1. MODUL – 4
KONSEP DAN UKURAN MIGRASI
DIKLAT TEKNIS DASAR-DASAR DEMOGRAFI, dalam cetakan 2013
Diedit oleh: Achmad Sopian, S.Pd
BADAN KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA NASIONAL
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya Modul Konsep dan Ukuran MIgrasi telah tersusun. Sehingga
Modul “Konsep dan Ukuran MIgrasi” dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman peserta dalam Diklat Teknis Dasar-Dasar Demografi bagi ASN BKKBN,
PLKB/PKB, Mitra kerja, maupun Motivator.
Dengan adanya misi BKKBN dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan
kependudukan maka semua pegawai BKKBN baik di pusat dan daerah harus
memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar demografi.
Modul ini masih perlu dikembangkan oleh masing-masing pengguna dan ditindak
lanjuti melalui praktek lansung di lapangan dalam memenuhi kebutuhan
operasional serta dari sumber kepustakaan. Saran dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan bahan ajar sangatlah kami harapkan.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu tersusunnya modul ini. Semoga modul ini dapat memberikan
manfaat kepada setiap peserta ajar dan pembacanya.
Bogor, Mei 2013,
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ................................... .............................................1
A. Latar Belakang .................................. .............................................1
B. Deskripsi Singkat ............................. .............................................1
C. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta...... .............................................2
D. Tujuan Pembelajaran ........................ .............................................2
1. Kompetensi Dasar......................... .............................................2
2. Indikator Keberhasilan................. .............................................2
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok . .............................................2
F. Petunjuk Belajar ............................... .............................................3
BAB II. KONSEP DASAR MIGRASI................... .............................................4
A. Pengertian MIgrasi............................. .............................................4
B. Tipe dan Terminologi MIgrasi………... .............................................13
C. Jenis-Jenis MIgrasi………………………............................................. 20
D. Faktor-Faktor yang Mempengarhui Migrasi.. ..................................24
4. iii
E. Dampak Migrasi Penduduk……………………………………..………….35
F. Latihan.............................................. .............................................37
G. Rangkuman ...................................... .............................................38
BAB III. UKURAN-UKURAN MIGRASI............ .............................................39
A. Ukuran-Ukuran MIgrasi ……............. .............................................39
B. Perhitungan dan Hasil Perhitungan Migrasi....................................42
C. Urbanisasi ......................................... .............................................57
D. Transmigrasi...................................... .............................................60
E. Latihan ............................................. .............................................61
F. Rangkuman....................................... .............................................62
G. Umpan Balik ..................................... .............................................23
BAB V. PENUTUP ............................................ .............................................64
A. Kesimpulan ....................................... .............................................64
B. Tindak lanjut..................................... .............................................64
C. Kunci Jawaban.................................. .............................................65
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 68
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
`
A. Latar Belakang
Sejalan dengan pembangunan program Kependudukan dan Keluarga
Berencana, menuntut kompetensi setiap fasilitator dalam memperluas
wawasan program melalui tersedianya buku-buku pedoman dasar/modul
yang merupakan kelengkapan sarana diklat yang menjadi sumber acuan
pokok para peserta Diklat.
Program kependudukan dan Keluarga Berencana sangat erat kaitannya
dengan unsur - unsur demografi seperti kelahiran, kematian maupun
migrasi. Khusus pada modul ini membahas tentang Migrasi, khususnya
mengenai konsep dasar dan ukuran Migrasi.
Unsur – unsur demografi diatas tentu akan menjadi ukuran dalam
menentukan keberhasilan program Kependudukan dan Keluarga Berencana
disetiap tingkat wilayah, sehingga para pengelola program Kependudukan
dan Keluarga Berencana perlu memahami konsep dan ukuran – ukuran
demografi tersebut, khususnya tentang migrasi.
Modul yang membahas tentang migrasi ini menjadi salah satu modul yang
membahas jumlah serta unsur demografi. Sehingga untuk memahami
unsur-unsur demografi perlu memahami unsur-unsur lainnya dalam
demografi.
6. 2
B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas tentang konsep dan ukuran – ukuran migrasi dengan
harapan para pengelola program KKB mampu meningkatkan pemahamannya
yang selanjutnya dapat mengaplikasikannya dilapangan.
C. Manfaat Modul Bagi Peserta
Manfaat modul bagi peserta adalah sebagai bahan ajar dalam mata Diklat
Konsep Dasar Demografi agar sebagai petugas KKBPK dapat mengerti dan
memahami istilah-istilah dalam Demografi dan kaitannya dengan program
KKBPK yang dijalankan oleh BKKBN.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari modul ini diharapkan para pengelola program KKBPK
mampu menjelaskan konsep dasar dan ukuran – ukuran migrasi sebagai
salah salah satu unsur dalam demografi.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan para pengelola program KKBPK
dapat menjelaskan tentang konsep migrasi, jenis-jenis migrasi, faktor-
faktor yang mempengaruhi migrasi, ciri-ciri migrasi, ukuran-ukuran
migrasi, perhitungan dan hasil perhitungan Migrasi.
E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK
1. Konsep Migrasi
1.1. Pengertian Migrasi
1.2. Tipe migrasi dan terminology
1.3. Jenis-Jenis Migrasi
1.4. Faktor yang mempengaruhi migrasi
7. 3
2. Ukuran Migrasi
2.1. Ukuran-ukuran Migrasi
2.2. Perhitungan dan Hasil Perhitungan Migrasi
2.3. Urbanisasi
2.4. Transmigrasi
F. Petunjuk Belajar
1. Bacalah dengan seksama indikator keberhasilan setiap BAB, indikator
keberhasilan merupakan tolak ukur keberhasilan anda dalam belajar.
2. Bacalah materi yang diberikan oleh Widyaiswara ini secara berurutan dengan
seksama, tanyakan apabila ada yang kurang dimengerti.
3. Diskusikan dengan teman-teman anda bila ada masalah dalam penyusunan
ataupun pengusulan angka kredit.
4. Kerjakan soal-soal latihan yang diberikan untuk mengukur kemampuan
anda.
5. Jangan melihat kunci jawaban terlebih dahulu sebelum anda mengerjakan
soal-soal latihan.
6. Untuk memperkaya pengetahuan carilah informasi dari sumber-sumber lain
yang relevan.
Baiklah, selamat belajar! Semoga anda sukses menerapkan pengetahuan
dan keterampilan yang diuraikan dalam Mata Diklat Konsep dan Ukuran
Migrasi ini dan dapat melaksanakan tugas sehari-hari anda sebagai seorang
ASN BKKBN secara lebih baik lagi.
8. 4
BAB II
KONSEP DASAR MIGRASI
`
A. Pengertian Migrasi
Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang memengaruhi
pertumbuhan penduduk, selain kelahiran dan kematian. Migrasi dapat
meningkatkan jumlah penduduk apabila jumlah penduduk yang masuk ke
suatu daerah lebih banyak dari pada jumlah penduduk yang meninggalkan
wilayah tersebut. Sebaliknya, migrasi dapat mengurangi jumlah penduduk
jika jumlah penduduk yang masuk ke suatu wilayah lebih sedikit dari pada
jumlah penduduk yang meninggalkan wilayah tersebut. Telaah migrasi
secara regional dan lokal sangat penting, berkaitan dengan densitas atau
kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merata. Ketidakmerataan ini
antara lain disebabkan faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang yang
bermigrasi. Menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 1990, ternyata dari
seluruh Provinsi di Indonesia, tidak satu Provinsi pun yang tidak mengalami
migrasi penduduk, baik migrasi masuk maupun migrasi keluar.
Migrasi antar bangsa atau migrasi internasional dalam kondisi normal tidak
begitu berpengaruh dalam menambah atau mengurangi jumlah penduduk
suatu negara, kecuali pada beberapa negara tertentu berkenaan dengan
pengungsian, akibat bencana alam, kerusuhan, atau perang. Pada
umumnya, orang yang datang dan pergi antarnegara berimbang saja
Indikator Keberhasilan: Setelah mempelajari Modul ini peserta dapat
menjelaskan konsep dasar migrasi.
9. 5
jumlahnya. Peraturan atau undang-undang yang dibuat oleh banyak negara
umumnya mempersulit seseorang untuk bisa menjadi warga negara atau
menetap secara permanen di negara lain.
Untuk Indonesia, patut dicatat bahwa pada tahun 1959 terjadi arus migrasi
internasional yang cukup besar, yakni adanya eksodus orang-orang Cina
dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1959, yang
tidak mengakui dwi kewarganegaraan bagi orang-orang Cina di Indonesia.
Definisi Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk
menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampui batas politik/negara
ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi, migrasi
sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu
daerah ke daerah lain. Ada dua dimensi penting yang perlu ditinjau dalam
penelaahan migrasi, yaitu dimensi waktu dan dimensi tempat. Untuk
dimensi waktu, ukuran yang pasti tidak ada, tetapi peneliti dapat
menentukan sendiri kapan seseorang dianggap sebagai migran. Badan Pusat
Statistik, misalnya, memakai referensi waktu enam bulan untuk menetapkan
bahwa seseorang dalam suatu rumah tangga masih dianggap penduduk
apabila ia berada dalam rumah tangga tersebut secara terus-menerus atau
telah menetap di tempat tersebut minimal enam bulan secara berturut-turut.
Untuk dimensi tempat atau daerah, secara garis besarnya, dibedakan
menjadi migrasi antar negara, yaitu migrasi penduduk dari suatu negara ke
negara lain, yang disebut migrasi internasional. Sementara perpindahan
yang terjadi dalam suatu negara, misalnya antar provinsi, kota, atau
kesatuan administratif lainnya, dikenal dengan migrasi internal. Sementara
itu, perpindahan lokal adalah perpindahan dari satu alamat ke alamat lain
atau dari suatu kota ke kota lain, tetapi masih dalam batas bagian dalam
10. 6
suatu negara, misalnya dalam satu provinsi. Di pihak lain, mobilitas
merupakan perpindahan spasial fisik atau geografis. Migrasi merupakan
mobilitas antar batas administratif atau politik, seperti negara atau provinsi.
Batasan unit wilayah bagi migrasi di Indonesia menurut SP 1961, SP 1971,
dan SP 1980 adalah provinsi. Akan tetapi, karena perkembangan dan
kebutuhan, berkembang pula studi migrasi antar kabupaten/kota. Migrasi
merupakan aktivitas pindahnya seseorang, sedangkan orang yang pindah
tempat tinggal disebut migran.
Migrasi sukar dihitung karena dapat diukur dengan berbagai definisi dan
merupakan suautu peristiwa yang mungkin berulang beberapa kali
sepanjang hidup seseorang. Hampir semua definisi menggunakan kriteria
waktu dan ruang. Sehingga perpindahan yang masuk dalam proses migrasi
setidak-tidakanya dianggap semi permanen dan melitasi batas – batas
geografis tertentu. Lee (1969 ; 285) misalnya, menggambarkan migrasi
sebagai perpindahan yang permanen atau semi permanen, sedangkan
menurut Mangalam (1968: 8) menyembuhkan sebagai “perpindahan yang
relative permanen dari suatu kelompok yang disebut kaum migrant, dari
satu lokasike lokasi lainnya”.
Tidak satupun dari pendapat ini yang memberikan batasan waktu yang jelas.
Meskipun migrasi diasumsikan sebagai “permanen”, seorang migran yang
nampaknya permanen (misalnya seseorang yang ketika datang menyatakan
akan menjadi penduduk tetap), mungkin hanya tinggal selama beberapa
waktu di tempat tujuan yang telah dipilihnya. Perserikatan bangsa-bangsa
(United Nations, 1973;23) mengartikan seorang migrant jangka panjang
11. 7
sebagai orang yang dimaksud tinggal lebih dari 12 bulan, tetapi tentu saja
masing-masing migrant tetap melaksanakan niatnya yang semula.
Definisi ruang dalam analisis migrasi menimbulkan masalah yang sama.
Migrasi dapat melintas batas antar Negara (Migraasi Internasional), atau
melintasi batas unit administrasi yang lebih kecil dalam Negara (migrasi
dalam negeri). Tingkat migrasi dalam negeri tergantung pada luasnya unit
wilayah yang dipilih dan akan meningkat dengan menyempitnya definisi
wilayah karena lebih banyak terjadi perpindahan jarak pendek. Di Australia,
misalnya, volume migrasi dalam negeri yang melintasi batas-batas Victoria,
Negara bagian terkecil di Australia, secara proporsional lebih besar daripada
jumlah untuk Negara bagian terbesar, yaitu Australia Barat. Demikian juga,
analisis migrasi antar wilayah di Papua New Guinea pada tahun 1971
menunjukkan bahwa hanya 4 % penduduk asli berdiam di wilayah
kelahirannya. Tetapi ketika diadakan analisis tentang miggrasi melintas
batas wilayah yang lebih kecil, maka ditemukan bahwa 7 % penduduk telah
pindah ke luar provinsi kelahirannya. Jelaslah bahwa analisis tentang unit
wilayah yang lebih kecil di Papua New Guniea akan menunjukkan tingkat
perpindahan dalam negeri yang lebih besar.
Karena migrasi tidak dapat didefinisikan dengan tepat, beberapa penulis
mengusulkan agar migrasi dianggap bagian dari suatu rangkaian kesatuan
yang meliputi semua jenis perpindahan penduduk. Perpindahan-
perpindahan ini, yang berkisar dari nglaju sampai pindah tempat tinggal
untuk jangka waktu panjang, digambarkan sebagai mobilitas penduduk.
