1. I Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
2. II Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
Hak Cipta @ 2020
PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (TOT) PELATIHAN TEKNIS BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK
INTEGRATIF (BKB HI) DAN PENCEGAHAN STUNTING
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI
Edisi Pertama Tahun 2020
Tim Penyusun
Moh. Tohirin Hasan, M.Pd
Dr. Wendy Hartanto, MA
Pengarah :
DR. Lalu Makripuddin, M.Si
Penanggung Jawab :
Dadi Ahmad Roswandi, M.Si
Editor :
Titi Yudaningsih, SE, MAB
Gabriela Desy K, S.Psi
Tim Teknis :
Yufi Winiastuti, SKM
Desnita Ekaratri, SS, MPH
Tri Aryadi, S.Psi.
Ratu Chaira Vielananda, S.Pd.
Sugeng
Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
PO. BOX : 296 JKT 13013
3. III Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
KATA SAMBUTAN
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayahNya, sehingga perangkat pembelajaran
Training Of Trainer (TOT) Pelatihan Teknis Bina Keluarga
Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi
Fasilitator Tingkat Provinsi yang merupakan program prioritas
nasional di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) dapat diselesaikan.
Perlu kita pahami bersama bahwa pembangunan Sumber
Daya Manusia (SDM) harus dimulai sejak dalam kandungan,
karena saat itu proses pertumbuhan dan perkembangan
manusia sudah berlangsung, khususnya perkembangan otak.
Begitupun dalam keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia lima tahun
(Balita) merupakan periode paling kritis karena pada masa tersebut proses tumbuh
kembang berlangsung sangat cepat. Masa tersebut adalah masa “emas” yang
apabila tidak dibina dengan baik akan menyebabkan gangguan perkembangan
emosi, sosial dan kecerdasan. Masa ini merupakan tahap awal pembentukan
dasar kemampuan, mental, intelektual dan moral yang menentukan sikap, nilai dan
perilaku di masa dewasa.
Orangtua sebagai pengasuh dan pendidik pertama dan utama diharapkan
dapat mengasuh anak balitanya dengan benar, bukan hanya melalui pemenuhan
kebutuhan anak akan kesehatan, gizi, akan tetapi juga perhatian, kasih sayang
dan rasa aman serta rangsangan terhadap mental, emosional, sosial, dan moral.
Mengingat sangat strategisnya posisi orangtua dalam mengasuh dan membina
tumbuh kembang anak, maka orangtua perlu meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya agar mampu melaksanakan pengasuhan secara optimal.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh orangtua antara lain
dengan mengikuti kegiatan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI EMAS).
BKB HI-EMAS merupakan salah satu program inovasi strategi untuk
mengimplementasikan kegiatan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dalam mendukung penurunan
stunting dan pencapaian target BKKBN. Keluarga dan anggota keluarga merupakan
sasaran utama kegiatan ini dengan melibatkan seluruh komponen dan organisasi
masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup keluarga. Penyusunan
4. IV Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat mendukung upaya mewujudkan
Keluarga Indonesia dan berkualitas dan berketahanan. Saya berharap perangkat
ini menjadi acuan utama dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, orientasi dan
kegiatan sejenis di lingkungan BKKBN Pusat, Provinsi, Kab/Kota seluruh Indonesia.
Akhirnya, kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan
komitmennya dalam menyusun perangkat pembelajaran ini saya ucapkan terima
kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah atas semua yang telah
kita lakukan.
Jakarta, Juni 2020
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian
dan Pengembangan,
Prof. Rizal Damanik, PhD.
5. V Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
KATA PENGANTAR
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan karunia-Nya, penyusunan perangkat
pembelajaran Training Of Trainer (TOT) Pelatihan Teknis
Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan
Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan
Keluarga Berencana bekerjasama dengan Direktorat Bina
Keluarga Balita dan Anak menyusun perangkat pembelajaran
ini dalam rangka mempersiapkan SDM yang kompeten guna
memfasilitasi dan memberikan informasi kepada Keluarga
Indonesia mengenai Pengasuhan Anak Usia Dini dalam rangka Pencegahan Stunting
melalui Kelompok BKB. Perangkat pembelajaran ini adalah acuan pengelolaan
pelatihan untuk menyelenggarakan Training Of Trainer (TOT) Pelatihan Teknis Bina
Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi Fasilitator
Tingkat Provinsi. Dengan mengacu kepada perangkat pembelajaran ini diharapkan
setiap penyelenggaraan pelatihan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan, sehingga dapat menghasilkan alumnus pelatihan yang
berkualitas.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh
pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini.
Semogasegalaupayakitauntukmeningkatkankualitaspelatihandapatberkontribusi
dalam pembangunan keluarga Indonesia yang berkualitas. Semoga Tuhan Yang
Masa Esa memberikan berkah-NYA terhadap setiap kegiatan yang kita lakukan.
