1. JURNAL
PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP
PERILAKU PENULARAN TB PARU
Oleh :
PEPI ROSITA LATUCONSINA
NPM 01.11.000.334
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN
2017
2. Pengetahuan dan Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Perilaku
Penularan TB Paru
Pepi Rosita Latuconsina1, Rahmat Supriyatna2
1,2 Mahasiswa Program Sarjana Kesehatan masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jln. Harapan nomor 50, Lenteng Agung – Jakarta Selatan 12610
Telp : (021) 78894045, Email : 1pepi.latuconsina@gmail.com, 2rahmatsupriatna@gmail.com
Abstrak
Adanya masyarakat yang terkena TB Paru pada usia produktif yang mencapai 1% dari total populasi masyarakat
yaitu hampir kurang lebih 100.000 orang di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Tahun 2016. Tujuan penulisan
mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku p enularan TB Paru di
Wilayah Puskesmas Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Tahun 2016 Metodologi penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kuantitatif dengan pengambilan sampel accidental sampling dan menggunakan tabulasi chi
square dan coefficient contingensi digunakan dalam penelitian ini, dengan jumlah populasi 110 responden yang
terkena positif TB Paru. Diambil dengan accidental sampling didapatkan 40 responden dan dijadikan sampel
penelitian dan responden yang ditemui di puskesmas saja. Data dikumpulkan dengan cara melakukan pengisian
kuesioner TB Paru untuk melihat variabel dependen dan independent. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
terdapat hubungan pengetahuan responden terhadap perilaku penularan TB Paru yaitu Coefficient Contingensi
sebesar (0.022 < 0.05) dan (Value = 0.400). Dan terdapat hubungan dukungan tenaga kesehatan terhadap
perilaku penularan TB Paru adalah (P Value 0.008 < 0.05) dan (OR=8.667). Hal tersebut dikarenakan jumlah
kepadatan penduduk dalam satu lokasi, sanitasi yang kurang baik karena kepadatan jumlah hunian, kurangnya
ruang terbuka hijau ditempat tersebut dan polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor. Sebagai
tenaga kesehatan kita bisa berperan sebagai edukasi dalam gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Kata Kunci : Pengetahuan, Petugas Kesehatan dan Penularan TB Paru
Abstract
Their communities affected by pulmonary tuberculosis in the productive age to reach 1% of the total population
that is almost less than 100,000 people in the District Pancoran, South Jakarta Year 2016. The purpose of
Knowledge Relations and Support Behavioral, Health Workers Against Pulmonary TB Transmission in Region
District Health ClinicsPancoran South Jakarta 2016 the methodology used is descriptive quantitative, sampling
with accidental sampling and use tabulation and chi square contingensi coefficient used in this study, with a
total population of 110 respondents were exposed to positive pulmonary TB. Taken with accidental sampling
obtained 40 respondents and the research sample and the respondents encountered in the clinic alone. Data
were collected by conducting questionnaires pulmonary TB to see the dependent and independent variables. The
results of this study found that there is a relationship of respondents to the knowledge of the behavior of
pulmonary TB transmission is Contingensi Coefficient of (0.022 > 0.05) and (Value = 0.400). And there is a
relationship of support of health workersagainst pulmonary TB transmission behavior is (P Value 0.008 < 0.05)
and (OR = 8667).That is because the number of population density in one location,poor sanitation because the
density of housing, lack of open green space and place the air pollution caused by motor vehicle fumes. As
health professionals we can play a role as education in nutrition and behavior of clean and healthy.
Keywords: Knowledge, Health Officer and Pulmonary TB Transmission
3. 1
Pendahuluan
Badan Kesehatan Dunia/ WHO (World
Health Organization) memperkirakan
dewasa ini terdapat sekitar 1700 juta
penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB
(dari hasil uji tuberculin positif) dari jumlah
tersebut ada 4 juta penderita baru dengan
basil tahan asam (BTA) positif ditambah
lagi 4 juta penderita baru dengan BTA
negatif. Jumlah seluruh penderita TB di
dunia sekitar 20 juta orang dengan angka
kematian sebanyak 3 juta orang tiap
tahunnya yang mana merupakan 25 persen
dari kematian yang dapat dicegah apabila TB
dapat ditanggulangi dengan baik.1
Indonesia berada pada tingkat ke-3
terbesar didunia dalam jumlah penderita
Tuberkulosis (TB), setelah India dan Cina.
