SlideShare a Scribd company logo
1 of 66
Download to read offline
I Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
II Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
Hak Cipta @ 2020
PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (TOT) PELATIHAN TEKNIS BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK
INTEGRATIF (BKB HI) DAN PENCEGAHAN STUNTING
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI
Edisi Pertama Tahun 2020
Tim Penyusun
Retnoningsih Suharno, S.Pd
Armen Ma'ruf, M.Pd
Pengarah :
DR. Lalu Makripuddin, M.Si
Penanggung Jawab :
Dadi Ahmad Roswandi, M.Si
Editor :
Sinta Nalom Saragih, S.Sos., M.Si.
Tim Teknis :
Yufi Winiastuti, SKM
Desnita Ekaratri, SS, MPH
Tri Aryadi, S.Psi.
Ratu Chaira Vielananda, S.Pd.
Sugeng
Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
PO. BOX : 296 JKT 13013
III Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
KATA SAMBUTAN
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayahNya, sehingga perangkat pembelajaran
Training of Trainers (TOT) Pelatihan Teknis Bina Keluarga
Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi
Fasilitator Tingkat Provinsi yang merupakan program prioritas
nasional di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) dapat diselesaikan.
Perlu kita pahami bersama bahwa pembangunan Sumber
Daya Manusia (SDM) harus dimulai sejak dalam kandungan,
karena saat itu proses pertumbuhan dan perkembangan
manusia sudah berlangsung, khususnya perkembangan otak.
Begitupun dalam keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia lima tahun
(Balita) merupakan periode paling kritis karena pada masa tersebut proses tumbuh
kembang berlangsung sangat cepat. Masa tersebut adalah masa “emas” yang
apabila tidak dibina dengan baik akan menyebabkan gangguan perkembangan
emosi, sosial dan kecerdasan. Masa ini merupakan tahap awal pembentukan
dasar kemampuan, mental, intelektual dan moral yang menentukan sikap, nilai dan
perilaku di masa dewasa.
Orangtua sebagai pengasuh dan pendidik pertama dan utama diharapkan
dapat mengasuh anak balitanya dengan benar, bukan hanya melalui pemenuhan
kebutuhan anak akan kesehatan, gizi, akan tetapi juga perhatian, kasih sayang
dan rasa aman serta rangsangan terhadap mental, emosional, sosial, dan moral.
Mengingat sangat strategisnya posisi orangtua dalam mengasuh dan membina
tumbuh kembang anak, maka orangtua perlu meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya agar mampu melaksanakan pengasuhan secara optimal.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh orangtua antara lain
dengan mengikuti kegiatan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI EMAS).
BKB HI-EMAS merupakan salah satu program inovasi strategi untuk
mengimplementasikan kegiatan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dalam mendukung penurunan
stunting dan pencapaian target BKKBN. Keluarga dan anggota keluarga merupakan
sasaran utama kegiatan ini dengan melibatkan seluruh komponen dan organisasi
masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup keluarga. Penyusunan
IV Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat mendukung upaya mewujudkan
Keluarga Indonesia dan berkualitas dan berketahanan. Saya berharap perangkat
ini menjadi acuan utama dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, orientasi dan
kegiatan sejenis di lingkungan BKKBN Pusat, Provinsi, Kab/Kota seluruh Indonesia.
Akhirnya, kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan
komitmennya dalam menyusun perangkat pembelajaran ini saya ucapkan terima
kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah atas semua yang telah
kita lakukan.
Jakarta, Juni 2020
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian
dan Pengembangan,
									 Prof. Rizal Damanik, PhD.
V Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
KATA PENGANTAR
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan karunia-Nya, penyusunan perangkat
pembelajaran Training of Trainers (TOT) Pelatihan Teknis
Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan
Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan
Keluarga Berencana bekerjasama dengan Direktorat Bina
Keluarga Balita dan Anak menyusun perangkat pembelajaran
ini dalam rangka mempersiapkan SDM yang kompeten guna
memfasilitasi dan memberikan informasi kepada Keluarga
Indonesia mengenai Pengasuhan Anak Usia Dini dalam rangka Pencegahan Stunting
melalui Kelompok BKB. Perangkat pembelajaran ini adalah acuan pengelolaan
pelatihan untuk menyelenggarakan Training of Trainers (TOT) Pelatihan Teknis Bina
Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi Fasilitator
Tingkat Provinsi. Dengan mengacu kepada perangkat pembelajaran ini diharapkan
setiap penyelenggaraan pelatihan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, sehingga dapat menghasilkan alumnus pelatihan yang berkualitas.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh
pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini.
Semogasegalaupayakitauntukmeningkatkankualitaspelatihandapatberkontribusi
dalam pembangunan keluarga Indonesia yang berkualitas. Semoga Tuhan Yang
Masa Esa memberikan berkah-NYA terhadap setiap kegiatan yang kita lakukan.
Jakarta, Juni 2020
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan KB,
	
