Dokumen ini membahas tentang pengaruh dan upaya Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk memperluas pengaruhnya di Indonesia antara 1960-1965, termasuk upaya menguasai buruh, tani, partai politik, dan militer. Dokumen juga menjelaskan peristiwa Gerakan 30 September (G30S) dimana PKI mencoba kudeta dengan menculik dan membunuh perwira tinggi militer, namun upaya ini gagal dan mengakibatkan penumpasan PKI.
2. Partai Komunis Indonesia (1960-1965)
Ruang Lingkup Materi:
Pengaruh perpolitikan PKI di Indonesia
Usaha PKI menguasai Buruh-Tani
Usaha PKI menguasai partai-partai politik di
Indonesia
Usaha PKI menguasai TNI dan Kepolisian
Peristiwa G 30 S
Operasi Penumpasan Gerakan 30 September
3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mempelajari bab XIII ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengaruh perpolitikan PKI di Indonesia.
2. Menjelaskan usaha PKI menguasai Buruh-Tani.
3. Menjelaskan Usaha PKI menguasai partai-partai politik di
Indonesia.
4. Menjelaskan Usaha PKI menguasai Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia.
5. Menguraikan usaha PKI dalam menguasai lawan politiknya.
6. Menjelaskan peristiwa G 30 S/ Gestok.
4. PKI adalah sebuah partai
politik di Indonesia, akan
tetapi berhaluan komunis.
PKI adalah sintese
daripada gerakan buruh
Indonesia dengan ajaran
Marxisme-Leninisme.
Dengan lahirnya PKI pada
tanggal 23 mei 1920,
maka lahirlah juga suatu
partai kelas buruh di
Indonesia
Sejak tahun 1950-an PKI mulai
mengadakan penggalangan
kekuataan dengan
memanfaatkan massa di desa-
desa.
5. PKI mendirikan
berbagai organisasi
baru yang
menampung aspirasi
berbagai kelompok
masyarakat seperti
Pemuda Rakyat,
Gerwani (Gerakan
Wanita Indonesia),
BTI (Barisan Tani
Indonesia), dan
CGMI
Pada awal 1960-an, pengaruh
komunisme di Indonesia terus
menguat. Keadaan ini tidak
terlepas dari sikap Presiden
Soekarno yang berusaha
mengamankan kekuasaannya
dengan cara mengadu PKI dengan
Angkatan Darat.
6. PKI melakukan taktiknya dengan menyusup ke partai
politik. PKI dalam penyusupannya kedalam PNI,
berhasil mendepak tokoh-tokoh senior Nasionalis,
seperti Wilopo, Suwirjo, Hardi dan Sartono. Sebaliknya
PKI mengutus ketua CGMI (Concentrasi Gerakan
Mahasiswa Indonesia) yang menjadi Pusat Persatuan
Tani Indonesia (Petani) yaitu bernama Ir Soerachman
akhirnya pada kongres PNI di Purwokerto dia dipilih
menjadi Sekjen PNI.
7. Dalam usaha untuk menguasai Buruh, PKI mempunyai
keuntungan karena merupakan salah satu partai tertua
dan berpengalaman dalam memimpin aksi-aksi buruh.
SOBSI (Sentral organisasi Buruh Seluruh Indonesia),
federasi organisasi buruh yang dikuasainya sejak akhir
tahun 1946 menjadi sarana aksi revolusioner yang
efektif.
8. Berbagai taktik yang dilakukan oleh PKI untuk mempengaruhi
para buruh adalah mengetahui keluh kesah dan keinginan
para petani, PKI mengadakan gerakan turba atau gerakan
turun ke bawah dengan mengirimkan 4.000-5.000 kader ke
desa-desa dengan menjalankan “Aksi Tiga Sama, yaitu “Sama
tinggal, sama makan, dan sama bekerja” yang merupakan aksi
untuk mendekati para petani.
Kader PKI menghasut kaum tani
untuk langsung menggarap tanah
yang menurut mereka adalah
milik petani berdasarkan Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA)
9. Strategi selanjutya dari PKI untuk menarik kaum
petani adalah dengan menyusun sebuah handbook
(buku pegangan) yang berisikan cara-cara mendekati
dan menarik kaum petani di desa-desa yang juga
diterbitkan sebagai buku pegangan kader-kader PKI
yang berjudul Kaum Tani Mengganjang Setan-Setan
Desa”.
10. PKI hadir di dalam sistem politik, yang terlihat pada
pemilu 1955. Pada pemilu 1955, PKI menempati posisi
keempat dengan perolehan 16% dari keseluruhan
suara.PKI memperoleh 39 kursi yang diperebutkan dan
80 kursi di Dewan Konstituante.
Setelah kemerdekaan Indonesia, usaha PKI
menginfiltrasi PNI mulai berhasil yang terbukti
bahwa sejak tahun 1959 PNI mengubah
pengertian Marhaenisme menjadi “Marxisme
yang diterapkan dalam kondisi Indonesia”.
11. PKI juga melakukan penyusupanke dalam tubuh
Partindo. Hal ini dapat terjadi karena 75% dari dewan
pimpinan pengurus pusat Partindo dijabat oleh orang-
orang komunis berbaju Partindo.