Jakarta, Juni 2020
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan KB,
DR. Lalu Makripuddin, M.Si
6. VI Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN .................................................................................................................I
KATA SAMBUTAN ...............................................................................................................III
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................V
DAFTAR ISI .........................................................................................................................VI
☼ BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................2
A. Latar Belakang .............................................................................................................3
B. Deskripsi Singkat ..........................................................................................................3
C. Hasil Belajar ................................................................................................................4
D. Indikator Hasil Belajar .................................................................................................4
E. Materi Pokok ................................................................................................................4
F. Petunjuk Belajar ...........................................................................................................4
G. Manfaat ........................................................................................................................4
☼ BAB II HAK-HAK ANAK USIA DINI ...................................................................................5
A. Pengertian Perlindungan Anak ..............................................................................6
B. Pentingnya Perlindungan Hak Anak .........................................................................6
C. Pemenuhan Hak Anak ................................................................................................7
D. Rangkuman ................................................................................................................11
E. Evaluasi .......................................................................................................................12
☼ BAB III ANCAMAN, KEKERASAN DAN PERLINDUNGAN DIRI
ANAK USIA DINI..............................................................................................................13
A. Ancaman dan Kekerasan pada Anak Usia Dini.....................................................14
B. Perlindungan Anak Usia Dini ....................................................................................16
C. Rangkuman ...............................................................................................................20
D. Evaluasi .......................................................................................................................21
☼ BAB IV PENUTUP ..............................................................................................................22
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 22
B. Evaluasi .......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................23
7. 1 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL
PERLINDUNGAN HAK ANAK
Tim Penyusun
Moh. Tohirin Hasan, M.Pd
Dr. Wendy Hartanto, MA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
TAHUN 2020
8. 2 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
BAB I
PENDAHULUAN
9. 3 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
A. Latar Belakang
Anak adalah anugerah yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat
sebagai manusia seutuhnya. Dalam rentang waktu yang panjang ke depan, anak
merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis,
yang diharapkan dapat menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara.
Anak perlu dilindungi dan dipenuhi hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh
dan berkembang dalam suatu lingkungan yang baik. Orang tua perlu membuat
langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan untuk bergerak bersama dalam
mempromosikan, melindungi, memenuhi dan menghormati hak-hak anak.
Jumlah anak yang besar secara nasional, kurang lebih sepertiga dari jumlah
penduduk, keberadaannya tidak dapat diabaikan. Anak perlu mendapat
perlindungan dari berbagai tindak kekerasan dan hak-hak mereka harus dipenuhi
oleh orang tua.
Mereka perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Mereka harus
mendapatkan perlindungan dan pemenuhan hak agar dapat hidup, tumbuh
dan berkembang dalam suatu lingkungan yang baik. Sebuah lingkungan yang
memberikan peluang untuk berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta jauh dari kekerasan dan diskriminasi.
Karena itu perlu komitmen bersama dalam upaya mewujudkan keluarga yang
peduli terhadap hak, kebutuhan dan kepentingan terbaik bagi anak. Orang tua
perlu mengintegrasikan potensi sumber daya yang dimiliki dalam memenuhi hak-hak
anak. Mereka perlu memahami proses tumbuh kembang dan perlindungan anak
melalui perencanaan hidup berkeluarga yang matang, juga selalu meningkatkan
kapasitas diri dalam persoalan tumbuh kembang dan perlindungan anak.
Hal ini mendesak dilakukan agar hak-hak anak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi dapat
segera terwujud. Dengan demikian, pada waktunya, harapan terbentuknya
generasi Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera dapat menjadi
kenyataan.
Melalui modul ini, peserta akan mendapatkan gambaran tentang perlindungan
hak-hak anak. Di dalam modul ini dibahas beberapa topik menarik: pengertian hak
anak, pemenuhan hak anak, juga jenis kekerasan anak dan perlindungannya.
B. Deskripsi Singkat
Modul ini secara spesifik menjelaskan hak-hak anak, serta jenis ancaman dan
kekerasan dan perlindungan diri anak.
10. 4 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
C. Hasil Belajar
Setelah mempelajari modul ini, peserta mampu memahami perlindungan hak
anak usia dini.
D. Indikator Hasil Belajar
Setelah mempelajari modul ini, peserta mampu memahami:
1. hak-hak anak,
2. jenis ancaman dan kekerasan dan perlindungan anak.
E. Materi Pokok
Materi dan sub materi yang dibahas dalam modul ini adalah:
1. hak-hak anak
a. pengertian perlindungan hak anak
b. pentingnya perlindungan hak anak
c. pemenuhan hak anak
2. jenis ancaman dan kekerasan, serta perlindungan anak.
a. jenis ancaman dan kekerasan pada anak
b. perlindungan diri anak
F. Petunjuk Belajar
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, peserta diklat perlu mengikuti
beberapa petunjuk sebagai berikut:
1. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Sebelum Anda benar-benar paham tentang
materi pada tahap awal, sebaiknya lakukan pengulangan sampai Anda benar-
benar memahaminya.
2. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub
bahasan tertentu, diskusikan dengan teman Anda atau fasilitator yang sekiranya
dapat membantu.
3. Setelah selesai memahami materi dan menambah informasi lain yang relevan
dari berbagai sumber, sebaiknya Anda mengerjakan latihan dengan menjawab
soal-soal yang sudah disediakan.
G. Manfaat
Peserta akan mendapatkan manfaat setelah mempelajari modul ini berupa
pemahaman yang utuh dan menyeluruh tentang perlindungan hak anak.
11. 5 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB II
HAK-HAK ANAK USIA DINI
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mempelajari bab ini, peserta diharapkan mampu men-
jelaskan tentang hak-hak anak usia dini
12. 6 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
A. Pengertian Perlindungan Anak
Sesuai dengan UU No 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, hak anak adalah bagian dari hak
asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah. Sementara, perlindungan
anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Pada pasal 15 dalam UU tersebut disebutkan bahwa, setiap anak berhak untuk
memperoleh perlindungan dari: penyalahgunaan dalam kegiatan politik; pelibatan
dalam sengketa bersenjata; pelibatan dalam kerusuhan sosial; pelibatan dalam
peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; pelibatan dalam peperangan; dan
kejahatan seksual.
Selanjutnya, pada pasal 26 ayat 1 disebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk: mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;
mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak; dan memberikan pendidikan
karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak.
