Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
PKD Safitri.pptx
1. PRESENTASI KASUS
DIPERSIAPKAN
TUMOR OTAK
Safitri Nenik Agustin
41161096100057
Pembimbing : dr. Yuniarti, Sp. S
K e p a n i t e r a a n K l i n i k I l m u S a r a f
R u m a h S a k i t U m u m P u s a t F a t m a w a t i
F K U I N S y a r i f H i d a y a t u l l a h
J a k a r t a 1 7 J u l i 2 0 1 8
2. No Rekam Medis : 01612689
Nama : Ny. S
Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 10 Juli 1962
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Tangerang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Identitas
3. Keluhan Utama
Pasien penurunan kesadaran sejak 3 hari SMRS.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan, usia 56 tahun datang ke IGD RSUP Fatmawati karena
penurunan kesadaran sejak 3 hari SMRS
Alloanamnesis dilakukan di ruang HCU 526 gedung Teratai lantai 5 pada tanggal 22 Juli 2018
4. Nyeri kepala (+)
mengganggu
aktivitas
Kelemahan anggota
gerak kiri
Kejang (-), mual (-),
muntah (-).
2 Bulan SMRS
Nyeri kepala ++
Mual, muntah,
kejang (-).
Bicara tidak jelas
Sering tersedak
1 Bulan SMRS
Penurunan kesadaran
BAB dan BAK tidak
ada keluhan
3 Hari SMRS
RIWAYAT
PENYAKIT
SEKARANG
5. Riwayat Penyakit Dahulu
HT (+) sejak 5 tahun tidak rutin kontrol. DM (-), Sakit jantung (-),
sakit TB (-), Riwayat Operasi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi, diabetes melitus, sakit jantung dan alergi
keluarga disangkal. Riwayat Keganasan (-)
Anamnesis
6. Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Pasien merupakan seorang Ibu Rumah Tangga dan memiliki 3
anak
Pasien tidak merokok. Penggunaan narkoba (-), alkohol (-)
Anamnesis
7. Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Somnolen
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 132/88mmHg
- Frekuensi Nadi : 71x/menit, reguler, kuat, isi cukup,
ekual
- Frekuensi Pernapasan : 20x/menit, reguler
- Suhu : 36,6OC terukur di axilla sinistra
Pemeriksaan Fisik
8. • Status Generalis
Kepala : Normocephal, rambut hitam tersebar merata.
Mata : Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Hidung : Normosepta, sekret (-/-)
Leher : Trakea terletak di tengah, Pembesaran KGB (-/-)
Jantung :
- Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictuc kordis teraba di ICS V linea midclavicula
- Perkusi : Batas jantung kanan di ICS IV linea sternalis
jantung kiri di ICS V linea midclavicula sinistra
- Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
9. • Status Generalis
• Paru :
- Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis,
penggunaan otot bantu napas (-/-)
- Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
- Perkusi : Sonor pada paru kiri dan kanan
- Auskultasi : Suara napas vesikular (+/+), Rhonki (-/-),
• Abdomen :
- Inspeksi : Datar, supel
- Auskultasi : Bising usus positif normal
- Palpasi : Lemas, Nyeri tekan (-), Hepar/lien tak teraba
- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
• Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/+/-/-), CRT < 3
Pemeriksaan Fisik
10. ◦ GCS : E3M6V2
◦ Pupil : Bulat isokhor, diameter 3 mm/3mm, RCL (+/+),
RCTL (+/+)
◦ TRM : Kaku kuduk (-), Lasegue >700 / >700, Kernig
>1350/>1350, Bruzinski I & II (-)
◦ N. Kranialis : Kesan Parese Nervus VII sinistra sentral