Gould dan Prothero (1975; 42-45) mengelompokkan mobilitas di Afrika
Tropis: menurut waktu (harian, periodic, musiman, jangka panjang, tidak
tetap, permanen) dan menurut ruang (desa ke desa, desa ke kota, kota ke
desa, dan kota ke kota), juga dibedakan antara yang kembali ke tempat
12. 8
asalnya (sirkulasi) dan yang menetap di tempat lain (migrasi). Karena
batasannya tidak begitu ketat, maka pengelompokan ini dapat dipakai untuk
menggambarkan mobilitas penduduk di Negara-negara maju seperti
Australia.
Zelinskyn, menyatakan bahwa pola-pola perpindahan penduduk akan
berubah apa bila masyarakat dipengaruhi oleh berbagai tahap proses
modernisasi. Di Negara berkembang, perpindahan desa – kota mungkin
dominan, sementara di Negara maju “nglaju” ke tempat kerja dan
perpindahan dari kota ke kota mungkin lebih penting.
Masalah penting lainnya dalam analisis migrasi adalah bahwa meskipun
seseorang dapat pindah beberapa kali sepanjang hidupnya, kebanyakan
sensus dan survai hanya mencatat sati dari semua perpindahannya. Bahkan
jika semua perpindahan digambarkan seperti dalam beberapa survai sampel,
datanya tidak lengkap karena seseorang tetap menjadi migran potensial
hingga akhir hanyatnya. Jadi, analisis perpindahan penduduk dari setiap
macam sumber data hanya dapat memberikan satu gambaran perkiraan dari
suatu fenomena yang sangat rumit.
Teori Migrasi
Menurut Reventstein yang disebut juga bapak Migrasi, ia adalah orang yang
mengembangkan teori gravitasi dan teorinya terkenal hingga saat ini yang
disebut hukum-hukum migrasi. Hukum-hukum tersebut adalah :
Semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran
Setiap imbulkan arus balik ssebagai penggantinya
13. 9
Adanya perbedaan desa dengan kota akan mengakibatkan
timbulnya migrasi
Wanita cenderung berimigrasi ke daerah-daeraha yang dekat
letaknya.
Kemajuan teknologi akan mengakibatkan intensitas migrasi
Motif utama migrasi adalah ekonomi.
Todaro mengembangkan teori migrasi yang dikenal teori income harapan
todare mengasumsikan bahwa keputusan miggrasi adalah merupakan
fenomena yang rasional.
Menurut todaro, terdapat 4 karakteristik dasar dalam migrasi desa-kota
yaitu;
Dorongan utama migrasi adalah pertimbangan ekonomi yang
rasional terhadap keuntungan (benefits) dan kerugian (costs) baik
financial maupun psikologik
Keputusan miggrasi lebih bergantung kepada harapan (expected)
daripada perbedaan upah riil sesungguhnya yang terdapat di desa
dan di kota, dimanaa kemungkinan akan harapan ini bergantung
kepada interaksi antara 2 variabel yaitu perbedaan upah
sesungguhnya antara desa dan kota dan kemungkinan hasilnya
seseorang mendapatkan pekerjaan di kota.
Kemungkinan seseorang mendapatkan pekerjaan di kota,
berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran yang terdapat di
kota itu.
Tingkat migrasi melebihi tingkat pertumbuhan lapangan kerja di
kota bukanlah suatu kemungkinan, akan tetapi logis dan telah
terjadi; begitu pula besarnya perbedaan upah antara dengan kota.
14. 10
Tingginya tingkat pengangguran di kota suatu hal yang tifak dapat
dielakkan. Hal ini disebabkan oleh ketidak seimbangan
pertumbuhan ekonomi yang terdapat di ddesa dan kota.
Proses migrasi menurut teori berantai bahwa berlangsungnya proses migrasi
disuatu daerah tidak terlepas dari kaitannya dengan eksistensi family atau
kawan yang telah tinggal lebih dahulu didaerah itu. Migrasi pemula sebagai
pionir ini akan menarik penduduk dari daerah asal yang mengakibatkan
timbulnya pola migrasi berantai (chain migration)
1. Beberapa pengertian yang digunakan dalam Migrasi.
Untuk memudahkan studi dan analisis tentang migrasi, dikenal beberapa
jenis Migrasi berikut cara penghitungannya yang sangat berguna untuk
pengukuran. Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut.
a. Migrasi masuk (Inmigration) adalah masuknya penduduk ke suatu
daerah tempat tujuan (area of destination).
b. Migrasi keluar (outmigration) adalah perpindahan penduduk keluar
dari suatu daerah asal (area of origin)
c. Migrasi netto (netmigration) merupakan selisih antara jumlah migrasi
masuk dan migrasi keluar. Apabila migrasi masuk lebih besar daripada
migrasi keluar (Mi > Mo), maka disebut migrasi neto positif, sedangkan
jika migrasi keluar lebih besar daripada migrasi masuk (Mo > Mi),
maka disebut migrasi neto negatif.
d. Migrasi bruto (gross migration) adalah jumlah migrasi masuk dan
migrasi keluar dibagi jumlah penduduk tempat asal dan jumlah
penduduk tempat tujuan.
15. 11
e. Migrasi semasa hidup (life time migration): migrasi yang terjadi antara
saat lahir dan saat sensus atau survei.
f. Migrasi risen (recent migration) adalah migrasi yang melewati batas
provinsi dalam kurun waktu tertentu sebelum pencacahan, misalnya
lima tahun sebelum sensus atau survei. Jumlah migran masuk risen
ke suatu provinsi adalah banyaknya penduduk di provinsi tersebut
yang lima tahun lain bertempat tinggal di luar provinsi tersebut.
Jumlah migran keluar risen dari suatu provinsi adalah jumlah
penduduk yang saat pencacahan tinggal di provinsi lain dan lima
tahun yang lalu tinggal di provinsi tersebut.
g. Migrasi Total (total migration) adalah migrasi antarprovinsi tanpa
memperhatikan kapan perpindahannya, sehingga provinsi tempat
tinggal sebelumnya berbeda dengan provinsi tempat tinggal saat
pencacahan.
h. Migrasi internasional (international migration) merupakan
perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain. Migrasi yang
merupakan masuknya penduduk ke suatu negara disebut imigrasi,
sebaliknya, jika migrasi itu merupakan keluarnya penduduk dari
suatu negara, maka disebut emigrasi.
i. Arus migrasi (migration stream) adalah sekelompok migran yang
daerah asal dan tujuan migrasinya sama dalam suatu periode migrasi
yang diberikan.
j. Angka migrasi parsial (partial migration rate) adalah banyaknya
migran ke suatu daerah tujuan dari suatu daerah asal, atau dari suatu
daerah asal ke suatu daerah tujuan, per 1.000 atau 100 penduduk di
daerah asal atau daerah tujuan.
Angka migrasi parsial dapat dinyatakan sebagai berikut.
16. 12
= x 1.000
di mana:
= arus migrasi dari i ke j
Pi = jumlah penduduk daerah tujuan atau daerah asal.
Rumus migrasi parsial masuk dituliskan sebagai berikut.
= x 1.000
di mana:
= arus migrasi dari i ke j
Pi = jumlah penduduk daerah tujuan atau daerah asal.
k. Urbanisasi (urbanization) adalah bertambahnya proporsi penduduk
yang berdiam di daerah perkotaan yang disebabkan oleh pertambahan
penduduk wilayah perkotaan, perpindahan penduduk ke perkotaan,
dan/atau akibat dari perluasan daerah perkotaan.
l. Transmigrasi (transmigration) adalah pemindahan dan atau
kepindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap di daerah
lain yang ditetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna
kepentingan pembangunan negara atau karena alasan-alasan yang
dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur
dalam undang-undang. Transmigrasi merupakan salah satu bagian
dari migrasi yang direncanakan oleh pemerintah maupun oleh
sekelompok penduduk yang berangkat bermigrasi bersama-sama.
Istilah ini memiliki arti yang sama dengan pemukiman kembali
17. 13
(resettlement). Transmigrasi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
No. 3 Tahun 1972.
Di masa lalu, kebijakan transmigrasi yang diselenggarakan dan diatur
pemerintah disebut transmigrasi umum, sedangkan transmigrasi yang
perjalanannya dibiayai sendiri, tetapi ditampung dan diatur oleh
pemerintah disebut transmigrasi spontan atau transmigrasi swakarsa.
Kemudian, untuk mengantisipasi era globalisasi telah disahkan UU
Ketransmigrasian No. 15/1997 yang intinya tidak hanya untuk
kepentingan demografis saja, tetapi lebih ditekankan untuk
mendukung pembangunan daerah. Selanjutnya, dalam UU tersebut,
pembangunan transmigrasi dilaksanakan di Wilayah Pengembangan
Transmigrasi (WPT) dan Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT)
dengan memanfaatkan kawasan budi daya sesuai rencana tata ruang
wilayah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk mendorong
terciptanya pusat-pusat pertumbuhan di daerah dikembangkan
pendekatan agroindustri, agrobisnis, dan modernisasi desa
transmigrasi serta penekanan transmigrasi ke Kawasan Timur
Indonesia (KTI).
B. Tipe Migrasi dan Terminologi
Migrasi biasanya dibagi atas dua tipe yaitu migrasi internasional dan migrasi
dalam negeri (Intern). Migran masuk dan migrant keluar adalah mereka yang
masuk ke dalam atau keluar dari suatu populasi penduduk tertentu selama
periode waktu tertentu.
18. 14
1. Migrasi Internasional
Migrasi internasional adalah migrasi yang melewati batas politik antar
negara. Batas politik ini sangat dinamis tergantung kepada konstelasi
politik global yang ada. Contoh: Orang yang pergi ke Timor Leste pada
saat ini dikatakan sebagai migran internasional. Padahal ketika Timor
Leste masih menjadi bagian dari Indonesia, pelaku mobilitas tersebut
tidak dikatakan sebagai migran internasional, melainkan migran internal.
Migrasi Internasional didefinisikan sebagai suatu bentuk mobilitas
penduduk yang melampaui batas-batas wilayah Negara dan budaya
(zlotnik, 1992; Apppley, 1989). Pengertian yang lebih luas dikemukakan
Lee (1980) mendefinisikan migrasi internasional sebagai suatu aktivitas
perpindahan penduduk yang mencaku aspek perubahan tempat tinggal,
tujuan migrasi maupun keinginan-keinginan menetap atau tidak menetap
di daerah tujuan. Berdasarkan konsteks pelaku atau migran, PBB
mendefinisikan bahwa migran internasional adalah seseorang yang tinggal
di luar negara asal tempat tinggalnya selama periode sekurang-kurangnya
satu tahun.
Layaknya suatu perpindahan, migrasi internasional muncul dan
berkembang oleh karena berbagai faktor pendorong maupun penarik. Van
Hear (1998:252) menjelaskan globalisasi dalam tatanan global cities. Ia
melihat suatu gejala migrasi internasional dalam sisi proses. Dalam
berbagai faktor pendorong maupun penarik, keduanya dapat bersifat
negatif maupun positif. Di sisi negatif, perpindahan tersebut dinamakan
19. 15
diaspora atau difusi, sedangkan di sisi positif, ia lebih dinamakan migrasi
internasional.
Kaldor menyebutkan bahwa ada dua tipe diaspora (Kaldor.2006:84).
Pertama, diaspora yang dilakukan terkait dengan kaum minoritas yang
hidup dengan ketakutan serta budaya lokal yang lebih ekstrem daripada
di tempat asalnya. Contoh diaspora ini adalah Serbia dan Tutsi. Kedua,
diaspora ini bukan minoritas, namun ia bergerak secara sporadis.
Perjuangan untuk mendapatkan identitas mereka seringkali dihubungkan
dengan konsep batas ruang dan waktu. Contoh konkritnya adalah
bantuan dari Irish-American kepada IRA (Irish Republican Army). Selain
itu, William Safran menyebutkan empat komponen utama dalam
menglasifikasi paradigma mengenai diaspora (Safran 1991:83). Keempat
komponen tersebut adalah pengusiran dari homeland, perasaan senasib
yang kolektif terhadap homeland, minimnya proses integrasi politik di
homeland, serta mitos mengenai berbagai keterkaitan antara individu dan
homeland.
Diaspora pada dasarnya memperlihatkan suatu kecemasan individu
dalam berinteraksi. Disparitas yang berkembang kemudian terkait erat
dengan proses repatriasi yang terjadi olehpara pelaku diaspora. Hal ini
dikarenakan diaspora menekankan pada berbagai idealisme nilai-nilai
kolektif internal homeland terkait dorongan restorasi keamanan dan
kesejahteraan (Cohen. 1997:515). Masalahnya, apa yang dinamakan Van
Hear (1998:237) dengan migration orders tidak mampu mengakomodasi
kepentingan tersebut. Ketika suatu konflik berakhir, seharusnya keadaan
kembali ke keadaan semula. Namun dalam kenyataannya, potensi konflik
20. 16
masih sering muncul dan memaksa para pelaku diaspora untuk menjadi
pencari suaka, bukan hanya sebagai pengungsi.