DR. Lalu Makripuddin, M.Si
VI Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN	 .................................................................................................................I
KATA SAMBUTAN	 ...............................................................................................................III
KATA PENGANTAR	...............................................................................................................V
DAFTAR ISI	 .........................................................................................................................VI
☼ BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
A.	Latar Belakang .........................................................................................................2
B.	 Deskripsi Singkat.........................................................................................................2
C.	Manfaat Modul bagi Peserta.................................................................................2
D.	Tujuan Pembelajaran .................................................................................................2
E.	Materi Pokok dan Sub Materi Pokok	 ....................................................................3
F.	Petunjuk Belajar........................................................................................................3
☼ BAB II TAHAPAN PERENCANAAN HIDUP BERKELUARGA ...............................................4
A.	 Perencanaan Usia Pernikahan	 ..............................................................................5
B.	 Membina Hubungan Antar Pasangan, dengan keluarga lain
	 dan kelompok sosial .................................................................................................9
C. Perencanaan Kelahiran Anak Pertama Persiapan Menjadi Orangtua .............12
D. Mengatur jarak kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi ................14
E. Berhenti melahirkan di usia 35 tahun	 ..................................................................17
F. Merawat dan Mengasuh Anak Usia Balita untuk memenuhi
kebutuhan mendasar anak ......................................................................................17
G. Rangkuman ..............................................................................................................21
H. Evaluasi .....................................................................................................................22
I. KunciJawaban..........................................................................................................22
☼ BAB III HARAPAN POSITIF TERHADAP MASA DEPAN ANAK ........................................24
A.	Harapan orang tua agar membentuk anak yang berkualitas	 .......................25
B.	Praktik Pengasuhan untuk Mencapai Harapan Positif Orangtua terhadap 		
	 Masa 	Depan Anak .................................................................................................27
C.	Rangkuman ...........................................................................................................31
D.	Evaluasi ...................................................................................................................32
E.	Kunci Jawaban .......................................................................................................32
☼ BAB IV CARA MENGGUNAKAN METODE KB YANG RASIONAL,
	 EFEKTIF DAN EFISIEN ..................................................................................................34
A.	Jenis-jenis Alat Kontrasepsi ...................................................................................35
B.	Pemilihan Metode Kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien .....................50
C.	Rangkuman	 ............................................................................................................52
D.	Evaluasi....................................................................................................................53
E.	Kunci Jawaban.......................................................................................................53
☼ BAB V PENUTUP	 .............................................................................................................55
A.	Rangkuman	 .............................................................................................................55
B.	Evaluasi ...................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................57
VII Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL
PERENCANAAN KEHIDUPAN
BERKELUARGA
Tim Penyusun
Retnoningsih Suharno, S.Pd
Armen Ma'ruf, M.Pd
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
TAHUN 2020
1 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB I
PENDAHULUAN
2 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
A. Latar Belakang
Untuk membangun suatu keluarga tidaklah mudah, diperlukan sebuah peren-
canaan yang baik dan matang. Membangun keluarga merupakan awal lahirnya
generasi mendatang.Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan
tempat untuk mendidik dan membentuk watak moral serta melatih kebersamaan
sebagai bekal kehidupan bermasyarakat.
Calon ayah dan ibu perlu menentukan keluarga seperti apa yang menjadi im-
pian, pilihan dan harapannya serta perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk
menjadi ayah dan ibu bagi anak-anaknya. Oleh karenanya kita semua sangat me-
merlukan pengetahuan dan informasi yang memadai tentang bagaimana meren-
canakan kehidupan berkeluarga mulai dari tahapan perencanaan hidup berkelu-
arga, peran dan fungsi keluarga, harapan positif terhadap masa depan anak, serta
pengasuhan yang positif dalam mendukung keberhasilan anak.
B. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan “Perencanaan Kehidupan Berkeluarga” ini membahas tentang
perencanaan hidup berkeluarga, harapan positif terhadap masa depan anak dan
cara menggunakan metode KB yang rasional, efektif dan efisien. Hal ini dilakukan
dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan dan melem-
bagakan norma keluarga kecil bahagia sejahtera.
C. Manfaat Modul
Modul “Perencanaan Kehidupan Berkeluarga” ini disusun untuk membantu
Widyaiswara, Kabid Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga, Penyuluh Kel-
uarga Berencana, Kader BKB memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam
memfasilitasi perencanaan kehidupan berkeluarga.
D. Tujuan Pembelajaran
1.	Hasil Belajar
	 Setelah selesai pembelajaran, peserta diharapkan mampu memahami taha-
pan perencanaan hidup berkeluarga, harapan positif terhadap masa depan
anak; cara menggunakan metode KB yang rasional, efektif dan efisien.
2.	Indikator Hasil Belajar
	 Setelah selesai pembelajaran, peserta diharapkan dapat:
	 a. Menjelaskan tahapan perencanaan hidup berkeluarga
	 b. Menjelaskan harapan positif terhadap masa depan anak
	 c. Menjelaskan cara menggunakan metode KB yang rasional, efektif dan efisien.
3 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
	 Mengacu pada tujuan pembelajaran di atas, materi pokok untuk Mata Pelatihan
“Perencanaan Kehidupan Berkeluarga” adalah:
	 1. Tahapan perencanaan hidup berkeluarga
	 2. Harapan positif terhadap masa depan anak
	 3. Cara menggunakan metode KB yang rasional, efektif dan efisien
F. Petunjuk Belajar
Anda sebagai pembelajar, dan agar dalam proses pembelajaran Mata Pelatihan
“Perencanaan Kehidupan Berkeluarga” dapat berjalan lebih lancar, dan tujuan
pembelajaran tercapai dengan baik, kami sarankan untuk mengikuti langkah-lang-
kah sebagai berikut:
1.	Bacalah secara cermat, dan pahami tujuan pembelajaran yang tertulis pada se-
tiap awal bab.
2.	Pelajari setiap bab secara berurutan, mulai dari Bab I Pendahuluan sampai Bab V
Penutup.
3.	Kerjakan secara sungguh-sungguh dan tuntas setiap evaluasi pada setiap akhir
bab.
4.	Keberhasilan proses pembelajaran dalam mata pelatihan ini tergantung pada
kesungguhan anda. Untuk itu, belajarlah secara mandiri dan seksama. Untuk be-
lajar mandiri, anda dapat melakukannya seorang diri, berdua, atau berkelompok
dengan teman lain yang memiliki pandangan yang sama dengan anda.
5.	Anda disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain seperti yang tertera
pada Daftar Pustaka pada akhir modul ini, dan jangan segan-segan bertanya
kepada widyaiswara atau teman yang telah memahami tentang materi ini.
Baiklah, selamat belajar! Semoga anda sukses menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diuraikan dalam Mata Pelatihan ini.
4 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mempelajari Bab II ini, peserta diharapkan dapat menjelas-
kan tahapan perencanaan hidup berkeluarga.
BAB II
TAHAPAN PERENCANAAN HIDUP
BERKELUARGA
5 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Membangun keluarga merupakan awal lahirnya generasi mendatang. Keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan
membentuk watak moral serta melatih kebersamaan sebagai bekal kehidupan ber-
masyarakat. Calon ayah dan ibu perlu menentukan keluarga seperti apa yang men-
jadi impian, pilihan dan harapannya serta perlu memiliki pengetahuan yang cukup
untuk menjadi ayah dan ibu bagi anak-anaknya.
Membentuk keluarga berkualitas sesuai amanah undang-undang yaitu sebagai
sebuah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, bercirikan se-
jahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke de-
pan, tanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa mer-
upakan suatu hal yang tidak mudah. Hal ini dikarenakan nilai-nilai keluarga yang
dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah sudah banyak yang terciderai. Guna
mewujudkan keluarga yang berkualitas dapat dilakukan dengan menerapkan fung-
si keluarga untuk mendukung keberhasilan anak dimasa depan.
Untuk membangun sebuah keluarga diperlukan perencanaan yang matang. Ta-
hapan perencanaan hidup berkeluarga sebagai berikut:
A. Perencanaan Usia Pernikahan
Pernikahan merupakan bagian dari siklus kehidupan manusia yang bertujuan un-
tuk membentuk keluarga yang bahagia. Banyak hal yang harus disiapkan sebelum
memasuki jenjang pernikahan termasuk merencanakan usia pernikahan.
Perencanaan Usia Pernikahan berkaitan dengan Pendewasaan Usia Perkawinan.
Pendewasaan Usia Perkawinan adalah upaya untuk meningkatkan usia pada per-
kawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal 21 ta-
hun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki.
Didalam merencanakan keluarga, dapat mempertimbangkan berbagai dimensi
kesiapan berkeluarga antara lain kesiapan usia, kesiapan fisik, kesiapan mental, ke-
siapan finansial, kesiapan moral,kesiapan emosi, kesiapan sosial, kesiapan interper-
sonal, kesiapan keterampilan hidup serta kesiapan intelektual.
1.	Kesiapan Usia
•	 Kesiapan usia adalah kesiapan umur untuk menikah, yaitu minimal 21 tahun untuk
perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Pentingnya kesiapan usia ini untuk mem-
persiapkan pola pemikiran yang matang dalam mempersepsikan sebuah per-
nikahan. Kesiapan ini juga dibutuhkan supaya individu sudah mengetahui dan
memiliki pengetahuan tentang melahirkan dan merawat anak serta kehidupan
berkeluarga.
•	 Dampak positif jika usia menikah lebih matang adalah berhubungan dengan ke-
matangan secara emosi dan kedewasaan dalam menyikapi kehidupan pernika-
han. Kematangan usia ini akan berkaitan dengan kematangan organ biologis
dalam melakukan hubungan seksual dalam pernikahan.
•	 Dampak apabila menikah diusia yang belum matang akan menyebabkan peng-
etahuan tentang pernikahan masih minimal, emosi yang belum stabil sehingga
6 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
menyebabkan stress dan tertekan, angka kematian ibu-anak semakin tinggi, dan
tekanan ekonomi pasangan suami istri semakin tinggi. Selain itu, kemandirian
pasangan yang masih rendah, rawan dan belum stabil dalam menghadapi per-
masalahan sehingga rawan terjadi perceraian.
2.	Kesiapan Finansial
•	 Kesiapan finansial bagian dari kemandirian keuangan sehingga kriteria ini sangat
penting untuk kesiapan menikah. Dalam hal ini kesiapan finansial dapat dilihat
dariketercukupan uang yang dimiliki, kemandirian finansial (tidak merepotkan
orang tua dan keluarga besar), memiliki jenjang karier yang tetap dalam jangka
panjang, termasuk cara mengelola keuangan dan sumberdaya keluarga serta
memiliki tabungan keluarga. Kesiapan ini penting dikarenakan untuk mengelola
sumberdaya dan mencapai kesejahteraan keluarga.
•	 Dampak positif apabila kesiapan finansial sudah optimal maka keluarga akan
dapat mengelola sumberdaya dengan baik, mampu mencukupi kebutuhan kel-
uarga, serta dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga sehingga hubungan
pasangan suami istri menjadi harmonis. Dampak negatifnya jika keluarga tidak
dapat mengelola sumberdaya dengan baik, tidak dapat mencukupi kebutuhan,
sehingga rawan terjadinya pertengkaran dan perselisihan serta berujung perce-
raian.
3.	Kesiapan Fisik
•	 Kesiapan fisik adalah kesiapan secara biologis seperti kesiapan organ biologis un-
tuk melakukan hubungan seksual dan kemampuan untuk melakukan pengasu-
han serta melakukan pekerjaan rumah tangga. Kesiapan fisik dianggap penting
supaya individu dapat mempersiapkan organ-organ biologis dan menjaga serta
merawat kesehatannya untuk mencapai tubuh yang sehat.
•	 Dampak positif apabila seseorang memiliki kesiapan fisik yang baik adalah indi-
vidu dapat merawat dan membersihkan diri dengan baik sehingga dapat mel-
akukan hubungan seksual dengan baik. Selain itu, individu yang sehat dapat
melakukan pekerjaan rumah tangga sehingga rumah menjadi rapih an bersih.
Kemudian individu yang sehat akan dapat mengasuh dan merawat anak den-
gan baik.
•	 Dampak jika tidak dipersiapkan dengan baik maka individu kurang optimal da-
lam melakukan hubungan seksual dan merawat anak serta tidak dapat menjaga
kesehatannya dengan baik.
4.	Kesiapan Mental
•	 Kesiapan mental adalah kemampuan individu dalam mempersiapkan kemung-
kinan-kemungkinan yang dapat terjadi, siap dalam mengantisipasi resiko yang
ada, danmenyeimbangkan antara harapan dan kenyataan. Penting melakukan
kesiapan ini untuk mempersiapkan dan mengantasipasi segala kemungkinan
7 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
yang terjadi dalam kehidupan berkeluarga.
•	 Dampak positif dari kesiapan mental yang baik adalah dapat mempersiapkan
rencana dengan baik dikarenakan sudah memiliki cara untuk mengantisipasi
permasalahan keluarga. Selain itu individu yang memiliki kesiapan ini dapat mer-
encanakan kehidupan pernikahan.
•	 Dampak jika tidak memiliki kesiapan mental, maka individu akan tertekan dan
stress ketika menghadapi permasalahan pernikahan.
5.	Kesiapan Emosi
•	 Kesiapan emosi adalah kemampuan individu dalam mengontrol emosi yang baik
untuk menghindari perilaku yang tidak baik dan kekerasan serta untuk mengung-
kapkan perasaannya kepada orang-orang disekitarnya. Individu yang memiliki
kesiapan emosi yang baik dapat mengatur dan mengelola perasaannya den-
gan baik sehingga dalam menghadapi permasalahan dapat memposisikan diri
dengan baik.
•	 Dampak positif dari kesiapan emosi adalah dapat memiliki kemampuan mema-
hami perasaan diri sendiri dan orang lain, dapat mengelola perasaan dan men-
gungkapan perasaan sesuai dengan porsinya, dan dapat mengungkapkan ser-
ta menjalin keterbukaan dengan orang di sekitar.
•	 Jika tidak memiliki kesiapan emosi yang baik maka individu akan mengalami
permasalahan dengan orang sekitar karena terjadinya kesalahpahaman, tidak
dapat mengungkapkan keinginan dan harapannya, dan memungkinkan terjad-
inya pertengkaran atau perselisihan.
6.	Kesiapan Sosial
•	 Kesiapan sosial adalah kemampuan untuk mengembangkan berbagai kapasitas
untuk mempertahankan pernikahan. Selain itu terdapat interaksi antara individu
dan masyarakat luas seperti hubungan untuk diterima lingkungan sekitar dan
dapat menyediakan karier untuk masa depan keluarganya.
•	 Kesiapan sosial dibutuhkan untuk individu supaya mampu melakukan penyesua-
ian terhadap lingkungan sekitar. Selain itu dapat menjalin hubungan dengan
lingkungan luas sehingga dapat memungkinkan mendapatkan manfaat untuk
jenjang karier atau sebagainya. Apabila individu memiliki kesiapan sosial yang
baik maka dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar dengan baik, sehing-
ga hubungan dengan keluarga besar dan tetangga menjadi harmonis. Selain itu
juga dapat melakukan penyesuaian dan kerjasama dengan masyarakat luas.
•	 Jika individu tidak memiliki kesiapan sosial maka individu tidak dapat beradaptasi
dengan lingkungan sekitar sehingga menyebabkan terjadinya kesalahpahaman.
7.	Kesiapan Moral
•	 Kesiapan moral adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai
kehidupan yang baik seperti komitmen, kepatuhan, kesabaran, dan memaaf-
8 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
kan. Pentingnya kesiapan ini sebagai pedoman dan prinsip dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari dan dapat digunakan untuk membentuk kepribadian da-
lam berhubungan dengan pasangan dan keluarga besar.
•	 Individu yang mempersiapkan moral dengan baik maka dapat membedakan
mana yang benar dan salah dalam mengaplikasikan ke nilai-nilai kehidupan
pernikahan dan menjadikan individu yang berkualitas sehingga dapat mendidik
generasi selanjutnya untuk memiliki moral yang baik. Selain itu, apabila pasangan
suami istri memiliki moral yang baik maka dapat menjadikan keluarga harmonis
dikarenakan pasangan suami istri selalu menjaga komitmen, saling menghargai
dan mematuhi.
•	 Apabila individu tidak memiliki kesiapan moral yang baik maka dikhawatirkan
tidak memiliki prinsip dan pegangan nilai-nilai kehidupan yang baik sehingga
dapat memutuskan sesuatu tergesa-gesa tanpa memikirkan akibatnya. Individu
juga dikhawatirkan tidak menjaga komitmen sehingga akan tergoda dengan
orang lain yang menyebabkan pernikahan menjadi berantakan.
8.	Kesiapan Interpersonal
•	 Kesiapan interpersonal adalah kemampuan individu dalam melakukan kompe-
tensi dalam berhubungan seperti pasangan suami istri harus saling mendengar-
kan,membahas permasalahan pribadi dengan pasangan, dan menghargai apa-
bila terdapat perbedaan. Individu membutuhkan kesiapan ini untuk memahami
individu yang lainnya, dapat menghargai dan tenggang rasa dengan orang lain
serta dapat peduli dengan lingkungan sekitar.
•	 Jika individu memiliki kesiapan interpersonal yang baik maka dapat saling mema-
hami dan peduli sehingga mencapai kepuasan pernikahan dan tercapai kese-
jahteraan keluarga.
•	 Dampak negatif jika tidak memiliki kesiapan interpersonal yang baik adalah in-
dividu akan lebih sering mengalami perselisihan dikarenakan tidak mau saling
memahami dan peduli dengan orang lain.
9.	Kesiapan Keterampilan Hidup
•	 Kesiapan keterampilan hidup adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam
mengembangkan berbagai kapasitas untuk memenuhi peran di dalam keluar-
ga seperti menjaga kebersihan rumah tangga, merawat dan mengasuh anak,
melayani suami, dansebagainya. Apabila individu dapat mempersiapkan keter-
ampilan hidupnya dengan baik maka dapat saling bekerja sama dalam menye-
lesaikan pekerjaan rumah tangga. Dalam hal ini dapat mewujudkan kepuasan
dan kesejahteraan keluarga.
•	 Dampak positif jika individu memiliki kesiapan keterampilan hidup maka dapat
menjalankan peran suami istri dengan optimal sehingga dapat mewujudkan kel-
uarga yang tahan.
•	 Dampak negatif jika tidak memiliki keterampilan hidup akan bergantung pada
9 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
orang lain, sehingga dapat menyebabkan keluarga mengalami perselisihan.
10.	 Kesiapan Intelektual
•	 Kesiapan intelektual adalah kesiapan yang berhubungan dengan kemampuan
individu dalam berfikir, menangkap informasi dan berhubungandengan kemam-
puan mengingat. Digunakan sebagai penunjang dan pendukung dalam men-
cari informasi dan pengetahuan tentang pernikahan dan cara-cara merawat
anak atau mengelola keuangan.
•	 Dampak positif jika memiliki kesiapan intelektual adalah individu dapat semak-
in memiliki pengetahuan dan informasi tentang pernikahan, pengetahuan pen-
gasuhan yang banyak sehingga dapat mengatasi apabila terdapat permasala-
han atau hambatan.
•	 Dampak negatif jika tidak memiliki kesiapan intelektual adalah dapat menye-
babkan adanya pertengkaran dan adanya kesalahan dalam memecahkan
atau menangani suatu permasalahan.
B. Membina Hubungan Antar Pasangan, dengan keluarga lain
dan 	kelompok sosial
Hubungan merupakan suatu interaksi atau proses yang terjadi dan dilakukan
antara dua orang atau lebih untuk saling mengenal satu sama lain. Hubungan itu
sendiri dapat dibedakan menjadi hubungan antar pasangan, hubungan antar kel-
uarga dan lingkungan/kelompok sosial.Hubungan ini sangat penting dalam kehidu-
pan manusia itu sendiri, tidak hanya sebatas saling mengenal namun untuk saling
memahami dan mengerti. Hubungan manusia ini kemudian saling mempengaruhi
antar satu dengan yang lainnya melalui pengertian yang diungkapkan, informasi
yang dibagi, semangat yang disumbangkan, yang semua pesannya membentuk
pengetahuan.
Keluarga mempunyai interaksi dan hubungan yang memberi ikatan yang jauh
lebih lama dibandingkan dengan kelompok asosiasi lainnya.Interaksi manusia harus
didahului oleh kontak dan komunikasi.
1.	Membina Hubungan Antar Pasangan
Setelah menikah, masing-masing individu memiliki perkembangan tugas untuk
dirinya maupun untuk keluarganya (sebagai suami atau istri).Selanjutnya, setelah
pasangan suami istri mempunyai anak, status, peran dan tugas semakin berkembang
untuk keperluan masing-masing individu suami istri, keluarga beserta anak-anaknya.
Adapun wujud interaksi antara suami dan istri adalah sebagai berikut:
a.	Bonding dan kedekatan serta saling ketergantungan antara suami dan istri.
b.	Kemitraan suami istri dalam mengelola sumberdaya keluarga baik keuangan
keluarga, pengambilan keputusan tentang pembelian properti atau pendidikan
10 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
anak, dan kerjasama dalam perencanaan kehidupan keluarga secara umum.
c.	Komunikasi suami istri dalam melakukan pengasuhan anak-anaknya, komunikasi
antar keluarga inti dengan keluarga keluarga besar, dan komunikasi antara kelu-
arga inti dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya.
d.	Hubungan yang seimbang antara suami dan istri dalam menciptakan rasa saling
mencintai, menghormati, ketergantungan, menghargai dan berkomitmen dalam
menjalankan fungsi-fungsi keluarga untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga
lahir dan batin.
e.	Dalam mempercepat proses penyesuaian status dan peran antara suami dan is-
tri, maka masing-masing pihak harus melakukan proses imitasi, identifikasi, sugesti,
motivasi, simpati dan empati antara satu dengan lainnya.
Hal lain yang sangat sensitif berkaitan dengan hubungan personal suami istri ada-
lah hubungan seksual. Hubungan jasmani antara suami istri tidak boleh ada unsur
pemaksaan, misalnya suami memaksa istri untuk melakukan hubungan intim, dan se-
baliknya istri memaksa suami untuk melakukan hubungan intim. Hubungan intim da-
lam perkawinan adalah hubungan secara fisik, psikologis, dan spiritual dalam rang-
ka prokreasi untuk meneruskan keturunan .Oleh karena itu, hubungan intim dalam
perkawinan dipandang sebagai suatu simbul saling memberi, saling menyenangkan
dan saling menjaga hubungan antara suami istri.
Dalam proses penyesuaian semua perbedaan dan persamaan, maka suami dan
istri harus secara cermat dan sistimatis melakukan langkah-langkah progresif dalam
mempertahankan perkawinan. Persamaan yang harus disadari oleh suami dan istri
adalah berkaitan dengan kebutuhan umum (general needs) yang terdiri atas kebu-
tuhan fisik, sosial-ekonomi, psikologi/emosi, dan spiritual.Adapun perbedaan antara
suami dan istri didasari atas perbedaan kebutuhan khusus (specific needs) yang ber-
kaitan dengan perbedaan hormonal, alat reproduksi dan fungsi biologis.Perbedaan
lainnya adalah yang berkaitan dengan personalitas individu dan nilai-nilai individu.
Hubungan dalam perkawinan harus dibina oleh pasangan suami istri melalui ak-
tivitas sebagai berikut:
a.	Mendiskusikan harapan dan merencanakan masa depan keluarga serta menyel-
esaikan permasalahan yang dihadapi secara bersama.
b.	Membuat keputusan akan perencanaan kehidupan keluarga secara bersama
baik berkaitan dengan keuangan, pembelian rumah, pemeliharaan rumah, hubu-
ngan social kemasyarakatan dan kehidupan spiritual.
c.	Melakukan pengasuhan terhadap anak secara bersama yang berkaitan dengan
perilaku sebagai berikut:
1)	Sikap orangtua terhadap anak-anak harus dikoordinasikan dan diteladani den-
gan baik.
2)	Siapa yang berperan menjadi pengasuh dan pendidik utama anak, apakah ibu
11 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
atau ayah atau keduanya?
3)	Bagaimana strategi orangtua dalam mendisiplinkan anak? Bagaimana kedua
orangtua melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab dalam mengasuh
dan mendidik anaknya?
a)	Bagaimana pasangan berdoa untuk memadukan kedua hati dalam perkawinan.
•	 Kekuatan kehidupan apa yang dipandang oleh suami istri dalam mempertahan-
kan perkawinan?
•	 Kelemahan apa yang dipandang oleh suami istri dalam melihat tantangan untuk
menyelesaikan masalah-masalah dalam perkawinan?
b)	Pasangan suami istri wajib untuk memelihara komitmen bersama untuk memper-
tahankan dan memelihara perkawinan melalui pengukuhan ikatan perkawinan.
c)	Pasangan suami istri wajib juga untuk melakukan perencanaan keluarga dalam
hal keuangan, pendidikan anak, dan investasi/tabungan.
d)	Pasangan suami istri harus membina hubungan dengan keluarga besar baik dari
pihak suami atau istri. Keluarga besar harus ditempatkan secara sejajar dan adil,
artinya tidak boleh ada diskriminasi sosial antara keluarga besar dari pihak suami
atau istri.
2.	Membina Hubungan dengan Keluarga Lain
Kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa tanpa adanya orang lain dalam hidup.
Selain membina hubungan baik dengan keluarga juga harus membina hubungan
baik dengan keluarga lain. Dalam kehidupan berkeluarga tentunya kita memiliki
sanak keluarga yang lain, entah itu yang sekandung dengan Bapak ibu kita atau
sepupu atau saudara lainnya.
Hubungan ini harus terus kita jaga dan rawat agar terus tumbuh rasa persau-
daraann yang kuat. Banyak cara untuk memperkuat hubungan antar keluarga di
antaranya dengan saling berkunjung, bersilaturahmi, bersedia memberikan bantu-
an baik materi maupun tenaga. Dengan semakin kuatnya hubungan antar keluar-
ga menjadikan hidup ini lebih bahagia dan penuh rasa kekeluargaan.
Di samping keluarga yang satu keturunan kita juga punya keluarga-keluarga yang
lain yaitu tetangga-tetangga kita baik yang bersebelahan dengan rumah kita mau-
pun yang sekampung, tentunya ini harus tetap dijaga dengan baik, karena mereka-
lah yang paling tahu keadaan kita. Kita harus berbaik sangka, berbuat baik ke ses-
ama tetangga kita untuk menciptakan hubungan yang harmonis di tempat tinggal
kita.
3.	Membina Hubungan dengan Kelompok Sosial
Dalam kehidupannya manusia dibimbing oleh nilai-nilai yang merupakan pan-
dangan terhadap apa yang baik dan buruk, juga oleh pasangan nilai materi dan
non materi. Jika kita ingin hidup damai dimasyarakat maka harus dapat menyeim-
bangkan antara kedua pasangan nilai tersebut, namun kenyataannya dewasa ini
masyarakat lebih mengedepankan nilai materi dibandingkan non materi/spiritual.
12 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
Lingkungan masyarakat yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkemban-
gan sosial keluarga terdiri dari sosial budaya dan media massa.
Hubungan dengan kelompok sosial banyak macamnya mulai dari kegiatan
arisan, pengajian, kerja bakti, urug rembug, santunan dan lain sebagainya.Kegiatan
sosial kemasyarakatan perlu terus dibina dan dikembangkan agar suasana kehidu-
pan kampung kita khususnya aman dan nyaman. Kehidupan antar keluarga dalam
satu kelompok sosial mempunyai ikatan yang kuat, sehingga jika ada yang memer-
lukan bantuan dan menyalurkan bantuan akan sangat mudah, akan tetapi jika ke-
hidupan kampung itu terlalu individualistik, akan mempersulit hidup kita juga, inilah
kehidupan yang sudah menjangkii penduduk-penduduk kota, sehingga jiwa sosial-
nya berkurang, mudah-mudahan asas gotong royong bangsa kita tidak tergerus
budaya mementingkan diri sendiri, akan tetapi terus bahu-membahu menjadikan
kehidupan disekitar kita harmonis dan penuh cinta kasih.
C. Perencanaan Kelahiran Anak Pertama Persiapan Menjadi Orangtua
Yang harus disepakai dengan pasangan (suami/istri) adalah perencanaan kelu-
arga diantaranya perencanaan kelahiran anak pertama.Dalam keluarga yang ide-
al (lengkap), maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran
ayah dan peran ibu.
Peran ayah selain sebagai pencari nafkah, dalam pengasuhan, ayah memiliki
peranan yang sangat penting. Di masa awal seorangsuami atau ayah dapat:
1.	 Menyiapkan tempat tinggal yang layak.
2.	 Mendampingi istri (siaga) selama masa kehamilan.
3.	 Mendukung istri untuk menyusui bayinya.
4.	 Turut merawat bayi sejak dilahirkan.
5.	 Melakukan aktivitas bersama anak.
6.	 Menciptakan komunikasi yang baik dengan seluruh keluarga.
Peran suami atau ayah dalam keluarga menjadi contoh positif terhadap:
•	 Perkembangan Kognitif: anak lebih cerdas, anak lebih terampil, prestasi di se-
kolah lebih baik.
•	 Perkembangan Sosio-Emosional: anak merasa aman, dan anak tidak mudah
stres
•	 Perkembangan Fisik: anak lebih sehat.
Di samping itu, ayah juga sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana,
mengasihi keluarga, serta sebagai suami yang penuh pengertian, dan pemberi rasa
aman.
Ibu memiliki peran dalam keluarga, di antaranya:
1.	 Memenuhi kebutuhan biologis, fisik, dan ekonomi anak.
2.	 Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar dan penuh kasih sayang.
13 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
3.	 Mendidik, mengatur, dan mengasuh anak.
4.	 Menjadi contoh dan teladan bagi anak.
Beberapa hal yang harus dimiliki oleh pasangan suami istri dalam persiapan men-
jadi orangtua antara lain:
1.	Rasa syukur dan beriman dengan Sang Pencipta
	 Anak adalah titipanNya, tentu harus disyukuri sebagai anugerah.Tidak semua
orang mendapat anugerah itu. Kita adalah yang terpilih untuk mendapatkannya.
Oleh karena itu dalam mengasuh anak juga harus mengikuti aturan Sang Pencip-
ta yang paling tahu bagaimana harusnya mengasuh anak. Orangtua juga harus
banyak berdo’a untuk kebaikan anaknya.
2.	Kesabaran
	 Menjadi orangtua membutuhkan kesabaran dalam menghadapi anak-anak.
Mungkin perilaku anak nantinya tidak seperti yang kita harapkan atau anak-anak
belum mengerti apa yang kita katakan. Mengasuh dan mendidik anak ibarat
menyusun batu bata menjadi sebuah bangunan yang kokoh, membutuhkan
waktu yang lama, dan ada tahapan kalau tidak sabar, akan berantakan dan
terbengkalai sehingga bangunan tidak berdiri sebagaimana yang kita harapkan.
3.	Ilmu Pengasuhan
	 Mengasuh anak membutuhkan ilmu pengasuhan. Baik secara psikologis, agama
maupun perkembangan ilmu pengetahuan terbaru. Oleh karena itu sebagai per-
siapan menjadi orangtua yang baik, harus siap belajar terus tentang bagaimana
seharusnya mengasuh anak dengan baik (sesuai agama), baik (sesuai kebutuhan
anak) dan menyenangkan.
4.	Kesehatan
	 Orangtua yang sehat dan lebih siap menjalankan peran dan tanggung jawabn-
ya dengan baik.Ia bisa memberi nafkah, menemani anak bermain, membimbing
belajar dan lain-lain. Bila orangtua sakit selain tidak dapat menjalankan tugasnya,
juga bisa jadi beban anak-anak untuk mengurusnya. Oleh karena itu orangtua
juga harus memperhatikan kesehatannya, dengan makanan yang bergizi, mi-
num yang banyak, olahraga teratur serta istirahat yang cukup.
5.	Rukun dan harmonis
	 Orangtua yang rukun dan harmonis akan lebih siap menjalankan tugasnya dar-
ipada orangtua yang sering 	 bertengkar. Orangtua yang sering bertengkar
akan memberi dampak yang tidak baik untuk perkembangan anak. Untuk tetap
rukun dan harmonis, suami istri dapat melakukan kegiatan yang dapat menjalin
kemesraan seperti setiap pekan ada waktu mengobrol berdua, pergi jalan-jalan
dan lainnya.
Orangtua juga harus mengetahui dan memahami kebutuhan anak sebagai sa-
lah satu bagian dari persiapan menjadi orangtua. Kebutuhan adalah semua yang
diperlukan anak untuk tumbuh kembangnya, yaitu kebutuhan:
14 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
1.	 Makanan, pakaian, tempat tinggal yang memberi rasa aman, nyaman dan
diperlukan untuk tumbuh kembang anak
2.	 Dicintai, disayang dan diperhatikan
3.	 Diterima dirinya apa adanya, dimengerti perasaannya
4.	 Diajak bicara, diberi kesempatan untuk bicara, menyampaikan perasaan dan
pendapatnya
5.	 Diberi kesempatan untuk mencapai cita-citanya, menunjukkan kemampuan-
nya
6.	 Diajarkan keimanan agar mengenal dan merasa dekat dengan Sang Pencip-
ta.
Dengan demikian, diharapkan orangtua memiliki bekal yang cukup dalam men-
gasuh dan membina tumbuh kembang anak secara optimal dan menjadikan anak-
anak sebagai generasi penerus bangsa yang berkarakter.
D.	Mengatur jarak kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi
Jarak kelahiran merupakan interval antara dua kelahiran yang berurutan dari
seorang wanita. Jarak kelahiran yang cenderung singkat dapat menimbulkan be-
berapa efek negatif baik pada kesehatan wanita tersebut maupun kesehatan bayi
yang dikandungnya.Setelah melahirkan, wanita memerlukan waktu yang cukup un-
tuk memulihkan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan serta persalinan selanjut-
nya.
Penentuan jarak kehamilan merupakan salah satu cara untuk menentukan be-
rapa jarak yang akan direncanakan diantara kehamilan satu dengan yang lain.
Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat
lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Perencanaan pasangan kapan untuk
memiliki anak kembali, menjadi hal penting untuk dikomunikasikan.
1.	Jarak Kelahiran Ideal
Indonesia memiliki median jarak antar kelahiran selama 64,6 bulan dan hal ini
dikatakan meningkat dibanding survei demografi pada tahun 2012. Jarak kelahi-
ran yang dikatakan aman adalah 36-59 bulan.Didapatkan data sebesar 55% ibu
melahirkan dengan rentang ini. Sedangkan 9% pada rentang kurang dari 24 bulan
(SDKI, 2017). Pengaturan jarak kelahiran ini dinilai penting untuk setiap pasangan
agar dapat lebih siap untuk memiliki anak lagi dan menghindari terjadinya keadaan
darurat pada ibu dan bayi.
Besarnya resiko kehamilan dan kelahiran adalah karena jarak kelahiran yang tidak
ideal. Dalam hal ini adalah kelahiran yang kurang dari 24 bulan. Ada perubahan
perilaku pada anak yang terjadi akibat dekatnya jarak kelahiran antara kelahiran
pertama dan kelahiran selanjutnya. Hal ini disebabkan orang tua menjadi terlalu fok-
us pada anak kedua sehingga proses tumbuh kembang pada anak pertama sedikit
terabaikan. Dampak yang terjadi adalah adanya kemunduran perilaku pada anak
dikarenakan oleh keinginan anak untuk merebut perhatian orang tua dari adiknya.
15 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Jarak kehamilan yang dianjurkan pada ibu hamil yang ideal dihitung dari sejak
ibu persalinan hingga akan memasuki masa hamil selanjutnya yaitu 3-5 tahun. Hal
ini didasarkan karena beberapa pertimbangan yang akan berpengaruh pada
ibu dan anak. Apalagi bagi anda yang mengalami operasi caesar pada persalinan
sebelumnya, pemulihan pascaoperasi sangat penting untuk diperhatikan. Pene-
litian The Demographic and Health Survey, menyebutkan bahwa anak - anak yang
dilahirkan 2- 5 tahun setelah kelahiran anak sebelumnya, memiliki kemungkinan
hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi daripada yang berjarak kelahiran kurang dari 2
tahun, maka jarak kehamilan yang aman adalah 3-5 tahun.
2.	Manfaat menjaga jarak kehamilan yang ideal
Manfaat menjaga jarak kehamilan yang ideal bagi ibu dan anak antara lain:
a.	 Pemulihan Persalinan bagi Kesehatan Ibu
Dengan minimal waktu dua tahun memungkinkan ibu melakukan persiapan
kehamilan. Dalam mempersiapkan kehamilan selanjutnya ibu harus memper-
siapkan kesehatan yang sempat mengalami penurunan setelah merawat bayi
sebelumnya, selain itu ibu harus mengalami beberapa pemulihan khusus seperti
pada ibu hamil yang melakukan operasi caesar sebelumnya sebaiknya berkon-
sultasi pada dokter ketika akan memasuki kehamilan selanjutnya. Tak kalah
penting dalam mengontrol kesehatan ibu hamil yang beresiko di kehamilan seperti
hipertensi, diabetes dan lainnya.
b.	 Menjaga Kesehatan Bayi
Menjaga jarak kehamilan ideal (3-5 tahun) akan membuat potensi yang
baik untuk kehamilan selanjutnya salah satunya adalah menghindari anak lahir
dengan berat badan yang rendah dan juga menghindari kelainan pada ja-
nin. Selain itu dua tahun memungkinkan untuk mempersiapkan air susu ibu. Dengan
persiapan asi maka akan berpengaruh positif bagi kesehatan dan kecerdasan, se-
dangkan bagi anda yang merencanakan kehamilan terlalu dekat maka akan ber-
dampak pada kurangnya nutrisi dari asi pada anak pertama atau anak selanjutnya.
c.	 Menghindari Resiko Kurang Gizi
Dengan merencanakan kehamilan pada jarak yang ideal maka akan mengu-
rangi resiko kurang gizi terutama kekurangan zat besi. Hal ini akan membantu
anda dalam mengurangi resiko anemia akut yang akan terjadi pada kehamilan
dan meningkatkan resiko stress pada saat hamil, bahkan hal ini akan beresiko ter-
jadinya sistem kardiovaskular pada saat menjelang persalinan. Hal ini dapat pula
disebabkan karena kondisi ibu yang merencanakan kehamilan terlalu cepat
belum pulih dari kondisi sebelumnya sehingga belum dapat maksimal dalam
pembentukan cadangan makanan bagi janin dan sendirinya.
d.	 Menjaga Hubungan antara Anak dan Ibu
Perhitungan yang tidak kalah penting dalam mempersiapkan jarak kehamilan
yang ideal adalah faktor psikologis anak dan orang tua. Secara umum apabila
merencanakan kehamilan pada usia yang ideal maka akan mudah dimengerti dan
16 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
juga mudah untuk menerima adik barunya dikarenakan telah cukup mendap-
atkan perhatian dan kasih sayang sebelumnya.
3.	Mengatur jarak kelahiran menggunakan alat kontrasepsi
Cara yang dilakukan untuk mengatur jarak kelahiran agar ideal yaitu 3-5 tahun
adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi.Kontrasepsi adalah upaya mence-
gah pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan.
Dalam mengatur jarak kehamilan, pasangan suami istri dapat menggunakan kon-
trasepsi sesuai dengan fase-fase berikut ini:
a.	 Fase Menunda Kehamilan
•	 Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 21 tahun dianjurkan untuk
menunda kehamilannya sampai usia minimal 21 tahun.
•	 Untuk menunda kehamilan pada masa ini ciri kontrasepsi yang diperlukan ada-
lah kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas dan efektifitas tinggi.
•	 Kontrasepsi yang dianjurkan antara lain kondom, suntik, pil dan implan.
b.	 Fase Menjarangkan Kehamilan
•	 Pada fase ini usia isteri antara 21-35 tahun, merupakan periode yang paling
baik untuk hamil dan melahirkan karena mempunyai resiko paling rendah bagi
ibu dan anak.
•	 Jarak ideal untuk menjarangkan kehamilan adalah 5 tahun, sehingga tidak
terdapat 2 balita dalam 1 periode.
•	 Ciri kontrasepsi yang dianjurkan pada masa ini adalah alat kontrasepsi yang
mempunyai reversibilitas dan efektifitas cukup tinggi, dan tidak menghambat
air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang dianjurkan adalah suntik, implan dan IUD.
c.	 Fase Mengakhiri Kehamilan
•	 Fase mengakhiri kehamilan berada pada usia PUS diatas 35 tahun, sebab se-
cara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak mengala-
mi risiko medik.
•	 Ciri kontrasepsi yang dianjurkan untuk masa ini adalah kontrasepsi yang mem-
punyai efektifitas sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka panjang, dan tidak
menambah kelainan yang sudah ada (pada usia tua kelainan seperti penyakit
jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat oleh ka-
rena itu sebaiknya tidak diberikan kontrasepsi yang menambah kelainan terse-
but).
•	 Kontrasepsi yang dianjurkan adalah Metode Operasi Wanita(MOW) dan IUD.
Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan metode kontrasepsi
17 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
jangka panjang yang selanjutnya disebut MKJP. Untuk macam alat dan obat kon-
trasepsi dan cara menggunakannya dibahas secara rinci pada Bab IV modul ini.
E. Berhenti melahirkan di usia 35 tahun
Wanita hamil yang berusia di atas 35 tahun atau lebih, dapat dua kali lipat mend-
erita tekanan darah tinggi yang mengancam jiwa (pre-eklampsia) selama kehami-
lan, mengalamin komplikasi seperti Ketuban Pecah Dini (KPD), partus lama, partus
macet dan perdarahan post partum. Komplikasi tersebut mungkin dialami oleh ibu
hamil pada usia tersebut dikarenakan organ jalan lahir yang sudah tidak lentur dan
memungkinkan mengalami penyakit. Lebih dari separoh wanita yang berusia diatas
40 tahun akan meminta bayinya dilahirkan melalui operasi Caesar.
Kejadian kehamilan risiko tinggi dipengaruhi oleh umur dan paritas. Kehamilan
resiko tinggi mayoritas berumur lebih dari 35 tahun. Berhenti melahirkan di usia 35
tahun bertujuan agar dapat merawat balita secara optimal.
F.	Merawat dan Mengasuh Anak Usia Balita untuk memenuhi kebutuhan
mendasar anak
Menjadi orangtua adalah suatu anugerah karena ada kehidupan yang diper-
cayakan Tuhan kepada orangtua. Ada tanggung jawab yang harus dijalani oleh or-
angtua sepanjang hayat. Dalam pengasuhan, keluarga merupakan lembaga per-
tama yang bertanggungjawab memberikan pembinaan tumbuh kembang anak.
Orangtua memegang peranan penting dalam memberikan kebutuhan anak. Pada
dasarnya mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal. Agar balita tumbuh dan berkembang
dengan baik, yang harus dilakukan orangtua antara lain:
•	 Memenuhi kebutuhan anak dalah hal makanan yang bergizi
•	 Menjaga kesehatan anak
Gambar 1. Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
18 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
•	 Berinteraksi dengan anak lewat berbagai kegiatan yang sesuai usia anak. Or-
angtua dapat memberikan belaian, senyuman, dekapan, penghargaan dan
bermain, mendongeng, menyanyi serta memberikan contoh-contoh tingkah
laku sehari-hari yang baik dan benar kepada anak.
Keluarga berkualitas yang kita ciptakan juga akan dapat terwujud apabila mas-
USIA 0 – 1 TAHUN
1. Kebutuhan Kesehatan dan Gizi •	 Memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 ment setelah bayi lahir
•	 Memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan
•	 Memberikan Makanan pendamping ASI (MP-ASI) setelah bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan.
MPA-SI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi diberikan kepada bayi atau
anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.
•	 Di tahun pertama, waktu makan sebaiknya 5 kali sehari (3 kali makanan pokok dan 2 kali makanan
selingan). Hal ini karena kapasitas pencernaan yang masih terbatas. Makanan selingan yang diberi-
kan dapat berupa buah atau biskuit.
•	 Mengamati pertumbuhan anak dengan membawa anak ke POSYANDU untuk ditimbang dan di-
catat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).
•	 Memberikan vitamin A kepada anak mulai dari usia 6 bulan sampai 5 tahun
•	 Untuk menjaga kebersihan badan, mandikan anak setiap pagi dan sore.
•	 JIka belum tumbuh gigi, bersihkan gusi bayi sesudah diberi ASI dengan kain yang dibasahi air
hangat yang sudah matang.
•	 Cuci tangan anak dengan kain yang dibasahi air hangat yang sudah matang
•	 Ajarkan anak untuk buang air kecil dan air besar pada tempatnya.
•	 Gunting kuku, tangan dan kaki anak jika panjang
•	 Jauhkan anak dari asap rokok dan asap dapur.
2. Kebutuhan Kasih Sayang •	 Berikan cinta, rasa aman, dan kasih saying kepada anak agar anak mengerti bahwa kita men-
yayangi dan selalu berada di dekatnya
•	 Belai dan sentuh anak setiap hari agar menambah kelekatan antara orangtua dan anak
•	 Dekap dan peluk anak untuk menenangkan anak terutama saat anak sedih atau menangis bila
mimpi buruk/ketakutan.
•	 Berikan pujian jika anak melakukan perbuatan yang baik atau berhasil mencapai sesuatu
•	 Jika anak melakukan kesalahan hendaknya jangan dimarahi namun tegur dan beritahu apa yang
seharusnya dilakukan
•	 Bacakan dongeng dan dengarkanlah cerita anak
•	 Berikanlah kata-kata halus/penuh makna untuk melatik kepekaan anak
•	 Memotivasi anak agar ia mampu mencoba melakukan sesuatu
•	 Berikan panggilan sayang kepada anak
3. Kebutuhan Stimulasi
Menstimulasi adalah kegiatan
merangsang kemampuan dasar
anak oleh lingkungan (ayah, ibu,
pengasuh anal, anggota kelu-
arga lain) untuk mempercepat
tumbuh kembangnya. Kurangn-
ya stimulasi dapat menyebabkan
kelambatan tumbuh kembang
anak. Lakukanlah stimulasi yang
memadai. Artinya, rangsang otak
anak agar berkembang kemamp-
uan gerakan kasar, gerakan halus,
komunikasi pasif, komunikasi aktif,
kecerdasan, menolong diri sendiri,
dan tingkah laku sosial pada anak
agar berlangsung secara optimal
sesuai tahap usia anak.
•	 Merangsang pendengaran dengan mengajak bicara bayi pada setiap kesempatan (ketika meny-
usui, mandi, mengganti popok)
•	 Merangsang penglihatan dengan mengajak bayi tersenyum, peluk dan timang bayi
•	 Berikan mainan warna kontras dan warna primer
•	 Merangsang perabaan pada bayi dengan mengusap bagian tubuh bayi dengan sentuhan penuh
kasih sayang
•	 Merangsang kemampuan motorilk kasar dengan melatik anak mendudukkan anak dengan digan-
jal bantal, setelah anak bisa duduk melatihnya untuk merangkak dan berdiri dengan memegang-
nya.
•	 Merangsang kemampuan motoric halus dengan memberikan mainan dan meletakkan mainan
yang menarik di depan anak
•	 Memberi contoh mengeluarkan dan mengembalikan mainan
•	 Mengajak anak berbicara dan menunjukkan bagian-bagian tubuh
•	 Ajak anak menyatakan hal yang membuatnya marah atapun mengalami emosi negative lain sep-
erti sedih atau takut, dan bicarakan cara mengatasi emosi negatif tersebut.
•	 Mengenalkan anak pada orang lain
•	 Memberi contoh dalam menunjukkan rasa sayang
•	 Memberi kesempatan pada anka untuk makan dan minum sendiri
•	 Menyanyikan lagu dan mendengarkan music
•	 Membacakan doa
•	 Mengajak bermain cilukba
•	 Mengajari mengucap mama, papa, kakak
19 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
USIA 1 – 2 TAHUN
1. Kebutuhan Kesehatan dan Gizi •	 Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih
•	 Berikan makanan tambahan yang mengandunng triguna, yaitu zat pembangun (susu, telur, ikan,
daging), zat tenaga (nasi, ubi, jagung) dan zat pelindung (buah-buahan dan sayuran)
•	 Pemberian vitamin A setiap 6 bulan sampai usia 5 tahun
•	 Jangan sampai anak makan hanya asal kenyang, sebaiknya lebih mementingkan kualitas
makanannya.
•	 Minuman yang utama bagi anakadalah air putih dan susu. Anakdiperbolehkan minum jus buah.
Kopi dan teh sebaiknya tidakdiberikan pada anak.
•	 Makanan tambahan yang baruperlu diberikan secara bertahap,paling tidak dua sampai tiga kalise-
hari. Hal ini agar orangtua dapatmewaspadai adanya alergi terhadap jenis makanan tertentu.
•	 Pemberian imunisasi sesuai usia anak
•	 Menjaga kebersihan dengan anak mandi minimal 2 kali sehari
•	 Menyikat gigi minimal sehabis makan dan sebelum tidur
•	 Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau sehabis buang air besar
•	 Menjaga kebersihan dan kerapihan tempat bermain
•	 Kebutuhan tidur anak harus mencukupi yaitu minimal 2 jam pada siang hari dan minimal 11,5 jam
pada malam hari
•	 Perawatan gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali
•	 Datang ke Posyandu setiap bulan
•	 Orang tua aktif merangsang kecerdasan anak
•	 Orang tua melatih gerakan motorik kasar dan halus anak
2. Kebutuhan Kasih Sayang •	 Berikan cinta, rasa aman dan kasih sayang kepada anak, agar anak mengerti bahwa kita men-
yayangi dan selalu berada didekatnya
•	 Belai dan sentuh anak setiap hari
•	 Dekap dan peluk anak untuk menjalin kelekatan antara orangtua dan anak
•	 Berikan pujian setiap kali anak berhasil melakukan kegiatan rangsangan
•	 Jika anak melakukan kesalahan, hendaknya jangan dimarahi melainkan tegur dan ebritahu apa
yang seharusnya dilakukan
•	 Bacakan dongeng dan ajak anak bercerita
•	 Berikan kata-kata halus/penuh makna untuk melatih kepekaan anak
•	 Motivasi anak agar dia mampu mencoba melakukan sesuatu
•	 Berikan panggilan sayang kepada anak
3. Kebutuhan Stimulasi •	 Melatih anak berjalan mundur dan mengikuti garis lurus
•	 Melatih anak memegang dan menggunakan sendok
•	 Melatih anak memakai dan melepas baju sendiri
•	 Membacakan cerita dan menyediakan buku bergambar untuk anak
•	 Mengajak anak bercermin
•	 Mengajak anak pergi ke tempat baru
•	 Melatih anak untuk mengerti dan melakukan perintah sederhana
•	 Menunjukkan benda sambil menyebut namanya
•	 Membacakan dongeng/cerita
•	 Mengajari anak mengenal bagian tubuh
•	 Menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang dan benda di sekitar rumah
•	 Meminta anak melakukan suatu kegiatan (misalnya : tolong ambilkan bola di bawah meja)
USIA 2 – 3 TAHUN
1. Kebutuhan Kesehatan dan Gizi •	 Pemberian makanan anak sudah dalam bentuk padat yang mengandung zat pembangun, zat
tenaga dan zat pelindung
•	 Pemberian vitamin A setiap 6 bulan sampai usia 5 tahun
•	 Anak diharuskan mandi minimal 2 kali setiap hari
•	 Menyikat gigi dengan dibantu orangtua minimal sehabis makan dan sebelum tidur
•	 Mencuci rambut dan menggunting kuku secara teratur
•	 Menjaga kebersihan dan kerapihan tempat bermain
•	 Ganti pakaian yang basah sehabis bermain
•	 Pemberian imunisasi sesuai usia anak
•	 Perawatan gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali
•	 Datang ke POSYANDU setiap bulan
•	 Sapih anak jika masih mengedot atau mempunyai kebiasaan menghisap jari, kuku dan sebagainya,
supaya letak gigi baik
•	 Merangsang hormon petumbuhan
•	 Merangsang pertumbuhan otot dan tulang
•	 Merangsang kecerdasan anak
•	 Melatih gerakan motorik kasar dan halus anak
•	 Merangsang kreativitas anak
•	 Melatih kemampuan sosialisasi anak
•	 Melatih anak untuk merencanakan apa yang akan dimainkannya
•	 Melatih anak untuk mengambil hanya mainan yang akan dimainkan, jumlahnya hanya 2 – 3 main-
an dalam satu waktu
•	 Latih anak untuk membereskan kembali mainannya
20 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
2. Kebutuhan Kasih Sayang •	 Berikan cinta, rasa aman dan kasih sayang kepada anak, agar anak mengerti bahwa kita men-
yayangi dan selalu berada didekatnya
•	 Belai dan sentuh anak setiap hari
•	 Dekap dan peluk anak untuk menjalin kelekatan antara orangtua dan anak
•	 Berikan pujian setiap kali anak berhasil melakukan kegiatan rangsangan
•	 Jika anak melakukan kesalahan, hendaknya jangan dimarahi melainkan tegur dan ebritahu apa
yang seharusnya dilakukan
•	 Bacakan dongeng dan ajak anak bercerita
•	 Berikan kata-kata halus/penuh makna untuk melatih kepekaan anak
•	 Motivasi anak agar dia mampu mencoba melakukan sesuatu
•	 Berikan panggilan sayang kepada anak
3. Kebutuhan Stimulasi •	 Melatih anak untuk melompat dan berdiri satu kaki
•	 Mengajak anak bermain lempar, tangkap, tendang dan kejar bola
•	 Mengajak anak menari sambil mendengarkan musik
•	 Mengajak anak menaiki tangga dengan kaki bergantian
•	 Melatih anak untuk meremas dan merobek kertas
•	 Memberi contoh meronce manik-manik
•	 Mengajak anak belajar menggunting dan melipat kertas
•	 Bermain memindahkan air, pasir, biji-bijian ke dalam wadah seperti toples/baskom
•	 Melatih anak mengenal warna, bermain kartu, boneka, masak-masakan
•	 Melatih anak menggambar garis dan lingkaran
•	 Melatih anak menggunakan kata sifat
•	 Melatih anak menyebut nama teman, menghitung benda
•	 Tidak menyebutkan hal-hal negatif tentang diri anak dan selalu memikirkan hal-hal positif yang di-
miliki anak.
•	 Membantu anak mengutarakan perasaannya dan menjelaskan emosi yang sedang dirasakan
•	 Mengenalkan perbedaan laki-laki dan perempuan
•	 Melatih anak mengenakan pakaian, menyikat gigi dan toilet training
•	 Mengajak anak mencuci tangan dan kaki
USIA 3 – 4 TAHUN
1. Kebutuhan Kesehatan dan Gizi •	 Memberikan gizi seimbang pada anak usia 3 – 4 tahun
•	 Imunisasi harus diberikan kepada anak sesuai dengan umur
•	 Membiasakan anak mandi dua kali sehari dan menggosok gigi
•	 Kebersihan juga mencakup kebersihan lingkungan, misalnya menguras bak air setidaknya satu kali
seminggu
•	 Kebersihan makanan juga perlu diperhatikan
•	 Kebutuhan tidur anak harus sesuai dengan usia, anak usia 3 – 4 tahun perlu tidur ± 14 jam per hari
•	 Dunia anak adalah dunia bermain. Bagi anak, bermain adalah hal penting sebab selain menye-
nangkan, bermain merupakan wahana belajar yang paling mudah dan efektif. Sambil bermain,
berbagai aspek perkembangan dan potensi dalam diri anak dapat berkembang optimal. Bermain
dapat membantu merangsang pertumbuhan anak, menambah nafsu makan, dan merangsang
pertumbuhan otot dan tulang.
•	 Bawa anak ke posyandu / fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur untuk mengukur berat
badan anak, tinggi badan, lingkar kepala, pemberian imunisasi dan pemeliharaan serta perawatan
gigi.
2. Kebutuhan Kasih Sayang •	 Setiap anak perlu mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari keluarga serta rasa aman dan
nyaman. Kasih sayang tidak hanya berupa materi saja, tetapi belaian, suara lembut dan perhatian
yang diberikan orangtua kepada anak.
3. Kebutuhan Stimulasi •	 Mengajak anak berlari dan meloncat sambil melompati benda
•	 Mengajak anak berdiri dengan satu kaki bergantian
•	 Mengajak anak bermain lembar dan tangkap bola
•	 Mengajak anak meronce dan menggunting
•	 Mengajak anak memasukkan air, pasir atau biji-bijian ke dalam wadah seperti botol atau mangkok
•	 Ajak anak mencari benda dan mengelompokkannya berdasarkan warna yang sama
•	 Bacakan cerita untuk anak dan beri anak pertanyaan: apa, mengapa dan bagaimana
•	 Memberikan kesempatan pada anak untuk bermain dengan teman sebayanya
•	 Membiasakan anak untuk berbagi
•	 Membiasakan anak untuk menunggu giliran
•	 Membiasakan anak meletakkan piring atau gelas yang habis ia pakai ke tempatnya
•	 Membiasakan anak untuk mencuci tangan dan kaki sendiri
•	 Melatih anak memakai sandal dan sepatu sendiri
•	 Memperkenalkan kalimat yang berbentuk sebab akibat kepada anak misalnya : jika kamu merebut
mainan kamu tidak punya teman
•	 Meminta anak membawakan barang kepada orangtua
•	 Mengenalkan anak dengan berbagai ukuran
•	 Mengajak anak untuk mengucapkan kalimat yang terdiri dari tiga kata
21 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
USIA 4 – 5 TAHUN
1. Kebutuhan Kesehatan dan Gizi •	 Berikan gizi seimbang pada anak usia 4 – 5 tahun
•	 Imunisasi harus diberikan kepada anak sesuai dengan umur. Jangan lupa mengunjungi posyandu
atau puskesmas untuk imunisasi anak
•	 Biasakan anak untuk mandi dua kali sehari dan menggosok gigi. Jika anak belum mampu, orangtua
dapat membantu.
•	 Kebutuhan tidur anak harus tercukupi. Untuk anak usia 4 -5 tahun perlu tidur ± 13,7 jam per hari.
•	 Bagi anak, bermain sangat penting sebab selain menyenangkan juga sebagai wahana belajar
yang paling mudah dan efektif. Sambil bermain, berbagai aspek perkembangan dan potensi da-
lam diri anak dapat berkembang secara optimal.
•	 Membawa anak ke posyandu atau tempat pelayanan kesehatan untuk mengukur berat badan
anak, mengukur penambahan tinggi badan, mengukur lingkar kepala, pemberian imunisasi dan
pemeliharaan serta perawatan gigi anak
2. Kebutuhan Kasih Sayang •	 Setiap anak perlu mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari keluarga serta rasa aman dan
nyaman. Kasih sayang tidak hanya berupa materi saja, tetapi belaian, suara lembut, dan perhatian
yang diberikan orangtua kepada anak.
3. Kebutuhan Stimulasi •	 Bermain bersama anak sehingga anak mengembangkan keterampilan fisiknya seperti naik dan
turun tangga sambil diawasi, bermain bola, bermain tali.
•	 Melatih anak untuk berpakaian dan makan sendiri
•	 Mengajari anak menjepit dan melipat kertas
•	 Mengajak anak menggambar dan mewarnai
•	 Mengajak anak bermain dengan balok
•	 Bermain bersama anak sambil memperkenalkan berbagai bentuk, arah, dan warna serta berbagai
fungsi benda
ing-masing keluarga memiliki ketahanan keluarga yang tinggi dan ketahanan kelu-
arga hanya dapat tercipta apabila masing-masing keluarga dapat melaksanakan
fungsi-fungsi keluarga secara serasi, selaras dan seimbang. Fungsi keluarga yang di-
maksud ada delapan yaitu fungsi agama, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi
reproduksi, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi dan
fungsi lingkungan yang selanjutnya disebut 8 fungsi keluarga. Untuk fungsi keluarga
dibahas secara mendalam dalam modul selanjutnya.
G. Rangkuman
Membangun keluarga merupakan awal lahirnya generasi mendatang. Keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan
membentuk watak moral serta melatih kebersamaan sebagai bekal kehidupan ber-
masyarakat.
Setiap orang yang ingin hidup berkeluarga perlu memahami apa saja tahapan
perencanaan kehidupan berkeluarga mulai dari:
1.	Merencanakan usia pernikahan, perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun.
2.	Membina hubungan antar pasangan, dengan keluarga lain, dan kelompok sosial.
3.	Merencanakan kelahiran anak pertama, persiapan menjadi orangtua.
4.	Mengatur jarak kelahiran, dengan menggunakan alat kontrasepsi.
5.	Berhenti melahirkan di usia 35 tahun, agar dapat merawat balita secara optimal
serta menghindari risiko pada ibu akibat melahirkan/persalinan.
6.	Merawat dan mengasuh anak usia balita dengan memenuhi kebutuhan men-
dasar anak (kebutuhan fisik, kasih sayang, dan stimulasi).
22 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
Q
A
H. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!
1.	Jelaskan tahapan perencanaan kehidupan berkeluarga!
2.	Jelaskan bagaimanacara mengatur jarak kelahiran menggunakan alat kon-
trasepsi!
3.	Jelaskan bagaimana cara merawat dan mengasuh anak usia balita!
I. Kunci Jawaban
1.	Tahapan perencanaan kehidupanberkeluarga mulai dari:
a.	Merencanakan usia pernikahan, perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun.
b.	Membina hubungan antar pasangan, dengan keluarga lain, dan kelompok so-
sial.
c.	Merencanakan kelahiran anak pertama, persiapan menjadi orangtua.
d.	Mengatur jarak kelahiran, dengan menggunakan alat kontrasepsi.
e.	Berhenti melahirkan di usia 35 tahun, agar dapat merawat balita secara opti-
mal serta menghindari risiko pada ibu akibat melahirkan/persalinan.
f.	 Merawat dan mengasuh anak usia balita dengan memenuhi kebutuhan men-
dasar anak (kebutuhan fisik, kasih sayang, dan stimulasi).
2.	Cara yang dilakukan untuk mengatur jarak kelahiran agar ideal yaitu 3-5 ta-
hun adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah upaya
mencegah pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehami-
lan. Dalam mengatur jarak kehamilan, pasangan suami istri dapat mengguna-
kan kontrasepsi sesuai dengan fase-fase berikut ini:
a.	Fase Menunda Kehamilan
•	 Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 21 tahun dianjurkan untuk
menunda kehamilannya sampai usia minimal 21 tahun.
•	 Untuk menunda kehamilan pada masa ini ciri kontrasepsi yang diperlukan ada-
lah kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas dan efektifitas tinggi.
•	 Kontrasepsi yang dianjurkan antara lain kondom, suntik, pil dan implan.
b.	Fase Menjarangkan Kehamilan
•	 	Pada fase ini usia isteri antara 21-35 tahun, merupakan periode yang paling
baik untuk hamil dan melahirkan karena mempunyai resiko paling rendah bagi
ibu dan anak.
•	 	Jarak ideal untuk menjarangkan kehamilan adalah 5 tahun, sehingga tidak
terdapat 2 balita dalam 1 periode.
•	 	Ciri kontrasepsi yang dianjurkan pada masa ini adalah alat kontrasepsi yang
mempunyai reversibilitas dan efektifitas cukup tinggi, dan tidak menghambat
air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang dianjurkan adalah suntik, implan dan IUD.
23 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
c.	Fase Mengakhiri Kehamilan
•	 Fase mengakhiri kehamilan berada pada usia PUS diatas 35 tahun, sebab se-
cara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak mengala-
mi risiko medik.
•	 Ciri kontrasepsi yang dianjurkan untuk masa ini adalah kontrasepsi yang mem-
punyai efektifitas sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka panjang, dan tidak
menambah kelainan yang sudah ada (pada usia tua kelainan seperti penyakit
jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat oleh ka-
rena itu sebaiknya tidak diberikan kontrasepsi yang menambah kelainan terse-
but).
•	 Kontrasepsi yang dianjurkan adalah Metode Operasi Wanita (MOW) dan IUD.
3.	Pada dasarnya mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar agar
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Agar balita tumbuh dan
berkembang dengan baik, yang harus dilakukan orangtua antara lain:
a.	Memenuhi kebutuhan anak dalah hal makanan yang bergizi
b.	Menjaga kesehatan anak
c.	Berinteraksi dengan anak lewat berbagai kegiatan yang sesuai usia anak.
24 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mempelajari Bab III ini, peserta diharapkan dapat men-
jelaskan harapan positif terhadap masa depan anak
BAB III
HARAPAN POSITIF TERHADAP
MASA DEPAN ANAK
25 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Salah satu tujuan perkawinan adalah melanjutkan dan memelihara keturunan.
Dengan perkawinan, kelak suami-istri akan berperan menjadi ayah-ibu. Keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan
membentuk watak dan moral anak-anak mereka. Ayah dan ibu perlu menentukan
keluarga impian, pilihan, dan harapannya serta perlu memiliki perencanaan untuk
menjadi orangtua yang hebat. Diperlukan perencanaan yang matang, doa serta
harapan positif untuk masa depan anak.
	