Di dunia diperkirakan penyakit ini dapat
menyebabkan kematian kurang lebih 8.000
orang per hari terdaftar hampir 10 tahun
menduduki peringkat ke-3 dunia untuk
jumlah penderita Tuberkolosis, pada tahun
2011 ini Indonesia turun peringkat ke-5.
Penurunan peringkat ini termasuk salah satu
pencapaian target MDGs tahun 2010 khusus
untuk TB. Menurut Menteri Kesehatan
Endang R. Sedyaningsih, jumlah penderita
TB di Indonesia mencapai sekitar 300 ribu
kasus. Sementara jumlah kasus yang
meninggal berjumlah 61 ribu jiwa atau 169
orang perharinya.2
Data TB Paru di Indonesia masih
terbatas karena penemuan penderita TB pada
merupakan hal yang sangat sulit. Disamping
itu, menurut Kartasasmita angka kejadian TB
paru pada belum diketahui pasti karena
sulitnya mendiagnosis TB Paru. Akan tetapi,
bila angka kejadian TB Paru pada orang
dewasa tinggi dapat diperkirakan kejadian
TB Paru pada anak akan tinggi pula. Hal ini
terjadi karena setiap orang dewasa dengan
BTA Positif akan menularkan pada 10-15
orang dilingkungannya, terutama anak-anak.3
Masalah pasien TB Paru yang perlu
diperhatikan adalah keadaan pasien yang
sangat lemah, bahaya komplikasi,
pengambilan bahan untuk pemeriksaan
laboratorium, gangguan psikososial atau rasa
aman dan nyaman, dan kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru.4
Menurut Entjang, semakin rendah
pengetahuan penderita tentang bahaya
penyakit TB Paru untuk dirinya sendiri,
keluarga, dan masyarakat di sekitarnya, maka
semakin besar pula bahaya penderita sebagai
sumber penularan baik di rumah maupun di
tempat kerja untuk orang-orang di sekitarnya.
Sebaliknya, pengetahuan yang baik tentang
penyakit TB paru akan menolong
masyarakat dalam menghindarinya.5
Berdasarkan hasil penelitian Sukana,
diketahui bahwa sebanyak 88,09% responden
tidak mengetahui cara penularan TB Paru.
Sebanyak 53,57% responden mengetahui
tentang hal yang mempengaruhi penularan
TB, dan sebanyak 60,05% responden
mengetahui tentang hal-hal yang
membantu pengobatan TB. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut tingkat
pengetahuan penderita TB paru tentang
pencegahan dan pengobatan TB paru setelah
diberikan penyuluhan lebih baik
dibandingkan dengan sebelum penyuluhan.6
Menurut Wignoyohadi dalam penelitian
mengenai TB Paru menyatakan bahwa peran
petugas kesehatan sebagai PMO memberi
kontribusi paling besar dalam pengobatan
penderita TB, tapi melihat banyaknya
penderita paru tidak mungkin petugas
kesehatan bekerja sendiri dalam memberikan
dukungan terhadap penderita TB. Diperlukan
kerjasama antara petugas kesehatan dari
keluarga dan masyarakat untuk memberi
dukungan.7
Hasil penelitian Rachmawati,
menyatakan bahwa dukungan sosial yang
dilakukan PMO meningkatkan motivasi
untuk sembuh penderita TB dan teratur
minum obat, tetapi yang pengaruhnya paling
bermakna adalah dukungan jaringan sosial
dan emosional. Selain itu hasil penelitian
Nugroho, menyatakan bahwa faktor-faktor
yang melatarbelakangi Drop Out (DO)
pengobatan TB Paru adalah persepsi tentang
keparahan penyakit, persepsi tentang manfaat
melakukan pengobatan. Namun sampai saat
ini belum pernah diteliti peran dukungan
sosial dan keyakinan kesehatan terhadap
perilaku pengobatan penderita TB Paru kasus
kambuh.8
4. 2
Perilaku Penularan TB Paru menurut
Rajagukguk, yang mengutip penelitian
Entjang keberhasilan usaha pemberantasan
Tuberkulosis Paru juga tergantung pada : a)
Keadaan sosial ekonomi rakyat, makin buruk
keadaan sosial ekonomi masyarakat,
sehingga nilai gizi dan sanitasi lingkungan
kurang baik, yang mengakibatkan rendahnya
daya tahan tubuh mereka sehingga mudah
menjadi sakit bila tertular tuberkulosis. b)
Kesadaran berobat si penderita, kadang-
kadang walaupun penyakitnya agak berat
sehingga penderita tidak merasa sakit, dan
