentration the higher the total organic carbon.
Key words: spatial and temporal distribution, metal, sediment and Wakak-Plumbon estuary.
PENDAHULUAN
Logam merupakan salah satu jenis polu-
tan yang sering terdeteksi dalam sedimen, di-
samping polutan lainnya. Jenis logam yang se-
ring terdeteksi dalam sedimen antara lain: besi,
mangan, timbal, kadmium, seng dan merkuri (US-
EPA, 2004). Konsentrasi timbal dalam sedimen
di perairan pesisir Jakarta diperkirakan telah men-
dekati 120 mg/kg, Surabaya sekitar 60-70 mg/kg,
Pekanbaru sekitar 50-60 mg/kg dan Semarang
sekitar 30 mg/kg. Sementara konsentrasi logam
Kadmium (Cd) dalam sedimen tertinggi di Se-
marang (lebih dari 5 mg/kg), Jakarta (lebih dari
3 mg/kg), Surabaya (lebih dari 2.5 mg/kg) dan
Pekanbaru (lebih dari 0.1 mg/kg). Konsentrasi
alami logam Pb dan Cd dalam sedimen masing-
1
Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Uni-
versitas Diponegoro, Semarang.
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
3
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
4
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Peri-
kanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
2. 114 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2005, Jilid 12, Nomor 2: 113-119
masing adalah sebesar 20 mg/kg dan 0.15 mg/kg
(Arifin, 2001).
Konsentrasi logam dalam sedimen biasa-
nya mencapai 3-5 kali lebih tinggi dari konsen-
trasi logam dalam kolom air diatasnya (Bryan
and Langston, 1992). Oleh karena itu identifi-
kasi berbagai jenis logam yang berasal dari ber-
bagai sumber pada kawasan pesisir, dapat dii-
dentifikasi lebih cepat dengan menganalisis se-
dimen dibanding kuantifikasi konsentrasi logam
yang terdapat dalam air (Forster and Wittmann,
1981).
Perairan di sekitar estuaria Wakak-Plum-
bon merupakan salah satu perairan penerima be-
ban limbah dengan volume cukup besar. Ber-
bagai aktivitas ‘penyumbang’ limbah yang ter-
dapat di kawasan ini adalah kegiatan industri,
pertanian, pemukiman dan pertambakan. Pene-
litian tim AMDAL Pelabuhan Kendal (2000) me-
nunjukkan bahwa konsentrasi logam seng da-
lam kolom air pada kawasan ini telah berada di-
atas baku mutu air laut untuk keperluan budida-
ya maupun pariwisata laut (SK Men KLH No
02/1988).
Berbagai jenis logam yang masuk ke es-
tuaria melalui sungai terutama terbawa dalam
bentuk partikulat. Sebagai contoh kurang lebih
95% besi dan mangan yang terbawa oleh Su-
ngai Yukon dan Amazone berasosiasi dengan ba-
han berbentuk partikulat (Burton and Liss, 1976).
Kebanyakan bahan organik berbentuk partikulat
tersebut akan mengendap di permukaan sedi-
men (Kemp, 1989). Chester (1990) menyatakan
bahwa reaktivitas biogeokimia dalam perairan
alami diatur oleh sejumlah parameter fisiko-kimia
seperti: pH, redoks potensial, salinitas, konsen-
trasi complexing ligand, berbagai jenis nutrien,
komponen organik dan bahan-bahan partikulat.
Konsentrasi logam berat pada sedimen, tidak sa-
ja ditentukan oleh proses pelapukan batuan, te-
tapi juga dipengaruhi oleh konsentrasi bahan se-
dimen, komposisi mineral serta ukuran (parti-
kel) endapan sedimen tersebut (Togwell, 1979).
Faktor berpengaruh lainnya adalah status redoks,
konsentrasi karbon organik dan tingkat biotur-
basi (Meador et al., 1998).
