SlideShare a Scribd company logo
Reprint:
JURNALILMU-ILMUPERAIRANDANPERIKANANINDONESIA
ISSN 0854-3194
Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1
Halaman 61 – 66
Bio-Ecologi Kerang Lamis (Meretrix meretrix)
di Perairan Marunda
(Bio-ecology of Lamis (Meretrix meretrix) from Marunda Coast)
Isdradjat Setyobudiandi, Eddy Soekendarsih, Yon Vitnerdan Rini Setiawati
Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor - Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Wing C, Lantai 4 - Telepon (0251)
622912, Fax. (0251) 622932. E-mail : jippi@centrin.net.id
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional No. 22/DIKTI/Kep /2002 tanggal 8
Mei 2002 tentang Hasil Akreditasi Jurnal Ilmiah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2002, Jurnal Ilmu-ilmu Perairan
dan Perikanan Indonesia (JIPPI) diakui sebagai jurnal nasional terakreditasi.
61
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix)
DI PERAIRAN MARUNDA
(Bio-ecology of Lamis (Meretrix meretrix) from Marunda Coast)
Isdradjat Setyobudiandi1
, Eddy Soekendarsih1
, Yon Vitner
1
, dan Rini Setiawati
1
ABSTRAK
Kerang lamis (Meretrix-meretrix) termasuk sumberdaya moluska (kelompok bivalva) yang bernilai e-
konomi tinggi. Namun demikian kegiatan penangkapan dari sedian stok alami di perkirakan telah menyebab-
kan terjadinya penurunan populasi kerang lamis. Kondisi ini diperparah dengan perubahan kualitas lingkung-
an yang semakin memprihatinkan. Untuk itu diperlukan suatu kajian tentang upaya pengelolaan yang dapat
menjamin kelangsungan sumberdaya M. meretrix melalui pendekatan ekobiologi. Pendekatan yang diguna-
kan adalah analisis ekologi kuantitatif (keseragaman, keragaman, dominansi), analisis biostratigrafi dan anali-
sis populasi dengan program FISAT II. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebaran lamis mengikuti pola
sebaran BOD, salinitas, karbon organik dan tingkat kekeruhan. Secara umum kerang terbagi menjadi lima
kelompok ukuran, dengan kepadatan tertinggi pada ukuran 32.08-33.23 mm. Sedangkan panjang takhingga
adalah 48.90 mm (L∞) dengan laju pertumbuhan 1 (K).
Kata kunci: lamis (Meretrix-meretrix), panjang takhingga, keragaman, keseragaman, dominansi, biostrati-
grafi, pertumbuhan.
ABSTRACT
Lamis (Meretrix meretrix) is one of the mollusk group that has a high economical value in the market.
But, uncontrolled exploitation in nature can cause the population of lamis is declines and these condition also
support by decrease and poor environmental quality. It is needed one management and strategy to
maintenance the population of lamis in the nature, by using eco-biological method. Analysis that used in
these research such as quantitat ive ecology (heterogeneity, equitability, dominance), biostratigraphy analysis
and population analysis was performed by using FISAT II program. The result shows that the lamis
distribution follow BOD, salinity, organic carbon in substrate, and turbidity trend dispersion. In general the
shell divides into five groups with the highest population of 32.08-33.23 mm in site. While the infinity length
is 48.90 mm (L∞) with growth rate is 1 (K).
Key words: lamis (Meretrix-meretrix), infinity length, heterogeneity, equitability, dominance, biostratigra-
phy, growth.
PENDAHULUAN
Meretrix meretrix termasuk salah satu bi-
valvia yang bernilai ekonomis tinggi. Di bebe-
rapa tempat M. meretrix menjadi sumber peng-
hasilan bagi penduduk sekitar. Kerang M. me-
retrix dikenal dengan beberapa nama lokal se-
perti kerang susu, kerang putih, kerang lamis.
Beberapa lokasi penangkapan kerang M. mere-
trix yaitu Pandeglang, Banten, Teluk Jakarta,
Tuban dan Gresik, Pantai timur Sumatera, Sela-
tan Sulawesi dan Kalimantan.
Salah satu lokasi penangkapan dan budi-
daya jenis kerang M. meretrix adalah di daerah
perairan Marunda, namun pemanfaatannya ma-
sih terasa kurang dibandingkan jenis bivalvia
lainnya seperti kerang hijau dan kerang darah
karena dianggap kurang ekonomis.
Keberadaan dan distribusi M meretrix di-
pengaruhi oleh keadaan lingkungan dan tingkat
eksploitasi. Kondisi lingkungan yang rusak ka-
rena berbagai kegiatan manusia seperti pembu-
kaan lahan dan kegiatan tambak serta efek kegi-
atan urban (perkotaan) mengakibatkan menu-
runnya daya dukung lingkungan. Di Pande-
glang selama lima tahun terakhir terjadi penu-
runan ukuran kerang yang dipanen masyarakat.
Di Jakarta perubahan distribusi terjadi karena
pengaruh aktifitas daratan dan penurunan mutu
kualitas air.
Melihat kondisi seperti di atas perlu dila-
kukan upaya pengelolaan dengan strategi pe-
1
Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
62 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 61-66
manfaatan yang tepat seperti pembatasan waktu
dan ukuran tangkap. Mengingat terbatasnya lo-
kasi penyebaran kerang M meretrix, beberapa
informasi yang diperlukan untuk itu adalah in-
formasi spasial tentang keberadaan biota dan
densitasnya agar kelestarian dan keberlanjutan
sumberdaya kerang di lokasi tersebut dapat di-
wujudkan. Informasi yang didapatkan ini diha-
rapkan dapat menambah informasi tentang mo-
luska jenis bivalvia, kerang M meretrix khusus-
nya untuk melakukan pengelolaan secara lestari
dan berkelanjutan.
Dalam mengembangkan konsep pengelo-
laan yang mempertimbangkan upaya pemanfa-
atan adalah melalui pengkajian informasi biolo-
gi dan ekologi Meretrix. Penelitian ini bertuju-
an untuk melihat struktur Biologi-Ekologi ke-
rang susu Meretrix dari perairan Marunda.
BAHAN DAN METODE
Lokasi pengambilan contoh ditentukan
secara purposive (terpilih) yaitu di muara Su-
ngai Blencong di Jakarta. Lokasi yang dipilih
yaitu daerah yang memiliki perbedaan karakte-
ristik akibat pengaruh dari luar. Lokasi berada
di sekitar kawasan industri (KBN - Kawasan
Berikat Nusantara) dan di sekitar pemukiman
penduduk.
Pengambilan contoh dilakukan secara
berlapis pada 6 transek dengan 18 titik pengam-
bilan contoh. Tiga transek mewakili lokasi pe-
mukiman dan tiga transek mewakili lokasi in-
dustri (KBN). Lokasi pengambilan contoh di-
batasi oleh kawasan Sungai Blencong. Pemi-
sahan kedua kelompok lokasi pengambilan con-
toh ini didasarkan pada pemikiran bahwa terda-
pat pengaruh yang berbeda terhadap populasi
(kepadatan dan pertumbuhan) kerang M. mere-
trix akibat perbedaan pengaruh yang terjadi.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perangkat pengambilan contoh kualitas
air meliputi alat titrasi, botol kemerer, dan Pe-
tersen dredge. Bahan yang di gunakan adalah
bahan pengawet (formalin dan lugol). Contoh
air dianalisis secara insitu dan eksitu. Analisa
eksitu dilakukan di Laboratorium Fisik-Kimia
Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan dan Lingkungan FPIK-
IPB. Sedangkan contoh biota M. meretrix dia-
nalisis di Laboratorium Manajemen Sumberda-
ya Perikanan, Departemen MSP, FPIK IPB.
Kualitas perairan dianalisis dengan meng-
gunakan Sidik Komponen Utama (Principal
Component Analisis) (Legendre and Legendre,
1983). Analisis parameter biologi meliputi ana-
lisis kelompok ukuran kerang dan pertumbuhan
dengan program FISAT II melalui pendekatan
Bathacharya, dan Pencaran Von Bartalanffy
(Pauly, 2002). Sedangkan analisis ekologi di-
antaranya kepadatan spasial, serta hubungan pa-
rameter dengan kepadatan spasial M. meretrix.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Perairan
Suhu di sekitar pemukiman berkisar 28-
30 o
C dan industri 29-31 o
C. Pola distribusi ho-
risontal suhu pada pemukiman dan industri
memperlihatkan pola peningkatan. Salinitas
perairan relatif rendah berkisar antara 15-25 %.
Salinitas di sekitar pemukiman penduduk berki-
sar antara 17-25 % sedangkan di sekitar industri
15-24 %. Rendahnya salinitas terjadi karena
percampuran masa air tawar yang dibawa Su-
ngai Blencong. Arus di pemukiman berkisar
antara 0.05-0.27 m/dt dan di industri 0.05-0.17
m/dt. Sedangkan kedalaman perairan antara
0.60-1.55 m di pemukiman dan 0.90-1.63 m di
sekitar industri KBN.
Kekeruhan perairan juga cukup bervaria-
si, terutama sekitar kawasan pemukiman yaitu
15.0-34.5 mhos/dt, dan di sekitar industri berki-
sar antara 7.1-21.5 mhos/dt. Kekeruhan yang
tinggi terjadi karena air tawar yang membawa
bahan-bahan tersuspensi kemuara Sungai Blen-
cong cukup besar. Arus dan kedalaman perair-
an tidak terlalu bervariasi di kedua lokasi terse-
but. Sedangkan kandungan karbon organic ter-
lihat cukup bervariasi. Kandungan C-organik
berkisar antara 0.30-1.08 mg/l di sekitar kawas-
an pemukiman dan 0.20-3.38 mg/l di sekitar ka-
wasan industri.
Kisaran pH antara 6.5-7.5 dan tidak ter-
dapat perbedaan yang nyata antara kedua
lapisan yang diamati. Sementara itu kandungan
oksigen terlarut mencapai 2.01-9.24 mg/l. Kan-
dungan oksigen terlarut di kawasan pemukiman
cenderung lebih rendah yaitu 2.01-5.22 mg/l di-
bandingkan kawasan dekat industri KBN yang
mencapai 3.21-9.00 mg/l.
Kandungan organik biologi (BOD) berki-
sar antara 3.01-16.06 mg/l. Kandungan BOD di
Setyobudiandi, I., E. Soekendarsih, Y. Vitner dan R. Setiawati, Bio-ecology Kerang Lamis . . . 63
sekitar pemukiman berkisar antara 4.82-16.06
mg/l dan di sekitar industri antara 3.01-7.03
mg/l. Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) terli-
hat lebih tinggi dari BOD. COD di sekitar pe-
mukiman berkisar antara 8.78-57.26 mg/l dan
sekitar industri mencapai 8.78-20.90 mg/l.
Analisis statistika memperlihatkan bahwa
kondisi kualitas perairan pada kedua lokasi ter-
sebut secara umum tidak berbeda nyata dengan
(p<0.05). Walaupun terdapat perbedaan tapi se-
cara umum kawasan di sekitar pemukiman dan
industri tidak berbeda dilihat dari kondisi kua-
litas perairannya.
Sidik komponen utama secara umum meng-
gambarkan bahwa parameter BOD, C organik, sa-
linitas dan kekeruhan sangat berperan terhadap
penyebaran kerang M. meretrix. BOD serta ke-
keruhan terlihat sangat dominan mempengaruhi
kepadatan pada stasiun 2 dan 3 di kawasan in-
dustri (Gambar 1).
S u h u
p H
K e d a l a m a n
Arus
D O
k e c e r a h a n
salinitas
k e k e r u h a n
B O D
C O D
TSS
Pasir
D e b u
L i a t
C-organik
D i s t r i b u s i s p a s i a l
K e p a d a t a n
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
-0.5 -0.3 -0.1 0.1 0.3 0.5
F1 (39,6%)
F2(32,6%)
6
5
4
3
2
1
- 0 . 8
- 0 . 6
- 0 . 4
- 0 . 2
0
0 . 2
0 . 4
0 . 6
0 . 8
- 0 . 6 -0.4 -0.2 0 0.2 0 . 4 0.6
F1 (39,6%)
F2(32,6%)
Gambar 1. Karakter Parameter Lingkungan di Lokasi Pengamatan.
Struktur Ekologi Kerang Susu
Total kepadatan pada tiap stasiun tidak
menunjukkan perbedaan yang terlalu besar, ke-
padatan terendah terdapat pada stasiun 3 ka-
wasan industri yaitu 579 ind/m2
. Sedangkan ke-
padatan tertinggi terdapat pada stasiun 2 di se-
kitar kawasan pemukiman yaitu 1381 ind/m2
.
Kepadatan M. meretrix yang berbeda pada ma-
sing-masing daerah, yaitu untuk daerah pemu-
kiman 344.33 ind/m2
dan 482.67 ind/m2
untuk
daerah industri. Kepadatan daerah industri lebih
tinggi dibandingkan kepadatan daerah pemu-
kiman.
Nilai Indeks penyebaran menjelaskan po-
la penyebaran M. meretrix baik pada masing-
masing stasiun, tiap daerah/lapisan maupun se-
cara keseluruhan di perairan Marunda, Teluk
Jakarta seperti disajikan pada Tabel 1.
Pola penyebaran M. meretrix pada ma-
sing-masing stasiun, menurut lapisan dan kese-
luruhan di Perairan Marunda, Teluk Jakarta me-
ngikuti pola penyebaran mengelompok. Menu-
rut Setyawati (1986) di Panimbang dan Siswan-
toro (2002) di Pantai Jenu, Tuban distribusi M.
meretrix umumnya mengelompok. Berdasarkan
pola pengelompokan kerang M.meretrix di Ja-
karta dengan daerah lainnya. maka disimpulkan
bahwa terdapat pola yang sama dari distribusi
kerang M.meretrix yang terdapat di Jakarta.
Tabel 1. Indeks Dispersi Morisita M. meretrix
Lapisan Stasiun
Kepa-
datan
Total
(ind/m2
)
Pan-
jang
Rata-
rata
Id Keterangan
I 1.162 32.12 1.08 Mengelompok
II 940 32.57 1.01 MengelompokPemukiman
III 579 26.31 1.02 Mengelompok
I 1.215 32.80 1.02 Mengelompok
II 1.381 32.61 1.06 MengelompokIndustri
III 963 32.78 1.04 Mengelompok
Sumber: Data Primer (2003)
Variasi jumlah dan kepadatan tersebut di-
pengaruhi faktor lingkungan dan eksploitasi
manusia. Faktor lingkungan yang paling berpe-
ngaruh terhadap penyebaran atau distribusi ke-
64 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 61-66
rang lamis adalah kecerahan, DO, suhu, TSS,
kedalaman, jenis substrat dan C-organik.
Substrat dan kandungan bahan organik
(C-organik) biota juga berhubungan dengan ke-
tersediaan makanan yang menjadi kebutuhan-
nya. Hampir seluruh hasil Id (Indeks Dispersi
Morisita) M. meretrix yang menunjukkan pola
mengelompok memiliki nilai yang cenderung
kecil (mendekati 1), hal tersebut berarti kerang
jenis M. meretrix memiliki pola sebaran yang
luas di daerah penelitian ini. Penyebaran yang
luas dapat disebabkan spesies ini tidak terlalu
memilih tempat hidupnya atau dapat hidup di-
mana saja, namun masih dalam intensitas batas
kemampuan M. meretrix.
Distribusi Spasial Kerang Susu
Distribusi spasial kerang Meretrix dapat
dilihat dari beberapa karakteristik dan tingkah
laku kerang terhadap lingkungaannya. Berda-
sarkan kelompok ukurannya, asosiasi dengan
kondisi lingkungan dan profil menegak terha-
dap garis pantai, secara umum profil distribusi
spasial M. meretrix disajikan pada skema dalam
Tabel2.
Tabel 2. Profil Distribusi Spasial M. meretrix di