tidak mau mencari pengobatan. c)
Pengetahuan penderita, keluarga dan
masyarakat pada umumnya tentang penyakit
Tuberkulosis. Makin rendah pengetahuan
penderita tentang bahaya penyakit
Tuberkulosis untuk dirinya, keluarga dan
masyarakat sekitarnya makin besar pula
bahaya, penderita sebagai sumber penularan
penyakit, baik dirumah maupun tempat
pekerjaannya untuk keluarga dan orang
disekitarnya.9
Hasil penelitian Pratiwi, menunjukkan
ada pengaruh antara perilaku dengan
kesembuhan pengobatan TB Paru dengan
variabel moderator penularan TB Paru.
Perilaku host sangat berperan dalam
kesembuhan pengobatan TB Paru.
Perilaku host menunjukkan 58,3%
mempunyai perilaku baik sedangkan 41,7%
mempunyai perilaku yang kurang baik. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi perilaku
masyarakat dalam meyikapi penyakit
menular TB Paru yaitu pengetahuan
masyarakat akan TB Paru, perilaku
masyarakat sendiri dengan hidup sehat dan
dukungan serta peran aktif tenaga kesehatan
dalam penularan penyakit TB Paru serta
peran pemerintah dalam membuat ruang
terbuka hijau.10
Tujuan Penelitian adalah untuk
Mengetahui Hubungan Pengetahuan dan
Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap
Perilaku Penularan TB Paru di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Pancoran Jakarta
Selatan Tahun 2016.
Metode
Dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kuantitatif dan
pendekatan dengan rancangan cross
sectional. Dalam penelitian ini data
didapatkan berdasarkan pengambilan
kuesioner dengan variabel pengetahuan dan
dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku
pencegahan TB Paru.11
Populasi adalah keseluruhan dari obyek
yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh pasien TB Paru Positif berada
di wilayah Puskesmas Kecamatan Pancoran
tahun 2016 yang berjumlah 40 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah,
seluruh pasien TB Paru yang datang ke
Puskesmas Pancoran Jakarta Selatan bulan
September Tahun 2016. Populasi adalah
keseluruhan dari obyek yang akan diteliti.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
pasien TB Paru Positif berada di wilayah
Puskesmas Kecamatan Pancoran tahun 2016
yang berjumlah 40 orang. Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel
dalam penelitian ini adalah, seluruh pasien
TB Paru yang datang ke Puskesmas Pancoran
Jakarta Selatan bulan September Tahun
2016.
Pengumpulan data penelitian ini
menggunakan data primer yang
menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan variabel-
variabel yang diteliti tentang variabel
pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan
terhadap perilaku pencegahan TB Paru.
Kuesioner disebarkan untuk diisi langsung
oleh responden yang diambil menjadi sampel
untuk menggali informasi variabel bebas dan
terikat. Pengisian data dilakukan oleh
responden sendiri yang ditunggu oleh
peneliti agar apabila ada pertanyaan yang
tidak mengerti dapat langsung ditanyakan
dan apabila pasien tidak bisa mengisi bisa
diisikan dibantu dengan peneliti sendiri.
Pengumpulan data dilakukan dengan
cara pengumpulan data primer, intrumen
pengumpulan data berupa lembar kuesioner
untuk mengukur seberapa besar variabel
pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan
terhadap perilaku pencegahan TB Paru. Skala
pengukuran yang digunakan untuk kuesioner
adalah skala likert dengan pertanyaan
kuesioner 37 dengan jawaban dengan pilihan
5. 3
sangat setuju = 5, setuju = 4, netral = 3, tidak
setuju = 2 dan sangat tidak setuju =1.11
Pengolahan data merupakan salah satu
bagian rangkaian kegiatan penelitian setelah
pengumpulan data, agar analisa penelitian
menghasilkan informasi yang benar,
pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program komputerisasi.
