2. KONFRONTASI INDONESIA DAN MALAYSIA
Ruang Lingkup Penjelasan:
Latar Belakang dilaksanakannya konfrontasi
militer Indonesia ke Malaysia
Politik luar negeri Indonesia dalam persoalan
dengan Malaysia
Indonesia keluar dari PBB
Upaya penyelesaian konfrontasi militer
Indonesia ke Malaysia
3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mempelajari bab X ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan latar belakang konfrontasi Indonesia dan
Malaysia pada masa Demokrasi Terpimpin.
2. Mendeskripsikan langkah Indonesia dalam upaya
mencegah pembentukan Negara Federasi Malaysia.
3. menguraikan konflik militer dan operasi Dwikora dalam
upaya konfrontasi dengan Malaysia.
4. Menjelaskan alasan Indonesia keluar dari PBB.
5. Menjelaskan langkah perundingan Indonesia dan Malaysia
dalam menyelesaikan konflik.
4. Pembentukan Malaysia dilihat sebagai usaha Barat, terutama
Inggris, untuk membentuk alat dalam melestarikan kehadiran
dan pengaruhnya di Asia Tenggara. Oleh sebab itu, Indonesia
berusaha mengerahkan segala daya upaya diplomatiknya untuk
mempengaruhi proses terwujudnya Federasi Malaysia.
Politik konfrontasi adalah sebuah era ketika Indonesia
menentang pembentukan Federasi Malaysia ketika Indonesia
baru saja melepaskan Irian Barat dari sisa-sisa Kolonialisme
Belanda.
Indonesia merasa sedang dikepung oleh
kekuatan neokolonisme melalui pembentukan
Federasi Malaysia yang akan membahayakan
stabilitas keamanannya.
5. Raja-raja Malaya masih tetap berkuasa atas rakyatnya,
namun harus tetap dipertanggung jawabkan
dihadapan pejabat Inggris. Kekuasaan Inggris
berlangsung sampai 1942 ketika tentara Jepang
berhasil mengusir Inggris dari Malaya.
Malaysia mulai dikuasai Inggris sebagai akibat Konvensi
London 1814 yang salah satu isinya menukar jajahan
Inggris di Bengkulu dengan jajahan Belanda di Malaka.
Sejak saat itu secara adsministratif wilayah Malaya
berada dalam kekuasaan Inggris.
6. Pengaruh nasionalisme dari Indonesia segera menyebar ke
Malaya. Salah satu tokoh Malaya yang terpengaruh gerakan
nasionalisme Indonesia adalah Ibrahim Yaacob pemimpin
Kesatuan Melayu Muda (KMM).
Ibrahim bahkan Berkata “Kami orang Melayu akan
setia menciptakan ibu negeri dengan menyatukan
Malaya dengan Indonesia yang merdeka. Kami
orang-orang Melayu bertekad untuk menjadi orang
Indonesia.”
Namun semua itu tidak sampai terjadi pasca Jepang kalah
perang dan menyerah 15 Agustus. Ibrahim diperintahkan
untuk membubarkan Giyuugun (tentara sukarelawan
Melayu). Setelah kalah perang, Jepang menyerahkan
kembali wilayah Malaya kepada Pemerintah Inggris.
7. Pemerintah Inggris mulai membicarakan
kemerdekaan Malaya.
Janji akan adanya kemerdekaan membuat berbagai
golongan di Malaya membuat partai-partai politik
Perundingan ini berhasil mencapai kesepakatan
bahwa pada agustus 1957, Malaya akan menjadi
negara merdeka. Pada 31 Agustus 1957, diumumkan
Proklamasi Kemerdekaan Malaya
8. Sejak kemerdekaan Malaya pada 31 Agustus 1957,
maka gagasan pembentukan Negara Malaysia mulai
dicanangkan. Pada mulanya Indonesia menyambut
baik kemerdekaan Malaya meskipun pemerintah
Indonesia curiga karena proses kemerdekaan ini
dilakukan tanpa pengorbanan yang berarti.