Beragamnya sumber masukan logam ke
dalam estuari Wakak-Plumbon diduga dapat me-
nimbulkan variasi konsentrasi logam dalam se-
dimen menurut ruang dan waktu, sesuai dengan
intensitas dan volume masukan berbagai sum-
ber tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mem-
pelajari distribusi spasial dan temporal logam da-
lam sedimen estuari Wakak-Plumbon serta hu-
bungannya dengan beberapa faktor yang mem-
pengaruhi penyebaran logam tersebut, meliputi
ukuran butiran sedimen, konsentrasi karbon or-
ganik total dan redoks potensial sedimen. Hasil
penelitian ini akan memperkaya rona awal ling-
kungan (environmental base line) estuari Wa-
kak-Plumbon, yang sangat diperlukan guna penge-
lolaan kawasan estuari tersebut, disamping data
mutu air yang telah banyak dikaji selama ini.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada Bulan Mei-Sep-
tember 2004 di Estuari Wakak-Plumbon, Sema-
rang, Jawa Tengah. Penelitian untuk mempela-
jari distribusi 7 jenis logam, yaitu: raksa (Hg),
Kadmium (Cd), timbal (Pb), tembaga (Cu), kro-
mium (Cr), seng (Zn) dan nikel (Ni)) menurut
ruang (spasial) pada Estuari Wakak-Plumbon
yang dilakukan pada 9 stasiun pengambilan con-
toh sedimen. Pemilihan 7 jenis logam disesuai-
kan dengan dugaan jenis polutan yang masuk
ke dalam perairan estuari. Penelitian untuk mem-
pelajari distribusi menurut waktu (temporal) 5
jenis logam (Pb, Cd, Zn, Cu dan Ni) dilakukan
pada awal kemarau (Mei), puncak kemarau (Ju-
li) dan akhir kemarau (September) pada 3 stasi-
un pengambilan contoh sedimen. Pada setiap sta-
siun pengambilan contoh dilakukan penarikan
contoh sedimen sebanyak 2 kali ulangan. Posi-
si stasiun ditentukan dengan menggunakan GPS.
Sedimen dikoleksi menggunakan van Veen bot-
tom grab yang memiliki bukaan mulut di bagi-
an atas. Pengambilan contoh sedimen dilaku-
kan pada perairan yang senantiasa terendam, pa-
da kedalaman 1-1.5 m. Sedimen yang terkum-
pul dalam grab dipindahkan ke kantong plastik
Polyethilene 1 kg melalui bukaan mulut bagian
atas grab menggunakan sekop kecil. Contoh
sedimen yang diambil hanya hingga ketebalan
4-5 cm. Contoh sedimen dalam kantong plastik
kemudian disimpan dalam kotak pendingin vo-
lume 35 l yang telah diberi es batu. Sesampai di
laboratorium, sebelum analisis, sedimen dibe-
kukan dalam freezer. Semua peralatan yang di-
gunakan dalam penelitian terlebih dahulu diber-
sihkan dengan HNO3 10% dan dibilas dengan
air bersih kemudian dengan acetone lalu dibilas
kembali dengan air bersih (Puget Sound Water
Quality Authority, 1995).
3. Haeruddin, H. S. Sanusi, D. Soedharma, E. Supriyono, dan M. Boer, Sebaran Logam Berat dalam Sedimen … 115
Pengukuran peubah yang diamati dilaku-
kan in situ dan di laboratorium. Jenis-jenis peu-
bah yang diamati serta peralatan ukur yang di-
gunakan disajikan pada Tabel 1. Untuk mence-
gah gangguan analisa logam oleh bahan orga-
nik, sedimen terlebih dahulu didigesti dengan
metode Nitric Acid (NA)-Hydrochloric Acid (HCA)
digestion, kecuali untuk Pb (APHA, AWWA dan
WPCF Part 3030E, 1989). Pb didigesti dengan
metode NA digestion. Guna melihat hubungan
antara konsentrasi logam dalam sedimen dengan
berbagai peubah yang mempengaruhi distribu-
sinya, dilakukan analisis regresi-korelasi.
Tabel 1. Jenis Peubah yang Diamati serta Alat/
Metode yang Digunakan.