A. Harapan orang tua agar membentuk anak yang berkualitas
Sebuah keluarga bagaikan sebuah kapal.Penghuninya memiliki peran mas-
ing-masing.Adapun peran-peran tersebut saling melengkapi satu dengan yang lain-
nya. Kapal yang berlayar memerlukan nahkoda. Dalam keluarga nahkoda diper-
ankan oleh orangtua (ayah dan ibu). Ditangan orangtua, anak diarahkan menuju
tujuan masa depan. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ter-
didik sangat berpeluang besar tumbuh menjadi pribadi yang baik. Sebaliknya anak
yang tumbuh dari lingkungan yang kurang terdidik maka kemungkinan besar memi-
liki kepribadian karakter yang kurang baik.
Pembentukan karakter bermula dari keluarga karena keluarga merupakan se-
kolah pertama bagi anak. Di rumah ini anak dilatih agar mampu menjadi individu
yang berkarakter dan disiapkan agar mampu hidup dalam masyarakat secara baik
dan wajar. Tentu saja dalam hal ini keluarga atau orang tua sangat berperan dalam
pembentukan kepribadian karakter anaknya.
Penguatan peran keluarga dalam pendidikan anak mutlak dibutuhkan. Adapun
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperkuat peran keluarga antara lain
menciptakan suasana keluarga yang penuh kasih, demokratis, dan penuh ketela-
danan. Suasana keluarga yang nyaman, aman, dan penuh kasih serta keteladan
dari orang tua merupakan kunci utama pembentukan kepribadian dan karakter
anak.
Semua orangtua memiliki harapan terhadap masa depan anak. Harapan-hara-
pan yang dimilikiorangtua rata-rata sama yaitu menginginkan anaknya berkualitas,
anak yang berguna, dan sukses dalam pekerjaan sert masa depannya.
Orang tua harus memperhatikan pertumbuhan, perkembangan dan karakter
anak secara teliti sejak anak berusia 0 bulan.Orang tua perlu melakukan pembi-
asaan dalam membentuk karakter anak demi menghasilkan anak yang berkualitas.
Pendidikan yang perlu kita tekankan kepada anak sejak awal antara lain:
26 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
1.	Pendidikan keagamaan
Ini adalah hal yang utama perlu ditekankan pada seorang anak; seorang anak
perlu tahu siapa Tuhannya, cara beribadah, dan bagaimana memohon berkat dan
mengucap syukur. Tunjukkan buku, gambar, dan cerita-cerita yang bisa mengin-
spirasi si anak yang berhubungan dengan keagamaan tersebut.Jika memungkin-
kan, ajak anak anda untuk ikut ke tempat ibadah bersama.
Semakin dini kita menanamkan hal ini pada seorang anak, akan semakin kuat
ahlak dan keyakinan akan Tuhan di dalam diri anak
kita. Sangat penting ini ditanamkan kepada anak
dari awal karena jika pondasi keimanan seorang
anak sudah kuat, maka ketika menjalani kehidupan
di masa depan akan semakin mantap, tidak goyah
oleh bujukan, rayuan negatif yang datang padan-
ya, sebaliknya akan meneguhkan langkah dan ci-
ta-citanya untuk selalu berbuat kebaikan.
2.	Kualitas input yang diterima
Seorang anak pada usia dibawah 10 tahun belum mempunyai fondasi yang kuat
dalam prinsip hidup, cara berpikir, dan tingkah laku. Artinya, semua hal yang dilihat,
didengar, dan dirasakan olehnya selama masa pertumbuhan tersebut akan diserap
semuanya oleh pikiran dan dijadikan sebagai dasar atau prinsip dalam hidupnya.
Adalah tugas orang tua untuk memilah dan menentukan, input-input mana saja
yang perlu dimasukkan,dan mana yang perlu dihindarkan. Menonton televisi misaln-
ya, tidaksemua acara itu bagus.Demikian juga dengan membaca majalah, menon-
ton film, mendengarkan radio, dan sebagainya.
3.	Anak adalah peniru yang baik
Ada istilah “child see, child do” artinya anak biasanya akan bertindak berdasar-
kan apa yang telah dilihatnya. Demikian pula seorang anak. Anak perlu figur seo-
rang tokoh yang dikagumi, yang akan ditiru di dalam tindakan sehari-harinya. Pilihan
utamanya biasanya akan jatuh pada orang tua. Seorang anak akan lebih percaya
pada apa yang dilihat daripada apa yang dikatakan orang tua. Jadi saat orang
tua mengatakan satu nasehat, misalnya jangan tidur malam-malam, tapi orang tu-
anya sendiri selalu bekerja sampai larut malam, jelas ini bukan cara mendidik yang
baik. Ajarkan sesuatu melalui contoh, dengan tindakan kita sendiri, akan membuat
anak meniru dan mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan dan karakter di
dalam pertumbuhannya.
4.	No Pain No Gain
Apa yang akan anda lakukan sebagai orang tua apabila anak anda merengek-
rengek, bahkan menangis minta dibelikan sebuah mainan? Ada dua jenis jawaban
yang biasanya saya lihat. Jenis orang tua yang pertama biasanya akan langsung
27 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
membelikan mainan tersebut agar si anak bisa langsung diam dari tangisannya,
dan tidak merepotkan orang tuanya. Dalam jangka panjang, sikap seperti ini akan
membuat anak mempunyai karakter yang lemah, kurang tangguh, karena sudah
dibiasakan diberi apa yang diinginkannya. Jenis orang tua yang kedua, biasanya
akan menolak permintaan si anak dengan tegas, mungkin sambil memarahi atau
mencuekkan begitu saja. Dalam jangka panjang, si anak akan mempunyai sifat
yang acuh, kurang peduli dengan dirinya sendiri, kalau ditanya apa cita-cita atau
keinginannya biasanya akan dijawab tidak tahu. Nah, anda sebagai orang tua bisa
mencoba menambahkan alternatif pilihan ketiga, yaitu gabungan dari keduanya.
Saya mengistilahkan gabungan ini dengan No Pain No Gain. Jadi saat seorang anak
meminta sesuatu misalnya, kita bisa memberikannya dengan syarat tertentu. Con-
toh,seorang anak minta mainan pada kita sebagai orang tuanya, maka kita bisa
mensyaratkan ha-hal tertentu sebagai `kerja keras’ yang harus dilakukan. Misalnya,
si anak harus membantu si ayah mencuci mobil selama sebulan, atau membantu
ibu membuang sampah setiap hari, baru kemudian si anak mendapatkan mainan
tersebut.System No Pain No Gain ini dalam jangka panjang akan membentuk karak-
ter yang kuat dan tangguh dari si anak, karena mereka sejak kecil sudah dibiasakan
harus bekerja dulu baru mendapatkan hasil.
5.	Tiga perilaku dasar dalam berkomunikasi
Sejak kecil, seorang anak perlu dididik tiga perilaku dasar dalam komunikasi dan
berhubungan dengan orang lain. Yang pertama adalah harus belajar mengucap-
kan “terima kasih” kepada siapa saja yang sudah memberikan sesuatu kepadanya,
yang kedua adalah harus belajar mengucapkan kata “tolong” apabila ingin mem-
inta bantuan kepada orang di sekitarnya, dan yang ketiga adalah belajar mengu-
capkan kata “maaf” apabila memang bersalah. Kelihatannya memang sederhana,
tapi coba lihat, berapa banyak orang yang merasa dirinya sudah dewasa yang
terbiasa mengucapkan kata-kata tersebut? Kalau anak kita sudah terbiasa men-
gucapkannya sejak kecil, perilakunya akan lebih menghargai orang lain. Karakter,
kepribadian, dan kualitas seorang anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan in-
put yang diterimanya dari orang tua. Bila orang tua kurang memberikan bimbingan
ini secara maksimal, maka peran ini akan diambil alih oleh lingkungan, yang mana
bisa memberikan berbagai macam input yang lebih banyak negatifnya daripada
positifnya.
Lalu bagaimana membentuk karakter anak sejak dini? Untuk pembentukan kar-
akter anak sejak dini dibahas lebih mendalam dalam modul yang lain.
28 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
B. Praktik Pengasuhan untuk Mencapai Harapan Positif
Orangtua terhadap Masa Depan Anak
1.	Konsep Pengasuhan
Pengasuhan adalah proses mendidik mengajarkan karakter, kontrol diri dan mem-
bentuk tingkah laku yang diinginkan. Pengasuhan atau pola asuh adalah pola per-
ilaku yang diterapkan orangtua pada anak dan bersifat terus menerus (konsisten)
dari waktu ke waktu.
Pengasuhan penuh kasih sayang merupakan hak setiap anak yang harus dipenu-
hi oleh orangtua. Pengasuhan yang baik menghasilkan anak dengan kepribadian
baik, yaitu menjadi:
•	 orang dewasa yang cerdas,
•	 memiliki kemampuan berbicara dengan baik,
•	 percaya diri, mandiri, bertanggung jawab,
•	 tangguh dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk, serta
•	 mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya kelak.
Pengasuhan berkualitas mencakup:
•	 perawatan kesehatan, gizi,
•	 pemenuhan kasih sayang,
•	 stimulasi.
Ketiganya sangat diperlukan agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal.
2.	Tujuan Pengasuhan
Untuk meningkatkan keikutsertaan orangtua dalam pengasuhan, ayah dan ibu
harus menetapkan tujuan yang jelas dalam mengasuh anak agar anak tumbuh dan
berkembang secara optimal. Ayah dan ibu perlu mendiskusikan dan menyepakati
tujuan pengasuhan sesuai dengan kondisi anak dan harapan ayah dan ibu.
Orangtua adalah pengasuh pertama dan utama bagi anak. Pada kondisi terten-
tu, orang lain dapat mengganti peran orangtua sebagai pengasuh anak untuk se-
mentara (kakek, nenek, paman, bibi, pembantu rumah tangga, dll) yang bertugas
menjaga anak.
Tujuan pengasuhan adalah merawat, mengasuh dan mendidik anak agar dapat
menjalankan peran sebagai: Hamba Tuhan yang taqwa, berakhlak mulia, ibadah
sempurna, pendidik dalam keluarga, pengayom keluarga dan Orang yang berman-
faat bagi lingkungan keluarga dan masyarakat.
3.	Tipe Pola Asuh
Pola asuh juga merupakan sikap orangtua dalam ber-interaksi dengan anaknya
yang meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman.
29 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Beberapa jenis pola asuh yang digunakan oleh orangtua dalam mendidik anak-
nya, antara lain:
a.	Pola Asuh Otoriter
	 Orangtua yang otoriter memaksa anak untuk mengikuti apa yang orangtua ing-
inkan. Orangtua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak
tanpa mau tahu perasaan anak.
b.	Pola Asuh Demokratis
	 Orangtua menghargai kepentingan dan kebutuhan anak, tetapi juga menekan-
kan pada kemampuan untuk mengikuti aturan sosial yang berlaku dengan
bersikap tegas dan penuh kasih sayang dalam menetapkan aturan.
c.	Pola Asuh Permisif
	 Orangtua tidak menetapkan batas-batas tingkah laku dan membiarkan anak
mengerjakan sesuatu menurut keinginannya. Orangtua sangat hangat pada
anak, tidak menuntut apapun dari anak dan tidak memiliki kontrol sama sekali
terhadap anak.
d.	Pola Asuh Pembiaran
	 Orangtua mengabaikan keberadaan anak dan menunjukan ketidak pedulian
terhadap anak, tidak mengambil tanggung jawab pengasuhan dan tidak mene-
tapkan aturan-aturan.
Keempat pola asuh tersebut digunakan sesuai dengan kondisi/keadaan. Pener-
apan pola asuh juga perlu memperhatikan keunikan anak. Anak memiliki kekhasan
sifat-sifat yang berbeda dari satu anak ke anak yang lain. Oleh karena itu pada
kasus tertentu, orangtua dapat menerapkan beberapa pola asuh secara bergan-
tian untuk menghadapi anak
4.	Pengasuhan untuk Mencapai Harapan Positif Orangtua terhadap Masa
Depan Anak
Orangtua yang baik adalah orangtua yang bisa menjadi teladan, memberikan
contoh yang baik, bukan hanya memberikan perintah dan nasehat saja.
Tanpa sadar orangtua melakukan praktik pengasuhan yang memberikan dampak
buruk pada anaknya. Dampak tersebut dirasakan anak-anak tidak hanya ketika
mereka masih kecil tetapi bisa terbawa hingga dewasa.
Dengan menghindari praktik pengasuhan yang buruk dan meningkatkan praktik
pengasuhan yang baik,akan memberikan dampak yang baik bagi anak.
Dalam pengasuhan, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk dapat men-
erapkan pengasuhan yang baik, yaitu;
a.	Sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
b.	Ayah dan ibu harus seiya sekata dan konsisten.
c.	Memberikan teladan/contoh positif.
30 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
d.	Menerapkan komunikasi/cara bicara yang baik dan memberikan pujian.
e.	Orangtua juga diharapkan mampu berpikir ke depan bukan hanya pada apa
yang terjadi saat ini.
f.	 Melibatkan anak dalam berbagai aktifitas sesuai usia dan kematangan anak.
g.	Bersikap sabar, memberikan penjelasan bila anak bertanya.
h.	Berpikir realistis
i.	 Selalu menjaga kebersamaan dalam keluarga.
Ketika menghadapi masalah, orangtua sebaiknya berkomunikasi dengan anak,
orangtua harus menampilkan sikap yang baik seperti:
•	 Bahasa tubuh yang sesuai.
•	 Memperhatikan sepenuhnya dengan meninggalkan pekerjaan yang sedang
dilakukan.
•	 Melakukan kontak mata.
•	 Mendengarkan perasaan anak dan memperhatikan bahasa tubuh anak.
•	 Orangtua bisa mencari kata yang menggambarkan perasaan anak, tidak
langsung menghakimi anak, tapi membantu anak memahami perasaannya
sendiri.
Sebagai orangtua kita harus memiliki konsep diri yang positif sehinga dapat me-
nerapkan pengasuhan yang baik, penuh kasih sayang dan berkualitas. Konsep diri
ini penting agar kita memiliki kepercayaan diri untuk bisa menerapkan pengasuhan
yang baik.
Yang dimaksudkan konsep diri adalah gambaran diri seseorang tentang dirinya
sendiri. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga
orangtua perlu mengenal dirinya lebih baik dan merasa baik akan dirinya.
Orangtua perlu mengenal dirinya lebih baik dari orang lain, memahami kelebi-
han, keunikan dan kekurangan yang dimiilikinya. Contoh kelebihan; saya cantik,
saya pandai memasak, saya pandai menyanyi, saya menyayangi anak saya, saya
bisa belajar menjadi lebih sabar.
Mengingat hal baik, sifat positif yang ada dalam diri kita akan membuat kita mera-
sa lebih baik, ketika kita memiliki pikiran dan perasaan yang positif tentang diri kita,
maka hal itu juga akan membuat kita menjadi orangtua yang lebih positif dalam
mengasuh anak. Karena itu, pertahankan hal baik, sifat positif yang ada pada diri
kita masing-masing dan tinggalkan hal tidak baik yang ada dalam diri kita. Anak-
anak membutuhkan orangtua yang merasa yakin akan dirinya sendiri dan dapat
31 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
menjadi teladan positif bagi anak.
Untuk pengasuhan anak usia dini dan konsep diri orangtua, dibahas lebih menda-
lam dalam modul yang lain.
C.	Rangkuman
Semua orangtua memilikiharapanterhadapmasa depan anak. Harapan-hara-
panyang dimilikiorangtua rata-rata sama yaitu menginginkan anaknya berkualitas,
anak yang berguna, dan sukses dalam pekerjaan serta masa depannya.
Sebagai orang tua karakter anak perlu diperhatikan secara teliti sejak anak beru-
sia 0 bulan, orang tua perlu melakukan pembiasaan dalam membentuk karakter
dan karakter anak demi menghasilkan hasil yang berkualitas, dengan memperhati-
kan hal-hal berikut:
1.	Pendidikan agama
	 Ini adalah hal yang utama perlu ditekankan pada seorang anak ; seorang anak
perlu tahu siapa Tuhannya, cara beribadah, dan bagaimana memohon berkat
dan mengucap syukur.
2.	Kualitas input yang diterima
	 Seorang anak pada usia dibawah 10 tahun belum mempunyai fondasi yang kuat
dalam prinsip hidup, cara berpikir, dan tingkah laku. Artinya, semua hal yang dili-
hat, didengar, dan dirasakan olehnya selama masa pertumbuhan tersebut akan
diserap semuanya oleh pikiran dan dijadikan sebagai dasar atau prinsip dalam
hidupnya.
3.	Anak adalah peniru yang baik
	 Anak perlu figur seorang tokoh yang dikagumi, yang akan ditiru di dalam tindakan
sehari-harinya. Pilihan utamanya biasanya akan jatuh pada orang tua.
4.	System no pain no gain
	 System No Pain No Gain ini dalam jangka panjang akan membentuk karakter
yang kuat dan tangguh dari si anak, karena mereka sejak kecil sudah dibiasakan
harus bekerja dulu baru mendapatkan hasil.
5. Tiga perilaku dasar dalam berkomunikasi
	 Sejak kecil, seorang anak perlu dididik tiga perilaku dasar dalam komunikasi dan
berhubungan dengan orang lain. Yang pertama adalah harus belajar mengu-
capkan “terima kasih” kepada siapa saja yang sudah memberikan sesuatu ke-
padanya, yang kedua adalah harus belajar mengucapkan kata “tolong” apabila
ingin meminta bantuan kepada orang di sekitarnya, dan yang ketiga adalah be-
lajar mengucapkan kata “maaf” apabila memang bersalah.
Praktik pengasuhan yang buruk memberikan dampak yang akan dirasakan anak-
anak tidak hanya ketika mereka masih kecil tetapi bisa terbawa hingga dewasa.
Dengan menghindari praktik pengasuhan yang buruk dan meningkatkan praktik
pengasuhan yang baik, akan memberikan dampak yang baik bagi anak.
32 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
A
Q
Hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menerapkan pengasuhan yang baik,
yaitu; a) sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, b) ayah dan ibu har-
us seiya sekata dan konsisten, c) memberikan teladan/contoh positif, d) menerap-
kan komunikasi/cara bicara yang baik dan memberikan pujian, e) orangtua juga
diharapkan mampu berpikir ke depan bukan hanya pada apa yang terjadi saat
ini, f) melibatkan anak dalam berbagai aktifitas sesuai usia dan kematangan anak,
g) bersikap sabar, memberikan penjelasan bila anak bertanya, h) berpikir realistis, i)
selalu menjaga kebersamaan dalam keluarga.
Sebagai orangtua kita harus memiliki konsep diri yang positif sehinga dapat me-
nerapkan pengasuhan yang baik, penuh kasih sayang dan berkualitas. Konsep diri
ini penting agar kita memiliki kepercayaan diri untuk bisa menerapkan pengasuhan
yang baik.
D. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat!
1.	Jelaskan apa saja harapan-harapan orangtua agar membentuk anak yang
berkualitas?
2.	Bagaimana mendidik anak agar berkualitas dari segi agamanya?
3.	Contohkan dalam memberi input yang bagus bagi pendengaran anak anak kita!
4.	Jelaskan bagaimana praktik pengasuhan yang baik!
5.	Contohkan penerapan sikap disiplin terhadap anak kita!
E. Kunci Jawaban
1.	Lakukan pembiasaan kepada anak untuk mempelajari ajaran agamanya, den-
gan terus melakukan pembimbingan terhadap kualitas ibadah anak-anak kita.
Orang tua mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan agama anak-anak-
nya, anak adalah amanah, menyia-nyiakan amanah adalah berdosa. Oleh kare-
na itu kita harus selalu memperhatikan pendidikan agama anak-anak kita. Orang
tua dapat secara langsung mendidiknya dengan duduk bersama, apabila orang
tua tidak cukup mampu dalam pengetahuan agamanya, maka berkonsultasi
dengan orang yang ahli dibidang agama. Prosesnya terus secara bersama-sama
mendalami ajaran agama.
2.	Semua orangtua memiliki harapan terhadap masa depan anak. Harapan-hara-
pan yang dimilikiorangtua rata-rata sama yaitu menginginkan anaknya berkuali-
tas, anak yang berguna, dan sukses dalam pekerjaan serta masa depannya.
3.	Memberikan input positif di antaranya dengan mendengarkan pembicaraan
yang baik dan benar, mendengarkan lantunan ayat suci, memuji dan memberi
33 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
motivasi.
4.	Hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menerapkan pengasuhan yang baik,
yaitu; a) sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, b) ayah dan ibu ha-
rus seiya sekata dan konsisten, c) memberikan teladan/contoh positif, d) mener-
apkan komunikasi/cara bicara yang baik dan memberikan pujian, e) orangtua
juga diharapkan mampu berpikir ke depan bukan hanya pada apa yang terjadi
saat ini, f) melibatkan anak dalam berbagai aktifitas sesuai usia dan kematangan
anak, g) bersikap sabar, memberikan penjelasan bila anak bertanya, h) berpikir
realistis, i) selalu menjaga kebersamaan dalam keluarga.
5.	Disiplin dalam menjalankan ibadah, dispilin dalam mengatur waktu belajar dan
bermain, disiplin ketika berjalan di jalan umum, disiplin dalam menggunakan alat
belajarnya, tidak merusak dan menghilangkan alat belajarnya secara semba-
rangan.
34 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mempelajari Bab IV ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan cara menggunakan metode KB yang rasional, efektif
dan efisien
BAB IV
CARA MENGGUNAKAN METODE
KB YANG RASIONAL, EFEKTIF
DAN EFISIEN
35 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
A. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
Hampir semua PUS (Pasangan Usia Subur) dapat melakukan perencanaan kel-
uarga dengan cara menunda kehamilan, menjarangkan jarak kehamilan, sampai
menghentikan kesuburan yang pada dasarnya bertujuan mengatur jarak dan jum-
lah anak yang kelak akan dimiliki. Oleh sebab itu, penggunaan alat kontrasepsi dan
pemilihan metode kontrasepsi yang tepat sangat dibutuhkan bagi PUS agar menca-
pai tujuan membentuk suatu keluarga yang sejahtera.
Saat ini berbagai alat kontrasepsi telah mengalami perkembangan yang pesat
seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Berdasarkan Data SDKI 2017
maka penggunaan jenis kontrasepsi dikelompokkan menjadi dua cara sebagai
berikut:
Gambar 2.Skema Jenis Kontrasepsi
1. Cara Tradisional
a.	 Sanggama Terputus
b.	 Pantang Berkala atau Sistem Kalender
c.	 Metode Ovulasi Billing (MOB)
d.	 Metode Suhu Basal (MSB)
2. Cara Modern
a.	 Non Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD
b.	 Hormonal meliputi: Pil, Suntikan, Implan,
c.	 Sterilisasi meliputi: MOW dan MOP
Beberapa pilihan jenis dan alat kontrasepsi merupakan hak bagi setiap klien yang
datang untuk ber-KB disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien. Uraian setiap
jenis kontrasepsi akan dijelaskan sebagai berikut:
METODE
KONTRASEPSI
CARA
MODERN
CARA
TRADISIONAL
Non-Hormonal
Hormonal
Sterilisasi
36 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
1.	Cara Tradisional
a.	 Sanggama Terputus
Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
akan masuk ke dalam vagina yang akan berakibat tidak adanya pertemuan antara
sperma dan ovum dan kehamilan pun dapat dicegah.
b.	 Pantang Berkala atau Sistem Kalender
Metode kontrasepsi dengan sistem kalender atau pantang berkala adalah cara/
metode kontrasepsitradisional yang dilakukan oleh PUS dengan tidak melakukan
sanggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
c.	 Metode Ovulasi Billings (MOB)
Masa subur dapat dikenali dengan memantau lendir serviks yang keluar dari va-
gina, periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan memperhatikan
perubahan kering atau basah.
d.	 Metode Suhu Basal (MSB)
•	 Peningkatan suhu tubuh disebut sebagai peningkatan termal, hal ini merupa-
kan dasar dari Metode Suhu Tubuh Basal (MSB). Siklus ovulasi dapat dikenali
dari catatan suhu tubuh.
•	 Dengan menggunakan catatan suhu tubuh selama siklus haid (kira-kira pada
waktu yang sama) pada lembar catatan yang khusus disediakan, klien dapat
mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu normal sampai suhu terendah (suhu
tubuh harian yang dicatat dengan pola khusus selama 10 hari pertama dari
siklus haid dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal aki-
bat demam atau gangguan lainnya.
•	 Bila PUS tidak menghendaki anak, mereka harus pantang melakukan sangga-
ma mulai awal siklus haid sampai hari ketiga dan tiga hari berturut-turut den-
gan suhu di atas garis suhu
2.	Cara Modern
Jenis kontrasepsi dengan cara modern dapat dibagi menjadi:
a.	 Kontrasepsi Non-Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD
b.	 Kontrasepsi Hormonal meliputi: Pil Kombinasi, Suntikan Kombinasi, dan Implan
c.	 Metode Sterilisasi meliputi: MOW (Metode Operasi Wanita) dan MOP (Metode
Operasi Pria)
a.	Kontrasepsi Non-Hormonal
1)	Metode Amenore Laktasi (MAL)
a)	 Cara Kerja
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pem-
berian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan, artinya periode ketika bayi
hanya diberikan ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lainnya. Proses ini
akan menghambat pelepasan hormon kesuburan yang mengakibatkan tidak akan
37 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Bagi Bayi Bagi Ibu
Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibo-
di perlindungan lewat ASI)
Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna
untuk tumbuh kembang bayi optimal
Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi
dari air, susu lain atau susu formula, atau dari
bahan peralatan minum yang digunakan
Mengurangi pendarahan pas-
capersalinan
Mengurangi risiko anemia
Meningkatkan hubungan
psikologik ibu dan bayi
terjadinya kehamilan. MAL mampu dijadikan metode kontrasepsi bila Ibu menyusui
secara penuh, Ibu dalam keadaan belum haid (masa nifas), usia bayi kurang dari
6 bulan, MAL harus dilanjutkan menggunakan jenis kontrasepsi lainnya setelah ber-
jalan lebih dari enam bulan.
b)	 Petunjuk Penggunaan
•	 Ibu harus menyusui secara penuh
•	 Pendarahan selama 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan selama tidak
mengindikasikan Ibu dalam keadaan haidk arena ketika Ibu sudah mendapat
haid pertanda bahwa kembalinya kesuburan
•	 Bayi menyusu dengan cara menghisap langsung bukan dari botol
•	 Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
•	 Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) diberikan pada bayi
•	 Pola menyusui dilakukan setiap saat bayi membutuhkan dan menyusui dari
kedua payudara secara bergantian
•	 Waktu menyusui dilakukan sesering mungkin dalam kurun waktu selama 24 jam
termasuk malam hari
•	 Menghindari jarak menyusui lebih dari 4 jam
c)	 Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
Tabel 1. Keuntungan dan Keterbatasan MAL bagi Ibu dan Bayi
Keterbatasan:
•	 Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30
menit pascapersalinan
•	 Dalam kondisi tertentu metode ini sulit dilaksanakan karena kondisi sosial atau
psikologis Ibu dan bayi
•	 Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan periode
6 bulan
•	 Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis B, HIV dan AIDS.
38 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
2)	Kondom
a)	 Cara Kerja
•	 Kondom mampu mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur pada saat
sanggama. Saat ini terdapat dua jenis, yaitu kondom laki-laki dan kondom per-
empuan (berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau ke-
maluan wanita).
•	 Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis saat berhubungan. Selain sebagai pencegah ke-
hamilan, kondom juga dapat mencegah penyakit menular seksual.
b)	 Petunjuk Penggunaan
Penggunaan Kondom Laki-Laki:
•	 Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan
•	 Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah
tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan
•	 Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk
ke dalam kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar
•	 Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis, sambil mene-
kan ujung kondom. Pastikan posisi kondom tidak berubah selama coitus, jika
kondom menggulung, tarik kembali gulungan ke pangkal penis.
•	 Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis
dan kondom dari pasangan Anda.
•	 Buang dan bungkus kondom bekas pakai ketempat sampah.
c)	 Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
•	 Sebagai alat kontrasepsi yang secara efektif mencegah dengan angka kega-
galan kondom yaitu terjadinya 3-14 kehamilan per 100 wanita pada 1 tahun
penggunaan pertama.
•	 Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dapat mencegah penu-
laran IMS, HIV, dan AIDS.
•	 Aman sebagai alat kontrasepsi khususnya bagi Ibu yang sedang menyusui.
•	 Keterbatasan:
•	 Kegagalan tinggi bila tidak digunakan dan dipasang dengan benar sesuai pe-
tunjuk penggunaan kondom.
•	 Kondom dapat berdampak menimbulkan alergi lateks pada kulit klien yang
sensitif.
•	 Menimbulkan ketidaknyamanan dalam hubungan seksual karena mengurangi
sentuhan langsung antara penis dengan vagina.
•	 Harus siap tersedia setiap kali berhubungan seksual sehingga diharapkan
menyediakan stok kondom di rumah.
39 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
•	 Beberapa klien enggan untuk membeli kondom di tempat umum karena masih
ada pandangan negatif di masyarakat tentang pengguna kondom.
•	 Pembuangan kondom bekas telah menimbulkan masalah dalam hal limbah
yang mencemari lingkungan
3)	Diafragma
a)	 Cara Kerja
Diafragma dirancang aman dan disesuaikan vagina
untuk menutupi serviks. Diafragma merupakan kap ber-
bentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
dapat dibengkokkan.
Diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai berikut:
•	 Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servika-
lis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi).
•	 Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
•	 Spermisida bekerja dengan cara menyemprotkan
bahan aerosol, krim, atau tablet pada vagina untuk me-
nonaktifkan atau membunuh sperma.
Gambar 3. Diafragma dan Spermisida
b)	 Petunjuk Penggunaan
•	 Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spemisida pada kap diafragma
secara merata
•	 Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian de-
pan pinggiran ke atas di balik tulangpubis. Masukkan jari ke dalam vagina
sampai menyentuh serviks. Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah ter-
lindungi.
•	 Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah berakhir
hubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah
pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina. Jangan meninggal-
kan diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam.
c)	 Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
•	 Efektif mencegah kehamilan dengan taraf sedang yang menunjukkan angka
kegagalan terjadi pada 6-40 kehamilan per 100 perempuan pada satu tahun
penggunaan pertama.
•	 Dapat digunakan selama menyusui karena tidak berisiko pada gangguan kes-
ehatan.
•	 Melindungi klien dari IMS, HIV dan AIDS khususnya apabila digunakan dengan
spermisida.
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting
BKB HI dan Stunting