Kawasan Industri.
Kawasan
Industri
Jarak
10m 25m 15m
st1 st2 st3 offshore
Profil Pantai
Kepadatan 1162 940 579 Turun
BOD 5,22 5,36 4,48 Fluktuasi naik
C-Organik 1,32 0,32 0,81 Fluktuasi turun
Salinitas 21,17 22,17 24 Naik
Kekeruhan 14,5 12,77 9,57 Turun
Sumber: Analisis Data Primer, 2003
Dari profil menegak untuk daerah indus-
tri terlihat bahwa distribusi salinitas berbanding
terbalik dengan distribusi kerang lamis. Pening-
katan salinitas menyebabkan menurunnya kepa-
datan populasi kerang. Pola yang sama juga
terjadi di tingkat kekeruhan perairan. Sementa-
ra itu profil BOD memiliki pola yang terbalik
dengan C- organik.
Dari profil spasial untuk daerah pemu-
kiman (Tabel 3) terlihat bahwa kandungan
BOD, kekeruhan dan C-Organik memiliki pola
yang sama dengan sebaran kepadatan kerang M.
meretrix. Sedangkan Salinitas memiliki pola
yang berlawanan dengan sebaran kepadatan.
Beberapa informasi penting yang didapat yaitu
terjadinya peningkatan kepadatan dalam hu-
bungannya dengan peningkatan BOD, kekeruh-
an dan C-Organik. Sebaliknya peningkatan ke-
padatan terjadi dengan adanya penurunan Sali-
nitas.
Tabel 3. Profil Distribusi Spasial M. meretrix di
Kawasan Pemukiman.
Kawasan
Pemukiman
Jarak
10m 15m 15m
st1 st2 st3 offshore
Profile Pantai
Kepadatan 1215 1381 963 Fluktuasi naik
BOD 7,16 11,31 7,23 Fluktuasi naik
C-Organik 0,43 0,63 0,59 Fluktuasi naik
Salinitas 20,5 19,67 21,33 Fluktuasi turun
Kekeruhan 20,42 22,5 19 Fluktuasi naik
Sumber: Analisis Data Primer (2003)
Terlihat bahwa peran salinitas sangat me-
nentukan penyebaran populasi M meretrix. Ke-
rang lamis tidak bisa berkembang baik pada sa-
linitas tinggi, dan selalu ada pencampuran masa
air tawar sehingga umumnya ditemukan diseki-
tar daerah muara sungai dengan masukan keke-
ruhan perairan yang tinggi.
Biologi Populasi Kerang Meretrix-meretrix
Klasifikasi kerang lamis (M. meretrix)
menurut Abbot (1974) adalah:
Filum:Moluska
Klas: Bivalvia
Subklas:Heterodonta
Ordo: Veneroida
Superfamili: Veneroidea
Famili: Veneridae
Subfamili: Meretricinae
Genus: Meretrix
Species: Meretrix spp
Nateewathana (1994) menyatakan ada-
pun ciri-ciri morfologi Meretrix meretrix antara
lain: memiliki cangkang yang tipis, licin, berki-
lap, ujung belakang panjang dan beberapa datar,
tubuh berbentuk menyerupai telur, bagian umbo
yang besar, pada bagian tengah anterior meng-
gembung dan bagian depan yang ramping, per-
Setyobudiandi, I., E. Soekendarsih, Y. Vitner dan R. Setiawati, Bio-ecology Kerang Lamis . . . 65
mukaan halus, palial sinus dalam, warna berva-
riasi, dengan bagian anterior yang berwarna pu-
tih.
M. meretrix merupakan jenis kerang yang
secara umum hidup tersebar luas di sepanjang
pantai berpasir halus dan dibudidayakan secara
intensif dibeberapa daerah laut dangkal dan ter-
buka dengan jenis substrat berupa pasir (Davy
dan Graham, 1982). M. meretrix termasuk filter
feeder karena memiliki siphon yang pendek
yang tidak mampu menjulurkan siphon pendek
tersebut keluar dari lapisan permukaan untuk
menyaring makanan jika hidupnya di tempat
yang lebih dalam (Setyawati, 1986).
Kelompok ukuran
Analisis kelompok ukuran kerang M. me-
retrix pada kedua kategori lapisan di Marunda
memberikan 5 kelas ukuran. Pola sebaran ke-
lompok ukuran di kawasan pemukiman disaji-
kan pada Gambar 2.
Gambar 2. Pola Sebaran Ukuran Lamis di Ka-
wasan Pemukiman.
Berdasarkan program FISAT II, rata-rata
pada setiap kelompok ukuran di kawasan pemu-
kiman di sajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-Rata Ukuran pada Setiap Kelom-
pok Ukuran di Kawasan Pemukiman.
Kelompok
Ukuran
Rata-rata
Kelompok
Ukuran
Lamis
Simpangan
Baku
Ukuran
Contoh
SI
1 21.74 1.06 23 -
2 27.42 2.14 660 3.55
3 32.08 1.80 1 140 2.37
4 36.72 1.73 339 2.63
5 41.04 1.42 37 2.74
Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa
kepadatan terbesar pada kelompok umur 32.08
mm yang berjumlah 1140 ekor kerang. Dapat
diduga bahwa kelompok ukuran optimal untuk
eksploitasi (optimum harvesting) pada kelom-
pok ukuran 32 mm keatas. Rendahnya kepa-
datan pada kelompok ukuran yang lebih besar
dapat disebabkan oleh kegiatan penangkapan
kerang yang cenderung mengambil ukuran ke-
rang yang lebih besar untuk panen. Sehingga
yang tersisa di alam menjadi lebih sedikit. Se-
baran kelompok ukuran di kawasan Industri di-
sajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Pola Sebaran Ukuran Lamis di Ka-
wasan Industri.
Berdasarkan program FISAT II, rata-rata
pada setiap kelompok ukuran di kawasan
industri disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-Rata Ukuran pada Setiap Kelom-
pok Ukuran di Kawasan Industri.
Kelompok
Ukuran
Rata-rata
Kelompok
Ukuran
Lamis
Simpangan
Baku
Ukuran
Contoh
SI
1 26.13 1.04 37 -
2 30.26 1.50 629 3.25
3 33.23 1.39 1.549 2.06
4 36.37 1.44 1 318 2.22
5 40.29 0.67 20 3.72
Kepadatan terbesar pada kelompok ukur-
an 33.23 mm dan 36.36 mm. Kerang yang ber-
ukuran lebih besar banyak ditemukan di sekitar
kawasan industri. Kondisi ini terjadi karena ku-
rangnya upaya penangkapan kerang yang dila-
kukan masyarakat di sekitar industri. Serta ke-
mungkinan kondisi lingkungan yang cukup baik
untuk kehidupan kerang. Analisis statistik dari
66 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 61-66
kedua lokasi terlihat tidak adanya perbedaan ke-
dua kelompok ukuran. Dalam artian rata-rata
kelompok ukuran di industri lebih besar dari ra-
ta-rata kelompok ukuran di kawasan pemukim-
an. Analisis pertumbuhan dan trend kecepatan
pertumbuhan memberikan koefisien laju per-
tumbuhan mencapai 1 (K = 1) dengan panjang
asimptotik (L∞ = 48,90 mm) serta pola sebaran
seperti disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Pencaran Von Bartalanfy untuk Ke-
rang M. meretrix.
Kerang mampu tumbuh mencapai laju 1
sampai ukuran 48.90 mm. Setalah mencapai
panjang rata-rata maksimum, maka kerang akan
mengalami penurunan percepatan pertumbuhan
(pertumbuhan akan berhenti).
PUSTAKA
Abbot, E. 1974. Biology of Invertebrate of Sheell
(Meretrix sp). Manual I. Plenum Press. NY.
Davy and Graham. 1982. River and Coastal Zonation
and Clasification. Blackwell Scientific Oxford,
London.
Legendre and Legendre. 1983. Numerical Ecology. Else-
vier Scientific Publishing Company.
Nateewathana, S. G. 1994. The Feeding and Survival
Strategy of Mollusc. Elsevier Scientific Publishing
Company. NY.
Pauly, R. 2002. Fish Management Toll (FISAT Pro-
gram II). IRRI Philiphina, Manila.
Setyawati. 1986. Struktur Populasi Kerang Lamis (Me-
retrix-meretrix) di Panimbang. Skripsi. Unpublished.
Siswantoro, B. 2002. Biologi Populasi Kerang Putih
(Meretrix meretrix) di Pantai Jenu Tuban. Fakultas
Perikanan. IPB.

