Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove. Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m 2 . Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang.
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
Kawasan Pulau Parang adalah gugusan pulau di Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem laut yang dinilai masih baik, salah satunya adalah ekosistem lamun yang memiliki fungsi sebagai daerah memijah, daerah asuhan dan daerah mencari makan bagi ikan-ikan di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi, struktur komunitas juga keterkaitan antara faktor lingkungan dengan keberadaan larva ikan di ekosistem lamun di Kawasan Pulau Parang. Penelitian dilakukan di 5 lokasi di Kawasan Pulau Parang, yakni Legon Boyo, Watu Merah, Pulau Kumbang, Pulau Nyamuk dan Pulau Kembar. Sampling dilakukan pada bulan Juni 2012, September 2012 dan Desember 2012 sebagai perwakilan 3 musim laut, yaitu musim timur, musim peralihan dan musim barat. Sampling larva ikan menggunakan alat modifikasi dari bongonet dengan ukuran mata jaring 500 µm yang ditarik sejauh 50 m sejajar pantai. Larva ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 375 individu, yang terdiri dari 14 famili dengan dominasi famili Gerreidae (68%), Gobiidae (10,13%), Labridae (8,27%), Blennidae (5,6%) dan Atherinidae (3,47%). Hasil analisa indeks biologi secara temporal, keanekaragaman (H’) larva ikan tertinggi ada di musim peralihan (1,742), nilai keseragaman (E) rendah (0,312) dan nilai dominansi 0,498. Secara spasial, keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat di Legonboyo (1,294), Pulau Nyamuk (1,231) dan Pulau Kembar (0,947). Selama kegiatan penelitian berlangsung kualitas perairan suhu 28,5 o C - 31,14 o C; salinitas 29,5 o / oo - 34 o / ; pH 7,5 – 8; DO 3,37 ppt – 12,92 ppt; amonium 0,016 – 0,959 mg/L; Nitrat 0.003 – 0,877 mg/L; Nitrit 0,003 – 0,036 mg/L; Orthofosfat 0,000 – 0,089 mg/L; dan BOT air 0,088 – 244,932. Hasil analisa PCA (Principal Component Analysis) terhadap stasiun menunjukkan bahwa ditiap musimnya, ke 5 stasiun dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ciri parameternya masing-masing. Parameter perairan nitrit hampir diseluruh lokasi penelitian dimusim barat menunjukkan korelasi negatif terhadap kelimpahan larva ikan.
Telah dilakukan penelitian pada bulan November - Januari 2018 dikawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Luas hutan Mangrove di kawasan HLAK mencapai luasan 44,76 Ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Biodiversitas Gastropoda sebagai Bioindikator kualitas perairan di kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Pengambilan sampel ditentukan secara Random Sampling, dimana lokasi terdiri dari 3 stasiun pengamatan. Pengamatan tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metode transek dengan ukuran 10 x 10 m. Analisis data yang dilakukan meliputi keanekaragaman dan Bioindikator kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman. Hasil penelitian pada 3 Stasiun ditemukan 4 jenis Mollusca yang mewakili 2 famili dari kelas Gastropoda, yakni Cassidula aurisfelis, Ellobium aurismidae, Pythia Sp, dan Littoraria Scabra. Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner (H’). Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner dengan hasil berkisar antara 0,37 – 0,54 masuk dalam kategori rendah. Kualitas perairan dengan menggunakan indeks keanekaragaman menunjukan bahwa kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) memiliki kualitas air sangat tercemar yang mana sumber pengaruhnya berasal dari limbah sampah.
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...Mujiyanto -
Fungsi ekologis dari ekosistem mangrove yaitu sebagai tempat pemijahan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan tempat perlindungan (shelter) beberapa organisme perairan, rimata, serangga, burung, reptil dan amphibi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian Barat Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni hingga bulan Desember 2012, sampel diperoleh untuk mewakili sampel pada musim Timur, musim Peralihan Timur ke Barat dan pada musim Barat. Juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove, dikoleksi dengan jaring dengan ukuran mata jaring 500 µ, jarring lempar ukuran mata jaring 2 inchi, alat pancing serta serok (seser) ikan. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan di ekosistem mangrove Pulau Parang terdiri dari Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Lumnitzera racemosa, Rhizophora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba dan Xylocarpus moluccensis. Komposisi jenis juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove yang dikoleksi selama tiga musim berturut-turut berjumlah 14 jenis, yang tergolong ke dalam 11 famili dan 13 genus. Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar antara 0,056 – 1,557 pada kategori sedang, keseragaman juvenil ikan berkisar antara 0,035 – 0,926 berada dalam kondisi yang stabil dan dominansi berkisar antara 0,236 – 0,985 artinya terdapat beberapa jenis juvenil ikan yang mendominasi di stasiun penelitian.
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Mujiyanto -
Taman Nasional Karimunjawa tersusun atas 3 komponen ekosistem utama, yaitu; ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove. Ketiganya merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme, sebagai tempat untuk mencari makan (feeding ground), tempat pembesaran (nursery ground), ataupun tempat memijah (spawning ground). Di antara ketiga ekosistem tersebut, padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup biota-biota laut. Cacing laut (kelas Polychaeta) merupakan salah satu biota yang berasosiasi dengan padang lamun. Polychaeta berperan penting sebagai makanan hewan perairan dasar seperti ikan dan udang, pemakan hasil dekomposisi serasah lamun, pemakan bangkai, atau sebagai pemakan bahan organik partikulat, dan sangat baik sebagai indikator perairan karena memiliki jenis dan cara hidup yang sangat beragam. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2012 hingga Juni 2013 pada 3 lokasi di Pulau Parang (P. Kembar, Batu Merah, dan P. Kumbang). Metode yang digunakan dalam pengamatan lamun adalah metode visual menggunakan transek kuadran 1x1 m, sedangkan pengambilan sampel Polychaeta dilakukan menggunakan PVC corer (d = 6 cm, t = 50 cm). Sampel yang diperoleh disaring menggunakan saringan berukuran 0,5 mm kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin (10%) yang dicampur dengan Rose Bengal (1 gram/20 liter) untuk memberikan warna pada sitoplasma sehingga memudahkan pemilahan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30 jenis Polychaeta dari 15 famili dan 967 individu. Indeks Keanekaragaman (H') termasuk dalam kategori sedang dengan kisaran 2.22 – 2.86. Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0.69 – 0.88,yang termasuk kategori sedang dan tinggi. Sedangkan Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0.08 – 0.15 yang menunjukkan bahwa komunitas Polychaeta pada ekosistem padang lamun Pulau Parang cenderung stabil, dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Mujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan JuniDesember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Bolo-bolo (A. lacunosus). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan eksperiment gill net ukuran 11/4 inchi. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Bolo-bolo (2.142) jantan dan (3.552) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Bolobolo bersifat isometri dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Bolo-bolo adalah 0.926 dan 0.481. TKG ikan Bolo-bolo diperoleh II-IV, 33 ekor ikan betina ber-TKG III dan IV, kisaran panjang antara 7.99cm, berat 4-8gram pada TKG III dan 7.2-10.5cm, 2-12gram pada TKG IV. Fekunditas ikan berkisar antara 233-424 butir pada TKG III dan 220-2530 butir pada TKG IV, telur rata-rata 1256 TKG III serta 17131 TKG IV, dengan diameter telur menunjukan pemijahan yang berbeda antara 1 individu dan individu yang lain yaitu ada yang terjadi hanya satu kali dan ada yang terjadi tiga kali (3 puncak). Sex rasio ikan jantan dan betina adalah 1:1 menunjukan kondisi dalam keadaan seimbang. Ikan Bolo-bolo termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan Kepulauan Karimunjawa masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Bolo-bolo.
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...Mujiyanto -
Analisa dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan ikan beronang (Siganus virgatus) yang tertangkap oleh nelayan di kepulauan Karimunjawa pada bulan April, Juli, Oktober, dan November 2011. Jumlah total contoh ikan sebanyak 81 ekor, dengan kisaran ukuran panjang 13,5 – 21 cm dan berat 33 – 170 gram. Hasil menunjukkan bahwa ikan beronang termasuk herbivora. Makanan utamanya tumbuhan (98,28 %), makanan tambahan adalah fitoplankton (0,22 %) dan detritus (1,50%).
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
Kawasan Pulau Parang adalah gugusan pulau di Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem laut yang dinilai masih baik, salah satunya adalah ekosistem lamun yang memiliki fungsi sebagai daerah memijah, daerah asuhan dan daerah mencari makan bagi ikan-ikan di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi, struktur komunitas juga keterkaitan antara faktor lingkungan dengan keberadaan larva ikan di ekosistem lamun di Kawasan Pulau Parang. Penelitian dilakukan di 5 lokasi di Kawasan Pulau Parang, yakni Legon Boyo, Watu Merah, Pulau Kumbang, Pulau Nyamuk dan Pulau Kembar. Sampling dilakukan pada bulan Juni 2012, September 2012 dan Desember 2012 sebagai perwakilan 3 musim laut, yaitu musim timur, musim peralihan dan musim barat. Sampling larva ikan menggunakan alat modifikasi dari bongonet dengan ukuran mata jaring 500 µm yang ditarik sejauh 50 m sejajar pantai. Larva ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 375 individu, yang terdiri dari 14 famili dengan dominasi famili Gerreidae (68%), Gobiidae (10,13%), Labridae (8,27%), Blennidae (5,6%) dan Atherinidae (3,47%). Hasil analisa indeks biologi secara temporal, keanekaragaman (H’) larva ikan tertinggi ada di musim peralihan (1,742), nilai keseragaman (E) rendah (0,312) dan nilai dominansi 0,498. Secara spasial, keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat di Legonboyo (1,294), Pulau Nyamuk (1,231) dan Pulau Kembar (0,947). Selama kegiatan penelitian berlangsung kualitas perairan suhu 28,5 o C - 31,14 o C; salinitas 29,5 o / oo - 34 o / ; pH 7,5 – 8; DO 3,37 ppt – 12,92 ppt; amonium 0,016 – 0,959 mg/L; Nitrat 0.003 – 0,877 mg/L; Nitrit 0,003 – 0,036 mg/L; Orthofosfat 0,000 – 0,089 mg/L; dan BOT air 0,088 – 244,932. Hasil analisa PCA (Principal Component Analysis) terhadap stasiun menunjukkan bahwa ditiap musimnya, ke 5 stasiun dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ciri parameternya masing-masing. Parameter perairan nitrit hampir diseluruh lokasi penelitian dimusim barat menunjukkan korelasi negatif terhadap kelimpahan larva ikan.
