Berikut adalah beberapa metode diagnosis hidrosefalus:1. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik dapat menunjukkan gejala hidrosefalus seperti kepala yang membesar, fontanel yang membesar, dan tanda meningeal.2. CT scan/MRICT scan dan MRI dapat menunjukkan pembesaran ventrikel dan ruang subaraknoid serta mendeteksi penyebab hidrosefalus seperti tumor.3. Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF)P
Laporan kasus ini membahas pasien wanita berusia 56 tahun dengan keluhan sulit bicara dan badan kaku. Pemeriksaan menunjukkan gejala stroke dan CT scan menunjukkan adanya infark di beberapa bagian otak serta hidrosefalus ringan. Pasien mendapat perawatan antistroke dan observasi untuk perkembangan hidrosefalusnya.
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
More Related Content
Similar to Berikut adalah beberapa metode diagnosis hidrosefalus:1. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik dapat menunjukkan gejala hidrosefalus seperti kepala yang membesar, fontanel yang membesar, dan tanda meningeal.2. CT scan/MRICT scan dan MRI dapat menunjukkan pembesaran ventrikel dan ruang subaraknoid serta mendeteksi penyebab hidrosefalus seperti tumor.3. Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF)P
Similar to Berikut adalah beberapa metode diagnosis hidrosefalus:1. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik dapat menunjukkan gejala hidrosefalus seperti kepala yang membesar, fontanel yang membesar, dan tanda meningeal.2. CT scan/MRICT scan dan MRI dapat menunjukkan pembesaran ventrikel dan ruang subaraknoid serta mendeteksi penyebab hidrosefalus seperti tumor.3. Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF)P (20)
Berikut adalah beberapa metode diagnosis hidrosefalus:1. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik dapat menunjukkan gejala hidrosefalus seperti kepala yang membesar, fontanel yang membesar, dan tanda meningeal.2. CT scan/MRICT scan dan MRI dapat menunjukkan pembesaran ventrikel dan ruang subaraknoid serta mendeteksi penyebab hidrosefalus seperti tumor.3. Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF)P
2. Identitas
Nama : Ny. Y
Umur : 56 tahun
Alamat : Sumberan 2/1 Randegan Dawarblandong
No. RM : 311980
3. Anamnesis
Pasien dibawa keluarga ke poli saraf dr. Teddy Sp.S dengan keluhan sulit bicara
dan badan kaku terutama tangan. Keluhan sulit bicara sudah >1 bulan, ADL pasien
seluruhnya dibantu keluarga. Pasien sulit kontak mata dengan keluarga sejak 2 hari
SMRS. Keluhan lain seperti diare, muntah, sesak disangkal.
7. Pemeriksaan penunjang
Cor ukuran dan bentuk normal
Pulmo infiltrat (-)
Kedua sinus phrenicocostalis
tajam
Tulang normal
Kesimpulan : thorax foto
normal
Thoraks AP 16/01/2023
8. CT scan kepala tanpa
kontras 16/01/2023
Lesi hipodense batas tak tegas di pons
kanan,corona radiata kanan kiri dan basal
ganglia
Sulkus dan girus tampak baik
Cerebellum tampak baik
Vetrikel melebar ER>0,3, cysterna tampak baik
Tak tampak deviasi midline
Tak tampak kalsifikasi abnormal
Orbita, calvaria, mastoid dan sinus paranasalis
tampak baik
Kesimpulan:
Sub acute infarct di pons kanan, corona
radiata kanan kiri dan basal gangliakanan
Hidrosefalus ringan
9. PTx:
PZ 14 tpm
Inj. Antrain 3x1
Inj. Ranitidin 2x50
Inj. Ceftriaxon 2x1
Ganti DC
PDx:
Lab lengkap, CT scan kepala tanpa
kontras
Terapi awal
Pro konsul Sp.BS:
Minta bacaan CT scan dengan dx klinis
hidrosefalus
Bacaan CT scan: stroke infark, tidak di KIE
operasi dulu
16. Pendahuluan
Menurut WHO, setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke.
Sekitar lima juta menderita kelumpuhan permanen. Di Asia Tenggara terdapat 4,4
juta orang mengalami stroke (WHO, 2010). Indonesia telah menempati peringkat
ke-1 dunia untuk jumlah kematian yang disebabkan stroke terbanyak dengan
jumlah angka kematian mencapai 328.500 orang atau 21,2% dari total kematian
yang terjadi dalam rentang waktu 2000-2012.