Di sisi lain, migrasi internasional jauh lebih dinamis dibandingkan
diaspora maupun difusi. Global Commission on International Migration
(GCIM) (2005) menyebutkan bahwa migrasi internasional menyangkut
berbagai pertanyaan penting mengenai identitas nasional, persamaan
global, keadilan sosial, dan universalitas HAM. Oleh karena itu pula,
migrasi internasional sulit untuk diformulasikan karena menyangkut
berbagai konsep pergerakan manusia yang rela untuk berkorban demi
memenuhi aspirasinya. Migrasi internasional lebih cenderung bersifat
sukarela dan bukan merupakan paksaan atas suatu kondisi tertentu.
Motif ini jauh lebih jelas, yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi. Motif
individual tersebut juga berpengaruh secara global dengan integrasi
berbagai Trans National Companies (TNCs) dalam kontrol barang dan jasa.
Van Hear (1998) melihat teknologi sebagai media produksi sehingga
mampu meningkatkan demokrasi liberal.
Konsep brain-drain tidak sebenarnya terjadi. Mekanisme brain-drain
dalam industri dipaparkan Heintz (2007), yaitu disparities in education
lead to shortages of skilled workers and educated managers in developing
countries. An unskilled workforce is less productive and receives lower
wages. Lower wages, in turn, encourage highly educated workers in these
countries to migrate to industrialized countries to earn higher salaries. This
migration, known as the brain drain, increases the scarcity of educated and
skilled workers in developing countries. Konsep perburuhan yang ada
21. 17
dianggap Van Hear (1998:253) sebagai pendorong bagi kemunculan para
energetic enterpreneurs dan cultural innovator. Kedua peran tersebut
kemudian mampu membangun jaringan dalam berbagai kemajuan
mereka. Transisi yang ada hanya proses menuju tujuan yang mampu
membawa dunia ke arah global dalam idealisme kosmopolitanisme.
Kenyataannya, diaspora dan difusi akan jauh lebih mudah terjadi
dibandingkan migrasi internasional. Di sisi diaspora, para pelaku
memperlihatkan suatu peranan yang penting antara homeland dan
settleland. Peningkatan aktivitas ekonomi global malah cenderung
meningkatkan potensi konflik di homeland. Sebagai contoh, industrialisasi
di China telah memicu suatu tindakan koersif terhadap para praktisi
Falun Dafa (Ownby.2008:110). Falun Dafa dianggap mengganggu sisi
industrialisasi yang dimunculkan oleh pemerintah China. Industrialisasi
komunis yang cenderung represif tidak mempertimnbangkan universalitas
HAM Falun Dafa. Hal ini memicu diaspora untuk menghindari
penangkapan dan penyiksaan yang dilakukan oleh pemerintah China.
Sisi industrialisasi pada dasarnya akan semakin menghancurkan sisi
humanitas manusia. Kosmopolitanisme yang berkembang memang
menyebarkan nilai-nilai baik. Namun di lain sisi, ide kosmopolitanisme
juga memicu nilai-nilai buruk lainnya seiring dengan meningkatnya
intensitas interaksi dalam globalisasi. Dalam aplikasi mekanisme brain-
drain, integrasi sosial adalah kunci utamanya. Konsep welfare state
penting diaplikasikan untuk menunjang tersedianya skilled labor.
Bayangkan saja, ketika industrialisasi merebak, negara harus memilih
22. 18
antara mengakomodasi kepentingan negara atau individu. Kepentingan
negara mengharuskan industrialisasi yang berkembang pada tatanan
teknologi. Sedangkan di sisi individu, negara diwajibkan membentuk
suatu padat karya guna peningkatan kesetaraan.
Pada dasarnya, diaspora dan migrasi internasional adalah proses
globalisasi dalam sisi ekonomi, politik, bahkan sosial dan pendidikan.
Berbagai hal yang berkembang bukan hanya terkait konflik dan
kerjasama semata, namun kompetisi antar entitas internasional. Integrasi
transnasional tidak terlepas dari perpindahan itu sendiri.
(http://rommelpasopati.wordpress.com/2012/08/13/globalisasi-dan-
strategi-diaspora-dan-migrasi-internasional/)
Macam-macam migrasi Internasional :
a. Imigrasi ; masuknya penduduk dari Negara lain yang bertujuan untuk
menentap.
b. Emigrasi ; pindah atau keluarnya penduduk dari suatu Negara ke
Negara yang lain bertujuan untuk menetap.
c. Remigrasi : kembalinya penduduk dari Negara yang lain.
VanHear (1998 :252) menjelaskan globalisasi dalam tatanan global cities.
Ia melihat suatu gejala migrasi internasional dalam sisi proses. Dalam
berbagai factor pendorong maupun penarik, keduanya dapat bersifat
negative maupun positif. Disisi negatif, perpindahan tersebut dinamakan
23. 19
diaspora atau difusi, sedangkan di sisi positif dinamakan migrasi
Internasional.
Kaldor menyebutkan bahwa ada dua tipe diaspora (Kaldor. 2006:84);
a. Diaspora yang dilakukan terkjait dengan kaum minoritas yang hidup
dengan ketakutan serta budaya local yang lebih ekstrim daripada di
tempat asalnya. Contoh diaspora ini adalah Serbia dan Tutsi.
b. Diaspora buka minoritas, namun ia bergerak secara sporadis.
Perjuangan untuk mendapatkan identitas mereka seringkali
dihubungkan dengan konsep batas ruang dan waktu. Contoh
konkritnya adalah bantuan dari Irish-American kepada IRA (Irish
Republican Army).
Selain itu William Safran menyebutkan empat komponen utama dalam
mengklasifikasikan paradigm mengenai diaspora (Safran; 191: 83).
Keempat komponentersebut adalah pengusiran dari Homeland, perasaan
senasib yang kolektif terhadap homeland, mininya proses integrasi politik
di homeland, serta mitos mengenai berbagai keterkaitan antara individu
dan homeland.
Diaspora pada dasarnya memperhatikan suatu kecemasan individu dalam
berinteraksi. Disparitas yang berkembang kemudian terkait erat dengan
proses repatriasi yang terjadi oleh para pelaku diaspora. Hal
inidikarenakan diaspora keamanan dan kesejahteraan (Cohen. 1997:
515). Masalahnya, apa yang dinamakan VanHear (1998:237) dengan
Migration Orders tidak mampu mengakomodasikan kepentingan tersebut.
24. 20
Ketika suatu konflik berakhir, seharusnya keadaan kembali ke keadaan
semula. Namun dalam kenyataannya, potensi konflik masih sering
muncul dan memaksa para pelaku diaspora untuk menjadi pencari
suaka, bukan hanya sebagai pengungsi.
Disisi lain, migrasi internasional jauh lebih dinamis dibandingkan
diaspora maupun difusi. Global Commission on international migration
(GCIM) (2005) menyebutkan bahwa migrasi internasional menyangkut
berbagai pertanyaan penting mengenai identitas nasional, persamaam
global, keadilan social dan universalitas HAM. Oleh karena itu pula,
migrasi internasional sulit untuk diformulasikan karena menyangkut
berbagai konsep pergerakan manusia yang rela untuk berkorban demi
memenuhi aspsirasinya.
Migrasi Internasional lebih cenderung bersifat sukarela dan bukan
merupakan paksaan atas suatu kondisi tertentu. Motif ini jauh lebih jelas,
yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi. Motif individual tersebut juga
berpengaruh secara global dengan integrasi berbagai Trans National
Companies (TNCs) dalam control barang dan jasa. Van Gear (1998)
melihat teknologi sebagai media produksi sehingga mampu meningkatkan
demokrasi liberal.
Pada dasarnya, diaspora dan migrasi Internasional adalah proses
globalisasi dalam sisi ekonomi, politik, bahkann social dan pendidikan.
Berbagaia hal yang berkembang bukan hanya terkait konflik dan
25. 21
kerjasama semata, namun kompetisi antar etnis internasional. Integrasi
trensnasional tidakk terlepas dari perpindahan itu sendiri.
2. Migrasi Dalam negeri
Migrasi dalam negeri yang menyebabkan perpindahan penduduk secara
besar-besaran baik di dunia maju maupun di Dinia ke tiga selama 200
tahun terakhir, hingga sekarang kurang mendapat perhatian para ahli
demografi. Disamping masalah pengukuran, juga perpindahan desa ke kota
yang merupakan komponen utama dari igrasi dalam negeri, dianggap
sebagai suatu bagian dari proses modernisasi yang tidak dapat diingkari.
Pada pertengahan abad ke 20, para ahli ilmu sosial mengungkapkan bahwa
meningkatnya urbanisasi diikuti oleh masalah-masalah social, ekonomi
dan psikologis, dan masalah – maslah ini ssangat gawat di Negara dunia ke
tiga yang pertumbuhan penduduk kotanya jauh melampaui pertumbuhan
kesempatan kerja. Jadi sekarang yang lebuh ditekankan adalah pengertian
proses migrasi dalam negeri. Meskipun tidak mungkin membandingkan
pentingnya migrasi internasional dan migrasi dalam negeri, perpindahan
dalam negeri mungkin sekarang lebih penting dari pada masa lampau,
karena meningkatnya efisiensi transport dan komunikasi.
Migrasi dalam negeri dianalisis dengan menggunakan data sensus
penduduk atau data yang dikumpulkan dalam survai – survai kecil. Pada
umumnya, data sensus penduduk mempunyai bentuk yang cukup baku
dan meliputi jumlah penduduk seluruh Negara, sehingga paling cocok
digunakan dalam analisis makro, yaitu untuk meneliti perpindahan
26. 22
penduduk secara luas. Sensus penduduk tidak menunjukkan banyaknya
migrasi kembali, dan meremehkan arti penting perpindahan jarak dekat.
Aspek-aspek ini dapt diperiksa dengan menggunakana berbagai tipe data
yang menggambarkan proses migrasi untuk ssetiap orang, dan yang
menggunakan definisi ruang dan waktu yang lebih luwes. Data ini juga
terlalu rumit untuk dimasukkan dalam senssus-sensus nasional sehingga
hanya mencakup sampel yang kecil. Beberapa survai kecil dilakukan
berdasarkan sampel random, namun hampir semuanya tentang kelompok-
kelompok tertentu, dan hasilnya tidak dapat digeneraliasaikan. Meskipun
demikian, survai – survai itu memberikan gambaran yang jauh lebih
lengkap tentang migrasi dalam negeri, dan yang paling baik adalah
menggunakan kedua pendekatan itu bersama-sama.
C. Jenis – Jenis Migrasi
Jenis-jenis migrasi dapat dibagi menjadi dua yaitu Migrasi permanen dan
migrasii non permanen.
1. Jenis-jenis migrasi permanen meliputi:
a. Migrasi Internasional, merupakan perpindahan penduduk melintasi
batas negara atau antar negara dengan tujuan menetap. Migrasi
internasioanal meliputi:
Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke negara
lain dengan tujuan menetap. Orang yang melakukan imigrasi
disebut imigran.
27. 23
Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara
lain. Orang yang melakukan emigrasi disebut emigran.
Remigrasi atau repatriasi, yaitu kembalinya imigran ke negara
asalnya.
b. Migrasi Nasional, merupakan gerakan perpindahan penduduk dari
suatu tempat ketempat lain melintasi wilayah provinsi atau kabupaten
dalam wilayah negara. Migrasi nasional meliputi:
Transmigrasi
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari pulau yang padat
penduduk ke pulau yang jarang penduduknya di dalam wilayah
republik Indonesia. Transmigrasi pertama kali dilakukan di
Indonesia pada tahun 1905 oleh pemerintah Belanda yang dikenal
dengan nama kolonisasi.
Urbanisasi
Urbanisasi merupakan yaitu perpindahan dari desa ke kota dengan
tujuan menetap. Terjadinya urbanisasi disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain sebagai berikut :
Ingin mencari pekerjaan, karena di kota lebih banyak lapangan
kerja dan upahnya tinggi
Ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Ingin mencari pengalaman di kota.
28. 24
Rulasasi, merupakan yaitu perpindahan penduduk dari kota ke
desa dengan tujuan menetap. Ruralisasi merupakan kebalikan dari
urbanisasi.
Sirkulasi, yaitu bentuk perpindahan penduduk tidak menetap,
namun ada juga yangmenetap atau tinggal untuk sementara waktu
di daerah tujuan. Berdasarkan intensitasnya, sirkulasi dapat
dibedakan menjadi sirkulasi harian, sirkulasi mingguan, sirkulasi
bulanan.
2. Migrasi Nonpermanen (Sirkuler)
Migrasi nonpermanen adalah gerakan perpindahan penduduk dari suatu
tempat ketempat lain dengan tujuan tidak menetap. Jenis migrasi
nonpermanen (sirkuler) antara lain:
a. Mobilitas ulang alik atau mobilitas harian, yaitu penduduk yang
karena pekerjaannya harus melakukan perjalanan dari tempat
tinggalnya ke tempat kerjanya di lain daerah.
b. Mobilitas bermusim, yaitu penduduk yang pekerjaan atau
keperluannya untuk sementara waktu menetap disuatu daerah dan
dalam jangka waktu tertentu untuk kembali ketempat tinggalnya.
Ditinjau dari dimensi ruang/daerah, secara garis besar migrasi atas
perpindahan antar bangsa, yaitu perpindahan penduduk dari satu Negara ke
Negara lain yang disebut sebagai migrasi internasional, dan perpindahan
yang terjadi dalam satu Negara, misalnya antar provinsi, antar
29. 25
kota/kabupaten, migrasi pedesaan ke perkotaan atau satuan administrative
lainnya yang lebih rendah dari pada , migrasi pedesaan ke perkotaan atau
satuan administrative lainnya yang lebih rendah dari pada tingkat
Kabupaten, seperti Kecamatan, Keluarahan dan seterusnya. Jenis migrasi
yang terjadi antar unit administrative selama masih dalam satu Negara
dikenal sebagai Migrasi Internal.
