Dokumen tersebut membahas dampak perubahan iklim terhadap ekosistem mangrove di negara-negara kepulauan Karibia. Perubahan iklim berpotensi merusak mangrove melalui kenaikan suhu dan permukaan air laut, serta perubahan pola hujan. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan mangrove dan ekosistem terkait seperti terumbu karang. Dokumen juga menjelaskan respon adaptif mangrove terhadap perubahan iklim seperti migrasi ke daratan lebih
Ekosistem mangrove memberikan berbagai fungsi penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam serta mata pencarian masyarakat, meskipun saat ini terancam kerusakan akibat perubahan iklim, pembangunan, dan aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan.
Laporan ini meninjau keanekaragaman benthos dan nekton di hutan mangrove Pulau Sembilan, Sumatera Utara. Tujuannya adalah mengetahui jenis-jenis organisme yang hidup di mangrove serta hubungan antara vegetasi dan kondisi lingkungan terhadap kelimpahan spesies. Berbagai jenis moluska dan crustacea ditemukan yang bergantung pada mangrove sebagai habitat dan sumber makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang kondisi fisik hutan mangrove dan adaptasi tumbuhan mangrove untuk bertahan hidup pada lingkungan yang ekstrim. Mangrove mampu tumbuh di habitat berlumpur dan berair payau melalui berbagai adaptasi anatomi, morfologi, dan fisiologis seperti akar pneumatik, kelenjar garam, dan kemampuan mengatur kesetimbangan garam. Dokumen ini juga menjelaskan zonasi dan manfaat hutan mangrove.
Dokumen tersebut membahas dampak perubahan iklim terhadap ekosistem mangrove di negara-negara kepulauan Karibia. Perubahan iklim berpotensi merusak mangrove melalui kenaikan suhu dan permukaan air laut, serta perubahan pola hujan. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan mangrove dan ekosistem terkait seperti terumbu karang. Dokumen juga menjelaskan respon adaptif mangrove terhadap perubahan iklim seperti migrasi ke daratan lebih
Ekosistem mangrove memberikan berbagai fungsi penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam serta mata pencarian masyarakat, meskipun saat ini terancam kerusakan akibat perubahan iklim, pembangunan, dan aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan.
Laporan ini meninjau keanekaragaman benthos dan nekton di hutan mangrove Pulau Sembilan, Sumatera Utara. Tujuannya adalah mengetahui jenis-jenis organisme yang hidup di mangrove serta hubungan antara vegetasi dan kondisi lingkungan terhadap kelimpahan spesies. Berbagai jenis moluska dan crustacea ditemukan yang bergantung pada mangrove sebagai habitat dan sumber makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang kondisi fisik hutan mangrove dan adaptasi tumbuhan mangrove untuk bertahan hidup pada lingkungan yang ekstrim. Mangrove mampu tumbuh di habitat berlumpur dan berair payau melalui berbagai adaptasi anatomi, morfologi, dan fisiologis seperti akar pneumatik, kelenjar garam, dan kemampuan mengatur kesetimbangan garam. Dokumen ini juga menjelaskan zonasi dan manfaat hutan mangrove.
Presentasi ini membahas tentang keanekaragaman hayati di perairan. Secara singkat, presentasi menjelaskan tentang distribusi dan jenis-jenis ekosistem perairan seperti laut, danau, sungai, terumbu karang, bakau, dan lamun yang saling berhubungan dan memainkan peran penting dalam menyediakan keanekaragaman hayati dan sumber daya.
