SlideShare a Scribd company logo
1 of 65
Download to read offline
MODUL 2. PROSES DEMOGRAFI
KONSEP DAN
UKURAN
FERTILITAS
MODUL – 2 PROSES
DEMOGRAFIS: KONSEP
DANN
FERTILITAS
ii
Proses Demografis:
Konsep dan Ukuran Fertilitas
Tim Penyusun:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nya Modul Konsep dan
Ukuran Fertilitas telah tersusun. Sehingga Modul “Proses
Demografis: Konsep dan Ukuran Fertilitas” dapat
digunakan untuk meningkatkan pemahaman peserta yang
tergabung dalam Diklat Teknis Dasar-Dasar Demografi bagi
ASN BKKBN, PLKB/PKB, Mitra kerja, maupun Motivator.
Dengan adanya misi BKKBN dalam mewujudkan
pembangunan yang berwawasan kependudukan maka semua
pegawai BKKBN baik di pusat dan daerah harus memiliki
pengetahuan tentang dasar-dasar demografi.
Modul ini disusun atas Kerjasama Pusdiklat Kependudukan dan KB,
BKKBN RI dengan Lembaga Demografi FEB UI. Modul pelatihan
ini masih perlu dikembangkan oleh masing-masing pengguna dan
ditindak lanjuti melalui praktek lansung di lapangan dalam
memenuhi kebutuhan operasional serta dari sumber
kepustakaan. Saran dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan bahan ajar sangatlah kami harapkan.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya modul pelatihan ini. Semoga modul ini dapat
memberikan manfaat kepada setiap peserta ajar dan
pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................1
B. Deskripsi Singkat .................................................................3
C. Manfaat Modul bagi Peserta...............................................3
D. Tujuan Pembelajaran...........................................................3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok...................................4
F. PETUNJUK BELAJAR.............................................................5
BAB II PENGUKURAN FERTILITAS.....................................................6
A. Konsep dan definisi fertilitas...............................................6
B. Sumber data fertilitas..........................................................9
C. Ukuran fertilitas.................................................................10
D. Latihan...............................................................................27
E. Rangkuman........................................................................28
F. Evaluasi..............................................................................29
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.........................................32
BAB III ANALISIS FERTILITAS ..........................................................33
A. Tingkat, tren, dan perbedaan fertilitas menurut wilayah 33
B. Pola dan perbedaan fertilitas ............................................41
C. Determinan fertilitas .........................................................46
D. Latihan...............................................................................52
E. Rangkuman........................................................................52
F. Evaluasi..............................................................................53
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.........................................56
BAB IV PENUTUP............................................................................58
A. Rangkuman........................................................................58
B. Evaluasi..............................................................................59
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fertilitas (kelahiran) adalah komponen utama pertumbuhan
penduduk yang bersifat menambah jumlah penduduk.
Fertilitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pencapaian
pembangunan. Negara-negara dengan pencapaian
pembangunan yang lebih baik, seperti tingkat kesehatan,
pendidikan, dan perekonomian yang lebih tinggi, cenderung
memiliki tingkat kelahiran yang lebih rendah. Negara-negara
dengan tingkat kelahiran yang lebih rendah cenderung
mempunyai pencapaian pembangunan yang lebih baik. Oleh
karena itu, pengelolaan tingkat fertilitas merupakan suatu
kebijakan pembangunan yang penting untuk meningkatkan
pencapaian pembangunan. Pemahaman yang tepat mengenai
fertilitas merupakan salah satu faktor kunci untuk penyusunan
kebijakan dan pengambilan keputusan terkait fertilitas.
1
Analisis fertilitas bermanfaat untuk sebagai berikut.
(i) Mengetahui status demografi saat ini dari suatu populasi
serta konsekuensinya pada pertumbuhan penduduk.
(ii) Memenuhi kebutuhan administrasi dan penelitian bagi
institusi keluarga berencana (KB) dalam hubungannya
dengan pembangunan, pelaksanaan, dan evaluasi
program-program KB.
(iii) Memenuhi kebutuhan akan informasi tentang perubahan
penduduk dalam hubungannya dengan kegiatan-kegiatan
profesional dan komersial.
(iv) Pembuatan analisis perubahan penduduk pada masa
lampau yang dibutuhkan untuk proyeksi penduduk dan
karakteristik demografi lainnya untuk perencanaan
kebutuhan fasilitas perumahan dan pendidikan,
managemen program jaminan sosial serta untuk produksi
dan penyediaan pelayanan dan komoditas untuk berbagai
kelompok penduduk.
(v) Penentuan program-program KB untuk pengaturan
fertilitas.
(vi) Memenuhi kebutuhan individu-individu akan dokumen
kelahiran.
B. Deskripsi Singkat
Dalam modul ini dibahas konsep, definisi, sumber data,
ukuran, dan analisis fertilitas.
C. Manfaat Modul bagi Peserta
Manfaat modul bagi peserta adalah sebagai bahan ajar dalam
mata Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dasar-Dasar
Demografi agar Aparatur Sipil Negara (ASN) Kependudukan,
Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK)
dapat mengerti dan memahami istilah-istilah dalam fertilitas
dan kaitannya dengan pembangunan dan Program KKBPK
yang dilaksanakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN).
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mempelajari materi ini Anda diharapkan mampu
memahami konsep, definisi, sumber data dan ukuran fertilitas
sertsa melakukan analisis fertilitas.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mempelajari materi ini Anda dapat
- Menjelaskan konsep fertilitas;
- Menjelaskan definisi konsep fertilitas;
- Menjelaskan sumber data fertilitas;
- Menjelaskan ukuran-ukuran fertilitas;
- Menjelaskan tingkat, tren, pola, dan perbedaan fertilitas;
- Menjelaskan determinan fertilitas;
- Menjelaskan isu-isu terkini fertilitas.
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
I. Pengukuran fertilitas
1. Konsep dan definisi fertilitas
2. Sumber data fertilitas
3. Ukuran-ukuran fertilitas
II. Analisis fertilitas
1. Tingkat dan tren fertilitas
2. Pola dan perbedaan fertilitas
3. Determinan fertilitas
F. PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah dengan seksama indikator keberhasilan setiap
bab karena indikator keberhasilan merupakan tolokukur
keberhasilan Anda dalam belajar.
2. Bacalah materi yang diberikan oleh Widyaiswara secara
berurutan dengan seksama. Tanyakan apabila ada yang
kurang dimengerti.
3. Diskusikan dengan teman-teman Anda bila ada masalah
dalam penyusunan ataupun pengusulan angka kredit.
4. Kerjakan soal-soal latihan yang diberikan untuk
mengukur kemampuan Anda.
5. Jangan melihat kunci jawaban terlebih dahulu sebelum
Anda mengerjakan soal-soal latihan.
6. Untuk memperkaya pengetahuan carilah informasi dari
sumber-sumber lain yang relevan.
Baiklah, selamat belajar! Semoga Anda sukses menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang diuraikan dalam Mata
Diklat Dasar-Dasar Demografi ini dan dapat melaksanakan
tugas sehari-hari anda sebagai seorang ASN BKKBN secara
lebih baik lagi.
BAB II
PENGUKURAN FERTILITAS
A. Konsep dan definisi fertilitas
Fertilitas (kelahiran) merupakan salah satu komponen utama
pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah
penduduk. Kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan
kebutuhan tumbuh kembang bayi tersebut, termasuk
pemenuhan gizi dan kecukupan kalori serta perawatan
kesehatan. Selanjutnya, para bayi ini akan tumbuh menjadi
anak usia sekolah yang memerlukan layanan pendidikan dan
kemudian memasuki angkatan kerja dan memerlukan
lapangan pekerjaan. Sementara itu, para bayi perempuan akan
tumbuh menjadi perempuan remaja dan usia reproduksi yang
akan menikah dan melahirkan bayi dan memerlukan layanan
kesehatan reproduksi.
Thompson (1953) dalam Mardiani dan Purnomo (2018)
mendefinisikan fertilitas sebagai jumlah kelahiran hidup (live
birth) dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Oleh
karena itu, indikator fertilitas mengukur hasil reproduksi nyata
Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari modul
ini peserta diklat dapat menjelaskan pengukuran
fertilitas.
(bayi lahir hidup) dari seorang atau sekelompok perempuan.
Selain fertilitas, dikenal pula istilah lain yang berkaitan dengan
reproduksi, yakni natalitas (natality) dan kelahiran (birth).
Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang
dikaitkan dengan kesuburan wanita atau disebut juga
fekunditas. Fekunditas diartikan sebagai potensi fisik seorang
perempuan untuk melahirkan anak. Seorang perempuan
dikatakan subur kalau sudah melahirkan anak lahir hidup.
Sementara itu, perempuan yang tidak dapat melahirkan anak
disebut infertil (infecund).
Dalam perkembangan ilmu demografi, fertilitas lebih diartikan
sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang perempuan
maupun kelompok perempuan. Dengan kata lain, fertilitas ini
berkaitan dengan banyaknya bayi yang lahir ke dunia dalam
keadaan hidup. Fertilitas menyangkut peranan kelahiran
terhadap perubahan dari jumlah suatu penduduk
(Moertiningsih 2010).
Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak
selalu melahirkan anak banyak. Perempuan dapat mengatur
fertilitasnya dengan cara abstinensi atau menggunakan alat-
alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan
untuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Ahli demografi
hanya menggunakan kelahiran hidup (live birth). Jadi,
fertilitas adalah kelahiran hidup (live birth), yaitu kelahiran
seorang bayi, tanpa memperhitungkan lamanya di dalam
kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda
kehidupan pada saat dilahirkan, seperti ada nafas (bernafas),
ada denyut jantung atau denyut tali pusat, atau ada gerakan-
gerakan otot (Mantra, 2003). Sementara itu, kelahiran mati
(still birth) didefinsikan sebagai kelahiran seorang bayi dari
kandungan yang sudah berumur paling sedikit 28 minggu
tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat
dilahirkan.
Suatu proses kehamilan dapat berhenti karena kematian janin
atau karena dihentikan (pengguguran kandungan/aborsi).Jadi,
ada dua (2) macam aborsi, yaitu (i) aborsi yang tidak disengaja
(spontaneous abortion), yang merupakan pengguguran
kandungan karena janin tidak dapat dipertahankan lagi di
dalam kandungan, dan (ii) aborsi yang disengaja (induced
abortion), yang merupakan peristiwa penggugurankandungan
karena alasan kesehatan, seperti si ibu mempunyai penyakit
jantung yang berat dan kandungan dapat membahayakan jiwa
ibu atau karena alasan nonkesehatan, seperti malu dan tidak
menginginkan janin yang dikandung.
Seorang perempuan mampu melahirkan pada suatu periode
umur dalam hidupnya, yaitu masa reproduksi. Masa
reproduksi adalah periode dimana seorang perempuan
memiliki potensi untuk menghasilkan keturunan, yang
berawal sejak mendapat haid pertama (menarche) dan berakhir
pada saat berhenti mendapatkan haid (menopause). Dalam
analisis fertilitas, pada umumnya umur 15–49 tahun dijadikan
rujukan sebagai masa subur (reproduksi) seorang wanita.
B. Sumber data fertilitas
Sumber data utama fertilitas adalah registrasi vital, sensus
penduduk (SP) dan survei penduduk. Di Indonesia, data
fertilitas dihasilkan berdasarkan hasil SP 1971, 1980, 1990,
2000, dan 2010 serta berdasarkan hasil SUPAS 1976, 1985,
1995, 2005, dan 2015. Selain itu, data fertilitas di Indonesia
juga sudah dihasilkan dari Survei Prevalensi Kontrasepsi (SPI)
1987 dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
1991, 1994, 1997, 2002–2003, 2007, 2012, dan 2017.
Sementara itu, berdasarkan hasil registrasi vital, Direktorat
Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri melaporkan jumlah kelahiran di Indonesia.
Kementerian Kesehatan juga melaporkan jumlah kelahiran di
Indonesia berdasarkan laporan administrasi rumah sakit.
C. Ukuran fertilitas
Ukuran fertilitas dapat dikelompokkan menjadi dua
berdasarkan pada pendekatan yang digunakan. Pertama,
pendekatan yang berbasis pada ukuran yang bersifat periode
atau ‘kerat lintang’ (cross-section) atau current, umunya satu
atau lima tahun (yearly performance), yang sering juga disebut
sebagai current fertility. Kedua, pendekatan dengan ukuran
yang sifatnya mencerminkan ‘riwayat kelahiran’ atau‘riwayat
reproduksi.’ Ukuran ini menggambarkan tingkat fertilitas dari
suatu kelompok penduduk atau kelompok perempuan dalam
suatu waktu tertentu. Ukuran yang bersifat longitudinal atau
kohor (reproductive history) mencerminkan sejarah kelahiran
semasa hidup seorang perempuan dari awal sampai ahir masa
reprosuksi (15–49 tahun).
Ukuran fertilitas current meliputi (i) angka kelahiran kasar, (ii)
angka fertilitas umum, (iii) angka kelahiran menurut umur, (iv)
angka kelahiran total, (v) paritas (anak lahir hidup rata-rata),
dan (vi) rasio anak perempuan. Sementara itu, ukuran
reproduksi terdiri dari angka reproduksi kotor dan angka
reproduksi neto.
Angka kelahiran kasar (crude birth rate/CBR) adalah
banyaknya kelahiran dalam suatu periode tertentu per 1.000
penduduk pada pertengahan yang sama. Rumus CBR adalah
sebagai berikut.
CBR=
B
1.000
P
B adalah banyak kelahiran pada suatu periode dan P adalah
jumlah penduduk pada pertengahan periode yang sama.
Sebagai contoh, menurut hasil SP 2010, banyak kelahiran di
Indonesia pada periode 2006–2009 (periode acuan
perhitungan tingkat kelahiran menurut SP 2010) adalah
CBR=
4.711.853
229.797.144
1.000 = 21
4.711.853 dan banyak penduduk Indonesia pada pertengahan
periode 2006–2009 adalah 229.797.144. CBR Indonesia
menurut SP 2010 adalah
Artinya, menurut hasil SP 2010, terdapat 21 kelahiran per
1.000 penduduk di Indonesia.
Perhitungan CBR masih merupakan perhitungan yang sangat
kasar karena penduduk terpapar (exposed to risk) yang
digunakan sebagai penyebut adalah penduduk dari semua jenis
kelamin termasuk laki-laki dan semua umur termasuk anak-
anak dan orang tua, yang tidak mempunyai potensi untuk
melahirkan. Oleh karena itu, ukuran fertilitas berikutnya,
GFR, menggunakan perempuan usia reproduksi saja sebagai
penduduk terpapar.
Angka fertilitas umum (general fertility rate/GFR) adalah
banyaknya kelahiran pada suatu periode per 1.000 penduduk
perempuan berumur 15–49 tahun atau 15–44 tahun pada
pertengahan periode yang sama. Rumus GFR adalah sebagai
berikut.
P
P
GFR=
B
f
15−49
1.000
B adalah banyak kelahiran pada suatu periode dan P15–49
f
adalah jumlah penduduk perempuan usia 15–49 tahun pada
pertengahan periode yang sama.
Sebagai contoh, menurut hasil SP 2010, banyak kelahiran di
Indonesia pada periode 2006–2009 adalah 4.711.853 dan
banyak penduduk perempuan usia 15–49 tahun Indonesia pada
pertengahan periode 2006–2009 adalah 63.358.993. GFR
Indonesia menurut SP 2010 adalah
GFR=
4.711.853
63.358.993
1.000 = 74
Artinya, menurut hasil SP 2010, terdapat 74 kelahiran per
1.000 penduduk perempuan usia 15–49 tahun di Indonesia.
Angka kelahiran menurut umur (age specific fertility
rate/ASFR) adalah banyaknya kelahiran dari perempuan pada
suatu kelompok umur pada suatu periode tertentu per 1.000
perempuan pada kelompok umur dan pertengahan periode
yang sama. Rumus GFR adalah sebagai berikut.
ASFR =
bi
1.000
i f
i
ibi adalah banyak kelahiran pada suatu periode dan P f
adalah
jumlah penduduk perempuan kelompok umur i pada
pertengahan periode yang sama, i = 1 untuk perempuan
kelompok umur 15–19 tahun, i = 2 untuk perempuan
kelompok umur 20–24 tahun, …, i = 7 untuk perempuan
kelompok umur 45–49 tahun.
Sebagai contoh, menurut hasil SP 2010, banyak kelahiran pada
perempuan kelompok umur 15–19 tahun di Indonesia pada
periode 2006–2009 adalah 428.079 dan banyak penduduk
perempuan usia 15–19 tahun Indonesia pada pertengahan
periode 2006–2009 adalah 10.440.955. ASFR15–19 Indonesia
menurut SP 2010 adalah
ASFR15−19 =
428.079
10.440.955
1.000 = 41
Artinya, menurut hasil SP 2010, terdapat 41 kelahiran per
1.000 penduduk perempuan usia 15–19 tahun di Indonesia.
Perhitungan ASFR untuk kelompok umur lainnya disajikan
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perhitungan angka kelahiran Menurut
umur Indonesia SP 2010
Kelompok
umur
(1)
Jumlah
perempuan
(Pi
f)
(2)
Jumlah
kelahiran (bi)
(3)
ASFRi
(4) = 1.000 ×
(3) : (2)
15–19
10.440.955
428.079
41
20–24 10.113.906 1.183.327 117
25–29
10.458.769
1.359.640
130
30–34
9.505.340
998.061
105
35–39 8.781.181 535.652 61
40–44 7.671.330 168.769 22
45–49 6.387.512 38.325 6
Jumlah 63.358.993 4.711.853 482
TFR per 1.000 perempuan 5 × 482 = 2.410
Sumber: www.sp2010.bps.go.id dan BPS (2012) (Diolah oleh
Penulis).
Pada Gambar 2.1 disajikan ASFR menurut kelompok umur
perempuan. Dapat dilihat bahwa pola umur kelahiran
berbentuk huruf U terbalik, rendah pada perempuan kelompok
umur 15–19 tahun, mencapai puncak pada perempuan
kelompok umur 25–29 tahun, dan kemudian turun pada
kelompok umur yang lebih tua dan paling rendah pada
perempuan kelompok umur 45–49 tahun.
ASFR
140
120
100
80
60
40
20
0
117
130
105
61
41
22
6
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
Kelompok umur
Gambar 2.1
Angka kelahiran menurut umur Indonesia SP 2010
Keunggulan ASFR adalah telah memperhitungkan
kemampuan perempuan untuk melahirkan (tingkatkesuburan)
yang berbeda menurut kelompok umur perempuan. ASFR juga
memungkinkan studi fertilitas menurut kohor (tahun
kelahiran) atau menurut kelompok umur tertentu dan
merupakan dasar perhitungan ukuran reproduksi.