17. Definisi
Stroke merupakan kelumpuhan syaraf (deficite neurologis) akibat terhambatnya
aliran darah ke otak sehingga terjadi suatu penyakit atau gangguan fungsional
pada otak.
19. Stroke iskemik
Stroke iskemik, disebabkan oleh trombosis dan emboli yang dapat menyebabkan
terjadinya oklusi arteri di otak. Selain itu, merupakan penyebab infark yang paling
sering, dan merupakan keadaan berkurang atau tersumbatnya aliran darah di
dalam arteri yang memvaskularisasi daerah otak tersebut.
20. Stroke hemoragik
Cedera otak yang disebabkan oleh ekstravasasi darah akut ke dalam parenkim
otak dari pecahnya pembuluh darah yang ada di otak.
21. SIRIRAJ SCORE
Rumus :
(2,5 X Derajat Kesadaran) + (2 X muntah) +
(2 X sakit kepala) + (0,1 X tekanan darah
diastol) – (3 X ateroma) – 12
Interpretasi :
<1 : stroke non hemoragik
≥1 : stroke hemoragik
25. ICH (Intracerebral Haemorrhagic)
Perdarahan intraserebral (PIS) ialah perdarahan primer pada parenkim otak yang
berasal dari pembuluh darahnya, dan bukan disebabkan oleh suatu trauma. Pasien
dengan hipertensi, penyakit perdarahan seperti hemofilia dapat menyebabkan
perdarahan jenis ini.
Sekitar 10% perdarahan intraserebral menyebabkan stroke. Hipertensi yang tak
terkontrol merupakan penyebab utama stroke hemoragik. Selain hipertensi, ada
penyebab yang lain seperti pecahnya aneurisma, malformasi arteri vena, angioma
kavernosa, alkoholisme, diskrasia darah, terapi antikoagulan, dan angiopati amiloid.
26. IVH (Intraventricel Haemorrhagic)
Perdarahan intraventrikular spontan (IVH) adalah komplikasi stroke hemoragik yang
jarang namun parah, terjadi pada ≈10% kasus perdarahan intraserebral.
Ketika skor koma Glasgow (GCS) saat masuk rendah dan volume darah di rongga >
20 mL, prognosisnya sangat buruk.
Kehadiran darah dalam sistem ventrikel merupakan prediktor negatif hasil
perdarahan otak. Oleh karena itu, pengobatan yang agresif, terutama dengan
adanya darah dalam jumlah besar, harus dipertimbangkan
27. Gejala ICH dan IVH
● Gejala muncul mendadak
● Nyeri kepala hebat Mendadak
● Hemiparesis Mendadak
● Penurunan Kesadaran Mendadak
● Muntah Profuse Mendadak
● Gangguan Visus
29. SAH (Subarachnoid Haemorrhagic)
Perdarahan subarakhnoid merupakan suatu kondisi bocornya darah menuju
ruangan pada otak yaitu subarakhnoid yang ada diantara piamater (lapisan bagian
dalam) dan arakhnoidmater (lapisan tengah) yang merupakan pembungkus otak
bagian selaput.
33. Definisi
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan
atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan
tempat aliran cairan serebrospinalis.
1. Communicating Hydrocephalus : Reabsorpsi LCS yang tidak memadai paling sering timbul sekunder
sebagai trauma,infeksi atau perdarahan subaraknoid
2. Non-communicating Hydrocephalus : obstruksi jalur sirkulasi LCS oleh tumor atau kelainan bawaan
(misalnhya stenosis akueduktus,malformasi, Arnold Chiari), sedemikian sehingga LCS tidak dapat
mengalir keluar dari dalam otak ke sisterna basal
➔ Kaye AH. 2005. Essential neurosurgery. 3rd edition. Malden, Mass : Blackwell
➔ (Scott Kahan & John J .Raves, 2011)
34. Epidemiologi
● Insidensi hidrosefalus kongenital 0,9-1,8/1000 kelahiran
● Kejadian acquired hidrosefalus tidak dikeahui dengan pasti
● Hydrocephalus adalah salah satu kelainan kongenital tersering pada bayi,
terutama bayi prematur.
● Populasi pada umur dewasa juga dapat terserang Hydrocephalus, akibat
terganggunya regulasi fisiologis cerebrospinal di otak
● Prevalensi Hydrocephalus di dunia pada kasus pediatri adalah 88/100.000,
sedangkan pada kasus dewasa adalah 11/100.000.