Dokumen tersebut membahas program pelestarian mangrove di pesisir pantai Sambuli, Sulawesi Tenggara. Program ini bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian mangrove melalui identifikasi, penyuluhan, penanaman dan pemeliharaan mangrove. Metode yang digunakan meliputi survey, penyuluhan kepada masyarakat, penanaman bibit mangrove, dan monitoring pertumbuhan mangrove. Hasil awal menunjukkan pertumbuhan mangrove dan kemb
Mangrove adalah ekosistem hutan yang tumbuh di daerah pesisir dan terpapar air laut. Dokumen ini menjelaskan bahwa mangrove memiliki berbagai fungsi ekologis, kimiawi, dan biologis seperti melindungi pantai dari erosi, menyerap karbon, dan berperan sebagai habitat alami bagi berbagai biota. Namun saat ini kondisi mangrove di Indonesia sangat memprihatinkan karena kerusakan akibat faktor alam dan manusia seperti
Ekosistem hutan mangrove penting bagi perairan. Penelitian mengukur produktivitas primer dan komposisi plankton di tiga stasiun di hutan mangrove. Hasilnya menunjukkan produktivitas primer bervariasi di setiap stasiun dan dipengaruhi oleh kandungan zat hara serta kedalaman perairan.
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannyaMardiah Ahmad
Ekosistem hutan mangrove memiliki peran penting dalam melindungi pantai dan lingkungan. Dokumen ini menjelaskan komponen ekosistem mangrove seperti flora, fauna, dan fungsinya. Namun, kerusakan mangrove akibat konversi lahan dan penebangan menjadi masalah. Model pembelajaran berbasis masalah dapat mengajak mahasiswa untuk mengidentifikasi masalah ini melalui kunjungan lapangan dan menemukan solusi pelestarian.
Ekologi laut mempelajari ekosistem air laut, termasuk lautan, pantai, estuari, terumbu karang, dan padang lamun. Habitat laut dibedakan berdasarkan kedalaman dan wilayahnya, sedangkan ekosistemnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Teks tersebut membahas tentang ekosistem lamun, termasuk manfaat, fungsi, dan upaya rehabilitasi lamun. Lamun memiliki peran penting dalam ekosistem pesisir dan mempengaruhi produktivitas perairan, namun banyak terdegradasi akibat aktivitas manusia. Upaya konservasi dan rehabilitasi lamun perlu dilakukan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, ciri-ciri, dan manfaat hutan mangrove. Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pesisir dan dipengaruhi pasang surut air laut. Ia memiliki ciri akar khusus dan biji yang dapat berkecambah serta bermanfaat sebagai pelindung pantai, sumber daya alam, dan habitat satwa. Kerusakan mangrove dapat dicegah dengan penanaman pohon dan perlindungan bersama masy
Telah dilakukan penelitian pada bulan November - Januari 2018 dikawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Luas hutan Mangrove di kawasan HLAK mencapai luasan 44,76 Ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Biodiversitas Gastropoda sebagai Bioindikator kualitas perairan di kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Pengambilan sampel ditentukan secara Random Sampling, dimana lokasi terdiri dari 3 stasiun pengamatan. Pengamatan tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metode transek dengan ukuran 10 x 10 m. Analisis data yang dilakukan meliputi keanekaragaman dan Bioindikator kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman. Hasil penelitian pada 3 Stasiun ditemukan 4 jenis Mollusca yang mewakili 2 famili dari kelas Gastropoda, yakni Cassidula aurisfelis, Ellobium aurismidae, Pythia Sp, dan Littoraria Scabra. Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner (H’). Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner dengan hasil berkisar antara 0,37 – 0,54 masuk dalam kategori rendah. Kualitas perairan dengan menggunakan indeks keanekaragaman menunjukan bahwa kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) memiliki kualitas air sangat tercemar yang mana sumber pengaruhnya berasal dari limbah sampah.
Mangrove merupakan ekosistem penting yang memiliki beragam manfaat ekologi dan ekonomi. Tumbuhan mangrove mampu beradaptasi dengan lingkungan berair payau dan berlumpur serta mendukung keanekaragaman hayati di perairan pesisir.
Presentasi ini membahas tentang keanekaragaman hayati di perairan. Secara singkat, presentasi menjelaskan tentang distribusi dan jenis-jenis ekosistem perairan seperti laut, danau, sungai, terumbu karang, bakau, dan lamun yang saling berhubungan dan memainkan peran penting dalam menyediakan keanekaragaman hayati dan sumber daya.