Analisa data meliputi analisa univariat
dan bivariat. Analisis univariat adalah
analisis yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel. Hasil dari
analisis univariat tersebut disajikan dalam
bentuk tabel dengan mendeskripsikan
besarnya presentasi yang bertujuan untuk
melihat distribusi frekuensi dari semua
variabel yang diteliti. Analisa bivariat
merupakan analisis yang dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berubungan atau
berkolerasi. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas
(dependen) dan variabel terikat (independen).
Analisa univariat untuk menjelaskan dan
menganalisa distribusi frekuensi seluruh
faktor yang berhubungan dengan variabel
pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan
terhadap perilaku pencegahan TB Paru.
Maka penulis membuat tabel distribusi
frekuensi dari semua sebaran variasi yang
terdapat dalam penelitian ini. Analisa ini
merupakan sebagai bahan dasar untuk analisa
selanjutnya dan mempunyai fungsi, yaitu
melihat data yang ada, apakah sudah layak
untuk dianalisis, dan melihat gambaran dari
data yang ada. Analisa data univariat
dilakukan terhadap semua variabel
penelitian.
Uji statistik yang digunakan adalah chi
square. Dengan menggunakan derajat
kepercayaan 95% dengan α 0,05. Jika p <
0,05, maka diartikan ada hubungan bermakna
antara variabel-variabel bebas dan terikat.
Tetapi jika p ≥ 0,05, maka diartikan tidak ada
hubungan bermakna antara faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku penularan
TB Paru. Teknik penyajian data merupakan
cara bagaimana untuk menyajikan data
sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh
pembaca. Penyajian data hasil penelitian
harus dapat disajikan dalam tiga cara
diantaranya melalui penyajian verbal
merupakan cara untuk mengkonsumsi hasil
penelitian dalam bentuk uraian kalimat yang
mudah dipahami pembaca. Penyajian
matematis merupakan penyajian hasil
penelitian dengan menggunakan angka-
angka dalam bentuk tabel-tabel dalam
simbol-simbol bilangan matematis. Penyajian
visual merupakan penyajian hasil penelitian
dengan menggunakan grafik, peta, gambar
dan sebagainya. Penyajian secara visual
biasanya merupakan kombinasi pelengkap
sajian matematis atau sajian verbal
Tabel 1 Analisis Univariat
Variabel Frekuensi Persentase (% )
Perila3ku Penularan TB Paru
Perilaku Kurang Baik
Perilaku Baik
Pengetahuan tentang TB Paru
Pengetahuan Kurang
Pengetahuan Cukup
Pengetahuan Baik
Dukungan Tenaga Kesehatan
Dukungan Kurang Baik
Dukungan Baik
21
19
2
8
30
16
24
52.5
47.5
5
20
75
40
60
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS, 2016
6. 4
Tabel 2 Analisis Bivariat
Variabel Perilaku Penularan
TB Paru
OR/CC P Value
Kurang
Baik
Baik
F (%) F (%)
Pengetahuan Responden
Kurang 2 100.0 0 0.0 0.400 0.022
Cukup
Baik
7
12
50.0
40.0
1
18
71.4
60.0
Dukungan Tenaga Kesehatan
Kurang Baik 14 100,0 0 0,0
3,000 0,005
Baik 2 33,3 4 66,7
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS, 2016
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan sebagian
besar responden (52.5%) berperilaku kurang
baik dengan penyakit TB Paru nya. Dari
variabel yang diteliti menunjukkan bahwa
sebagian besar responden tidak memenuhi
syarat dalam perilakunya dikarenakan debu
kendaraan, kurangnya ruang terbuka hijau,
kurangnya sanitasi yang layak, kepadatan
hunian dan makanan yang tidak higienis
(Tabel 1).