Telah dilakukan penelitian pada bulan November - Januari 2018 dikawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Luas hutan Mangrove di kawasan HLAK mencapai luasan 44,76 Ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Biodiversitas Gastropoda sebagai Bioindikator kualitas perairan di kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Pengambilan sampel ditentukan secara Random Sampling, dimana lokasi terdiri dari 3 stasiun pengamatan. Pengamatan tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metode transek dengan ukuran 10 x 10 m. Analisis data yang dilakukan meliputi keanekaragaman dan Bioindikator kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman. Hasil penelitian pada 3 Stasiun ditemukan 4 jenis Mollusca yang mewakili 2 famili dari kelas Gastropoda, yakni Cassidula aurisfelis, Ellobium aurismidae, Pythia Sp, dan Littoraria Scabra. Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner (H’). Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner dengan hasil berkisar antara 0,37 – 0,54 masuk dalam kategori rendah. Kualitas perairan dengan menggunakan indeks keanekaragaman menunjukan bahwa kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) memiliki kualitas air sangat tercemar yang mana sumber pengaruhnya berasal dari limbah sampah.
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...Mujiyanto -
Fungsi ekologis dari ekosistem mangrove yaitu sebagai tempat pemijahan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan tempat perlindungan (shelter) beberapa organisme perairan, rimata, serangga, burung, reptil dan amphibi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian Barat Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni hingga bulan Desember 2012, sampel diperoleh untuk mewakili sampel pada musim Timur, musim Peralihan Timur ke Barat dan pada musim Barat. Juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove, dikoleksi dengan jaring dengan ukuran mata jaring 500 µ, jarring lempar ukuran mata jaring 2 inchi, alat pancing serta serok (seser) ikan. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan di ekosistem mangrove Pulau Parang terdiri dari Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Lumnitzera racemosa, Rhizophora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba dan Xylocarpus moluccensis. Komposisi jenis juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove yang dikoleksi selama tiga musim berturut-turut berjumlah 14 jenis, yang tergolong ke dalam 11 famili dan 13 genus. Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar antara 0,056 – 1,557 pada kategori sedang, keseragaman juvenil ikan berkisar antara 0,035 – 0,926 berada dalam kondisi yang stabil dan dominansi berkisar antara 0,236 – 0,985 artinya terdapat beberapa jenis juvenil ikan yang mendominasi di stasiun penelitian.
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Mujiyanto -
Taman Nasional Karimunjawa tersusun atas 3 komponen ekosistem utama, yaitu; ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove. Ketiganya merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme, sebagai tempat untuk mencari makan (feeding ground), tempat pembesaran (nursery ground), ataupun tempat memijah (spawning ground). Di antara ketiga ekosistem tersebut, padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup biota-biota laut. Cacing laut (kelas Polychaeta) merupakan salah satu biota yang berasosiasi dengan padang lamun. Polychaeta berperan penting sebagai makanan hewan perairan dasar seperti ikan dan udang, pemakan hasil dekomposisi serasah lamun, pemakan bangkai, atau sebagai pemakan bahan organik partikulat, dan sangat baik sebagai indikator perairan karena memiliki jenis dan cara hidup yang sangat beragam. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2012 hingga Juni 2013 pada 3 lokasi di Pulau Parang (P. Kembar, Batu Merah, dan P. Kumbang). Metode yang digunakan dalam pengamatan lamun adalah metode visual menggunakan transek kuadran 1x1 m, sedangkan pengambilan sampel Polychaeta dilakukan menggunakan PVC corer (d = 6 cm, t = 50 cm). Sampel yang diperoleh disaring menggunakan saringan berukuran 0,5 mm kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin (10%) yang dicampur dengan Rose Bengal (1 gram/20 liter) untuk memberikan warna pada sitoplasma sehingga memudahkan pemilahan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30 jenis Polychaeta dari 15 famili dan 967 individu. Indeks Keanekaragaman (H') termasuk dalam kategori sedang dengan kisaran 2.22 – 2.86. Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0.69 – 0.88,yang termasuk kategori sedang dan tinggi. Sedangkan Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0.08 – 0.15 yang menunjukkan bahwa komunitas Polychaeta pada ekosistem padang lamun Pulau Parang cenderung stabil, dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Mujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan JuniDesember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Bolo-bolo (A. lacunosus). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan eksperiment gill net ukuran 11/4 inchi. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Bolo-bolo (2.142) jantan dan (3.552) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Bolobolo bersifat isometri dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Bolo-bolo adalah 0.926 dan 0.481. TKG ikan Bolo-bolo diperoleh II-IV, 33 ekor ikan betina ber-TKG III dan IV, kisaran panjang antara 7.99cm, berat 4-8gram pada TKG III dan 7.2-10.5cm, 2-12gram pada TKG IV. Fekunditas ikan berkisar antara 233-424 butir pada TKG III dan 220-2530 butir pada TKG IV, telur rata-rata 1256 TKG III serta 17131 TKG IV, dengan diameter telur menunjukan pemijahan yang berbeda antara 1 individu dan individu yang lain yaitu ada yang terjadi hanya satu kali dan ada yang terjadi tiga kali (3 puncak). Sex rasio ikan jantan dan betina adalah 1:1 menunjukan kondisi dalam keadaan seimbang. Ikan Bolo-bolo termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan Kepulauan Karimunjawa masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Bolo-bolo.
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...Mujiyanto -
Analisa dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan ikan beronang (Siganus virgatus) yang tertangkap oleh nelayan di kepulauan Karimunjawa pada bulan April, Juli, Oktober, dan November 2011. Jumlah total contoh ikan sebanyak 81 ekor, dengan kisaran ukuran panjang 13,5 – 21 cm dan berat 33 – 170 gram. Hasil menunjukkan bahwa ikan beronang termasuk herbivora. Makanan utamanya tumbuhan (98,28 %), makanan tambahan adalah fitoplankton (0,22 %) dan detritus (1,50%).
PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...UNESA
Bee Jay Bakau Resort merupakan kawasan mangrove yang menjadi habitat ikan gelodok. Ikan gelodok (Mudskipper) merupakan salah satu jenis biota lokal yang mendiami kawasan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi Mudskipper berdasarkan karakter morfologi dan peranannya di Bee Jay Bakau Resort. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui evaluasi karakter morfologi, morfometrik, dan meristik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu spesies ikan gelodok, yaitu Periopthalmus modestus. Jumlah ikan yang ditemukan sedikit yaitu 4 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa ikan gelodok di Bee Jay Bakau Resort tidak melimpah. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekologi mangrove yang kurang sesuai dengan habitat Mudskipper. Peran ikan gelodok sebagai filter feeder diketahui dari kemampuan memompa air melalui rongga mantel sehingga dapat menyaring bahan organik yang ada di dasar pantai berlumpur yang ada di hutan mangrove.
STATUS PEMANFAATAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN IKAN HIAS ANGEL NAPOLEON Pomacanthus xanthometopon
DI SULAWESI SELATAN
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa kondisi tutupan karang di tiga lokasi menunjukkan kategori sedang sampai baik. Penelitian ini menunjukkan kelimpahan ikan injel napoleon tidak berkorelasi positif dengan tutupan karang hidup dengan tutupan karang hidup tetapi keberadaannya dipengaruhi oleh bentuk pertumbuhan karang yaitu di antara celah karang bercabang, submasive dan masive. Struktur ukuran ikan injel napoleon yang tertangkap masih muda, gonadnya belum berkembang. Hubungan panjang berat bersifat allometrik, kecepatan pertumbuhan lambat dengan panjang maksimum 41,7 cm pada umur 13 tahun. Status pemanfaatan ikan injel napoleon diduga telah melampaui hasil tangkapan lestari (MSY). Kurva penawaran injel napoleon melengkung membalik (backward bending supply curve) menunjukkan bahwa supplai semakin menurun walaupun harga ikan meningkat karena diduga stok semakin berkurang.