Untuk devinisi waktu, ukuran yang pasti tidak ada karena menentukan
berapa lama seseorang pindah tempat tinggal untuk dapat dianggap sebagai
seorang migrant cukup sulit. Tetapi biasanya digunakan batasan waktu
untuk migrant adalah 6 bulan. Artinya seseorang dikatakan migrant, jika dia
tinggal di tempat yang baru itu paling sedikit 6 bulan lamanya.
Dalam kenyataan sehari-hari kita mengenal jenis perpindahan atau mobilitas
penduduk yang tidak bersifat menetap. Jenis mobilitas umumnya berkaitan
dengan pekerjaan seseorang, yaitu :
2. Migrasi sirkuler atau migrasi musiman, yaitu migrasi yang terjadi jika
seseorang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat
tujuan, apalagi biasanya orang tersebut masih mempunyai keluarga atau
ikatan dengan tempat asalnya, misalnya tukang becak, kuli bangunan,
pengusaha warung tegal dan sebagainya yang sehari-harinya mencari
nafkah di kota dan pulang ke kampungnya di kota lain setiap bulan atau
beberapa bulan sekali.
3. Migrasi ulang-alik (commuter) yaitu orang yang setiap hari meninggalkan
tempat tinggalnya pergi ke kota lain untuk bekerja atau berdagang
sebagainya tetapi pulang pada sore harinya. Migrasi ulang alik ini dapat
30. 26
4. menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan bekerja bertambah
pada siang hari. Pada malam harinya mereka pulang untuk beristirahat di
tempat asalnya.
Perhitungan angka migrasi biasanya didasarkan pada tiga criteria:
a. Life Time Migration (migrasi seumur hidup); dikatakan sebagai migran
bila tempat tinggal waktu survey berbeda dengan tempat tinggal waktu
lahir.
b. Recent Migration; bila seseorang bertempat tinggal waktu survey
berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survey.
c. Total migration (migrasi total) yaitu bila seseorang pernah bertempat
tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal waktu survey.
Istilah lain yang berkaitan dengan konsep migrasi adalah :
a. Urbanisasi (urbanization), yaitu bertamabahnya proporsi penduduk
yang berdiam di daerah perkotaan yang disebabkan oleh pertambahan
penduduk alami, perpindahan penduduk ke perkotaan dan/atau akibat
dari perluasan daerah perkotaan.
b. Transmigrasi (transmigration) adalah salah satu bagian dari migrasi
yang direncanakan oleh pemerintah maupun oleh sekelompok
penduduk yang berangkat bermigrasi bersama-sama. Istilah ini memiliki
arti yang sama dengan pemukiman kembali (resettlement) dalam
literatur. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah
untuk menentap ke daerah lain yang ditetapkan di dalam wilayah
Republik Indonesia guna kepentingan Negara karena alas an-alasan
31. 27
c. yang dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam undang-undang. Transmigrasi di Indonesia diatur dengan
undang-undang no. 3 tahun 1972.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Migrasi
Pada dasarnya orang berpindah tempat akan senantiasa di dukung oleh
berbagai alasan, menurut Everett S. Lee, (1966) ada 4 faktor yang
menyebabkan orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi yaitu ::
a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
b. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan
c. Rintangan antara
d. Factor-faktor individu
Ada 2 faktor yang selalu terdapat di daerah asal mupun tujuan yang selalu
berkaitan dengan perpindahan penduduk, yaitu factor positif dan negative.
Factor positif yaitu factor yang menarik seseorang untuk tidak meninggalkan
daerah tersebut, dan factor negative yaitu factor yang menyebabkan
sesseorang meninggalkan daerah tersebut.
Dalam uraian lain, para ahli mengelompokkan berdasarkan kekuatan daya
dorong dan daya tarik dari suatu daerah, yang selanjutnya disebut factor
pendorong dan factor penarik.
Menurut Rozy Munir dalam bukunya Dasar Demografi menyatakan bahwa
yang tergolong factor pendorong adalah :
a. Makin berkurangnya sumber-sumber alam
b. Menyempitnya lahan pekerjaan di tempat asal.
c. Adanya tekanan-tekanan dan diskriminasi politik, agama atau suku.
32. 28
d. Tidak cocok lagi dengan budaya/adat daerah asal
e. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidaka
berkembangnya karir pribadi
f. Bencana alam
JIka dilihat dari uraian diatas tersebut faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan migrasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
faktor-faktor pendorong dan faktor-faktor penarik.
Faktor-faktor pendorong (push factors) dapat berupa hal-hal seperti berikut
ini.
a. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan, seperti menurunnya
daya dukung lingkungan dan menurunnya permintaan atas barang-
barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh, seperti hasil
tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
b. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya, tanah untuk
pertanian di pedesaan yang makin menyempit).
c. Adanya tekanan-tekanan politik, agama, dan suku sehingga mengganggu
hak asasi penduduk di daerah asal.
d. Alasan pendidikan, pekerjaan, atau perkawinan.
e. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau
panjang, atau adanya wabah penyakit.
Faktor-faktor penarik (pull factors) antara lain sebagai berikut.
a. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
kehidupan.
33. 29
b. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
c. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, seperti
iklim, perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
d. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, atau
pusat kebudayaan yang merupakan daya tarik bagi orang-orang daerah
lain untuk bermukim di kota besar.
Hal yang paling banyak dipelajari tentang sebab-sebab migasi selama ini
adalah masalah jarak, yang menyangkut transportasi dan informasi, tempat
tujuan seperti tembok berlin, undang-undang imigrasi, biaya pengangkutan
alat rumah tangga dan tempat asal ke tempat tujuan, serta pertimbangan-
pertimbangan individual yang mendorong atau membatalkan keputusan
bermigrasi. Kerangka pikir keputusan berimigrasi yang diajarkan Lee (1966)
dapat dilihat pada gambar berikut :
Faktor Tempat Asal, Tempat Tujuan serta
Faktor Penghambat dalam Keputusan Bermigrasi
Sumber. Lee (1966)
Pada masing-masing daerah/Negara terdapat factor-faktor yang menahan
seseorang untuk tidak meninggalkan daerahnya atau menarik orang untuk
pindah ke daerah tersebut (factor +) dana ada pula factor-faktor yang
34. 30
memaksa mereka untuk meninggalkan daeraha tersebut (daktor -). Selain itu
ada pula factor-faktor yang tidak mempengaruhi penduduk untuk
melakukan migrasi (factor 0). Diatara keempat factor tersebut, factor individu
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengambilan keputusan
untuk migrasi. Penilaian positif atau negative terhadap suatu daerah/Negara
tergantung kepada individu itu sendiri.
Besarnya jumlah pendatang untuk menetap pada suatu daerah dipengaruhi
besarnya faktor penarik (pull factor) daerah tersebut bagi pendatang.
Semakin maju kondisi social ekonomi suatu daerah akan menciptakan
berbagai factor penarik, seperti perkembangan industry, perdagangan,
pendidikan, perumahan dan transportasi. Kondisi ini diminati oleh
penduduk daerah lain yang berharap dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Pada sisi lain, setiap daerah mempunyai faktor pendorong
(push factor) yang menyebabkan sejumlah penduduk migrasi keluar
daerahnya. Faktor pendorong itu antara lain kesempatan kerja yang terbatas
jumlah dan jenisnya, sarana dan prasarana pendidikan yang kurang
memadai, fasilitas perumahan dan kondisi lingkungan yang kurang baik.
Todaro (1998) menyatakan migrasi merupakan suatu proses yang sangat
selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial,
pendidikan dan demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap faktor-
faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing individu juga
bervariasi. Variasi tersebut tidak hanya terdapat pada arus migrasi antar
wilayah pada negara yang sama, tetapi juga pada migrasi antar negara.
Beberapa faktor non ekonomis yang mempengaruhi keinginan seseorang
melakukan migrasi adalah:
35. 31
a. Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para migran untuk melepaskan
dari kendala-kendala tradisional yang terkandung dalam organisasi-
organisasi sosial yang sebelumnya mengekang mereka.
b. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana meteorologis,
seperti banjir dan kekeringan.
c. Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang
kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk suatu tempat.
d. Faktor-faktor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan
keluarga besar yang berada pada tempat tujuan migrasi
e. Faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas seluruh sarana transportasi,
sistem pendidikan yang cenderung berorientasi pada kehidupan kota dan
dampak-dampak modernisasi yang ditimbulkan oleh media massa atau
media elektronik.
Teori Neoclasic Economic Macro menjelaskan bagaimana proses dan akibat
dari perpindahan tenaga kerja yang berasal dari negara yang mengalami
surplus tenaga kerja tetapi kekurangan kapital menuju negara yang
kekurangan tenaga kerja, tetapi memiliki kapital yang berlimpah. Teori ini
kurang memperhatikan bagaimana seseorang memutuskan untuk
berpindah, sebab-sebab perpindahan, serta dengan cara apa ia berpindah.
Teori ekonomi lainnya, yaitu teori Neoclasic Economic Micro, yang sebetulnya
juga memperbincangkan soal pengambilan keputusan ditingkat individu
migran, tetapi tidak mencoba menjelaskan persoalan, mengapa seseorang
36. 32
berpindah dengan cara tertentu, mengapa bukan dengan cara yang lain.
Teori ini hanya merekomendasikan kepada para migran potensial itu, agar
mempertimbangkan „cost and benefit‟ dari setiap perpindahan ke daerah
tujuan yang memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan daerah asal
migran (Massey, 1993 ; dan Kuper and Kuper, 2000).
Teori yang berasal dari perspektif demografi-ekonomi adalah teori Segmented
Labour Market. Menurut teori ini, arus migrasi tenaga kerja dari suatu
negara; ditentukan oleh adanya faktor permintaan (demand) pasar kerja,
yang lebih tinggi di negara lain. Dalam teori ini, faktor penarik yakni pasar
kerja (pull factor) terhadap arus migrasi tenaga kerja, jauh lebih dominan jika
dibandingkan dengan faktor penekan lain untuk berpindah (push factor) yang
ada di daerah asal. Namun demikian, teori ini kurang memberikan
penjelasan yang rinci di tingkat mikro, bagaimana seseorang akhirnya
memutuskan untuk berpindah atau tetap tinggal di daerah asalnya.
.
Adanya factor-faktor sebagai daya tarik ataupun pendorong merupakan
perkembangan dari ketujuh hokum-hukum migrasi yang dikembangkan oleh
E.G Ravenstein (1885), seperti dikutip oleh Bogue (1969). Revenstein
mengambil kesimpulan “hokum” atau “generalisasi” berdasarkan hasil
penelitian data di Inggris dan Negara-negara lain. Ketujuh hokum migrasi
adalah sebagai berikut :
a. Migasi dan Jarak
Banyak migrant yang bermigrasi dalam jarak pendek . jika jarak dengan
suatu tempat makin jauh, maka semakin sedikit migrant yang pergi dari
tempat tersebut.
37. 33
b. Migrasi bertahap
Seseorang yang tinggal dekat dengan kota besar akan bermigrasi jika
perekonomian kota besar itu berkembang. Kesempatan kerja yang
ditinggalkan oleh orang-orang ini diisi oleh migrant dari daerah terpencil.
Kota-kota akhirnya akan berkembang secara bertahap mencapai daerah
pedalaman. Dengan kata lain, seseorang akan bermigrasi secara bertahap
dari desa ke kota kecil kemudian ke kota besar.
c. Arus dan arus balik
Setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik penggantiannya.
d. Perbedaan antara desa dan kota dalam kecendrungan bermigrasi
Penduduk perkotaan cenderung tidak bermigrasi dibandingkan penduduk
pedesaan.
e. Perempuan lebih dominan melakukan migrasi dalam jarak pendek
Dibandingkan dengan laki-laki, perempuan lebih banyak bermigrasi
dalam jarak pendek.
f. Teknologi dan migrasi
Perkembangan teknologi cenderung meningkatkan angka migrasi
g. Motif ekonomi lebih dominan
Walaupun berbagai factor pendorong dapat menyebabkan terjadinya
migrasi, keinginan untuk memperbaiki kondisi ekonomi merupakan factor
pendorong yang dominan.
38. 34
Keputusan bermigrasi lebih banyak pada orang yang berusia muda dan
berpendidikan. Hal ini disebabkan migrasi merupakan investasi human
kapital, dan orang yang berusia muda mempunyai periode yang panjang
untuk mengumpulkan pengembalian dari investasi migrasi sehingga
meningkatkan keuntungan bersih dari migrasi. Apalagi kaum muda ini
ditunjang oleh pendidikan yang relatif tinggi, semakin meningkatkan
kemauan untuk bermigrasi. Mereka lebih efisien dan mampu mempelajari
peluang-peluang pada alternatif pasar tenaga kerja lain. Sedangkan pada
pekerja yang terlalu tua tidak suka berpindah. Pekerja yang lebih tua
mempunyai periode yang lebih sedikit untuk mengumpulkan pengembalian
(return) dari investasi migrasi. Periode pengembalian yang lebih pendek dapat
menurunkan keuntungan bersih migrasi, dan menurunkan kemungkinan
untuk bermigrasi.
Motivasi bermigrasi ada berbagai macam. Keahlian atau kemampuan (skill)
merupakan faktor yang menjadi pertimbangan migran untuk bermigrasi.