Dokumen tersebut membahas program pelestarian mangrove di pesisir pantai Sambuli, Sulawesi Tenggara. Program ini bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian mangrove melalui identifikasi, penyuluhan, penanaman dan pemeliharaan mangrove. Metode yang digunakan meliputi survey, penyuluhan kepada masyarakat, penanaman bibit mangrove, dan monitoring pertumbuhan mangrove. Hasil awal menunjukkan pertumbuhan mangrove dan kemb
Mangrove adalah ekosistem hutan yang tumbuh di daerah pesisir dan terpapar air laut. Dokumen ini menjelaskan bahwa mangrove memiliki berbagai fungsi ekologis, kimiawi, dan biologis seperti melindungi pantai dari erosi, menyerap karbon, dan berperan sebagai habitat alami bagi berbagai biota. Namun saat ini kondisi mangrove di Indonesia sangat memprihatinkan karena kerusakan akibat faktor alam dan manusia seperti
Ekosistem hutan mangrove penting bagi perairan. Penelitian mengukur produktivitas primer dan komposisi plankton di tiga stasiun di hutan mangrove. Hasilnya menunjukkan produktivitas primer bervariasi di setiap stasiun dan dipengaruhi oleh kandungan zat hara serta kedalaman perairan.
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannyaMardiah Ahmad
Ekosistem hutan mangrove memiliki peran penting dalam melindungi pantai dan lingkungan. Dokumen ini menjelaskan komponen ekosistem mangrove seperti flora, fauna, dan fungsinya. Namun, kerusakan mangrove akibat konversi lahan dan penebangan menjadi masalah. Model pembelajaran berbasis masalah dapat mengajak mahasiswa untuk mengidentifikasi masalah ini melalui kunjungan lapangan dan menemukan solusi pelestarian.
Ekologi laut mempelajari ekosistem air laut, termasuk lautan, pantai, estuari, terumbu karang, dan padang lamun. Habitat laut dibedakan berdasarkan kedalaman dan wilayahnya, sedangkan ekosistemnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Teks tersebut membahas tentang ekosistem lamun, termasuk manfaat, fungsi, dan upaya rehabilitasi lamun. Lamun memiliki peran penting dalam ekosistem pesisir dan mempengaruhi produktivitas perairan, namun banyak terdegradasi akibat aktivitas manusia. Upaya konservasi dan rehabilitasi lamun perlu dilakukan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, ciri-ciri, dan manfaat hutan mangrove. Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pesisir dan dipengaruhi pasang surut air laut. Ia memiliki ciri akar khusus dan biji yang dapat berkecambah serta bermanfaat sebagai pelindung pantai, sumber daya alam, dan habitat satwa. Kerusakan mangrove dapat dicegah dengan penanaman pohon dan perlindungan bersama masy
Telah dilakukan penelitian pada bulan November - Januari 2018 dikawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Luas hutan Mangrove di kawasan HLAK mencapai luasan 44,76 Ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Biodiversitas Gastropoda sebagai Bioindikator kualitas perairan di kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Pengambilan sampel ditentukan secara Random Sampling, dimana lokasi terdiri dari 3 stasiun pengamatan. Pengamatan tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metode transek dengan ukuran 10 x 10 m. Analisis data yang dilakukan meliputi keanekaragaman dan Bioindikator kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman. Hasil penelitian pada 3 Stasiun ditemukan 4 jenis Mollusca yang mewakili 2 famili dari kelas Gastropoda, yakni Cassidula aurisfelis, Ellobium aurismidae, Pythia Sp, dan Littoraria Scabra. Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner (H’). Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner dengan hasil berkisar antara 0,37 – 0,54 masuk dalam kategori rendah. Kualitas perairan dengan menggunakan indeks keanekaragaman menunjukan bahwa kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) memiliki kualitas air sangat tercemar yang mana sumber pengaruhnya berasal dari limbah sampah.