Hasil analisis bivariat menujukkan bahwa
hubungan penularan TB Paru terhadap
pengetahuan responden yaitu dari hasil
penelitian didapatkan nilai coefficient
contingensi sebesar (0.022). yang berarti
memiliki hubungan antara perilaku terhadap
pengetahuan responden dan perilaku
penularan terhadap dukungan tenaga
kesehatan yaitu sebesar dari hasil penelitian
didapatkan nilai P Value (0.008). yang berarti
memiliki hubungan antara perilaku terhadap
dukungan peran tenaga kesehatan (Tabel 2).
Pembahasan
Pengumpulan data dilakukan dengan
menyebar 50 koesioner. Kuesioner yang
telah diisi dan dikembalikan sebanyak 40
koesioner, berikut ini karakteristik responden
yang ditemukan dilapangan.
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian dari
pengolahan statistik didapatkan, perilaku
penularan TB Paru adalah bagaimana
responden setelah terkena penyakit tersebut
mengubah kebiasaan pola hidup sehat untuk
mencegah penyebaran penyakit TBC,
didapatkan hasil univariat penularan TB Paru
yaitu perilaku kurang baik sebanyak 21
responden (52.5%) dan perilaku baik
sebanyak 19 responden (47.5%).
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian dari
pengolahan statistik didapatkan, pengetahuan
responden terhadap TB Paru merupakan
dasar dalam mencegah penyebaran penyakit
TB Paru dilingkungan sekitar responden
beraktivitas, didapatkan dari hasil analisis
statistik, pengetahuan kurang sebanyak 2
responden (5%), pengetahuan cukup
sebanyak 8 responden (20%) dan
pengetahuan tinggi sebanyak (75%).
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian dari
pengolahan statistik didapatkan, dukungan
tenaga kesehatan adalah pelayanan kesehatan
masyarakat untuk mengobati apabila ada
masyarakat terkena penyakit TB Paru dengan
berbagai kegiatan dan promosi kesehatan
untuk mencegah penyebaran penyakit TB
Paru di daerah tersebut, dari hasil penelitian
didapatkan dukungan Tenaga kesehatan
kurang baik sebanyak 16 responden (40%)
dan dukungan Tenaga kesehatan baik
sebanyak 24 responden (60%).
Berdasarkan tabel 2 hasil penelitian
statistik bivariat menunjukkan hasil analisis
hubungan pengetahuan responden terhadap
perilaku penularan TB Paru, dari hasil
analisis bivariat didapatkan pengetahuan
responden kurang terhadap perilaku
penularan TB Paru kurang baik sebanyak 2
responden (100.0%), pengetahuan responden
cukup terhadap perilaku penularan TB Paru
7. 5
kurang baik sebanyak 7 responden (87.5%)
dan pengetahuan resonden baik terhadap
perilaku penularan TB Paru baik sebanyak 18
responden (60.0%). Untuk menganalisis ada
hubungan atau tidak dengan nilai signifikan
yaitu < 0.05. dari hasil penelitian didapatkan
nilai coefficient contingensi sebesar 0.022.
maka didapatkan H0 ditolak dan Ha diterima.
Dari hasil penelitian terdapat hubungan
pengetahuan responden terhadap perilaku
penularan TB Paru.
Berdasarkan tabel 2 hasil penelitian
statistik bivariat menunjukkan hasil analisis
menunjukkan hasil analisis hubungan
dukungan Tenaga kesehatan terhadap
perilaku penularan TB Paru, dari hasil
analisis bivariat didapatkan dukungan Tenaga
kesehatan kurang baik terhadap perilaku
penularan TB Paru kurang baik sebanyak 13
responden (81.2%) dan dukungan Tenaga
kesehatan baik terhadap perilaku penularan
TB Paru baik sebanyak 16 responden
(66.7%). Untuk menganalisis ada hubungan
atau tidak dengan nilai signifikan yaitu <
0.05. dari hasil penelitian didapatkan nilai P
Value sebesar 0.008. maka didapatkan H0
ditolak dan Ha diterima. Dari hasil penelitian
terdapat hubungan dukungan Tenaga
kesehatan terhadap perilaku penularan TB
Paru. Dan nilai Odds Ratio sebesar 8.667,
dapat dikatakan bahwa dukungan Tenaga
kesehatan yang baik akan menurunkan 8 kali
responden untuk berperilaku baik terhadap
penyakit TB Paru, dan sebaliknya apabila
dukungan Tenaga kesehatan yang kurang
baik akan menaikkan perilaku kurang baik
terhadap penyakit TB Paru.