Dalam modelnya Andrew D. Roy mengasumsikan tentang adanya mobilitas
sempurna dari keahlian, artinya dapat dengan mudah berpindah tempt ke
negara atau kawasan lain. Selain itu, kondisi perkonomian di negara asal
dan negara tujuan menjadi faktor pemicu dalam keputusan seseorang untuk
bermigrasi.
Sebenarnya banyak factor yang dapat mempengaruhii terjadinya proses
migrasi antara lain yang dikutip dari :
http://sahabatpunya.blogspot.com/2012/09/migrasi-penduduk.html pada
tanggal 27 April 2013 sebagai berikut :
39. 35
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor utama yang meyumbang kepada
berlakunya proses migrasi ini. Kedudukan ekonomi yang mantap dan
kukuh menyebabkan wujudnya banyak sektor-sektor pertanian,
pembinaan dan perkilangan, sekaligus membuka peluang kepada rakyat
sebuah negara termasuk juga golongan pendatang yang datang
khususnya untuk mencari rezeki di negara orang.
Peluang pekerjaan juga wujud bagaikan "cendawan selepas hujan"
disebabkan ramai rakyat tempatan tidak berminat lagi berkecimpung di
dalam sektor perladangan dan pembinaan, maka kedatangan penghijrah
dari Indonesia, Bangladesh dan lain-lain negara, ini seolah-olah satu
rahmat kepada para pengusaha sektor tersebut.
Kedatangan golongan pendatang ini terbatas kerana kesukaran untuk
masuk secara sah ke dalam sesebuah negara. Kita ambil contoh negara
kita Malaysia, walaupun berbagai kawalan ketat telah dijalankan namun
sempadan dan perairan negara mudah dibolosi oleh mereka secara
haram. Salah satu sababnya ialah wujudnya tekong darat dan laut
samada dari golongan mereka sendiri ataupun penduduk tempatan yang
menjalankan kegiatan ini semata-mata kerana tamakkan wang ringgit.
b. Taraf ekonomi yang rendah di negara sendiri.
Bagi negara Malaysia, kemakmuran ekonomi seringkali dijadikan alasan
untuk menjelaskan mengapa negara ini menarik perhatian ramai rakyat.
Indonesia dan Bangladesh malah termasuk juga negara-negara yang
mengalami taraf ekonomi yang gawat.
40. 36
Sejak berlakunya kegawatan ekonomi di rantau Asia ini, yang
menyebabkan jatuhnya nilai mata uang negara-negara dunia ketiga,
dengan secara tidak langsung harga-harga barang di pasaran meningkat
dengan mendadak, maka ini juga merupakan salah satu faktor migrasi
berlaku. Taraf kehidupan semakin tinggi jadi sebagai alternatifnya mereka
terpaksa mencari rezeki untuk menampung perbelanjaan keluarga
masing-masing, memandangkan taraf ekonomi negara mereka yang
rendah maka wujudlah migrasi ke negara-negara yang menyediakan
peluang pekerjaan yang banyak kepada mereka.
Bilangan penduduk yang ramai dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak
seimbang di negara asal mereka, menyebabkan golongan ini terpaksa
mencari alternatif lain untuk meneruskan kehidupan. Oleh itu jalan yang
paling mudah ialah merebut kesempatan yang ada di negara yang
menjanjikan pendapatan yang lumayan.
c. Faktor sosiobudaya
Sebenarnya faktor sosiobudaya juga memainkan peranan utama
menyebabkan pendatang Indonesia semakin bertambah dari hari ke hari
ke negara kita. Bahkan boleh dikatakan faktor sosiobudaya ini
memainkan peranan yang sama pentingnya dengan faktor ekonomi,
mennjadi daya tarik kepada pendatang Indonesia ini.
Faktor persamaan sosiobudaya antara kedua-dua negara akan selamanya
didapati menjadi daya tarikan untuk mereka datang ke negara ini.
Dengan adanya persamaan ciri-ciri ini proses untuk mereka
41. 37
menyesuaikan diri akan berjalan dengan lancar. Keupayaan mereka
menyesuaikan diri dengan kehidupan di negara ini merupakan "pasport"
utama, membolehkan mereka mengekalkan dan mempertahankan
kedudukan mereka di negara ini.
d. Hubungan kekeluargaan
Hubungan kekeluargaan sering dijadikan sebagai batu loncatan
dikalangan pendatang baru untuk berhijrah ke negara ini. Penghijrahan
kaum keluarga terdahulu seolah-olah membentuk satu rangkaian yang
memudahkan kedatangan penghijrah lain. Tambahan pula terdapat
sebilangan pendatang yang telah mendapat taraf penduduk tetap negara
ini, membolehkan mereka ini secara tidak langsung membawa masuk
kaum keluarga mereka yang lain. Hal ini dipermudahkan lagi jika
pendatang Indonesia tersebut mempunyai sanak saudara yang terdiri dari
pada rakyat tempatan.
e. Persamaan cara hidup
Di kalangan rakyat Malaysia dan rakyat Indonesia, salah satu faktor yang
dikenal pasti mengapa pendatang Indonesia lebih tertarik datang ke
negara ini. Dari segi budaya, penduduk yang berbilang kaum, bahasa,
makanan, dan kebebasan beragama merupakan antara ciri-ciri yang
mempunyai persamaan yang erat antara penduduk kedua-dua negara.
Keupayaan mereka menyesuaikan diri dengan masyarakat setempat dapat
mengelakkan dari pada timbulnya konflik yang besar.
42. 38
f. Persamaan bahasa
Persamaan bahasa yang ada memudahkan golongan pendatang ini
berinteraksi dengan masyarakat tempatan. Keadaan ini membolehkan
mereka berada di negara sendiri. Golongan pendatang Indonesia ini juga
mudah tinggal di negara kita disebabkan warga besar mereka yang datang
adalah beragama Islam.
g. Faktor persamaan agama
Persamaan agama juga memainkan peranan yang agak besar menjadi
daya penarik kedatangan golongan ini. Atas dasar saudara di dalam Islam
maka sedikit sebanyak kehadiran golongan ini dapat diterima oleh
masyarakat tempatan khususnya di kalangan masyarakat melayu.
Kebebasan beragama yang diamalkan di Malaysia secara harmoni dan
dihormati oleh semua kaum, menguatkan lagi tarikan untuk datang ke
negara ini.
h. Faktor kestabilan politik
Kestabilan politik sebuah negara memainkan peranan yang penting dan
berkait rapat dengan ekonomi negara dan proses migrasi antarabangsa.
Sebuah negara yang aman dan makmur secara tidak langsung dapat
mengelakkan berlakunya migrasi penduduk negara tersebut ke negara
lain, sebaliknya menyebabkan penduduk negara lain berhijrah ke negara
tersebut. Dari segi kajian yang telah dibuat menunjukkan ketidakstabilan
politik sesebuah negara menyebabkan peratus migrasi yang tinggi, ini
43. 39
dapat dilihat pada negara-negara seperti Indonesia, Bangladesh, Filipina,
Thailand dan lain-lain yang berhijrah ke Malaysia secara haram.
E. Dampak Migrasi Penduduk
Migrasi penduduk baik internal atau nasional maupun eksternal atau
internasional masing-masing memiliki dampak positif dan negatif terhadap
daerah asal maupun daerah tujuan.
1. Dampak Positif Migrasi Internasional antara lain :
a. Dampak Positif Imigrasi
1) Dapat membantu memenuhi kekurangan tenaga ahli
2) Adanya penanaman modal asing yang dapat mempercepat
pembangunan
3) Adanya pengenalan ilmu dan teknologi dapat mempercepat alih
teknologi
4) Dapat menambah rasa solidaritas antarbangsa
b. Dampak Positif Emigrasi
1) Dapat menambah devisa bagi negara terutama dari penukaran mata
uang asing
2) Dapat mengurangi ketergantungan tenaga ahli dari luar negeri,
terutama orang yang belajar ke luar negeri dan kembali ke negara
asalnya
3) Dapat memeperkenalkan kebudayaan ke bangsa lain
2. Dampak Positif Migrasi Nasional antara lain :
a. Dampak Positif Transmigrasi
1) Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama transmigran
44. 40
2) Dapat memenuhi kekurangan tenaga kerja di daerah tujuan
transmigrasi
3) Dapat mengurangi pengangguran bagi daerah yang padat
penduduknya
4) Dapat meningkatkan produksi pertanian seperti perluasan
perkebunan kelapa sawit, karet, coklat dan lain-lain
b. Dampak Positif Urbanisasi
1) Dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kota
2) Mengurangi jumlah pengangguran di desa
3) Meningkatkan taraf hidup penduduk desa
4) Kesempatan membuka usaha-usaha baru di kota semakin luas
5) Perekonomian di kota semakin berkembang
3. Dampak Negatif Migrasi Internasional antara lain :
a. Dampak Negatif Imigrasi
1) Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa.
2) Imigran yang masuk adakalanya di antara mereka memiliki tujuan
yang kurang baik seperti pengedar narkoba, bertujuan politik, dan
lain-lain.
b. Dampak Negatif Emigrasi
1) Kekurangan tenaga terampil dan ahli bagi negara yang ditinggalkan
2) Emigran tidak resmi dapat memperburuk citra negaranya.
45. 41
4. Dampak Negatif Migrasi Nasional antara lain :
a. Dampak Negatif Transmigrasi
1) Adanya kecemburuan sosial antara masyarakat setempat dengan
para transmigran
2) Terbengkalainya tanah pertanian di daerah trasmigrasi karena
transmigran tidak betah dan kembali ke daerah asalnya
b. Dampak Negatif Urbanisasi
1) Berkurangnya tenaga terampil dan terdidik di desa
2) Produktivitas pertanian di desa menurun
3) Meningkatnya tindak kriminalitas di kota
4) Meningkatnya pengangguran di kota
5) Timbulnya pemukiman kumuh akibat sulitnya mencari perumahan
6) Lalu lintas di kota sangat padat, sehingga sering menimbulkan
kemacetan lalu lintas
5. Usaha-usaha untuk Menanggulangi Permasalahan Migrasi
Beberapa usaha pemerintah untuk menanggulangi permasalahan migrasi,
adalah sebagai berikut :
a. Persebaran pembangunan industri sampai ke daerah-daerah
b. Peningkatan pendapatan masyarakat desa melalui intensifikasi dan
Koperasi Unit Desa
c. Pembangunan fasilitas yang lebih lengkap seperti pendidikan dan
kesehatan
d. Pembangunan jaringan jalan sampai ke desa-desa sehingga hubungan
antara desa dan kota menjadi lancer
e. Meningkatkan penyuluhan program Keluarga Berencana untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk di pedesaan.
46. 42
F. Latihan
1. Migrasi penduduk dibagi menjadi dcua tipe yaitu migrasi internasional
dan migrasi nasional, Migrasi Internasional dapat dibedakan menjadi
berapa, sebutkan?
2. Apa yang dimaksud dengan Migrasi Risen ?
3. Jelaskan pengertian migrasi masuk, migrasi keluar, migrasi Neto dan
Migrasi Bruto.
4. Sebutkan 4 faktor yang mempengaruhi migrasi menurut Lee.
G. Rangkuman
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari
satu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun
administratif bagian dalam suatu negara. (perpindahan yang permanen)
Secara garis besar, migrasi dibedakan menjadi Migrasi antar negara yan
disebut migrasi Internasional dan Migrasi yang terjadi didalam suatu negara
yaitu antar provinsi yang disebut sebagai migrasi intern.
Perhitungan terjadinya perubahan penduduk melalui migrasi dapat diukur
melalui keadaan migrasi masuk, migrasi keluar, migrasi netto, dan migrasi
brutto.
Ada 2 faktor yang selalu terdapat di daerah asal mupun tujuan yang selalu
berkaitan dengan perpindahan penduduk, yaitu factor positif dan negative.
Factor positif yaitu factor yang menarik seseorang untuk tidak meninggalkan
daerah tersebut, dan factor negative yaitu factor yang menyebabkan
sesseorang meninggalkan daerah tersebut. Para ahli mengelompokkan
berdasarkan kekuatan daya dorong dan daya tarik dari suatu daerah, yang
selanjutnya disebut factor pendorong dan factor penarik.
47. 43
BAB III
UKURAN-UKURAN MIGRASI
A. Ukuran Migrasi
Untuk memudahkan studi dan analisis tentang migrasi, maka digunakan
beberapa pengertian tentang ukuran-ukuran dalam perhitungan migrasi
antara lain:
1. Angka Mobilitas (m)
Angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah perpindahan
dalam suatu periode tertentu (biasanya dalam satu tahun) dengan jumlah
penduduk yang beresiko pindah (population at risk)
m = x k
Dimana :
m = angka mobilitas
M = jumlah perpindahan
P = penduduk yang beresiko pindah
k = konstanta (1.000)
Indikator Keberhasilan: Setelah mempelajari modul ini peserta dapat
menjelaskan tentang Ukuran-ukuran migrasi.
48. 44
Dalam kenyataan sulit untuk mengetahui jumlah penduduk yang
berpindah secara local ini.
2. Angka Migrasi Masuk ( )
Angka yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1.000
orang penduduk daerah tujuan dalam waktu satu tahun.
Mi = x k
Mi = angka migrasi masuk
I = jumlah migran masuk (immigrant)
P = penduduk pertengahan tahun
k = konstanta (1.000)
Contoh :
Mi = 25
berarti ada 25 Migran yang masuk per 1000 orang penduduk setiap
tahun.