Mangrove merupakan ekosistem penting yang memiliki beragam manfaat ekologi dan ekonomi. Tumbuhan mangrove mampu beradaptasi dengan lingkungan berair payau dan berlumpur serta mendukung keanekaragaman hayati di perairan pesisir.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
2. FAKTOR MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN MANGROVE
Banyak faktor yang memberi pengaruh terhadapt penyebaran dan pertumbuhannya
Mangrove. Berbagai faktor tersebut secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua,
yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terkait dengan kemampuan genetika
dan perkembangbiakan tanaman serta aktivitas tanaman mangrove sendiri seperti terkait
dengan genetika atau spesiesnya, kemampuan adaptasi, kemampuan perkawinan
silang, kemampuan mutasi dan modifikasi, serta kekmapuan melakukan penyebaran dari
jenis tanaman bakau atau faktor biologis tanaman. Terkait dengan faktor ekstern yang
memberi pengaruh pada penyebaran dan pertumbuhan mangrove sebenernya sejalan
dengan berbagai faktor fisik geografis mulai dari jenis tanah, morfologi, landscape, iklim,
suhu, sampai dengan kondiri air dan sejenisnya.
4. 1. FISIOGRAFI PANTAI (TOPOGRAFI)
Fisiografi pantai dapat mempengaruhi komposisi,
distribusi spesies dan lebar hutan mangrove.
Pada pantai yang landai, komposisi ekosistem
mangrove lebih beragam jika dibandingkan
dengan pantai yang terjal. Hal ini disebabkan
karena pantai landa menyediakan ruang yang
lebih luas untuk tumbuhnya mangrove sehingga
distribusi spesies menjadi semakin luas dan lebar.
Pada pantai yang terjal komposisi, distribusi dan
lebar hutan mangrove lebih kecil karena kontur
yang terjal menyulitkan pohon mangrove untuk
tumbuh.
5. 2. PASANG (LAMA, DURASI, RENTANG)
Pasang surut suatu pantai yang terjadi di kawasan hutan mangrove sangat menentukan zonasi, pertumbuhan,
dan penyebaran kehidupan mangrove. Dalam kondisi seperti itu menjadikan komunitas hewan serta ikan yang
mampu hidup dan berasosiasi dengan ekosistem mangrove menjadi lebih bagus dan beragam jenisnya.
Pengaruh kondisi pasang-surut terhadap pertumbuhan mangrove antara lain dapat dijelaskan sebagaimana
uraian berikut:
Faktor lama pasang air laut dipantai, (a) lama terjadinya pasang di kawasan mangrove dapat mempengaruhi perubahan
salinitas air di mana salinitas akan meningkat pada saat pasang dan sebaliknya akan menurun pada saat air laut surut; (b)
perubahan salinitas sebagai faktor pembatas yang mempengaruhi distribusi spesies secara horizontal dan; (c) perpindahan
massa air antara air tawar dengan air laut mempengaruhi distribusi vertikal organisme.
Durasi pasangnya air laut di pantai yang terkait dengan hal-hal berikut:
(a) struktur dan kesuburan mangrove di suatu kawasan yang memiliki
jenis pasang diurnal, semi diurnal, dan campuran akan berbeda; (b)
komposisi spesies dan distribusi areal yang digenangi berbeda menurut
durasi pasang atau frekuensi penggenangan.
Rentang pasang air laut (tinggi pasang). Hal mana terkait dengan: (a)
akar tunjang yang dimiliki Rhizophora murconata menjadi lebih tinggi
pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi dan sebaliknya;
(b) Pneumatophota sonneratia sp.menjadi lebih kuat dan panjang pada
lokasi yang memiliki pasang yang tinggi.
6. 3. GELOMBANG DAN ARUS
Keberadaan gelombang dan arus laut sangat terkait dengan keberadaan tumbuhan mangrove di
pantai di mana tumbuhan ini berada, keterkaitan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gelombang dan arus dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem
mangrove. Pada lokasi-lokasi yang memiliki gelombang dan arus yang
cukup besar dan kuat biasanya hutan mangrove mengalami abrasi
sehingga terjadi pengurangan luasan hutan.
Gelombang dan arus juga berpengaruh langsung terhadap distribusi
spesies mangrove, misalnya buah mangrove atau sering disebut sebagai
rhizophoza terbawa gelombang dan arus sampai menemukan media
yang cocok atau yang sesuai untuk menancap dan dapat akhirnya
tumbuh.