Penelitian ini membahas tentang
Hubungan Pengetahuan dan Dukungan
Tenaga Kesehatan terhadap Perilaku
Penularan TB Paru di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Tahun
2016, namun variabel yang diteliti jumlahnya
terbatas dibandingkan dengan jumlah variabel
yang sesungguhnya mempengaruhi hasil
penelitian terhadap perilaku TB Paru.
Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa
kuesioner penelitian pada penderita positif
TB Paru tahun 2016 di Puskesmas
Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.
Pertanyaan subjektif, misalnya jenis
pertanyaan essay. Pertanyaan essay disebut
pertanyaan subjektif karena penilaian untuk
pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif
dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda
dari seorang penilai yang satu dibandingkan
dengan yang lain dan dari satu waktu ke
waktu lainnya.
Peran adalah aspek dinamis dari
kedudukan atau status. Seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban, berarti
telah menjalankan suatu peran. kita selalu
menulis kata peran tetapi kadang kita sulit
mengartikan dan definisi peran tersebut.
peran biasa juga disandingkan dengan fungsi.
Perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas
yang dilakukan oleh individu yang meyakini
dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit
atau mendeteksinya tahap asimptomik.12
Lingkungan mempunyai andil yang
paling besar terhadap status kesehatan,
kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku
mempunyai andil nomor dua, pelayanan
kesehatan, dan keturunan mempunyai andil
yang paling kecil terhadap status kesehatan.12
Bloom, membagi perilaku ke dalam tiga
domain pendidikan yang terdiri dari kognitif,
afektif dan psikomotor. Kemudian dalam
perkembangan selanjutnya oleh para ahli
pendidikan, ketiga domain ini diukur dari
pengetahuan, sikap dan tindakan.13
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan suatu kejadian tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga
pengetahuan pasien terhadap TB Paru sangat
penting karena penderita TB Paru harus
diberikan pengertian bahwa penyakit tersebut
dapat menularkan ke orang lain atau keluarga
dekatnya sehingga harus diberi pengetahuan
dan bekal penularan TB Paru dengan cara
memberikan kiat dalam perilaku sehat di
keluarga, dengan pengetahuan secara
eksplisit dan implisit.13
Hubungan Pengetahuan terhadap Perilaku
Penularan TB Paru
Hasil pengolahan uji statistik
menunjukkan hasil analisis hubungan
pengetahuan responden terhadap perilaku
penularan TB Paru, dari hasil analisis bivariat
8. 6
didapatkan pengetahuan responden kurang
terhadap perilaku penularan TB Paru kurang
baik sebanyak 2 responden (100.0%),
pengetahuan responden kurang terhadap
perilaku penularan TB Paru tidak ada (0.0%),
pengetahuan responden cukup terhadap
perilaku penularan TB Paru kurang baik
sebanyak 7 responden (87.5%), pengetahuan
responden cukup terhadap perilaku penularan
TB Paru baik sebanyak 1 responden (12.5%),
pengetahuan responden baik terhadap
perilaku penularan TB Paru kurang baik
sebanyak 12 responden (40.0%) dan
pengetahuan resonden baik terhadap perilaku
penularan TB Paru baik sebanyak 18
responden (60.0%). Untuk menganalisis ada
hubungan atau tidak dengan nilai signifikan
yaitu (< 0.05). Dari hasil penelitian
didapatkan nilai coefficient contingensi
sebesar 0.022. maka didapatkan H0 ditolak
dan Ha diterima. Dari hasil penelitian terdapat
hubungan pengetahuan responden terhadap
perilaku penularan TB Paru.