Angka fertilitas total (total fertility rate/TFR) adalah banyak
anak rata-rata yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan
pada akhir masa reproduksinya apabila perempuan tersebut
mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung. TFR
menyatakan fertilitas yang dilengkapi (completed fertility) dari
suatu kohor hipotetis perempuan. TFR dihitung dengan cara
menjumlahkan angka kelahiran menurut umur (ASFR)
kemudian dikalikan dengan kelompok umur (biasanya lima
tahun). Rumus TFR adalah sebagai berikut.
i=7
TFR= 5 ASFRi
i=1
Sebagai contoh, menurut hasil SP 2010, TFR Indonesia adalah
i=7
TFR= 5 ASFRi = 5(41+117 +130 +105 + 61+ 22+ 6) = 2.410
i=1
Artinya, secara rata-rata, menurut SP 2010, 1.000 perempuan
Indonesia akan memiliki 2.410 anak pada akhir masa
reproduksi mereka.
Paritas adalah banyak anak lahir hidup (ALH) rata-rata
sekelompok atau beberapa kelompok perempuan pada saat
mulai memasuki masa reproduksi hingga pada saat
P
i f
i
pengumpulan data dilakukan. Rumus paritas adalah sebagai
berikut.
Paritas =
ALHi
i
ALHi adalah banyak ALH pada perempuan kelompok umur i
dan P f
adalah jumlah penduduk perempuan kelompok umur i.
Sebagai contoh, menurut hasil SP 2010, banyak anak lahir
hidup pada perempuan kelompok umur 15–19 tahun di
Indonesia adalah 626.135 dan banyak penduduk perempuan
usia 15–19 tahun adalah 10.137.245. Paritas perempuan usia
15–19 tahun Indonesia menurut SP 2010 adalah
Paritas15−19 =
626.135
10.137.245
= 0,06
Artinya, menurut hasil SP 2010, terdapat 0,06 anak lahir hidup
per perempuan usia 15–19 tahun atau 6 anak lahir hidup per
100 perempuan usia 15–19 tahun di Indonesia. Perhitungan
paritas untuk kelompok umur lainnya disajikan pada Tabel 2.2.
Terlihat bahwa semakin tua umur perempuan semakin besar
paritasnya. Paritas untuk perempuan usia 15–54 tahun adalah
1,76. Artinya, terdapat 1,76 anak lahir hidup per perempuan
usia 15–54 tahun atau 176 anak lahir hidup per 100 perempuan
usia 15–54 tahun di Indonesia.
Tabel 2.2
Paritas perempuan Indonesia SP 2010
Kelompok
umur
(1)
Jumlah
perempuanf
(Pi )
(2)
Jumlah anak
lahir hidup
(ALHi)
(3)
Paritasi
(4) = (3) : (2)
15–19 10.137.245 626.135 0,06
20–24 9.952.260 5.145.830 0,52
25–29 10.656.075 12.720.530 1,19
30–34 9.864.556 18.784.991 1,90
35–39 9.154.279 22.437.913 2,45
40–44 8.192.374 23.313.916 2,85
45–49 7.001.461 21.971.008 3,14
50–54 5.690.615 19.441.608 3,42
Jumlah 70.648.865 124.441.931 1,76
Sumber: sp2010.bps.go.id (Diolah oleh Penulis).
Keunggulan data ALH adalah kemudahan dalam memperoleh
data, terutama dari sensus dan survei dan tidak ada referensi
waktu karena menyatakan banyak ALH dari semenjak seorang
perempuan menikah pertama kali. Keterbatasan data ALH
adalah data ALH menurut kelompok umur sering tidak akurat
apabila terdapat kesalahan dalam pelaporan umur ibu,
terutama di negara-negara berkembang. Selain itu, karena sifat
data ALH yang retrospektif maka ada kecenderungan faktor
kelupaan (memory lapse) dalam melaporkan banyaknya
P
15–49
kelahiran, terutama dari perempuan kelompok umur yang
lebih tua, apalagi kalau banyak di antara anak mereka yang
lahir hidup tetapi sudah meninggal pada saat pencacahan.
Rasio anak perempuan (child woman ratio/CWR) adalah
perbandingan antara banyak anak usia di bawah lima tahun (0–
4 tahun) dengan banyak penduduk perempuan usia reproduksi.
Banyak anak usia di bawah lima tahun sebagai pembilang
merupakan banyak kelahiran selama lima (5) tahun sebelum
pencacahan. Banyak perempuan usia reproduksi sebagai
penyebut dapat berasal dari kelompok umur 15–44 tahun atau
15–49 tahun. Usia anak dapat diukur dari 0–9 tahun atau0–14
tahun. Rumur CWR adalah sebagai berikut
CWR=
P0−4
f
15−49
1.000
P0–4 adalah banyak penduduk usia 0–4 tahun dan P f
adalah
banyak penduduk usia 15–49 tahun. Sebagai contoh, menurut
SP 2010 P0–4 adalah 22.678.702 dan P15–49
f
adalah 65.208.804.
Jadi,
CWR=
22.678.702
1.000 = 348
65.208.804
Artinya, terdapat 348 anak usia 0–4 tahun per 1000 perempuan
usia 15–49 tahun di Indonesia.
Keunggulan CWR adalah sederhana dan datanya mudah
diperoleh dari sensus atau survei yakni dengan pertanyaan:
“Berapa jumlah anak ibu yang dilahirkan hidup, termasuk
yang sekarang sudah meninggal?“ Selain itu, CWR berguna
untuk indikasi fertilitas di daerah dengan luas wilayah yang
kecil dan tidak memungkinkan dibuat ASFR dan TFR.
Keterbatasan CWR adalah kualitasnya sangat dipengaruhi
secara langsung oleh kualitas pelaporan jumlah anak dan
pelaporan umur anak maupun umur ibu. Di banyak negara
berkembang, dimana penduduknya umumnya tidak
mempunyai catatan tentang kelahiran anak dan umur ibu,
kualitas pelaporan rendah. Ukuran ini tidak dapat menangkap
kasus kematian anak maupun kematian ibu, khususnya anak
usia di bawah satu tahun sehingga ada kemungkinan CWR
diperkirakan terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan
sebenarnya. Selain itu, CWR tidak memperhitungkan tingkat
kesuburan perempuan menurut umur seperti halnya ASFR.
i

Angka reproduksi merupakan ukuran yang berkenaan dengan
kemampuan seorang perempuan untuk menggantikan dirinya.
Oleh karena itu, hanya bayi perempuan yang disertakan dalam
perhitungan ukuran reproduksi, yaitu angka reproduksi kotor
dan angka reproduksi neto.
Angka reproduksi kotor (gross reproduction rate/GRR)
adalah banyaknya bayi perempuan yang akan dilahirkan oleh
suatu kohor perempuan selama usia reproduksi mereka. Kohor
kelahiran adalah kohor atau kelompok perempuan yang mulai
melahirkan pada usia yang sama dan bersama-samamengikuti
perjalanan reproduksi sampai masa usia subur selesai.
GRR dapat dihitung dengan menggunakan rasio jenis kelamin
saat lahir (RJK0) atau angka kelahiran menurut umur untuk
bayi perempuan (ASFR f
). Rumus GRR menggunakan rasio
jenis kelamin pada saat lahir dan TFR adalah sebagai berikut.
GRR=
100
100 + RJK0
 TFR
Rumus GRR menggunakan ASFR untuk bayi perempuan
adalah sebagai berikut.
i=7
GRR= 5 ASFR f
i
i=1
Sebagai contoh, jika diasumsikan RJK0 Indonesia adalah 105
kelahiran bayi laki-laki per 100 kelahiran bayi perempuan
maka GRR Indonesia menurut SP 2010 adalah
GRR=
100
100 +105
 2.410 = 1.176
Artinya, suatu kohor yang terdiri dari 1.000 perempuan
Indonesia selama usia reproduksi mereka akan melahirkan
1.176 bayi perempuan.
Keterbatasan utama GRR adalah perhitungannya belum
melihat kemungkinan adanya kematian bayi perempuan sejak
lahir sampai selesai masa reproduksinya.
Angka reproduksi bersih (net reproduction rate/NRR)
adalah banyaknya bayi perempuan yang akan dilahirkan oleh
suatu kohor perempuan selama usia reproduksi mereka jika
anak perempuan mereka mengikuti pola fertilitas dan
mortalitas ibu mereka. NRR adalah angka fertilitas yang telah
memperhitungkan faktor mortalitas, yaitu kemungkinan bayi
perempuan meninggal sebelum mencapai akhir masa