Gelombang dan arus berpengaruh tidak langsung terhadap sedimentasi
pantai dan pembentukan padatan dan endapan tanah pasir di muara
sungai. Prose sedimentasi semacam itu menimbulkan berbagai padatan
sedimen pasir, hal ini merupakan substrat yang baik untuk menunjang
pertumbuhan mangrove.
Gelombang dan arus laut yang menerpa pantai dapat mempengaruhi
daya tahan organisme akuatik di area pantai, ia melalui
transportasi nutrient-nutrient (unsur hara sebagai “makanan” mangrove)
penting bagi mangrove ke laut.
7. 4. IKLIM (CAHAYA, CURAH HUJAN,
SUHU, DAN ANGIN)
Mempengaruhi perkembangan tumbuhan dan perubahan
faktor fisik(substrat dan air). Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan
mangrove senantiasa terkait dengan kondisi cahaya, curah hujam, suhu
dan angin. Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
Curah hujan, memberikan pengaruh bagi tumbuhan mangrove sebagai berikut:
(1) jumlah,lama dan distribusi hujan mempengaruhi perkembangan tumbuhan mangrove;
(2) curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu air, salinitas air dan tanah;
(3) curah hujan optimum pada suatu lokasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
mangrove adalah yang berada pada kisaran 1500-3000 mm/tahun.
Cahaya, diketahui bahwa cahaya matahari senantiasa memberikan pengaruh bagi
tumbuhan mangrove sebagai berikut:
(1) cahaya berpengaruh terhadap fotosintesis, respirasi, fisiologi dan struktur fisik mangrove,
(2) intensitas, kualitas, lama (mangrove adalah tumbuhan long day plants yang
membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi).
(3) Pencahayaan mempengaruhi pertumbuhan mangrove,
(4) cahaya berpengaruh terhadap perbungaan dan germinasi
Suhu, senantiasa memberikan pengaruh bagi tumbuhan mangrove sebagai berikut:
1)suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan respirasi);
(2) produksi daun baru Avicennia marina terjadi pada suhu 18-20ºC dan jika suhu lebih tinggi
maka produksi menjadi berkurang;
(3) Rhizophora stlylosa, ceriops, excocaria, Lumnitzera tumbuh optimal pada suhu 26-28°C;
(4) bruguire tumbuh optimal pada suhu 27°C dan xylocarpus tumbuh optimal pada suhu 21-
26°C.
Angin, memberikan pengaruh bagi tumbuhan mangrove
sebagai berikut:
(1) angin mempengaruhi terjadinya gelombang dan arus
(2) angin merupakan agen polinasi dan diseminarsi biji
sehingga membantu terjadi proses reproduksi tumbuhan
mangrove
8. 5. SALINITAS
Salinitas atau kadar garam air laut memberikan
pengaruh bagi tumbuhan mangrove sebagai berikut:
Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove
untuk tumbuh berkisar antara 10-30 ppt
Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi
laju pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini
terkait dengan frekuensi penggenangan
Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari
cuaca panas dan dalam keadaan pasang
Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air
.
9.
10. 6. OKSIGEN TERLARUT
Oksigen terlarut sebagimana diketahui bahwa
keberadaan oksigen yang ada atau yang
terkandung oleh air memberikan pengaruh bagi
tumbuhan mangrove sebagai berikut:
Oksigen terlarut berperan penting dalam
dekomposisi serasah karena bakteri dan fungsi
yang bertindak sebagai dekomposer
membutuhkan oksigen untuk kehidupannya.
Oksigen terlarut juga penting dalam proses
respirasi dan fotosintesis
Oksigen terlarut berada dalam kondisi tertinggi
pada siang hari dan kondisi terendah pada
malam hari
11. 7. TANAH
Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas
terhadap pertumbuhan mangrove Rhizophora
mucronata dapat tumbuh baik pada substrat
yang dalam/tebal dan berlumpur Avicennia marina dan
Bruguiera sp hidup pada tanah lumpur berpasir.