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Mujiyanto -
Ekosistem lamun sangat berperan dalam kelangsungan hidup juvenil ikan, dimana padang lamun sebagai daerah asuhan (nursery ground) merupakan tempat yang tepat bagi biota-biota laut yang masih muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan hidup. Kelimpahan dan struktur komunitas juvenile ikan pada ekosistem lamun dapat berubah-ubah menurut waktu, dan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas juvenil ikan di padang lamun pada kawasan perairan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada bulan Juni, September dan Desember 2012 (Musim Timur, Peralihan dan Barat). Pengambilan sampel juvenil ikan diambil dengan small beam trawl di lima stasiun penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling method. Selanjutnya pengambilan sampel lamun menggunakan metode transek kuadran 1x1 meter. Hasil penelitian menunjukan bahwa juvenil ikan di padang lamun dalam 3 kali sampling berhasil didapat 683 individu, terdiri dari 16 famili dengan 42 spesiesi. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,25-4,74 dimana indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun Pulau Kembar sbesar 4,74 dengan 15 spesies. Hal ini juga didukung oleh persentase penutupan lamun tertinggi di stasiun Pulau Kembar sebesar 99,80 %.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak . Teluk Semarang merupakan teluk terbesar di pantai utara Jawa Tengah dan tercatat terdapat 29 aliran sungai bermuara ke teluk ini. Banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini yag berpotensi menjadi tekanan ingkungan bagi organisme yang hidup di teluk ini. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan merupakan sumber makanan alami bagi ikan dan organisme laut lainnya. Mengkaji kelimpahan dan indeks diversitas plankton menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa jenis fitoplankton terdiri dari 6 kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas dan 32 genera. Kelimpahan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton dan memiliki kecederungan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks diversitas fitoplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat rendah hingga sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama dan terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu. Indeks diversitas zooplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu
Kata Kunci: plankton, distribusi dan komposisi, teluk Semarang
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan Juni - Desember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Juwi (Selar boops). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan gill net. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Juwi (2.903) jantan dan (2.556) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Juwi bersifat isometrik dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Juwi adalah 1.089 dan 0.507, berkategori seimbang. TKG ikan Juwi diperoleh I, II-IV, 17 ekor ikan betina ber-TKG IV dan 25 ekor untuk ikan jantan. Fekunditas ikan berkisar antara 327 - 623 butir pada TKG IV, dengan diameter telur menunjukkan pemijahan yang terjadi hanya satu kali dalam 1 (satu) musim. Hasil pengamatan terhadap nisbah kelamin ikan jantan dan betina adalah berbanding 1:1, menunjukkan kondisi seimbang. Ikan Juwi (S. boops) termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Juwi.
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.
Kata kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb
ANALYSIS OF PHYSICAL-CHEMICAL PARAMETERS FOR MANGROVE ECOSYSTEM REHABILITATIO...Asramid Yasin
Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/view/24994
Abstract: In Southeast Sulawesi rehabilitation of mangrove areas that have been damaged but in reality not all mangrove rehabilitation activities were successful, this was allegedly caused by a mismatch in the type of mangrove and incompatibility of rehabilitation techniques used with environmental conditions or parameters of the local coastal environment. This study is aimed to analyze the condition of coastal environmental parameters in Bungkutoko island, district of Abeli in rehabilitation proposed of mangrove ecosystem and to find a proper rehabilitation strategy for it can be applied in that area. This study was carried on June to July 2009 in the coastal of Bungkutoko island, Abeli district, Kendari Town. Data in this study is analyzed as descriptively for giving common view of that area. The measurement results of several physical-chemical parameters on the coast of Bungkutoko island at stations I, II and III are suitable for mangrove ecosystem rehabilitation activities, which have a slope of the base: flat and sloping, particle size: small substrate, binding capacity of substrate particles: moderate to loose, confinement coastline: protected and semi protected and open, wave: relatively small, sea level deviation: moderate, tidal type: mixture tends to double daily, current speed: weak, sediment suspension: normal and salinity: 25-35 ppt. Also pay attention to the right planting time on the condition of mangrove tree is in having fruits and calm water condition of sea. And for planting technic is propaguls directly planted to the ground and using seeds on the polybags.
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...Asramid Yasin
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jgg/article/view/9048
Abstrak: Di beberapa tempat telah dilakukan rehabilitasi terhadap kawasan mangrove yang telah rusak namun pada kenyataannya tidak semua kegiatan rehabilitasi mangrove berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi parameter lingkungan perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli sesuai untuk kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dan menentukan strategi rehabilitasi yang tepat untuk diterapkan di perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni-Juli 2009 bertempat di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Dari hasil pengukuran beberapa parameter fisika-kimia di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari yang diperoleh sesuai untuk dilakukan kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dengan memperhatikan waktu penanaman yang tepat yaitu ketika musim berbuah mangrove dan musim teduh dan menggunakan teknik penanaman secara langsung menggunakan propagul dan penanaman menggunakan anakan (bibit dalam polybag).
PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...UNESA
Bee Jay Bakau Resort merupakan kawasan mangrove yang menjadi habitat ikan gelodok. Ikan gelodok (Mudskipper) merupakan salah satu jenis biota lokal yang mendiami kawasan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi Mudskipper berdasarkan karakter morfologi dan peranannya di Bee Jay Bakau Resort. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui evaluasi karakter morfologi, morfometrik, dan meristik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu spesies ikan gelodok, yaitu Periopthalmus modestus. Jumlah ikan yang ditemukan sedikit yaitu 4 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa ikan gelodok di Bee Jay Bakau Resort tidak melimpah. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekologi mangrove yang kurang sesuai dengan habitat Mudskipper. Peran ikan gelodok sebagai filter feeder diketahui dari kemampuan memompa air melalui rongga mantel sehingga dapat menyaring bahan organik yang ada di dasar pantai berlumpur yang ada di hutan mangrove.
STATUS PEMANFAATAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN IKAN HIAS ANGEL NAPOLEON Pomacanthus xanthometopon
DI SULAWESI SELATAN
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa kondisi tutupan karang di tiga lokasi menunjukkan kategori sedang sampai baik. Penelitian ini menunjukkan kelimpahan ikan injel napoleon tidak berkorelasi positif dengan tutupan karang hidup dengan tutupan karang hidup tetapi keberadaannya dipengaruhi oleh bentuk pertumbuhan karang yaitu di antara celah karang bercabang, submasive dan masive. Struktur ukuran ikan injel napoleon yang tertangkap masih muda, gonadnya belum berkembang. Hubungan panjang berat bersifat allometrik, kecepatan pertumbuhan lambat dengan panjang maksimum 41,7 cm pada umur 13 tahun. Status pemanfaatan ikan injel napoleon diduga telah melampaui hasil tangkapan lestari (MSY). Kurva penawaran injel napoleon melengkung membalik (backward bending supply curve) menunjukkan bahwa supplai semakin menurun walaupun harga ikan meningkat karena diduga stok semakin berkurang.
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Mujiyanto -
Ekosistem lamun sangat berperan dalam kelangsungan hidup juvenil ikan, dimana padang lamun sebagai daerah asuhan (nursery ground) merupakan tempat yang tepat bagi biota-biota laut yang masih muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan hidup. Kelimpahan dan struktur komunitas juvenile ikan pada ekosistem lamun dapat berubah-ubah menurut waktu, dan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas juvenil ikan di padang lamun pada kawasan perairan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada bulan Juni, September dan Desember 2012 (Musim Timur, Peralihan dan Barat). Pengambilan sampel juvenil ikan diambil dengan small beam trawl di lima stasiun penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling method. Selanjutnya pengambilan sampel lamun menggunakan metode transek kuadran 1x1 meter. Hasil penelitian menunjukan bahwa juvenil ikan di padang lamun dalam 3 kali sampling berhasil didapat 683 individu, terdiri dari 16 famili dengan 42 spesiesi. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,25-4,74 dimana indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun Pulau Kembar sbesar 4,74 dengan 15 spesies. Hal ini juga didukung oleh persentase penutupan lamun tertinggi di stasiun Pulau Kembar sebesar 99,80 %.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak . Teluk Semarang merupakan teluk terbesar di pantai utara Jawa Tengah dan tercatat terdapat 29 aliran sungai bermuara ke teluk ini. Banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini yag berpotensi menjadi tekanan ingkungan bagi organisme yang hidup di teluk ini. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan merupakan sumber makanan alami bagi ikan dan organisme laut lainnya. Mengkaji kelimpahan dan indeks diversitas plankton menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa jenis fitoplankton terdiri dari 6 kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas dan 32 genera. Kelimpahan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton dan memiliki kecederungan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks diversitas fitoplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat rendah hingga sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama dan terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu. Indeks diversitas zooplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu
Kata Kunci: plankton, distribusi dan komposisi, teluk Semarang
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan Juni - Desember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Juwi (Selar boops). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan gill net. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Juwi (2.903) jantan dan (2.556) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Juwi bersifat isometrik dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Juwi adalah 1.089 dan 0.507, berkategori seimbang. TKG ikan Juwi diperoleh I, II-IV, 17 ekor ikan betina ber-TKG IV dan 25 ekor untuk ikan jantan. Fekunditas ikan berkisar antara 327 - 623 butir pada TKG IV, dengan diameter telur menunjukkan pemijahan yang terjadi hanya satu kali dalam 1 (satu) musim. Hasil pengamatan terhadap nisbah kelamin ikan jantan dan betina adalah berbanding 1:1, menunjukkan kondisi seimbang. Ikan Juwi (S. boops) termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Juwi.
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.
Kata kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb
ANALYSIS OF PHYSICAL-CHEMICAL PARAMETERS FOR MANGROVE ECOSYSTEM REHABILITATIO...Asramid Yasin
Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/view/24994
Abstract: In Southeast Sulawesi rehabilitation of mangrove areas that have been damaged but in reality not all mangrove rehabilitation activities were successful, this was allegedly caused by a mismatch in the type of mangrove and incompatibility of rehabilitation techniques used with environmental conditions or parameters of the local coastal environment. This study is aimed to analyze the condition of coastal environmental parameters in Bungkutoko island, district of Abeli in rehabilitation proposed of mangrove ecosystem and to find a proper rehabilitation strategy for it can be applied in that area. This study was carried on June to July 2009 in the coastal of Bungkutoko island, Abeli district, Kendari Town. Data in this study is analyzed as descriptively for giving common view of that area. The measurement results of several physical-chemical parameters on the coast of Bungkutoko island at stations I, II and III are suitable for mangrove ecosystem rehabilitation activities, which have a slope of the base: flat and sloping, particle size: small substrate, binding capacity of substrate particles: moderate to loose, confinement coastline: protected and semi protected and open, wave: relatively small, sea level deviation: moderate, tidal type: mixture tends to double daily, current speed: weak, sediment suspension: normal and salinity: 25-35 ppt. Also pay attention to the right planting time on the condition of mangrove tree is in having fruits and calm water condition of sea. And for planting technic is propaguls directly planted to the ground and using seeds on the polybags.