More Related Content

What's hot

PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPPEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPZakiah dr
 
Panduan Menjadi Orang Tua Hebat (Buku ke-1 Bina Keluarga Balita)
Panduan Menjadi Orang Tua Hebat (Buku ke-1 Bina Keluarga Balita)Panduan Menjadi Orang Tua Hebat (Buku ke-1 Bina Keluarga Balita)
Panduan Menjadi Orang Tua Hebat (Buku ke-1 Bina Keluarga Balita)Ruang Terang
 
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Kiki Kino
 
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul 4 Bahan tayang APLIKASI ELSIMIL BAGI TIM PENDAMPING KELUARGA (1).pptx
Modul 4 Bahan tayang APLIKASI ELSIMIL BAGI TIM PENDAMPING KELUARGA (1).pptxModul 4 Bahan tayang APLIKASI ELSIMIL BAGI TIM PENDAMPING KELUARGA (1).pptx
Modul 4 Bahan tayang APLIKASI ELSIMIL BAGI TIM PENDAMPING KELUARGA (1).pptxDesiIstiyantiUjung
 
Program gizi di puskesmas
Program gizi di puskesmasProgram gizi di puskesmas
Program gizi di puskesmasJoni Iswanto
 
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptximelda238795
 
Kelas ibu hamil
Kelas ibu hamilKelas ibu hamil
Kelas ibu hamilGepy Gbu
 
Kak pemantauan bumil resti
Kak pemantauan bumil restiKak pemantauan bumil resti
Kak pemantauan bumil restiAnipahMadrid
 