More Related Content

What's hot

Ppt biomon
Ppt biomonPpt biomon
PPT bioindikator
PPT bioindikatorPPT bioindikator
PPT bioindikator
Masriahmasriah
 
494 981-1-sm
494 981-1-sm494 981-1-sm
494 981-1-sm
rasyid syidiq
 
Alga bioindikator
Alga bioindikatorAlga bioindikator
Alga bioindikator
Laily Mastika
 
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentosLaporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
PT. SASA
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)Bondan the Planter of Palm Oil
 
2 bl00848
2 bl008482 bl00848
2 bl00848
Eka Agustina
 
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkunganTumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
Ari Sugiarto
 
makalah biologi laut dan perikanan
makalah biologi laut dan perikananmakalah biologi laut dan perikanan
makalah biologi laut dan perikananuniversitas samawa
 
Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1
PT. SASA
 
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
Asramid Yasin
 
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...
Repository Ipb
 
Penentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungaiPenentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungaiAnjas Asmara, S.Si
 
EKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docxEKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docx
AnwarRosyid2
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisrizky hadi
 
Parameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanahParameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanah
Hotnida D'kanda
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Biology Education
 
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Mujiyanto -
 

What's hot (20)

Ppt biomon
Ppt biomonPpt biomon
Ppt biomon
 
PPT bioindikator
PPT bioindikatorPPT bioindikator
PPT bioindikator
 
494 981-1-sm
494 981-1-sm494 981-1-sm
494 981-1-sm
 
Alga bioindikator
Alga bioindikatorAlga bioindikator
Alga bioindikator
 
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentosLaporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
 
2 bl00848
2 bl008482 bl00848
2 bl00848
 
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkunganTumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
 
makalah biologi laut
makalah biologi lautmakalah biologi laut
makalah biologi laut
 
makalah biologi laut dan perikanan
makalah biologi laut dan perikananmakalah biologi laut dan perikanan
makalah biologi laut dan perikanan
 
Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1
 
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
 
Identifikasi bakteri patogen
Identifikasi bakteri patogenIdentifikasi bakteri patogen
Identifikasi bakteri patogen
 
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...
 
Penentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungaiPenentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungai
 
EKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docxEKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docx
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
 
Parameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanahParameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanah
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
 
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
 

Similar to BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA

MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxMAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
Nina909058
 
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di chinaDampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Republic of Indonesia
 
2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm2575 5225-1-sm
2575 5225-1-smmorila mei
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Mujiyanto -
 
325276057-Ekosistem-Akuatik-Sungai.pdf
325276057-Ekosistem-Akuatik-Sungai.pdf325276057-Ekosistem-Akuatik-Sungai.pdf
325276057-Ekosistem-Akuatik-Sungai.pdf
MuhdArifAkmal
 
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docxBAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
AbdullahFaqih26
 
mikroplastik pada perairan dan organ pencernaan ikan.pptx
mikroplastik pada perairan dan organ pencernaan ikan.pptxmikroplastik pada perairan dan organ pencernaan ikan.pptx
mikroplastik pada perairan dan organ pencernaan ikan.pptx
MuhammadSumsanto1
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
Merlia Donna
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
Merlia Donna
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
Mustain Adinugroho
 
Jurnal perairan
Jurnal perairanJurnal perairan
Jurnal perairan
Fandi Bahtiar
 
Monitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglekMonitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglek
Goparipung Bambang
 
Ringkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhasRingkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhasYuga Rahmat S
 
Geografi XI Sosial Environment
Geografi XI Sosial EnvironmentGeografi XI Sosial Environment
Geografi XI Sosial Environment
MTR
 
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas PrimerLaporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
UNESA
 
Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...
Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...
Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...
Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Republic of Indonesia
 

Similar to BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA (20)

MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxMAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
 
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di chinaDampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
 
2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
 
325276057-Ekosistem-Akuatik-Sungai.pdf
325276057-Ekosistem-Akuatik-Sungai.pdf325276057-Ekosistem-Akuatik-Sungai.pdf
325276057-Ekosistem-Akuatik-Sungai.pdf
 
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
 
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docxBAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
 
mikroplastik pada perairan dan organ pencernaan ikan.pptx
mikroplastik pada perairan dan organ pencernaan ikan.pptxmikroplastik pada perairan dan organ pencernaan ikan.pptx
mikroplastik pada perairan dan organ pencernaan ikan.pptx
 
12106728.ppt
12106728.ppt12106728.ppt
12106728.ppt
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
 
Sistem biofilter kombinasi_lumpur_aktif_dan_rumput_laut_sebagai_sarana_perbai...
Sistem biofilter kombinasi_lumpur_aktif_dan_rumput_laut_sebagai_sarana_perbai...Sistem biofilter kombinasi_lumpur_aktif_dan_rumput_laut_sebagai_sarana_perbai...
Sistem biofilter kombinasi_lumpur_aktif_dan_rumput_laut_sebagai_sarana_perbai...
 
Metode penelitian pesisir
Metode penelitian  pesisirMetode penelitian  pesisir
Metode penelitian pesisir
 
Jurnal perairan
Jurnal perairanJurnal perairan
Jurnal perairan
 
Monitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglekMonitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglek
 
Ringkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhasRingkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhas
 
Geografi XI Sosial Environment
Geografi XI Sosial EnvironmentGeografi XI Sosial Environment
Geografi XI Sosial Environment
 
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas PrimerLaporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
 
Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...
Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...
Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek,...
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Repository Ipb
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
Repository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
Repository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
Repository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Repository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 

Recently uploaded (20)