Peubah Metode Alat
Pengukuran in situ
Salinitas air je-
bakan sedimen
Refraktometrik
Atago Hand Re-
fractometer
Temperatur se-
dimen
Potensiometrik
Pemuaian
Termometer digital
pH air jebakan
sedimen
Potensiometrik pH meter digital
Kecerahan air Secchi disc
Pengukuran di laboratorium
Kandungan logam1
Spektrofotometrik
Spektrofotometer
serapan Atom
Tekstur sedimen Penyaringan Saringan bertingkat
pH sedimen potensiometrik pH meter digital
Redoks potensial Potensiometrik Eh-meter digital
Karbon organik
total2 Spektrofotometrik
Spektrofotometer
serapan Atom
Sumber: 1
APHA, AWWA and WPCF (1989) Part 3000
2
APHA, AWWA and WPCF (1989) Part 5310.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 7 jenis logam yang diamati pada pe-
nelitian Bulan Mei, seng (Zn) merupakan logam
yang paling tinggi konsentrasinya di dalam se-
dimen dan tertinggi di stasiun A (4.060 ± 3.083
mg/kg berat kering), sedang Hg terendah dan ter-
tinggi di Stasiun D (0.585 ± 0.064 µg/kg berat
kering). Konsentrasi seng yang tinggi di Stasi-
un A diduga berkaitan erat dengan sifat logam
seng dan konsentrasi alami logam seng dalam
sedimen di sekitar Estuari Wakak-Plumbon yang
memang lebih tinggi dibanding jenis logam la-
innya. Mance dan Yates (1984) menyatakan bah-
wa seng merupakan salah satu jenis logam berat
yang banyak ditemukan dimana-mana. Hasil stu-
di PPLH UNDIP (1999) menunjukkan bahwa
dalam sedimen Sungai Blorong (sebelah barat
estuari) berkisar 36-40 mg/kg berat kering, se-
dang di dalam sedimen Sungai Beringin (sebe-
lah timur estuari) mencapai 32 mg/kg berat ke-
ring (Tabel 2 dan Tabel 3).
Di dalam perairan alami seng dibawa da-
lam bentuk terlarut atau berasosiasi dengan par-
tikel tersuspensi. Dalam air sungai, seng teruta-
ma dalam bentuk terlarut, namun di estuari di-
mana konsentrasi partikel-partikel tersuspensi
tinggi, sebagian besar seng diadsorpsi oleh par-
tikel tersuspensi (CCREM, 1987). Pada saat
turbiditas maksimun, seng berasosiasi dengan
partikel tersuspensi dan mengendap bersama de-
ngan partikel-partikel yang menggumpal (floc-
culated partikel) terutama pada sedimen anae-
robik. Pengendapan sedimen lebih banyak ter-
jadi di stasiun A, yang terletak di muara Sungai
Kerikan dan mengalami hambatan transpor se-
dimen ke arah timur, oleh bangunan dan tanah
milik PT KLI yang menjorok ke laut.
Uji regresi-korelasi yang dilakukan me-
nunjukkan bahwa distribusi seng dalam sedi-
men hanya sedikit dipengaruhi oleh redoks po-
tensial dan konsentrasi karbon organik total. Hal
mana menandaskan bahwa seng dalam konsen-
trasi tinggi dalam sedimen memang bersifat ala-
mi, sebagaimana terjadi pada sungai-sungai yang
terdapat di sekitar estuari Wakak-Plumbon.
Konsentrasi logam lainnya yang juga
tinggi di stasiun A adalah tembaga (Cu), kromi-
um (Cr) dan raksa (Hg). Analisis regresi yang
dilakukan menunjukkan hubungan searah antara
jenis-jenis logam ini dengan salinitas air jebak-
an sedimen, yang berarti semakin tinggi salini-
tas konsentrasi logam Cu, Cr dan Hg dalam se-
dimen semakin tinggi. Keadaan ini juga me-
nunjukkan bahwa sumber masukan ketiga jenis
logam tersebut ke dalam estuari Wakak-Plum-
bon berasal dari laut bukan dari hulu sungai,
yang kemudian banyak mengendap di sekitar sta-
siun A, oleh karena terhalang angkutannya ke
arah timur oleh bangunan PT KLI yang menjo-
rok ke laut.