Dengan demikian, perlindungan anak dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya
hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia
yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Keluarga merupakan salah satu
pihak yang berkewajiban dan bertanggungjawab menjamin pemenuhan hak- hak
anak.
B. Pentingnya Perlindungan Hak Anak
Anak adalah aset, modal, juga investasi keluarga dan bangsa yang harus dipenuhi
hak-haknya. Hal ini penting dilakukan agar mereka tumbuh dan berkembang
secara optimal dan dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Pihak yang
paling bertanggungjawab dalam pemenuhan hak anak adalah keluarga sebagai
lingkungan terkecil dalam pengasuhan. Setidaknya, terdapat lima alasan mengapa
hak-hak anak penting untuk diperhatikan orang tua.
Pertama, anak adalah amanat yang harus dipertanggungjawabkan. Sebagai
amanat Tuhan YME anak harus dipertanggungjawabkan, di dunia dan di akhirat.
13. 7 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Secara individu anak merupakan tanggung jawab kedua orang tuanya. Pemenuhan
hak-hak anak, perlindungan dari tindak kekerasan, dan aspirasi mereka perlu
didengar sejak dini.
Kedua, jumlah anak kurang lebih sepertiga dari jumlah penduduk. Jumlah yang
sangat banyak ini harus mendapat perlindungan dari berbagai tindak kekerasan
dan diskriminasi. Hak-hak mereka harus dipenuhi oleh orang tua. Aspirasi dan suara
mereka perlu didengar sehingga kebutuhan dan kepentingan anak menjadi bagian
penting dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keberadaanya.
Ketiga, perkembangan teknologi tak selalu berpihak pada kepentingan anak.
Kemajuan teknologi membawa perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Hanya
saja perubahan tersebut tidak selalu ramah terhadap anak, dan tidak selalu memihak
pada kepentingan terbaik anak. Karena itu, diperlukan adanya tindakan pemihakan
terhadap anak untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar dan hak-hak anak.
Keempat, anak tidak boleh dicabut dari akar budayanya. Pergeseran norma
dan nilai di tengah masyarakat modern tidak selalu positif dalam mendukung
tumbuh kembang anak. Perlu ada upaya dalam mengenalkan anak pada budaya,
menjaga kemurnian nilai budaya, adat istiadat serta agama yang telah lama
dipraktikkan. Nilai-nilai luhur bangsa tentang nasionalisme, kejujuran, kepedulian
sosial, kebersamaan, gotong-royong, sopan-santun, dan tenggang rasa perlu
ditransmisikan pada anak.
Kelima, anak adalah modal terbentuknya sumber daya manusia Indonesia
yang unggul di masa depan. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh
bagaimana lingkungan keluarga sebagai lingkungan terdekat memperlakukan
anak untuk tumbuh dan berkembang. Dalam lingkungan keluarga yang baik,
mereka akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia dan
aktif berpartisipasi, serta mencintai bangsanya.
C. Pemenuhan Hak Anak
Pemenuhan hak anak merujuk kepada Konvensi Hak Anak (KHA) yang berisi hak
anak yang dikelompokkan ke dalam 5 (lima) klaster. Selengkapnya, hak anak terdiri
dari sebagai berikut:
1. Hak Sipil dan Kebebasan
a. Hak atas Identitas
Memastikan bahwa seluruh anak tercatat dan memiliki kutipan akta kelahirannya
sesegera mungkin sebagai pemenuhan tanggung jawab negara atas nama dan
kewarganegaraan anak (termasuk tanggal kelahiran dan silsilahnya); menjamin
penyelenggaraan pembuatan akta kelahiran secara gratis; dan melakukan
14. 8 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
pendekatan layanan hingga tingkat desa/kelurahan.
b. Hak perlindungan identitas
Memastikan sistem untuk pencegahan berbagai tindak kejahatan terhadap
anak, seperti perdagangan orang, adopsi ilegal, manipulasi usia, manipulasi
nama, atau penggelapan asal-usul serta pemulihan identitas anak sesuai dengan
keadaan sebenarnya sebelum terjadinya kejahatan terhadap anak tersebut,
dan memberikan jaminan hak prioritas anak untuk dibesarkan oleh orang tuanya
sendiri.
c. Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat
Jaminan atas hak anak untuk berpendapat dan penyediaan ruang bagi anak
untuk dapat mengeluarkan pendapat atau berekspresi secara merdeka sesuai
keinginannya.
d. Hak berpikir, berhati nurani, dan beragama
Jaminan bahwa anak diberikan ruang untuk menjalankan keyakinannya secara
damai dan mengakui hak orang tua dalam memberikan pembinaan.
e. Hak berorganisasi dan berkumpul secara damai
Jaminan bahwa anak bisa berkumpul secara damai dan membentuk organisasi
yang sesuai bagi mereka.
f. Hak atas perlindungan kehidupan pribadi
Jaminan bahwa seorang anak tidak diganggu kehidupan pribadinya, atau
diekspos ke publik tanpa ijin dari anak tersebut atau yang akan mengganggu
tumbuh kembangnya.
g. Hak akses informasi yang layak
Jaminan bahwa penyedia informasi mematuhi ketentuan tentang kriteria
kelayakan informasi bagi anak; ketersediaan lembaga perijinan dan pengawasan;
dan penyediaanfasilitasdansaranadalamjumlahmemadai yang memungkinkan
anak mengakses layanan informasi secara gratis.
h. Hak bebas dari penyiksaan dan penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi
atau merendahkan martabat manusia
Jaminan bahwa setiap anak diperlakukan secara manusiawi tanpa adanya
kekerasan sedikitpun, termasuk ketika anak berhadapan dengan hukum.
2. Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif
a. Bimbingan dan tanggungjawab orang tua
Orang tua sebagai pengasuh utama anak, oleh karena itu harus dilakukan
penguatan kapasitas orang tua untuk memenuhi tanggungjawabnya dalam
pengasuhan dan tumbuh kembang anak, meliputi penyediaan fasilitas, informasi
dan pelatihan yang memberikan bimbingan dan konsultasi bagi orang tua dalam
pemenuhan hak-hak anak, contoh: Bina Keluarga Balita (BKB).
b. Anak yang terpisah dari orang tua
Pada prinsipnya anak tidak boleh dipisahkan dari orang tua kecuali pemisahan
tersebut untuk kepentingan terbaik bagi anak.
15. 9 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
c. Reunifikasi
Pertemuan kembali anak dengan orang tua setelah terpisahkan, misalnya
terpisahkan karena bencana alam, konflik bersenjata, atau orang tua berada di
luar negeri.
d. Pemindahan anak secara ilegal
Memastikan bahwa anak tidak dipindahkan secara ilegal dari daerahnya ke luar
daerah atau ke luar negeri, contoh: larangan TKI anak.
e. Dukungan kesejahteraan bagi anak
Memastikan anak tetap dalam kondisi sejahtera meskipun orang tuanya tidak
mampu, contoh: apabila ada orang tua yang tidak mampu memberikan
perawatan kepada anaknya secara baik maka menjadi kewajiban komunitas,
desa/kelurahan dan pemerintah daerah untuk memenuhi kesejahteraan anak.
f. Anak yang terpaksa dipisahkan dari lingkungan keluarga
Memastikan anak-anak yang diasingkan dari lingkungan keluarga mereka
mendapatkan pengasuhan alternatif atas tanggungan negara, contoh: anak
yang kedua orangtuanya meninggal dunia, atau anak yang kedua orang tuanya
menderita penyakit yang tidak memungkinkan memberikan pengasuhan kepada
anak.
g. Pengangkatan/adopsi anak
Memastikan pengangkatan/adopsi anak dijalankan sesuai dengan peraturan,
dipantau, dan dievaluasi tumbuh kembangnya agar kepentingan terbaik anak
tetap terpenuhi.
h. Tinjauan penempatan secara berkala
Memastikan anak-anak yang berada di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
(LKSA) terpenuhi hak tumbuh kembangnya dan mendapatkan perlindungan.
i. Kekerasan dan penelantaran
Memastikan anak tidak mendapatkan perlakuan kejam, tidak manusiawi,
dan merendahkan martabat manusia.
3. Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
a. Anak penyandang disabilitas
Memastikan anak cacat mendapatkan akses layanan publik yang menjamin
kesehatan dan kesejahteraannya.
b. Kesehatan dan layanan kesehatan
Memastikan setiap anak mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif
dan terintegrasi.
c. Jaminan sosial layanan dan fasilitasi kesehatan
Memastikan setiap anak mendapatkan akses jaminan sosial dan fasilitasi
kesehatan, contoh: jamkesmas dan jamkesda.
d. Standar hidup
Memastikan anak mencapai standar tertinggi kehidupan dalam hal fisik, mental,
spiritual, moral dan sosial, contoh: menurunkan kematian anak, mempertinggi usia
16. 10 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
harapan hidup, standar gizi, standar kesehatan, standar pendidikan, dan standar
lingkungan.
4. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang, dan Kegiatan Budaya
a. Pendidikan
Memastikan setiap anak mendapatkan akses pendidikan dan pelatihan yang
berkualitas tanpa diskriminasi, contoh: mendorong sekolah inklusi; memperluas
pendidikan kejuruan, nonformal dan informal; mendorong terciptanya sekolah
yang ramah anak dengan mengaplikasikan konsep disiplin tanpa kekerasan
dan rute aman dan selamat ke dan dari sekolah.
b. Tujuan pendidikan
Memastikan bahwa lembaga pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
minat, bakat, dan kemampuan anak serta mempersiapkan anak untuk
bertanggung jawab kepada kehidupan yang toleran, saling menghormati, dan
bekerjasama untuk kemajuan dunia dalam semangat perdamaian.
c. Kegiatan liburan dan kegiatan seni dan budaya
Memastikan bahwa anak memiliki waktu untuk beristirahat dan dapat
memanfaatkan waktu luang untuk melakukan berbagai kegiatan seni dan
budaya, contoh: penyediaan fasilitas bermain dan rekreasi serta sarana kreatifitas
anak.
5. Perlindungan Khusus
a. Anak dalam situasi darurat
Anak yang mengalami situasi darurat karena kehilangan orang tua/pengasuh/
tempat tinggal dan fasilitas pemenuhan kebutuhan dasar (sekolah, air bersih,
bahan makanan, sandang, kesehatan dan sebagainya) yang perlu mendapatkan
prioritas dalam pemenuhan dan perlindungan hak-hak dasarnya.
b. Pengungsi anak
Memastikan bahwa setiap anak yang harus berpindah dari tempat asalnya
ke tempat yang lain, harus mendapatkan jaminan pemenuhan hak tumbuh
kembang dan perlindungan secara optimal.
c. Situasi konflik bersenjata:
Memastikan bahwa setiap anak yang berada di daerah konflik tidak direkrut
atau dilibatkan dalam peranan apapun, contoh: menjadi tameng hidup, kurir,
mata-mata, pembawa bekal, pekerja dapur, pelayan barak, penyandang senjata
atau tentara anak.
d. Anak yang berhadapan dengan hukum
Memastikan bahwa anak-anak yang berhadapan dengan hukum
mendapatkan perlindungan dan akses atas tumbuh kembangnya secara wajar,
dan memastikan diterapkannya keadilan restoratif dan prioritas diversi bagi anak,
sebagai bagian dari kerangka pemikiran bahwa pada dasarnya anak sebagai
pelaku pun adalah korban dari sistem sosial yang lebih besar.