◦ Sistem Motorik : Kesan hemiparese sinistra
Pemeriksaan Fisik
Status Neurologis
11. Saraf Kranial
N. I : TVD
N.II :
- Ascies visus : TVD
- Visus Campus : TVD
- Funduskopi : Tidak dilakukan
N. III, IV, VI Kanan Kiri
Kedudukan Bola Mata : Ortoposisi
Ortoposisi
Pergerakan Bola Mata : Doll’s eyes (+/+)
Eksopthalmus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Pupil : Bulat, Ø 3mm Bulat, Ø
3mm
Refleks Cahaya Langsung : (+) (+)
Refleks Cahaya Tidak Langsung: (+) (+)
12. N. V :
- Motorik : TVD
- Sensorik : TVD
N. VII
Motorik orbitofrontalis : normal
Motorik orbikularis orbita : normal
Motorik orbikulari oris : Plica nasolabialis kiri lebih datar
dari kanan
Pengecapan lidah : Tidak dilakukan
Kesan : parese N.VII sinistra sentral
N. VIII :
- Vestibular :
Vertigo : TVD
Nistagmus : TVD
- Koklearis :
Rhinne : TVD
Webber : TVD
Swabach : TVD
13. N.IX, X
Uvula : Ditengah, Simetris kanan dan kiri
Arkus faring : Simetris kanan dan kiri
Refleks muntah : Tidak dilakukan
N.XI (Accesorius)
Mengangkat bahu : TVD
Menoleh : TVD
N.XII (Hypoglossus)
Pergerakkan lidah : tidak ada deviasi saat statis
Atrofi : -
Fasikulasi : -
Tremor : -
18. Pemeriksaan Penunjang
CT Scan Kepala non Kontras
Kesan:
• Tampak lesi hiperdens
batas tidak tegas dengan
daerah hipodens di
sekitarnya yang irregular di
daerah parietal kanan
dengan efek massa
penenkanan pada ventrikel
lateralis kanan.
• Susp. SOL dengan edema
perifokal di parietal kanan
21. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen,
hemodinamik stabil. Pada pemeriksaan generalis didapatkan
konjungtiva anemis. Pemeriksaan neurologis didapatkan GCS
E3M6V2, kesan parese N. VII sinistra sentral, kesan hemiparese
sinistra, hiperrefleks dextra.
Pemeriksaan penunjang didapatkan adanya anemia (Hb
10g/dl), leukositosis (14.600/ul), alkalosis respiraorik,
hyponatremia (128mmol/L), hypokalemia (2,70mmol/l). CT
Scan menunjukkan adanya susp. SOL dengan edema perifokal
di parietal kanan. Foto Toraks PA menunjukkan adanya
Kardiomegali, Elongasi aorta (HHD), Kongesti paru dan
Bronkiektasis terinfeksi dd/ TB Paru.
23. TATA LAKSANA
Non medika mentosa
- Tirah baring
- Elevasi kepala 30°
- Observasi keadaan umum,
vital pasien, dan
kemungkinan perubahan
status neurologis pasien
- Konsul bedah saraf dan
penyakit dalam
Medika mentosa
- NaCl 0.9% 500 cc + KCl 25
mEQ/12 Jam
- Dexamethasone 4x5 mg IV
- Manitol 4x125 cc IV
- Ceftriaxon 2x2 gr IV
- Ranitidin 3x1 amp IV
- Paracetamol 3x500 mg PO
24. Saran Pemeriksaan
- CT Scan kepala dengan kontras
- MRI
- Biopsi jaringan dan pemeriksaan histopatologi
Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad Functionam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
26. TUMOR OTAK
Tumor otak atau tumor intrakranial massa abnormal yang
terletak dari jaringan yang terletak di dalam kranium.
Akibat adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal
yang terjadi secara cepat yang tidak dapat dikendalikan oleh
mekanisme yang mengontrol sel normal.
Tumor intrakranial bagian dari SOL.
27. KLASIFIKASI
Terdapat 150 jenis tumor intrakranial yang telah ditemukan.
WHO (2007) mengklasifikasin tumor otak menjadi dua, yaitu tumor
primer dan tumor sekunder berdasarkan asal tumor tersebut.