i
i
reproduksinya. Asumsinya adalah bayi perempuan mengikuti
pola fertilitas dan pola mortalitas ibunya.
Rumus NRR adalah sebagai berikut.
i=7
NRR= 5 (ASFR f
SR f
)
i
i
i=1
SR f
adalah rasio kelangsungan hidup perempuan pada
kelompok umur i. SR f
diperoleh dari Tabel Kematian yang
bersesuaian dengan tingkat mortalitas. Perhitungan NRR
Indonesia menurut hasil SP 2010 disajikan pada Tabel 2.3.
Jadi,
NRR= 5
100
105 +100
(41 0,994 +117  0,993 +130  0,991 +
1050,989 + 610,985 + 220,979 + 60,971) = 5 232,7 =1.164
Artinya, suatu kohor yang terdiri dari 1.000 perempuan
Indonesia selama usia reproduksi mereka akan melahirkan
1.164 bayi perempuan yang akan tetap hidup sampai usia ibu
mereka.
NRR merupakan ukuran kemampuan suatu populasi untuk
menggantikan dirinya (replacement level). NRR bernilai satu
berarti suatu populasi dapat menggantikan dirinya dengan
jumlah yang sama (exact replacement). NRR bernilai lebih dari
satu berarti bahwa suatu populasi dapat menggantikan dirinya
dengan jumlah yang lebih besar. NRR bernilai kurang dari satu
berarti suatu populasi tidak mampu menggantikan dirinya
dengan jumlah yang sama.
Tabel 2.3
Perhitungan angka reproduksi neto Indonesia SP 2010
Kelompok
umur
(1)
ASFRi
(2)
ASFRi
f
(3) = (2) × 100 :
(100+RJK0)
SRi
f
*
(4)
ASFRi
f
× SRi
f
(5) = (3) × (4)
15–19 41 20 0,9939 19,9
20–24 117 57 0,9927 56,7
25–29 130 63 0,9913 62,9
30–34 105 51 0,9889 50,6
35–39 61 30 0,9851 29,3
40–44 22 11 0,9794 10,5
45–49 6 3 0,9707 2,8
Jumlah 232,7
NRR per
1.000
perempuan
5 × 232,7 =
1.164
Sumber: www.sp2010.bps.go.id dan BPS (2012) (Diolah oleh
Penulis).
Keterangan: * Rasio kelangsungan hidup dari Tabel Kematian
Indonesia pada periode 2005–2010 (UN 2019).
i i
D. Latihan
Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi
ini, kerjakan soal-soal berikut ini.
Jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2010 sebesar
12.982.204 jiwa. Data jumlah perempuan usia reproduksi,
jumlah kelahiran, dan rasio bayi masih hidup hingga usia ibu
menurut kelompok umur disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4
Penduduk perempuan usia reproduksi (P f
), kelahiran (b ), dan
rasio bayi masih hidup hingga usia ibu: Sumatera Utara
Sensus Penduduk 2010
Umur
f
Pi Bi Rasio bayi masih hidup
hingga usia ibu
15–19 624.541 18.736 0,99632
20–24 559.810 77.254 0,99556
25–29 553.946 97.494 0,99454
30–34 492.350 69.914 0,99269
35–39 455.114 37.319 0,98968
40–44 412.031 11.125 0,98490
45–49 360.378 2.523 0,97763
Sumber: www.sp2010.bps.go.id dan BPS (2012) (Diolah oleh
Penulis).
Hitunglah indikator-indikator fertilitas sebagai berikut.
1. Angka Kelahiran Kasar
2. Angka Fertilitas Umum
3. Angka Kelahiran Menurut Umur
4. Angka Fertilitas Total
5. Angka Reproduksi Kotor dengan mengasumsikan rasio
jenis kelamin saat lahir sebesar 105
6. Angka Reproduksi Bersih
E. Rangkuman
Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang
dinyatakan dalam kelahiran hidup. Ukuran-ukuran fertilitas
terdiri dari ukuran-ukuran current dan ukuran reproduksi.
Ukuran fertilitas current meliputi (i) angka kelahiran kasar
(crude birth rate/CBR), (ii) angka fertilitas umum (general
fertility rate/GFR), (iii) angka kelahiran menurut umur (age
specific fertility rate/ASFR), (iv) angka kelahiran total (total
fertility rate/TFR), (v) paritas (anak lahir hidup rata-rata), dan
(vi) rasio anak perempuan (child woman ratio/CWR).
Sementara itu, ukuran reproduksi terdiri dari angka reproduksi
kotor (gross reproduction rate/GRR) dan angka reproduksi
neto (net reproduction rate/NRR).
F. Evaluasi
1. Buatlah suatu esai (satu halaman) mengenai ketersediaan
dan pemanfaatan data fertilitas di wilayah Anda.
2. Agar anda dapat mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi dalam kegiatan belajar ini, sebaiknya anda
mengerjakan soal-soal di bawah ini.
Petunjuk.
Berilah tanda silang (X) pada huruf B bila pernyataan di bawah
ini Anda anggap benar dan tanda silang (X) pada huruf S bila
Anda anggap salah.
1. B-S Infecund merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perempuan yang dapat melahirkan.
2. B-S Kelahiran bayi dari kandungan yang berumur paling
sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda
kehidupan pada saat dilahirkan, disebut sebagai lahir mati.
3. B-S Aborsi yang tidak disengaja (spontaneous abortion)
merupakan merupakan peristiwa pengguguran kandungan
karena alasan kesehatan dan nonkesehatan lainnya.
4. B-S Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung
dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak,
Kedua, dipengaruhi oleh tingkat mortalitas. Ketiga, tidak
memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita.
5. B-S Terdapat tiga keunggulan dari ukuran ASFR salah
satunya, ukuran ASFR lebih cermat dibandingkan dengan
GFR karena telah memperhitungkan kemampuan
perempuan untuk melahirkan (tingkatt kesuburan) sesuai
dengan umurnya.
Petunjuk.
Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang Anda
anggap paling benar.
1. Kemampuan secara potensial seorang wanita untuk
melahirkan anak dikenal dengan istilah:
a. Natalis
b. Infecund
c. Antinatalis
d. Sterelisasi
2. Ukuran kemampuan suatu populasi untuk menggantikan
dirinya (replacement level) disebut sebagai
a. GFR
b. TFR
c. NRR
d. CBR
3. Kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan
dengan kesuburan wanita disebut dengan istilah ....
a. Menopause
b. Fertilitas
c. Mortalitas
d. Infertile
4. Dibawah ini merupakan cara perhitungan ukuran fertilitas
tahunan, kecuali :
a. Crude birth rate
b. Crude death rate
c. General fertility rate
d. Child woman ratio
5. Kelemahan dari perhitungan CBR ini adalah
a. Tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan.
b. Memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan.
c. Hanya menghitung penduduk perempuan saja.
d. Hanya menghitung penduduk Laki-laki saja.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Kunci jawaban Latihan
1. S
2. B
3. S
4. B
5. B
Kunci jawaban Evaluasi
1. A
2. C
3. B
4. D
5. A
BAB III
ANALISIS FERTILITAS
Pada bab ini disajikan analisis fertilitas berupa analisis
terhadap tingkat, tren, pola, perbedaan, determinan fertilitas.
Analisis dilakukan terhadap angka kelahiran kasar (CBR),
angka fertilitas total (TFR), angka reproduksi neto (NRR), dan
angka kelahiran menurut umur (ASFR).
A. Tingkat, tren, dan perbedaan fertilitas menurut
wilayah
Pada Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa tingkat kelahiran dunia
sangat tinggi pada pertengahan abad 20. Diperkirakan terdapat
44 kelahiran hidup per 1.000 penduduk dunia pada periode
1950–1955. CBR lebih tinggi di wilayah negara berkembang
dibandingkan di wilayah negara maju (37 versus 22). CBR
turun secara nyata hingga periode 2000–2005. Penurunan
CBR melambat setelah periode 2000–2005 dan diperkirakan
akan mencapai tingkat yang rendah, hanya 116 kelahiran hidup
per 10.000 penduduk, pada akhir abad 21, dengan perbedaan
Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari modul ini
peserta diklat dapat menjelaskan tingkat, tren, pola,
perbedaan, dan determinan fertilitas.
yang semakin mengecil antara wilayah negara berkembang
dan wilayah negara maju (118 per 10.000 penduduk di wilayah
negara berkembang versus 96 per 10.000 penduduk di wilayah
negara maju).
Gambar 3.1
Angka kelahian kasar (CBR) dunia, negara-negara maju,
dan negara-negara berkembang: 1950–2100
Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis).
Seperti halnya CBR, TFR dunia tinggi pada masa lampau.
Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.2, secara rata-rata, pada
CBR
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
43,7
36,9
22,3
11,8
11,6
9,6
Dunia
Periode
Negara-negara maju Negara-negara berkembang
periode 1950–1955, seorang perempuan dunia akan memilki
lima orang anak pada akhir masa reproduksinya, lebih dari dua
kali lebih tinggi di wilayah negara berkembang dibandingkan
di wilayah negara maju. Diperkirakan TFR akan turun menjadi
di bawah dua anak per perempuan pada periode 2095–2100.
Gambar 3.2
Angka fertilitas total (TFR) dunia, negara-negara maju,
dan negara-negara berkembang: 1950–2100
Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis).
Pada pertengahan abad 20, dalam hal jumlah penduduk, kemampuan
dunia menggantikan dirinya tinggi. 1.700 anak perempuan akan
TFR
7 6,08
6
5
4 4,97
3
2 2,82
1
0
1,95
1,94
1,78
Dunia
Periode
Negara-negara maju Negara-negara berkembang
menggantikan 1.000 ibu (Gambar 3.3). NRR lebih tinggi diwilayah
negara berkembang (1,9) dibandingkan di wilayah negara maju
(1,2). Diperkirakan NRR akan turun menjadi di bawah satu
anak perempuan per perempuan pada periode 2095–2100.
Gambar 3.3
Angka reproduksi neto dunia (NRR), negara-negara
maju, dan negara-negara berkembang: 1950–2100
Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis).
Tingkat kelahiran bervariasi nyata antarnegara di wilayah Asia
Tenggara. Secara rata-rata, terdapat 16 kelahiran per 1.000
penduduk di Asia Tenggara pada periode 2015–2020 (Gambar 3.4).
NRR
2,5
2,0
1,896
1,5 1,674
1,0 1,247
0,929
0,922
0,863
0,5
0,0
Periode
Dunia Negara-negara maju Negara-negara berkembang
CBR paling rendah di Singapura, negara paling maju di Asia
Tenggara, dan paling tinggi di Timor-Leste. Selain itu, secara rata-
rata 1.000 perempuan Asia Tenggara diperkirakan akan mempunyai
2.140 anak pada akhir masa reproduksinya, paling rendah di
Singapura (1.240) dan paling tinggi di Timor-Leste (3.600).
Gambar 3.4
Angka kelahiran kasar (CBR) negara-negara di Asia
Tenggara 2015–2020
Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis).
CBR
30,0 27,9
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
0
19,6 20,421,4
13,3
15,115,9 16,8 16,8 16,3
8,3 9,5
Gambar 3.5
Angka fertilitas total negara-negara di Asia Tenggara
2015–2020
Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis).
Seperti halnya dunia, tingkat kelahiran tinggi di Indonesia
pada masa lampau. CBR Indonesia sebesar 43 kelahiran per
1.000 penduduk pada periode 1950–1955 dan meningkat
menjadi 45 pada periode 1955–1960 (Gambar 3.6), yang dapat
disebabkan karena telah selesainya perang kemerdekaan.
Tingkat kelahiran di Indonesia kemudian terus menurun secara
nyata, terutama setelah program KB yang didukung oleh
pemerintah dilaksanakan di Indonesia. CBR Indonesia
diperkirakan akan turun menjadi kurang dari 10 pada akhir
abad 21.
TFR
4,0 3,60
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
2,07 2,22 2,39 2,45 2,48
2,14
1,24 1,46
1,76 1,92 2,02
CBR
50,0
45,0
44,9
40,0
35,0 42,7
30,0
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
0
9,7
Periode
Gambar 3.6
Angka kelahiran kasar (CBR) Indonesia 1950–2100
Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis).
Pada Gambar 3.7 disajikan TFR Indonesia menurut hasil SP
dan SUPAS, SPI dan SDKI, serta menurut hasil estimasi untuk
periode 1950–2020 dan proyeksi pada periode 2020–2100
oleh PBB (2019). Dapat dilihat bahwa secara keseluruhan
tingkat kelahiran di Indonesia menunjukkan tren menurun
selama periode 1950–2100, meskipun mengalami
kemandekan pada periode 2000–2015. Saat ini TFRIndonesia
diperkirakan sekitar 2.200 anak per 1.000 perempuan dan akan
menurun menjadi 1.780 anak per 1.000 perempuan pada
periode 2095–2100.
TFR
6,0
5,49
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
1,78
PBB (2019)
Periode
SP/SUPAS SDKI
Gambar 3.7
Angka fertilitas total Indonesia 1950–2100
Sumber: BPS (2012), BKKBN dkk (2018), dan UN (2019) (Diolah
oleh Penulis).
Tingkat kelahiran diklasifikasikan tinggi jika TFR lebih besar
dari 5.000 anak per 1.000 perempuan, sedang jika antara 2.500
dan 5.000 anak per 1.000 perempuan, serta rendah jika lebih
rendah dari 2.500 anak per 1.000 perempuan. Berdasarkan
klasifikasi tingkat fertilitas ini maka dapat dikatakan bahwa
tingkat kelahiran di Indonesia sudah rendah. Di tingkat
provinsi, terdapat provinsi dengan tingkat kelahiran yang
rendah dan sedang serta sudah tidak ada provinsi dengan
tingkat kelahiran tinggi di Indonesia. Di tingkat
kabupaten/kota, masih terdapat kabupaten/kota dengantingkat
kelahiran tinggi.
B. Pola dan perbedaan fertilitas
Fertilitas bervariasi menurut latar belakang perempuan.
Variasi tingkat kelahiran menurut umur, tingkat pendidikan,
dan tingkat kekayaan disebut pola. Sementara itu, variasi
tingkat kelahiran menurut tempat tinggal dan provinsi disebut
perbedaan.
Pola umur kelahiran Indonesia menurut SP 1971 dan 2010
serta proyeksi PBB (2019) disajikan pada Gambar 3.8. Dapat
dilihat bahwa pada pola umur kelahiran di Indonesia berbentuk
huruf U terbailik. Puncak umur melahirkan adalah 20–24
tahun pada tahun 1960an, meningkat menjadi 25–29 tahun
menurut SP 2010, dan diperkirakan akan meningkat lagi
menjadi umur 30–34 tahun pada periode 2095–2100. Hal ini
mengindikasikan terjadinya penuaan usia melahirkan di
kalangan perempuan di Indonesia.
Gambar 3.8
Angka fertilitas menurut umur (ASFR) Indonesia SP
1971 dan 2010 dan proyeksi 2040–2045 dan 2095–2100
Sumber: BPS (2012) dan UN (2019) (Diolah oleh Penulis).
Hasil SUPAS 2015 menunjukkan bahwa tingkat kelahiran di
Indonesia sangat bervariasi, paling rendah di D.I. Yogyakarta
(1.730 anak per 1.000 perempuan) yang merupakan provinsi
tujuan pendidikan dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur
(2.820 anak per 1.000 perempuan) (Gambar 3.9). Ada 14
provinsi di Indonesia dengan tingkat kelahiran yang lebih
ASFR
350
300
286
273
250
211
200
155
150 124
100
102 103 55
50
62 57
17
0
16
15-19
14 2
20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
Kelompok umur
SP 1971 SP 2010
Proyeksi 2040-2045 Proyeksi 2095-2100
tinggi daripada tingkat kelahiran nasional, yaitu Kalimantan
Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Riau, Maluku Utara,
Papua Barat, Kalimantan Utara, Papua, Sumatera Barat, Aceh,
Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Nusa
Tenggara Timur. Lebih tingginya tingkat kelahiran di
provinsi-provinsi ini dapat disebabkan karena keterbatasan
akses terhadap informasi dan layanan KB serta karena faktor
budaya yang menginginkan anak banyak dan tidak setuju KB.
Gambar 3.9
TFR menurut provinsi Indonesia SUPAS 2015
(anak per perempuan)
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Sumatera Utara
Aceh
Sumatera Barat
Papua
Kalimantan Utara
Papua Barat
Maluku Utara
Riau
Maluku
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Selatan
INDONESIA
Lampung
Jambi
Kalimantan Barat
Sumatera Selatan
Bengkulu
Bangka Belitung
Sulawesi Tengah
Kepulauan Riau
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Banten
Gorontalo
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Jawa Tengah
Bali
DKI Jakarta
Jawa Timur
D.I. Yogyakarta
2,82
2,67
2,63
2,61
2,60
2,60
2,59
2,57
2,56
2,55
2,49
2,47
2,39
2,34
2,28
2,28
2,25
2,23
2,23
2,22
2,21
2,21
2,20
2,20
2,16
2,15
2,13
2,12
2,09
2,09
2,06
1,92
1,88
1,79
1,73
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
TFR
Sumber: BPS (2015) (Diolah oleh Penulis).
Tingkat kelahiran berbeda menurut karakteristik latar
belakang perempuan. Tingkat kelahiran di wilayah perdesaan
lebih tinggi daripada tingkat kelahiran di wilayah perkotaan
(Gambar 3.10). Semakin tinggi pendidikan perempuan dan
indeks kekayaan rumah tangga, semakin rendah tingkat
kelahiran. Perempuan yang tinggal di wilayah perkotaan,
berpendidikan tinggi, dan memiliki indeks kekayaan rumah
tangga yang lebih tinggi lebih cenderung memiliki akses
terhadap layanan dan informasi KB sehingga lebih cenderung
memiliki anak lebih sedikit.
Gambar 3.10
TFR menurut latar belakang karakteristik perempuan
Indonesia SDKI 2017
Sumber: BKKBN dkk (2018). (Diolah oleh Penulis).
C. Determinan fertilitas
Beberapa teori determinan fertilitas yang paling dikenal adalah
teori Davis dan Blake (1956), Freedman (1961), pendekatan
ekonomi oleh Leibenstein (1957) dan Becker (1976, 1981),
dan Bongaarts (1978). Davis dan Blake (1956) menggunakan
TFR
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
2,6 2,7 2,8 2,9
2,3
2,5 2,5
2,9
2,6
2,3 2,3 2,3
2,1
2,4
Tempat
tinggal
Pendidikan Indeks kekayaan
Perkotaan
Pedesaan
TdakSekolah
TidakTamatSD
TamatSD
TidakTamatSLTA
TamatSLTA
PerguruanTinggi
Terbawah
Menengahbawah
Menengah
Menengahatas
Teratas
Indonesia
pendekatan ilmu sosial determinan fertilitas. Teori mereka
terkenal dengan istilah pendekatan ‘variabel antara’
(intermediate variables). Variabel antara adalah variabel yang
secara langsung mempengaruhi fertilitas dan dipengaruhi oleh
variabel-variabel tidak langsung seperti faktor-faktor sosial,
ekonomi, dan budaya.
Variabel antara yang diajukan Davis dan Blake (1956) adalah
tiga (3) tahap penting dalam proses kelahiran, yaitu tahap
hubungan kelamin (intercourse), tahap konsepsi (conception),
dan tahap kehamilan (gestation). Variabel antara tahap
hubungan kelamin meliputi (i) umur saat memulai hubungan
kelamin, (ii) selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang
tidak pernah melakukan hubungan kelamin seumur hidupnya,
(iii) lamanya perempuan berstatus kawin, (iv) abstinensi
sukarela, (v) abstinensi terpaksa, seperti sakit atau berpisah
sementara karena tugas atau belajar, dan (vi) frekuensi
hubungan kelamin. Variabel antara tahap konsepsi terdiri dari
(i) fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang
tidak disengaja (kemandulan sejak lahir atau karena infeksi
kandungan), (ii) fekunditas atau infekunditas yangdisebabkan
hal-hal yang disengaja, seperti minum obat penyubur atau
sterilisasi, dan (iii) pemakaian alat kontrasepsi. Variabel antara
tahap kehamilan mencakup (i) aborsi atau mortalitas janin
karena sebab-sebab yang tidak disengaja dan (ii) aborsi atau
mortalitas janin karena sebab-sebab yang disengaja.
Sementara itu, Freedman (1961) mengajukan bahwa variabel
antara sangat erat hubungannya dengan norma sosial yang
berkembang dalam masyarakat. Semua perilaku perempuan
yang berkaitan dengan variabel antara sangat dipengaruhi oleh
adat istiadat serta anggapan masyarakat di sekelilingnya
tentang proses kelahiran mulai saat menikah, hamil, dan
melahirkan. Norma sosial tersebut sangat berhubungan dengan
tingkat kemajuan perempuan atau pasangan itu atau
masyarakat sekelilingnya. Pada akhirnya perilaku seseorang
akan dipengaruhi oleh norma yang ada.
Leibenstein (1957) mengajukan bahwa anak dapat dilihat dari
dua (2) segi ekonomi, yaitu kegunaan (utility) dan biaya (cost).
Dari sisi kegunaan, anak (i) memberikan kepuasan kepada
orang tua, (ii) memberi balas jasa ekonomi, seperti
memberikan kiriman uang kepada orang tua pada saat
dibutuhkan, (iii) membantu dalam kegiatan produksi, seperti
membantu mengolah tanah pertanian, dan (iv) merupakan
sumber yang dapat membantu kehidupan orang tua pada masa
depan (investasi). Dari sisi biaya, ada pengeluaran untuk
membesarkan anak.
Becker (1976, 1981) menekankan pengaruh tingkat
pendapatan orang tua dan biaya merawat serta membesarkan
anak terhadap tingkat kelahiran . Anak diasumsikan sebagai
barang ‘konsumsi tahan lama’ (durable goods) dan akan
memberikan ‘kepuasan’ (utility). Orang tua mempunyai
pilihan antara kuantitas dan kualitas anak. Kualitas anak
merupakan pengeluaran rata-rata (biaya/cost) untuk anak oleh
satu keluarga yang didasarkan atas dua (2) asumsi, yaitu selera
orang tua tidak berubah dan ‘harga anak’ dan harga barang-
barang konsumsi lainnya tidak dipengaruhi keputusan rumah
tangga untuk berkonsumsi. Selain itu, anak tidak dapat
“dibeli” seperti halnya komoditas melainkan harus dihasilkan
sendiri oleh keluarga. Biaya total merawat dan membesarkan
seorang anak akan berbeda untuk setiap keluarga.
Becker mengajukan fungsi utility dan fungsi ’kendala
anggaran’ (budget constraint) keluarga dan menjelaskan
dengan kerangka analisis teori ekonomi mikro. Kurva
menggambarkan kondisi alokasi pilihan jumlah konsumsi
barang dan jumlah anak. Apabila pendapatan naik maka
banyaknya anak yang diinginkan juga bertambah. Dengan kata
lain, terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendapatan
keluarga dan fertilitas. Hal tersebut seolah menyimpulkan
bahwa anak juga merupakan barang yang bersifat inferior.
Studi empiris Becker menunjukkan bahwa keluarga dengan
tingkat pendapatan yang relatif tinggi umumnya mempunyai
jumlah anak lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga yang
tingkat pendapatannya rendah, yang merupakan karakteristik
umum dari penduduk di negara-negara maju yang
berpendapatan yang lebih tinggi. Becker menyanggah
kesimpulan bahwa anak merupakan barang inferior dengan
menggunakan teori alokasi waktu (time allocation theory),
dimana utility waktu yang dipakai si ibu untuk merawat jumlah
anak banyak lebih rendah dibandingkan utility waktu untuk
merawat jumlah anak sedikit. Becker berkesimpulan bahwa
dalam masyarakat modern jika pendapatan meningkat jumlah
anak yang diinginkan bahkan lebih sedikit. Tingkat
pendapatan yang tinggi tidak hanya mempengaruhi jumlah
anak yang diminta (kuantitas) melainkan juga berapa biaya
yang bersedia dikeluarkan oleh orang tua untuk seorang anak.
Tingkat pendapatan akan mempengaruhi kualitas anak yang
diminta. Pendapatan yang semakin meningkat akan membuat
waktu dan biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat dan
membesarkan anak akan semakin mahal sehingga pada
gilirannya akan mengurangi permintaan terhadap jumlah anak.
Para orang tua atau keluarga kemudian akan lebih menekankan
kualitas dibandingkan kuantitas anak yang diminta.
Bongaarts (1978) mengajukan bahwa pemakaian kontrasepsi,
perilaku aborsi, perilaku menyusui, dan efektivitas kontrasepsi
merupakan variabel antara yang membedakan fertilitas
antarwilayah. Variabel-variabel antara lainnya tidak berbeda
secara nyata antarwilayah.
D. Latihan
Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi
ini, kerjakan soal-soal berikut ini.
1. Tingkat dan tren!
2. Pola dan perbedaan!
3. Deteminan!
E. Rangkuman
Analisis fertilitas meliputi analisis tingkat, tren, pola,
perbedaan, dan determinan. Tingkat fertilitas Indonesia tinggi
pada masa lampau, sudah mencapai tingkat rendah pada masa
kini, dan diperkirakan akan masih menurun. Pola fertilitas
menurut umur, tingkat pendidikan, dan indeks kekayaan
rumah tangga. Pola fertilitas menurut umur berbentuk hurufU
terbalik dengan puncak usia 25–29 tahun. Semakin tinggi
tingkat pendidikan perempuan dan indeks kekayaan rumah
tangga, semakin rendah tingkat kelahiran. Tingkat kelahiran
lebih rendah di wilayah perkotaan. Faktor-faktor sosial,
ekonomi, dan budaya mempengaruhi fertilitas melalui
determinan antara yang secara langsung mempengaruhi
fertilitas, seperti usia kawin pertama, jumlah anak ideal, dan
praktik keluarga berencana.
F. Evaluasi
1. Buatlah suatu esai (satu halaman) tentang tingkat, tren,
pola dan perbedaan, serta determinan fertilitas di
wilayah Anda.
2. Agar anda dapat mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi dalam kegiatan belajar ini, sebaiknya
anda mengerjakan soal-soal di bawah ini.
Petunjuk.
Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang Anda
anggap paling benar.
1. B-S Pada akhir abad 21, terlihat perbedaan tren fertilitas
yang semakin besar antara wilayah negara berkembang dan
wilayah negara maju
2. B-S Perempuan yang tinggal di wilayah perkotaan,
berpendidikan tinggi, dan memiliki indeks kekayaanrumah
tangga yang lebih tinggi lebih cenderung memiliki akses
terhadap layanan dan informasi KB sehingga lebih
cenderung memiliki anak lebih sedikit.
3. B-S Variabel antara yang digunakan Davis dan Blake
(1956) menganalisis variabel yang secara langsung
mempengaruhi fertilitas.
4. B-S Menurut Davis dan Blake (1956) terdapat tiga (3) tahap
penting dalam proses kelahiran, yaitu tahap hubungan
kelamin (intercourse), tahap konsepsi (conception), dan
tahap kehamilan (gestation).
5. B-S Leibenstein (1957) mengajukan bahwa anak dapat
dilihat dari dua (2) segi ekonomi, yaitu kegunaan (utility)
dan biaya (cost).
Petunjuk.
Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang Anda
anggap paling benar.
1. Pada usia berapa banyaknya kelahiran pada suatu periode
per 1000 penduduk perempuan pada pertengahan periode
yang sama dalam ASFR (Age-Specific Fertility Rate)
a. 11 – 40 tahun.
b. 17 – 55 tahun
c. 15 – 49 tahun.
d. 21 – 60 tahun.
2. Menurunnya jumlah kelahiran di Indonesia sejak tahun
1990-an disebabkan oleh
a. Kematian
b. Penyebaran penyakit
c. Migrasi
d. Adanya program KB.
3. Berikut ini variabel antara tahap hubungan kelamin
pada perempuan menurut Davis dan Blake (1956), kecuali
a. umur saat memulai hubungan kelamin,
b. selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang
tidak pernah melakukan hubungan kelamin seumur
hidupnya,
c. lamanya perempuan berstatus kawin
d. Umur mulai hubungan kelamin
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas menurut
perspektif sebagai berikut, yaitu :
a. Sosiologis dan politis
b. Sosiologis dan ekonomis
c. Sosiologis dan budaya
d. Sosiologis dan geopolitis
5. Salah satu variable yang mempengaruhi kelahiran, yaitu :
a. Mortalitas janin yang disebabkan oleh factor-faktor
yang tidak disengaja
b. Kelahiran anak sebelum berusia 40 hari
c. Kelahiran anak pada saat kurang dari Sembilan
bulan
d. Menjarangkan kelahiran dengan menggunakan
kontrasepsi
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Kunci jawaban Latihan
1. S
2. B
3. S
4. B
5. B
Kunci jawaban Evaluasi
1. C
2. D
3. D
4. B
5. A
BAB IV
PENUTUP
Selamat! Anda telah mempelajari mata diklat “Fertilitas”
dengan sukses. Selanjutnya, untuk mengakhiri modul ini,
Anda dipersilakan untuk mencermati sekali lagi rangkuman
yang merupakan intisari fertilitas.
A. Rangkuman
Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang
dinyatakan dalam kelahiran hidup. Ukuran-ukuran fertilitas
terdiri dari ukuran-ukuran current dan ukuran reproduksi.
Ukuran fertilitas current meliputi (i) angka kelahiran kasar
(crude birth rate/CBR), (ii) angka fertilitas umum (general
fertility rate/GFR), (iii) angka kelahiran menurut umur (age
specific fertility rate/ASFR), (iv) angka kelahiran total (total
fertility rate/TFR), (v) paritas (anak lahir hidup rata-rata), dan
(vi) rasio anak perempuan (child woman ratio/CWR).
Sementara itu, ukuran reproduksi terdiri dari angka reproduksi
kotor (gross reproduction rate/GRR) dan angka reproduksi
neto (net reproduction rate/NRR).
Analisis fertilitas meliputi analisis tingkat, tren, pola,
perbedaan, dan determinan. Tingkat fertilitas Indonesia tinggi
pada masa lampau, sudah mencapai tingkat rendah pada masa
kini, dan diperkirakan akan masih menurun. Pola fertilitas
menurut umur, tingkat pendidikan, dan indeks kekayaan
rumah tangga. Pola fertilitas menurut umur berbentuk hurufU
terbalik dengan puncak usia 25–29 tahun. Semakin tinggi
tingkat pendidikan perempuan dan indeks kekayaan rumah
tangga, semakin rendah tingkat kelahiran. Tingkat kelahiran
lebih rendah di wilayah perkotaan. Faktor-faktor sosial,
ekonomi, dan budaya mempengaruhi fertilitas melalui
determinan antara yang secara langsung mempengaruhi
fertilitas, seperti usia kawin pertama, jumlah anak ideal, dan
praktik keluarga berencana.
B. Evaluasi
Buatlah suatu esai (satu halaman) tentang pentingnya
pemahaman fertilitas di kalangan pembuat kebijakan dan
pengambil keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, Sri Moertiningsih dan Omas Bulan Samosir.
2010. Dasar-Dasar Demografi Edisi 2. Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan,
dan ICF. 2018. Survei Demografi dan KesehatanIndonesia
2017. Jakarta, Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2011. Fertilitas Penduduk Indonesia
Hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010. Jakarta, Indonesia.
Bagoes Mantra, Ida. 2003. Demografi Umum. Yogjakarta.
Pustaka Belajar.
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
2010. Dasar-dasar Demografi. Edisi 2. Editor: S.M.
Adioetomo dan O.B. Samosir. Depok, Indonesia
Mardiani, Ita & Purnomi, Nugraha Hari. 2018. Pendalaman
Materi Geografi: Fertilitas dan Mortalitas.
Siegel, J.S. and David A. Swanson. 2004. The Methods and
Materials of Demography. Second Edition. Elsevier
Academic Press. California, USA.
United Nations (UN). 2019. World Population Prospects 2019,
Online Edition. Rev. 1. Department of Economic and Social
Affairs, Population Division.