Logam Pb, Cd dan Ni mencapai konsen-
trasi tertinggi di hulu Sungai Plumbon. Kon-
sentrasi logam yang tinggi di hulu menunjuk-
kan bahwa sumber masukan jenis-jenis logam
tersebut pada kawasan estuaria ini diduga bera-
sal dari hulu sungai. Hal mana didukung oleh
hasil analisis regresi-korelasi yang menunjuk-
4. 116 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2005, Jilid 12, Nomor 2: 113-119
kan hubungan berlawanan arah antara konsen-
trasi berbagai jenis logam tersebut dengan Sali-
nitas. Semakin tinggi salinitas, konsentrasi lo-
gam semakin rendah. Beberapa sumber yang
mungkin memberikan kontribusi terhadap pe-
ningkatan konsentrasi logam dalam sedimen da-
ri hulu sungai adalah aktivitas industri dan erosi
lahan di hulu, yang menyebabkan terlepasnya
berbagai jenis logam yang terikat dalam tanah
ke dalam air sungai.
Tabel 2. Konsentrasi Logam dalam Sedimen di Estuari Wakak-Plumbon pada Bulan Mei 2004.
Lokasi Pb (ppm) Zn (ppm) Cd (ppm) Ni (ppm) Cu (ppm) Cr(ppm) Hg (ppb)
PH 2.700 ± 1.782 1.800 ± 0.509 1.760 ± 1.131 1.440 ± 0.113 0.100 ± 0.028 0.525 ± 0.021 0.400 ± 0.184
PT 0.660 ± 0.877 2.280 ± 0.905 0.720 ± 0.509 1.240 ± 0.396 0.120 ± 0.057 0.580 ± 0.042 0.270 ± 0.014
PM 0.080 ± 0.057 0.960 ± 0.396 0.340 ± 0.311 1.080 ± 0.396 0.040 ± 0.000 0.760 ± 0.071 0.425 ± 0.049
WH 1.300 ± 0.933 1.760 ± 0.962 0.500 ± 0.255 1.120 ± 0.283 0.06 ± 0.028 0.480 ± 0.000 0.260 ± 0.028
WT 0.990 ± 0.156 1.500 ± 0.283 0.765 ± 0.049 0.790 ± 0.014 0.060 ± 0.028 0.550 ± 0.028 0.290 ± 0.000
A 0.540 ± 0.481 4.060 ± 3.083 0.520 ± 0.000 1.080 ± 0.113 0.140 ± 0.085 1.550 ± 0.184 0.575 ± 0.035
B 0.260 ± 0.311 1.280 ± 0.339 0.340 ± 0.198 1.240 ± 0.170 0.140 ± 0.085 1.190 ± 0.014 0.510 ± 0.042
C 0.230 ± 0.099 0.890 ± 0.014 0.280 ± 0.170 0.890 ± 0.297 0.060 ± 0.028 1.090 ± 0.156 0.435 ± 0.064
D 0.280 ± 0.141 0.890 ± 0.297 0.400 ± 0.028 0.890 ± 0.014 0.110 ± 0.014 1.175 ± 0.049 0.585 ± 0.064
Keterangan: P = Plumbon, W = Wakak, L = Laut, H = Hulu, T = Tengah, M = Muara.
Tabel 3. Nilai Berbagai Peubah Berpengaruh Terhadap Penyebaran Logam dalam Sedimen di Estuari
Wakak-Plumbon pada Bulan Mei 2004.