17. 11 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
e. Anak dalam situasi eksploitasi
Situasi eksploitasi adalah segala kondisi yang menyebabkan anak tersebut berada
dalam keadaan terancam, tertekan, terdiskriminasi dan terhambat aksesnya
untuk bisa tumbuh kembang secara optimal. Praktek yang umum diketahui
misalnya dijadikan pekerja seksual, joki narkotika, pekerja anak, pekerja rumah
tangga, anak dalam lapangan pekerjaan terburuk bagi anak, perdagangan dan
penculikan anak, atau pengambilan organ tubuh. Untuk itu, perlu memastikan
adanya program pencegahan dan pengawasan agar anak- anak tidak berada
dalam situasi eksploitasi dan memastikan bahwa pelakunya harus ditindak.
Selain itu, anak-anak korban eksploitasi harus ditangani secara optimal mulai
dari pelayanan kesehatan, rehabilitasi sosial hingga kepada pemulangan dan
reintegrasi.
f. Anak yang masuk dalam kelompok minoritas dan terisolasi
Memastikan bahwa anak-anak dari kelompok minoritas dan terisolasi dijamin
haknya untuk menikmati budaya, bahasa dan kepercayaannya.
D. Rangkuman
Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi,
dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan
pemerintah daerah. Sementara, perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pihak yang paling bertanggungjawab dalam pemenuhan hak anak adalah
keluarga sebagai lingkungan terkecil dalam pengasuhan. Setidaknya, terdapat
enam alasan mengapa hak-hak anak penting untuk diperhatikan orang tua.
Pertama, anak adalah amanat yang harus dipertanggungjawabkan. Kedua, jumlah
anak kurang lebih sepertiga dari jumlah penduduk. Ketiga, perkembangan teknologi
tak selalu berpihak pada kepentingan anak Keempat, anak tidak boleh dicabut dari
akar budayanya. Kelima, anak adalah modal terbentuknya sumber daya manusia
Indonesia yang unggul di masa depan.
Pemenuhan hak anak merujuk kepada Konvensi Hak Anak (KHA) yang berisi
hak anak yang dikelompokkan ke dalam 5 (lima) klaster, yaitu: (1) hak sipil dan
kebebasan, (2) lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif , (3) kesehatan
dasar dan kesejahteraan, (4) pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan
budaya, (5) perlindungan khusus.
18. 12 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
QE. Evaluasi
Untuk menguatkan pemahaman terhadap materi, silakan peserta mengerjakan
soal-soal latihan di bawah ini.
1. Apa yang dimaksud hak anak dan perlindungan anak?
2. Mengapa perlindungan anak dinilai penting bagi masa depan anak?
3. Pemenuhan hak anak merujuk kepada Konvensi Hak Anak yang dikelompokkan
dalam lima kluster. Sebutkan hak-hak anak yang masuk pada kluster hak sipil
dan kebebasan!
19. 13 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB III
ANACAMAN, KEKERASAN DAN
PERLINDUNGAN DIRI
ANAK USIA DINI
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mempelajari bab ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan
tentang ancaman dan kekerasan, serta perlindungan anak usia dini
20. 14 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
A. Ancaman dan Kekerasan pada Anak Usia Dini
Dalam banyak kasus, anak sering menjadi korban ancaman dari lingkungannya.
Parahnya, pelaku yang mengancam anak kerap berasal dari keluarga terdekat.
Ancaman ini bisa berupa ancaman fisik maupun ancaman non fisik. Seringkali
pelakunya tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan ancaman pada anak.
Ancaman ini dapat ditemui dalam pendidikan, pengasuhan, bahkan adalam
komunikasi antara anak dengan orang dewasa. Beberapa pakar mengemukakan,
setidaknya terdapat lima ancaman dalam komunikasi yang sering terjadi pada
anak. Pertama, seolah memberi pilihan pada anak. Kedua, ancaman dalam bentuk
sarkasme. Ketiga, ancaman dengan pertanyaan retoris. Keempat, ancaman
dengan memberi label pada anak. Kelima, menyalahkan dan menuduh.
Ancaman fisik biasanya biasanya berupa perlakuan fisik yang kasar, seperti
menjambak, menghalangi jalan, mendorong, menjambak, mencubit, dll. Ancaman
non fisik biasanya dilakukan dengan kata-kata kasar, julukan, merendahkan, dan
lain-lain. Bahkan ancaman ini bisa melalui dunia maya. Ancaman ini dapat berlanjut
menjadii tindak kekerasan yang dialami anak.