More Related Content

What's hot

Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraKonsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraCut Endang Kurniasih
 
Demografi dan studi kependudukan
Demografi dan studi kependudukanDemografi dan studi kependudukan
Demografi dan studi kependudukanHIMA KS FISIP UNPAD
 
Demografi terapan modul 3 mortalitas
Demografi terapan modul 3   mortalitasDemografi terapan modul 3   mortalitas
Demografi terapan modul 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Makalah statistika
Makalah statistikaMakalah statistika
Makalah statistikaBonz D's
 
Bab 4 Permintaan dan Penawaran,Kurva Tawar Menawar, dan Nilai Tukar Perdagangan
Bab 4 Permintaan dan Penawaran,Kurva Tawar Menawar, dan Nilai Tukar PerdaganganBab 4 Permintaan dan Penawaran,Kurva Tawar Menawar, dan Nilai Tukar Perdagangan
Bab 4 Permintaan dan Penawaran,Kurva Tawar Menawar, dan Nilai Tukar PerdaganganQuinta Nursabrina
 
Pendapatan nasional ii
Pendapatan nasional iiPendapatan nasional ii
Pendapatan nasional iiTsaniyah Hanif
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMutiara Shifa
 
Ekonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel DummyEkonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel DummyAyuk Wulandari
 
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiPertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiLucky Maharani Safitri
 
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.Hari Susanto
 
Perkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraianPerkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraianMohammad Hakim
 
Demografi 1
Demografi 1Demografi 1
Demografi 1riyan
 
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanJelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanMaria Khusuma
 
3 lagrange-multipliers
3 lagrange-multipliers3 lagrange-multipliers
3 lagrange-multipliersArief Cool
 

What's hot (20)

Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraKonsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
 
Demografi dan studi kependudukan
Demografi dan studi kependudukanDemografi dan studi kependudukan
Demografi dan studi kependudukan
 
Demografi terapan modul 3 mortalitas
Demografi terapan modul 3   mortalitasDemografi terapan modul 3   mortalitas
Demografi terapan modul 3 mortalitas
 
Makalah statistika
Makalah statistikaMakalah statistika
Makalah statistika
 
Bab 4 Permintaan dan Penawaran,Kurva Tawar Menawar, dan Nilai Tukar Perdagangan
Bab 4 Permintaan dan Penawaran,Kurva Tawar Menawar, dan Nilai Tukar PerdaganganBab 4 Permintaan dan Penawaran,Kurva Tawar Menawar, dan Nilai Tukar Perdagangan
Bab 4 Permintaan dan Penawaran,Kurva Tawar Menawar, dan Nilai Tukar Perdagangan
 
Pendapatan nasional ii
Pendapatan nasional iiPendapatan nasional ii
Pendapatan nasional ii
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 
Ekonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel DummyEkonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel Dummy
 
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiPertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
 
Fertilitas
FertilitasFertilitas
Fertilitas
 
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.
 
Perkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraianPerkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraian
 
Review Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah PerkimReview Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah Perkim
 
Modul 4 - Migrasi
Modul  4 - MigrasiModul  4 - Migrasi
Modul 4 - Migrasi
 
Beberapa teori ketenagakerjaan
Beberapa teori ketenagakerjaanBeberapa teori ketenagakerjaan
Beberapa teori ketenagakerjaan
 
Demografi dan atau kependudukan
Demografi dan atau kependudukanDemografi dan atau kependudukan
Demografi dan atau kependudukan
 
Pancasila Menjadi Sistem Etika
Pancasila Menjadi Sistem EtikaPancasila Menjadi Sistem Etika
Pancasila Menjadi Sistem Etika
 
Demografi 1
Demografi 1Demografi 1
Demografi 1
 
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanJelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
 
3 lagrange-multipliers
3 lagrange-multipliers3 lagrange-multipliers
3 lagrange-multipliers
 

Similar to Demografi terapan modul 2 fertilitas

Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kModul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kpjj_kemenkes
 
Modul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasiModul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasipjj_kemenkes
 
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga BerencanaKB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencanapjj_kemenkes
 
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
Demografi terapan modul 5   luaran demografiDemografi terapan modul 5   luaran demografi
Demografi terapan modul 5 luaran demografiPusdiklatKKB
 
Modul 2 - Fertilitas
Modul  2 - FertilitasModul  2 - Fertilitas
Modul 2 - FertilitasPusdiklat KKB
 
Modul 2 fertilitas
Modul   2 fertilitasModul   2 fertilitas
Modul 2 fertilitasPusdiklatKKB
 
3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitas3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitaspjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
MATERI KELAS IBU HAMIL.pdf
MATERI KELAS IBU HAMIL.pdfMATERI KELAS IBU HAMIL.pdf
MATERI KELAS IBU HAMIL.pdfniken80
 
Modul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanModul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanpjj_kemenkes
 
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan GenderKB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Genderpjj_kemenkes
 
Bisnis Plan Bid.Jasa.pptx
Bisnis Plan Bid.Jasa.pptxBisnis Plan Bid.Jasa.pptx
Bisnis Plan Bid.Jasa.pptxBudiQalfani
 
Standar Pendidikan Bidan
Standar Pendidikan BidanStandar Pendidikan Bidan
Standar Pendidikan Bidanpjj_kemenkes
 
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrja
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrjaKerangka acuan kelas ibu hamil sdrja
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrjaramanityaikhsanmaula
 
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan MedisKB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medispjj_kemenkes
 
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmModul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmpjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...pjj_kemenkes
 
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahunKb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahunpjj_kemenkes
 

Similar to Demografi terapan modul 2 fertilitas (20)

Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kModul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
 
Modul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasiModul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasi
 
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga BerencanaKB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
 
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
Demografi terapan modul 5   luaran demografiDemografi terapan modul 5   luaran demografi
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
 
Modul 2 - Fertilitas
Modul  2 - FertilitasModul  2 - Fertilitas
Modul 2 - Fertilitas
 
Modul 2 fertilitas
Modul   2 fertilitasModul   2 fertilitas
Modul 2 fertilitas
 
3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitas3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitas
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
MATERI KELAS IBU HAMIL.pdf
MATERI KELAS IBU HAMIL.pdfMATERI KELAS IBU HAMIL.pdf
MATERI KELAS IBU HAMIL.pdf
 
Modul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanModul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaan
 
Modul 4 kb 1
Modul 4   kb 1Modul 4   kb 1
Modul 4 kb 1
 
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan GenderKB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
 
Bisnis Plan Bid.Jasa.pptx
Bisnis Plan Bid.Jasa.pptxBisnis Plan Bid.Jasa.pptx
Bisnis Plan Bid.Jasa.pptx
 
Standar Pendidikan Bidan
Standar Pendidikan BidanStandar Pendidikan Bidan
Standar Pendidikan Bidan
 
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrja
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrjaKerangka acuan kelas ibu hamil sdrja
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrja
 
Gizi Tepat Ibu Hamil
Gizi Tepat Ibu HamilGizi Tepat Ibu Hamil
Gizi Tepat Ibu Hamil
 
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan MedisKB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
 
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmModul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
 
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
 
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahunKb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahun
 

More from PusdiklatKKB

Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1PusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6PusdiklatKKB
 
Bahan tayang 3 mortalitas
Bahan tayang 3   mortalitasBahan tayang 3   mortalitas
Bahan tayang 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 2 fertilitas
Bahan tayang modul 2   fertilitasBahan tayang modul 2   fertilitas
Bahan tayang modul 2 fertilitasPusdiklatKKB
 
Modul pengelolaan bkb bkkbn final
Modul pengelolaan bkb bkkbn finalModul pengelolaan bkb bkkbn final
Modul pengelolaan bkb bkkbn finalPusdiklatKKB
 
Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Modul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarModul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul4 migrasi
Demografi terapan modul4   migrasiDemografi terapan modul4   migrasi
Demografi terapan modul4 migrasiPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisBahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiBahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 3 mortalitas
Bahan tayang modul 3   mortalitasBahan tayang modul 3   mortalitas
Bahan tayang modul 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hiPusdiklatKKB
 
Modul tumbuh kembang anak usia dini bkkbn rev4
Modul tumbuh kembang anak usia dini bkkbn rev4Modul tumbuh kembang anak usia dini bkkbn rev4
Modul tumbuh kembang anak usia dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul perencanaan kehidupan berkeluarga bkkbn rev4
Modul perencanaan kehidupan berkeluarga bkkbn rev4Modul perencanaan kehidupan berkeluarga bkkbn rev4
Modul perencanaan kehidupan berkeluarga bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4PusdiklatKKB
 

More from PusdiklatKKB (20)

Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1
 
Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6
 
Bahan tayang 3 mortalitas
Bahan tayang 3   mortalitasBahan tayang 3   mortalitas
Bahan tayang 3 mortalitas
 
Bahan tayang modul 2 fertilitas
Bahan tayang modul 2   fertilitasBahan tayang modul 2   fertilitas
Bahan tayang modul 2 fertilitas
 
Modul pengelolaan bkb bkkbn final
Modul pengelolaan bkb bkkbn finalModul pengelolaan bkb bkkbn final
Modul pengelolaan bkb bkkbn final
 
Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2
 
Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2
 
Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2
 
Modul3 mortalitas
Modul3 mortalitasModul3 mortalitas
Modul3 mortalitas
 
Modul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarModul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantar
 
Demografi terapan modul4 migrasi
Demografi terapan modul4   migrasiDemografi terapan modul4   migrasi
Demografi terapan modul4 migrasi
 
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisBahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
 
Bahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiBahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasi
 
Bahan tayang modul 3 mortalitas
Bahan tayang modul 3   mortalitasBahan tayang modul 3   mortalitas
Bahan tayang modul 3 mortalitas
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
 
Modul tumbuh kembang anak usia dini bkkbn rev4
Modul tumbuh kembang anak usia dini bkkbn rev4Modul tumbuh kembang anak usia dini bkkbn rev4
Modul tumbuh kembang anak usia dini bkkbn rev4
 
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
 
Modul perencanaan kehidupan berkeluarga bkkbn rev4
Modul perencanaan kehidupan berkeluarga bkkbn rev4Modul perencanaan kehidupan berkeluarga bkkbn rev4
Modul perencanaan kehidupan berkeluarga bkkbn rev4
 