● Estimasi prevalensi kasus Hydrocephalus pada populasi pediatri di negara
berkembang lebih tinggi.
➔ Greenberg, Mark S., 2020. Handbook of Neurosurgery. Thieme Medical Publisher Inc., ninth ed.
➔ Koleva M, De Jesus O. Hydrocephalus. StatPearls [online] 2021. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560875/#article-91516.s2. Accessed January 25, 2023
35. Hidrosefalus disebabkan karena terjadinya penyumbatan cairan
serebrospinalis (CSS) pada salah satu pembentukan CSS dalam sistem
ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid,sehingga terjadi
penyumbatan dilatasi ruangan CSS di atasnya.
Etiologi
36. Menurut lembaga Nasional Instutite of Neurological Disorders and Stroke (
NINDS),
gangguan aliran cairan otak ada tiga jenis, yaitu:
1. Gangguan aliran adanya hambatan sirkulasi
Contoh: tumor otak yang terdapat di dalam ventrikel akan menyumbat aliran cairan
otak.
2. Aliran cairan otak tidak tersumbat, tetapi sebaliknya cairan itu diproduksi
berlebihan, akibatnya cairan otak bertambah banyak.
Etiologi
37. 3. Cairan otak yang mengalir jumlahnya normal dan tidak ada
sumbatan,tetapi ada gangguan dalam proses penyerapan cairan ke
pembuluh darah balik, sehingga otomatis jumlah cairan akan meningkat
pula.
Misalnya: bila ada cairan nanah ( meningitis atau infeksi selaput otak)
atau darah (akibat trauma) di sekitar tempat penyerapan
Etiologi
38.
39.
40.
41.
42.
43. patofisiologi
Krovvidi H, Flint G, Williams AV. 2018. Perioperative management of hydrocephalus. BJA Educ ; 18: 140-6.
1. Produksi cairan serebro spinal yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran cairan serebro spinal
3. Peningkatan tekanan sinus vena
Sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme di atas adalah
peningkatan tekanan intrakranial ( TIK) sebagai upaya
mempertahankan keseimbanagan sekresi dan absorbsi.
45. Diagnosis
Diagnosis hidrosefalus biasanya dibuat dengan menggunakan
kombinasi tanda klinis, imaging radiologis, dan pembacaan tekanan CSF.
Gambaran klinis hidrosefalus dipengaruhi oleh usia pasien, penyebabnya,
lokasi obstruksi, durasi, dan kecepatan onset.
Koleva M, De Jesus O. Hydrocephalus. [Updated 2021 Feb 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560875/
46. Diagnosis
Anamnesis
● Pada kasus hidrosefalus biasanya orangtua mengeluhkan pertumbuhan
tertunda dan kematangan seksual tertunda, tangisan bernada tinggi, mudah
tersinggung atau mengantuk atau keduanya, kadang muncul muntah dan
kejang.
● Pada dewasa keluhan dapat berupa sakit kepala, muntah, pandangan kabur.
Koleva M, De Jesus O. Hydrocephalus. [Updated 2021 Feb 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560875/
Kaye, Andrew H. (2005). Essential neurosurgery. Malden, Mass : Blackwell
47. Diagnosis
Manifestasi klinis
● Sangat beragam bergantung
dengan membuka atau
menutupnya sutura kranial.
● Jika sutura sudah tertutup,
maka gejala akan berhubungan
dengan adanya peningkatan
intracranial.
● Namun jika masih terbuka
seperti pada bayi/infant,
umumnya akan terjadi
peningkatan lingkar kepala.
PPT Bahan Ajar : Essential Neurosurgery For Medical Student. 2020. Departemen Bedah Saraf FK UNAIR.