Di bawah pemerintahan Demokrasi Terpimpin Presiden
Soekarno, PKI memperoleh keuntungan politik. TNI
mulai dimasuki PKI dan berhasil mengumpulkan
kekuatan bersenjata dengan melatih anggota PKI dan
anggota organisasi massanya, seperti Pemuda Rakyat
dan Gerwani dalam bidang teknis kemiliteran
12. Meskipun PKI selalu dilindungi oleh Soekarno, PKI tidak
dapat lepas dari tantangan TNI-AD. Untuk melancarkan
jalan PKI, Soekarno telah mencoba mengganti kepala staf
Angkatan Darat A.H. Nasution dengan A. Yani, dengan
alasan bahwa A. Yani mudah dikendalikan. Permasalahan
ini berakhir dengan adanya bentrok Fisik antara PKI dan
TNI-AD.
Taktik PKI dalam mempersiapkan massanya yaitu dengan
cara penyusup ke badan TNI-ABRI dan melontarkan fitnah-
fitnah dan menuduh TNI-AD akan melakukan coup d’etat
atau kudeta terhadap pemerintahan saat itu dan TNI-AD
akan membentuk Dewan Militer.
13. Rapat ketujuh tanggal 22 September 1965 ditetapkan sasaran
gerakan bagi tiap-tiap pasukan yang akan bergerak menculik
atau membunuh para jenderal Angkatan Darat diberi nama
pasukan Pasopati. Pasukan teritorial dengan tugas utama
menduduki objek vital, gedung RRI, dan gedung telekomunikasi
diberi nama pasukan Bimasakti. Pasukan yang bertugas
mengkoordinasikan kegiatan di Lubang Buaya diberi nama
pasukan Gatotkaca.
Menjelang akhir Agustus 1965 pimpinan birokrasi khusus
PKI terus-menerus mengadakan pertemuan-pertemuan,
hingga pada rapat ke-5, PKI merancang Operasi Takari,
tiga komando, yaitu Pasopati dengan kekuatan Bimasakti,
dan Gatotkaca.
14. Secara fisik gerakan ini
dipimpin oleh Latnan
Kolonel Untung, Mereka
mulai bergerak pada dini
hari tanggal 1 Oktober
1965, didahului dengan
gerakan penculikan dan
pembunuhan terhadap
enam perwira tinggi dan
seorang perwira pertama
Angkatan Darat.
Kesemuanya dibawa ke
desa Lubang Buaya.
Mereka dianiaya dan
akhirnya dibunuh .
Rapat berlangsung selama
sepuluh kali hingga
ditetapkan bahwa gerakan
akan dimulai pada hari kamis
malam tanggal 30 September
1965
15. Keenam perwira tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf
Komando Operasi Tertinggi)
Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang
Administrasi)
Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD
bidang Perencanaan dan Pembinaan)
Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang
Intelijen)
Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD
bidang Logistik)
Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal
Angkatan Darat)
Lettu P.A Tendean (Ajudan Jenderal A.H Nasution)
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat
dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani
Nasution dan ajudannya, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam
usaha pembunuhan tersebut.
16. Pada waktu bersamaan gerakan G 30 S mencoba untuk
mengadakan perebutan kekuasaan Yogyakarta, Solo,
Wonogiri dan Semarang.
Pembentukan Dewan Revolusi di Yogyakarta
diumumkan melalui RRI pada tanggal 1 Oktober 1965,
diketuai oleh Mayor Mulyono. Dengan dukungan
kekuatan Batalyon L mereka mengusai Makorem 072
dan membunuh Kepala Staf Korem 072 Letanan
Kolonel Sugijono.
17. Di kota Solo, dengan mempergunakan kekuatan
Batalion M pada tanggal 1 Oktober 1965, G 30 S/PKI
mengadakan penculikan terhadap Komandan Brigade 6
Kolonel Azahari, Kepala Staf Brigade 6 Letnan Kolonel
Parwoto, Komandan Kodim 0735 Letnan Kolonel Ezi
Soeharto, Kepala Staf Kodim 735 Mayor Soeparjan,
Komandan Polisi Militer Detasemen Surakarta Kapten
Prawoto, dan Komandan Batalyon M Mayor Darso.
18. Operasi militer tentang penumpasan G 30 S mulai
dilakukan sore hari, pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul
19.15. Sementara itu pasukan RPKAD berhasil
menduduki kembali gedung RRI Pusat, gedung
telekomunikasi dan mengamankan seluruh wilayah
Medan Merdeka tanpa terjadi bentrokan senjata atau
pertumpahan darah.
19. Setelah peristiwa G30S jenazah keenam para
perwira tinggi Angkatan darat ditemukan di
kawasan Lubang Buaya. Para korban
dimakamkan dalam upacara kenegaraan pada
tanggal 5 oktober 1965 yang sekarang
diperingati sebagai hari ulang tahun TNI. Para
korban kemudian diangkat menjadi pahlwan
revolusioner.
Melalui siaran radio RRI pada pukul 20.00, Mayor Jenderal
Soeharto selaku pimpinan sementara Angkatan Darat,
mengumumkan adanya usaha perebutan kekuasaan oleh yang
menamkan dirinya Gerakan Tiga Puluh September. Diumumkan
pula tentang penculikan enam perwira tinggi Angkatan Darat.
Angkatan Darat, Angkatan laut, dan Kepolisisan telah terdapat
saling pengertian untuk bekerjasama, dan menganjurkan
kepada masyarakat agar tetap waspada.