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...Asramid Yasin
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jgg/article/view/9048
Abstrak: Di beberapa tempat telah dilakukan rehabilitasi terhadap kawasan mangrove yang telah rusak namun pada kenyataannya tidak semua kegiatan rehabilitasi mangrove berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi parameter lingkungan perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli sesuai untuk kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dan menentukan strategi rehabilitasi yang tepat untuk diterapkan di perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni-Juli 2009 bertempat di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Dari hasil pengukuran beberapa parameter fisika-kimia di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari yang diperoleh sesuai untuk dilakukan kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dengan memperhatikan waktu penanaman yang tepat yaitu ketika musim berbuah mangrove dan musim teduh dan menggunakan teknik penanaman secara langsung menggunakan propagul dan penanaman menggunakan anakan (bibit dalam polybag).
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
Kawasan barat kepulauan karimunjawa memiliki ekosistem terumbu karang dalam kondisi baik. Hal ini menjadikan kawasan tersebut memiliki potensi besar dalam bidang sumberdaya perikanan. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang berfungsi sebagai tempat mencari makan, tempat pembiakan dan pembesaran bagi berbagai macam organisme perairan terutama ikan. Ikan-ikan akan merasa nyaman berada di ekosistem terumbu karang disebabkan tersedianya makanan dalam jumlah yang banyak dan adanya perlindungan dari pemangsa sehingga ikan dapat berkembang biak dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan telur serta larva ikan di perairan terumbu karang kawasan barat Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Juni, September dan Desember 2012 dengan menyisir kolom perairan terumbu karang menggunakan larvanet mesh size 500µ yang ditarik kapal dengan kecepatan 2 knot selama 10 menit sejajar garis pantai. Hasil tangkapan selama penelitian didominasi oleh telur ikan 26856 butir (96,43%) sementara larva ikan yang tertangkap sebanyak 981 individu (3,57%) yang terdiri dari larva ikan non-ekonomis sebanyak 636 individu dari 18 famili (2,34%) dan larva ikan ekonomis sebanyak 287 individu (1,02%). Bulan September merupakan bulan puncak pemijahan dengan angka kelimpahan telur ikan berkisar 830 – 13326 ind/1000m3 dan kelimpahan larva ikan berkisar antara 14 – 366 ind/1000 m3
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Mujiyanto -
Echinodermata memiliki peran penting dalam ekologi laut yang hidup di dasar perairan yang berperan dalam menjaga tingkat kesuburan sedimen dan merupakan deposit feeder. Larva dan biota dewasa dari echinodermata juga merupakan bahan pasokan makanan bagi biota lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji populasi echinodermata di daerah perairan padang lamun pulau Parang, Karimunjawa dimana sampel diidentifikasi secara visual langsung dengan bantuan transek 5x5 meter menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Laganum laganum dan Holothuria atra merupakan spesies yang mendominasi di setiap stasiun pengamatan diduga karena cocok dengan kondisi lingkungan. Spesies yang ditemukan pada lokasi Pulau Kembar, Pulau Kumbang, Legon Boyo, Batu Merah cukup bervariasi dengan jumlah spesies tinggi, sedangkan pada Pulau Nyamuk hanya ditemukan sedikit.
Ikan pari manta sebagai ikan eksotis yang memiliki nilai lingkungan dan nilai ekonomi ketika dalam keadaan hidup di perairan yang tinggi, yang populasinya semakin turun drastis sehingga perlu dilindungi keberadaannya
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATANDevi Ningsih
Ekosistem Hutan Mangrove atau lebih dikenal juga dengan sebutan Hutan Bakau atau mangal merupakan salah satu ekosistem penting yang membangun dan menyokong keberadaan wilayah pesisir.
Similar to Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang, kepulauan karimunjawa (20)
Secara fisiologi penyelaman, manusia tidak diciptakan untuk beradaptasi dengan lingkungan bawah perairan baik perairan tawar maupun laut, tetapi manusia dapat menciptakan suatu alat untuk beradptasi dengan lingkungan perairan. Alat tersebut dinamakan SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus). Peralatan Scuba merupakan peralatan penyelaman yang disempurnakan oleh Yves Couteau dan Emile Gagnan pada tahun 1943, dan sampai sekarang masih dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan baik berupa tingkat keselamatan dan berbagai aksesoris pendukung lainnya.
Perkembangan penyelaman Scuba di Indonesia sampai saat sekarang boleh dikatakan sangat mengembirakan, terutama untuk penyelaman olah raga dan wisata bahari. Akan tetapi penyelaman di bidang lainnya, seperti halnya penyelaman komersial dan penyelaman ilmiah masih sangat terbatas. Dan tak jarang pekerjaan dan proyek-proyek bawah air di Indonesia masih didominasi oleh penyelam-penyelam asing.
Manfaat lain penyelaman scuba adalah, seseorang penyelam dapat mengembangkan ilmu-ilmu kelautan sesuai dengan bidangnya seperti halnya dalam bidang arsitektur atau teknik sispil, dia dapat mengembangkan untuk membuat konstruksi-konstruksi atau penambangan lepas pantai(off shore). Dibidang kedokteran seorang penyelam dapat mengembagkan Hyperbarik (fisika dan fisiologi penyelaman, serta medical aspek). Sedangkan untuk masyarakat ilmiah, penyelam dapat melakukan kegiatan penelitian-penelitian yang dilakukan dapat mengembangkan dan mengungkapkan potensi sumberdaya hayati laut yang terdapat dalam suatu perairan, terutama ilmu biologi, geologi, arkeologi dan kelautan lainnya.
Sebagian ahli penyelaman mengatakan bahwa penyelaman Scuba merupakan salah satu aktivitas atau olah raga yang beresiko tinggi baik bagi kesehatan maupun bagi keselamatan pribadi pelakunya. Tentunya bila kegiatan tersebut tidak dilakukan melalui prosedur yang benar. Karena itu pendidikan dan pelatihan penyelaman Scuba harus dikelola sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar dengan sistem yang jelas dengan program-programnya, terukur dan terorganisir pelaksanaannya. Dengan demikian akan dimungkinkan diadakannya monitoring, evaluasi guna mencapai hasil yang optimal.
Scientific Diving Club bertujuan untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan lebih dengan mengorientasikan kegiatannya pada selam ilmiah yang mendukung, memperlancar dan menerapkan selam ilmiah secara bertanggung jawab.
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Mujiyanto -
Perikanan dan usaha dalam bidang ekonomi telah dilaksanakan dan terintegrasi pada sumber daya pantai dan laut. Usaha-usaha seperti itu dapat berakibat pada kondisi kehidupan masyarakat pantai, keanekaragaman hayati, dan beberapa fungsi ekosistem di laut. Strategi konservasi terhadap sumber daya di dalam laut saat ini sedang dibutuhkan. Salah satu strategi yang ditawarkan adalah menetapkan Marine Coastal Protected Areas (MCPAs). MCPAs dapat dibentuk dengan mengikuti beberapa pertimbangan, sebagai contoh: persetujuan dari masyarakat dan para pemanfaat sumberdaya lain (stakeholders), yang secara langsung atau secara tidak langsung menggunakan wilayah pantai, kondisi dan kepekaan beberapa jenis terhadap adanya perubahan-perubahan lingkungan, dan yang paling penting adalah usaha untuk memonitor dan mengevaluasi perlindungan laut, melaksanakan program secara terus menerus. Strategi melalui manajemen MCPAs diharapkan bisa untuk menyelamatkan dan melindungi ketersediaan sumber daya pantai dan laut, khususnya pada sektor perikanan, dengan memerhatikan rendahnya ekonomi nelayan tradisional di Indonesia.
Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan ...Mujiyanto -
Karakteristik minyak mentah mempunyai perbedaan sesuai dengan sumbernya. Dimana minyak olahan berbeda karakteristik sesuai proses pengolahan, dan apabila tumpah pada ekosistem maka kelakuan fisik kimia minyak bersifat site-specific. Kekhususan tempat tersebut menentukan pendekatan pengendalian resiko pencemaran dan pilihan teknologi remediasi (melokalisasi dan mengambil semaksimal mungkin tumpahan minyak dari laut).
Permasalahan pencemaran dan kerusakan lingkungan pesisir dan laut merupakan isu yang penting untuk ditangani mengingat besarnya ketergantungan terhadap sumber daya pesisir dan laut serta luasnya dampak yang diakibatkan pencemaran tersebut. Untuk itu perlu dilakukan langah-langkah pencegahan dan penanggulangan terhadap berbagai kegiatan yang dapat memacu terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan laut. Terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan perairan adalah pembungan limbah yang tidak terolah sempurna atau bahkan tidak diolah sama sekali ke perairan.
Pemerintah bIndonesia harus mampu untuk mengupayakan terciptanya sistem struktur hukum dan peraturan perundangan yang yang transparan, sehingga dalam pemanfaatan sumberdaya alam harus dilakukan dengan bijaksana dan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Mujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Mujiyanto -
Kawasan konservasi laut merupakan areal laut yamg sangat luas yang dikelola dengan sistem zonasi, adapun zonasi tersebut antara lain zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari, zona pemanfaatan komersial terbatas, zona perlindungan ketat habitat dan zona pengembangan kepariwisataan. Tujuan dari makalah ini adalah mengidentifikasi status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi habitat terumbu karang yang merupakan bagian dari zona pemanfaatan zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari di Pulau Rakit dan Pulau Ganteng, Teluk Saleh Kabupaten Subawa Besar. Dengan menggunakan pendekatan survei sosial. Rensponden diambil dari secara purposive sampling dengan jumlah 10 % n+1 dari data total populasi. Alat analisis yang digunakan meliputi alat analisis keuntungan, perimbangan manfaat dan biaya (revenue cost ratio), dan produktifitas kerja. Nilai CPUE masing-masing alat tangkap dominan adalah pancing (650 kg/unit/trip), bubu (1,24 kg/unit/trip), jaring tarik (75 kg/unit/trip), bagan perahu (650 kg/unit/trip), dan rawai (10 kg/unit/trip). Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan di lokasi penelitian cukup menguntungkan, dimana alat tangkap rawai dasar memiliki tingkat keuntungan yang paling tinggi. Sedangkan alat tangkap bagan perahu merupakan alat tangkap yang memiliki produktifitas kerja paling tinggi.