Secara umum, terdapat tujuh jenis kekerasan pada anak, yaitu
1. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah semua bentuk kekerasan pada anak secara lahiriah atau
jasmani, seperti cubitan, pukulan, tendangan, dan tindakan lainnya pada fisik anak
yang bisa melukainya
2. Pelecehan emosional/psikologis
Kekerasanemosionaladalahsuatutindakanyangmeremehkandanmerendahkan
anak, sehingga anak merasa rendah diri, dan tidak berharga. Beberapa bentuk
kekerasan emosional yang mungkin terjadi pada anak usia dini dapat berupa:
• Menolak untuk memeluk atau menunjukkan sikap penuh kasih sayang
• Membentak atau mengutuk anak
• Memanggil dengan nama buruk
• Terus-terusan merendahkan anak seperti menjulukinya bodoh atau idiot
• Menggoda anak mengenai penampilan fisik atau berat badannya
• Dengan sengaja meninggalkan anak sendirian di rumah atau di tengah
keramaian
• Mengucilkan anak dari keluarnya, misalnya dengan tidak mengikutsertakan
anak dalam aktivitas keluarga
• Tidak mengizinkan anak membuat keputusan sendiri yang masuk akal
• Perundungan (bullying) di lingkungan bermain atau di sekolah
3. Pelecehan seksual
Menurut ECPAT (End Child Prostitution In Asia Tourism) Internasional, pelecehan
21. 15 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
seksual pada anak merupakan hubungan atau interaksi antara seorang anak dan
seorang yang lebih tua / anak yang lebih banyak nalar / orang dewasa seperti
orang asing, saudara sekandung / orang tua, dimana anak tersebut dipergunakan
sebagai sebuah objek pemuas bagi kebutuhan seksual pelaku.
Perbuatan ini dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan
atau tekanan. Bentuk-bentuk pelecehan seksual dapat berupa tindak perkosaan
ataupun pencabulan.
4. Pengabaian/penelantaran
Pengabaian/penelantaran merupakan jenis kekerasan pada anak dengan kriteria
sebagai berikut:
• Yatim piatu atau tidak dipelihara, ditinggalkan oleh orangtuanya (pada orang
lain, di tempat umum, dan sebagainya).
• Tidak pernah atau tidak cukup memberi ASI, MP-ASI, dan makanan yang
cukup.
• Tidak diberikan stimulasi perkembangan yang sesuai dengan usia anak.
• Menitipkan atau meninggalkan anak sendirian sehingga menimbulkan
ketelantaran.
• Apabila sakit tidak dibawa ke fasilitas atau layanan kesehatan.
Kekerasan yang terjadi pada anak, apapun itu bentuknya, dapat membawa
dampak diantaranya seperti berikut
• Mengalami trauma, bila memburuk cenderung dapat mengalami depresi
• Bersifat agresif
• Memiliki kepercayaan diri yang rendah
• Sulit memercayai orang lain
• Sulit berkonsetrasi
• Mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan
• Luka, cacat fisik, atau kematian
5. Penolakan
Jika dalam pengabaian orangtua meniadakan perhatian terhadap anak,
pada bentuk kekerasan pada anak yang satu ini biasanya orangtua cenderung
melakukan penolakan terhadap kebutuhan anak secara sengaja maupun tidak
sengaja sehingga membuat anak merasa tidak diinginkan. Beberapa di antaranya
seperti menolak berkomunikasi dengan anak, menyalahkan anak, bahkan mengusir
anak dari rumah karena tidak menuruti keinginan orangtua.
6. Pengaruh Buruk
Memberikan pengaruh buruk terhadap tumbuh-kembang maupun pemikiran
anak merupakan salah satu kekerasan pada anak yang jarang disadari. Sama
halnya dengan bentuk kekerasan lainnya, pengaruh buruk tidak hanya berasal dari
22. 16 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
orangtua, tapi juga dari hasil interaksinya dengan lingkungan sosial. Pengaruh buruk
ini diakibatkan oleh tindakan orang dewasa yang dilakukan secara langsung di
depan anak, sehingga anak akan meniru bahkan masuk dalam keseharian mereka
tanpa disadari. Misalnya, mencontohkan kepada anak berkata dan bersikap kasar
terhadap orang lain, menyuruh anak mencuri, menyediakan tontonan yang tidak
semestinya, hingga memberi anak narkoba.
7. Eksploitasi anak
Eksploitasi anak merupakan bentuk kekerasan berupa pendayagunaan atau
pemanfaatan anak dalam rangka mencari keuntungan untuk diri sendiri. Dalam
lingkup besar, eksploitasi anak bisa terlihat pada kasus-kasus children trafficking
yang menelan banyak korban. Banyak anak kecil yang diculik dan dipaksa bekerja
bahkan mengemis. Dalam lingkup kecil, Ibu bisa menemukan bentuk eksploitasi
anak berupa pemberian tugas atau tanggung jawab yang melampaui kemampuan
dan usia anak. Misalnya, memaksa anak berusia lima tahun untuk mengerjakan
tugasa atau pekerjaan rumah yang menuntut kekuatan fisik usia dewasa. Selain itu,
memaksa anak untuk melakukan instruksi tertentu untuk kepentingan konten media
sosial juga merupakan bentuk eksploitasi yang jamak dilakukan orangtua.
B. Perlindungan Anak Usia Dini
Orangtua diharapkan menjadi pelindung utama keselamatan anak. Sayangnya,
dalam kenyataan masih sering dijumpai justru mereka menjadi pelaku tindak
kekerasan yang paling menakutkan. Kondisi ini sungguh ironis, orang tua yang
semestinya menjadi pelindung utama anak-anak, ternyata dalam praktik justru
berpotensi menjadi pelaku tindak kekerasan dalam berbagai bentuk.
Berdasarkan data KPAI, untuk wilayah Jakarta selama 2018, kekerasan terhadap
anak tercatat mencapai 877 kasus. Sementara itu, secara nasional, angka kekerasan
terhadap anak dan perempuan dilaporkan mengalami kenaikan dari 4.579
kasus pada 2017 menjadi 4.885 kasus pada 2018. Terlambat Dari berbagai tindak
kekerasan yang menimpa anak-anak, salah satu yang memprihatinkan ialah kasus
penganiayaan anak yang pelakunya ternyata ialah orangtua kandung korban.