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 

BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA

  • 1. Reprint: JURNALILMU-ILMUPERAIRANDANPERIKANANINDONESIA ISSN 0854-3194 Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1 Halaman 61 – 66 Bio-Ecologi Kerang Lamis (Meretrix meretrix) di Perairan Marunda (Bio-ecology of Lamis (Meretrix meretrix) from Marunda Coast) Isdradjat Setyobudiandi, Eddy Soekendarsih, Yon Vitnerdan Rini Setiawati Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor - Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Wing C, Lantai 4 - Telepon (0251) 622912, Fax. (0251) 622932. E-mail : jippi@centrin.net.id Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional No. 22/DIKTI/Kep /2002 tanggal 8 Mei 2002 tentang Hasil Akreditasi Jurnal Ilmiah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2002, Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia (JIPPI) diakui sebagai jurnal nasional terakreditasi.
  • 2. 61 BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA (Bio-ecology of Lamis (Meretrix meretrix) from Marunda Coast) Isdradjat Setyobudiandi1 , Eddy Soekendarsih1 , Yon Vitner 1 , dan Rini Setiawati 1 ABSTRAK Kerang lamis (Meretrix-meretrix) termasuk sumberdaya moluska (kelompok bivalva) yang bernilai e- konomi tinggi. Namun demikian kegiatan penangkapan dari sedian stok alami di perkirakan telah menyebab- kan terjadinya penurunan populasi kerang lamis. Kondisi ini diperparah dengan perubahan kualitas lingkung- an yang semakin memprihatinkan. Untuk itu diperlukan suatu kajian tentang upaya pengelolaan yang dapat menjamin kelangsungan sumberdaya M. meretrix melalui pendekatan ekobiologi. Pendekatan yang diguna- kan adalah analisis ekologi kuantitatif (keseragaman, keragaman, dominansi), analisis biostratigrafi dan anali- sis populasi dengan program FISAT II. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebaran lamis mengikuti pola sebaran BOD, salinitas, karbon organik dan tingkat kekeruhan. Secara umum kerang terbagi menjadi lima kelompok ukuran, dengan kepadatan tertinggi pada ukuran 32.08-33.23 mm. Sedangkan panjang takhingga adalah 48.90 mm (L∞) dengan laju pertumbuhan 1 (K). Kata kunci: lamis (Meretrix-meretrix), panjang takhingga, keragaman, keseragaman, dominansi, biostrati- grafi, pertumbuhan. ABSTRACT Lamis (Meretrix meretrix) is one of the mollusk group that has a high economical value in the market. But, uncontrolled exploitation in nature can cause the population of lamis is declines and these condition also support by decrease and poor environmental quality. It is needed one management and strategy to maintenance the population of lamis in the nature, by using eco-biological method. Analysis that used in these research such as quantitat ive ecology (heterogeneity, equitability, dominance), biostratigraphy analysis and population analysis was performed by using FISAT II program. The result shows that the lamis distribution follow BOD, salinity, organic carbon in substrate, and turbidity trend dispersion. In general the shell divides into five groups with the highest population of 32.08-33.23 mm in site. While the infinity length is 48.90 mm (L∞) with growth rate is 1 (K). Key words: lamis (Meretrix-meretrix), infinity length, heterogeneity, equitability, dominance, biostratigra- phy, growth. PENDAHULUAN Meretrix meretrix termasuk salah satu bi- valvia yang bernilai ekonomis tinggi. Di bebe- rapa tempat M. meretrix menjadi sumber peng- hasilan bagi penduduk sekitar. Kerang M. me- retrix dikenal dengan beberapa nama lokal se- perti kerang susu, kerang putih, kerang lamis. Beberapa lokasi penangkapan kerang M. mere- trix yaitu Pandeglang, Banten, Teluk Jakarta, Tuban dan Gresik, Pantai timur Sumatera, Sela- tan Sulawesi dan Kalimantan. Salah satu lokasi penangkapan dan budi- daya jenis kerang M. meretrix adalah di daerah perairan Marunda, namun pemanfaatannya ma- sih terasa kurang dibandingkan jenis bivalvia lainnya seperti kerang hijau dan kerang darah karena dianggap kurang ekonomis. Keberadaan dan distribusi M meretrix di- pengaruhi oleh keadaan lingkungan dan tingkat eksploitasi. Kondisi lingkungan yang rusak ka- rena berbagai kegiatan manusia seperti pembu- kaan lahan dan kegiatan tambak serta efek kegi- atan urban (perkotaan) mengakibatkan menu- runnya daya dukung lingkungan. Di Pande- glang selama lima tahun terakhir terjadi penu- runan ukuran kerang yang dipanen masyarakat. Di Jakarta perubahan distribusi terjadi karena pengaruh aktifitas daratan dan penurunan mutu kualitas air. Melihat kondisi seperti di atas perlu dila- kukan upaya pengelolaan dengan strategi pe- 1 Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
  • 3. 62 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 61-66 manfaatan yang tepat seperti pembatasan waktu dan ukuran tangkap. Mengingat terbatasnya lo- kasi penyebaran kerang M meretrix, beberapa informasi yang diperlukan untuk itu adalah in- formasi spasial tentang keberadaan biota dan densitasnya agar kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya kerang di lokasi tersebut dapat di- wujudkan. Informasi yang didapatkan ini diha- rapkan dapat menambah informasi tentang mo- luska jenis bivalvia, kerang M meretrix khusus- nya untuk melakukan pengelolaan secara lestari dan berkelanjutan. Dalam mengembangkan konsep pengelo- laan yang mempertimbangkan upaya pemanfa- atan adalah melalui pengkajian informasi biolo- gi dan ekologi Meretrix. Penelitian ini bertuju- an untuk melihat struktur Biologi-Ekologi ke- rang susu Meretrix dari perairan Marunda. BAHAN DAN METODE Lokasi pengambilan contoh ditentukan secara purposive (terpilih) yaitu di muara Su- ngai Blencong di Jakarta. Lokasi yang dipilih yaitu daerah yang memiliki perbedaan karakte- ristik akibat pengaruh dari luar. Lokasi berada di sekitar kawasan industri (KBN - Kawasan Berikat Nusantara) dan di sekitar pemukiman penduduk. Pengambilan contoh dilakukan secara berlapis pada 6 transek dengan 18 titik pengam- bilan contoh. Tiga transek mewakili lokasi pe- mukiman dan tiga transek mewakili lokasi in- dustri (KBN). Lokasi pengambilan contoh di- batasi oleh kawasan Sungai Blencong. Pemi- sahan kedua kelompok lokasi pengambilan con- toh ini didasarkan pada pemikiran bahwa terda- pat pengaruh yang berbeda terhadap populasi (kepadatan dan pertumbuhan) kerang M. mere- trix akibat perbedaan pengaruh yang terjadi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat pengambilan contoh kualitas air meliputi alat titrasi, botol kemerer, dan Pe- tersen dredge. Bahan yang di gunakan adalah bahan pengawet (formalin dan lugol). Contoh air dianalisis secara insitu dan eksitu. Analisa