48. 1. Sakit kepala
2. Kesadaran menurun
3. Gelisah
4. Mual, muntah
5. Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
6. Gangguan perkembangan fisik dan mental
7. Papil edema
8. Ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat mengakibatkan
kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
Klinis
49. 1. Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mengetahui apakah terdapat
hipertensi
atau tidak
2. Pemeriksaan pada kepala berupa bentuk, ukuran, konsistensi kepala
apakah
keras atau lunak yang diakibatkan terdapatnya cairan di dalam
kepala
3. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan fisik
50. Radiologi
:
● CT scan (gold standard)
Bila ventrikel lateral dan ventrikel 3 dilatasi sementara ventrikel 4 kecil,
maka
obstruksi mungkin di daerah akuaduktus Sylvii (noncommunicating
hydrocephalus)
○ Bila semua ventrikel dilatasi, maka mungkin communicating hydrocephalus
● MRI
Baik untuk mengetahui letak obstruksi karena tumor, stenosis, atau lesi di
PEMERIKSAAN PENUNJANG
51. Radiologi :
● USG pada bayi (pada fontanele anterior yang yang masih terbuka)
○ Baik untuk mengetahui ukuran ventrikular
● Foto polos X-Ray kepala
Baik untuk mengetahui suture, erosi tulang penopang tuberkulum
sellae/copper
beaten appearance di dalam calvarium
Pemeriksaan tambahan : pengukuran lingkar kepala pada anak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
52. Diagnosis
Penunjang
● Tes dan konseling genetik mungkin direkomendasikan dalam bentuk hidrosefalus kongenital.
● Analisis CSF dapat dilakukan untuk membantu diagnosis dan menyingkirkan sisa infeksi.
● Skull X-Ray mungkin menunjukkan erosi sella turcica, atau yang disebut penampilan "beaten copper
cranium", tetapi jarang membantu atau diindikasikan dengan ketersediaan teknik pencitraan yang
lebih baik.
● Ultrasonografi melalui ubun-ubun anterior terbuka berguna untuk menilai ukuran ventrikel pada bayi
dan dapat meniadakan kebutuhan untuk CT scan berulang.
● Dalam kasus hidrosefalus akut, CT scan adalah pilihan pertama untuk menilai ukuran ventrikel.
● MRI otak dapat menunjukkan struktur fossa posterior yang lebih baik, dapat membedakan antara
tumor otak dan penyakit degeneratif dan dapat membedakan NPH dari atrofi serebral.
Koleva M, De Jesus O. Hydrocephalus. [Updated 2021 Feb 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560875/
Kaye, Andrew H. (2005). Essential neurosurgery. Malden, Mass : Blackwell
53. Dilatasi Ventrikel 3
CT Scan Coronal T1 MRI
(Kaye, 2006)
Case courtesy of Dr David Cuete,
Radiopaedia.org, rID: 23768
Case courtesy of Dr Paul Simkin,
Radiopaedia.org, rID: 30453
Normal Obstructing Hydrocephalus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
54. CT scan dan MR akan menunjukkan
dilatasi ventrikel
CT /MRI membantu untuk menentukan
penyebab.
XRay menunjukkan jahitan, erosi
Radiologi :
● CT scan
● MRI
USG pada bayi (pada fontanele
anterior yang yang masih
terbuka)
● Foto polos X-Ray kepala
PEMERIKSAAN PENUNJANG
55. 1. General precaution
2. Stabilisasi Airway, Breathing, Circulation
3. Survey sekunder (pemeriksaan status general terdiri dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik seluruh sistem organ)
4. Pemeriksaan neurologis
5. Menentukan diagnosis klinis dan pemeriksaan tambahan
6. Menentukan tahapan tatalaksana selanjutnya
PENATALAKSANAAN
56. Tatalaksana non bedah
1. Diuretik (furosemide 1 mg/kgbb/hari)
2. Serial lumbal pungsi
Tujuan untuk menurunkan produksi csf dan meningkatkan absorbsinya, terapi ini
tidak direkomendasikan pada bayi prematur dengan Posthemorrhagic
Hydrocephalus (PHH)
PENATALAKSANAAN
57. ● Sangat beragam tergantung penyebab dan kondisi pasien. Namun secara garis besar, dapat dibagi
menjadi 2 yaitu:
○ Terapi sementara/temporary
■ lumbar punctures,
■ fontanelle taps
■ external ventricular drains (EVDs)
■ And ventricular to subgaleal shunts (VSGS) pada bayi prematur atau toleransi shuntnya
rendah
○ Terapi definitive
■ Shunting (Ventriculo Peritoneal Shunt)
■ ETV (endoscopic third ventriculostomy)
■ ETV dan CPC (Choroid Plexus Catheterization)
■ Atasi penyakit kausa (trauma, infeksi, perdarahan,neoplasma, dll)
PPT Bahan Ajar : Essential Neurosurgery For Medical Student. 2020. Departemen Bedah Saraf FK UNAIR.
PENATALAKSANAAN
58. EVD (Extraventricular Drain), CSF shunt
atau
endoscopic third ventriculostomy (ETV).