Lokasi pH
Eh
(mV)
Fine Sediment
(%)
TOC
(mg/kg bk)
Salinitas
(ppt)
Suhu
(°C)
Kecerahan
(cm)
PH1 7.88 -77.09 69.69 0.99 0 27 18
PH2 7.60 -59.68 88.59 1.37 0 27 18
PT1 8.58 -120.63 5.22 0.11 10 30 21
PT2 7.90 -78.34 34.82 0.91 10 30 21
PM1 8.54 -118.14 7.59 0.19 20 32 33
PM2 8.59 -121.25 5.22 0.11 20 32 33
WH1 7.88 -77.09 76.61 1.05 0 22 60
WH2 8.36 -106.94 14.25 0.23 0 22 60
WT1 7.94 -80.83 11.06 0.30 13 29.5 58
WT2 7.96 -82.07 14.25 0.30 13 29.5 58
A1 8.01 -85.18 16.41 0.27 30 30 46
A2 8.36 -106.94 11.06 0.23 30 30 46
B1 8.58 -120.63 5.22 0.11 35 30 55
B2 8.41 -110.05 8.19 0.23 35 30 55
C1 8.43 -111.30 10.09 0.23 32 30 35
C2 8.02 -85.80 15.76 0.27 32 30 35
D1 8.56 -119.38 6.61 0.19 31 32 30
D2 8.43 -111.38 8.19 0.23 31 32 30
Keterangan: P = Plumbon, W = Wakak, L = Laut, H = Hulu, T = Tengah, M = Muara
Berbagai konsentrasi logam yang diamati
masih dalam batas-batas konsentrasi normal/a-
lami (Zarba, 1989; Laws, 1993; Arifin, 2001),
Konsentrasi alami untuk logam dalam sedimen
menurut US-EPA (Zarba, 1989) sebagai beri-
kut: Pb (132 ppm), Zn (760 ppm), Ni (20 ppm),
Cd (31 ppm) dan Cu (136 ppm). Namun menu-
rut kriteria EVS (1996), konsentrasi kadmium
yang terdeteksi di hulu sungai Plumbon tergo-
long tercemar sedang (konsentrasi berkisar 1.5-
9.6 mg/kg). EVS (1996) mengklassifikasi ba-
han kerukan yang dapat dibuang di laut atas: (1)
kelas 1: tidak terkontaminasi, dengan kon-
sentrasi logam < ISQV rendah; Kelas 2: ter-
kontaminasi sedang, dengan konsentrasi lo-
gam antara ISQV rendah sampai ISQV tinggi;
dan kelas 3: sangat terkontaminasi, dengan kon-
sentrasi logam > ISQV tinggi. Nilai ISQV se-
lengkapnya untuk berbagai jenis logam disaji-
kan pada Tabel 4.
5. Haeruddin, H. S. Sanusi, D. Soedharma, E. Supriyono, dan M. Boer, Sebaran Logam Berat dalam Sedimen … 117
Tabel 4. Nilai ISQV Berbagai Jenis Logam Me-
nurut Usulan EVS (1996).
Jenis logam
ISQV rendah
(mg/kg
berat kering)
ISQV tinggi
(mg/kg
berat kering)
Kadmium (Cd) 1.5 9.6
Kromium (Cr) 80 370
Tembaga (Cu) 65 270
Raksa (Hg) 0.28 1
Nikel (Ni) 40 Tidak diatur
Timbal (Pb) 75 218
Perak (Ag) 1.0 3.7
Seng (Zn) 200 410
Sumber: EVS environment consultans (1996)
Konsentrasi logam umumnya lebih tinggi
pada Puncak Kemarau (Juli) dibanding Awal
Kemarau (Mei) dan Akhir Kemarau (Septem-
ber), kecuali untuk Pb stasiun B yang cende-
rung meningkat (Gambar 1). Hal ini diduga aki-
bat menurunnya debit sungai yang dapat menu-
runkan kemampuan flushing estuary, sehingga
konsentrasi logam cenderung lebih pekat. Di-
samping itu melambatnya aliran sungai pada
puncak kemarau diduga menyebabkan pengen-
dapan bahan-bahan berbentuk partikel dekat
pantai menjadi lebih cepat, termasuk bahan-ba-
han partikel yang mengikat logam, sehingga kon-
sentrasi logam dalam sedimen meningkat.
Keterangan :
Stasiun A :
Stasiun B :
Stasiun C :
Gambar 1. Distribusi Temporal Logam dalam Sedimen pada Kawasan Estuari Wakak-Plumbon.