Program-KIA-1-ppt.ppt
Program-KIA-1-ppt.pptProgram-KIA-1-ppt.ppt
Program-KIA-1-ppt.pptMelyMarisa
 
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Pendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanPendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanRita Pranawati
 

What's hot (20)

PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPPEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
 
Panduan Menjadi Orang Tua Hebat (Buku ke-1 Bina Keluarga Balita)
Panduan Menjadi Orang Tua Hebat (Buku ke-1 Bina Keluarga Balita)Panduan Menjadi Orang Tua Hebat (Buku ke-1 Bina Keluarga Balita)
Panduan Menjadi Orang Tua Hebat (Buku ke-1 Bina Keluarga Balita)
 
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
 
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
 
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
 
Modul 4 Bahan tayang APLIKASI ELSIMIL BAGI TIM PENDAMPING KELUARGA (1).pptx
Modul 4 Bahan tayang APLIKASI ELSIMIL BAGI TIM PENDAMPING KELUARGA (1).pptxModul 4 Bahan tayang APLIKASI ELSIMIL BAGI TIM PENDAMPING KELUARGA (1).pptx
Modul 4 Bahan tayang APLIKASI ELSIMIL BAGI TIM PENDAMPING KELUARGA (1).pptx
 
Program gizi di puskesmas
Program gizi di puskesmasProgram gizi di puskesmas
Program gizi di puskesmas
 
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
 
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx
 
Kespro bagi catin
Kespro bagi catinKespro bagi catin
Kespro bagi catin
 
STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK
STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAKSTIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK
STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK
 
Kelas ibu hamil
Kelas ibu hamilKelas ibu hamil
Kelas ibu hamil
 
Kak pemantauan bumil resti
Kak pemantauan bumil restiKak pemantauan bumil resti
Kak pemantauan bumil resti
 
Pmba pada kader
Pmba pada kaderPmba pada kader
Pmba pada kader
 
Program-KIA-1-ppt.ppt
Program-KIA-1-ppt.pptProgram-KIA-1-ppt.ppt
Program-KIA-1-ppt.ppt
 
Materi bkr
Materi bkrMateri bkr
Materi bkr
 
4. program kespro (1)
4. program kespro (1)4. program kespro (1)
4. program kespro (1)
 
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
 
Kia
KiaKia
Kia
 
Pendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanPendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinan
 

Similar to BKB HI dan Stunting

Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul kesehatan gizi ibu hamil dan anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan gizi ibu hamil dan anak usia dini bkkbn rev4Modul kesehatan gizi ibu hamil dan anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan gizi ibu hamil dan anak usia dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4PusdiklatKKB
 
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-finalJuknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-finalputralaksana
 
JUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADUJUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADUifulmoch
 
Pedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD TerpaduPedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD TerpaduFKIP UHO
 
2. juknis kum fa
2. juknis kum fa2. juknis kum fa
2. juknis kum faRahman Saja
 
A01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tkA01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tkWelly Indriany
 
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dini
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dinibuku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dini
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dininunungnurajizah
 
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-file
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-fileKurikulum pendidikan-anak-usia-dini-file
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-fileSukronSoedimara
 
Buku pedoman k 13 paud-ok
Buku pedoman  k 13 paud-okBuku pedoman  k 13 paud-ok
Buku pedoman k 13 paud-okAgus Iriani
 
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdfimansugestiono1979
 
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfJuknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfMEffendi5
 
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdf
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdfAcuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdf
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdfVivi Sofiana
 

Similar to BKB HI dan Stunting (20)

Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
 
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4
 
Modul kesehatan gizi ibu hamil dan anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan gizi ibu hamil dan anak usia dini bkkbn rev4Modul kesehatan gizi ibu hamil dan anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan gizi ibu hamil dan anak usia dini bkkbn rev4
 
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4
 
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-finalJuknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
 
JUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADUJUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADU
 
Pedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD TerpaduPedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
 
Buku pegangan kader
Buku pegangan kaderBuku pegangan kader
Buku pegangan kader
 
Juknis paud-hi
Juknis paud-hiJuknis paud-hi
Juknis paud-hi
 
2. juknis kum fa
2. juknis kum fa2. juknis kum fa
2. juknis kum fa
 
A01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tkA01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tk
 
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dini
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dinibuku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dini
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dini
 
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-file
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-fileKurikulum pendidikan-anak-usia-dini-file
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-file
 
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
 
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
 
Buku pedoman k 13 paud-ok
Buku pedoman  k 13 paud-okBuku pedoman  k 13 paud-ok
Buku pedoman k 13 paud-ok
 
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf
 
Panduan SRA.pdf
Panduan SRA.pdfPanduan SRA.pdf
Panduan SRA.pdf
 
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfJuknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
 
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdf
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdfAcuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdf
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdf
 

More from PusdiklatKKB

Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1PusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6PusdiklatKKB
 
Modul 3 mortalitas
Modul 3   mortalitasModul 3   mortalitas
Modul 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Bahan tayang 3 mortalitas
Bahan tayang 3   mortalitasBahan tayang 3   mortalitas
Bahan tayang 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 2 fertilitas
Bahan tayang modul 2   fertilitasBahan tayang modul 2   fertilitas
Bahan tayang modul 2 fertilitasPusdiklatKKB
 
Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Modul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarModul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
Demografi terapan modul 5   luaran demografiDemografi terapan modul 5   luaran demografi
Demografi terapan modul 5 luaran demografiPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul4 migrasi
Demografi terapan modul4   migrasiDemografi terapan modul4   migrasi
Demografi terapan modul4 migrasiPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul 3 mortalitas
Demografi terapan modul 3   mortalitasDemografi terapan modul 3   mortalitas
Demografi terapan modul 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul 2 fertilitas
Demografi terapan modul 2   fertilitasDemografi terapan modul 2   fertilitas
Demografi terapan modul 2 fertilitasPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisBahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiBahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 3 mortalitas
Bahan tayang modul 3   mortalitasBahan tayang modul 3   mortalitas
Bahan tayang modul 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hiPusdiklatKKB
 

More from PusdiklatKKB (20)

Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1
 
Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6
 
Demografi modul 1
Demografi modul 1Demografi modul 1
Demografi modul 1
 
Modul 3 mortalitas
Modul 3   mortalitasModul 3   mortalitas
Modul 3 mortalitas
 
Bahan tayang 3 mortalitas
Bahan tayang 3   mortalitasBahan tayang 3   mortalitas
Bahan tayang 3 mortalitas
 
Bahan tayang modul 2 fertilitas
Bahan tayang modul 2   fertilitasBahan tayang modul 2   fertilitas
Bahan tayang modul 2 fertilitas
 
Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2
 
Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2
 
Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2
 
Modul3 mortalitas
Modul3 mortalitasModul3 mortalitas
Modul3 mortalitas
 
Modul2 fertilitas
Modul2 fertilitasModul2 fertilitas
Modul2 fertilitas
 
Modul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarModul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantar
 
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
Demografi terapan modul 5   luaran demografiDemografi terapan modul 5   luaran demografi
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
 
Demografi terapan modul4 migrasi
Demografi terapan modul4   migrasiDemografi terapan modul4   migrasi
Demografi terapan modul4 migrasi
 
Demografi terapan modul 3 mortalitas
Demografi terapan modul 3   mortalitasDemografi terapan modul 3   mortalitas
Demografi terapan modul 3 mortalitas
 
Demografi terapan modul 2 fertilitas
Demografi terapan modul 2   fertilitasDemografi terapan modul 2   fertilitas
Demografi terapan modul 2 fertilitas
 
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisBahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
 
Bahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiBahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasi
 
Bahan tayang modul 3 mortalitas
Bahan tayang modul 3   mortalitasBahan tayang modul 3   mortalitas
Bahan tayang modul 3 mortalitas
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 