CSF melalui :
● Ventrikuloperitoneal shunt
● Ventrikuloatrial shunt
● Ventrikulpleural shunt
● Lumboperitoneal shunt
(dilakukan emergensi bila ada
gangguan neurologis secara cepat)
Terapi
59. Eksternal Ventricular Drain
● Alat berbentuk selang ini dipasang melalui satu
buah lubang yang dibuat pada tulang kepala
(burr hole), kemudian selang dimasukkan ke
dalam dengan target rongga cairan otak yang
disebut dengan ventrikel >> keluar melalui
kantong penampung
● Pada cedera kepala dapat dicabut 2-3 hari
setelah terkontrol TIK
● Pada perdarahan intraventrikuler >> diganti
dengan selang permanen >> VP shunt
● Dapat sebagai akses untuk memasukkan obat
Sumber : Neurosurgery.directory
Dey M, Jaffe J, Stadnik A, Awad IA. External ventricular drainage for intraventricular hemorrhage [Internet]. Vol. 12,
Current Neurology and Neuroscience Reports. Curr Neurol Neurosci Rep; 2012 [cited 2021 Feb 12]. p. 24–33.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22002766/
60. Ventriculo Peritoneal Shunt
(VP Shunt)
● Mengalirkan cairan di ventrikel melalui shunt yang dibuat
melalui 2 kateter yang mengarah ke ventrikel dan kateter
lain ditempatkan dibawah permukaan kulit belakang
telingam > dimasukkan hingga ke leher dan dada,
menuju wilayah perut
● Lalu, katup pemompa cairan ditanam di bawah kulit
belakang telinga dan dihubungkan pada kedua kateter.
Katup ini dirancang khusus untuk membuka secara
otomatis saat terdapat penumpukan tekanan akibat
kelebihan CSF, sehingga kateter langsung mengeluarkan
CSF ke daerah dada.
● Pemulihan 3-4 hari, dan perlu dipantau rutin HR dan TD
● Peletakan posisi shunt tergantung lokasi hidrosefalus,
Fowler JB, Mesfin FB. Ventriculoperitoneal Shunt. [Updated 2019 Jan 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459351
Sumber : Healthjade.net
61.
62.
63. Tujuan utama : diversi CSF
Paling sering ventrikuloperitoneal
Dilakukan burr hole oksipital (biasanya kanan untuk
menghindari hemisfer dominan). Lalu dimasukkan
ventrikular kateter ke ventrikel lateral melewati
subkutan ke cisterna magna. lalu dihubungkan ke
subcutaneous unidirectional pressure-regulated valve
yang sudah disambungkan ke kateter yang telah
dihubungkan ke abdomen dan dimasukkan ke
kavitas peritoneal melalui subkutan
CSF shunt atau 3rd venticulostomy.
CSF melalui :
● Ventrikuloperitoneal shunt
● Ventrikuloatrial shunt
● Ventrikulpleural shunt
● Lumboperitoneal shunt
(dilakukan emergensi bila ada
gangguan neurologis secara cepat)
Terapi
64. Ventrikuloatrial disambung ke vena jugulari
interna ke atrium kanan. Dilakukan kalau ada
intraperitoneal sepsis atau operasi multiple
abdomen. Lalu dipindahkan ke pleural.
Lumboperitoneal dilakukan kalau
hidrosefalus communicating.
CSF shunt atau 3rd venticulostomy.
CSF melalui :
● Ventrikuloperitoneal shunt
● Ventrikuloatrial shunt
● Ventrikulpleural shunt
● Lumboperitoneal shunt
3rd ventrikulostomi itu menggunakan teknik endoskopik
dengan ventrikuloskop yang dimasukkan ke ventrikel lateral via
frontal burr hole hingga ke foramen monro.
Menghubungan ventrikel 3 melalui rute alternatif ke sub
arachnoid space (kontraindikasi pada communicating
hydrocephali)
Sehingga ventrikel 3rd (dilakukan emergensi bila ada gangguan
neurologis secara cepat)
Terapi
65.
66.
67.