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Mujiyanto -
Hasil analisis produksi biologis sumberdaya ikan pelagis di perairan laut jawa periode tahun 1976-1983 didapatkan nilai MSY sebesar 101.194 ton/tahun. Hasil analisis bio-ekonomi dalam pemanfaatan suberdaya ikan pelagis di perairan Laut Jawa didapatkan nilai MEY sebesar 91.924 kg/tahun, dengan jumlah hasil tangkapan per satuan upaya menggunakan alat tangkap purse seine sebesar 24,23 ton/kapal/tahun. Batas Maximum Economic Yield sebesar 91.923 ton/tahun dengan jumlah unit alat tangkap efisien guna mendapatkan keuntungan yang sesuai sebesar 2.915 unit. Alat tangkap purse siene merupakan alat tangkap pilihan untuk menangkapan sumberdaya ikan pelagis di perairan Laut Jawa.
Tindakan dalam pertimbangan dalam pemilihan suatu teknologi yang tepat untuk diterapkan di dalam pengembangan perikanan sangat diperlukan. Pertimbangan-pertimbangan yang akan digunakan dalam pemilihan teknologi dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan (TPIRL), teknologi penangkapan ikan secara teknis, ekonomis, mutu dan pemasaran menguntungkan serta kegiatan penangkapan ikan yang berkelanjutan.
Panduan praktis penerapan analisis komponen utama atau principal componen ana...Mujiyanto -
PCA pada dasarnya bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) dimensinya.
PCA dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali atau yang biasa disebut dengan principal component.
Setelah beberapa komponen hasil PCA yang bebas multikolinearitas diperoleh, maka komponen-komponen tersebut menjadi variabel bebas baru yang akan diregresikan atau dianalisa pengaruhnya terhadap variabel tak bebas (Y) dengan menggunakan analisis regresi.
Principal Component Analysis (PCA) dapat mengatasi masalah pelanggaran asumsi klasik multikolinearitas tanpa perlu membuang variabel bebas yang berkolinear tinggi. Sehingga setelah diperoleh variabel bebas baru dari hasil reduksi, dapat meramalkan pengaruh dari variabel bebas (contoh : pendapatan) terhadap variabel tak bebas (contoh : konsumsi) melalui analisis regresi linier.
Dengan metode PCA, kita akan mendapatkan variabel bebas baru yang tidak berkorelasi, bebas satu sama lainnya, lebih sedikit jumlahnya daripada variabel asli, akan tetapi bisa menyerap sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli atau yang bisa memberikan kontribusi terhadap varian seluruh variabel.
Belajar analisis regresi dan korelasi dengan menggunakan soft ware SPSS 15 Diperlukan ketelitian dalam memasukkan data yang akan dianalisis.
Don't worry, statistik itu mudah kok.
Populasi ikan karang dan biota penempel di sekitar tkb perairan p. kotok keci...Mujiyanto -
Tutupan karang hidup yang ada di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta sangat rendah. Salah satu upaya yang dilakukan dalam pemulihan ekosistem terumbu karang tersebut adalah rekayasa habitat terumbu buatan di perairan sekitar Pulau Kotok Kecil dan Pulau Harapan. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi ikan karang dan biota penempel pada terumbu buatan sebagai indikator awal pemulihan ekosistem terumbu karang di perairan P. Kotok Kecil dan P. Harapan. Pengamatan dilakukan pada empat unit terumbu buatan yang diletakkan di dasar perairan pada kedalaman 8 – 13 m. Modul terumbu buatan terbuat dari bahan beton berkerangka besi, berbentuk kubus berongga yang tersusun dalam formasi piramida. Sebuah unit terumbu buatan tersusun dari 70 buah modul yang diikat antar satu dengan yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan ikan di sekitar terumbu buatan bertambah dibandingkan jumlah ikan sebelum ada unit terumbu buatan. Kelimpahan ikan berkisar 307 – 818 individu per unit terumbu buatan. Hasil sensus visual menunjukkan adanya ikan hias seperti Neopomacentrus sp
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...Mujiyanto -
Perkembangan budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk Ir. H. Djuanda berkembang sangat pesat, yaitu pada tahun 1991 sejumlah 502 unit KJA, tahun 1999 berkembang menjadi 2.195 unit, dan tahun 2005 telah mencapai 4.577 unit KJA, sedangkan jumlah unit KJA yang diijinkan berdasarkan SK Bupati Purwakarta Nomor 06/2000 tahun 2000 adalah 2.100 unit. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi besarnya peremajaan ikan yang terlepas dari kegiatan budidaya ikan dalam KJA di Waduk Ir. H. Djuanda. Penelitian ini dilakukan setiap bulan selama tahun 2006, dan pengamatan dilakukan dengan du acara, yaitu: (1) pengamatan langsung melalui identifikasi jenis ikan dan (2) pengukuran panjang total benih ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peremajaan ikan mas yang terlepas dari sistem budidaya ikan dalam KJA rata-rata mencapai 4,9 % dan ikan nila rata-rata mencapai 2,4%. Bersama dengan benih ikan yang tidak dikehendaki maksimum sebanyak 10,4 % (untuk benih yang berasal dari daerah Sukabumi), dan 13,5% (untuk benih ikan yang berasal dari daerah Subang.
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...Mujiyanto -
Ikan napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi dan termasuk kedalam spesies terancampunah (endangered species). Perairan Kepulauan Sembilan merupakan salah satu perairan yang memiliki kondisi terumbu karang yang cukup baik dan disekitarnya terdapat jarring apung tempat pembesaran dan penampungan ikan napoleon hasil tangkapan nelayan disekitar Kepulauan Sembilan. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan keberadaan ikan napoleon di Perairan Kepulauan Sembilan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013, dengan menggunakan metode survey lapangan. Penentuan lokasi penelitian sesuai dengan tempat nelayan melakukan penangkapan ikan napoleon yaitu daerah Marempu, Latoiya, Bungimpare dan Makodang yang berada di sekitar Pulau Sembilan. Luasan terumbu karang disekitar lokasi penelitian dihitung berdasarkan hasil interpretasi citra satellite Landsat 8 OLI yang diakuisisi pada bulan April 2013. Hasil sensus visual di wilayah Marempu dengan luas sapuan area 1,7 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 6,3 individu/ha dengan kondisi terumbu karang berdasarkan persen tutupan karang hidup berkisar antara 15-60%. Di sekitar lokasi Bungimpare dengan luas sapuan 0,9 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 5,5 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 30-60%. Wilayah Makodang dengan luas sapuan 1,3 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 0,8 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 60%. Sementara itu hasil sensus visual di wilayah Latoiya tidak ditemukan ikan napoleon.
Komunitas ikan di terumbu karang pulau semak daun kepulauan seribuMujiyanto -
Ikan karang merupakan organisme dengan jumlah biomassa terbesar dan merupakan organisme yang mencolok serta dapat ditemui pada ekosistem terumbu karang. Kelompok ikan adalah taksa terbesar dari kelompok hewan vertebrata yang berasosiasi dengan terumbu karang. Diperkirakan bahwa sebanyak 7000 jenis ikan mendiami terumbu karang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang komposisi jenis dan kelimpahan, keanekaragaman serta keseragaman ikan karang pada musim peralihan I yang biasa dikenal muson pancaroba awal tahun, di Pulau Semak Daun Kepulauan Seribu. Kegunaan penelitian adalah sebagai informasi dalam upaya pengelolaan, konservasi dan pemanfaatan ikan karang. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2009. Pengambilan data ikan karang menggunakan cara visual sensus dalam mengestimasi populasi ikan karang. Transek dipasang secara permanen pada 2 kedalaman berbeda, kisaran masing-masing kedalaman ±3-4 dan ±10-11 meter. Hasil pengamatan komunitas ikan karang didapatkan famili ikan karang yang ditemukan yaitu 13 famili yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan fungsinya (target, indikator dan mayor). Dari masing-masing kelompok tersebut kelompok ikan target ditemukan 6 famili dan 14 spesies, ikan indikator 1 famili dan 3 spesies, ikan mayor 6 famili dan 27 spesies. Nilai yang ditunjukkan oleh indeks keseragaman berada pada kisaran tingkat keseragaman jenis ikan karang yang tinggi. Tingginya tingkat keseragaman komunitas ikan karang di perairan Pulau Semak Daun, menunjukkan bahwa tidak ada spesies ikan karang yang mendominasi dengan nilai indeks dominansi di perairan pada kisaran < 0,5 (tidak ada spesies ikan yang mendominasi).