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
 
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 

Demografi terapan modul 2 fertilitas

  • 1. MODUL 2. PROSES DEMOGRAFI KONSEP DAN UKURAN FERTILITAS MODUL – 2 PROSES DEMOGRAFIS: KONSEP DANN FERTILITAS ii
  • 2. Proses Demografis: Konsep dan Ukuran Fertilitas Tim Penyusun:
  • 3. KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya Modul Konsep dan Ukuran Fertilitas telah tersusun. Sehingga Modul “Proses Demografis: Konsep dan Ukuran Fertilitas” dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman peserta yang tergabung dalam Diklat Teknis Dasar-Dasar Demografi bagi ASN BKKBN, PLKB/PKB, Mitra kerja, maupun Motivator. Dengan adanya misi BKKBN dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan maka semua pegawai BKKBN baik di pusat dan daerah harus memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar demografi. Modul ini disusun atas Kerjasama Pusdiklat Kependudukan dan KB, BKKBN RI dengan Lembaga Demografi FEB UI. Modul pelatihan ini masih perlu dikembangkan oleh masing-masing pengguna dan ditindak lanjuti melalui praktek lansung di lapangan dalam memenuhi kebutuhan operasional serta dari sumber kepustakaan. Saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan bahan ajar sangatlah kami harapkan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya modul pelatihan ini. Semoga modul ini dapat memberikan manfaat kepada setiap peserta ajar dan pembacanya.
  • 4. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................... iv DAFTAR ISI.......................................................................................v BAB I PENDAHULUAN......................................................................1 A. Latar Belakang.....................................................................1 B. Deskripsi Singkat .................................................................3 C. Manfaat Modul bagi Peserta...............................................3 D. Tujuan Pembelajaran...........................................................3 E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok...................................4 F. PETUNJUK BELAJAR.............................................................5 BAB II PENGUKURAN FERTILITAS.....................................................6 A. Konsep dan definisi fertilitas...............................................6 B. Sumber data fertilitas..........................................................9 C. Ukuran fertilitas.................................................................10 D. Latihan...............................................................................27 E. Rangkuman........................................................................28 F. Evaluasi..............................................................................29 G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.........................................32 BAB III ANALISIS FERTILITAS ..........................................................33 A. Tingkat, tren, dan perbedaan fertilitas menurut wilayah 33 B. Pola dan perbedaan fertilitas ............................................41
  • 5. C. Determinan fertilitas .........................................................46 D. Latihan...............................................................................52 E. Rangkuman........................................................................52 F. Evaluasi..............................................................................53 G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.........................................56 BAB IV PENUTUP............................................................................58 A. Rangkuman........................................................................58 B. Evaluasi..............................................................................59 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................60
  • 6. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fertilitas (kelahiran) adalah komponen utama pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah penduduk. Fertilitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pencapaian pembangunan. Negara-negara dengan pencapaian pembangunan yang lebih baik, seperti tingkat kesehatan, pendidikan, dan perekonomian yang lebih tinggi, cenderung memiliki tingkat kelahiran yang lebih rendah. Negara-negara dengan tingkat kelahiran yang lebih rendah cenderung mempunyai pencapaian pembangunan yang lebih baik. Oleh karena itu, pengelolaan tingkat fertilitas merupakan suatu kebijakan pembangunan yang penting untuk meningkatkan pencapaian pembangunan. Pemahaman yang tepat mengenai fertilitas merupakan salah satu faktor kunci untuk penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan terkait fertilitas. 1
  • 7. Analisis fertilitas bermanfaat untuk sebagai berikut. (i) Mengetahui status demografi saat ini dari suatu populasi serta konsekuensinya pada pertumbuhan penduduk. (ii) Memenuhi kebutuhan administrasi dan penelitian bagi institusi keluarga berencana (KB) dalam hubungannya dengan pembangunan, pelaksanaan, dan evaluasi program-program KB. (iii) Memenuhi kebutuhan akan informasi tentang perubahan penduduk dalam hubungannya dengan kegiatan-kegiatan profesional dan komersial. (iv) Pembuatan analisis perubahan penduduk pada masa lampau yang dibutuhkan untuk proyeksi penduduk dan karakteristik demografi lainnya untuk perencanaan kebutuhan fasilitas perumahan dan pendidikan, managemen program jaminan sosial serta untuk produksi dan penyediaan pelayanan dan komoditas untuk berbagai kelompok penduduk. (v) Penentuan program-program KB untuk pengaturan fertilitas. (vi) Memenuhi kebutuhan individu-individu akan dokumen kelahiran.
  • 8. B. Deskripsi Singkat Dalam modul ini dibahas konsep, definisi, sumber data, ukuran, dan analisis fertilitas. C. Manfaat Modul bagi Peserta Manfaat modul bagi peserta adalah sebagai bahan ajar dalam mata Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dasar-Dasar Demografi agar Aparatur Sipil Negara (ASN) Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) dapat mengerti dan memahami istilah-istilah dalam fertilitas dan kaitannya dengan pembangunan dan Program KKBPK yang dilaksanakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). D. Tujuan Pembelajaran 1. Hasil Belajar Setelah mempelajari materi ini Anda diharapkan mampu memahami konsep, definisi, sumber data dan ukuran fertilitas sertsa melakukan analisis fertilitas.
  • 9. 2. Indikator Hasil Belajar Setelah mempelajari materi ini Anda dapat - Menjelaskan konsep fertilitas; - Menjelaskan definisi konsep fertilitas; - Menjelaskan sumber data fertilitas; - Menjelaskan ukuran-ukuran fertilitas; - Menjelaskan tingkat, tren, pola, dan perbedaan fertilitas; - Menjelaskan determinan fertilitas; - Menjelaskan isu-isu terkini fertilitas. E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok I. Pengukuran fertilitas 1. Konsep dan definisi fertilitas 2. Sumber data fertilitas 3. Ukuran-ukuran fertilitas II. Analisis fertilitas 1. Tingkat dan tren fertilitas 2. Pola dan perbedaan fertilitas 3. Determinan fertilitas
  • 10. F. PETUNJUK BELAJAR 1. Bacalah dengan seksama indikator keberhasilan setiap bab karena indikator keberhasilan merupakan tolokukur keberhasilan Anda dalam belajar. 2. Bacalah materi yang diberikan oleh Widyaiswara secara berurutan dengan seksama. Tanyakan apabila ada yang kurang dimengerti. 3. Diskusikan dengan teman-teman Anda bila ada masalah dalam penyusunan ataupun pengusulan angka kredit. 4. Kerjakan soal-soal latihan yang diberikan untuk mengukur kemampuan Anda. 5. Jangan melihat kunci jawaban terlebih dahulu sebelum Anda mengerjakan soal-soal latihan. 6. Untuk memperkaya pengetahuan carilah informasi dari sumber-sumber lain yang relevan. Baiklah, selamat belajar! Semoga Anda sukses menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diuraikan dalam Mata Diklat Dasar-Dasar Demografi ini dan dapat melaksanakan tugas sehari-hari anda sebagai seorang ASN BKKBN secara lebih baik lagi.
  • 11. BAB II PENGUKURAN FERTILITAS A. Konsep dan definisi fertilitas Fertilitas (kelahiran) merupakan salah satu komponen utama pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah penduduk. Kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang bayi tersebut, termasuk pemenuhan gizi dan kecukupan kalori serta perawatan kesehatan. Selanjutnya, para bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang memerlukan layanan pendidikan dan kemudian memasuki angkatan kerja dan memerlukan lapangan pekerjaan. Sementara itu, para bayi perempuan akan tumbuh menjadi perempuan remaja dan usia reproduksi yang akan menikah dan melahirkan bayi dan memerlukan layanan kesehatan reproduksi. Thompson (1953) dalam Mardiani dan Purnomo (2018) mendefinisikan fertilitas sebagai jumlah kelahiran hidup (live birth) dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Oleh karena itu, indikator fertilitas mengukur hasil reproduksi nyata Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari modul ini peserta diklat dapat menjelaskan pengukuran fertilitas.
  • 12. (bayi lahir hidup) dari seorang atau sekelompok perempuan. Selain fertilitas, dikenal pula istilah lain yang berkaitan dengan reproduksi, yakni natalitas (natality) dan kelahiran (birth). Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita atau disebut juga fekunditas. Fekunditas diartikan sebagai potensi fisik seorang perempuan untuk melahirkan anak. Seorang perempuan dikatakan subur kalau sudah melahirkan anak lahir hidup. Sementara itu, perempuan yang tidak dapat melahirkan anak disebut infertil (infecund). Dalam perkembangan ilmu demografi, fertilitas lebih diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang perempuan maupun kelompok perempuan. Dengan kata lain, fertilitas ini berkaitan dengan banyaknya bayi yang lahir ke dunia dalam keadaan hidup. Fertilitas menyangkut peranan kelahiran terhadap perubahan dari jumlah suatu penduduk (Moertiningsih 2010). Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak banyak. Perempuan dapat mengatur
  • 13. fertilitasnya dengan cara abstinensi atau menggunakan alat- alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan untuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Ahli demografi hanya menggunakan kelahiran hidup (live birth). Jadi, fertilitas adalah kelahiran hidup (live birth), yaitu kelahiran seorang bayi, tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan, seperti ada nafas (bernafas), ada denyut jantung atau denyut tali pusat, atau ada gerakan- gerakan otot (Mantra, 2003). Sementara itu, kelahiran mati (still birth) didefinsikan sebagai kelahiran seorang bayi dari kandungan yang sudah berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan. Suatu proses kehamilan dapat berhenti karena kematian janin atau karena dihentikan (pengguguran kandungan/aborsi).Jadi, ada dua (2) macam aborsi, yaitu (i) aborsi yang tidak disengaja (spontaneous abortion), yang merupakan pengguguran kandungan karena janin tidak dapat dipertahankan lagi di dalam kandungan, dan (ii) aborsi yang disengaja (induced abortion), yang merupakan peristiwa penggugurankandungan
  • 14. karena alasan kesehatan, seperti si ibu mempunyai penyakit jantung yang berat dan kandungan dapat membahayakan jiwa ibu atau karena alasan nonkesehatan, seperti malu dan tidak menginginkan janin yang dikandung. Seorang perempuan mampu melahirkan pada suatu periode umur dalam hidupnya, yaitu masa reproduksi. Masa reproduksi adalah periode dimana seorang perempuan memiliki potensi untuk menghasilkan keturunan, yang berawal sejak mendapat haid pertama (menarche) dan berakhir pada saat berhenti mendapatkan haid (menopause). Dalam analisis fertilitas, pada umumnya umur 15–49 tahun dijadikan rujukan sebagai masa subur (reproduksi) seorang wanita. B. Sumber data fertilitas Sumber data utama fertilitas adalah registrasi vital, sensus penduduk (SP) dan survei penduduk. Di Indonesia, data fertilitas dihasilkan berdasarkan hasil SP 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010 serta berdasarkan hasil SUPAS 1976, 1985, 1995, 2005, dan 2015. Selain itu, data fertilitas di Indonesia juga sudah dihasilkan dari Survei Prevalensi Kontrasepsi (SPI)
  • 15. 1987 dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991, 1994, 1997, 2002–2003, 2007, 2012, dan 2017. Sementara itu, berdasarkan hasil registrasi vital, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri melaporkan jumlah kelahiran di Indonesia. Kementerian Kesehatan juga melaporkan jumlah kelahiran di Indonesia berdasarkan laporan administrasi rumah sakit. C. Ukuran fertilitas Ukuran fertilitas dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan pada pendekatan yang digunakan. Pertama, pendekatan yang berbasis pada ukuran yang bersifat periode atau ‘kerat lintang’ (cross-section) atau current, umunya satu atau lima tahun (yearly performance), yang sering juga disebut sebagai current fertility. Kedua, pendekatan dengan ukuran yang sifatnya mencerminkan ‘riwayat kelahiran’ atau‘riwayat reproduksi.’ Ukuran ini menggambarkan tingkat fertilitas dari suatu kelompok penduduk atau kelompok perempuan dalam suatu waktu tertentu. Ukuran yang bersifat longitudinal atau kohor (reproductive history) mencerminkan sejarah kelahiran
  • 16. semasa hidup seorang perempuan dari awal sampai ahir masa reprosuksi (15–49 tahun). Ukuran fertilitas current meliputi (i) angka kelahiran kasar, (ii) angka fertilitas umum, (iii) angka kelahiran menurut umur, (iv) angka kelahiran total, (v) paritas (anak lahir hidup rata-rata), dan (vi) rasio anak perempuan. Sementara itu, ukuran reproduksi terdiri dari angka reproduksi kotor dan angka reproduksi neto. Angka kelahiran kasar (crude birth rate/CBR) adalah banyaknya kelahiran dalam suatu periode tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan yang sama. Rumus CBR adalah sebagai berikut. CBR= B 1.000 P B adalah banyak kelahiran pada suatu periode dan P adalah jumlah penduduk pada pertengahan periode yang sama. Sebagai contoh, menurut hasil SP 2010, banyak kelahiran di Indonesia pada periode 2006–2009 (periode acuan perhitungan tingkat kelahiran menurut SP 2010) adalah CBR= 4.711.853 229.797.144 1.000 = 21
  • 17. 4.711.853 dan banyak penduduk Indonesia pada pertengahan periode 2006–2009 adalah 229.797.144. CBR Indonesia menurut SP 2010 adalah Artinya, menurut hasil SP 2010, terdapat 21 kelahiran per 1.000 penduduk di Indonesia. Perhitungan CBR masih merupakan perhitungan yang sangat kasar karena penduduk terpapar (exposed to risk) yang digunakan sebagai penyebut adalah penduduk dari semua jenis kelamin termasuk laki-laki dan semua umur termasuk anak- anak dan orang tua, yang tidak mempunyai potensi untuk melahirkan. Oleh karena itu, ukuran fertilitas berikutnya, GFR, menggunakan perempuan usia reproduksi saja sebagai penduduk terpapar. Angka fertilitas umum (general fertility rate/GFR) adalah banyaknya kelahiran pada suatu periode per 1.000 penduduk perempuan berumur 15–49 tahun atau 15–44 tahun pada pertengahan periode yang sama. Rumus GFR adalah sebagai berikut.
  • 18. P P GFR= B f 15−49 1.000 B adalah banyak kelahiran pada suatu periode dan P15–49 f adalah jumlah penduduk perempuan usia 15–49 tahun pada pertengahan periode yang sama. Sebagai contoh, menurut hasil SP 2010, banyak kelahiran di Indonesia pada periode 2006–2009 adalah 4.711.853 dan banyak penduduk perempuan usia 15–49 tahun Indonesia pada pertengahan periode 2006–2009 adalah 63.358.993. GFR Indonesia menurut SP 2010 adalah GFR= 4.711.853 63.358.993 1.000 = 74 Artinya, menurut hasil SP 2010, terdapat 74 kelahiran per 1.000 penduduk perempuan usia 15–49 tahun di Indonesia. Angka kelahiran menurut umur (age specific fertility rate/ASFR) adalah banyaknya kelahiran dari perempuan pada suatu kelompok umur pada suatu periode tertentu per 1.000 perempuan pada kelompok umur dan pertengahan periode yang sama. Rumus GFR adalah sebagai berikut. ASFR = bi 1.000 i f i
  • 19. ibi adalah banyak kelahiran pada suatu periode dan P f adalah jumlah penduduk perempuan kelompok umur i pada pertengahan periode yang sama, i = 1 untuk perempuan kelompok umur 15–19 tahun, i = 2 untuk perempuan kelompok umur 20–24 tahun, …, i = 7 untuk perempuan kelompok umur 45–49 tahun. Sebagai contoh, menurut hasil SP 2010, banyak kelahiran pada perempuan kelompok umur 15–19 tahun di Indonesia pada periode 2006–2009 adalah 428.079 dan banyak penduduk perempuan usia 15–19 tahun Indonesia pada pertengahan periode 2006–2009 adalah 10.440.955. ASFR15–19 Indonesia menurut SP 2010 adalah ASFR15−19 = 428.079 10.440.955 1.000 = 41 Artinya, menurut hasil SP 2010, terdapat 41 kelahiran per 1.000 penduduk perempuan usia 15–19 tahun di Indonesia. Perhitungan ASFR untuk kelompok umur lainnya disajikan pada Tabel 2.1.
  • 20. Tabel 2.1 Perhitungan angka kelahiran Menurut umur Indonesia SP 2010 Kelompok umur (1) Jumlah perempuan (Pi f) (2) Jumlah kelahiran (bi) (3) ASFRi (4) = 1.000 × (3) : (2) 15–19 10.440.955 428.079 41 20–24 10.113.906 1.183.327 117 25–29 10.458.769 1.359.640 130 30–34 9.505.340 998.061 105 35–39 8.781.181 535.652 61 40–44 7.671.330 168.769 22 45–49 6.387.512 38.325 6 Jumlah 63.358.993 4.711.853 482 TFR per 1.000 perempuan 5 × 482 = 2.410 Sumber: www.sp2010.bps.go.id dan BPS (2012) (Diolah oleh Penulis). Pada Gambar 2.1 disajikan ASFR menurut kelompok umur perempuan. Dapat dilihat bahwa pola umur kelahiran berbentuk huruf U terbalik, rendah pada perempuan kelompok umur 15–19 tahun, mencapai puncak pada perempuan kelompok umur 25–29 tahun, dan kemudian turun pada kelompok umur yang lebih tua dan paling rendah pada perempuan kelompok umur 45–49 tahun.