Hubungan tingkat pengetahuan
responden terhadap penyakit TB Paru di
wilayah puskesmas kecamatan dalam
penemuan suspek TBC adalah menurut
penelitian Widayat dalam penelitian yang
berjudul “Pengaruh Karakteristik,
Pengetahuan dan Sikap Petugas Pemegang
Program Tuberkulosis Paru Puskesmas
terhadap Penemuan Suspek TB Paru di
Kabupaten Blora” bahwa ada hubungan
signifikan antara pengetahuan dengan
penemuan TB Paru.14
Menurut Teori Notoadmojo pengaruh
pengetahuan terhadap praktik/peran dapat
bersifat langsung maupun melalui perantara
sikap. Suatu sikap belum terwujud dalam
bentuk praktik. Agar terwujudnya sikap agar
menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau kondisi
yang memungkinkan.11
Menurut Ja’far juga menyebutkan bahwa
cakupan penemuan suspek TB Paru oleh
petugas kesehatan di puskesmas dipengaruhi
oleh pengetahuan responden yang minim
dalam pola hidup bersih dan sehat dalam
lingkungannya.15
Dari hasil penelitian juga didapatkan
terdapat faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu pendidikan responden dari
penelitian ini sebagian besar pendidikan
rendah yaitu SMA, informasi yang dimiliki
oleh responden untuk mengenal sesuatu dan
memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut, sosial budaya dan ekonomi,
kebiasaan dan tradisi yang dilakukan
seseorang tanpa melalui penalaran sehingga
akan bertambah pengetahuan walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga
akan menetukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu
sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Pengalaman dan usia, Pengalaman sebagai
sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan
cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu dan mempengaruhi daya
tangkap dan pola pikir seseorang. semakin
bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan
Terhadap Perilaku Penularan TB Paru
Hasil pengolahan uji statistik
menunjukkan hasil analisis hubungan
dukungan petugas kesehatan terhadap
perilaku penularan TB Paru, dari hasil
analisis bivariat didapatkan dukungan petugas
kesehatan kurang baik terhadap perilaku
penularan TB Paru kurang baik sebanyak 13
responden (81.2%), dukungan petugas
kesehatan kurang baik terhadap perilaku
penularan TB Paru baik sebanyak 3
responden (18.8%), dukungan petugas
kesehatan baik terhadap perilaku penularan
TB Paru kurang baik sebanyak 8 responden
(33.3%) dan dukungan petugas kesehatan
baik terhadap perilaku penularan TB Paru
baik sebanyak 16 responden (66.7%). Untuk
menganalisis ada hubungan atau tidak dengan
nilai signifikan yaitu (< 0.05). dari hasil
penelitian didapatkan nilai P Value sebesar
0.008. maka didapatkan H0 ditolak dan Ha
diterima. Dari hasil penelitian terdapat
hubungan dukungan petugas kesehatan
terhadap perilaku penularan TB Paru. Dan
nilai Odds Ratio sebesar 8.667, dapat
dikatakan bahwa dukungan petugas kesehatan
yang baik akan menurunkan 8 kali responden
9. 7
untuk berperilaku baik terhadap penyakit TB
Paru, dan sebaliknya apabila dukungan
petugas kesehatan yang kurang baik akan
menaikkan perilaku kurang baik terhadap
penyakit TB Paru.
Penelitian terdahulu juga didapatkan
hasil bahwa dukungan petugas kesehatan
dalam penemuan suspek TBC di wilayah
kerja Puskesmas Kartasura paling banyak
adalah katagori kurang yaitu sebanyak 23
responden (46%).
Widayat menyebutkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi peran petugas
kesehatan dalam penemuan suspek adalah
pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan,
pelatihan, masa kerja/ pengalaman,
kebudayaan dan adanya supervisi pemegang
program tuberculosis.14
Ja’far juga menyebutkan bahwa
cakupan penemuan suspek TBC oleh petugas
kesehatan di puskesmas dipengaruhi olh
pengetahuan, pelatihan TBC yang diikuti oleh
petugas kesehatan, beban kerja, jarak
pelayanan dan supervisi pemegang program
tuberculosis. Dukungan petugas kesehatan
dalam penemuan suspek TBC di wilayah
kerja puskesmas Kartasura paling banyak
adalah peranan yang kurang disebabkan
pengalaman petugas kesehatan masih kurang,
supervisi masih kurang, beban kerja yang
berat dan wilayah kerja puskesmas yang
luas.15
Dari hasil penelitian juga didapatkan
bahwa pengetahuan yang baik terhadap
penyakit TB Paru pada petugas kesehatan
harus bisa meyakinkan responden bahwa,
setelah minum obat tanpa terputus akan
sembuh dan menjaga pola hidup sehat juga
sangat penting, pelatihan dan pengalaman
petugas kesehatan dalam mempermasalahkan
penyakit tersebut juga harus banyak, karena
dengan adanya pelatihan apabila ada
responden yang menolak kedatangan petugas
kesehatan maka bisa ditangani oleh petugas
kesehatan sendiri dengan pendekatan
interpersonal maupun personal dalam
menyikapi penularan penyakit TB Paru dan
kebudayaan dari petugas kesehatan.