Komunitas perifiton pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau parang kepul...Mujiyanto -
Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang beradaptasi untuk hidup terendam di dalam air laut. Dari perairan Indonesia tercatat 12 spesies lamun. Ekosistem lamun memiliki asosiasi dengan berbagai kelompok organisme. Salah satu di antaranya adalah perifiton, yaitu organisme bersel tunggal yang menempel pada daun lamun. Perifiton adalah bagian dari tingkat trofik yang memiliki peranan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan perifiton pada ekosistem lamun di perairan Pulau Parang, Karimunjawa. Penelitian dilaksanakan di perairan Pulau Parang, Karimunjawa pada bulan Juni, September dan Desember 2012 di 4 (empat) stasiun pengamatan. Dari hasil pengamatan di ekosistem lamun ditemukan 62 genus perifiton. Frekuensi spesies perifiton tertinggi ditemukan di Pulau Kumbang dengan 53, sedangkan paling rendah terdapat di Pulau Kembar sebanyak 29. Spesies perifiton yang mendominasi selama pengamatan adalah Navicula sp dari kelas Bacillariophyceae. Kelimpahan perifiton tertinggi terdapat di Pulau Kumbang (237.000 individu/cm2) dan terendah di Legon Boyo (17.231 individu/cm2). Indeks biologis perifiton selama pengamatan menggambarkan bahwa indeks keanekaragaman (H’) perifiton di kawasan tersebut rendah, sedangkan indeks keseragamannya (E) yang berada dalam kondisi sedang. Indeks dominansi (C) menunjukkan bahwa ada dominansi yang tinggi di kawasan pulau Parang yang disebabkan karena adanya organisme perifiton yang berbembang lebih cepat dibandingkan perifiton lain.
Hubungan antara persentase tutupan karang dengan komunitas ikan karang di kep...Mujiyanto -
Perubahan kondisi terumbu karang yang terjadi dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap lingkungan pada umumnya dapat menyebabkan kondisi sumberdaya ikan dan biota lainnya berubah pula. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara komunitas ikan karang dengan persentase tingkat kehidupan karang di perairan Kepulauan Seribu pada 10 stasiun pengamatan. Pengamatan kesehatan terumbu karang melalui identifikasi tutupan karang dengan metode transek garis atau Line Intercept Transect (LIT). Analisa keragaman hayati ikan karang menggunakan indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi. Hasil pengamatan tentang kondisi karang hidup dan komunitas ikan karang pada 10 stasiun berkisar antara 15.00 persen sampai dengan 81.00 persen, dengan nilai persentase karang hidup tertinggi pada stasiun IX dengan lokasi DPL Utara Pulau Tidung dengan nilai 81.00 persen yang berarti daerah tersebut berada pada kategori persentase karang hidup sangat tinggi, sedangkan nilai persentase tutupan karang terendah terlihat pada stasiun VII tepatnya didaerah Pulau Semak Daun (15.00 persen). Analisis berdasarkan hasil pengamatan sensus visual terhadap komunitas ikan target, indikator dan mayor menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah diantara komunitas ikan-ikan karang terhadap tingkat keberadaan terumbu karang yang ada. Akan tetapi hubungan antara persentasse tutupan karang dengan komunitas ikan karang menunjukkan hasil bahwa peningkatan nilai persentase tutupan karang seiring dengan peningkatan jumlah komunitas ikan yang ada.
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang, kepulauan karimunjawa
1. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15) 1
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM MANGROVE
DI KAWASAN DESA PARANG, KEPULAUAN KARIMUNJAWA
Ipanna Enggar Susetya
1
*, Sutrisno Anggoro
2
, Rudhi Pribadi² dan Mujiyanto
3
¹Mahasiswa Magister Manajemen Sumberdaya Pantai, FPIK-UNDIP
²Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNDIP
³Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan, Purwakarta
*E-mail: ipanna_enggar@yahoo.co.id
Abstrak
Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove.
Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi
tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum
ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut
sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian
tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda.
Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m
2
. Indeks keanekaragaman
berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks
Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62
dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang
mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove
Kawasan Desa Parang.
Kata kunci : ekosistem mangrove, gastropoda, struktur komunitas
Pengantar
Gastropoda adalah salah satu kelas dari moluska yang hidup berasosiasi dengan ekosistem
mangrove. Gastropoda sangat mudah ditemukan di ekosistem ini karena memiliki kemampuan
adaptasi yang tinggi dalam menghadapi perubahan lingkungan mangrove (Nybakken, 1992).
Gastropoda berfungsi sebagai dekomposer di ekosistem mangrove karena berperan penting dalam
proses dekomposisi serasah (Arief, 2003). Selain itu gastropoda dapat digunakan sebagai indikator
perubahan kualitas lingkungan ekosistem mangrove karena hidup menetap dengan pergerakan
lambat sehingga dapat mencerminkan adanya perubahan lingkungan yang terjadi.
Spesies gastropoda di ekosistem mangrove banyak dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi
lingkungan. Hawkes (1978), menyatakan bahwa faktor fisika dan kimia perairan seperti pasang surut,
kedalaman, kecepatan arus, oksigen terlarut, pH dan unsur hara serta interaksi antara kedua faktor
tersebut dapat mempengaruhi kehidupan perairan.
Ekosistem mangrove di Desa Parang menyebar di beberapa wilayah misalnya di Pulau Kembar,
Legon Buaya, Batu Merah dan Ujung Bengkok. Legon Buaya, Batu Merah dan Ujung Bengkok adalah
lokasi yang berada di Pulau Parang sedangkan Pulau Kembar adalah pualu tidak berpenghuni yang
lokasinya agak jauh dari Pulau Parang. Adanya kegiatan penduduk yang tinggal di Pulau Parang
diduga dapat memberikan tekanan terhadap ekosistem mangrove. Tekanan terhadap ekosistem
mangrove dapat menyebabkan perubahan kondisi lingkungan di ekosistem mangrove. Tekanan
tersebut dapat berasal dari faktor alam maupun manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tirtakusumah (1994) yang menyatakan bahwa secara garis besar terdapat dua faktor peneyebab
kerusakan mangrove, yaitu faktor manusia dan faktor alam. Sejauh ini belum ada informasi tentang
struktur komunitas gastropoda di ekosistem mangrove Desa Parang sehingga perlu adanya kajian
terhadap struktur komunitas gastropoda di wilayah tersebut yang diharapkan dapat menjadi acuan
dalam pengelolaan.
MC-15
2. 2 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Bahan dan Metode
Waktu
Penelitian ini dilakukan di ekosistem mangrove kawasan Desa Parang, Kepulauan Karimunjawa,
Jepara. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juni-Desember 2012. Penentuan lokasi penelitian
menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan lokasi berdasarkan atas pertimbangan
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian (Sukandarrumidi, 2006). Stasiun penelitian dibagi
menjadi 4 yaitu Pulau Kembar, Legon Boyo, Batu Merah dan Ujung Bengkok (Gambar 1).
Metode
Pengambilan sampel gastropoda dilakukan menggunakan transek yang berukuran 5m x 5m. Metode
pengambilan sampel adalah adaptasi dari metode pengambilan sampel yang digunakan oleh
Sasekumar (1974); Frith et al., (1976); dan Nugroho (2002); Pribadi (2009). Sampel gastropoda yang
diambil adalah gastropodda yang terdapat dalam transek dan yang menempel pada substrat serta
semua bagian pohon mangrove meliputi akar, batang dan daun. Sampel gastropoda yang didapat
kemudian dibersihkan dan dimasukkan dalam botol sampel, kemudian diberi larutan formalin 10%
selama 24 jam setelah itu diganti dengan alkohol 70%. Jenis gastropoda kemudian diidentifikasi
dengan mengacu pada buku identifikasi moluska Dharma (2005).
Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
Parameter lingkungan yang diukur meliputi parameter fisika dan kimia. Parameter fisika meliputi suhu,
salinitas, kecerahan. Suhu diukur menggunakan termometer, salinitas menggunakan refraktometer,
dan kecerahan perairan menggunakan secchi disk. Parameter kimia perairan yang diukur meliputi pH
dan DO. Parameter pH diukur menggunakan pH meter sedangkan DO diukur dengan menggunakan
water checker. Dilakukan juga pengambilan sampel sedimen untuk dianalisis ukuran butir sedimen
dan kandungan bahan organik dengan metode Utaminingsih & Hermiyaningsih (1994).
Data gastropoda yang didapat, selanjutnya dianalisis kelimpahan (ind/m
2
) (Odum,1993), Indeks
Keanekaragaman Shannon-Weaner, Indeks Keseragaman (Krebs,1989), Indeks Dominasi Simpson
(Odum, 1993), Indeks Kesamaan Komunitas untuk membandingkan jenis gastropoda di empat lokasi
penelitian (Odum, 1993) dan Indeks Dispersi (ID) Morista (Krebs, 1989).
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ekosistem mangrove Desa Parang ditemukan 29
spesies gastropoda dari 16 famili (Tabel 1). Jumlah spesies terbanyak ditemukan di stasiun Batu
Merah yaitu 17 spesies selanjutnya berturut-turut di Legon Buaya, Ujung Bengkok dan Pulau Kembar
yaitu 14,13 dan 8 spesies. Tingginya jumlah spesies gastropoda di Batu Merah karena dibandingkan
dengan stasiun yang lain, stasiun ini juga paling banyak ditemukan spesies mangrove selain itu
kondisi parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, bahan organik dalam jumlah
yang cukup dan kondisi substrat yang mendukung untuk kehidupan gastropoda. Spesies mangrove
3. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15) 3
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
yang ditemukan di Batu Merah antara lain Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrica, Ceriops tagal,
Lumnitzera racemosa, Rhizophora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba dan
Xylocarpus moluccensis (Laporan Teknis Penelitian dan Pengembangan BP2KSI, 2013).
Tabel 1. Komposisi dan jumlah gastropoda yang ditemukan di ekosistem mangrove Desa Parang,
Kepulauan Karimunjawa.