68. Endoscopic Third
Ventriculostomy (ETV)
● ETV adalah prosedur untuk membuat
lubang pada dasar dari ventrikel 3 dengan
menggunakan endoskopi > dibuat bypass >
sehingga CSF dapat dialirkan ke cisterna
interpendicular dan masuk ke aliran CSF >>
diabsorbsi vili subarachnoid
● Mempunyai keberhasilan tertinggi pada
kasus hidrosefalus non-komunikan (tdk ada
gangguan absorbsi)
Sumber : neuropsykey.com dan Indiasurgerytour.com
Yadav, Y. R., Parihar, V., Pande, S., Namdev, H., & Agarwal, M. (2012). Endoscopic third
ventriculostomy. Journal of neurosciences in rural practice, 3(2), 163–173.
https://doi.org/10.4103/0976-3147.98222
69. Post operasi
Ditidurkan flat (untuk menghindari dekompresi ke sistem
ventrikular).
Monitoring : status neurologi
Komplikasi operasi
● Infeksi pada shunt (perlu dihindari apalagi pada pasien dependen kateter)
● Obstruksi pada shunt
● ICH
POST OPERASI DAN KOMPLIKASI
70. Cara untuk menghindari infeksi :
Teknik yang sangat steril (no
touch technique pada shunt
Profilaksis antibiotik
intraoperatif
● Dana kalau sudah kejadian,
shunt diambil lalu dibuatkan
shnt baru dengan posisi berbeda
dan antibiotik yang tepat
Post operasi
Ditidurkan flat (untuk menghindari dekompresi ke
sistem ventrikular).
Komplikasi
● Infeksi pada shunt (perlu
dihindari apalagi pada pasien
dependen kateter)
● Obstruksi pada shunt
● ICH
POST OPERASI
71. ICH/SDH (jkarena dekompresi cepat
pada hidrosefalus berat)
Obstruksi: muncul gejala peningkatan TIK yang
rekuren.
Tanda : kegagalan untuk melihat ke atas (upgaze)
karena penekanan ventrike 3 ke kolikulus superior.
Penegakan diagnosis : CT scan dan kompresi katup
untuk mengetahui posisi obstruksi.
Terapi : eksplorasi dan memperbaiki komponen yang
malfungsi
POST OPERASI
72. DD
Pada hidrosefalus dewasa :
● Hipertensi Intrakranial Idiopatik
● Perubahan terkait usia
● Atrofi sekunder (misalnya pada autoimun, HIV, setelah kemoterapi, penyakit
neurodegeneratif)
Berdasarkan gambaran radiologi, hidrosefalus memiliki gambaran yang hampir
sama dengan :
● Holoprosencephaly
● Hydranencephaly
● Atrofi Serebri
Fenichel, G., 2005. Clinical pediatric neurology. 5th ed. Philadelphia: Elsevier, pp.91-7; 353-69.
Kliegman, R., 2004. NelsonTextbook of Pediatrics. 17th ed. Pennsylvania: Saunders, pp.1983-92.
Langner, S., Fleck, S., Baldauf, J., Mensel, B., Kühn, J. and Kirsch, M., 2017. Diagnosis and Differential Diagnosis of Hydrocephalus in Adults. RöFo - Fortschritte auf dem Gebiet
der Röntgenstrahlen und der bildgebenden Verfahren, 189(08), pp.728-739.
Zee, C., 1996. Neuroradiology. New York: McGraw-Hill, Health Professions Division, pp.323-6.
73. Komplikasi
1. Perdarahan intrasebral atau intraventrikular
2. Infeksi
3. Malfungsi pintasan
4. Hematom subdural (sebagai akibat drainase LCS yang berlebihan)
Kahan, S. and J. Raves, J., 2011. Master Plan Ilmu Bedah: Disertai Contoh Kasus Klinik. Binarupa aksara.
74. Prognosis
Pada hidrosefalus kongenital tergantung beberapa faktor misalnya :
● Tingkat berat ringan hidrosefalus
● Usia terdiagnosis
● Waktu mulai penanganan
Pada pasien hidrosefalus kematian terjadi akibat herniasi tonsilar, sedangkan
ketergantungan pada shunt sebesar 75% dari kasus hidrosefalus yang diterapi dan
50% pada anak dengan hidrosefalus komunikans.
Pada anak dengan hidrosefalus obstruktif dengan perkembangan otak tidak
adekuat → perkembangan yang optimal tidak dapat dicapai hanya dengan terapi
ETV meskipun tekanan intrakranial terkontrol
Apriyanto, A., Agung, R. P., & Sari, F. (2013). Hidrosefalus Pada Anak. Jambi Medical Journal, 1(1), 71161.
Takahashi, Y., 2006. Long-term outcome and neurologic development after endoscopic third ventriculostomy versus shunting durinG infancy. Child's Nervous
System, 22(12), pp.1591-1602.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Bedah Saraf (2016)