Analisis regresi-korelasi yang dilakukan
untuk melihat pola dan keeratan hubungan anta-
ra konsentrasi berbagai jenis logam berat dalam
sedimen dengan berbagai faktor yang mempe-
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
KonsentrasiZn(mg/kgberatkering)
Distribusi Zn pada Mei – September 2004
Mei Juli September
Bulan
Distribusi Pb pada Mei – September 2004
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Mei Juli September
Konsentrasi(mg/kgberatkering)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Distribusi Ni pada Mei – September 2004
konsentrasiNi(mg/kgberatkering)
Mei Juli September
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
KonsentrasiCd(mg/kgberatkering)
Mei Juli September
Bulan
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
Distribusi Cu pada Mei – September 2004
Mei Juli September
Bulan
Bulan
Distribusi Cd pada Mei – September 2004
KonsentrasiCu(mg/kgberat
Bulan
6. 118 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2005, Jilid 12, Nomor 2: 113-119
ngaruhi sebarannya dalam sedimen, menemu-
kan beberapa masalah, berupa terjadinya tanda
berlawanan arah antara koefisien persamaan re-
gresi dengan koefisien korelasi pada berbagai
peubah yang diamati. Oleh karena itu peubah
dengan tanda koefisien berbeda antara persama-
an regresi dan korelasi diabaikan, sehingga per-
samaan regresi untuk berbagai jenis logam yang
diamati menjadi: Pb (ppm) = 6.90 - 0.816 X1-
0.0029X2+0.0079X4+1.14X5 (R2
= 0.85); Cd (ppm)
=2.51-0.261X1-0.00349X2+0.793X5 (R2
= 0.55);
Hg (ppb) = 0.395+0.00823X2+0.00137X3 (R2
=
0.55); dan Cr = 0.65-0.042X1+0.0275X2+0.125
X5 (R2
= 0.77). Sedangkan untuk logam lainnya
R2
yang diperoleh dibawah 50%. Keterangan
untuk simbol berbagai peubah yang digunakan
adalah X1 untuk pH sedimen, X2 untuk salinitas
air jebakan sedimen (ppt), X3 untuk redoks po-
tensial sedimen (mV), X4 untuk prosentase fine
sedimen (%) dan X5 untuk konsentrasi karbon
organik total sedimen (mg/kg berat kering).
Berbagai persamaan regresi diatas menun-
jukkan bahwa keberadaan logam dalam sedimen
lebih banyak ditentukan oleh konsentrasi kar-
bon organik total (X5) dibanding peubah lain-
nya. Semakin tinggi konsentrasi karbon sedi-
men total dalam sedimen, konsentrasi logam dan
elemen lainnya semakin tinggi. Hanya logam
Hg yang keberadaannya tidak berkaitan dengan
karbon organik total. Hal ini diduga berkaitan
dengan konsentrasi Hg yang sangat rendah di
dalam kolom air, sehingga yang terikat oleh se-
dimen melalui mekanisme kompleksasi dengan
karbon organik sangat kecil.
Togwell (1979) menyatakan bahwa kon-
sentrasi logam berat pada sedimen, tidak saja
ditentukan oleh proses pelapukan batuan, tetapi
juga dipengaruhi oleh konsentrasi bahan sedi-
men, komposisi mineral serta ukuran (partikel)
endapan sedimen tersebut. Sementara Meador
et al. (1998) menyatakan bahwa distribusi dan
konsentrasi elemen dalam sedimen dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya: tekstur sedi-
men, konsentrasi karbon organik dalam sedi-
men, redoks potensial sedimen dan bioturbasi.
Bahan organik di sedimen, terutama dalam ben-
tuk karbon organik, akan lebih memungkinkan
terbentuknya ikatan-ikatan antara karbon orga-
nik dengan logam. Karbon mampu melakukan
ikatan dengan sedimen dalam bentuk ikatan kom-
plek (complexation), sehingga semakin tinggi
konsentrasi karbon organik dalam sedimen, ke-
mungkinan akan semakin tinggi konsentrasi po-
lutan yang terdapat dalam sedimen.
KESIMPULAN
Hasil penelitian yang dilakukan menun-
jukkan bahwa logam Pb, Cd dan Ni konsentra-
sinya lebih tinggi ke arah hulu sungai dan me-
miliki hubungan negatif dengan salinitas, se-
hingga sumber masukannya diduga berasal dari
hulu. Logam Cu, Cr dan Hg lebih tinggi di laut
dan memiliki hubungan positif dengan salinitas,
sehingga sumber masukan diduga berasal dari
laut. Logam Zn lebih tinggi di laut dan diduga
terjadi sebagai akibat proses alami. Selain Sali-
nitas faktor lain yang dominan pengaruhnya ter-
hadap penyebaran logam dalam sedimen estuari
Wakak-Plumbon adalah karbon organik total.