No Famili No Spesies Stasiun
I II III IV
1 Acteonidae 1 Acteon sp. - 12 - -
2 Columbellidae 2 Atilia ocellata - - 5 23
3 Ellobiidae 3 Cassidula sowerbyana - 7 - -
4 Cassidula sulculosa - 28 - -
5 Cassidula vespertilionis - 40 - -
6 Melampus fasciatus - 1 - -
4 Cerithiidae 7 Cerithium coralium - 3 2 6
8 Cerithium kobelti 123 69 37 -
9 Clypeomorus pellucida 1 - 1 -
5 Muricidae 10 Chicoreus capucinus - 5 - -
11 Ergalatax margariticola 1 - 3 45
6 Cypraeidae 12 Cypraea bouteti - - - 2
13 Cypraea eglantina - - - 10
14 Cypraea erosa - - - 3
7 Fasciolariidae 15 Latirus polygonus 1 1 5 -
8 Littorinidae 16 Littoraria scabra 726 185 1194 2684
9 Cirridae 17 Monodonta canalifera - - 12 16
10 Neritidae 18 Nerita balteata - 4 2 23
19 Nerita insculpta - - 1 -
20 Nerita planospira 13 - 8 5
21 Nerita squamulata - - 1 2
11 Nassariidae 22 Nassarius olivaceus - - 1 -
23 Nassarius dorsatus - - 1 -
12 Melongenidae 24 Pugulina ternatana - - 3 -
13 Potamididae 25 Telescopium telescopium - 7 - -
26 Cerithidea sp. 2 46 27 -
14 Batillariidae 27 Terebralia sulcata 1 64 27 -
15 Trochidae 28 Trochus hanleyanus - - - 2
16 Costellariidae 29 Vexillium plicarium - - - 6
Jumlah spesies 8 14 17 13
Jumlah individu 868 472 1330 2827
Keterangan : - : tidak ditemukan
Jumlah spesies gastropoda yang ditemukan di ekosistem mangrove Desa Parang, Kepulauan
Karimunjawa cukup tinggi apabila dibandingkan dengan daerah lain. Jumlah ini hampir sama dengan
jumlah yang ditemukan oleh Pribadi (2009) di hutan mangrove Segara Anakan yaitu 29 jenis
gastropoda dari 10 famili. Ghasemi (2011) menemukan 28 spesies gastropoda dari 21 famili di hutan
mangrove Iran. Di kawasan rehabilitasi ekosistem mangrove Aceh Besar dan Banda Aceh ditemukan
14 spesies gastropoda (Irma, 2012). Di daerah mangrove di muara Sungai Batang Ogan Komering Ilir
4. 4 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Sumater Selatan ditemukan 10 spesies gastropoda dari 7 famili (Ernanto, 2010) sedangkan perairan
pantai Desa Tuhaha, Kecamatan Saparua ditemukan 17 genus gastropoda (Luturmas, 2009).
Gambar 2. Kelimpahan rata-rata gastropoda pada setiap stasiun di Desa Parang, Kep. Karimunjawa.
Kelimpahan rata-rata gastropoda paling tinggi berada di stasiun Ujung Bengkok (18,85 ind/m
2
).
Kelimpahan rata-rata terendah gastropoda berada di stasiun Legon Boyo (2,10 ind/m
2
) (Gambar 2).
Kelimpahan rata-rata gastropoda tertinggi di semua stasiun ditempati oleh L. Scabra. Kelimpahan
rata-rata L. scabra di Pulau Kembar, Legon Buaya, Batu Merah dan Ujung Bengkok berturut-turut
adalah 3,23; 0,82; 5,31 dan 17,89 ind/m
2
(Lampiran 1). Tingginya kelimpahan spesies L. scabra di
semua stasiun penelitian diduga karena di semua stasiun ditemukan jenis Rhizophora mucronata.
Spesies ini ditemukan hampir di seluruh bagian pohon mangrove mulai dari akar, batang sampai
daun. L. scraba juga termasuk spesies yang mudah beradaptasi dengan lingkungan terutama dalam
kondisi kering. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suwondo (2005) pada hutan
mangrove di Pulau Sipora yang menyatakan bahwa kelimpahan tertinggi ditemukan untuk jenis L.
scraba karena spesies ini cenderung berasosiasi dengan mangrove jenis Rhizopora dan memiliki
daya adaptasi terhadap kekeringan serta penyebaran yang luas. Budiman dan Darnaedi (1982) juga
menyatakan bahwa, L. scraba adalah jenis gastropoda yang mudah menyesuaikan diri dan memiliki
toleransi yang luas seperti tahan kering dan jenis ini dapat menghindar dari air pasang.
Tabel 2. Rata-rata hasil pengukuran faktor fisika dan kimia lingkungan.
Parameter Stasiun
I II III IV
Suhu Udara (°C) 29,36 29,53 29,65 29,74
Suhu Air (°C) 29,19 29,26 30,11 29,96
Kecerahan (m) 0,32 0,37 0,23 0,38
Salinitas (‰) 31,89 31,49 31,37 32,00
pH Air 7,72 7,51 7,77 7,86
DO (mg/l) 6,12 6,29 6,56 6,81
3.86
2.10
5.91
18.85
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
P. Kembar Legon Boyo Batu Merah Ujung Bengkok
Ind/m2
Lokasi Penelitian
5. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15) 5
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Gambar 3. Rata-rata kandungan bahan organik di setiap stasiun penelitian,
Hasil pengukuran parameter lingkungan seperti suhu air, suhu udara, salinitas, pH dan DO pada
keempat stasiun penelitian memiliki nilai yang hampir sama sehingga parameter lingkungan ini tidak
terlalu mempengaruhi perbedaan kelimpahan dan komposisi gastropoda (Tabel 3). Parameter
lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap perbedaan kelimpahan dan komposisi gastropoda
adalah kandungan bahan organik dan kondisi substrat. Kandungan bahan organik tertinggi berada di
stasiun Legon Buaya kemudian berturut-turut Pulau Kembar, Batu Merah dan Ujung Bengkok
(Gambar 3). Kandungan bahan organik yang tinggi dan kondisi substrat yang berlumpur di Legon
Boyo menyebabkan jenis-jenis gastropoda yang hidup di stasiun ini adalah jenis yang menyukai
habitat berlumpur seperti Telescopium telescopium, Cerithidea sp., dan Terebralia sulcata. Spesies
gastropoda yang tidak hidup di substrat lumpur seperti jenis dari famili Neritidae kelimpahannya
rendah dan hanya ditemukan spesies Nerita balteata. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman dan
Darnaedi (1982) yang menyatakan bahwa spesies gastropoda dari famili Potamididae menyukai
habitat yang bersubstrat lumpur, berair dan terbuka. Nerita sp. adalah spesies yang kurang toleran
terhadap substrat lumpur serta banyak ditemukan menempel pada akar dan batang yang masih
tergenang air (Suwondo, 2005). Kandungan bahan organik rendah dan kondisi substrat yang berpasir
di Ujung Bengkok menyebabkan spesies L. scabra kelimpahannya sangat tinggi di stasiun ini. Spesies
ini sering ditemukan menempel di akar batang dan daun mangrove yang berada di atas permukaan
air.
Gambar 4. Kondisi substrat di setiap stasiun penelitian
Hasil analisa pola sebaran gastropoda menunjukkan bahwa, secara umum gastropoda di semua
stasiun penelitian memiliki pola sebaran mengelompok (clumped). Pola sebaran acak (random)
terdapat pada spesies Cerithidea sp. di stasiun Pulau Kembar, Cerithium coralium di stasiun Legon
8.77%
32.63%
7.85%
2.04%
Pulau Kembar Legon Buaya Batu Merah Ujung Bengkok
14.74% 18.33% 18.46% 13.21%
78.33% 74.26% 76.23% 81.98%
5.11% 5.74% 4.25% 4.44%
1.81% 1.67% 1.06% 0.37%
P. Kembar Legon Boyo Batu Merah Ujung Bengkok
Lempung
Lanau
Pasir
Kerikil
6. 6 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Buaya, Cypraea erosa di Ujung Bengkok (Lampiran 2). Mengelompoknya jenis gastropoda diduga
karena sifatnya yang hidup bergerombol, seragam dan menempel pada satu tempat sepanjang waktu
(Suwondo, 2005).
Hasil analisa indeks keanekaragaman menunjukkan bahwa keanekaragaman berkisar antara 0,35–
1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks keanekaragaman tertinggi
berada di stasiun Legon Buaya sedangkan yang terendah di stasiun Ujung Bengkok. Nilai Indeks
Keseragaman termasuk masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara
0,12–0,62. Sama dengan indeks keanekaragaman, nilai indeks keseragaman tertinggi daan terendah
juga berada di stasiun Legon Buaya dan Ujung Bengkok. Kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84
masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Spesies yang mendominasi di semua
stasiun peneltian adalah spesies L. scabra. Mendominasinya spesies ini, selain karena vegetasi
mangrove yang banyak ditemukan jenis Rhizophora mucronata juga karena kondisi substrat yang
berkerikil dan berpasir. Jenis mangrove Rhizophora mucronata di stasiun penelitian ini tumbuh di
bagian terluar pulau dan berhadapan langsung dengan laut sehingga kandungan substrat di semua
stasiun penelitian banyak mengandung kerikil dan pasir. Sanpanich et al. (2004) dalam penelitiannya
tentang distribusi famili Littorinidae di Thailand menemukan bahwa spesies L. scabra banyak
ditemukan di pantai berbatu, seawall dan daerah mangrove yang ditumbuhi mangrove jenis R.
mucronata, R. apiculata, A. alba, A. marina dan S. griffithii .
Tabel 3. Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominasi gastropoda.
Indeks
Stasiun
I II III IV
Keanekaragaman 0,46 1,45 0,62 0,35
Keseragaman 0,29 0,62 0,24 0,12
Dominasi 0,82 0,50 0,82 0,91
Berdasarkan hasil analisa kesamaan komunitas menunjukkan bahwa, stasiun yang memiliki nilai
Indek Kesaman Komunitas yang paling tinggi adalah stasiun I (P. Kembar) dan stasiun III (Batu
Merah). Nilai indeks terendah adalah nilai antara stasiun II (Legon Buaya) dan IV (Ujung Bengkok).