eksitu dilakukan di Laboratorium Fisik-Kimia Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan dan Lingkungan FPIK- IPB. Sedangkan contoh biota M. meretrix dia- nalisis di Laboratorium Manajemen Sumberda- ya Perikanan, Departemen MSP, FPIK IPB. Kualitas perairan dianalisis dengan meng- gunakan Sidik Komponen Utama (Principal Component Analisis) (Legendre and Legendre, 1983). Analisis parameter biologi meliputi ana- lisis kelompok ukuran kerang dan pertumbuhan dengan program FISAT II melalui pendekatan Bathacharya, dan Pencaran Von Bartalanffy (Pauly, 2002). Sedangkan analisis ekologi di- antaranya kepadatan spasial, serta hubungan pa- rameter dengan kepadatan spasial M. meretrix. HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Perairan Suhu di sekitar pemukiman berkisar 28- 30 o C dan industri 29-31 o C. Pola distribusi ho- risontal suhu pada pemukiman dan industri memperlihatkan pola peningkatan. Salinitas perairan relatif rendah berkisar antara 15-25 %. Salinitas di sekitar pemukiman penduduk berki- sar antara 17-25 % sedangkan di sekitar industri 15-24 %. Rendahnya salinitas terjadi karena percampuran masa air tawar yang dibawa Su- ngai Blencong. Arus di pemukiman berkisar antara 0.05-0.27 m/dt dan di industri 0.05-0.17 m/dt. Sedangkan kedalaman perairan antara 0.60-1.55 m di pemukiman dan 0.90-1.63 m di sekitar industri KBN. Kekeruhan perairan juga cukup bervaria- si, terutama sekitar kawasan pemukiman yaitu 15.0-34.5 mhos/dt, dan di sekitar industri berki- sar antara 7.1-21.5 mhos/dt. Kekeruhan yang tinggi terjadi karena air tawar yang membawa bahan-bahan tersuspensi kemuara Sungai Blen- cong cukup besar. Arus dan kedalaman perair- an tidak terlalu bervariasi di kedua lokasi terse- but. Sedangkan kandungan karbon organic ter- lihat cukup bervariasi. Kandungan C-organik berkisar antara 0.30-1.08 mg/l di sekitar kawas- an pemukiman dan 0.20-3.38 mg/l di sekitar ka- wasan industri. Kisaran pH antara 6.5-7.5 dan tidak ter- dapat perbedaan yang nyata antara kedua lapisan yang diamati. Sementara itu kandungan oksigen terlarut mencapai 2.01-9.24 mg/l. Kan- dungan oksigen terlarut di kawasan pemukiman cenderung lebih rendah yaitu 2.01-5.22 mg/l di- bandingkan kawasan dekat industri KBN yang mencapai 3.21-9.00 mg/l. Kandungan organik biologi (BOD) berki- sar antara 3.01-16.06 mg/l. Kandungan BOD di
  • 4. Setyobudiandi, I., E. Soekendarsih, Y. Vitner dan R. Setiawati, Bio-ecology Kerang Lamis . . . 63 sekitar pemukiman berkisar antara 4.82-16.06 mg/l dan di sekitar industri antara 3.01-7.03 mg/l. Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) terli- hat lebih tinggi dari BOD. COD di sekitar pe- mukiman berkisar antara 8.78-57.26 mg/l dan sekitar industri mencapai 8.78-20.90 mg/l. Analisis statistika memperlihatkan bahwa kondisi kualitas perairan pada kedua lokasi ter- sebut secara umum tidak berbeda nyata dengan (p<0.05). Walaupun terdapat perbedaan tapi se- cara umum kawasan di sekitar pemukiman dan industri tidak berbeda dilihat dari kondisi kua- litas perairannya. Sidik komponen utama secara umum meng- gambarkan bahwa parameter BOD, C organik, sa- linitas dan kekeruhan sangat berperan terhadap penyebaran kerang M. meretrix. BOD serta ke- keruhan terlihat sangat dominan mempengaruhi kepadatan pada stasiun 2 dan 3 di kawasan in- dustri (Gambar 1). S u h u p H K e d a l a m a n Arus D O k e c e r a h a n salinitas k e k e r u h a n B O D C O D TSS Pasir D e b u L i a t C-organik D i s t r i b u s i s p a s i a l K e p a d a t a n -0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 -0.5 -0.3 -0.1 0.1 0.3 0.5 F1 (39,6%) F2(32,6%) 6 5 4 3 2 1 - 0 . 8 - 0 . 6 - 0 . 4 - 0 . 2 0 0 . 2 0 . 4 0 . 6 0 . 8 - 0 . 6 -0.4 -0.2 0 0.2 0 . 4 0.6 F1 (39,6%) F2(32,6%) Gambar 1. Karakter Parameter Lingkungan di Lokasi Pengamatan. Struktur Ekologi Kerang Susu Total kepadatan pada tiap stasiun tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu besar, ke- padatan terendah terdapat pada stasiun 3 ka- wasan industri yaitu 579 ind/m2 . Sedangkan ke- padatan tertinggi terdapat pada stasiun 2 di se- kitar kawasan pemukiman yaitu 1381 ind/m2 . Kepadatan M. meretrix yang berbeda pada ma- sing-masing daerah, yaitu untuk daerah pemu- kiman 344.33 ind/m2 dan 482.67 ind/m2 untuk daerah industri. Kepadatan daerah industri lebih tinggi dibandingkan kepadatan daerah pemu- kiman. Nilai Indeks penyebaran menjelaskan po- la penyebaran M. meretrix baik pada masing- masing stasiun, tiap daerah/lapisan maupun se- cara keseluruhan di perairan Marunda, Teluk Jakarta seperti disajikan pada Tabel 1. Pola penyebaran M. meretrix pada ma- sing-masing stasiun, menurut lapisan dan kese- luruhan di Perairan Marunda, Teluk Jakarta me- ngikuti pola penyebaran mengelompok. Menu- rut Setyawati (1986) di Panimbang dan Siswan- toro (2002) di Pantai Jenu, Tuban distribusi M. meretrix umumnya mengelompok. Berdasarkan pola pengelompokan kerang M.meretrix di Ja- karta dengan daerah lainnya. maka disimpulkan bahwa terdapat pola yang sama dari distribusi kerang M.meretrix yang terdapat di Jakarta. Tabel 1. Indeks Dispersi Morisita M. meretrix Lapisan Stasiun Kepa- datan Total (ind/m2 ) Pan- jang Rata- rata Id Keterangan I 1.162 32.12 1.08 Mengelompok II 940 32.57 1.01 MengelompokPemukiman III 579 26.31 1.02 Mengelompok I 1.215 32.80 1.02 Mengelompok II 1.381 32.61 1.06 MengelompokIndustri III 963 32.78 1.04 Mengelompok Sumber: Data Primer (2003) Variasi jumlah dan kepadatan tersebut di- pengaruhi faktor lingkungan dan eksploitasi manusia. Faktor lingkungan yang paling berpe- ngaruh terhadap penyebaran atau distribusi ke-
  • 5. 64 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 61-66 rang lamis adalah kecerahan, DO, suhu, TSS, kedalaman, jenis substrat dan C-organik. Substrat dan kandungan bahan organik (C-organik) biota juga berhubungan dengan ke- tersediaan makanan yang menjadi kebutuhan- nya. Hampir seluruh hasil Id (Indeks Dispersi Morisita) M. meretrix yang menunjukkan pola mengelompok memiliki nilai yang cenderung kecil (mendekati 1), hal tersebut berarti kerang jenis M. meretrix memiliki pola sebaran yang luas di daerah penelitian ini. Penyebaran yang luas dapat disebabkan spesies ini tidak terlalu memilih tempat hidupnya atau dapat hidup di- mana saja, namun masih dalam intensitas batas kemampuan M. meretrix. Distribusi Spasial Kerang Susu Distribusi spasial kerang Meretrix dapat dilihat dari beberapa karakteristik dan tingkah laku kerang terhadap lingkungaannya. Berda- sarkan kelompok ukurannya, asosiasi dengan kondisi lingkungan dan profil menegak terha- dap garis pantai, secara umum profil distribusi spasial M. meretrix disajikan pada skema dalam Tabel2. Tabel 