  • 21. ASFR 140 120 100 80 60 40 20 0 117 130 105 61 41 22 6 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Kelompok umur Gambar 2.1 Angka kelahiran menurut umur Indonesia SP 2010 Keunggulan ASFR adalah telah memperhitungkan kemampuan perempuan untuk melahirkan (tingkatkesuburan) yang berbeda menurut kelompok umur perempuan. ASFR juga memungkinkan studi fertilitas menurut kohor (tahun kelahiran) atau menurut kelompok umur tertentu dan merupakan dasar perhitungan ukuran reproduksi.
  • 22.   Angka fertilitas total (total fertility rate/TFR) adalah banyak anak rata-rata yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya apabila perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung. TFR menyatakan fertilitas yang dilengkapi (completed fertility) dari suatu kohor hipotetis perempuan. TFR dihitung dengan cara menjumlahkan angka kelahiran menurut umur (ASFR) kemudian dikalikan dengan kelompok umur (biasanya lima tahun). Rumus TFR adalah sebagai berikut. i=7 TFR= 5 ASFRi i=1 Sebagai contoh, menurut hasil SP 2010, TFR Indonesia adalah i=7 TFR= 5 ASFRi = 5(41+117 +130 +105 + 61+ 22+ 6) = 2.410 i=1 Artinya, secara rata-rata, menurut SP 2010, 1.000 perempuan Indonesia akan memiliki 2.410 anak pada akhir masa reproduksi mereka. Paritas adalah banyak anak lahir hidup (ALH) rata-rata sekelompok atau beberapa kelompok perempuan pada saat mulai memasuki masa reproduksi hingga pada saat
  • 23. P i f i pengumpulan data dilakukan. Rumus paritas adalah sebagai berikut. Paritas = ALHi i ALHi adalah banyak ALH pada perempuan kelompok umur i dan P f adalah jumlah penduduk perempuan kelompok umur i. Sebagai contoh, menurut hasil SP 2010, banyak anak lahir hidup pada perempuan kelompok umur 15–19 tahun di Indonesia adalah 626.135 dan banyak penduduk perempuan usia 15–19 tahun adalah 10.137.245. Paritas perempuan usia 15–19 tahun Indonesia menurut SP 2010 adalah Paritas15−19 = 626.135 10.137.245 = 0,06 Artinya, menurut hasil SP 2010, terdapat 0,06 anak lahir hidup per perempuan usia 15–19 tahun atau 6 anak lahir hidup per 100 perempuan usia 15–19 tahun di Indonesia. Perhitungan paritas untuk kelompok umur lainnya disajikan pada Tabel 2.2. Terlihat bahwa semakin tua umur perempuan semakin besar paritasnya. Paritas untuk perempuan usia 15–54 tahun adalah 1,76. Artinya, terdapat 1,76 anak lahir hidup per perempuan usia 15–54 tahun atau 176 anak lahir hidup per 100 perempuan usia 15–54 tahun di Indonesia.
  • 24. Tabel 2.2 Paritas perempuan Indonesia SP 2010 Kelompok umur (1) Jumlah perempuanf (Pi ) (2) Jumlah anak lahir hidup (ALHi) (3) Paritasi (4) = (3) : (2) 15–19 10.137.245 626.135 0,06 20–24 9.952.260 5.145.830 0,52 25–29 10.656.075 12.720.530 1,19 30–34 9.864.556 18.784.991 1,90 35–39 9.154.279 22.437.913 2,45 40–44 8.192.374 23.313.916 2,85 45–49 7.001.461 21.971.008 3,14 50–54 5.690.615 19.441.608 3,42 Jumlah 70.648.865 124.441.931 1,76 Sumber: sp2010.bps.go.id (Diolah oleh Penulis). Keunggulan data ALH adalah kemudahan dalam memperoleh data, terutama dari sensus dan survei dan tidak ada referensi waktu karena menyatakan banyak ALH dari semenjak seorang perempuan menikah pertama kali. Keterbatasan data ALH adalah data ALH menurut kelompok umur sering tidak akurat apabila terdapat kesalahan dalam pelaporan umur ibu, terutama di negara-negara berkembang. Selain itu, karena sifat data ALH yang retrospektif maka ada kecenderungan faktor kelupaan (memory lapse) dalam melaporkan banyaknya
  • 25. P 15–49 kelahiran, terutama dari perempuan kelompok umur yang lebih tua, apalagi kalau banyak di antara anak mereka yang lahir hidup tetapi sudah meninggal pada saat pencacahan. Rasio anak perempuan (child woman ratio/CWR) adalah perbandingan antara banyak anak usia di bawah lima tahun (0– 4 tahun) dengan banyak penduduk perempuan usia reproduksi. Banyak anak usia di bawah lima tahun sebagai pembilang merupakan banyak kelahiran selama lima (5) tahun sebelum pencacahan. Banyak perempuan usia reproduksi sebagai penyebut dapat berasal dari kelompok umur 15–44 tahun atau 15–49 tahun. Usia anak dapat diukur dari 0–9 tahun atau0–14 tahun. Rumur CWR adalah sebagai berikut CWR= P0−4 f 15−49 1.000 P0–4 adalah banyak penduduk usia 0–4 tahun dan P f adalah banyak penduduk usia 15–49 tahun. Sebagai contoh, menurut SP 2010 P0–4 adalah 22.678.702 dan P15–49 f adalah 65.208.804. Jadi, CWR= 22.678.702 1.000 = 348 65.208.804
  • 26. Artinya, terdapat 348 anak usia 0–4 tahun per 1000 perempuan usia 15–49 tahun di Indonesia. Keunggulan CWR adalah sederhana dan datanya mudah diperoleh dari sensus atau survei yakni dengan pertanyaan: “Berapa jumlah anak ibu yang dilahirkan hidup, termasuk yang sekarang sudah meninggal?“ Selain itu, CWR berguna untuk indikasi fertilitas di daerah dengan luas wilayah yang kecil dan tidak memungkinkan dibuat ASFR dan TFR. Keterbatasan CWR adalah kualitasnya sangat dipengaruhi secara langsung oleh kualitas pelaporan jumlah anak dan pelaporan umur anak maupun umur ibu. Di banyak negara berkembang, dimana penduduknya umumnya tidak mempunyai catatan tentang kelahiran anak dan umur ibu, kualitas pelaporan rendah. Ukuran ini tidak dapat menangkap kasus kematian anak maupun kematian ibu, khususnya anak usia di bawah satu tahun sehingga ada kemungkinan CWR diperkirakan terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan sebenarnya. Selain itu, CWR tidak memperhitungkan tingkat kesuburan perempuan menurut umur seperti halnya ASFR.
  • 27. i  Angka reproduksi merupakan ukuran yang berkenaan dengan kemampuan seorang perempuan untuk menggantikan dirinya. Oleh karena itu, hanya bayi perempuan yang disertakan dalam perhitungan ukuran reproduksi, yaitu angka reproduksi kotor dan angka reproduksi neto. Angka reproduksi kotor (gross reproduction rate/GRR) adalah banyaknya bayi perempuan yang akan dilahirkan oleh suatu kohor perempuan selama usia reproduksi mereka. Kohor kelahiran adalah kohor atau kelompok perempuan yang mulai melahirkan pada usia yang sama dan bersama-samamengikuti perjalanan reproduksi sampai masa usia subur selesai. GRR dapat dihitung dengan menggunakan rasio jenis kelamin saat lahir (RJK0) atau angka kelahiran menurut umur untuk bayi perempuan (ASFR f ). Rumus GRR menggunakan rasio jenis kelamin pada saat lahir dan TFR adalah sebagai berikut. GRR= 100 100 + RJK0  TFR Rumus GRR menggunakan ASFR untuk bayi perempuan adalah sebagai berikut. i=7 GRR= 5 ASFR f i i=1
  • 28. Sebagai contoh, jika diasumsikan RJK0 Indonesia adalah 105 kelahiran bayi laki-laki per 100 kelahiran bayi perempuan maka GRR Indonesia menurut SP 2010 adalah GRR= 100 100 +105  2.410 = 1.176 Artinya, suatu kohor yang terdiri dari 1.000 perempuan Indonesia selama usia reproduksi mereka akan melahirkan 1.176 bayi perempuan. Keterbatasan utama GRR adalah perhitungannya belum melihat kemungkinan adanya kematian bayi perempuan sejak lahir sampai selesai masa reproduksinya. Angka reproduksi bersih (net reproduction rate/NRR) adalah banyaknya bayi perempuan yang akan dilahirkan oleh suatu kohor perempuan selama usia reproduksi mereka jika anak perempuan mereka mengikuti pola fertilitas dan mortalitas ibu mereka. NRR adalah angka fertilitas yang telah memperhitungkan faktor mortalitas, yaitu kemungkinan bayi perempuan meninggal sebelum mencapai akhir masa
  • 29.  i i reproduksinya. Asumsinya adalah bayi perempuan mengikuti pola fertilitas dan pola mortalitas ibunya. Rumus NRR adalah sebagai berikut. i=7 NRR= 5 (ASFR f SR f ) i i i=1 SR f adalah rasio kelangsungan hidup perempuan pada kelompok umur i. SR f diperoleh dari Tabel Kematian yang bersesuaian dengan tingkat mortalitas. Perhitungan NRR Indonesia menurut hasil SP 2010 disajikan pada Tabel 2.3. Jadi, NRR= 5 100 105 +100 (41 0,994 +117  0,993 +130  0,991 + 1050,989 + 610,985 + 220,979 + 60,971) = 5 232,7 =1.164 Artinya, suatu kohor yang terdiri dari 1.000 perempuan Indonesia selama usia reproduksi mereka akan melahirkan 1.164 bayi perempuan yang akan tetap hidup sampai usia ibu mereka. NRR merupakan ukuran kemampuan suatu populasi untuk menggantikan dirinya (replacement level). NRR bernilai satu
  • 30. berarti suatu populasi dapat menggantikan dirinya dengan jumlah yang sama (exact replacement). NRR bernilai lebih dari satu berarti bahwa suatu populasi dapat menggantikan dirinya dengan jumlah yang lebih besar. NRR bernilai kurang dari satu berarti suatu populasi tidak mampu menggantikan dirinya dengan jumlah yang sama.
  • 31. Tabel 2.3 Perhitungan angka reproduksi neto Indonesia SP 2010 Kelompok umur (1) ASFRi (2) ASFRi f (3) = (2) × 100 : (100+RJK0) SRi f * (4) ASFRi f × SRi f (5) = (3) × (4) 15–19 41 20 0,9939 19,9 20–24 117 57 0,9927 56,7 25–29 130 63 0,9913 62,9 30–34 105 51 0,9889 50,6 35–39 61 30 0,9851 29,3 40–44 22 11 0,9794 10,5 45–49 6 3 0,9707 2,8 Jumlah 232,7 NRR per 1.000 perempuan 5 × 232,7 = 1.164 Sumber: www.sp2010.bps.go.id dan BPS (2012) (Diolah oleh Penulis). Keterangan: * Rasio kelangsungan hidup dari Tabel Kematian Indonesia pada periode 2005–2010 (UN 2019).
  • 32. i i D. Latihan Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi ini, kerjakan soal-soal berikut ini. Jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2010 sebesar 12.982.204 jiwa. Data jumlah perempuan usia reproduksi, jumlah kelahiran, dan rasio bayi masih hidup hingga usia ibu menurut kelompok umur disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Penduduk perempuan usia reproduksi (P f ), kelahiran (b ), dan rasio bayi masih hidup hingga usia ibu: Sumatera Utara Sensus Penduduk 2010 Umur f Pi Bi Rasio bayi masih hidup hingga usia ibu 15–19 624.541 18.736 0,99632 20–24 559.810 77.254 0,99556 25–29 553.946 97.494 0,99454 30–34 492.350 69.914 0,99269 35–39 455.114 37.319 0,98968 40–44 412.031 11.125 0,98490 45–49 360.378 2.523 0,97763 Sumber: www.sp2010.bps.go.id dan BPS (2012) (Diolah oleh Penulis).
  • 33. Hitunglah indikator-indikator fertilitas sebagai berikut. 1. Angka Kelahiran Kasar 2. Angka Fertilitas Umum 3. Angka Kelahiran Menurut Umur 4. Angka Fertilitas Total 5. Angka Reproduksi Kotor dengan mengasumsikan rasio jenis kelamin saat lahir sebesar 105 6. Angka Reproduksi Bersih E. Rangkuman Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dinyatakan dalam kelahiran hidup. Ukuran-ukuran fertilitas terdiri dari ukuran-ukuran current dan ukuran reproduksi. Ukuran fertilitas current meliputi (i) angka kelahiran kasar (crude birth rate/CBR), (ii) angka fertilitas umum (general fertility rate/GFR), (iii) angka kelahiran menurut umur (age specific fertility rate/ASFR), (iv) angka kelahiran total (total fertility rate/TFR), (v) paritas (anak lahir hidup rata-rata), dan (vi) rasio anak perempuan (child woman ratio/CWR). Sementara itu, ukuran reproduksi terdiri dari angka reproduksi
  • 34. kotor (gross reproduction rate/GRR) dan angka reproduksi neto (net reproduction rate/NRR). F. Evaluasi 1. Buatlah suatu esai (satu halaman) mengenai ketersediaan dan pemanfaatan data fertilitas di wilayah Anda. 2. Agar anda dapat mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi dalam kegiatan belajar ini, sebaiknya anda mengerjakan soal-soal di bawah ini. Petunjuk. Berilah tanda silang (X) pada huruf B bila pernyataan di bawah ini Anda anggap benar dan tanda silang (X) pada huruf S bila Anda anggap salah. 1. B-S Infecund merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perempuan yang dapat melahirkan. 2. B-S Kelahiran bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan, disebut sebagai lahir mati. 3. B-S Aborsi yang tidak disengaja (spontaneous abortion) merupakan merupakan peristiwa pengguguran kandungan karena alasan kesehatan dan nonkesehatan lainnya.
  • 35. 4. B-S Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak, Kedua, dipengaruhi oleh tingkat mortalitas. Ketiga, tidak memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita. 5. B-S Terdapat tiga keunggulan dari ukuran ASFR salah satunya, ukuran ASFR lebih cermat dibandingkan dengan GFR karena telah memperhitungkan kemampuan perempuan untuk melahirkan (tingkatt kesuburan) sesuai dengan umurnya. Petunjuk. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang Anda anggap paling benar. 1. Kemampuan secara potensial seorang wanita untuk melahirkan anak dikenal dengan istilah: a. Natalis b. Infecund c. Antinatalis d. Sterelisasi 2. Ukuran kemampuan suatu populasi untuk menggantikan dirinya (replacement level) disebut sebagai a. GFR
  • 36. b. TFR c. NRR d. CBR 3. Kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita disebut dengan istilah .... a. Menopause b. Fertilitas c. Mortalitas d. Infertile 4. Dibawah ini merupakan cara perhitungan ukuran fertilitas tahunan, kecuali : a. Crude birth rate b. Crude death rate c. General fertility rate d. Child woman ratio 5. Kelemahan dari perhitungan CBR ini adalah a. Tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. b. Memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. c. Hanya menghitung penduduk perempuan saja. d. Hanya menghitung penduduk Laki-laki saja.
  • 37. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Kunci jawaban Latihan 1. S 2. B 3. S 4. B 5. B Kunci jawaban Evaluasi 1. A 2. C 3. B 4. D 5. A
  • 38. BAB III ANALISIS FERTILITAS Pada bab ini disajikan analisis fertilitas berupa analisis terhadap tingkat, tren, pola, perbedaan, determinan fertilitas. Analisis dilakukan terhadap angka kelahiran kasar (CBR), angka fertilitas total (TFR), angka reproduksi neto (NRR), dan angka kelahiran menurut umur (ASFR). A. Tingkat, tren, dan perbedaan fertilitas menurut wilayah Pada Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa tingkat kelahiran dunia sangat tinggi pada pertengahan abad 20. Diperkirakan terdapat 44 kelahiran hidup per 1.000 penduduk dunia pada periode 1950–1955. CBR lebih tinggi di wilayah negara berkembang dibandingkan di wilayah negara maju (37 versus 22). CBR turun secara nyata hingga periode 2000–2005. Penurunan CBR melambat setelah periode 2000–2005 dan diperkirakan akan mencapai tingkat yang rendah, hanya 116 kelahiran hidup per 10.000 penduduk, pada akhir abad 21, dengan perbedaan Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari modul ini peserta diklat dapat menjelaskan tingkat, tren, pola, perbedaan, dan determinan fertilitas.
  • 39. yang semakin mengecil antara wilayah negara berkembang dan wilayah negara maju (118 per 10.000 penduduk di wilayah negara berkembang versus 96 per 10.000 penduduk di wilayah negara maju). Gambar 3.1 Angka kelahian kasar (CBR) dunia, negara-negara maju, dan negara-negara berkembang: 1950–2100 Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis). Seperti halnya CBR, TFR dunia tinggi pada masa lampau. Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.2, secara rata-rata, pada CBR 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 43,7 36,9 22,3 11,8 11,6 9,6 Dunia Periode Negara-negara maju Negara-negara berkembang
  • 40. periode 1950–1955, seorang perempuan dunia akan memilki lima orang anak pada akhir masa reproduksinya, lebih dari dua kali lebih tinggi di wilayah negara berkembang dibandingkan di wilayah negara maju. Diperkirakan TFR akan turun menjadi di bawah dua anak per perempuan pada periode 2095–2100. Gambar 3.2 Angka fertilitas total (TFR) dunia, negara-negara maju, dan negara-negara berkembang: 1950–2100 Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis). Pada pertengahan abad 20, dalam hal jumlah penduduk, kemampuan dunia menggantikan dirinya tinggi. 1.700 anak perempuan akan TFR 7 6,08 6 5 4 4,97 3 2 2,82 1 0 1,95 1,94 1,78 Dunia Periode Negara-negara maju Negara-negara berkembang
  • 41. menggantikan 1.000 ibu (Gambar 3.3). NRR lebih tinggi diwilayah negara berkembang (1,9) dibandingkan di wilayah negara maju (1,2). Diperkirakan NRR akan turun menjadi di bawah satu anak perempuan per perempuan pada periode 2095–2100. Gambar 3.3 Angka reproduksi neto dunia (NRR), negara-negara maju, dan negara-negara berkembang: 1950–2100 Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis). Tingkat kelahiran bervariasi nyata antarnegara di wilayah Asia Tenggara. Secara rata-rata, terdapat 16 kelahiran per 1.000 penduduk di Asia Tenggara pada periode 2015–2020 (Gambar 3.4). NRR 2,5 2,0 1,896 1,5 1,674 1,0 1,247 0,929 0,922 0,863 0,5 0,0 Periode Dunia Negara-negara maju Negara-negara berkembang
  • 42. CBR paling rendah di Singapura, negara paling maju di Asia Tenggara, dan paling tinggi di Timor-Leste. Selain itu, secara rata- rata 1.000 perempuan Asia Tenggara diperkirakan akan mempunyai 2.140 anak pada akhir masa reproduksinya, paling rendah di Singapura (1.240) dan paling tinggi di Timor-Leste (3.600). Gambar 3.4 Angka kelahiran kasar (CBR) negara-negara di Asia Tenggara 2015–2020 Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis). CBR 30,0 27,9 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0 19,6 20,421,4 13,3 15,115,9 16,8 16,8 16,3 8,3 9,5
  • 43. Gambar 3.5 Angka fertilitas total negara-negara di Asia Tenggara 2015–2020 Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis). Seperti halnya dunia, tingkat kelahiran tinggi di Indonesia pada masa lampau. CBR Indonesia sebesar 43 kelahiran per 1.000 penduduk pada periode 1950–1955 dan meningkat menjadi 45 pada periode 1955–1960 (Gambar 3.6), yang dapat disebabkan karena telah selesainya perang kemerdekaan. Tingkat kelahiran di Indonesia kemudian terus menurun secara nyata, terutama setelah program KB yang didukung oleh pemerintah dilaksanakan di Indonesia. CBR Indonesia diperkirakan akan turun menjadi kurang dari 10 pada akhir abad 21. TFR 4,0 3,60 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 2,07 2,22 2,39 2,45 2,48 2,14 1,24 1,46 1,76 1,92 2,02