Nilai Indeks Kesamaan yang tinggi menunjukkan bahwa jenis gastropoda yang ditemukan di kedua
stasiun penelitian relatif sama. Terdapat 8 spesies gastropoda yang sama ditemukan di P. Kembar
dan Batu Merah yaitu, Cerithium kobelti, Clypeomorus pellucida, Ergalatax margariticola, Latirus
polygonus, Littoraria scabra, Nerita planospira, Cerithidea sp. dan Terebralia sulcata. Antara stasiun
Legon Boyo dan Ujung Bengkok hanya ditemukan 3 spesies gastropoda yang sama yaitu, Cerithium
kobelti, Littoraria scabra dan Nerit balteata. Semakin banyak jenis yang sama di kedua lokasi tersebut
maka akan semakin besar juga nilai Indeks Kesamaan Komunitas antara kedua lokasi tersebut
(Krebs, 1989).
Tabel 4. Indeks kesamaan komunitas.
Staiun
I II III IV
I X
45,45 64,00 28,57
II X
45,16 22,22
III X
53,33
IV
X
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Di ekosistem mangrove Desa Parang ditemukan 29 spesies dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan
rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m
2
. Indeks keanekaragaman berkisar antara
0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk
7. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15) 7
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks
Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi.Perbedaan
komposisi jenis, kelimpahan dan adanya spesies yang mendominasi diduga karena perbedaan jenis
mangrove, bahan organik dan kondisi substrat.
Saran
Perlu dilakukan penelitian yang berkelanjutan pada bulan-bulan yang lain tentang komposisi jenis dan
struktur komunitas gastropoda yang nantinya diharapkan akan menggambarkan kondisi habitat
gastropoda yang sebenarnya dan diharapkan juga akan berguna untuk pengelolaan lingkungan dalam
jangka panjang pada ekosistem mangrove Desa Parang, Karimunjawa, Jawa Tengah.
Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai penelitian pemulihan dan
konservasi sumberdaya ikan (BP2KSI), Beasiswa Unggulan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
yang telah memberikan beasiswa sehingga saya bisa melanjutkan pendidikan serta semua pihak
yang telah membantu.
Daftar Pustaka
Arief, A. M. P. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.
Budiman, A.& D. Darnaedi. 1982. Struktur Komunitas Moluska di Hutan Mangrove Morowali, Sulawesi
Tengah. Prosiding Seminar II Ekosistem Mangrove di Baturraden.
Dharma. 2005. Recent & Fossil Indonesian Shells. ConchBooks. Germany. 423.
Ernanto, R., F. Agustriani & R. Aryawa. 2010. Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem
mangrove di Muara Sungai Batang Ogan Komering Ilir Sumatera selatan. Maspari Journal 1:77-
82.
Frith, D.W., R. Tantanasiriwong, & O. Bhatia. 1976. Zonation of macrofauna on a mangrove shore,
Phuket Island. Phuket Marine Biological Center Res. Bull 10: 1-37.
Ghasemi, S., M. Zakaria & N. Mola Hoveizeh. 2011. Abundance of Molluscs (Gastropods) At
Mangrove Forests of Iran. Journal of America Science 7(1).
Hawkes, Y. 1978. Invertebrate As Indikator of River Water Quality In A. James and I. Evinson (Eds).
Biological Indicator of Water Quality. John Wiley and Sons. Toronto. 123.
Irma, D. & Karina Sofyatuddin. 2012. Diversity of Gastropods and Bivalves in mangrove ecosystem
rehabilitation areas in Aceh Besar and Banda Aceh districts, Indonesia. Aquaculture, Aquarium,
Conservation & Legislation OPEN ACCESS International Journal of the Bioflux Society 5(2): 55-
59.
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Herper and Row Publisher, New York, 694.
Laporan Teknis Penelitian dan Pengembangan BP2KSI. 2013. Kajian Ekosistem Sumberdaya
Perikanan di Kawasan Konservasi Perairan kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. BP2KSI,
Purwakarta. 286.
Luturmas, A. 2009. Studi ekologi komunitas gastropoda pada daerah mangrove Di Perairan Pantai
Desa Tuhaha, Kecamatan Saparua. Jurnal TRITON 5(2): 11-18.
Nugroho, A. 2002. Struktur dan komosisi vegetasi serta struktur molluska di hutan mangrove Muara
Sungai Ajkwa dengan Nuara Sungai Kamora, Kabupaten Mimika, Papua, Laporan Penelitian.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang. 76.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologi. P.T. Gramedia. Jakarta. 459.
8. 8 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gramedia, Jakarta, 697.
Pribadi, R., Retno, H dan Chrisna, A.S. 2009. Komposisi jenis dan distribusi gastropoda di kawasan
hutan mangrove Segara Anakan Cilacap. Ilmu Kelautan 14(2): 102-111.
Sasekumar, A. 1974. Distribution of macrofauna on a Malayan Mangrove Shore. The Journal of
Animal Ecology 43: 51-69.
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Suwondo, E. Febrita dan F. Sumanti. 2006. Struktur komunitas gastropoda pada hutan mangrove di
Pulau Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat. Skripsi. Pendidikan Biologi
Jurusan PMIPA FKIP. Universitas Riau. Pekanbaru.
Tirtakusumah, R. 1994. Pengelolaan Hutan Mangrove Jawa Barat dan Beberapa Pemikiran untuk
Tundak Lanjut. Dalam Prosiding Seminar V Ekosistem Mangrove i Jember, 2-6 Agustus 1994.
Utaminingsih, S., Jaya, dan Hermiyaningsih. 1994. Pedoman Analisis Kualitas Air dan Tanah Sedimen
Perairan Payau. BBAP. Jepara. 36–38.
Tanya Jawab
-
Lampiran
Lampiran 1. Kelimpahan rata-rata spesies gastropoda yang ditemukan di ekosistem mangrove
Desa Parang, Kepulauan Karimunjawa.
No Famili No Spesies Stasiun
I II III IV
1 Acteonidae 1 Acteon sp. - 0,05 - -
2 Columbellidae 2 Atilia ocellata - - 0,02 0,15
3 Ellobiidae 3 Cassidula sowerbyana - 0,03 - -
4 Cassidula sulculosa - 0,12 - -
5 Cassidula vespertilionis - 0,18 - -
6 Melampus fasciatus - 0,00 - -
4 Cerithiidae 7 Cerithium coralium - 0,01 0,01 0,04
8 Cerithium kobelti 0,55 0,31 0,16 -
9 Clypeomorus pellucida 0,00 - 0,00 -
5 Muricidae 10 Chicoreus capucinus - 0,02 - -
11 Ergalatax margariticola 0,00 - 0,01 0,30
6 Cypraeidae 12 Cypraea bouteti - - - 0,01
13 Cypraea eglantina - - - 0,07
14 Cypraea erosa - - - 0,02
7 Fasciolariidae 15 Latirus polygonus 0,00 0,00 0,02 -
8 Littorinidae 16 Littoraria scabra 3,23 0,82 5,31 17,89
9 Cirridae 17 Monodonta canalifera - - 0,05 0,11
10 Neritidae 18 Nerita balteata - 0,02 0,01 0,15
19 Nerita insculpta - - 0,00 -
20 Nerita planospira 0,06 - 0,04 0,03
9. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15) 9
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
21 Nerita squamulata - - 0,00 0,01
11 Nassariidae 22 Nassarius olivaceus - - 0,00 -
23 Nassarius dorsatus - - 0,00 -
12 Melongenidae 24 Pugulina ternatana - - 0,01 -
13 Potamididae 25 Telescopium telescopium - 0,03 - -
26 Cerithidea sp. 0,01 0,20 0,12 -
14 Batillariidae 27 Terebralia sulcata 0,00 0,28 0,12 -
15 Trochidae 28 Trochus hanleyanus - - - 0,01
16 Costellariidae 29 Vexillium plicarium - - - 0,04
Jumlah 3,86 2,10 5,91 18,85
Lampiran 2. Pola sebaran gastropoda yang ditemukan di ekosistem mangrove Desa Parang,
Kepulauan Karimunjawa.
No Jenis
ID
I II III IV I II III IV
1 Acteon sp. - 1,41 - - - C - -
2 Atilia ocellata - - 1,20 1,27 - - C C
3 Cassidula sowerbyana - 3,00 - - - C - -
4 Cassidula sulculosa - 1,45 - - - C - -
5 Cassidula vespertilionis - 1,60 - - - C - -
6 Melampus fasciatus - - - - - - - -
7 Cerithium coralium - 0,00 3,00 1,40 - R C C
8 Cerithium kobelti 1,26 1,57 1,49 - C C C -
9 Clypeomorus pellucida - - - - - - - -
10 Chicoreus capucinus - 1,80 - - - C - -
11 Ergalatax margariticola - - 3,00 1,45 - - C C
12 Cypraea bouteti - - - 3,00 - - - C
13 Cypraea eglantina - - - 3,00 - - - C
14 Cypraea erosa - - - 0,00 - - - R
15 Latirus polygonus - - 1,20 - - - C -
16 Littoraria scabra 1,02 1,18 1,00 1,03 C C C C
17 Monodonta canalifera - - 1,55 1,30 - - C C
18 Nerita balteata - 1,00 0,00 2,10 - C C C
19 Nerita insculpta - - - - - - - -
20 Nerita planospira 1,08 - 0,96 1,20 C - C C
21 Nerita squamulata - - - 3,00 - - - C
22 Nassarius olivaceus - - - - - - - -
23 Nassarius dorsatus - - - - - - - -
24 Pugulina ternatana - - 1,00 - - - C -
25 Telescopium telescopium - 1,29 - - - C - -
26 Cerithidea sp. 0,00 1,76 1,92 - R C - -
27 Terebralia sulcata - 1,03 1,80 - - C C -
28 Trochus hanleyanus - - - 3,00 - - - C
29 Vexillium plicarium - - - 2,00 - - - C
Keterngan : C: Mengelompok (Clumped)
R: Acak (Random)