Migran adalah orang yang melakukan migrasi
3. Angka Migrasi Keluar ( )
Yaitu Angka yang menunjukkan banyaknya migran yang keluar per 1.000
orang penduduk daerah asal dalam waktu satu tahun.
Mo = x k
49. 45
di mana:
mo : angka migrasi keluar
O : jumlah migran keluar (out migrant)
P : penduduk pertengahan tahun
k : konstanta (1.000)
Mo = 15, berarti terjadi perpindahan penduduk ke luar daerah rataa-
rata sebanyak 15 orang per 1000 penduduk setiap tahunnya.
4. Angka Migrasi Netto ( )
Angka yang menunjukkan selisih banyaknya migrant masuk dan keluar,
ked an dari suatu daerah per 1.000 penduduk dalam satu tahun.
Dengan rumus :
mn = x k atau mn = Mi – Mo
di mana:
mn : angka migrasi neto
I : jumlah migran keluar
O : jumlah migran masuk
P : penduduk pertengahan tahun.
k : konstanta (1.000)
Jadi Net Migration dari contoh diatas adalah
mn = mi – mo = 25 – 15 = 10.
50. 46
Kesimpulannya adalah pertumbuhan penduduk yang disebabkan migrasi
adalah rata-rata 10 orang per 1000 penduduk per tahun.
5. Angka Migrasi Bruto (mg)
Angka yang menunjukkan banyaknya kejadian perpindahan penduduk,
yaitu jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar dibagi jumlah penduduk
tempat asal dan jumlah penduduk tempat tujuan.
mg = x k
di mana:
mg = angka migrasi bruto
Pl = penduduk pertengahan tahun di tempat tujuan
P2 = penduduk pertengahan tahun di tempat asal
k = konstanta (1.000)
B. Perhitungan dan Hasil Perhitungan Migrasi
1. Perhitungan angka Migrasi Masuk
Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan data di Provinsi Papua
sebagai berikut. Jumlah penduduk pada tahun 1995 sebanyak 1.900.000
jiwa dan jumlah migrasi masuk sebanyak 3.500 jiwa. Tingkat migrasi
masuk di Provinsi Papua tahun1995 adalah :
Mi = x k
51. 47
Mi = angka migrasi masuk
I = jumlah migran masuk (immigrant)
P = penduduk pertengahan tahun
k = konstanta (1.000)
Mi = x 1.000 = 1,84
Artinya tingkat migrasi masuk si Provinsi Papua pada tahun 1995 adalah
1,84 jiwa dari setiap 1,000 penduduk
2. Perhitungan Migrasi Keluar
Hasil Sensus penduduk tahhun 2000 menunjukkan data-data provinsi
Papua sebagai berikut. Jumlah penduduk pada tahun 1995 sebanyak
1.900.000 jiwa dan jumlah migrasi keluar sebanyak 7.500 jiwa. Tingkat
migrasi keluar di provinsi Papua pada tahun 1995 adalah :
Mi = x 1.000 = 3,94
Artinya tingkat migrasi keluar di Provinsi Papua pada tahun 1995 adalah
3,94 jiwa dari 1.000 penduduk.
3. Perhitungan Migrasi Neto
Dari hasil Sensus penduduk tahhun 2000 menunjukkan data-data
provinsi Papua sebagai berikut. Jumlah penduduk pada tahun 1995
sebanyak 1.900.000 jiwa dan jumlah migrasi masuk sebanyak 3.500 jiwa,
52. 48
jumlah migrasi keluar sebanyak 7.500 jiwa. Tingkat migrasi keluar di
provinsi Papua pada tahun 1995 adalah :
mn = x 1.000 = 2,1
Artinya tingkat migrasi neto provinsi Papua pada tahun 1995 adalah 2,1`
jiwa dari setiap 1.000 penduduk.
4. Perhitungan Angka Migrasi Risen
Contoh Perhitungan Angka Migrasi Risen Menurut Kelompok Umur,
Kabupaten Lombok Tengah, 1995-2000.
Kelompok
Umur
Migran
Masuk
Migran
Keluar
Migran
Neto
Jumlah
Penduduk
1995
Jumlah
Penduduk
2000
Penduduk
tengah
periode
ASNMR
0-4 1.280 2.459 -1.179 92.700 80.829 86.764,5 -2,7177
5-9 1.256 1.711 -455 101.227 85.523 93.375 -0,97456
10-14 1.481 2.142 -661 97.680 91.879 94.779,5 -1,39482
15-19 1.720 3.646 -1.926 69.250 77.682 73.466 -5,24324
20-24 1.490 3.661 -2.171 61.748 62.999 62.373,5 -6,96129
25-29 1.466 2.532 -1.066 55.820 64.984 60.402 -3,52968
30-34 1.257 1.777 -520 47.595 56.312 51.953,5 -2,00179
35-39 973 1.392 -419 45.152 52.862 49.007 -1,70996
40-44 723 928 -205 32.447 44.421 38.434 -1,06676
45-49 552 671 -119 38.380 35.532 36.956 -0,64401
50-54 428 454 -26 23.071 29.919 26.495 -0,19626
55-59 262 251 11 19.539 19.909 19.7240,111539
60-64 266 235 31 18.143 18.737 18.4400,336226
65-69 132 125 7 7.475 10.788 9.131,50,153315
70-74 106 100 6 3.089 7.529 5.3090,226031
75+ 65 94 -29 2.193 5.673 3.933 -1,4747
Jumlah 13.457 22.178 -8.721 715.509 745.578 730.543,5 -2,38754
53. 49
Sumber Data
Perhitungan Angka Migrasi Risen Menurut Kelompok Umur dalam modul
ini berdasarkan data hasil Sensus Penduduk 2000 dan Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) tahun 1995.
Tabel 1 memperlihatkan jumlah migrasi risen masuk dan migrasi risen
keluar baik menurut kelompok umur maupun keseluruhan ke dan dari
Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Terlihat pada
tabel, migrasi risen neto di kabupaten ini secara keseluruhan bernilai
negatif, yaitu -2,39 yang artinya selisih antara migran risen masuk dan
migran risen keluar sebesar 2,39 orang per 1000 penduduk di Kabupaten
Lombok Tengah. Nilai negatif berarti lebih banyak migran yang keluar
daripada yang masuk dalam periode 1995-2000. Nilai yang sama juga
terlihat pada hampir semua kelompok umur. Ini artinya lebih banyak
penduduk yang keluar dari Lombok Tengah ke daerah-daerah lain di
Indonesia (migrasi internal) atau mungkin keluar negeri (migrasi
internasional), dibanding penduduk yang masuk ke wilayah kabupaten ini
selama peridoe 1995-2000.
Jumlah migrasi keluar yang lebih banyak ini terutama terjadi pada
kelompok umur muda (anak-anak dan usia angkatan kerja). Untuk usia
angkatan kerja, biasanya mereka pergi ke luar negeri. Untuk kelompok
yang lebih tua (usia pensiun), tampaknya lebih banyak yang masuk ke
Lombok Tengah dibandingkan mereka yang keluar. Tidak tertutup
kemungkinan penduduk usia tua ini merupakan para migran kembali
(return migrants) dari daerah lain sehingga dapat dikatakan kalau
kabupaten ini tidak terlalu menarik minat para penduduk usia produktif.
54. 50
Mereka lebih banyak yang keluar ke daerah-daerah lain atau luar negeri
mencari kehidupan yang lebih baik. Karenanya tidak mengherankan jika
kabupaten ini dikenal sebagai salah satu daerah pengirim TKI (Tenaga
Kerja Indonesia) ke luar negeri.
Jumlah migran yang disajikan pada Tabel merupakan peristiwa migrasi
selama kurun waktu tahun 1995 hingga 2000. Karena itu dinamakan
migran risen. Untuk menghasilkan angka migrasi (migration rate), maka
jumlah migran tersebut dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan periode selama 1995-2000. Angka migrasi diperoleh dengan
membagi jumlah migran risen pada kelompok umur tertentu dengan
jumlah penduduk pada kelompok umur yang sama pada pertengaha
periode 1995-2000, kemudian dikalikan dengan 1000. Penduduk pada
kelompok umur 30-34 misalnya, memiliki angka migrasi risen neto
sebesar -2,00179. Ini artinya, di antara 1000 orang penduduk Lombok
Tengah berusia 30-34, terdapat lebih banyak yang pergi meninggalkan
Lombok Tengah daripada yang masuk ke Lombok Tengah sebanyak dua
orang berusia 30-34 dalam periode 1995-2000.
5. Angka Miggrasi Parsial (Partial Migration Rate)
= x 1.000 = x 1.000
Pada bagian berikut ini, disajikan perhitungan angka migrasi masuk,
migrasi keluar, migrasi neto, dan migrasi bruto untuk provinsi DKI
Jakarta dan Jawa Barat. Hasil SP 1990 menunjukkan bahwa jumlah
migrasi antara dua tempat, misalnya DKI Jakarta dan Jawa Barat1*',
55. 51
migran risen keluar dari DKI Jakarta ke Jawa Barat tahun 1990,
sebanyak 695.456 jiwa. Jumlah migran risen masuk dari Jawa Barat ke
DKI Jakarta sebanyak 213.258 jiwa. Jumlah penduduk DKI Jakarta pada
tahun 1990 adalah 7.398.502 jiwa. Jumlah penduduk Jawa Barat tahun
1990 adalah 31.111.110 jiwa.
Dengan demikian, angka migrasi risen masuk di DKI Jakarta dari Jawa
Barat pada tahun 1990 adalah sebagai berikut.
mi = x 1.000 = 28,8 per 1.000
Artinya, dari setiap 1.000 penduduk DKI Jakarta terdapat antara 28 dan
29 orang yang masuk dari Jawa Barat.
Angka migrasi risen ke luar dari DKI Jakarta ke Jawa Barat pada tahun
1990 adalah
mo = x 1.000 = 93,9 per 1.000
Artinya, dari setiap 1.000 penduduk DKI Jakarta terdapat antara 93 dan
94 orang yang meninggalkan DKI Jakarta menuju Jawa Barat.
Angka migrasi neto di Jakarta terhadap Jawa Barat tahun 1990 adalah
sebagai berikut.
56. 52
mn = x 1.000 = 65,18 per 1.000
Artinya, dari setiap 1.000 penduduk DKI Jakarta ada lebih banyak antara
65 dan 66 orang yang meninggalkan DKI Jakarta menuju Jawa Barat
daripada yang masuk ke DKI Jakarta dari Jawa Barat.
Angka migrasi bruto di DKI Jakarta terhadap Jawa Barat adalah sebagai
berikut.
mg = x 1.000 = 23,6 per 1.000
6. Estimasi Migrasi
Untuk keperluan analisa lebih lanjut ada beberapa metode yang dapat
digunakan. Estimasi angka migrasi dapat dilakukan secara langsung
dengan menggunakan data perpindahan penduduk, atau secara tidak
langsung dengan menggunakan metode kelangsungan hidup antara dua
sensus (intercensal survival ratio method) dan table kematian (life table
survival method).
Intercensal Survival Ratio Method
Methode ini merupakan suatu cara untuk memperkirakan jumlah migrasi
neto disuatu daerah dalam suatu Negara dengan menggunakan
Intercensal survival ratio (rasio masih hidup antara dua sensus), dengan
asumsi sebagia berikut :
57. 53
a. Tingkat kematian dan tingkat kessalahan dalam disttribusi umur
adalah sama untuk semua daerah dalam negara yang bersangkutan.
b. Migrasi neto untuk negara secara keseluruhan adalah nol.
Memperkirakan migrasi neto menurut umur dengan metode rasio masih
hidup antarsensus bisa ditempuh dengan dua cara, yaitu forward ratio
dan reverse ratio.
a. Forward Census Survival Ratio (FCSR) merupakan suatu pecahan yang
pembilangnya adalah jumlah orang dalam suatu kelompok umur dari
penduduk pada suatu sensus, sedangkan penyebutnya adalah jumlah
orang dalam kelompok umur yang 10 tahun (jika sensus intervalnya 10
tahun) lebih muda dari penduduk pada sensus sebelumnya. Jadi,
FCSR atau SR =
Dengan demikian, perkiraan migrasi neto umur 10-14 tahun pada
1971 untuk suatu daerah adalah sebagai berikut.
b. Reverse Census Survival Ratio (RCSR) merupakan suatu pecahan yang
pembilangnya adalah jumlah orang dalam suatu kelompok umur pada
c.
58. 54
d. suatu sensus, sedangkan penyebutnya adalah jumlah orang dalam
kelompok umur 10 tahun lebih tua pada sensus berikut. Jadi,
RCSR atau
Sebagai contoh, perkiraan migrasi neto umur 0-4 tahun menurut
sensus penduduk 1961 untuk suatu daerah adalah
Contoh perhitungan Intercensal Survival Ratio Method bisa dilihat pada
Tabel 6.4. Berikut adalah keterangan tentang isi kolom-kolom pada
Tabel 6.4 serta cara perhitungan angka migrasi neto penduduk laki-
laki pulau Jawa berdasarkan SP 1961 dan 1971.
Kolom 1 : Kelompok umur.
Kolom 2 : Intercensal Census Survival Ratio, Indonesia, tahun 1961-
1971.
SR (M)0-4 =
Jumlah penduduk perkelompok umur ini menurut SP 1961 dan SP
1971 diperoleh dengan cara sebagai berikut. Misalnya, khusus untuk
umur 65+, yaitu 0,3074 diperoleh dari
59. 55
0,3068 =
Kolom 3 : Data penduduk laki-laki di Jawa pada tahun 1961 (dalam ribuan).