Kajian UNICEF (2015), melaporkan 26% anak diketahui pernah mendapat hukuman
fisik dari orangtua atau pengasuh di rumah. Sementara itu, 62% kekerasan terhadap
anak dilaporkan terjadi di lingkungan terdekat keluarga dan lingkungan sekolah,
baru selebihnya sebanyak 38% terjadi di ruang publik. Bukan hanya itu, predator atau
pelaku kejahatan terhadap anak sering kali dilakukan orang terdekat anak yang
menjadi korban, antara lain orangtua, guru, abang, keluarga terdekat, tetangga,
bahkan kakek atau nenek korban.
23. 17 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Survei Kementerian PPPA terhadap 11.410 rumah tangga yang tersebar di 232
kecamatan di 32 provinsi di Indonesia yang dilakukan belum lama ini menghasil
temuan yang hampir sama. Hasilnya 3 dari 5 anak perempuan dan 1 dari 2 anak
laki-laki mengalami kekerasan emosional. Temuan lainnya, 1 dari 5 anak perempuan
dan 1 dari 3 anak laki-laki mengalami kekerasan fisik. Sementara itu, 1 dari 11 anak
perempuan dan 1 dari 17 anak laki-laki lainnya mengalami kekerasan seksual. Pelaku
kekerasan umunya didominasi teman dan orang dekat korban, termasuk orangtua
korban.
Oleh karena itu, sudah waktunya agar orang tua mengembalikan fungsi utamanya
sebagai pelindung anak. Orangtua/keluarga, lembaga pengasuhan alternatif
seperti panti asuhan (permanen) atau sekolah (sementara), dan anak itu sendiri
turut berkontribusi dalam melakukan perlindungan anak, misalnya seperti anak yang
berusia lebih dewasa melindungi anak yang berusia di bawahnya. Secara umum,
orangtua/keluarga/orang dewasa lainnya dapat melindungi anak dengan cara
sebagai berikut:
1. Kelahiran anak didaftarkan dan memperoleh sertifikat
2. Memberikan cinta dan dukungan yang konsisten
3. Orang yang mengasuh anak tersebut mengetahui keberadaan anak dan apa
yang dilakukan oleh anak sepanjang waktu.
4. Lingkungan sekitar (misalnya para tetangga) memberikan dukungan penuh
kepedulian serta pengawasan terhadap kekerasan fisik dan emosional
5. Pengasuh mengetahui bagaimana melaporkan dan menanggapi pelanggaran
perlindungan anak
Sementara itu, secara lebih detail, orangtua dapat melakukan hal-hal di bawah
ini untuk melindungi anak dari berbagai jenis kekerasan:
1. Membangun komunikasi dengan anak, diantaranya dapat dilakukan dengan
a. mendengarkan cerita anak dengan penuh perhatian
b. menghargai pendapat anak walau mungkin orangtua tidak setuju
c. apabila anak menceritakan sesuatu hal yang sekiranya membahayakan,
tanyakan kepada anak bagaimana mereka menghindari bahaya tersebut
d. orangtua belajar untuk melihat dari sudut pandang anak. Dengarkan dan
terima dahulu cerita anak, baru beri respon setelah anak selesai bercerita.
2. Orangtua harus mampu meregulasi dirinya, termasuk meregulasi emosinya.
Terdapat empat macam zona regulasi emosi. Apabila orangtua sedang berada
di zona merah, maka orangtua tidak boleh merespon secara langsung agar
tidak menjadi ofensif dan menyerang orang lain, seperti anak. Orangtua harus
meregulasi emosinya terlebih dulu, menenangkan emosinya, menggesernya ke
zona kuning kemudian ke zona hijau. Zona hijau adalah zona dimana seseorang
dapat melakukan ativitas dengan baik.
24. 18 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
Sumber: http://greenfishlearning.weebly.com/whats-appening ecoblog/reflecting-on-the-zones-of-regulation
Setelah orangtua mampu “menyelamatkan” dirinya--misalnya dari rasa marah-
-orangtua dapat
mengajak anak untuk
membuat aturan
bersama, menjalankan
peraturan yang
dibuat bersama,
dan mengucapkan
perkataan positif dalam
menyelesaikan masalah
dengan anak dalam
rangka menggunakan
disiplin positif dalam
mengatasi perilaku
anak. Beberapa contoh
penerapan disiplin positif
padaanakusia0-2tahun
dapat dilihat pada tabel
disamping berikut:
3. Mengajarkan
anak untuk berani
mengatakan “tidak”
kepada orang yang
25. 19 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
menghina atau melecehkannya, tumbuhkan rasa percaya diri pada anak dengan
memuji hal baik dan menerima kekurangan yang ada pada anak. Selain itu, ajarkan
juga anak untuk selalu bercerita tentang kegiatannya sehari-hari.
4. Mengajarkan anak jenis sentuhan yang baik dan tidak baik, sentuhan baik
misalnya bersalaman, mengusap rambut, sentuhan yang tidak baik misalnya
sentuhan di anggota tubuh yang ditutupi baju, sentuhan pada anggota tubuh dari
lutut hingga bahu, termasuk alat kelamin. Ajarkan anak anggota tubuh yang boleh
dan tidak boleh dipegang orang selain orang tua/pengasuh. Untuk memberikan
pemahaman kepada anak usia dini, orangtua dapat mengajak anak untuk
menyanyikan lagu seperti berikut:
“Ini Tubuhku” (dinyanyikan dengan irama lagu pelangi-pelangi)
Inilah tubuhku
Kan kujaga slalu
Tak boleh disentuh
Tak boleh diganggu
Hanyalah Ibuku
Dan juga diriku
Yang boleh melihat
Dan boleh nyentuh
5. Memberikan perhatian kepada anak, memperhatikan kebutuhan fisik anak
(makan, tempat tinggal, sarana bermain) dan kebutuhan mental anak (memberikan
pelukan, kata-kata positif dan penuh kasih sayang).