BKB HI dan Stunting

  • 1. I Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
  • 2. II Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Hak Cipta @ 2020 PERANGKAT TRAINING OF TRAINER (TOT) PELATIHAN TEKNIS BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK INTEGRATIF (BKB HI) DAN PENCEGAHAN STUNTING BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI Edisi Pertama Tahun 2020 Tim Penyusun Retnoningsih Suharno, S.Pd Armen Ma'ruf, M.Pd Pengarah : DR. Lalu Makripuddin, M.Si Penanggung Jawab : Dadi Ahmad Roswandi, M.Si Editor : Sinta Nalom Saragih, S.Sos., M.Si. Tim Teknis : Yufi Winiastuti, SKM Desnita Ekaratri, SS, MPH Tri Aryadi, S.Psi. Ratu Chaira Vielananda, S.Pd. Sugeng Diterbitkan oleh : PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650 PO. BOX : 296 JKT 13013
  • 3. III Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana KATA SAMBUTAN P uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya, sehingga perangkat pembelajaran Training of Trainers (TOT) Pelatihan Teknis Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi yang merupakan program prioritas nasional di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dapat diselesaikan. Perlu kita pahami bersama bahwa pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) harus dimulai sejak dalam kandungan, karena saat itu proses pertumbuhan dan perkembangan manusia sudah berlangsung, khususnya perkembangan otak. Begitupun dalam keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia lima tahun (Balita) merupakan periode paling kritis karena pada masa tersebut proses tumbuh kembang berlangsung sangat cepat. Masa tersebut adalah masa “emas” yang apabila tidak dibina dengan baik akan menyebabkan gangguan perkembangan emosi, sosial dan kecerdasan. Masa ini merupakan tahap awal pembentukan dasar kemampuan, mental, intelektual dan moral yang menentukan sikap, nilai dan perilaku di masa dewasa. Orangtua sebagai pengasuh dan pendidik pertama dan utama diharapkan dapat mengasuh anak balitanya dengan benar, bukan hanya melalui pemenuhan kebutuhan anak akan kesehatan, gizi, akan tetapi juga perhatian, kasih sayang dan rasa aman serta rangsangan terhadap mental, emosional, sosial, dan moral. Mengingat sangat strategisnya posisi orangtua dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang anak, maka orangtua perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar mampu melaksanakan pengasuhan secara optimal. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh orangtua antara lain dengan mengikuti kegiatan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI EMAS). BKB HI-EMAS merupakan salah satu program inovasi strategi untuk mengimplementasikan kegiatan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dalam mendukung penurunan stunting dan pencapaian target BKKBN. Keluarga dan anggota keluarga merupakan sasaran utama kegiatan ini dengan melibatkan seluruh komponen dan organisasi masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup keluarga. Penyusunan
  • 4. IV Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat mendukung upaya mewujudkan Keluarga Indonesia dan berkualitas dan berketahanan. Saya berharap perangkat ini menjadi acuan utama dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, orientasi dan kegiatan sejenis di lingkungan BKKBN Pusat, Provinsi, Kab/Kota seluruh Indonesia. Akhirnya, kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan komitmennya dalam menyusun perangkat pembelajaran ini saya ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah atas semua yang telah kita lakukan. Jakarta, Juni 2020 Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan, Prof. Rizal Damanik, PhD.
  • 5. V Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana KATA PENGANTAR P uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan karunia-Nya, penyusunan perangkat pembelajaran Training of Trainers (TOT) Pelatihan Teknis Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana bekerjasama dengan Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak menyusun perangkat pembelajaran ini dalam rangka mempersiapkan SDM yang kompeten guna memfasilitasi dan memberikan informasi kepada Keluarga Indonesia mengenai Pengasuhan Anak Usia Dini dalam rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok BKB. Perangkat pembelajaran ini adalah acuan pengelolaan pelatihan untuk menyelenggarakan Training of Trainers (TOT) Pelatihan Teknis Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi. Dengan mengacu kepada perangkat pembelajaran ini diharapkan setiap penyelenggaraan pelatihan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga dapat menghasilkan alumnus pelatihan yang berkualitas. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini. Semogasegalaupayakitauntukmeningkatkankualitaspelatihandapatberkontribusi dalam pembangunan keluarga Indonesia yang berkualitas. Semoga Tuhan Yang Masa Esa memberikan berkah-NYA terhadap setiap kegiatan yang kita lakukan. Jakarta, Juni 2020 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB, DR. Lalu Makripuddin, M.Si
  • 6. VI Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN .................................................................................................................I KATA SAMBUTAN ...............................................................................................................III KATA PENGANTAR ...............................................................................................................V DAFTAR ISI .........................................................................................................................VI ☼ BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1 A. Latar Belakang .........................................................................................................2 B. Deskripsi Singkat.........................................................................................................2 C. Manfaat Modul bagi Peserta.................................................................................2 D. Tujuan Pembelajaran .................................................................................................2 E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ....................................................................3 F. Petunjuk Belajar........................................................................................................3 ☼ BAB II TAHAPAN PERENCANAAN HIDUP BERKELUARGA ...............................................4 A. Perencanaan Usia Pernikahan ..............................................................................5 B. Membina Hubungan Antar Pasangan, dengan keluarga lain dan kelompok sosial .................................................................................................9 C. Perencanaan Kelahiran Anak Pertama Persiapan Menjadi Orangtua .............12 D. Mengatur jarak kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi ................14 E. Berhenti melahirkan di usia 35 tahun ..................................................................17 F. Merawat dan Mengasuh Anak Usia Balita untuk memenuhi kebutuhan mendasar anak ......................................................................................17 G. Rangkuman ..............................................................................................................21 H. Evaluasi .....................................................................................................................22 I. KunciJawaban..........................................................................................................22 ☼ BAB III HARAPAN POSITIF TERHADAP MASA DEPAN ANAK ........................................24 A. Harapan orang tua agar membentuk anak yang berkualitas .......................25 B. Praktik Pengasuhan untuk Mencapai Harapan Positif Orangtua terhadap Masa Depan Anak .................................................................................................27 C. Rangkuman ...........................................................................................................31 D. Evaluasi ...................................................................................................................32 E. Kunci Jawaban .......................................................................................................32 ☼ BAB IV CARA MENGGUNAKAN METODE KB YANG RASIONAL, EFEKTIF DAN EFISIEN ..................................................................................................34 A. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi ...................................................................................35 B. Pemilihan Metode Kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien .....................50 C. Rangkuman ............................................................................................................52 D. Evaluasi....................................................................................................................53 E. Kunci Jawaban.......................................................................................................53 ☼ BAB V PENUTUP .............................................................................................................55 A. Rangkuman .............................................................................................................55 B. Evaluasi ...................................................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................57
  • 7. VII Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL PERENCANAAN KEHIDUPAN BERKELUARGA Tim Penyusun Retnoningsih Suharno, S.Pd Armen Ma'ruf, M.Pd PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2020
  • 8. 1 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana BAB I PENDAHULUAN
  • 9. 2 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga A. Latar Belakang Untuk membangun suatu keluarga tidaklah mudah, diperlukan sebuah peren- canaan yang baik dan matang. Membangun keluarga merupakan awal lahirnya generasi mendatang.Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan membentuk watak moral serta melatih kebersamaan sebagai bekal kehidupan bermasyarakat. Calon ayah dan ibu perlu menentukan keluarga seperti apa yang menjadi im- pian, pilihan dan harapannya serta perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjadi ayah dan ibu bagi anak-anaknya. Oleh karenanya kita semua sangat me- merlukan pengetahuan dan informasi yang memadai tentang bagaimana meren- canakan kehidupan berkeluarga mulai dari tahapan perencanaan hidup berkelu- arga, peran dan fungsi keluarga, harapan positif terhadap masa depan anak, serta pengasuhan yang positif dalam mendukung keberhasilan anak. B. Deskripsi Singkat Mata Pelatihan “Perencanaan Kehidupan Berkeluarga” ini membahas tentang perencanaan hidup berkeluarga, harapan positif terhadap masa depan anak dan cara menggunakan metode KB yang rasional, efektif dan efisien. Hal ini dilakukan dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan dan melem- bagakan norma keluarga kecil bahagia sejahtera. C. Manfaat Modul Modul “Perencanaan Kehidupan Berkeluarga” ini disusun untuk membantu Widyaiswara, Kabid Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga, Penyuluh Kel- uarga Berencana, Kader BKB memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memfasilitasi perencanaan kehidupan berkeluarga. D. Tujuan Pembelajaran 1. Hasil Belajar Setelah selesai pembelajaran, peserta diharapkan mampu memahami taha- pan perencanaan hidup berkeluarga, harapan positif terhadap masa depan anak; cara menggunakan metode KB yang rasional, efektif dan efisien. 2. Indikator Hasil Belajar Setelah selesai pembelajaran, peserta diharapkan dapat: a. Menjelaskan tahapan perencanaan hidup berkeluarga b. Menjelaskan harapan positif terhadap masa depan anak c. Menjelaskan cara menggunakan metode KB yang rasional, efektif dan efisien.
  • 10. 3 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok Mengacu pada tujuan pembelajaran di atas, materi pokok untuk Mata Pelatihan “Perencanaan Kehidupan Berkeluarga” adalah: 1. Tahapan perencanaan hidup berkeluarga 2. Harapan positif terhadap masa depan anak 3. Cara menggunakan metode KB yang rasional, efektif dan efisien F. Petunjuk Belajar Anda sebagai pembelajar, dan agar dalam proses pembelajaran Mata Pelatihan “Perencanaan Kehidupan Berkeluarga” dapat berjalan lebih lancar, dan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, kami sarankan untuk mengikuti langkah-lang- kah sebagai berikut: 1. Bacalah secara cermat, dan pahami tujuan pembelajaran yang tertulis pada se- tiap awal bab. 2. Pelajari setiap bab secara berurutan, mulai dari Bab I Pendahuluan sampai Bab V Penutup. 3. Kerjakan secara sungguh-sungguh dan tuntas setiap evaluasi pada setiap akhir bab. 4. Keberhasilan proses pembelajaran dalam mata pelatihan ini tergantung pada kesungguhan anda. Untuk itu, belajarlah secara mandiri dan seksama. Untuk be- lajar mandiri, anda dapat melakukannya seorang diri, berdua, atau berkelompok dengan teman lain yang memiliki pandangan yang sama dengan anda. 5. Anda disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain seperti yang tertera pada Daftar Pustaka pada akhir modul ini, dan jangan segan-segan bertanya kepada widyaiswara atau teman yang telah memahami tentang materi ini. Baiklah, selamat belajar! Semoga anda sukses menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diuraikan dalam Mata Pelatihan ini.
  • 11. 4 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari Bab II ini, peserta diharapkan dapat menjelas- kan tahapan perencanaan hidup berkeluarga. BAB II TAHAPAN PERENCANAAN HIDUP BERKELUARGA
  • 12. 5 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Membangun keluarga merupakan awal lahirnya generasi mendatang. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan membentuk watak moral serta melatih kebersamaan sebagai bekal kehidupan ber- masyarakat. Calon ayah dan ibu perlu menentukan keluarga seperti apa yang men- jadi impian, pilihan dan harapannya serta perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjadi ayah dan ibu bagi anak-anaknya. Membentuk keluarga berkualitas sesuai amanah undang-undang yaitu sebagai sebuah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, bercirikan se- jahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke de- pan, tanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa mer- upakan suatu hal yang tidak mudah. Hal ini dikarenakan nilai-nilai keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah sudah banyak yang terciderai. Guna mewujudkan keluarga yang berkualitas dapat dilakukan dengan menerapkan fung- si keluarga untuk mendukung keberhasilan anak dimasa depan. Untuk membangun sebuah keluarga diperlukan perencanaan yang matang. Ta- hapan perencanaan hidup berkeluarga sebagai berikut: A. Perencanaan Usia Pernikahan Pernikahan merupakan bagian dari siklus kehidupan manusia yang bertujuan un- tuk membentuk keluarga yang bahagia. Banyak hal yang harus disiapkan sebelum memasuki jenjang pernikahan termasuk merencanakan usia pernikahan. Perencanaan Usia Pernikahan berkaitan dengan Pendewasaan Usia Perkawinan. Pendewasaan Usia Perkawinan adalah upaya untuk meningkatkan usia pada per- kawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal 21 ta- hun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Didalam merencanakan keluarga, dapat mempertimbangkan berbagai dimensi kesiapan berkeluarga antara lain kesiapan usia, kesiapan fisik, kesiapan mental, ke- siapan finansial, kesiapan moral,kesiapan emosi, kesiapan sosial, kesiapan interper- sonal, kesiapan keterampilan hidup serta kesiapan intelektual. 1. Kesiapan Usia • Kesiapan usia adalah kesiapan umur untuk menikah, yaitu minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Pentingnya kesiapan usia ini untuk mem- persiapkan pola pemikiran yang matang dalam mempersepsikan sebuah per- nikahan. Kesiapan ini juga dibutuhkan supaya individu sudah mengetahui dan memiliki pengetahuan tentang melahirkan dan merawat anak serta kehidupan berkeluarga. • Dampak positif jika usia menikah lebih matang adalah berhubungan dengan ke- matangan secara emosi dan kedewasaan dalam menyikapi kehidupan pernika- han. Kematangan usia ini akan berkaitan dengan kematangan organ biologis dalam melakukan hubungan seksual dalam pernikahan. • Dampak apabila menikah diusia yang belum matang akan menyebabkan peng- etahuan tentang pernikahan masih minimal, emosi yang belum stabil sehingga
  • 13. 6 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga menyebabkan stress dan tertekan, angka kematian ibu-anak semakin tinggi, dan tekanan ekonomi pasangan suami istri semakin tinggi. Selain itu, kemandirian pasangan yang masih rendah, rawan dan belum stabil dalam menghadapi per- masalahan sehingga rawan terjadi perceraian. 2. Kesiapan Finansial • Kesiapan finansial bagian dari kemandirian keuangan sehingga kriteria ini sangat penting untuk kesiapan menikah. Dalam hal ini kesiapan finansial dapat dilihat dariketercukupan uang yang dimiliki, kemandirian finansial (tidak merepotkan orang tua dan keluarga besar), memiliki jenjang karier yang tetap dalam jangka panjang, termasuk cara mengelola keuangan dan sumberdaya keluarga serta memiliki tabungan keluarga. Kesiapan ini penting dikarenakan untuk mengelola sumberdaya dan mencapai kesejahteraan keluarga. • Dampak positif apabila kesiapan finansial sudah optimal maka keluarga akan dapat mengelola sumberdaya dengan baik, mampu mencukupi kebutuhan kel- uarga, serta dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga sehingga hubungan pasangan suami istri menjadi harmonis. Dampak negatifnya jika keluarga tidak dapat mengelola sumberdaya dengan baik, tidak dapat mencukupi kebutuhan, sehingga rawan terjadinya pertengkaran dan perselisihan serta berujung perce- raian. 3. Kesiapan Fisik • Kesiapan fisik adalah kesiapan secara biologis seperti kesiapan organ biologis un- tuk melakukan hubungan seksual dan kemampuan untuk melakukan pengasu- han serta melakukan pekerjaan rumah tangga. Kesiapan fisik dianggap penting supaya individu dapat mempersiapkan organ-organ biologis dan menjaga serta merawat kesehatannya untuk mencapai tubuh yang sehat. • Dampak positif apabila seseorang memiliki kesiapan fisik yang baik adalah indi- vidu dapat merawat dan membersihkan diri dengan baik sehingga dapat mel- akukan hubungan seksual dengan baik. Selain itu, individu yang sehat dapat melakukan pekerjaan rumah tangga sehingga rumah menjadi rapih an bersih. Kemudian individu yang sehat akan dapat mengasuh dan merawat anak den- gan baik. • Dampak jika tidak dipersiapkan dengan baik maka individu kurang optimal da- lam melakukan hubungan seksual dan merawat anak serta tidak dapat menjaga kesehatannya dengan baik. 4. Kesiapan Mental • Kesiapan mental adalah kemampuan individu dalam mempersiapkan kemung- kinan-kemungkinan yang dapat terjadi, siap dalam mengantisipasi resiko yang ada, danmenyeimbangkan antara harapan dan kenyataan. Penting melakukan kesiapan ini untuk mempersiapkan dan mengantasipasi segala kemungkinan
  • 14. 7 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana yang terjadi dalam kehidupan berkeluarga. • Dampak positif dari kesiapan mental yang baik adalah dapat mempersiapkan rencana dengan baik dikarenakan sudah memiliki cara untuk mengantisipasi permasalahan keluarga. Selain itu individu yang memiliki kesiapan ini dapat mer- encanakan kehidupan pernikahan. • Dampak jika tidak memiliki kesiapan mental, maka individu akan tertekan dan stress ketika menghadapi permasalahan pernikahan. 5. Kesiapan Emosi • Kesiapan emosi adalah kemampuan individu dalam mengontrol emosi yang baik untuk menghindari perilaku yang tidak baik dan kekerasan serta untuk mengung- kapkan perasaannya kepada orang-orang disekitarnya. Individu yang memiliki kesiapan emosi yang baik dapat mengatur dan mengelola perasaannya den- gan baik sehingga dalam menghadapi permasalahan dapat memposisikan diri dengan baik. • Dampak positif dari kesiapan emosi adalah dapat memiliki kemampuan mema- hami perasaan diri sendiri dan orang lain, dapat mengelola perasaan dan men- gungkapan perasaan sesuai dengan porsinya, dan dapat mengungkapkan ser- ta menjalin keterbukaan dengan orang di sekitar. • Jika tidak memiliki kesiapan emosi yang baik maka individu akan mengalami permasalahan dengan orang sekitar karena terjadinya kesalahpahaman, tidak dapat mengungkapkan keinginan dan harapannya, dan memungkinkan terjad- inya pertengkaran atau perselisihan. 6. Kesiapan Sosial • Kesiapan sosial adalah kemampuan untuk mengembangkan berbagai kapasitas untuk mempertahankan pernikahan. Selain itu terdapat interaksi antara individu dan masyarakat luas seperti hubungan untuk diterima lingkungan sekitar dan dapat menyediakan karier untuk masa depan keluarganya. • Kesiapan sosial dibutuhkan untuk individu supaya mampu melakukan penyesua- ian terhadap lingkungan sekitar. Selain itu dapat menjalin hubungan dengan lingkungan luas sehingga dapat memungkinkan mendapatkan manfaat untuk jenjang karier atau sebagainya. Apabila individu memiliki kesiapan sosial yang baik maka dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar dengan baik, sehing- ga hubungan dengan keluarga besar dan tetangga menjadi harmonis. Selain itu juga dapat melakukan penyesuaian dan kerjasama dengan masyarakat luas. • Jika individu tidak memiliki kesiapan sosial maka individu tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga menyebabkan terjadinya kesalahpahaman. 7. Kesiapan Moral • Kesiapan moral adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai kehidupan yang baik seperti komitmen, kepatuhan, kesabaran, dan memaaf-
  • 15. 8 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga kan. Pentingnya kesiapan ini sebagai pedoman dan prinsip dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan dapat digunakan untuk membentuk kepribadian da- lam berhubungan dengan pasangan dan keluarga besar. • Individu yang mempersiapkan moral dengan baik maka dapat membedakan mana yang benar dan salah dalam mengaplikasikan ke nilai-nilai kehidupan pernikahan dan menjadikan individu yang berkualitas sehingga dapat mendidik generasi selanjutnya untuk memiliki moral yang baik. Selain itu, apabila pasangan suami istri memiliki moral yang baik maka dapat menjadikan keluarga harmonis dikarenakan pasangan suami istri selalu menjaga komitmen, saling menghargai dan mematuhi. • Apabila individu tidak memiliki kesiapan moral yang baik maka dikhawatirkan tidak memiliki prinsip dan pegangan nilai-nilai kehidupan yang baik sehingga dapat memutuskan sesuatu tergesa-gesa tanpa memikirkan akibatnya. Individu juga dikhawatirkan tidak menjaga komitmen sehingga akan tergoda dengan orang lain yang menyebabkan pernikahan menjadi berantakan. 8. Kesiapan Interpersonal • Kesiapan interpersonal adalah kemampuan individu dalam melakukan kompe- tensi dalam berhubungan seperti pasangan suami istri harus saling mendengar- kan,membahas permasalahan pribadi dengan pasangan, dan menghargai apa- bila terdapat perbedaan. Individu membutuhkan kesiapan ini untuk memahami individu yang lainnya, dapat menghargai dan tenggang rasa dengan orang lain serta dapat peduli dengan lingkungan sekitar. • Jika individu memiliki kesiapan interpersonal yang baik maka dapat saling mema- hami dan peduli sehingga mencapai kepuasan pernikahan dan tercapai kese- jahteraan keluarga. • Dampak negatif jika tidak memiliki kesiapan interpersonal yang baik adalah in- dividu akan lebih sering mengalami perselisihan dikarenakan tidak mau saling memahami dan peduli dengan orang lain. 9. Kesiapan Keterampilan Hidup • Kesiapan keterampilan hidup adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam mengembangkan berbagai kapasitas untuk memenuhi peran di dalam keluar- ga seperti menjaga kebersihan rumah tangga, merawat dan mengasuh anak, melayani suami, dansebagainya. Apabila individu dapat mempersiapkan keter- ampilan hidupnya dengan baik maka dapat saling bekerja sama dalam menye- lesaikan pekerjaan rumah tangga. Dalam hal ini dapat mewujudkan kepuasan dan kesejahteraan keluarga. • Dampak positif jika individu memiliki kesiapan keterampilan hidup maka dapat menjalankan peran suami istri dengan optimal sehingga dapat mewujudkan kel- uarga yang tahan. • Dampak negatif jika tidak memiliki keterampilan hidup akan bergantung pada
  • 16. 9 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana orang lain, sehingga dapat menyebabkan keluarga mengalami perselisihan. 10. Kesiapan Intelektual • Kesiapan intelektual adalah kesiapan yang berhubungan dengan kemampuan individu dalam berfikir, menangkap informasi dan berhubungandengan kemam- puan mengingat. Digunakan sebagai penunjang dan pendukung dalam men- cari informasi dan pengetahuan tentang pernikahan dan cara-cara merawat anak atau mengelola keuangan. • Dampak positif jika memiliki kesiapan intelektual adalah individu dapat semak- in memiliki pengetahuan dan informasi tentang pernikahan, pengetahuan pen- gasuhan yang banyak sehingga dapat mengatasi apabila terdapat permasala- han atau hambatan. • Dampak negatif jika tidak memiliki kesiapan intelektual adalah dapat menye- babkan adanya pertengkaran dan adanya kesalahan dalam memecahkan atau menangani suatu permasalahan. B. Membina Hubungan Antar Pasangan, dengan keluarga lain dan kelompok sosial Hubungan merupakan suatu interaksi atau proses yang terjadi dan dilakukan antara dua orang atau lebih untuk saling mengenal satu sama lain. Hubungan itu sendiri dapat dibedakan menjadi hubungan antar pasangan, hubungan antar kel- uarga dan lingkungan/kelompok sosial.Hubungan ini sangat penting dalam kehidu- pan manusia itu sendiri, tidak hanya sebatas saling mengenal namun untuk saling memahami dan mengerti. Hubungan manusia ini kemudian saling mempengaruhi antar satu dengan yang lainnya melalui pengertian yang diungkapkan, informasi yang dibagi, semangat yang disumbangkan, yang semua pesannya membentuk pengetahuan. Keluarga mempunyai interaksi dan hubungan yang memberi ikatan yang jauh lebih lama dibandingkan dengan kelompok asosiasi lainnya.Interaksi manusia harus didahului oleh kontak dan komunikasi. 1. Membina Hubungan Antar Pasangan Setelah menikah, masing-masing individu memiliki perkembangan tugas untuk dirinya maupun untuk keluarganya (sebagai suami atau istri).Selanjutnya, setelah pasangan suami istri mempunyai anak, status, peran dan tugas semakin berkembang untuk keperluan masing-masing individu suami istri, keluarga beserta anak-anaknya. Adapun wujud interaksi antara suami dan istri adalah sebagai berikut: a. Bonding dan kedekatan serta saling ketergantungan antara suami dan istri. b. Kemitraan suami istri dalam mengelola sumberdaya keluarga baik keuangan keluarga, pengambilan keputusan tentang pembelian properti atau pendidikan
  • 17. 10 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga anak, dan kerjasama dalam perencanaan kehidupan keluarga secara umum. c. Komunikasi suami istri dalam melakukan pengasuhan anak-anaknya, komunikasi antar keluarga inti dengan keluarga keluarga besar, dan komunikasi antara kelu- arga inti dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. d. Hubungan yang seimbang antara suami dan istri dalam menciptakan rasa saling mencintai, menghormati, ketergantungan, menghargai dan berkomitmen dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga lahir dan batin. e. Dalam mempercepat proses penyesuaian status dan peran antara suami dan is- tri, maka masing-masing pihak harus melakukan proses imitasi, identifikasi, sugesti, motivasi, simpati dan empati antara satu dengan lainnya. Hal lain yang sangat sensitif berkaitan dengan hubungan personal suami istri ada- lah hubungan seksual. Hubungan jasmani antara suami istri tidak boleh ada unsur pemaksaan, misalnya suami memaksa istri untuk melakukan hubungan intim, dan se- baliknya istri memaksa suami untuk melakukan hubungan intim. Hubungan intim da- lam perkawinan adalah hubungan secara fisik, psikologis, dan spiritual dalam rang- ka prokreasi untuk meneruskan keturunan .Oleh karena itu, hubungan intim dalam perkawinan dipandang sebagai suatu simbul saling memberi, saling menyenangkan dan saling menjaga hubungan antara suami istri. Dalam proses penyesuaian semua perbedaan dan persamaan, maka suami dan istri harus secara cermat dan sistimatis melakukan langkah-langkah progresif dalam mempertahankan perkawinan. Persamaan yang harus disadari oleh suami dan istri adalah berkaitan dengan kebutuhan umum (general needs) yang terdiri atas kebu- tuhan fisik, sosial-ekonomi, psikologi/emosi, dan spiritual.Adapun perbedaan antara suami dan istri didasari atas perbedaan kebutuhan khusus (specific needs) yang ber- kaitan dengan perbedaan hormonal, alat reproduksi dan fungsi biologis.Perbedaan lainnya adalah yang berkaitan dengan personalitas individu dan nilai-nilai individu. Hubungan dalam perkawinan harus dibina oleh pasangan suami istri melalui ak- tivitas sebagai berikut: a. Mendiskusikan harapan dan merencanakan masa depan keluarga serta menyel- esaikan permasalahan yang dihadapi secara bersama. b. Membuat keputusan akan perencanaan kehidupan keluarga secara bersama baik berkaitan dengan keuangan, pembelian rumah, pemeliharaan rumah, hubu- ngan social kemasyarakatan dan kehidupan spiritual. c. Melakukan pengasuhan terhadap anak secara bersama yang berkaitan dengan perilaku sebagai berikut: 1) Sikap orangtua terhadap anak-anak harus dikoordinasikan dan diteladani den- gan baik. 2) Siapa yang berperan menjadi pengasuh dan pendidik utama anak, apakah ibu
  • 18. 11 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana atau ayah atau keduanya? 3) Bagaimana strategi orangtua dalam mendisiplinkan anak? Bagaimana kedua orangtua melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab dalam mengasuh dan mendidik anaknya? a) Bagaimana pasangan berdoa untuk memadukan kedua hati dalam perkawinan. • Kekuatan kehidupan apa yang dipandang oleh suami istri dalam mempertahan- kan perkawinan? • Kelemahan apa yang dipandang oleh suami istri dalam melihat tantangan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam perkawinan? b) Pasangan suami istri wajib untuk memelihara komitmen bersama untuk memper- tahankan dan memelihara perkawinan melalui pengukuhan ikatan perkawinan. c) Pasangan suami istri wajib juga untuk melakukan perencanaan keluarga dalam hal keuangan, pendidikan anak, dan investasi/tabungan. d) Pasangan suami istri harus membina hubungan dengan keluarga besar baik dari pihak suami atau istri. Keluarga besar harus ditempatkan secara sejajar dan adil, artinya tidak boleh ada diskriminasi sosial antara keluarga besar dari pihak suami atau istri. 2. Membina Hubungan dengan Keluarga Lain Kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa tanpa adanya orang lain dalam hidup. Selain membina hubungan baik dengan keluarga juga harus membina hubungan baik dengan keluarga lain. Dalam kehidupan berkeluarga tentunya kita memiliki sanak keluarga yang lain, entah itu yang sekandung dengan Bapak ibu kita atau sepupu atau saudara lainnya. Hubungan ini harus terus kita jaga dan rawat agar terus tumbuh rasa persau- daraann yang kuat. Banyak cara untuk memperkuat hubungan antar keluarga di antaranya dengan saling berkunjung, bersilaturahmi, bersedia memberikan bantu- an baik materi maupun tenaga. Dengan semakin kuatnya hubungan antar keluar- ga menjadikan hidup ini lebih bahagia dan penuh rasa kekeluargaan. Di samping keluarga yang satu keturunan kita juga punya keluarga-keluarga yang lain yaitu tetangga-tetangga kita baik yang bersebelahan dengan rumah kita mau- pun yang sekampung, tentunya ini harus tetap dijaga dengan baik, karena mereka- lah yang paling tahu keadaan kita. Kita harus berbaik sangka, berbuat baik ke ses- ama tetangga kita untuk menciptakan hubungan yang harmonis di tempat tinggal kita. 3. Membina Hubungan dengan Kelompok Sosial Dalam kehidupannya manusia dibimbing oleh nilai-nilai yang merupakan pan- dangan terhadap apa yang baik dan buruk, juga oleh pasangan nilai materi dan non materi. Jika kita ingin hidup damai dimasyarakat maka harus dapat menyeim- bangkan antara kedua pasangan nilai tersebut, namun kenyataannya dewasa ini masyarakat lebih mengedepankan nilai materi dibandingkan non materi/spiritual.