Di wilayah lainnya seperti Brunei, Singapura, Serawak, dan
Sabah, yang masih diduduki Inggris, golongan komunis terus
melakukan perlawanan bersenjata dengan tujuan mengusir
Inggris. Inggris sangat kesulitan dalam mempertahankan
kedudukannya di wilayah tersebut. Untuk tujuan keselamatan,
kemajuan ekonomi dan kestabilan politik negeri-negeri inilah
yang menjadi dasar rencana untuk mendirikan persekutuan
yang lebih besar, yaitu Malaysia.
Pembentukan Federasi Malaysia
9. Inggris memberitahukan kepada Indonesia mengenai rencana
untuk membentuk Federasi Malaysia. Indonesia tidak
menentang, karena dipahami bahwa ide pembentukannya
ialah untuk memberikan kemerdekaan kepada wilayah-
wilayah jajahan Inggris di Kalimantan Utara. Disamping
memberitahu pihak Indonesia, Inggris juga memberitahu
Filipina mengenai rencana pembentukan Malaysia
Wilayah Malaysia yang meliputi Semenanjung Malaya, Singapura, dan
Kalimantan Utara menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan.
Rakyat Malaya yang beretnis Melayu takut dengan kehadiran etnis Cina
dari Singapura karena akan menambah dominasi etnis Cina di tanah
Malaya. Sebaliknya etnis Cina di Singapura juga takut karena mereka
akan tunduk terhadap Pemerintah Malaysia yang didominasi etnis Melayu
10. Konflik antara Soekarno dan Tengku Abdul Rahman tidak akan
terjadi apabila tidak ada sebab, faktor yang menyebakan
terjadinya koflik ini di mulai dari adanya keinginan Inggris untuk
menciptakan negara federasi Malaysia karena Inggris
merupakan salah satu pemegang hak dalam PBB.
Hal ini tentu mendapat tentangan
keras baik dari Indonesia dan
Filipina karena hal ini di anggap
bertujuan untuk mengancam
kemerdekaan Filipina dan
Indonesia.
Akibat aksi ini pihak Malaya pun geram
dan rakyatnya pun ikut geram sehingga
meletuslah peristiwa “demontrasi anti-
indonesia” di Kuala Lumpur tepat pada
tanggal 17 september 1963.
11. pada 8 Januari 1963 ia
menolak gagasan
Malaysia dan tak lama
kemudian Menteri Luar
Negeri Subandrio
mengumumkan
konfrontasi terhadap
Malaysia
Reaksi Indonesia mulai muncul
ketika 8 Desember 1962, setelah
Azhari dituduh memberontak di
Brunei dan memproklamasikan
kemerdekaan Kalimantan Utara yang
terdiri dari Brunai, Serawak, dan
Sabah
Tengku Abdul Rahman menuding Indonesia
sebagai biang keladinya. Ali Sastroamidjojo,
memberikan reaksi menolak tudingan
Tengku. Tengku pun menjadi marah oleh
adanya reaksi dari Ali Sastroamidjojo dan
langsung menyerang secara pribadi kepada
Bung Karno
12. April 1963, Sukarno dihadapan konferensi wartawan
Asia Afrika di Jakarta menjawab ancaman Tengku
Abdurahman yang menuduh Indonesia sebagai
dalang kerusuhan di Kalimantan Utara.
Jepang telah melihat bahwa proses pembentukan
Federasi Malaysia sudah menjurus pada kecurigaan
Indonesia sebagai proyek neokolonialisme Inggris,
maka pada 31 Mei sampai 1 Juni 1963, Tokyo
menyediakan tempat pertemuan antara Presiden
Sukarno dan Perdana Menteri Tengku Abdul
Rahman, untuk mengusahakan pendekatan.
Pertemuan di Tokyo menyepakati sebuah prinsip,
yaitu tetap memelihara semangat perjanjian
persahabatan Indonesia-Malaysia 1959.