Apabila orangtua mampu melakukan hal-hal di atas, maka kedepan anak akan
cenderung dapat melindungi dirinya atau melindungi anak lainnya dengan hal-hal
seperti di bawah ini:
1. mulai dapat merasakan bila ada bahaya dan mencari bantuan dari orang-
orang dewasa yang dipercaya
2. dapat membedakan benar dan salah, benar dan bohong
3. dapat melawan tekanan dari teman sebaya
4. Dapat mengidentifikasi setidaknya satu orang dewasa yang dapat
memberikan dukungan
5. mengetahui nama, alamat, dan nama orangtua/wali.
Ketika orangtua/keluarga/lingkungan mendapati ada anak yang menjadi korban
kekerasan (seperti kekerasan fisik, pelecehan seksual), hal-hal yang dapat dilakukan
adalah
1. memberi anak lingkungan yang aman agar anak dapat berbicara kepada orang
dewasa yang dapat dipercaya
2. meyakinkan anak bahwa dirinya tidak bersalah dan tidak melakukan apapun
26. 20 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
yang salah. Orang yang melakukan hal tersebut kepadanya adalah yang bersalah
3. menjaga data pribadi anak dan kejadian agar tidak menjadi rumor yang akan
menambah beban dan penderitaan mental anak. Dalam Undang-Undang Hak
Anak, anak yang menjadi korban kejahatan seksual berhak untuk dirahasiakan
namanya
4. konsultasikan dengan aparat negara yang dapat dipercaya untuk menolong
anak tersebut/melaporkan kejadian kepada Komisi Anak Nasional
C. Rangkuman
Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Orangtua/keluarga, lembaga
pengasuhan alternatif, dan anak itu sendiri turut berkontribusi dalam melakukan
perlindungan anak.
Secara umum, terdapat tujuh jenis kekerasan pada anak yaitu kekerasan
fisik, pelecehan emosional/psikologis, pelecehan seksual, dan pengabaian/
penelantaran, penolakan, pengaruh buruk, eksploitasi anak. Kekerasan yang terjadi
pada anak, apapun itu bentuknya, dapat membawa dampak negatif diantaranya
seperti anak cenderung mengalami trauma, memiliki kepercayaan diri yang rendah,
dan mengalami luka, cacat fisik, atau bahkan kematian. Orangtua/keluarga/
orang dewasa lainnya dapat melindungi anak misalnya dengan cara memenuhi
kebutuhan sipil anak seperti mendaftarkan kelahirannya sehingga anak memiliki
dokumennya sendiri serta kebutuhan kasih sayang dengan memberikan cinta dan
dukungan yang konsisten.
Apabila di lingkungan sekitar terdapat anak yang menjadi korban kekerasan
(sepertikekerasanfisik,pelecehanseksual),hal-halyangdapatdilakukandiantaranya
memberi anak lingkungan yang aman agar anak dapat berbicara kepada orang
dewasa yang dapat dipercaya, menjaga kerahasiaan atas data pribadi dan
kejadian, dan melaporkan kepada aparat Negara yang dapat dipercaya untuk
menolong anak tersebut.
27. 21 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
QD. Evaluasi
Untuk memperkuat pemahaman peserta, kerjakan soal-soal di bawah ini dengan
benar!
1. Ancaman apa saja yang sering diterima anak?
2. Sebutkan contoh kekerasan mental yang dialami anak!
3. Sebutkan tujuh jenis kekerasan yang sering dialami anak?
4. Bagaimana cara melakukan perlindungan anak?
28. 22 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perlindungan Hak Anak
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dua agenda utama bagi masa depan anak-anak Indonesia adalah yaitu
perlindungan (protection) dan pemberdayaan (empowerment). Dalam
perlindungan anak, orang tua berkewajiban untuk menjaga dan melindungi anak-
anak kita dari berbagai bentuk kejahatan, kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.
Selain itu, orang tua juga perlu terus berupaya agar anak-anak tidak diterlantarkan,
dan tidak mendapatkan sanksi hukuman yang tidak adil dan tidak tepat.
Terkait dengan pemberdayaan anak, dalam arti luas adalah pemberian
pendidikan dan pengembangan bagi mereka. Untuk itu, orang tua perlu terus
belajar mengenal lebih dalam dunia anak. Orang tua perlu memahami hak-hak
anak dan perlindungan serta pemenuhan kebutuhannya.
Orang tua perlu menyadari bahwa anak-anak adalah pewaris masa depan. Anak-
anak harus dipersiapkan untuk terbiasa dan menjalani kehidupan sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku pada zamannya.
B. Evaluasi
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. Sebutkan lima kluster hak-hak anak!
2. Ancaman apa saja yang sering diterima anak?
3. Sebutkan contoh kekerasan mental yang dialami anak!
4. Sebutkan tujuh jenis kekerasan yang sering dialami anak?
5. Bagaimana cara melakukan perlindungan anak?
Q
29. 23 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
DAFTAR PUSTAKA
Buku KIA tahun 2015
UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
Modul BKB HI Pertemuan 11 tentang Perlindungan Anak
Modul BKB HI Pertemuan 10 tentang Pengenalan Kesehatan Reproduksi pada Anak
Usia Dini
Modul BKB EMAS Pertemuan 6 tentang Pengasuhan yang Tanggap (Cepat dan
Tepat) terhadap Kebutuhan Anak
30. 24 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Tahun 2020