Konsentrasi logam cenderung lebih tinggi de-
ngan meningkatnya konsentrasi karbon organik
total.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada sege-
nap pihak yang telah membantu penerbitan tu-
lisan ini, terutama kepada Kepala Laboratorium
Tanah, Fakultas Pertanian – IPB beserta staf,
yang telah menyediakan fasilitas untuk analisis
logam, segenap mahasiswa MSP-FPIK UNDIP
angkatan 2000 yang telah membantu pengam-
bilan contoh di lapangan serta segenap tim pe-
nyunting Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Peri-
kanan, Departemen Manajemen Sumberdaya Per-
airan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB
atas saran dan perbaikan makalah ini.
PUSTAKA
Arifin, Z. 2001. Heavy metal pollution in sediments of
coastal waters of Indonesia. in Proceeding 5th IOC/
WESTPAC International Scientific Symposium: 27-
31 August 2001, Seoul, South Korea.
APHA, AWWA and WPCF. 1989. Standard methods for
the examination of water and waste water. Ameri-
can Public Health Association, Washington DC.
Bryan, G. W. and W. J. Langston. 1992. Bioavailability,
accumulation and effects of heavy metals insedi-
ments with special reference to United Kingdom
estuaries : a review. Environ. Pollut.. (76): 89-131.
Burton, J. D. and P. S. Liss. 1976. Estuarine chemistry.
Academic Press Inc. Ltd. London, England.
CCREM (Canadian Council of Resource and Environ-
mental Ministers). 1987. Canadian Water Quality
Guidelines. Inland Waters Directorate, Environmental
Canada, Ottawa.
7. Haeruddin, H. S. Sanusi, D. Soedharma, E. Supriyono, dan M. Boer, Sebaran Logam Berat dalam Sedimen … 119
Chester, R. 1990. Marine geochemistry. Unwin Hyman,
London, England
EVS. 1996. Classification of dredged material fo ma-
rine disposal. EVS environment Consultants, British
Columbia, Canada
Forstner, U. and G. T. W. Wittmann. 1981. Metal pollu-
tion in the aquatic environment. 2nd edition. Springer,
Berlin, Germany.
Kemp, W. M. 1989. Estuarine Chemistry. In Day, J. W.,
C. A. S. Hall, W. M. Kemp and A. Yanez-Arancibia
(eds): estuarine ecology, section II: physycal consi-
derations. John Wiley and Sons, New York, USA
Laws, E. A. 1993. Aquatic pollution. 2nd edition. John
Wiley and Sons Inc., New York
Mance, G. and J. Yates. 1984. Proposed Environmental
Quality Standards for list II substances in water –
Zinc. Technical Report TR 209, WRc, Medmenham.
Meador, J. P., P. A. Robisch, R. C. Clark and D. W. Er-
nest. 1998. Element in fish and sediment from the
Pacific Coast of the United States: result from the
national benthic surveillance project. Marine Poll.
Bull. Vol. 37 (1-2): 56-66.
Puget Sound Water Quality Authority. 1995. Recomended
guidelines for conducting laboratory bioassay on
Puget Sound sediments.
PPLH UNDIP (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Uni-
versitas Diponegoro). 1999. Laporan Akhir ANDAL
Pengendalian Banjir Semarang. Proyek Pengenda-
lian Banjir Semarang.
Togwell, A. J. 1979. Source of heavy metals contamina-
tion in a river-lake system. Environ.Poll. England
(18) : 131 – 138
USEPA. 2004. Major contaminants of sediments. http:
www.epa.gov/watersciences/ cs dikunjungi pada Tang-
gal 16 Mei 2004 pukul 06.15 WIB.
Zarba C. 1989. National perspective on sediment qual-
ity in Commitee on contaminated marine sediment
(eds). Contaminated marine sediments, assesment and
remediation. Marine board commision on engineering
and technical system, National Research Council,
National Academy Press, Washington DC.