Kolom 4 : Perkiraan penduduk laki-laki di Jawa pada tahun 1971
berdasarkan data penduduk Jawa tahun 1961 (kolom 3) dan
Intercensal Census Survival Ratio Indonesia (kolom 2). Misal:
(5.414) (0,8658)= 4.687
Kolom 5 : Penduduk laki-laki Pulau Jawa menurut hasil SP 1971
Kolom 6 : Berdasarkan data kolom (4) yaitu penduduk yang seharusnya ada
berdasarkan intercensal survival ratio serta data kolom (5) yaitu
penduduk Jawa yang ternyata ada berdasarkan hasil SP 1971,
maka beda antara keduanya menunjukkan migrasi neto yang
merupakan selisih antara migrasi masuk dengan migrasi keluar.
Berdasarkan hasil tersebut ternyata terjadi lebih banyak migrasi
keluar sebesar 149 jiwa laki-laki per 1000 penduduk laki-laki di
Pulau Jawa antara tahun 1961 dan 1971.
Dalam contoh di atas digunakan distribusi umur penduduk pada tahun 1961
sebagai dasar. Distribusi umur tersebut diproyeksikan sampai tahun 1971
(forward survival ratio). Kemudian hasil perkiraan tersebut dibandingkan
dengan hasil pencatatan SP 1971. Sebenarnya prosedur ini bisa juga
60. 56
dikerjakan sebaliknya. Dengan demikian, digunakan distribusi umur tahun
1971 sebagai dasar perkiraan distribusi umur pada tahun 1961 (reverse
survival). Perkiraan migrasi neto antar sensus didapatkan dari perbandingan
distribusi umur 1961 yang diperhitungkan dengan distribusi umur yang
dilaporkan dalam SP 1961.
Cara lain estimasi migrasi dalam sensus penduduk dengan menggunakan
survival ratio dengan bantuan life table, tetapi tidak dibahas dalam bab ini.
Tabel 1.
Perkiraan Jumlah Migrasi Neto Penduduk Laki-Laki Pulau Jawa menurut
Kelompok Umur, Tahun 1961-1971
Kelomp
ok
Umur
Intercen
sal
Survival
Ratio
Indonesi
a
Pendudu
k laki-laki
Pulau
Jawa,
tahun
1961
Perkiraan
Penduduk
laki-laki
Pulau
Jawa,
tahun
1971
Penduduk
laki-laki
Pulau
Jawa yang
tercatat
dalam
sensus
tahun
1971
Perkiraan
jumlah
migrasi neto
untuk
penduduk
laki-laki
Pulau Jawa,
tahun 1961-
1971
(1) (2) (3)* (4) (5)** (6)
0-4 0,865
8
5.414 - 5970 -
5-9 0,734
4
4.4896 - 6034 -
10-14 0,823
3
2.731 4687 4665 -22
15-19 1,051
9
2.420 3596 3547 -49
61. 57
20-24 1,061
4
2.200 2248 2204 -44
25-29 1,051
8
2.525 2546 2567 +21
30-34 0,855
1
2.396 2335 2357 +22
35-39 0,727
4
2.215 2656 2714 +58
40-44 0,779
5
1.615 2049 2023 -26
45-49 0,561
4
1.294 1611 1615 +4
50-54 0,628
2
1.100 1259 1239 -20
55-59 0,610
7
594 726 714 -12
60-64 0,478
1
667 691 661 -30
65-69 0,307
4
740 363 336 -27
70-74 319 305 -14
75+ 227 217 -11
Total -149
* Hasil Sensus 1961, tabel-tabel mimeograf Sensus Penduduk 1961 (1%
sampel susunan penduduk menurut umur dan kelamin (dalam ribuan).
** Biro Pusat Statistik, Sensus Penduduk 1971, Serie C. Jakarta.
Definisi urbanisasi telah dikemukakan sebelumnya. Untuk mengukur atau
menetapkan urbanisasi antara lain dengan melihat penduduk yang
didefinisikan sebagai penduduk daerah perkotaan. Ada dua indeks yang
dipakai untuk mengukur derajat urbanisasi.
62. 58
1. Persentase penduduk perkotaan (Pu), yang rumusnya adalah sebagai
berikut.
Pu= x 1.000
di mana:
Pu : Persentase penduduk perkotaan
U : Penduduk daerah perkotaan
P : Penduduk total
2. Rasio penduduk perkotaan-pedesaan (ratio of urban-rural population), yang
rumusnya seperti berikut ini.
UR =
di mana:
U : Penduduk perkotaan
R : Penduduk pedesaan
k : konstanta (100)
Dengan melihat perkembangan indeks tersebut, terlihat apakah ada
urbanisasi atau tidak.
Contoh:
Penduduk Argentina di perkotaan meningkat dari 63% pada tahun 1950
menjadi 67% pada tahun 1960. Di Indonesia, persentase penduduk
63. 59
perkotaan meningkat dari 19,1% pada tahun 1971 menjadi 22,2% pada
tahun 1980.
Di dunia, definisi perkotaan dan pedesaan memang tidak seragam. Menurut
SP 1961 dan 1971 yang dimaksud dengan urban, yaitu ibukota kabupaten,
kotamadya, dan kota-kota lain yang mempunyai fasilitas modern, seperti
listrik, air, bioskop, sekolah lanjutan atas, dan rumah sakit. Sedangkan
dalam SP 1980 definisi ini mengalami beberapa modifikasi.
Pada Tabel 2 dan table 3 disajikan persentase penduduk daerah perkotaan di
Indonesia menurut provinsi serta laju pertumbuhan daerah perkotaan
berdasarkan hasil SP 1980 dan 1990 serta Supas 1995. Terlihat bahwa
secara keseluruhan, persentase penduduk perkotaan di Indonesia meningkat
dari 22% pada tahun 1980 menjadi 36% pada tahun 1995. Berdasarkan
provinsi, persentase penduduk perkotaan terendah terdapat di provinsi DI
Aceh, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara, sedangkan yang tertinggi di
DKI Jakarta pada tahun 1980. Secara konsisten, persentase penduduk
perkotaan yang tertinggi adalah di ibukota negara, pusat semua
pembangunan khususnya pembangunan ekonomi.
Kalau pada tahun 1980 persentase penduduk perkotaan berkisar antara
8,94% di DI Aceh dan 93,4% di DKI Jakarta, maka pada tahun 1995 angka
ini menjadi berkisar antara 9,5% di provinsi termuda di Indonesia, Timor
Timur, dan 100% di DKI Jakarta.
Secara keseluruhan, pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia
menurun dari 5,37% per tahun pada periode 1980-1990 menjadi 4,76% per
64. 60
tahun pada periode 1990-1995 (Tabel 6.6.). Sementara itu, laju pertumbuhan
penduduk perkotaan bervariasi antara 2,64% per tahun di Lampung dan
12,74% per tahun di Bengkulu pada periode 1980-1990. Selain itu, laju
pertumbuhan penduduk perkotaan lebih besar dari angka nasional di 15
provinsi. Pada periode 1990-1995, pertumbuhan penduduk perkotaan
terendah di DKI Jakarta dan tertinggi di Sulawesi Tenggara. Pada periode
tersebut, laju pertumbuhan penduduk perkotaan lebih tinggi dari angka
nasional di 17 provinsi.
Table 2.
Persentase Penduduk Daerah Perkotaan menurut Provinsi di Indonesia,
Tahun 1980,1990, dan 1995
Provinsi Tahun
1980 1990 1995
Daerah Istimewa Aceh 8,94 15,81 20,54
Sumatera Utara 25,45 35,48 41,09
Sumatera Barat 12,71 20,22 25,06
Riau 27,12 31,67 34,36
Jambi 12,65 21,41 27,16
Bengkulu 9,43 20,37 25,71
Lampung 12,47 12,44 15,71
DKI Jakarta 93,36 99,62 100,00
Jawa Barat 21,02 34,51 42,69
Jawa Tengah 18,74 26,98 31,90
DI Yogyakarta 22,08 44,42 58,05
Jawa Timur 19,60 27,43 32,06
65. 61
Bali 14,71 26,43 34,31
Nusa Tenggara Barat 14,07 17,12 18,85
Nusa Tenggara Timur 7,51 11,39 13,88
Timor Timur - 7,79 9,51
Kalimantan Barat 16,77 19,96 21,66
Kalimantan Tengah 10,30 17,56 22,47
Kalimantan Selatan 21,35 27,06 29,96
Kalimantan Timur 39,84 48,78 50,22
Sulawesi Utara 16,76 22,78 26,28
Sulawesi Tengah 8,95 16,43 21,87
Sulawesi Selatan 18,08 24,53 28,27
Sulawesi Tenggara 9,34 17,02 22,38
Maluku 10,84 18,97 24,57
Irian Jaya 20,22 23,97 25,76
Indonesia 22,27 30,90 35,91
Sumber: Supas 1995 dan Sensus 1980, 1990.
Dalam banyak hal, peningkatan persentase penduduk perkotaan telah
menimbulkan masalah-masalah perkotaan, anatara lain seperti berikut ini.
1. Sehubungan dengan pertambahan penduduk Indonesia yang cepat, maka
kota-kota besar pun mempunyai penduduk yang besar pula. Hal ini dapat
menyulitkan penyediaan fasilitas-fasilitas perkotaan.
2. Pendatang yang tidak mempunyai keahlian atau mempunyai sedikit
keterampilan yang sama sekali berbeda dengan yang dibutuhkan di kota.
66. 62
3.
4.
5. Pembekalan untuk hidup di kota tidak cukup didapatkan. Akibatnya,
angka pengangguran di perkotaan dapat meningkat, yang dapat
mengakibatkan meningkatnya masalah-masalah sosial.
6. Walaupun pendatang mempunyai motivasi yang kuat untuk
mengembangkan dirinya di kota, tetapi kenyataannya kota sendiri belum
siap menerimanya.
Tabel 3
Rata-rata Pertahun Laju Pertumbuhan Penduduk
Daerah Perkotaan menurut Provinsi Indonesia, Tahun 1980-1995
Provinsi Periode
1980-1990 1990-1995
Daerah Istimewa Aceh 8,75 7,92
Sumatera Utara 5,51 4,65
Sumatera Barat 6,44 6,02
Riau 5,93 5,07
Jambi 8,99 8,27
Sumatera Selatan 3,87 3,36
Bengkulu 12,74 8,57
Lampung 2,64 6,93
DKI Jakarta 3,09 2,06
67. 63
Jawa Barat 7,78 6,51
Jawa Tengah 4,93 4,22
DI Yogyakarta 7,86 5,52
Jawa Timur 4,54 4,00
Bali 7,29 6,24
Nusa Tenggara Barat 4,17 3,56
Nusa Tenggara Timur 6,12 5,94
Timor Timur - 6,52
Kalimantan Barat 4,45 4,09
Kalimantan Tengah 9,58 8,32
Kalimantan Selatan 4,78 4,28
Kalimantan Timur 6,55 4,89
Sulawesi Utara 4,76 4,28
Sulawesi Tengah 9,31 8,56
Sulawesi Selatan 4,56 4,53
Sulawesi Tenggara 10,06 9,11
Maluku 8,71 7,79
Irian Jaya 5,23 4,83
Indonesia 5,37 4,76
Sumber. Supas 1995.
Berikut ini beberapa kebijaksanaan yang berkaitan dengan urbanisasi.
1. Ada yang menjalankan kebijaksanaan pintu tertutup (terselubung) bagi
pendatang. Tanpa pengembangan pembangunan secara desentralisasi
dengan otonomi yang diperluas, kebijakan semacam ini harus ditinjau
kembali. Apalagi dengan kecepatan pertumbuhan penduduk di pedesaan
68. 64
2. yang juga tinggi, jangan sampai terjadi adanya additional worker hypothesis
menjadi discourage worker hypothesis yang kemudian menjadi social unrest
(keresahan sosial).
3. Perlu adanya perencanaan kota yang baik yang mempertimbangkan tidak
hanya rate of growth secara alami dari penduduknya, tetapi juga faktor
migrasi terutama urbanisasi. Pasar kerja harus terbuka dengan sistem
informasi yang cepat dan tepat.
4. Upaya yang sifatnya merupakan sasaran strategis, antara lain sebagai
berikut.
a. Tetap meneruskan program pengendalian pertumbuhan penduduk
dengan menanamkan norma keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera
(NKKBS).
b. Transmigrasi secara swakarsa dengan insentif yang menarik,
dengan memedulikan keadaan dan psikologis masyarakat daerah tujuan
transmigrasi.
c. Usaha meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan di kota
sebanyak mungkin sehingga menyerap pendatang yang ke kota sesuai
keahlianya.
d. Usaha menaikkan kesempatan kerja dan perluasan lapangan kerja
di pedesaan.
C. Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi
adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk
yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai
69. 65
permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan
penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan
jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum,
perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu
masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa arti Urbanisasi merupakan
perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi menjadi masalah yang
cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata
antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan
kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang
signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan
pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, dan lain-
lain.