Tekstur dan konsentrasi ion mempunyai susunan jenis dan
kerapatan tegakan. Misalnya jika komposisi substrat lebih
banyak liat (clay) dan debu (silt) maka tegakan menjadi
lebih rapat
• Konsentrasi kation Na>Mg>Ca atau K akan membentuk
konfigurasi hutan
Avicennia/Sonneratia/Rhizophora/Bruguiera
• Mg>Ca>Na atau K yang ada adalah Nipah
• Ca>Mg, Na atau K yang ada adalah Melauleuca
12. 8. HARA
Hara merupakan faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ekosistem mangrove, hara dalam ekosistem
mangrove dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu :
(a) Hara anorganik, penting untuk kelangsungan hidup
organisme mangrove. Sumber utama hara anorganik
adalah curah hujan, limpasan sungai, endapan, air laut,
dan bahan organik yang terurai di mangrove. Hara
Anorganik : P, K, Ca, Mg, Na
(b) Hara organik, merupakan bahan organic yang berasal
dari bioorganik yang melalui beberapa tahap pada
proses microbial. Hara Organik : fitoplankton, bakteri, alga
Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam daun-daun
berbagai jenis mangrove terdiri atas karbon, nitrogen,
fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium.
14. ADAPTASI MANGROVE
• Pada kondisi lingkungan berubah, makhuk hidup akan menyesuaikan diri
terhadap kondisi yang baru, berupa perubahan tingkah laku maupun
morfologi. Penyesuaian diri ini disebut aklimatisasi.
• Sebaran spesies tumbuhan mangrove terkait dengan kemampuan
beradaptasi terhadap kondisi lingkungan (faktor abiotik)pada umumnya
memiliki bentuk morfologi dan mekanisme fisiologi tertentu untuk
beradaptasi terhadap lingkungan mangrove.
• Faktor lingkungan seperti substrat, salinitas, suhu, pH yang baik menjadi
beberapa faktor yang mendukung kehidupan jenis mangrove. Meskipun
demikian, ada faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
mangrove, yaitu unsur keterlibatan manusia .
15. ADAPTASI MANGROVE
Ekosistem mangrove memiliki lingkungan yang sangat kompleks sehingga diperlukan beberapa
adaptasi baik morfologi, fisiologi, maupun reproduksi terhadap kondisi tersebut. Beberapa
adaptasi yang dilakukan terutama untuk beberapa aspek sebagai berikut :
a. Bertahan dengan konsentrasi garam
tinggi
b. Pemeliharaan Air Desalinasi
c. Spesialisasi akar
d. Reproduktif
e. Respon Terhadap Cahaya
16. A. BERTAHAN DENGAN KONSENTRASI GARAM TINGGI
Vegetasi mangrove memiliki adaptasi anatomi dalam merespon berbagai kondisi ekstrim tempat tumbuhnya, seperti
adanya kelenjar garam pada golongan secreter, dan kulit yang mengelupas pada golongan non-secreter sebagai
tanggapan terhadap lingkungan yang salin. Beberapa jenis tumbuhan mangrove toleran terhadap konsentrasi garam di
jaringannya dan garam ini dikeluarkan melalui kelenjar-kelenjar khusus yang terdapat pada daunnya.
Tumbuhan mangrove terbagi atas dua golongan, yaitu:
(a) secreter, yakni jenis- jenis mangrove yang memiliki struktur kelenjar garam (salt gland) seperti Avicennia spp., Aegiceras
spp., dan Aegialitis spp.,
(b) non-secreter, yaitu jenis-jenis mangrove yang tidak memiliki struktur kelenjar garam seperti Rhizophora spp., Bruguiera
spp., Lumnitzera spp., dan Sonneratia spp.
Pada umumnya adaptasi terhadap salinitas tergolong rumit yang merupakan formasi dari struktur kelenjar garam yang
terdapat pada daun atau permukaan epidermis batang.
Mekanisme penting dalam pengaturan keseimbangan garam pada mangrove, sehingga tidak lagi meracuni tumbuhan,
meliputi: (a) kapasitas akar untuk melawan NaCl yang berbeda, (b) pemilihan kelenjar-kelenjar khas sekresi garam dari
beberapa jenis pada daunnya, (c) akumulasi garam pada berbagai bagian tumbuhan, dan (d) hilangnya garam ketika
daun dan bagian tumbuhan lainnya gugur.