  • 44. CBR 50,0 45,0 44,9 40,0 35,0 42,7 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0 9,7 Periode Gambar 3.6 Angka kelahiran kasar (CBR) Indonesia 1950–2100 Sumber: UN (2019) (Diolah oleh Penulis). Pada Gambar 3.7 disajikan TFR Indonesia menurut hasil SP dan SUPAS, SPI dan SDKI, serta menurut hasil estimasi untuk periode 1950–2020 dan proyeksi pada periode 2020–2100 oleh PBB (2019). Dapat dilihat bahwa secara keseluruhan tingkat kelahiran di Indonesia menunjukkan tren menurun selama periode 1950–2100, meskipun mengalami kemandekan pada periode 2000–2015. Saat ini TFRIndonesia diperkirakan sekitar 2.200 anak per 1.000 perempuan dan akan menurun menjadi 1.780 anak per 1.000 perempuan pada periode 2095–2100.
  • 45. TFR 6,0 5,49 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 1,78 PBB (2019) Periode SP/SUPAS SDKI Gambar 3.7 Angka fertilitas total Indonesia 1950–2100 Sumber: BPS (2012), BKKBN dkk (2018), dan UN (2019) (Diolah oleh Penulis). Tingkat kelahiran diklasifikasikan tinggi jika TFR lebih besar dari 5.000 anak per 1.000 perempuan, sedang jika antara 2.500 dan 5.000 anak per 1.000 perempuan, serta rendah jika lebih rendah dari 2.500 anak per 1.000 perempuan. Berdasarkan klasifikasi tingkat fertilitas ini maka dapat dikatakan bahwa tingkat kelahiran di Indonesia sudah rendah. Di tingkat provinsi, terdapat provinsi dengan tingkat kelahiran yang rendah dan sedang serta sudah tidak ada provinsi dengan tingkat kelahiran tinggi di Indonesia. Di tingkat
  • 46. kabupaten/kota, masih terdapat kabupaten/kota dengantingkat kelahiran tinggi. B. Pola dan perbedaan fertilitas Fertilitas bervariasi menurut latar belakang perempuan. Variasi tingkat kelahiran menurut umur, tingkat pendidikan, dan tingkat kekayaan disebut pola. Sementara itu, variasi tingkat kelahiran menurut tempat tinggal dan provinsi disebut perbedaan. Pola umur kelahiran Indonesia menurut SP 1971 dan 2010 serta proyeksi PBB (2019) disajikan pada Gambar 3.8. Dapat dilihat bahwa pada pola umur kelahiran di Indonesia berbentuk huruf U terbailik. Puncak umur melahirkan adalah 20–24 tahun pada tahun 1960an, meningkat menjadi 25–29 tahun menurut SP 2010, dan diperkirakan akan meningkat lagi menjadi umur 30–34 tahun pada periode 2095–2100. Hal ini mengindikasikan terjadinya penuaan usia melahirkan di kalangan perempuan di Indonesia.
  • 47. Gambar 3.8 Angka fertilitas menurut umur (ASFR) Indonesia SP 1971 dan 2010 dan proyeksi 2040–2045 dan 2095–2100 Sumber: BPS (2012) dan UN (2019) (Diolah oleh Penulis). Hasil SUPAS 2015 menunjukkan bahwa tingkat kelahiran di Indonesia sangat bervariasi, paling rendah di D.I. Yogyakarta (1.730 anak per 1.000 perempuan) yang merupakan provinsi tujuan pendidikan dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (2.820 anak per 1.000 perempuan) (Gambar 3.9). Ada 14 provinsi di Indonesia dengan tingkat kelahiran yang lebih ASFR 350 300 286 273 250 211 200 155 150 124 100 102 103 55 50 62 57 17 0 16 15-19 14 2 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Kelompok umur SP 1971 SP 2010 Proyeksi 2040-2045 Proyeksi 2095-2100
  • 48. tinggi daripada tingkat kelahiran nasional, yaitu Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Riau, Maluku Utara, Papua Barat, Kalimantan Utara, Papua, Sumatera Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Lebih tingginya tingkat kelahiran di provinsi-provinsi ini dapat disebabkan karena keterbatasan akses terhadap informasi dan layanan KB serta karena faktor budaya yang menginginkan anak banyak dan tidak setuju KB.
  • 49. Gambar 3.9 TFR menurut provinsi Indonesia SUPAS 2015 (anak per perempuan) Nusa Tenggara Timur Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sumatera Utara Aceh Sumatera Barat Papua Kalimantan Utara Papua Barat Maluku Utara Riau Maluku Nusa Tenggara Barat Kalimantan Selatan INDONESIA Lampung Jambi Kalimantan Barat Sumatera Selatan Bengkulu Bangka Belitung Sulawesi Tengah Kepulauan Riau Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Banten Gorontalo Jawa Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Jawa Tengah Bali DKI Jakarta Jawa Timur D.I. Yogyakarta 2,82 2,67 2,63 2,61 2,60 2,60 2,59 2,57 2,56 2,55 2,49 2,47 2,39 2,34 2,28 2,28 2,25 2,23 2,23 2,22 2,21 2,21 2,20 2,20 2,16 2,15 2,13 2,12 2,09 2,09 2,06 1,92 1,88 1,79 1,73 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 TFR Sumber: BPS (2015) (Diolah oleh Penulis).
  • 50. Tingkat kelahiran berbeda menurut karakteristik latar belakang perempuan. Tingkat kelahiran di wilayah perdesaan lebih tinggi daripada tingkat kelahiran di wilayah perkotaan (Gambar 3.10). Semakin tinggi pendidikan perempuan dan indeks kekayaan rumah tangga, semakin rendah tingkat kelahiran. Perempuan yang tinggal di wilayah perkotaan, berpendidikan tinggi, dan memiliki indeks kekayaan rumah tangga yang lebih tinggi lebih cenderung memiliki akses terhadap layanan dan informasi KB sehingga lebih cenderung memiliki anak lebih sedikit.
  • 51. Gambar 3.10 TFR menurut latar belakang karakteristik perempuan Indonesia SDKI 2017 Sumber: BKKBN dkk (2018). (Diolah oleh Penulis). C. Determinan fertilitas Beberapa teori determinan fertilitas yang paling dikenal adalah teori Davis dan Blake (1956), Freedman (1961), pendekatan ekonomi oleh Leibenstein (1957) dan Becker (1976, 1981), dan Bongaarts (1978). Davis dan Blake (1956) menggunakan TFR 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 2,6 2,7 2,8 2,9 2,3 2,5 2,5 2,9 2,6 2,3 2,3 2,3 2,1 2,4 Tempat tinggal Pendidikan Indeks kekayaan Perkotaan Pedesaan TdakSekolah TidakTamatSD TamatSD TidakTamatSLTA TamatSLTA PerguruanTinggi Terbawah Menengahbawah Menengah Menengahatas Teratas Indonesia
  • 52. pendekatan ilmu sosial determinan fertilitas. Teori mereka terkenal dengan istilah pendekatan ‘variabel antara’ (intermediate variables). Variabel antara adalah variabel yang secara langsung mempengaruhi fertilitas dan dipengaruhi oleh variabel-variabel tidak langsung seperti faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Variabel antara yang diajukan Davis dan Blake (1956) adalah tiga (3) tahap penting dalam proses kelahiran, yaitu tahap hubungan kelamin (intercourse), tahap konsepsi (conception), dan tahap kehamilan (gestation). Variabel antara tahap hubungan kelamin meliputi (i) umur saat memulai hubungan kelamin, (ii) selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang tidak pernah melakukan hubungan kelamin seumur hidupnya, (iii) lamanya perempuan berstatus kawin, (iv) abstinensi sukarela, (v) abstinensi terpaksa, seperti sakit atau berpisah sementara karena tugas atau belajar, dan (vi) frekuensi hubungan kelamin. Variabel antara tahap konsepsi terdiri dari (i) fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak disengaja (kemandulan sejak lahir atau karena infeksi kandungan), (ii) fekunditas atau infekunditas yangdisebabkan hal-hal yang disengaja, seperti minum obat penyubur atau
  • 53. sterilisasi, dan (iii) pemakaian alat kontrasepsi. Variabel antara tahap kehamilan mencakup (i) aborsi atau mortalitas janin karena sebab-sebab yang tidak disengaja dan (ii) aborsi atau mortalitas janin karena sebab-sebab yang disengaja. Sementara itu, Freedman (1961) mengajukan bahwa variabel antara sangat erat hubungannya dengan norma sosial yang berkembang dalam masyarakat. Semua perilaku perempuan yang berkaitan dengan variabel antara sangat dipengaruhi oleh adat istiadat serta anggapan masyarakat di sekelilingnya tentang proses kelahiran mulai saat menikah, hamil, dan melahirkan. Norma sosial tersebut sangat berhubungan dengan tingkat kemajuan perempuan atau pasangan itu atau masyarakat sekelilingnya. Pada akhirnya perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma yang ada. Leibenstein (1957) mengajukan bahwa anak dapat dilihat dari dua (2) segi ekonomi, yaitu kegunaan (utility) dan biaya (cost). Dari sisi kegunaan, anak (i) memberikan kepuasan kepada orang tua, (ii) memberi balas jasa ekonomi, seperti memberikan kiriman uang kepada orang tua pada saat dibutuhkan, (iii) membantu dalam kegiatan produksi, seperti
  • 54. membantu mengolah tanah pertanian, dan (iv) merupakan sumber yang dapat membantu kehidupan orang tua pada masa depan (investasi). Dari sisi biaya, ada pengeluaran untuk membesarkan anak. Becker (1976, 1981) menekankan pengaruh tingkat pendapatan orang tua dan biaya merawat serta membesarkan anak terhadap tingkat kelahiran . Anak diasumsikan sebagai barang ‘konsumsi tahan lama’ (durable goods) dan akan memberikan ‘kepuasan’ (utility). Orang tua mempunyai pilihan antara kuantitas dan kualitas anak. Kualitas anak merupakan pengeluaran rata-rata (biaya/cost) untuk anak oleh satu keluarga yang didasarkan atas dua (2) asumsi, yaitu selera orang tua tidak berubah dan ‘harga anak’ dan harga barang- barang konsumsi lainnya tidak dipengaruhi keputusan rumah tangga untuk berkonsumsi. Selain itu, anak tidak dapat “dibeli” seperti halnya komoditas melainkan harus dihasilkan sendiri oleh keluarga. Biaya total merawat dan membesarkan seorang anak akan berbeda untuk setiap keluarga. Becker mengajukan fungsi utility dan fungsi ’kendala anggaran’ (budget constraint) keluarga dan menjelaskan
  • 55. dengan kerangka analisis teori ekonomi mikro. Kurva menggambarkan kondisi alokasi pilihan jumlah konsumsi barang dan jumlah anak. Apabila pendapatan naik maka banyaknya anak yang diinginkan juga bertambah. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendapatan keluarga dan fertilitas. Hal tersebut seolah menyimpulkan bahwa anak juga merupakan barang yang bersifat inferior. Studi empiris Becker menunjukkan bahwa keluarga dengan tingkat pendapatan yang relatif tinggi umumnya mempunyai jumlah anak lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga yang tingkat pendapatannya rendah, yang merupakan karakteristik umum dari penduduk di negara-negara maju yang berpendapatan yang lebih tinggi. Becker menyanggah kesimpulan bahwa anak merupakan barang inferior dengan menggunakan teori alokasi waktu (time allocation theory), dimana utility waktu yang dipakai si ibu untuk merawat jumlah anak banyak lebih rendah dibandingkan utility waktu untuk merawat jumlah anak sedikit. Becker berkesimpulan bahwa dalam masyarakat modern jika pendapatan meningkat jumlah anak yang diinginkan bahkan lebih sedikit. Tingkat pendapatan yang tinggi tidak hanya mempengaruhi jumlah
  • 56. anak yang diminta (kuantitas) melainkan juga berapa biaya yang bersedia dikeluarkan oleh orang tua untuk seorang anak. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi kualitas anak yang diminta. Pendapatan yang semakin meningkat akan membuat waktu dan biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat dan membesarkan anak akan semakin mahal sehingga pada gilirannya akan mengurangi permintaan terhadap jumlah anak. Para orang tua atau keluarga kemudian akan lebih menekankan kualitas dibandingkan kuantitas anak yang diminta. Bongaarts (1978) mengajukan bahwa pemakaian kontrasepsi, perilaku aborsi, perilaku menyusui, dan efektivitas kontrasepsi merupakan variabel antara yang membedakan fertilitas antarwilayah. Variabel-variabel antara lainnya tidak berbeda secara nyata antarwilayah.
  • 57. D. Latihan Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi ini, kerjakan soal-soal berikut ini. 1. Tingkat dan tren! 2. Pola dan perbedaan! 3. Deteminan! E. Rangkuman Analisis fertilitas meliputi analisis tingkat, tren, pola, perbedaan, dan determinan. Tingkat fertilitas Indonesia tinggi pada masa lampau, sudah mencapai tingkat rendah pada masa kini, dan diperkirakan akan masih menurun. Pola fertilitas menurut umur, tingkat pendidikan, dan indeks kekayaan rumah tangga. Pola fertilitas menurut umur berbentuk hurufU terbalik dengan puncak usia 25–29 tahun. Semakin tinggi tingkat pendidikan perempuan dan indeks kekayaan rumah tangga, semakin rendah tingkat kelahiran. Tingkat kelahiran lebih rendah di wilayah perkotaan. Faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya mempengaruhi fertilitas melalui determinan antara yang secara langsung mempengaruhi
  • 58. fertilitas, seperti usia kawin pertama, jumlah anak ideal, dan praktik keluarga berencana. F. Evaluasi 1. Buatlah suatu esai (satu halaman) tentang tingkat, tren, pola dan perbedaan, serta determinan fertilitas di wilayah Anda. 2. Agar anda dapat mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi dalam kegiatan belajar ini, sebaiknya anda mengerjakan soal-soal di bawah ini. Petunjuk. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang Anda anggap paling benar. 1. B-S Pada akhir abad 21, terlihat perbedaan tren fertilitas yang semakin besar antara wilayah negara berkembang dan wilayah negara maju 2. B-S Perempuan yang tinggal di wilayah perkotaan, berpendidikan tinggi, dan memiliki indeks kekayaanrumah tangga yang lebih tinggi lebih cenderung memiliki akses terhadap layanan dan informasi KB sehingga lebih cenderung memiliki anak lebih sedikit.
  • 59. 3. B-S Variabel antara yang digunakan Davis dan Blake (1956) menganalisis variabel yang secara langsung mempengaruhi fertilitas. 4. B-S Menurut Davis dan Blake (1956) terdapat tiga (3) tahap penting dalam proses kelahiran, yaitu tahap hubungan kelamin (intercourse), tahap konsepsi (conception), dan tahap kehamilan (gestation). 5. B-S Leibenstein (1957) mengajukan bahwa anak dapat dilihat dari dua (2) segi ekonomi, yaitu kegunaan (utility) dan biaya (cost). Petunjuk. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang Anda anggap paling benar. 1. Pada usia berapa banyaknya kelahiran pada suatu periode per 1000 penduduk perempuan pada pertengahan periode yang sama dalam ASFR (Age-Specific Fertility Rate) a. 11 – 40 tahun. b. 17 – 55 tahun c. 15 – 49 tahun. d. 21 – 60 tahun.
  • 60. 2. Menurunnya jumlah kelahiran di Indonesia sejak tahun 1990-an disebabkan oleh a. Kematian b. Penyebaran penyakit c. Migrasi d. Adanya program KB. 3. Berikut ini variabel antara tahap hubungan kelamin pada perempuan menurut Davis dan Blake (1956), kecuali a. umur saat memulai hubungan kelamin, b. selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang tidak pernah melakukan hubungan kelamin seumur hidupnya, c. lamanya perempuan berstatus kawin d. Umur mulai hubungan kelamin 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas menurut perspektif sebagai berikut, yaitu : a. Sosiologis dan politis b. Sosiologis dan ekonomis c. Sosiologis dan budaya d. Sosiologis dan geopolitis
  • 61. 5. Salah satu variable yang mempengaruhi kelahiran, yaitu : a. Mortalitas janin yang disebabkan oleh factor-faktor yang tidak disengaja b. Kelahiran anak sebelum berusia 40 hari c. Kelahiran anak pada saat kurang dari Sembilan bulan d. Menjarangkan kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Kunci jawaban Latihan 1. S 2. B 3. S 4. B 5. B Kunci jawaban Evaluasi 1. C 2. D 3. D 4. B 5. A
  • 62. BAB IV PENUTUP Selamat! Anda telah mempelajari mata diklat “Fertilitas” dengan sukses. Selanjutnya, untuk mengakhiri modul ini, Anda dipersilakan untuk mencermati sekali lagi rangkuman yang merupakan intisari fertilitas. A. Rangkuman Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dinyatakan dalam kelahiran hidup. Ukuran-ukuran fertilitas terdiri dari ukuran-ukuran current dan ukuran reproduksi. Ukuran fertilitas current meliputi (i) angka kelahiran kasar (crude birth rate/CBR), (ii) angka fertilitas umum (general fertility rate/GFR), (iii) angka kelahiran menurut umur (age specific fertility rate/ASFR), (iv) angka kelahiran total (total fertility rate/TFR), (v) paritas (anak lahir hidup rata-rata), dan (vi) rasio anak perempuan (child woman ratio/CWR). Sementara itu, ukuran reproduksi terdiri dari angka reproduksi kotor (gross reproduction rate/GRR) dan angka reproduksi neto (net reproduction rate/NRR).
  • 63. Analisis fertilitas meliputi analisis tingkat, tren, pola, perbedaan, dan determinan. Tingkat fertilitas Indonesia tinggi pada masa lampau, sudah mencapai tingkat rendah pada masa kini, dan diperkirakan akan masih menurun. Pola fertilitas menurut umur, tingkat pendidikan, dan indeks kekayaan rumah tangga. Pola fertilitas menurut umur berbentuk hurufU terbalik dengan puncak usia 25–29 tahun. Semakin tinggi tingkat pendidikan perempuan dan indeks kekayaan rumah tangga, semakin rendah tingkat kelahiran. Tingkat kelahiran lebih rendah di wilayah perkotaan. Faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya mempengaruhi fertilitas melalui determinan antara yang secara langsung mempengaruhi fertilitas, seperti usia kawin pertama, jumlah anak ideal, dan praktik keluarga berencana. B. Evaluasi Buatlah suatu esai (satu halaman) tentang pentingnya pemahaman fertilitas di kalangan pembuat kebijakan dan pengambil keputusan.
  • 64. DAFTAR PUSTAKA Adioetomo, Sri Moertiningsih dan Omas Bulan Samosir. 2010. Dasar-Dasar Demografi Edisi 2. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan, dan ICF. 2018. Survei Demografi dan KesehatanIndonesia 2017. Jakarta, Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2011. Fertilitas Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010. Jakarta, Indonesia. Bagoes Mantra, Ida. 2003. Demografi Umum. Yogjakarta. Pustaka Belajar. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2010. Dasar-dasar Demografi. Edisi 2. Editor: S.M. Adioetomo dan O.B. Samosir. Depok, Indonesia Mardiani, Ita & Purnomi, Nugraha Hari. 2018. Pendalaman Materi Geografi: Fertilitas dan Mortalitas. Siegel, J.S. and David A. Swanson. 2004. The Methods and Materials of Demography. Second Edition. Elsevier Academic Press. California, USA.
  • 65. United Nations (UN). 2019. World Population Prospects 2019, Online Edition. Rev. 1. Department of Economic and Social Affairs, Population Division.