2. Profil Distribusi Spasial M. meretrix di Kawasan Industri. Kawasan Industri Jarak 10m 25m 15m st1 st2 st3 offshore Profil Pantai Kepadatan 1162 940 579 Turun BOD 5,22 5,36 4,48 Fluktuasi naik C-Organik 1,32 0,32 0,81 Fluktuasi turun Salinitas 21,17 22,17 24 Naik Kekeruhan 14,5 12,77 9,57 Turun Sumber: Analisis Data Primer, 2003 Dari profil menegak untuk daerah indus- tri terlihat bahwa distribusi salinitas berbanding terbalik dengan distribusi kerang lamis. Pening- katan salinitas menyebabkan menurunnya kepa- datan populasi kerang. Pola yang sama juga terjadi di tingkat kekeruhan perairan. Sementa- ra itu profil BOD memiliki pola yang terbalik dengan C- organik. Dari profil spasial untuk daerah pemu- kiman (Tabel 3) terlihat bahwa kandungan BOD, kekeruhan dan C-Organik memiliki pola yang sama dengan sebaran kepadatan kerang M. meretrix. Sedangkan Salinitas memiliki pola yang berlawanan dengan sebaran kepadatan. Beberapa informasi penting yang didapat yaitu terjadinya peningkatan kepadatan dalam hu- bungannya dengan peningkatan BOD, kekeruh- an dan C-Organik. Sebaliknya peningkatan ke- padatan terjadi dengan adanya penurunan Sali- nitas. Tabel 3. Profil Distribusi Spasial M. meretrix di Kawasan Pemukiman. Kawasan Pemukiman Jarak 10m 15m 15m st1 st2 st3 offshore Profile Pantai Kepadatan 1215 1381 963 Fluktuasi naik BOD 7,16 11,31 7,23 Fluktuasi naik C-Organik 0,43 0,63 0,59 Fluktuasi naik Salinitas 20,5 19,67 21,33 Fluktuasi turun Kekeruhan 20,42 22,5 19 Fluktuasi naik Sumber: Analisis Data Primer (2003) Terlihat bahwa peran salinitas sangat me- nentukan penyebaran populasi M meretrix. Ke- rang lamis tidak bisa berkembang baik pada sa- linitas tinggi, dan selalu ada pencampuran masa air tawar sehingga umumnya ditemukan diseki- tar daerah muara sungai dengan masukan keke- ruhan perairan yang tinggi. Biologi Populasi Kerang Meretrix-meretrix Klasifikasi kerang lamis (M. meretrix) menurut Abbot (1974) adalah: Filum:Moluska Klas: Bivalvia Subklas:Heterodonta Ordo: Veneroida Superfamili: Veneroidea Famili: Veneridae Subfamili: Meretricinae Genus: Meretrix Species: Meretrix spp Nateewathana (1994) menyatakan ada- pun ciri-ciri morfologi Meretrix meretrix antara lain: memiliki cangkang yang tipis, licin, berki- lap, ujung belakang panjang dan beberapa datar, tubuh berbentuk menyerupai telur, bagian umbo yang besar, pada bagian tengah anterior meng- gembung dan bagian depan yang ramping, per-
  • 6. Setyobudiandi, I., E. Soekendarsih, Y. Vitner dan R. Setiawati, Bio-ecology Kerang Lamis . . . 65 mukaan halus, palial sinus dalam, warna berva- riasi, dengan bagian anterior yang berwarna pu- tih. M. meretrix merupakan jenis kerang yang secara umum hidup tersebar luas di sepanjang pantai berpasir halus dan dibudidayakan secara intensif dibeberapa daerah laut dangkal dan ter- buka dengan jenis substrat berupa pasir (Davy dan Graham, 1982). M. meretrix termasuk filter feeder karena memiliki siphon yang pendek yang tidak mampu menjulurkan siphon pendek tersebut keluar dari lapisan permukaan untuk menyaring makanan jika hidupnya di tempat yang lebih dalam (Setyawati, 1986). Kelompok ukuran Analisis kelompok ukuran kerang M. me- retrix pada kedua kategori lapisan di Marunda memberikan 5 kelas ukuran. Pola sebaran ke- lompok ukuran di kawasan pemukiman disaji- kan pada Gambar 2. Gambar 2. Pola Sebaran Ukuran Lamis di Ka- wasan Pemukiman. Berdasarkan program FISAT II, rata-rata pada setiap kelompok ukuran di kawasan pemu- kiman di sajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-Rata Ukuran pada Setiap Kelom- pok Ukuran di Kawasan Pemukiman. Kelompok Ukuran Rata-rata Kelompok Ukuran Lamis Simpangan Baku Ukuran Contoh SI 1 21.74 1.06 23 - 2 27.42 2.14 660 3.55 3 32.08 1.80 1 140 2.37 4 36.72 1.73 339 2.63 5 41.04 1.42 37 2.74 Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa kepadatan terbesar pada kelompok umur 32.08 mm yang berjumlah 1140 ekor kerang. Dapat diduga bahwa kelompok ukuran optimal untuk eksploitasi (optimum harvesting) pada kelom- pok ukuran 32 mm keatas. Rendahnya kepa- datan pada kelompok ukuran yang lebih besar dapat disebabkan oleh kegiatan penangkapan kerang yang cenderung mengambil ukuran ke- rang yang lebih besar untuk panen. Sehingga yang tersisa di alam menjadi lebih sedikit. Se- baran kelompok ukuran di kawasan Industri di- sajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pola Sebaran Ukuran Lamis di Ka- wasan Industri. Berdasarkan program FISAT II, rata-rata pada setiap kelompok ukuran di kawasan industri disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-Rata Ukuran pada Setiap Kelom- pok Ukuran di Kawasan Industri. Kelompok Ukuran Rata-rata Kelompok Ukuran Lamis Simpangan Baku Ukuran Contoh SI 1 26.13 1.04 37 - 2 30.26 1.50 629 3.25 3 33.23 1.39 1.549 2.06 4 36.37 1.44 1 318 2.22 5 40.29 0.67 20 3.72 Kepadatan terbesar pada kelompok ukur- an 33.23 mm dan 36.36 mm. Kerang yang ber- ukuran lebih besar banyak ditemukan di sekitar kawasan industri. Kondisi ini terjadi karena ku- rangnya upaya penangkapan kerang yang dila- kukan masyarakat di sekitar industri. Serta ke- mungkinan kondisi lingkungan yang cukup baik untuk kehidupan kerang. Analisis statistik dari
  • 7. 66 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 61-66 kedua lokasi terlihat tidak adanya perbedaan ke- dua kelompok ukuran. Dalam artian rata-rata kelompok ukuran di industri lebih besar dari ra- ta-rata kelompok ukuran di kawasan pemukim- an. Analisis pertumbuhan dan trend kecepatan pertumbuhan memberikan koefisien laju per- tumbuhan mencapai 1 (K = 1) dengan panjang asimptotik (L∞ = 48,90 mm) serta pola sebaran seperti disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Pencaran Von Bartalanfy untuk Ke- rang M. meretrix. Kerang mampu tumbuh mencapai laju 1 sampai ukuran 48.90 mm. Setalah mencapai panjang rata-rata maksimum, maka kerang akan mengalami penurunan percepatan pertumbuhan (pertumbuhan akan berhenti). PUSTAKA Abbot, E. 1974. Biology of Invertebrate of Sheell (Meretrix sp). Manual I. Plenum Press. NY. Davy and Graham. 1982. River and Coastal Zonation and Clasification. Blackwell Scientific Oxford, London. Legendre and Legendre. 1983. Numerical Ecology. Else- vier Scientific Publishing Company. Nateewathana, S. G. 1994. The Feeding and Survival Strategy of Mollusc. Elsevier Scientific Publishing Company. NY. Pauly, R. 2002. Fish Management Toll (FISAT Pro- gram II). IRRI Philiphina, Manila. Setyawati. 1986. Struktur Populasi Kerang Lamis (Me- retrix-meretrix) di Panimbang. Skripsi. Unpublished. Siswantoro, B. 2002. Biologi Populasi Kerang Putih (Meretrix meretrix) di Pantai Jenu Tuban. Fakultas Perikanan. IPB.