17. B. PEMELIHARAAN AIR DESALINASI
Hampir semua jenis mangrove tumbuh di tanah yang jenuh air, yang potensi airnya diatur oleh potensi osmotik substrat.
Akibatnya status air mangrove dipengaruhi secara nyata oleh salinitas substrat. Pada daerah yang selalu tergenangi air laut,
potensi air maksimum dari daun dan organ lainnya diperkirakan sebesar ± -2,5 Mpa. Meskipun demikian banyak sedimen
mangrove yang mempunyai daya hantar hidrolik yang rendah dan drainase yang jelek, akibatnya salinitas air yang
terkandung di dalamnya lebih tinggi daripada salinitas air dari air pasang yang datang menggenangi
Pengeluaran garam oleh akar selama pengambilan air diduga karena penurunan gradasi kadar garam jauh dari perakaran.
Berarti secara normal akar-akar mangrove terkondisi dengan potensi osmotik yang rendah pada substratnya, yang dapat
dilihat dengan pengukuran potensi osmotik daripada kejenuhan air pada substrat atau air pasang yang menggenangi
Halopita merupakan tumbuhan yang mekanisme pengeluaran garamnya kurang kuat pada sistem akar, seringkali memiliki
suatu proses desalinasi pada parenkim daun melalui pengeluaran yang aktif. Pada umumnya pengeluaran garam dalam
jumlah kecil saja sudah dapat memperbesar kelangsungan hidup dari tumbuh-tumbuhan yang keberadaannya stres pada
garam. Sementara salt- excretion secara normal sangat selektif terhadap ion Na+ dan Cl-, tetapi berlawanan dengan ion-ion
hara .
Pada jenis-jenis mangrove non-secreter kehilangan garam terjadi ketika daun atau bagian tumbuhan lain gugur. Jenis-jenis
mangrove non-secreter memiliki kulit luar yang mati yang jauh lebih tebal dibandingkan jenis-jenis mangrove yang memiliki
kelenjar garam. Kulit luar yang mati dan tebal tersebut kemudian mengelupas dan lepas dari tumbuhan serta digantikan oleh
kulit yang baru. Mekanisme hilangnya kulit yang mati dan tebal pada jenis-jenis mangrove non-secreter merupakan salah satu
mekanisme hilangnya garam dari tumbuhan tersebut.
18. C. SPESIFIKASI AKAR
Akar merupakan organ yang kontak secara langsung dengan lingkungan salin, oleh karena itu akar merupakan suatu
struktur dan berfungsi mengatur pengambilan dan transpor ion. Akar merupakan barrier utama terhadap pergerakan
larutan ke dalam tumbuhan dan sebagai hasilnya konsentrasi ion yang diantarkan ke tunas sangat berbeda dari konsentrasi
ion pada medium eksternal
Selain bentuk akar yang khas dan adanya lentisel di berbagai organ tumbuhan mangrove, kekurangan oksigen juga dapat
diatasi dengan adanya lubang-lubang dalam tanah yang dibuat oleh hewan-hewan, misalnya kepiting. Lubang-lubang ini
membawa oksigen ke bagian akar tumbuhan mangrove. Kondisi ini terjadi saat air laut surut, sehingga lantai hutan
mangrove saat air laut surut tersebut tidak tergenang air secara keseluruhan.
Akar merupakan organ yang kontak secara langsung dengan lingkungan salin, oleh karena itu akar merupakan suatu
struktur dan berfungsi mengatur pengambilan dan transpor ion. Akar merupakan barrier utama terhadap pergerakan
larutan ke dalam tumbuhan dan sebagai hasilnya konsentrasi ion yang diantarkan ke tunas sangat berbeda dari konsentrasi
ion pada medium eksternal
Anatomi akar dari jenis Avicennia marina yang mempunyai kelenjar garam (salt gland) pada daunnya sebagai kelompok
salt-excrete dan jenis Bruguiera gymnorrhiza yang tidak mempunyai kelenjar garam pada daunnya sebagai kelompok non-
secreter (salt-excluder). Perbedaan terlihat pada panjang dan tebalnya pembuluh akar, perkembangan dan posisi dari
lapisan kaspari (casparian strip), dan diferensiasi jaringan vaskuler. Sub-erisasi sel endodermal dan hipodermal dari salt-
excluder dimulai dan diakhiri di belakang ujung akar.