13. Pada 16 September 1963,
Federasi Malaysia
diumumkan berdiri, meliputi
Persekutuan Tanah Melayu,
Singapura, Sabah, dan
SerawakPada 17 September
1963, Indonesia memutuskan
hubungan diplomatik dangan
Kuala Lumpur. Malaysia
melihat pembentukan
federasi ini sebagai masalah
dalam negeri, tanpa tempat
untuk turut campur tangan
orang luar, tetapi Pemimpin
Indonesia melihat hal ini
sebagai perjanjian yang
dilanggar dan sebagai bukti
Imperialisme Inggris
Akibatnya setelah Malaysia
mengumumkan pembentukan
Federasi Malaysia, timbul
demonstrasi anti-Indonesia di
Kuala Lumpur. Para demonstran
menyerbu gedung KBRI,
merobek-robek foto Sukarno,
membawa lambing negara ke
hadapan Tengku Abdul Rahman
dan memaksanya untuk
menginjak Garuda. Hal ini
membuat amarah Sukarno
terhadap Malaysia meledak.
Sukarno yang murka karena hal
itu mengutuk tindakan Tengku
yang menginjak-injak lambang
negara Indonesia dan
melancarkan gerakan yang
terkenal dengan Ganyang
Malaysia
14. Presiden Sukarno mencanangkan Dwi Komando Rakyat
(Dwikora) pada 3 Mei 1964, “untuk memperhebat
ketahanan revolusioner rakyat Malaya, Singapura,
Sabah, Serawak, dan Brunei”. Dibawah kharisma dan
orasi Sukarno nan berkibar-kibar, semangat “ Ganyang
Malaysia” dan “Ganyang Neokolonialisme” bangkit
seantero negeri.
Selama 1963-1965, dalam pelaksanaan kegiatan
operasi Dwikora telah diadakan pelaksanaan kegiatan
operasi Udara di daerah Sumatera, Riau, Kalbar, Kaltim,
dan daerah Semenanjung Malaya
15. Kekuatan AURI harus berhadapan dengan AU Inggris dan AU
Australia yang melindungi negara persemakmurannya
Operasi-operasi perembesan dilakukan ke daerah lawan sampai ke
Singapura dan daratan Semenanjung Malaya. Pada 30 Mei 1964
diberangkatkan satu batalyon Sukarelawan Dwikora ke daerah
perbatasan
Semasa konfrontasi dengan Malaysia, banyak
tentara Indonesia diterjunkan secara
langsung ke Semenanjung Malaya. Untuk
wilayah Kalimantan Utara, operasi lebih
banyak dilakukan melalui jalur darat
16. Keluarnya Indonesia dari PBB dilatarbelakangi oleh
ketidaksetujuan presiden Sukarno atas diterimanya
Federasi Malaysia sebagai anggota tidak tepat dewan
keamanan PBB,
Namun hal tersebut bukanlah faktor yang sebenarnya
yang membuat Indonesia keluar dari PBB melainkan
karena ketidakharmonisan pemimpin Indonesia
dengan perdana menteri Malaysia pada waktu itu,
akibat bergabungnya Malaysia dalam PBB serta di
setujuinya pendirian federasi Malaysia
17. Menghadapi serangan gencar Tentara Indonesia, Tengku
Abdurrahman menyatakan kesediaannya untuk berunding
dengan Indonesia. Namun Tengku Abdurrahman
mensyaratkan bahwa perundingan dapat dilaksanakan jika
Indonesia memberi pengakuan terhadap Malaysia
Dengan dilaksanakan perundingan damai di Bangkok yang
berlangsung tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1966 oleh
pemerintah RI dan Malaysia, serta ditandatanganinya hasil
perundingan tersebut, maka berakhirlah segala bentuk
konfrontasi yang pernah terjadi antara kedua negara
serumpun itu Pertikaian ini akhirnya dapat diselesaikan
dengan naiknya presiden Soeharto sebagai Presiden
Republik Indonesia dan presiden Filiphina yang digantikan
oleh Ferdinan Marcos