  • 19. 12 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Lingkungan masyarakat yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkemban- gan sosial keluarga terdiri dari sosial budaya dan media massa. Hubungan dengan kelompok sosial banyak macamnya mulai dari kegiatan arisan, pengajian, kerja bakti, urug rembug, santunan dan lain sebagainya.Kegiatan sosial kemasyarakatan perlu terus dibina dan dikembangkan agar suasana kehidu- pan kampung kita khususnya aman dan nyaman. Kehidupan antar keluarga dalam satu kelompok sosial mempunyai ikatan yang kuat, sehingga jika ada yang memer- lukan bantuan dan menyalurkan bantuan akan sangat mudah, akan tetapi jika ke- hidupan kampung itu terlalu individualistik, akan mempersulit hidup kita juga, inilah kehidupan yang sudah menjangkii penduduk-penduduk kota, sehingga jiwa sosial- nya berkurang, mudah-mudahan asas gotong royong bangsa kita tidak tergerus budaya mementingkan diri sendiri, akan tetapi terus bahu-membahu menjadikan kehidupan disekitar kita harmonis dan penuh cinta kasih. C. Perencanaan Kelahiran Anak Pertama Persiapan Menjadi Orangtua Yang harus disepakai dengan pasangan (suami/istri) adalah perencanaan kelu- arga diantaranya perencanaan kelahiran anak pertama.Dalam keluarga yang ide- al (lengkap), maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu. Peran ayah selain sebagai pencari nafkah, dalam pengasuhan, ayah memiliki peranan yang sangat penting. Di masa awal seorangsuami atau ayah dapat: 1. Menyiapkan tempat tinggal yang layak. 2. Mendampingi istri (siaga) selama masa kehamilan. 3. Mendukung istri untuk menyusui bayinya. 4. Turut merawat bayi sejak dilahirkan. 5. Melakukan aktivitas bersama anak. 6. Menciptakan komunikasi yang baik dengan seluruh keluarga. Peran suami atau ayah dalam keluarga menjadi contoh positif terhadap: • Perkembangan Kognitif: anak lebih cerdas, anak lebih terampil, prestasi di se- kolah lebih baik. • Perkembangan Sosio-Emosional: anak merasa aman, dan anak tidak mudah stres • Perkembangan Fisik: anak lebih sehat. Di samping itu, ayah juga sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga, serta sebagai suami yang penuh pengertian, dan pemberi rasa aman. Ibu memiliki peran dalam keluarga, di antaranya: 1. Memenuhi kebutuhan biologis, fisik, dan ekonomi anak. 2. Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar dan penuh kasih sayang.
  • 20. 13 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana 3. Mendidik, mengatur, dan mengasuh anak. 4. Menjadi contoh dan teladan bagi anak. Beberapa hal yang harus dimiliki oleh pasangan suami istri dalam persiapan men- jadi orangtua antara lain: 1. Rasa syukur dan beriman dengan Sang Pencipta Anak adalah titipanNya, tentu harus disyukuri sebagai anugerah.Tidak semua orang mendapat anugerah itu. Kita adalah yang terpilih untuk mendapatkannya. Oleh karena itu dalam mengasuh anak juga harus mengikuti aturan Sang Pencip- ta yang paling tahu bagaimana harusnya mengasuh anak. Orangtua juga harus banyak berdo’a untuk kebaikan anaknya. 2. Kesabaran Menjadi orangtua membutuhkan kesabaran dalam menghadapi anak-anak. Mungkin perilaku anak nantinya tidak seperti yang kita harapkan atau anak-anak belum mengerti apa yang kita katakan. Mengasuh dan mendidik anak ibarat menyusun batu bata menjadi sebuah bangunan yang kokoh, membutuhkan waktu yang lama, dan ada tahapan kalau tidak sabar, akan berantakan dan terbengkalai sehingga bangunan tidak berdiri sebagaimana yang kita harapkan. 3. Ilmu Pengasuhan Mengasuh anak membutuhkan ilmu pengasuhan. Baik secara psikologis, agama maupun perkembangan ilmu pengetahuan terbaru. Oleh karena itu sebagai per- siapan menjadi orangtua yang baik, harus siap belajar terus tentang bagaimana seharusnya mengasuh anak dengan baik (sesuai agama), baik (sesuai kebutuhan anak) dan menyenangkan. 4. Kesehatan Orangtua yang sehat dan lebih siap menjalankan peran dan tanggung jawabn- ya dengan baik.Ia bisa memberi nafkah, menemani anak bermain, membimbing belajar dan lain-lain. Bila orangtua sakit selain tidak dapat menjalankan tugasnya, juga bisa jadi beban anak-anak untuk mengurusnya. Oleh karena itu orangtua juga harus memperhatikan kesehatannya, dengan makanan yang bergizi, mi- num yang banyak, olahraga teratur serta istirahat yang cukup. 5. Rukun dan harmonis Orangtua yang rukun dan harmonis akan lebih siap menjalankan tugasnya dar- ipada orangtua yang sering bertengkar. Orangtua yang sering bertengkar akan memberi dampak yang tidak baik untuk perkembangan anak. Untuk tetap rukun dan harmonis, suami istri dapat melakukan kegiatan yang dapat menjalin kemesraan seperti setiap pekan ada waktu mengobrol berdua, pergi jalan-jalan dan lainnya. Orangtua juga harus mengetahui dan memahami kebutuhan anak sebagai sa- lah satu bagian dari persiapan menjadi orangtua. Kebutuhan adalah semua yang diperlukan anak untuk tumbuh kembangnya, yaitu kebutuhan:
  • 21. 14 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga 1. Makanan, pakaian, tempat tinggal yang memberi rasa aman, nyaman dan diperlukan untuk tumbuh kembang anak 2. Dicintai, disayang dan diperhatikan 3. Diterima dirinya apa adanya, dimengerti perasaannya 4. Diajak bicara, diberi kesempatan untuk bicara, menyampaikan perasaan dan pendapatnya 5. Diberi kesempatan untuk mencapai cita-citanya, menunjukkan kemampuan- nya 6. Diajarkan keimanan agar mengenal dan merasa dekat dengan Sang Pencip- ta. Dengan demikian, diharapkan orangtua memiliki bekal yang cukup dalam men- gasuh dan membina tumbuh kembang anak secara optimal dan menjadikan anak- anak sebagai generasi penerus bangsa yang berkarakter. D. Mengatur jarak kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi Jarak kelahiran merupakan interval antara dua kelahiran yang berurutan dari seorang wanita. Jarak kelahiran yang cenderung singkat dapat menimbulkan be- berapa efek negatif baik pada kesehatan wanita tersebut maupun kesehatan bayi yang dikandungnya.Setelah melahirkan, wanita memerlukan waktu yang cukup un- tuk memulihkan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan serta persalinan selanjut- nya. Penentuan jarak kehamilan merupakan salah satu cara untuk menentukan be- rapa jarak yang akan direncanakan diantara kehamilan satu dengan yang lain. Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Perencanaan pasangan kapan untuk memiliki anak kembali, menjadi hal penting untuk dikomunikasikan. 1. Jarak Kelahiran Ideal Indonesia memiliki median jarak antar kelahiran selama 64,6 bulan dan hal ini dikatakan meningkat dibanding survei demografi pada tahun 2012. Jarak kelahi- ran yang dikatakan aman adalah 36-59 bulan.Didapatkan data sebesar 55% ibu melahirkan dengan rentang ini. Sedangkan 9% pada rentang kurang dari 24 bulan (SDKI, 2017). Pengaturan jarak kelahiran ini dinilai penting untuk setiap pasangan agar dapat lebih siap untuk memiliki anak lagi dan menghindari terjadinya keadaan darurat pada ibu dan bayi. Besarnya resiko kehamilan dan kelahiran adalah karena jarak kelahiran yang tidak ideal. Dalam hal ini adalah kelahiran yang kurang dari 24 bulan. Ada perubahan perilaku pada anak yang terjadi akibat dekatnya jarak kelahiran antara kelahiran pertama dan kelahiran selanjutnya. Hal ini disebabkan orang tua menjadi terlalu fok- us pada anak kedua sehingga proses tumbuh kembang pada anak pertama sedikit terabaikan. Dampak yang terjadi adalah adanya kemunduran perilaku pada anak dikarenakan oleh keinginan anak untuk merebut perhatian orang tua dari adiknya.
  • 22. 15 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Jarak kehamilan yang dianjurkan pada ibu hamil yang ideal dihitung dari sejak ibu persalinan hingga akan memasuki masa hamil selanjutnya yaitu 3-5 tahun. Hal ini didasarkan karena beberapa pertimbangan yang akan berpengaruh pada ibu dan anak. Apalagi bagi anda yang mengalami operasi caesar pada persalinan sebelumnya, pemulihan pascaoperasi sangat penting untuk diperhatikan. Pene- litian The Demographic and Health Survey, menyebutkan bahwa anak - anak yang dilahirkan 2- 5 tahun setelah kelahiran anak sebelumnya, memiliki kemungkinan hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi daripada yang berjarak kelahiran kurang dari 2 tahun, maka jarak kehamilan yang aman adalah 3-5 tahun. 2. Manfaat menjaga jarak kehamilan yang ideal Manfaat menjaga jarak kehamilan yang ideal bagi ibu dan anak antara lain: a. Pemulihan Persalinan bagi Kesehatan Ibu Dengan minimal waktu dua tahun memungkinkan ibu melakukan persiapan kehamilan. Dalam mempersiapkan kehamilan selanjutnya ibu harus memper- siapkan kesehatan yang sempat mengalami penurunan setelah merawat bayi sebelumnya, selain itu ibu harus mengalami beberapa pemulihan khusus seperti pada ibu hamil yang melakukan operasi caesar sebelumnya sebaiknya berkon- sultasi pada dokter ketika akan memasuki kehamilan selanjutnya. Tak kalah penting dalam mengontrol kesehatan ibu hamil yang beresiko di kehamilan seperti hipertensi, diabetes dan lainnya. b. Menjaga Kesehatan Bayi Menjaga jarak kehamilan ideal (3-5 tahun) akan membuat potensi yang baik untuk kehamilan selanjutnya salah satunya adalah menghindari anak lahir dengan berat badan yang rendah dan juga menghindari kelainan pada ja- nin. Selain itu dua tahun memungkinkan untuk mempersiapkan air susu ibu. Dengan persiapan asi maka akan berpengaruh positif bagi kesehatan dan kecerdasan, se- dangkan bagi anda yang merencanakan kehamilan terlalu dekat maka akan ber- dampak pada kurangnya nutrisi dari asi pada anak pertama atau anak selanjutnya. c. Menghindari Resiko Kurang Gizi Dengan merencanakan kehamilan pada jarak yang ideal maka akan mengu- rangi resiko kurang gizi terutama kekurangan zat besi. Hal ini akan membantu anda dalam mengurangi resiko anemia akut yang akan terjadi pada kehamilan dan meningkatkan resiko stress pada saat hamil, bahkan hal ini akan beresiko ter- jadinya sistem kardiovaskular pada saat menjelang persalinan. Hal ini dapat pula disebabkan karena kondisi ibu yang merencanakan kehamilan terlalu cepat belum pulih dari kondisi sebelumnya sehingga belum dapat maksimal dalam pembentukan cadangan makanan bagi janin dan sendirinya. d. Menjaga Hubungan antara Anak dan Ibu Perhitungan yang tidak kalah penting dalam mempersiapkan jarak kehamilan yang ideal adalah faktor psikologis anak dan orang tua. Secara umum apabila merencanakan kehamilan pada usia yang ideal maka akan mudah dimengerti dan
  • 23. 16 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga juga mudah untuk menerima adik barunya dikarenakan telah cukup mendap- atkan perhatian dan kasih sayang sebelumnya. 3. Mengatur jarak kelahiran menggunakan alat kontrasepsi Cara yang dilakukan untuk mengatur jarak kelahiran agar ideal yaitu 3-5 tahun adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi.Kontrasepsi adalah upaya mence- gah pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan. Dalam mengatur jarak kehamilan, pasangan suami istri dapat menggunakan kon- trasepsi sesuai dengan fase-fase berikut ini: a. Fase Menunda Kehamilan • Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 21 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya sampai usia minimal 21 tahun. • Untuk menunda kehamilan pada masa ini ciri kontrasepsi yang diperlukan ada- lah kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas dan efektifitas tinggi. • Kontrasepsi yang dianjurkan antara lain kondom, suntik, pil dan implan. b. Fase Menjarangkan Kehamilan • Pada fase ini usia isteri antara 21-35 tahun, merupakan periode yang paling baik untuk hamil dan melahirkan karena mempunyai resiko paling rendah bagi ibu dan anak. • Jarak ideal untuk menjarangkan kehamilan adalah 5 tahun, sehingga tidak terdapat 2 balita dalam 1 periode. • Ciri kontrasepsi yang dianjurkan pada masa ini adalah alat kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas dan efektifitas cukup tinggi, dan tidak menghambat air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang dianjurkan adalah suntik, implan dan IUD. c. Fase Mengakhiri Kehamilan • Fase mengakhiri kehamilan berada pada usia PUS diatas 35 tahun, sebab se- cara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak mengala- mi risiko medik. • Ciri kontrasepsi yang dianjurkan untuk masa ini adalah kontrasepsi yang mem- punyai efektifitas sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka panjang, dan tidak menambah kelainan yang sudah ada (pada usia tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat oleh ka- rena itu sebaiknya tidak diberikan kontrasepsi yang menambah kelainan terse- but). • Kontrasepsi yang dianjurkan adalah Metode Operasi Wanita(MOW) dan IUD. Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan metode kontrasepsi
  • 24. 17 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana jangka panjang yang selanjutnya disebut MKJP. Untuk macam alat dan obat kon- trasepsi dan cara menggunakannya dibahas secara rinci pada Bab IV modul ini. E. Berhenti melahirkan di usia 35 tahun Wanita hamil yang berusia di atas 35 tahun atau lebih, dapat dua kali lipat mend- erita tekanan darah tinggi yang mengancam jiwa (pre-eklampsia) selama kehami- lan, mengalamin komplikasi seperti Ketuban Pecah Dini (KPD), partus lama, partus macet dan perdarahan post partum. Komplikasi tersebut mungkin dialami oleh ibu hamil pada usia tersebut dikarenakan organ jalan lahir yang sudah tidak lentur dan memungkinkan mengalami penyakit. Lebih dari separoh wanita yang berusia diatas 40 tahun akan meminta bayinya dilahirkan melalui operasi Caesar. Kejadian kehamilan risiko tinggi dipengaruhi oleh umur dan paritas. Kehamilan resiko tinggi mayoritas berumur lebih dari 35 tahun. Berhenti melahirkan di usia 35 tahun bertujuan agar dapat merawat balita secara optimal. F. Merawat dan Mengasuh Anak Usia Balita untuk memenuhi kebutuhan mendasar anak Menjadi orangtua adalah suatu anugerah karena ada kehidupan yang diper- cayakan Tuhan kepada orangtua. Ada tanggung jawab yang harus dijalani oleh or- angtua sepanjang hayat. Dalam pengasuhan, keluarga merupakan lembaga per- tama yang bertanggungjawab memberikan pembinaan tumbuh kembang anak. Orangtua memegang peranan penting dalam memberikan kebutuhan anak. Pada dasarnya mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Agar balita tumbuh dan berkembang dengan baik, yang harus dilakukan orangtua antara lain: • Memenuhi kebutuhan anak dalah hal makanan yang bergizi • Menjaga kesehatan anak Gambar 1. Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
  • 25. 18 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga • Berinteraksi dengan anak lewat berbagai kegiatan yang sesuai usia anak. Or- angtua dapat memberikan belaian, senyuman, dekapan, penghargaan dan bermain, mendongeng, menyanyi serta memberikan contoh-contoh tingkah laku sehari-hari yang baik dan benar kepada anak. Keluarga berkualitas yang kita ciptakan juga akan dapat terwujud apabila mas- USIA 0 – 1 TAHUN 1. Kebutuhan Kesehatan dan Gizi • Memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 ment setelah bayi lahir • Memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan • Memberikan Makanan pendamping ASI (MP-ASI) setelah bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan. MPA-SI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. • Di tahun pertama, waktu makan sebaiknya 5 kali sehari (3 kali makanan pokok dan 2 kali makanan selingan). Hal ini karena kapasitas pencernaan yang masih terbatas. Makanan selingan yang diberi- kan dapat berupa buah atau biskuit. • Mengamati pertumbuhan anak dengan membawa anak ke POSYANDU untuk ditimbang dan di- catat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). • Memberikan vitamin A kepada anak mulai dari usia 6 bulan sampai 5 tahun • Untuk menjaga kebersihan badan, mandikan anak setiap pagi dan sore. • JIka belum tumbuh gigi, bersihkan gusi bayi sesudah diberi ASI dengan kain yang dibasahi air hangat yang sudah matang. • Cuci tangan anak dengan kain yang dibasahi air hangat yang sudah matang • Ajarkan anak untuk buang air kecil dan air besar pada tempatnya. • Gunting kuku, tangan dan kaki anak jika panjang • Jauhkan anak dari asap rokok dan asap dapur. 2. Kebutuhan Kasih Sayang • Berikan cinta, rasa aman, dan kasih saying kepada anak agar anak mengerti bahwa kita men- yayangi dan selalu berada di dekatnya • Belai dan sentuh anak setiap hari agar menambah kelekatan antara orangtua dan anak • Dekap dan peluk anak untuk menenangkan anak terutama saat anak sedih atau menangis bila mimpi buruk/ketakutan. • Berikan pujian jika anak melakukan perbuatan yang baik atau berhasil mencapai sesuatu • Jika anak melakukan kesalahan hendaknya jangan dimarahi namun tegur dan beritahu apa yang seharusnya dilakukan • Bacakan dongeng dan dengarkanlah cerita anak • Berikanlah kata-kata halus/penuh makna untuk melatik kepekaan anak • Memotivasi anak agar ia mampu mencoba melakukan sesuatu • Berikan panggilan sayang kepada anak 3. Kebutuhan Stimulasi Menstimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak oleh lingkungan (ayah, ibu, pengasuh anal, anggota kelu- arga lain) untuk mempercepat tumbuh kembangnya. Kurangn- ya stimulasi dapat menyebabkan kelambatan tumbuh kembang anak. Lakukanlah stimulasi yang memadai. Artinya, rangsang otak anak agar berkembang kemamp- uan gerakan kasar, gerakan halus, komunikasi pasif, komunikasi aktif, kecerdasan, menolong diri sendiri, dan tingkah laku sosial pada anak agar berlangsung secara optimal sesuai tahap usia anak. • Merangsang pendengaran dengan mengajak bicara bayi pada setiap kesempatan (ketika meny- usui, mandi, mengganti popok) • Merangsang penglihatan dengan mengajak bayi tersenyum, peluk dan timang bayi • Berikan mainan warna kontras dan warna primer • Merangsang perabaan pada bayi dengan mengusap bagian tubuh bayi dengan sentuhan penuh kasih sayang • Merangsang kemampuan motorilk kasar dengan melatik anak mendudukkan anak dengan digan- jal bantal, setelah anak bisa duduk melatihnya untuk merangkak dan berdiri dengan memegang- nya. • Merangsang kemampuan motoric halus dengan memberikan mainan dan meletakkan mainan yang menarik di depan anak • Memberi contoh mengeluarkan dan mengembalikan mainan • Mengajak anak berbicara dan menunjukkan bagian-bagian tubuh • Ajak anak menyatakan hal yang membuatnya marah atapun mengalami emosi negative lain sep- erti sedih atau takut, dan bicarakan cara mengatasi emosi negatif tersebut. • Mengenalkan anak pada orang lain • Memberi contoh dalam menunjukkan rasa sayang • Memberi kesempatan pada anka untuk makan dan minum sendiri • Menyanyikan lagu dan mendengarkan music • Membacakan doa • Mengajak bermain cilukba • Mengajari mengucap mama, papa, kakak
  • 26. 19 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana USIA 1 – 2 TAHUN 1. Kebutuhan Kesehatan dan Gizi • Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih • Berikan makanan tambahan yang mengandunng triguna, yaitu zat pembangun (susu, telur, ikan, daging), zat tenaga (nasi, ubi, jagung) dan zat pelindung (buah-buahan dan sayuran) • Pemberian vitamin A setiap 6 bulan sampai usia 5 tahun • Jangan sampai anak makan hanya asal kenyang, sebaiknya lebih mementingkan kualitas makanannya. • Minuman yang utama bagi anakadalah air putih dan susu. Anakdiperbolehkan minum jus buah. Kopi dan teh sebaiknya tidakdiberikan pada anak. • Makanan tambahan yang baruperlu diberikan secara bertahap,paling tidak dua sampai tiga kalise- hari. Hal ini agar orangtua dapatmewaspadai adanya alergi terhadap jenis makanan tertentu. • Pemberian imunisasi sesuai usia anak • Menjaga kebersihan dengan anak mandi minimal 2 kali sehari • Menyikat gigi minimal sehabis makan dan sebelum tidur • Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau sehabis buang air besar • Menjaga kebersihan dan kerapihan tempat bermain • Kebutuhan tidur anak harus mencukupi yaitu minimal 2 jam pada siang hari dan minimal 11,5 jam pada malam hari • Perawatan gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali • Datang ke Posyandu setiap bulan • Orang tua aktif merangsang kecerdasan anak • Orang tua melatih gerakan motorik kasar dan halus anak 2. Kebutuhan Kasih Sayang • Berikan cinta, rasa aman dan kasih sayang kepada anak, agar anak mengerti bahwa kita men- yayangi dan selalu berada didekatnya • Belai dan sentuh anak setiap hari • Dekap dan peluk anak untuk menjalin kelekatan antara orangtua dan anak • Berikan pujian setiap kali anak berhasil melakukan kegiatan rangsangan • Jika anak melakukan kesalahan, hendaknya jangan dimarahi melainkan tegur dan ebritahu apa yang seharusnya dilakukan • Bacakan dongeng dan ajak anak bercerita • Berikan kata-kata halus/penuh makna untuk melatih kepekaan anak • Motivasi anak agar dia mampu mencoba melakukan sesuatu • Berikan panggilan sayang kepada anak 3. Kebutuhan Stimulasi • Melatih anak berjalan mundur dan mengikuti garis lurus • Melatih anak memegang dan menggunakan sendok • Melatih anak memakai dan melepas baju sendiri • Membacakan cerita dan menyediakan buku bergambar untuk anak • Mengajak anak bercermin • Mengajak anak pergi ke tempat baru • Melatih anak untuk mengerti dan melakukan perintah sederhana • Menunjukkan benda sambil menyebut namanya • Membacakan dongeng/cerita • Mengajari anak mengenal bagian tubuh • Menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang dan benda di sekitar rumah • Meminta anak melakukan suatu kegiatan (misalnya : tolong ambilkan bola di bawah meja) USIA 2 – 3 TAHUN 1. Kebutuhan Kesehatan dan Gizi • Pemberian makanan anak sudah dalam bentuk padat yang mengandung zat pembangun, zat tenaga dan zat pelindung • Pemberian vitamin A setiap 6 bulan sampai usia 5 tahun • Anak diharuskan mandi minimal 2 kali setiap hari • Menyikat gigi dengan dibantu orangtua minimal sehabis makan dan sebelum tidur • Mencuci rambut dan menggunting kuku secara teratur • Menjaga kebersihan dan kerapihan tempat bermain • Ganti pakaian yang basah sehabis bermain • Pemberian imunisasi sesuai usia anak • Perawatan gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali • Datang ke POSYANDU setiap bulan • Sapih anak jika masih mengedot atau mempunyai kebiasaan menghisap jari, kuku dan sebagainya, supaya letak gigi baik • Merangsang hormon petumbuhan • Merangsang pertumbuhan otot dan tulang • Merangsang kecerdasan anak • Melatih gerakan motorik kasar dan halus anak • Merangsang kreativitas anak • Melatih kemampuan sosialisasi anak • Melatih anak untuk merencanakan apa yang akan dimainkannya • Melatih anak untuk mengambil hanya mainan yang akan dimainkan, jumlahnya hanya 2 – 3 main- an dalam satu waktu • Latih anak untuk membereskan kembali mainannya
  • 27. 20 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga 2. Kebutuhan Kasih Sayang • Berikan cinta, rasa aman dan kasih sayang kepada anak, agar anak mengerti bahwa kita men- yayangi dan selalu berada didekatnya • Belai dan sentuh anak setiap hari • Dekap dan peluk anak untuk menjalin kelekatan antara orangtua dan anak • Berikan pujian setiap kali anak berhasil melakukan kegiatan rangsangan • Jika anak melakukan kesalahan, hendaknya jangan dimarahi melainkan tegur dan ebritahu apa yang seharusnya dilakukan • Bacakan dongeng dan ajak anak bercerita • Berikan kata-kata halus/penuh makna untuk melatih kepekaan anak • Motivasi anak agar dia mampu mencoba melakukan sesuatu • Berikan panggilan sayang kepada anak 3. Kebutuhan Stimulasi • Melatih anak untuk melompat dan berdiri satu kaki • Mengajak anak bermain lempar, tangkap, tendang dan kejar bola • Mengajak anak menari sambil mendengarkan musik • Mengajak anak menaiki tangga dengan kaki bergantian • Melatih anak untuk meremas dan merobek kertas • Memberi contoh meronce manik-manik • Mengajak anak belajar menggunting dan melipat kertas • Bermain memindahkan air, pasir, biji-bijian ke dalam wadah seperti toples/baskom • Melatih anak mengenal warna, bermain kartu, boneka, masak-masakan • Melatih anak menggambar garis dan lingkaran • Melatih anak menggunakan kata sifat • Melatih anak menyebut nama teman, menghitung benda • Tidak menyebutkan hal-hal negatif tentang diri anak dan selalu memikirkan hal-hal positif yang di- miliki anak. • Membantu anak mengutarakan perasaannya dan menjelaskan emosi yang sedang dirasakan • Mengenalkan perbedaan laki-laki dan perempuan • Melatih anak mengenakan pakaian, menyikat gigi dan toilet training • Mengajak anak mencuci tangan dan kaki USIA 3 – 4 TAHUN 1. Kebutuhan Kesehatan dan Gizi • Memberikan gizi seimbang pada anak usia 3 – 4 tahun • Imunisasi harus diberikan kepada anak sesuai dengan umur • Membiasakan anak mandi dua kali sehari dan menggosok gigi • Kebersihan juga mencakup kebersihan lingkungan, misalnya menguras bak air setidaknya satu kali seminggu • Kebersihan makanan juga perlu diperhatikan • Kebutuhan tidur anak harus sesuai dengan usia, anak usia 3 – 4 tahun perlu tidur ± 14 jam per hari • Dunia anak adalah dunia bermain. Bagi anak, bermain adalah hal penting sebab selain menye- nangkan, bermain merupakan wahana belajar yang paling mudah dan efektif. Sambil bermain, berbagai aspek perkembangan dan potensi dalam diri anak dapat berkembang optimal. Bermain dapat membantu merangsang pertumbuhan anak, menambah nafsu makan, dan merangsang pertumbuhan otot dan tulang. • Bawa anak ke posyandu / fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur untuk mengukur berat badan anak, tinggi badan, lingkar kepala, pemberian imunisasi dan pemeliharaan serta perawatan gigi. 2. Kebutuhan Kasih Sayang • Setiap anak perlu mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari keluarga serta rasa aman dan nyaman. Kasih sayang tidak hanya berupa materi saja, tetapi belaian, suara lembut dan perhatian yang diberikan orangtua kepada anak. 3. Kebutuhan Stimulasi • Mengajak anak berlari dan meloncat sambil melompati benda • Mengajak anak berdiri dengan satu kaki bergantian • Mengajak anak bermain lembar dan tangkap bola • Mengajak anak meronce dan menggunting • Mengajak anak memasukkan air, pasir atau biji-bijian ke dalam wadah seperti botol atau mangkok • Ajak anak mencari benda dan mengelompokkannya berdasarkan warna yang sama • Bacakan cerita untuk anak dan beri anak pertanyaan: apa, mengapa dan bagaimana • Memberikan kesempatan pada anak untuk bermain dengan teman sebayanya • Membiasakan anak untuk berbagi • Membiasakan anak untuk menunggu giliran • Membiasakan anak meletakkan piring atau gelas yang habis ia pakai ke tempatnya • Membiasakan anak untuk mencuci tangan dan kaki sendiri • Melatih anak memakai sandal dan sepatu sendiri • Memperkenalkan kalimat yang berbentuk sebab akibat kepada anak misalnya : jika kamu merebut mainan kamu tidak punya teman • Meminta anak membawakan barang kepada orangtua • Mengenalkan anak dengan berbagai ukuran • Mengajak anak untuk mengucapkan kalimat yang terdiri dari tiga kata
  • 28. 21 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana USIA 4 – 5 TAHUN 1. Kebutuhan Kesehatan dan Gizi • Berikan gizi seimbang pada anak usia 4 – 5 tahun • Imunisasi harus diberikan kepada anak sesuai dengan umur. Jangan lupa mengunjungi posyandu atau puskesmas untuk imunisasi anak • Biasakan anak untuk mandi dua kali sehari dan menggosok gigi. Jika anak belum mampu, orangtua dapat membantu. • Kebutuhan tidur anak harus tercukupi. Untuk anak usia 4 -5 tahun perlu tidur ± 13,7 jam per hari. • Bagi anak, bermain sangat penting sebab selain menyenangkan juga sebagai wahana belajar yang paling mudah dan efektif. Sambil bermain, berbagai aspek perkembangan dan potensi da- lam diri anak dapat berkembang secara optimal. • Membawa anak ke posyandu atau tempat pelayanan kesehatan untuk mengukur berat badan anak, mengukur penambahan tinggi badan, mengukur lingkar kepala, pemberian imunisasi dan pemeliharaan serta perawatan gigi anak 2. Kebutuhan Kasih Sayang • Setiap anak perlu mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari keluarga serta rasa aman dan nyaman. Kasih sayang tidak hanya berupa materi saja, tetapi belaian, suara lembut, dan perhatian yang diberikan orangtua kepada anak. 3. Kebutuhan Stimulasi • Bermain bersama anak sehingga anak mengembangkan keterampilan fisiknya seperti naik dan turun tangga sambil diawasi, bermain bola, bermain tali. • Melatih anak untuk berpakaian dan makan sendiri • Mengajari anak menjepit dan melipat kertas • Mengajak anak menggambar dan mewarnai • Mengajak anak bermain dengan balok • Bermain bersama anak sambil memperkenalkan berbagai bentuk, arah, dan warna serta berbagai fungsi benda ing-masing keluarga memiliki ketahanan keluarga yang tinggi dan ketahanan kelu- arga hanya dapat tercipta apabila masing-masing keluarga dapat melaksanakan fungsi-fungsi keluarga secara serasi, selaras dan seimbang. Fungsi keluarga yang di- maksud ada delapan yaitu fungsi agama, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi reproduksi, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi lingkungan yang selanjutnya disebut 8 fungsi keluarga. Untuk fungsi keluarga dibahas secara mendalam dalam modul selanjutnya. G. Rangkuman Membangun keluarga merupakan awal lahirnya generasi mendatang. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan membentuk watak moral serta melatih kebersamaan sebagai bekal kehidupan ber- masyarakat. Setiap orang yang ingin hidup berkeluarga perlu memahami apa saja tahapan perencanaan kehidupan berkeluarga mulai dari: 1. Merencanakan usia pernikahan, perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun. 2. Membina hubungan antar pasangan, dengan keluarga lain, dan kelompok sosial. 3. Merencanakan kelahiran anak pertama, persiapan menjadi orangtua. 4. Mengatur jarak kelahiran, dengan menggunakan alat kontrasepsi. 5. Berhenti melahirkan di usia 35 tahun, agar dapat merawat balita secara optimal serta menghindari risiko pada ibu akibat melahirkan/persalinan. 6. Merawat dan mengasuh anak usia balita dengan memenuhi kebutuhan men- dasar anak (kebutuhan fisik, kasih sayang, dan stimulasi).
  • 29. 22 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Q A H. Evaluasi Jawablah pertanyaan berikut dengan benar! 1. Jelaskan tahapan perencanaan kehidupan berkeluarga! 2. Jelaskan bagaimanacara mengatur jarak kelahiran menggunakan alat kon- trasepsi! 3. Jelaskan bagaimana cara merawat dan mengasuh anak usia balita! I. Kunci Jawaban 1. Tahapan perencanaan kehidupanberkeluarga mulai dari: a. Merencanakan usia pernikahan, perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun. b. Membina hubungan antar pasangan, dengan keluarga lain, dan kelompok so- sial. c. Merencanakan kelahiran anak pertama, persiapan menjadi orangtua. d. Mengatur jarak kelahiran, dengan menggunakan alat kontrasepsi. e. Berhenti melahirkan di usia 35 tahun, agar dapat merawat balita secara opti- mal serta menghindari risiko pada ibu akibat melahirkan/persalinan. f. Merawat dan mengasuh anak usia balita dengan memenuhi kebutuhan men- dasar anak (kebutuhan fisik, kasih sayang, dan stimulasi). 2. Cara yang dilakukan untuk mengatur jarak kelahiran agar ideal yaitu 3-5 ta- hun adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehami- lan. Dalam mengatur jarak kehamilan, pasangan suami istri dapat mengguna- kan kontrasepsi sesuai dengan fase-fase berikut ini: a. Fase Menunda Kehamilan • Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 21 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya sampai usia minimal 21 tahun. • Untuk menunda kehamilan pada masa ini ciri kontrasepsi yang diperlukan ada- lah kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas dan efektifitas tinggi. • Kontrasepsi yang dianjurkan antara lain kondom, suntik, pil dan implan. b. Fase Menjarangkan Kehamilan • Pada fase ini usia isteri antara 21-35 tahun, merupakan periode yang paling baik untuk hamil dan melahirkan karena mempunyai resiko paling rendah bagi ibu dan anak. • Jarak ideal untuk menjarangkan kehamilan adalah 5 tahun, sehingga tidak terdapat 2 balita dalam 1 periode. • Ciri kontrasepsi yang dianjurkan pada masa ini adalah alat kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas dan efektifitas cukup tinggi, dan tidak menghambat air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang dianjurkan adalah suntik, implan dan IUD.