19. D. REPRODUKTIF
Mangrove dapat tumbuh di wilayah yang berlumpur dan dipengaruhi oleh pasang surut yang relatif asin, antara lain dengan
daur hidup yang khas yaitu vivipari pada jenis Rhizophoraceae, dimana fase perkecambahan terjadi dipohon induk
sedangkan Aegiceras dan Avicennia memiliki bentuk reproduksi yang disebut kriptovivipari, dimana fase perkecambahan
(germination) terjadi dipohon induk tetapi masih tertutup oleh kulit buahnya.
Untuk bisa bertahan dan berkembang menyebar di kondisi alam yang keras, jenis-jenis bakau sejati mempunyai cara yang
khas yaitu mekanisme reproduksi dengan buah yang disebut vivipar. Cara berbiak vivipar adalah dengan menyiapkan bakal
pohon (propagule) dari buah atau bijinya sebelum lepas dari pohon induk.
Mangrove menghasilkan buah yang mengecambah, mengeluarkan akar sewaktu masih tergantung pada ranting pohon
dan berada jauh di atas permukaan air laut. Bijinya mengeluarkan tunas akar tunjang sebagai kecambah sehingga pada
waktu telah matang dan jatuh lepas dari tangkai nanti, telah siap untuk tumbuh.
Buah ini akan berkembang sampai tuntas, siap dijatuhkan ke laut untuk dapat tumbuh menjadi pohon baru. Bakal pohon
yang jatuh dapat langsung menancap di tanah dan tumbuh atau terapung-apung terbawa arus, sampai jauh dari tempat
pohon induknya, mencari tempat yang lebih dangkal.
Setelah matang dan jatuh ke dalam air, bakal pohon bakau ini terapung-apung sampai mencapai tepi yang dangkal. Pada
saat menemukan tempat dangkal, posisi bakal pohon menjadi tegak vertikal, kemudian menumbuhkan akar-akar, cabang
dan daun-daun pertamanya.
20. E. RESPON TERHADAP CAHAYA
Sebagian besar hutan mangrove tumbuh baik di daerah tropis yang memiliki radiasi sinar matahari dan suhu
yang umumnya tinggi. Sehingga tumbuhan mangrove juga mengalami cekaman radiasi sinar matahari dan
suhu yang tinggi.
Keunikan daun mangrove sebagai adaptasi terhadap lingkungan yang biasanya mempunyai suhu dan radiasi
sinar matahari yang tinggi terlihat pada daun-daun yang posisinya terbuka pada tajuk teratas secara tajam
condong, kadang-kadang posisinya mendekati vertikal, sedangkan daun yang ternaungi yang berada jauh di
antara tajuk, cenderung posisinya horizontal. Akibatnya radiasi sinar matahari terseleksi sepanjang permukaan
fotosintetik luas, sementara pemasukan panas per unit luas daun dan suhu menjadi berkurang.
Hampir semua jenis mangrove, daun-daunnya mempunyai sejumlah kenampakan anatomi yang membatasi
hilangnya uap air. Hal ini mencakup kutikula yang tebal, lapisan lilin, dan stomata yang tersembunyi, yang
semuanya terdapat hanya pada permukaan abaksial dari beberapa jenis, seperti Sonneratia spp., Osbornia
spp., Lumnitzera spp., dan Laguncularia spp.,
Anatomi daun mangrove demikian merupakan adaptasi terhadap kondisi lingkungan mangrove yang memiliki
radiasi sinar matahari dan suhu udara yang umumnya tinggi, oleh karena mangrove tumbuh di daerah pesisir
dan sebagian besar di wilayah garis lintang rendah/tropis