Berdasarkan lokasi tumor, terdapat dua jenis utama tumor
intrakranial, yaitu tumor supratentorial dan infratentorial.
28. EPIDEMIOLOGI
Tumor otak terbanyak berupa tumor SSP, yaitu sekitar 85-90%.
Angka insidens kanker otak ganas di seluruh dunia berdasarkan
angka standar populasi dunia adalah 3.4 per 100.000 penduduk.
Angka mortalitas adalah 4.25 per 100.000 penduduk per tahun
dengan mortalitas terjadi lebih tinggi pada pria.
Metastasis otak terjadi empat kali melebihi jumlah tumor otak
primer.
Tumor sekunder dapat berasal dari kanker paru (50%), payudara
(15-25%), melanoma (5-20%), kolorektal dan ginjal.
29. DIAGNOSIS
Gejala tergantung dari lokasi dan tingkat pertumbuhan tumor.
Kombinasi gejala yang tersering :
-peningkatan tekanan intracranial
-defisit neurologis yang progresif
-Kejang
-penurunan fungsi kognitif.
Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang.
30. ANAMNESIS
Diagnosis nyeri kepala pada neoplasma intracranial
1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan peningkatan tekanan cairan
31. Kriteria diagnostik nyeri kepala yang berkaitan dengan neoplasma
intrakranial yaitu berupa :
1. Nyeri kepala disertai minimal satu dari karakteristik dan memenuhi
kriteria 3 dan 4 yaitu:
a. progresif
b. terlokalisir
c. makin berat pada pagi hari
d. dipicu dengan batuk
2. Terdapat neoplasma intrakranial pada pemeriksaan Scanning
3. Nyeri kepala muncul di regio temporal (dan biasanya spasial) dan
berkaitan dengan neoplasma
4. Nyeri kepala membaik selama 7 hari setelah operasi pengangkatan
neoplasma atau setelah operasi pengurangan massa neoplasma atau
dengan pemberian kortikosteroid.
32. GANGGUAN KOGNITIF
Gangguan kognitif dapat merupakan gejala awal pada kanker otak,
khususnya pada tumor glioma derajat rendah, limfoma, atau metastasis.
Fungsi kognitif juga dapat mengalami gangguan baik melalui mekanisme
langsung akibat destruksi jaras kognitif oleh kanker otak, maupun
mekanisme tidak langsung akibat terapi.
Penilaian fungsi luhur akan sangat membantu dalam merawat pasien dan
melakukan pendekatan berdasarkan hendaya yang ada pada pasien.
33. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis dan lokalis
Pemeriksaan neurooftalmologi juga berguna untuk mengevaluasi pre-
dan post tindakan (operasi, radioterapi dan kemoterapi) pada tumor-tumor
tersebut.
34. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium melihat keadaan umum pasien dan sebagai
bentuk persiapan untuk terapi yang akan dijalani (bedah, radiasi, ataupun
kemoterapi).
Pemeriksaan yang perlu dilakukan, yaitu: darah lengkap, hemostasis, LDH,
fungsi hati dan ginjal, gula darah, serologi hepatitis B dan C, dan elektrolit
lengkap.
Pemeriksaan radiologis yang perlu dilakukan antara lain CT scan dengan
kontras; MRI dengan kontras, MRS, dan DWI; serta PET CT (atas indikasi).
Pemeriksaan radiologi standar adalah CT scan dan MRI dengan kontras.
Pemeriksaan fungsional MRI seperti MRS sangat baik untuk menentukan
daerah nekrosis dengan tumor yang masih viabel sehingga baik digunakan
sebagai penuntun biopsi serta untuk menyingkirkan diagnosis banding.
35. TATA LAKSANA
. Tatalaksana Penurunan Tekanan Intrakranial
Edema serebri Pemberian kortikosteroid, efeknya sudah dapat terlihat
dalam 24-36 jam.
Agen yang direkomendasikan adalah Deksametason dengan dosis bolus
intravena 10 mg dilanjutkan dosis rumatan 16-20mg/hari intravena lalu
tappering off 2-16 mg (dalam dosis terbagi) bergantung pada klinis.