  • 30. 23 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana c. Fase Mengakhiri Kehamilan • Fase mengakhiri kehamilan berada pada usia PUS diatas 35 tahun, sebab se- cara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak mengala- mi risiko medik. • Ciri kontrasepsi yang dianjurkan untuk masa ini adalah kontrasepsi yang mem- punyai efektifitas sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka panjang, dan tidak menambah kelainan yang sudah ada (pada usia tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat oleh ka- rena itu sebaiknya tidak diberikan kontrasepsi yang menambah kelainan terse- but). • Kontrasepsi yang dianjurkan adalah Metode Operasi Wanita (MOW) dan IUD. 3. Pada dasarnya mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Agar balita tumbuh dan berkembang dengan baik, yang harus dilakukan orangtua antara lain: a. Memenuhi kebutuhan anak dalah hal makanan yang bergizi b. Menjaga kesehatan anak c. Berinteraksi dengan anak lewat berbagai kegiatan yang sesuai usia anak.
  • 31. 24 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari Bab III ini, peserta diharapkan dapat men- jelaskan harapan positif terhadap masa depan anak BAB III HARAPAN POSITIF TERHADAP MASA DEPAN ANAK
  • 32. 25 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Salah satu tujuan perkawinan adalah melanjutkan dan memelihara keturunan. Dengan perkawinan, kelak suami-istri akan berperan menjadi ayah-ibu. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan membentuk watak dan moral anak-anak mereka. Ayah dan ibu perlu menentukan keluarga impian, pilihan, dan harapannya serta perlu memiliki perencanaan untuk menjadi orangtua yang hebat. Diperlukan perencanaan yang matang, doa serta harapan positif untuk masa depan anak. A. Harapan orang tua agar membentuk anak yang berkualitas Sebuah keluarga bagaikan sebuah kapal.Penghuninya memiliki peran mas- ing-masing.Adapun peran-peran tersebut saling melengkapi satu dengan yang lain- nya. Kapal yang berlayar memerlukan nahkoda. Dalam keluarga nahkoda diper- ankan oleh orangtua (ayah dan ibu). Ditangan orangtua, anak diarahkan menuju tujuan masa depan. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ter- didik sangat berpeluang besar tumbuh menjadi pribadi yang baik. Sebaliknya anak yang tumbuh dari lingkungan yang kurang terdidik maka kemungkinan besar memi- liki kepribadian karakter yang kurang baik. Pembentukan karakter bermula dari keluarga karena keluarga merupakan se- kolah pertama bagi anak. Di rumah ini anak dilatih agar mampu menjadi individu yang berkarakter dan disiapkan agar mampu hidup dalam masyarakat secara baik dan wajar. Tentu saja dalam hal ini keluarga atau orang tua sangat berperan dalam pembentukan kepribadian karakter anaknya. Penguatan peran keluarga dalam pendidikan anak mutlak dibutuhkan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperkuat peran keluarga antara lain menciptakan suasana keluarga yang penuh kasih, demokratis, dan penuh ketela- danan. Suasana keluarga yang nyaman, aman, dan penuh kasih serta keteladan dari orang tua merupakan kunci utama pembentukan kepribadian dan karakter anak. Semua orangtua memiliki harapan terhadap masa depan anak. Harapan-hara- pan yang dimilikiorangtua rata-rata sama yaitu menginginkan anaknya berkualitas, anak yang berguna, dan sukses dalam pekerjaan sert masa depannya. Orang tua harus memperhatikan pertumbuhan, perkembangan dan karakter anak secara teliti sejak anak berusia 0 bulan.Orang tua perlu melakukan pembi- asaan dalam membentuk karakter anak demi menghasilkan anak yang berkualitas. Pendidikan yang perlu kita tekankan kepada anak sejak awal antara lain:
  • 33. 26 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga 1. Pendidikan keagamaan Ini adalah hal yang utama perlu ditekankan pada seorang anak; seorang anak perlu tahu siapa Tuhannya, cara beribadah, dan bagaimana memohon berkat dan mengucap syukur. Tunjukkan buku, gambar, dan cerita-cerita yang bisa mengin- spirasi si anak yang berhubungan dengan keagamaan tersebut.Jika memungkin- kan, ajak anak anda untuk ikut ke tempat ibadah bersama. Semakin dini kita menanamkan hal ini pada seorang anak, akan semakin kuat ahlak dan keyakinan akan Tuhan di dalam diri anak kita. Sangat penting ini ditanamkan kepada anak dari awal karena jika pondasi keimanan seorang anak sudah kuat, maka ketika menjalani kehidupan di masa depan akan semakin mantap, tidak goyah oleh bujukan, rayuan negatif yang datang padan- ya, sebaliknya akan meneguhkan langkah dan ci- ta-citanya untuk selalu berbuat kebaikan. 2. Kualitas input yang diterima Seorang anak pada usia dibawah 10 tahun belum mempunyai fondasi yang kuat dalam prinsip hidup, cara berpikir, dan tingkah laku. Artinya, semua hal yang dilihat, didengar, dan dirasakan olehnya selama masa pertumbuhan tersebut akan diserap semuanya oleh pikiran dan dijadikan sebagai dasar atau prinsip dalam hidupnya. Adalah tugas orang tua untuk memilah dan menentukan, input-input mana saja yang perlu dimasukkan,dan mana yang perlu dihindarkan. Menonton televisi misaln- ya, tidaksemua acara itu bagus.Demikian juga dengan membaca majalah, menon- ton film, mendengarkan radio, dan sebagainya. 3. Anak adalah peniru yang baik Ada istilah “child see, child do” artinya anak biasanya akan bertindak berdasar- kan apa yang telah dilihatnya. Demikian pula seorang anak. Anak perlu figur seo- rang tokoh yang dikagumi, yang akan ditiru di dalam tindakan sehari-harinya. Pilihan utamanya biasanya akan jatuh pada orang tua. Seorang anak akan lebih percaya pada apa yang dilihat daripada apa yang dikatakan orang tua. Jadi saat orang tua mengatakan satu nasehat, misalnya jangan tidur malam-malam, tapi orang tu- anya sendiri selalu bekerja sampai larut malam, jelas ini bukan cara mendidik yang baik. Ajarkan sesuatu melalui contoh, dengan tindakan kita sendiri, akan membuat anak meniru dan mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan dan karakter di dalam pertumbuhannya. 4. No Pain No Gain Apa yang akan anda lakukan sebagai orang tua apabila anak anda merengek- rengek, bahkan menangis minta dibelikan sebuah mainan? Ada dua jenis jawaban yang biasanya saya lihat. Jenis orang tua yang pertama biasanya akan langsung
  • 34. 27 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana membelikan mainan tersebut agar si anak bisa langsung diam dari tangisannya, dan tidak merepotkan orang tuanya. Dalam jangka panjang, sikap seperti ini akan membuat anak mempunyai karakter yang lemah, kurang tangguh, karena sudah dibiasakan diberi apa yang diinginkannya. Jenis orang tua yang kedua, biasanya akan menolak permintaan si anak dengan tegas, mungkin sambil memarahi atau mencuekkan begitu saja. Dalam jangka panjang, si anak akan mempunyai sifat yang acuh, kurang peduli dengan dirinya sendiri, kalau ditanya apa cita-cita atau keinginannya biasanya akan dijawab tidak tahu. Nah, anda sebagai orang tua bisa mencoba menambahkan alternatif pilihan ketiga, yaitu gabungan dari keduanya. Saya mengistilahkan gabungan ini dengan No Pain No Gain. Jadi saat seorang anak meminta sesuatu misalnya, kita bisa memberikannya dengan syarat tertentu. Con- toh,seorang anak minta mainan pada kita sebagai orang tuanya, maka kita bisa mensyaratkan ha-hal tertentu sebagai `kerja keras’ yang harus dilakukan. Misalnya, si anak harus membantu si ayah mencuci mobil selama sebulan, atau membantu ibu membuang sampah setiap hari, baru kemudian si anak mendapatkan mainan tersebut.System No Pain No Gain ini dalam jangka panjang akan membentuk karak- ter yang kuat dan tangguh dari si anak, karena mereka sejak kecil sudah dibiasakan harus bekerja dulu baru mendapatkan hasil. 5. Tiga perilaku dasar dalam berkomunikasi Sejak kecil, seorang anak perlu dididik tiga perilaku dasar dalam komunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Yang pertama adalah harus belajar mengucap- kan “terima kasih” kepada siapa saja yang sudah memberikan sesuatu kepadanya, yang kedua adalah harus belajar mengucapkan kata “tolong” apabila ingin mem- inta bantuan kepada orang di sekitarnya, dan yang ketiga adalah belajar mengu- capkan kata “maaf” apabila memang bersalah. Kelihatannya memang sederhana, tapi coba lihat, berapa banyak orang yang merasa dirinya sudah dewasa yang terbiasa mengucapkan kata-kata tersebut? Kalau anak kita sudah terbiasa men- gucapkannya sejak kecil, perilakunya akan lebih menghargai orang lain. Karakter, kepribadian, dan kualitas seorang anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan in- put yang diterimanya dari orang tua. Bila orang tua kurang memberikan bimbingan ini secara maksimal, maka peran ini akan diambil alih oleh lingkungan, yang mana bisa memberikan berbagai macam input yang lebih banyak negatifnya daripada positifnya. Lalu bagaimana membentuk karakter anak sejak dini? Untuk pembentukan kar- akter anak sejak dini dibahas lebih mendalam dalam modul yang lain.
  • 35. 28 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga B. Praktik Pengasuhan untuk Mencapai Harapan Positif Orangtua terhadap Masa Depan Anak 1. Konsep Pengasuhan Pengasuhan adalah proses mendidik mengajarkan karakter, kontrol diri dan mem- bentuk tingkah laku yang diinginkan. Pengasuhan atau pola asuh adalah pola per- ilaku yang diterapkan orangtua pada anak dan bersifat terus menerus (konsisten) dari waktu ke waktu. Pengasuhan penuh kasih sayang merupakan hak setiap anak yang harus dipenu- hi oleh orangtua. Pengasuhan yang baik menghasilkan anak dengan kepribadian baik, yaitu menjadi: • orang dewasa yang cerdas, • memiliki kemampuan berbicara dengan baik, • percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, • tangguh dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk, serta • mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya kelak. Pengasuhan berkualitas mencakup: • perawatan kesehatan, gizi, • pemenuhan kasih sayang, • stimulasi. Ketiganya sangat diperlukan agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal. 2. Tujuan Pengasuhan Untuk meningkatkan keikutsertaan orangtua dalam pengasuhan, ayah dan ibu harus menetapkan tujuan yang jelas dalam mengasuh anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Ayah dan ibu perlu mendiskusikan dan menyepakati tujuan pengasuhan sesuai dengan kondisi anak dan harapan ayah dan ibu. Orangtua adalah pengasuh pertama dan utama bagi anak. Pada kondisi terten- tu, orang lain dapat mengganti peran orangtua sebagai pengasuh anak untuk se- mentara (kakek, nenek, paman, bibi, pembantu rumah tangga, dll) yang bertugas menjaga anak. Tujuan pengasuhan adalah merawat, mengasuh dan mendidik anak agar dapat menjalankan peran sebagai: Hamba Tuhan yang taqwa, berakhlak mulia, ibadah sempurna, pendidik dalam keluarga, pengayom keluarga dan Orang yang berman- faat bagi lingkungan keluarga dan masyarakat. 3. Tipe Pola Asuh Pola asuh juga merupakan sikap orangtua dalam ber-interaksi dengan anaknya yang meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman.
  • 36. 29 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Beberapa jenis pola asuh yang digunakan oleh orangtua dalam mendidik anak- nya, antara lain: a. Pola Asuh Otoriter Orangtua yang otoriter memaksa anak untuk mengikuti apa yang orangtua ing- inkan. Orangtua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak tanpa mau tahu perasaan anak. b. Pola Asuh Demokratis Orangtua menghargai kepentingan dan kebutuhan anak, tetapi juga menekan- kan pada kemampuan untuk mengikuti aturan sosial yang berlaku dengan bersikap tegas dan penuh kasih sayang dalam menetapkan aturan. c. Pola Asuh Permisif Orangtua tidak menetapkan batas-batas tingkah laku dan membiarkan anak mengerjakan sesuatu menurut keinginannya. Orangtua sangat hangat pada anak, tidak menuntut apapun dari anak dan tidak memiliki kontrol sama sekali terhadap anak. d. Pola Asuh Pembiaran Orangtua mengabaikan keberadaan anak dan menunjukan ketidak pedulian terhadap anak, tidak mengambil tanggung jawab pengasuhan dan tidak mene- tapkan aturan-aturan. Keempat pola asuh tersebut digunakan sesuai dengan kondisi/keadaan. Pener- apan pola asuh juga perlu memperhatikan keunikan anak. Anak memiliki kekhasan sifat-sifat yang berbeda dari satu anak ke anak yang lain. Oleh karena itu pada kasus tertentu, orangtua dapat menerapkan beberapa pola asuh secara bergan- tian untuk menghadapi anak 4. Pengasuhan untuk Mencapai Harapan Positif Orangtua terhadap Masa Depan Anak Orangtua yang baik adalah orangtua yang bisa menjadi teladan, memberikan contoh yang baik, bukan hanya memberikan perintah dan nasehat saja. Tanpa sadar orangtua melakukan praktik pengasuhan yang memberikan dampak buruk pada anaknya. Dampak tersebut dirasakan anak-anak tidak hanya ketika mereka masih kecil tetapi bisa terbawa hingga dewasa. Dengan menghindari praktik pengasuhan yang buruk dan meningkatkan praktik pengasuhan yang baik,akan memberikan dampak yang baik bagi anak. Dalam pengasuhan, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk dapat men- erapkan pengasuhan yang baik, yaitu; a. Sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. b. Ayah dan ibu harus seiya sekata dan konsisten. c. Memberikan teladan/contoh positif.
  • 37. 30 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga d. Menerapkan komunikasi/cara bicara yang baik dan memberikan pujian. e. Orangtua juga diharapkan mampu berpikir ke depan bukan hanya pada apa yang terjadi saat ini. f. Melibatkan anak dalam berbagai aktifitas sesuai usia dan kematangan anak. g. Bersikap sabar, memberikan penjelasan bila anak bertanya. h. Berpikir realistis i. Selalu menjaga kebersamaan dalam keluarga. Ketika menghadapi masalah, orangtua sebaiknya berkomunikasi dengan anak, orangtua harus menampilkan sikap yang baik seperti: • Bahasa tubuh yang sesuai. • Memperhatikan sepenuhnya dengan meninggalkan pekerjaan yang sedang dilakukan. • Melakukan kontak mata. • Mendengarkan perasaan anak dan memperhatikan bahasa tubuh anak. • Orangtua bisa mencari kata yang menggambarkan perasaan anak, tidak langsung menghakimi anak, tapi membantu anak memahami perasaannya sendiri. Sebagai orangtua kita harus memiliki konsep diri yang positif sehinga dapat me- nerapkan pengasuhan yang baik, penuh kasih sayang dan berkualitas. Konsep diri ini penting agar kita memiliki kepercayaan diri untuk bisa menerapkan pengasuhan yang baik. Yang dimaksudkan konsep diri adalah gambaran diri seseorang tentang dirinya sendiri. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga orangtua perlu mengenal dirinya lebih baik dan merasa baik akan dirinya. Orangtua perlu mengenal dirinya lebih baik dari orang lain, memahami kelebi- han, keunikan dan kekurangan yang dimiilikinya. Contoh kelebihan; saya cantik, saya pandai memasak, saya pandai menyanyi, saya menyayangi anak saya, saya bisa belajar menjadi lebih sabar. Mengingat hal baik, sifat positif yang ada dalam diri kita akan membuat kita mera- sa lebih baik, ketika kita memiliki pikiran dan perasaan yang positif tentang diri kita, maka hal itu juga akan membuat kita menjadi orangtua yang lebih positif dalam mengasuh anak. Karena itu, pertahankan hal baik, sifat positif yang ada pada diri kita masing-masing dan tinggalkan hal tidak baik yang ada dalam diri kita. Anak- anak membutuhkan orangtua yang merasa yakin akan dirinya sendiri dan dapat
  • 38. 31 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana menjadi teladan positif bagi anak. Untuk pengasuhan anak usia dini dan konsep diri orangtua, dibahas lebih menda- lam dalam modul yang lain. C. Rangkuman Semua orangtua memilikiharapanterhadapmasa depan anak. Harapan-hara- panyang dimilikiorangtua rata-rata sama yaitu menginginkan anaknya berkualitas, anak yang berguna, dan sukses dalam pekerjaan serta masa depannya. Sebagai orang tua karakter anak perlu diperhatikan secara teliti sejak anak beru- sia 0 bulan, orang tua perlu melakukan pembiasaan dalam membentuk karakter dan karakter anak demi menghasilkan hasil yang berkualitas, dengan memperhati- kan hal-hal berikut: 1. Pendidikan agama Ini adalah hal yang utama perlu ditekankan pada seorang anak ; seorang anak perlu tahu siapa Tuhannya, cara beribadah, dan bagaimana memohon berkat dan mengucap syukur. 2. Kualitas input yang diterima Seorang anak pada usia dibawah 10 tahun belum mempunyai fondasi yang kuat dalam prinsip hidup, cara berpikir, dan tingkah laku. Artinya, semua hal yang dili- hat, didengar, dan dirasakan olehnya selama masa pertumbuhan tersebut akan diserap semuanya oleh pikiran dan dijadikan sebagai dasar atau prinsip dalam hidupnya. 3. Anak adalah peniru yang baik Anak perlu figur seorang tokoh yang dikagumi, yang akan ditiru di dalam tindakan sehari-harinya. Pilihan utamanya biasanya akan jatuh pada orang tua. 4. System no pain no gain System No Pain No Gain ini dalam jangka panjang akan membentuk karakter yang kuat dan tangguh dari si anak, karena mereka sejak kecil sudah dibiasakan harus bekerja dulu baru mendapatkan hasil. 5. Tiga perilaku dasar dalam berkomunikasi Sejak kecil, seorang anak perlu dididik tiga perilaku dasar dalam komunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Yang pertama adalah harus belajar mengu- capkan “terima kasih” kepada siapa saja yang sudah memberikan sesuatu ke- padanya, yang kedua adalah harus belajar mengucapkan kata “tolong” apabila ingin meminta bantuan kepada orang di sekitarnya, dan yang ketiga adalah be- lajar mengucapkan kata “maaf” apabila memang bersalah. Praktik pengasuhan yang buruk memberikan dampak yang akan dirasakan anak- anak tidak hanya ketika mereka masih kecil tetapi bisa terbawa hingga dewasa. Dengan menghindari praktik pengasuhan yang buruk dan meningkatkan praktik pengasuhan yang baik, akan memberikan dampak yang baik bagi anak.
  • 39. 32 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga A Q Hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menerapkan pengasuhan yang baik, yaitu; a) sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, b) ayah dan ibu har- us seiya sekata dan konsisten, c) memberikan teladan/contoh positif, d) menerap- kan komunikasi/cara bicara yang baik dan memberikan pujian, e) orangtua juga diharapkan mampu berpikir ke depan bukan hanya pada apa yang terjadi saat ini, f) melibatkan anak dalam berbagai aktifitas sesuai usia dan kematangan anak, g) bersikap sabar, memberikan penjelasan bila anak bertanya, h) berpikir realistis, i) selalu menjaga kebersamaan dalam keluarga. Sebagai orangtua kita harus memiliki konsep diri yang positif sehinga dapat me- nerapkan pengasuhan yang baik, penuh kasih sayang dan berkualitas. Konsep diri ini penting agar kita memiliki kepercayaan diri untuk bisa menerapkan pengasuhan yang baik. D. Evaluasi Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat! 1. Jelaskan apa saja harapan-harapan orangtua agar membentuk anak yang berkualitas? 2. Bagaimana mendidik anak agar berkualitas dari segi agamanya? 3. Contohkan dalam memberi input yang bagus bagi pendengaran anak anak kita! 4. Jelaskan bagaimana praktik pengasuhan yang baik! 5. Contohkan penerapan sikap disiplin terhadap anak kita! E. Kunci Jawaban 1. Lakukan pembiasaan kepada anak untuk mempelajari ajaran agamanya, den- gan terus melakukan pembimbingan terhadap kualitas ibadah anak-anak kita. Orang tua mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan agama anak-anak- nya, anak adalah amanah, menyia-nyiakan amanah adalah berdosa. Oleh kare- na itu kita harus selalu memperhatikan pendidikan agama anak-anak kita. Orang tua dapat secara langsung mendidiknya dengan duduk bersama, apabila orang tua tidak cukup mampu dalam pengetahuan agamanya, maka berkonsultasi dengan orang yang ahli dibidang agama. Prosesnya terus secara bersama-sama mendalami ajaran agama. 2. Semua orangtua memiliki harapan terhadap masa depan anak. Harapan-hara- pan yang dimilikiorangtua rata-rata sama yaitu menginginkan anaknya berkuali- tas, anak yang berguna, dan sukses dalam pekerjaan serta masa depannya. 3. Memberikan input positif di antaranya dengan mendengarkan pembicaraan yang baik dan benar, mendengarkan lantunan ayat suci, memuji dan memberi
  • 40. 33 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana motivasi. 4. Hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menerapkan pengasuhan yang baik, yaitu; a) sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, b) ayah dan ibu ha- rus seiya sekata dan konsisten, c) memberikan teladan/contoh positif, d) mener- apkan komunikasi/cara bicara yang baik dan memberikan pujian, e) orangtua juga diharapkan mampu berpikir ke depan bukan hanya pada apa yang terjadi saat ini, f) melibatkan anak dalam berbagai aktifitas sesuai usia dan kematangan anak, g) bersikap sabar, memberikan penjelasan bila anak bertanya, h) berpikir realistis, i) selalu menjaga kebersamaan dalam keluarga. 5. Disiplin dalam menjalankan ibadah, dispilin dalam mengatur waktu belajar dan bermain, disiplin ketika berjalan di jalan umum, disiplin dalam menggunakan alat belajarnya, tidak merusak dan menghilangkan alat belajarnya secara semba- rangan.
  • 41. 34 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari Bab IV ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan cara menggunakan metode KB yang rasional, efektif dan efisien BAB IV CARA MENGGUNAKAN METODE KB YANG RASIONAL, EFEKTIF DAN EFISIEN
  • 42. 35 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana A. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi Hampir semua PUS (Pasangan Usia Subur) dapat melakukan perencanaan kel- uarga dengan cara menunda kehamilan, menjarangkan jarak kehamilan, sampai menghentikan kesuburan yang pada dasarnya bertujuan mengatur jarak dan jum- lah anak yang kelak akan dimiliki. Oleh sebab itu, penggunaan alat kontrasepsi dan pemilihan metode kontrasepsi yang tepat sangat dibutuhkan bagi PUS agar menca- pai tujuan membentuk suatu keluarga yang sejahtera. Saat ini berbagai alat kontrasepsi telah mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Berdasarkan Data SDKI 2017 maka penggunaan jenis kontrasepsi dikelompokkan menjadi dua cara sebagai berikut: Gambar 2.Skema Jenis Kontrasepsi 1. Cara Tradisional a. Sanggama Terputus b. Pantang Berkala atau Sistem Kalender c. Metode Ovulasi Billing (MOB) d. Metode Suhu Basal (MSB) 2. Cara Modern a. Non Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD b. Hormonal meliputi: Pil, Suntikan, Implan, c. Sterilisasi meliputi: MOW dan MOP Beberapa pilihan jenis dan alat kontrasepsi merupakan hak bagi setiap klien yang datang untuk ber-KB disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien. Uraian setiap jenis kontrasepsi akan dijelaskan sebagai berikut: METODE KONTRASEPSI CARA MODERN CARA TRADISIONAL Non-Hormonal Hormonal Sterilisasi
  • 43. 36 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga 1. Cara Tradisional a. Sanggama Terputus Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak akan masuk ke dalam vagina yang akan berakibat tidak adanya pertemuan antara sperma dan ovum dan kehamilan pun dapat dicegah. b. Pantang Berkala atau Sistem Kalender Metode kontrasepsi dengan sistem kalender atau pantang berkala adalah cara/ metode kontrasepsitradisional yang dilakukan oleh PUS dengan tidak melakukan sanggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi. c. Metode Ovulasi Billings (MOB) Masa subur dapat dikenali dengan memantau lendir serviks yang keluar dari va- gina, periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan memperhatikan perubahan kering atau basah. d. Metode Suhu Basal (MSB) • Peningkatan suhu tubuh disebut sebagai peningkatan termal, hal ini merupa- kan dasar dari Metode Suhu Tubuh Basal (MSB). Siklus ovulasi dapat dikenali dari catatan suhu tubuh. • Dengan menggunakan catatan suhu tubuh selama siklus haid (kira-kira pada waktu yang sama) pada lembar catatan yang khusus disediakan, klien dapat mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu normal sampai suhu terendah (suhu tubuh harian yang dicatat dengan pola khusus selama 10 hari pertama dari siklus haid dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal aki- bat demam atau gangguan lainnya. • Bila PUS tidak menghendaki anak, mereka harus pantang melakukan sangga- ma mulai awal siklus haid sampai hari ketiga dan tiga hari berturut-turut den- gan suhu di atas garis suhu 2. Cara Modern Jenis kontrasepsi dengan cara modern dapat dibagi menjadi: a. Kontrasepsi Non-Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD b. Kontrasepsi Hormonal meliputi: Pil Kombinasi, Suntikan Kombinasi, dan Implan c. Metode Sterilisasi meliputi: MOW (Metode Operasi Wanita) dan MOP (Metode Operasi Pria) a. Kontrasepsi Non-Hormonal 1) Metode Amenore Laktasi (MAL) a) Cara Kerja Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pem- berian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan, artinya periode ketika bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lainnya. Proses ini akan menghambat pelepasan hormon kesuburan yang mengakibatkan tidak akan
  • 44. 37 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Bagi Bayi Bagi Ibu Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibo- di perlindungan lewat ASI) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi optimal Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau susu formula, atau dari bahan peralatan minum yang digunakan Mengurangi pendarahan pas- capersalinan Mengurangi risiko anemia Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi terjadinya kehamilan. MAL mampu dijadikan metode kontrasepsi bila Ibu menyusui secara penuh, Ibu dalam keadaan belum haid (masa nifas), usia bayi kurang dari 6 bulan, MAL harus dilanjutkan menggunakan jenis kontrasepsi lainnya setelah ber- jalan lebih dari enam bulan. b) Petunjuk Penggunaan • Ibu harus menyusui secara penuh • Pendarahan selama 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan selama tidak mengindikasikan Ibu dalam keadaan haidk arena ketika Ibu sudah mendapat haid pertanda bahwa kembalinya kesuburan • Bayi menyusu dengan cara menghisap langsung bukan dari botol • Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir • Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) diberikan pada bayi • Pola menyusui dilakukan setiap saat bayi membutuhkan dan menyusui dari kedua payudara secara bergantian • Waktu menyusui dilakukan sesering mungkin dalam kurun waktu selama 24 jam termasuk malam hari • Menghindari jarak menyusui lebih dari 4 jam c) Keuntungan dan Keterbatasan Keuntungan: Tabel 1. Keuntungan dan Keterbatasan MAL bagi Ibu dan Bayi Keterbatasan: • Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan • Dalam kondisi tertentu metode ini sulit dilaksanakan karena kondisi sosial atau psikologis Ibu dan bayi • Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan periode 6 bulan • Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis B, HIV dan AIDS.
  • 45. 38 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Perencanaan Kehidupan Berkeluarga 2) Kondom a) Cara Kerja • Kondom mampu mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur pada saat sanggama. Saat ini terdapat dua jenis, yaitu kondom laki-laki dan kondom per- empuan (berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau ke- maluan wanita). • Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Selain sebagai pencegah ke- hamilan, kondom juga dapat mencegah penyakit menular seksual. b) Petunjuk Penggunaan Penggunaan Kondom Laki-Laki: • Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan • Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan • Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke dalam kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar • Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis, sambil mene- kan ujung kondom. Pastikan posisi kondom tidak berubah selama coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali gulungan ke pangkal penis. • Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis dan kondom dari pasangan Anda. • Buang dan bungkus kondom bekas pakai ketempat sampah. c) Keuntungan dan Keterbatasan Keuntungan: • Sebagai alat kontrasepsi yang secara efektif mencegah dengan angka kega- galan kondom yaitu terjadinya 3-14 kehamilan per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama. • Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dapat mencegah penu- laran IMS, HIV, dan AIDS. • Aman sebagai alat kontrasepsi khususnya bagi Ibu yang sedang menyusui. • Keterbatasan: • Kegagalan tinggi bila tidak digunakan dan dipasang dengan benar sesuai pe- tunjuk penggunaan kondom. • Kondom dapat berdampak menimbulkan alergi lateks pada kulit klien yang sensitif. • Menimbulkan ketidaknyamanan dalam hubungan seksual karena mengurangi sentuhan langsung antara penis dengan vagina. • Harus siap tersedia setiap kali berhubungan seksual sehingga diharapkan menyediakan stok kondom di rumah.
  • 46. 39 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana • Beberapa klien enggan untuk membeli kondom di tempat umum karena masih ada pandangan negatif di masyarakat tentang pengguna kondom. • Pembuangan kondom bekas telah menimbulkan masalah dalam hal limbah yang mencemari lingkungan 3) Diafragma a) Cara Kerja Diafragma dirancang aman dan disesuaikan vagina untuk menutupi serviks. Diafragma merupakan kap ber- bentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dapat dibengkokkan. Diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai berikut: • Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servika- lis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi). • Sebagai alat untuk menempatkan spermisida. • Spermisida bekerja dengan cara menyemprotkan bahan aerosol, krim, atau tablet pada vagina untuk me- nonaktifkan atau membunuh sperma. Gambar 3. Diafragma dan Spermisida b) Petunjuk Penggunaan • Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spemisida pada kap diafragma secara merata • Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian de- pan pinggiran ke atas di balik tulangpubis. Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks. Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah ter- lindungi. • Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah berakhir hubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina. Jangan meninggal- kan diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam. c) Keuntungan dan Keterbatasan Keuntungan: • Efektif mencegah kehamilan dengan taraf sedang yang menunjukkan angka kegagalan terjadi pada 6-40 kehamilan per 100 perempuan pada satu tahun penggunaan pertama. • Dapat digunakan selama menyusui karena tidak berisiko pada gangguan kes- ehatan. • Melindungi klien dari IMS, HIV dan AIDS khususnya apabila digunakan dengan spermisida.