Urbanisasi biasanya dilakukan oleh orang-orang muda usia yang pergi
mencari pekerjaan di industri atau perusahaan yang jauh dari tempat
dimana mereka berasal. Perpindahan ke wilayah lain dari desa atau kota
kecil telah menjadi tren dari waktu ke waktu akibat pengaruh dari televisi,
perusahaan pengerah tenaga kerja, dan berbagai sumber lainnya. Suatu
kajian mengindikasikan bahwa pendidikan berkaitan erat dengan
perpindahan ini. Secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan maka
tingkat perpindahan pun semakin tinggi. Hal ini semakin meningkat dengan
semakin majunya telekomunikasi, komputer dan aktivitas high tech lainnya
yang memudahkan akses keluar wilayah.
70. 66
Urbanisasi orang-orang muda ini dipandang pelakunya sebagai penyaluran
kebutuhan ekonomi mereka namun merupakan peristiwa yang kurang
menguntungkan bagi wilayah itu bila terjadi dalam jumlah besar. Untuk
mengurangi migrasi keluar ini masyarakat perlu untuk mulai melatih
angkatan kerja pada tahun-tahun pertama usia kerja dengan memberikan
pekerjaan sambilan, selanjutnya merencanakan masa depan mereka sebagai
tenaga dewasa yang suatu saat akan membentuk keluarga. Sebagai
dorongan bagi mereka untuk tetap tinggal adalah dengan menyediakan
lapangan pekerjaan yang sesuai. (situs wikipedia.org.)
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti
persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan
manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi.
perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk
dan Mobilitas Penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk
dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan
Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat
sementara saja atau tidak menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa,
seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk
ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan
ekonomi, dan lain sebagainya.
71. 67
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong,
memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam
bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik.
Beberapa hal yang melatarbelakangi urbanisasi tinggi adalah sebagai
berikut.
1. Pull factors yang demikian besar dari kota-kota dibandingkan pedesaan,
yang menarik penduduk yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan.
2. Tekanan sosial ekonomi penduduk dan menyempitnya lapangan kerja di
pedesaan.
3. Anggapan bahwa kota selalu memungkinkan seseorang untuk
memperoleh pengembangan diri secara cepat. Hal ini sering bertolak
belakang dengan kenyataan.
Keuntungan Urbanisasi
a. Memoderenisasikan warga desa
b. Menambah pengetahuan warga desa
c. Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu daerah
d. Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat desa
Akibat urbanisasi
a. Terbentuknya suburb tempat-tempat pemukiman baru dipinggiran
kota
b. Makin meningkatnya tuna karya (orang-orang yang tidak mempunyai
pekerjaan tetap)
72. 68
c. Masalah perumahan yg sempit dan tidak memenuhi persyaratan
kesehatan
d. Lingkungan hidup tidak sehat, timbulkan kerawanan sosial dan
kriminal
D. Transmigrasi
Sejarah transmigrasi dimulai dengan nama kolonisasi sejak tahun 1905 oleh
pemerintah Belanda dengan membuka daerah-daerah kolonisasi di
Lampung, Palembang, Bengkulu, Jambi, Kalimantan, dan Sulawesi. Daerah
Gedong Tataan di Lampung merupakan daerah kolonisasi pertama dengan
155 keluarga dari Jawa dikirim ke sana. Pemerintah Belanda berhasil
memindahkan penduduk Jawa ke luar Jawa sampai dengan tahun 1941
sebanyak 258 ribu jiwa. Dibalik tujuan untuk memindahkan penduduk yang
padat di Jawa terutama petani, tujuan lain kolonisasi adalah untuk
keperluan tenaga kerja di perkebunan dan pertambangan Belanda di luar
Jawa sehingga bisa menjamin pasaran industri.
Semasa pemerintahan Jepang di Indonesia, usaha transmigrasi tetap
dijalankan dengan memindahkan hampir dua ribu keluarga dari Jawa ke
luar Jawa. Kemudian, program transmigrasi ini terhenti akibat perang
kemerdekaan, dan baru pada tahun 1950 oleh pemerintah Indonesia
dilakukan usaha transmigrasi pertama yang memindahkan 77 jiwa dari Jawa
ke Lampung. Penekanan usaha transmigrasi setelah kemerdekaan dari tahn
1950-1969 atau sebelum Repelita I lebih diutamakan pada aspek demografis,
yaitu mengurangi kepadatan penduduk Pulau Jawa. Kemudian, sejak
Repelita I sampai sekarang, tekanan tidak lagi pada aspek demografis, tetapi
73. 69
lebih luas karena meliputi aspek-aspek ketenagakerjaan, pembangunan
daerah, dan sebagainya.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pemerintah mengembangkan berbagai
jenis transmigrasi yang menekankan pada peranan pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Menurut UU No. 15 tahun 1997, jenis transmigrasi tersebut
meliputi transmigrasi umum (TU), transmigrasi swakarsa berbantuan (TSB),
dan transmigrasi swakarsa mandiri (TSM). TU adalah jenis transmigrasi yang
pelaksanaannya sepenuhnya disubsidi oleh pemerintah. TSB adalah jenis
transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah bekerja sama dengan badan
usaha, sedangkan TSM adalah transmigrasi yang dilaksanakan oleh
masyarakat secara perseorangan atau kelompok, baik bekerja sama atau
tidak bekerja sama dengan badan usaha. Pada pelaksanaan TSM, campur
tangan pemerintah dilakukan seminimal mungkin.
Dengan berlakunya UU 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, maka tata
cara penyelenggaraan transmigrasi dan pendekatan yang dilakukan harus
disesuaikan terhadap tuntutan perkembangan keadaan saat ini.
Pelaksanaannya harus memegang prinsip demokrasi, mendorong peran serta
masyarakat, mengupayakan keseimbangan dan keadilan, serta
memperhatikan potensi dan karekteristik daerah.
E. Latihan
1. Arifianto, 24 tahun lulusan Fakultas Ilmu Komputer UI saat ini bekerja di
perusahaan komputer terkemuka di dunia, IBM, di Jakarta. Hampir
74. 70
2. sebulan sekali Arifianto mondar-mandir Jakarta - Singapura karena
urusan pekerjaannya. Seperti diketahui, perusahaan komputer IBM ini
tidak hanya berada di Jakarta, melainkan juga di Singapura. Dalam hal
ini, apakah Arifianto juga merupakan salah satu pelaku migrasi
internasional?
3. Migrasi antara dua tempat : semarang dan Kendal
Migrasi keluar dari Semarang ke Kendal tahun 2000 sebesar 26.124 jiwa.
Migrasi masuk dari Kendal ke semarang pada tahun 200 0 sebesar 49.133
jiwa. Penduduk semarang tahun tersebut sebesar 4.350.710 jiwa.
Penduduk Kendal sebesar 21.176.248 jiwa.
Hitung
Mi di Semarang dari Kendal
Mo di Semarang ke Kendal
Mn di Semarang terhadap Kendal
Mg di Semarang dengan Kendal
F. Rangkuman
Untuk memudahkan studi dan analisis tentang migrasi maka digunakan
beberapa pengertian tentang ukuran-ukuran yang digunakan dalam
perhitungan migrasi antarkabupaten/kota. Ukuran-ukuran tersebut adalah:
1. Angka migrasi masuk (mi), yang menunjukkan banyaknya migran yang
masuk per 1000 penduduk di suatu kabupaten/kota tujuan dalam satu
tahun.
75. 71
2. Angka migrasi keluar (mo), yang menunjukkan banyaknya migran yang
keluar dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk di kabupaten/kota
asal dalam satu tahun.
3. Angka migrasi neto (mn), yaitu selisih banyaknya migran masuk dan
migrant keluar ke dan dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk
dalam satu tahun.
Ukuran-ukuran migrasi ini bermanfaat untuk mengetahui apakah suatu
kabupaten/kota merupakan daerah yang memiliki daya tarik bagi penduduk
wilayah sekitarnya atau wilayah lainnya. Dapat juga ditentukan apakah
suatu kabupaten/kota merupakan wilayah yang tidak disenangi untuk
dijadikan tempat tinggal. Dengan kata lain kabupaten/kota ini memiliki daya
dorong bagi penduduknya untuk pergi meninggalkan daerah tersebut.
Kabupaten/kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah sekitarnya
biasanya memiliki angka migrasi neto yang positif. Artinya, jumlah
penduduk yang masuk lebih banyak daripada jumlah penduduk yang
keluar. Sedangkan kabupaten/kota yang kurang disenangi oleh
penduduknya akibat kelangkaan sumberdaya misalnya, biasanya memiliki
angka migrasi neto yang negatif, yang berarti jumlah penduduk yang
keluar lebih banyak daripada jumlah migran yang masuk.
Angka migrasi biasanya dihitung menurut kelompok umur dan jenis
kelamin. Indikator migrasi risen menurut kelompok umur disebut Angka
Migrasi Risen Menurut Kelompok Umur (Age Specific Recent Migration Rate),
yang dapat dihitung untuk laki-laki, perempuan, dan untuk laki-laki dan
perempuan.
76. 72
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah
perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk
ada yang bersifat nonpermanen (sementara) misalnya turisme baik nasional
maupun internasional, dan ada pula mobilitas penduduk permanen (menetap).
Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi. Migrasi adalah perpindahan
penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati batas negara atau
batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.
B. Tindak Lanjut
Dengan adanya modul ini diharapkan peserta diklat mampu memahami,
menjelaskan konsep migrasi dan mampu mengaplikasikan ukuran-ukuran
migrasi dalam menganalisa laju pertumbuhan penduduk melalui indikator
Migraasi serta dapat menambah referensi lain di luar moduil ini.
77. 73
C. Kunci Jawaban
1. Jawaban Bab I
a. Migrasi internasional dapat dibedakan atas tiga macam yaitu
Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain
dengan tujuan menetap. Orang yang melakukan imigrasi disebut
imigran
Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain.
Orang yang melakukan emigrasi disebut emigrant
Remigrasi atau repatriasi, yaitu kembalinya imigran ke negara asalnya
b. Migrasi risen (recent migration) adalah migrasi yang melewati batas
provinsi dalam kurun waktu tertentu sebelum pencacahan, misalnya lima
tahun sebelum sensus atau survei. Jumlah migran masuk risen ke suatu
provinsi adalah banyaknya penduduk di provinsi tersebut yang lima
tahun lain bertempat tinggal di luar provinsi tersebut. Jumlah migran
keluar risen dari suatu provinsi adalah jumlah penduduk yang saat
pencacahan tinggal di provinsi lain dan lima tahun yang lalu tinggal di
provinsi tersebut.
c. Migrasi masuk (Inmigration) adalah masuknya penduduk ke suatu
daerah tempat tujuan (area of destination).
Migrasi keluar (outmigration) adalah perpindahan penduduk keluar dari
suatu daerah asal (area of origin)
Migrasi netto (netmigration) merupakan selisih antara jumlah migrasi
masuk dan migrasi keluar. Apabila migrasi masuk lebih besar daripada
78. 74
migrasi keluar (Mi > Mo), maka disebut migrasi neto positif, sedangkan
jika migrasi keluar lebih besar daripada migrasi masuk (Mo > Mi), maka
disebut migrasi neto negatif.
Migrasi bruto (gross migration) adalah jumlah migrasi masuk dan migrasi
keluar dibagi jumlah penduduk tempat asal dan jumlah penduduk tempat
tujuan.
d. faktor yang menyebabkan orang mengambil keputusan untuk melakukan
migrasi yaitu :
1) Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
2) Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan
3) Rintangan antara
4) Factor-faktor individu
2. Jawaban Bab II
a. Definisi migrasi menyatakan bahwa seseorang dikatakan migran jika ia
bertempat tinggal selama 6 bulan atau lebih di tempat tujuan atau berniat
bertempat tinggal di tempat tujuan selama 6 bulan atau lebih. Dalam
kasus ini jika Arifianto biasa bertempat tinggal (usual place of residence) di
Jakarta dan tidak berniat tinggal di Singapura dalam jangka waktu 6
bulan atau lebih, maka ia hanya pelaku mobilitas non-permanen. Atau
lebih spesifik lagi, Arifianto adalah pelaku migran sirkuler karena ia tidak
bermaksud tinggal di Singapura dalam jangka waktu yang lebih lama.
79. 75
b. Perhitungan
1) Mi di Semarang dari Kendal
Mi = x k = x 1.000
Mi = 11,3 per seribu penduduk
2) Mo di Semarang ke Kendal
Mo = x k = x 1.000
Mo = 6 perseribu penduduk
3) Mn di Semarang terhadap Kendal
mn = x k = x 1000
Mn = 5,3 perseribu penduduk
4) Mg di Semarang dengan Kendal
mg = x k = x 1000
Mg = 2,9 per seribu penduduk
80. 76
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Lembaga Demografi fakultas ekonomi Indonesia, Dasar-Dasar Demografi,
Salemba Empat, Jakarta 2010.
2. BKKBN, Sekilas Informasi tentang Kependudukan dan Program KB
Nasional, Jakarta 2009.
3. Pengantar Kependudukan, David Lucas, Peter MC. Donal, Elspetth Young,
Chrestabel Young, The Australian National Univercity, diterjemahkan
oleh Nin Bakdi Sumanto, Rinisih Salahadi, Gajahmada Univercity Press,
Pusat penelitian dan studi kependudukan UGM, 1982.
4. Terencef H. Hull, Editor, Masyarakat Kependudukan dan Kebijakan di
Indonesia, Pt. Equinox Publishing Indonesia, Jakarta 2006
5. http://rakangeografi.blogspot.com/2008/12/nota-28-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html
6. http://skpm.fema.ipb.ac.id/spd/?p=424
7. http://www.datastatistik-
indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=903&I
temid=903&limit=1&limitstart=0