Mannitol tidak dianjurkan diberikan karena dapat memperburuk edema,
kecuali bersamaan dengan deksamethason pada situasi yang berat, seperti
pascaoperasi.
Efek samping pemberian steroid gangguan toleransi glukosa,
stressulcer, miopati, perubahan mood, peningkatan nafsu makan,
Cushingoid
36. TERAPI PEMBEDAHAN
Untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menurunkan tekanan
intrakranial, mengurangi kecacatan, dan meningkatkan efektifitas terapi lain.
Reseksi tumor pada umumnya direkomendasikan untuk hampir seluruh
jenis kanker otak yang operabel.
Selain pembedahan, pada tumor dapat dilakukan terapi berupa kemoterapi
atau radioterapi.
37. TATA LAKSANA NYERI
Nyeri kepala akibat kanker otak bisa disebabkan akibat traksi
langsung tumor terhadap reseptor nyeri di sekitarnya.
Gejala klinis nyeri biasanya bersifat lokal atau radikular ke
sekitarnya, yang disebut nyeri neuropatik.
Obat yang dapat diberikan parasetamol dengan dosis 20mg/berat
badan per kali dengan dosis maksimal 4000 mg/hari, baik secara oral
maupun intravena sesuai dengan beratnya nyeri.
38. TATA LAKSANA KEJANG
Obat antikonvulsan yang sering diberikan seperti fenitoin dan
karbamazepin kurang dianjurkan karena dapat berinteraksi dengan obat-
obatan, seperti deksamethason dan kemoterapi.
Alternatif lain mencakup levetiracetam, sodium valproat, lamotrigin,
klobazam, topiramat, atau okskarbazepin.
Levetiracetam lebih dianjurkan dan memiliki profil efek samping yang lebih
baik dengan dosis antara 20-40 mg/kgBB, serta dapat digunakan pasca
operasi kraniotomi.
39. TATA LAKSANA NUTRISI
Nutrisi diberikan bertahap sesuai dengan toleransi pasien.
Kebutuhan protein 1,2–2 g/BB/hari, lemak 25-30%, karbohidrat: 55-60%.
Bila pasien menggunakan obat golongan carbamazepin, fenobarbital,
fenitoin perlu tambahan suplemen vitamin D dan kalsium untuk mencegah
gangguan tulang.
Pemantauan terapi gizi dilakukan dengan analisis asupan ulang tiap 1-2
hari serta keadaan umum, klinis, dan tanda vital.
Bila toleransi asupan baik, nutrisi ditingkatkan 20% dari asupan
sebelumnya.
40. TATA LAKSANA
Perawatan Psikiatri
Pasien dengan kanker otak dapat mengalami gangguan psikiatri hingga 78%,
baik bersifat organik akibat tumornya atau fungsional yang berupa gangguan
penyesuaian, depresi, dan ansietas.
Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif dilakukan pada pasien-pasien yang dinyatakan perlu
mendapatkan terapi paliatif dan dilakukan terapi secara multidisiplin
bersama dokter penanggung jawab utama, serta dokter gizi, rehabilitasi
medik, psikiatri,
dan ahli terapi paliatif.
41. DAFTAR PUSTAKA
Radinal YSP., Neilan Amroisa. Primary Brain Tumor With Hemiparase Dextra
and Parase N. II, III, IV, VI. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. 2014
Siska Karolina., Zam Zanariah. Space Occupying Lesion (SOL). Lampung:
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2017
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalaksanaan
Tumor Otak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017
David N.Louis., Arie Perry., dkk. The 2016 World Health Organization
Classification of Tumors of the Central Nervous System: a Summary. Berlin:
Springer-Verlag. 2016
Larasari, et al. 2015. Profil Gangguan Kognitif pada Tumor INtrakranial
Primer dan Metastasis. Departemen Neurologi FKUI RSCM.