Kebudayaan menyangkut faktor dominasi
dalam pelayanan kesehatan kebudayaan yang
mendukung penularan TB Paru dalam
masyarakat akan menumbuhkan dan
mengembangkan rasa empati kepada semua
lapisan masyarakat untuk mencegah penyakit
TB Paru menyebar di area tempat tinggalnya.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
aspek Hubungan Pengetahuan dan Dukungan
Tenaga Kesehatan Terhadap Perilaku
Penularan TB Paru di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Tahun
2016 yaitu dari hasil uji statistik diperoleh
hubungan pengetahuan terhadap perilaku
penularan TB Paru dengan nilai coefficient
contingensi =0.022. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan terhadap perilaku
penularan TB Paru (p value α:0,05).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan Dukungan Petugas Kesehatan
terhadap Perilaku Penularan TB Paru Tahun
2016 yaitu nilai p value =0,008. Maka dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan petugas kesehatan
terhadap perilaku penularan TB Paru.
Saran
Berdasarkan keterbatasan dalam
penelitian ini, maka saran-saran dari peneliti
sendiri adalah melakukan dan mengupas
fenomena dari hubungan Pengetahuan dan
Dukungan Petugas Kesehatan terhadap
Perilaku Penularan TB Paru.
Pihak puskesmas memberikan pelatihan
juga kepada kader kesehatan untuk
membantu melaksanakan program agar
menekan laju penyakit TB Paru, karena
penyakit TB Paru akan menyebar apabila
sanitasi yang buruk, ventilasi yang kurang
memadai, asap kendaraan dilingkungan
tempat tinggal, udara yang kotor dan perilaku
pasien untuk tidak membuang dahak
sembarangan serta memberikan tempat
khusus untuk orang yang terkena TB Paru
dengan kebersihan yang baik terutama dari
faktor gizi dan tempat makan pada penderita
TB Paru.
Daftar Pustaka
1. Gklinis. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Pengobatan TB Paru Edisi
Revisi, Jakarta ; 2010.
10. 8
2. Tobing. Hubungan Karakteristik
Penderita TBC dengan Suspec TBC Paru
BTA Positif di Puskesmas ; 2009.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Gambaran Kepatuhan Pasien
Tuberkulosis Paru. Diakses pada 12
maret 2015.
4. http://nasional.tempo.co/read/news/2012/
04/02/173394147/penderitatuberkulosisdi
kecamatansungaitarabprovinsisumateraba
rat/
5. Entjang I. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Bandung ; PT Citra Aditya Bakti ; 2000.
6. Sukana. Upaya Penanggulangan Angka
Kematian Ibu dengan Kejadian TB Paru
di Kota Bima Prov. NTB Tahun ; 2006.
7. Wignoyohadi. Penyakit dan Cara
Penularannya TBC, Yogyakarta;
Infomedika ; 2006.
8. Rachmawati. Masalah dan
Penanggulangannya, Jakarta; UI Pers ;
2006.
9. Rajagukguk. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2,
Jakarta ; Bayu Media Publishing ; 2008.
10. Pratiwi. Dasar–dasar Pendidikan
Kesehatan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan, Medan, Tras Info Media ;
2006.
11. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta ; Rineka Cipta ; 2010.
12. Kurniasari N. dengan judul hubungan
pengetahuan dan sikap penderita TBC
dengan keteraturan dalam pengobatan
TBC di UPTD Puskesmas Ciboga
Kabupaten Subang Tahun 2007.
13. Bagas W. hubungan antara karakteristik
dan pengetahuan tentang tuberculosis
paru dengan perilaku penularan
tuberculosis paru di Puskesmas
Sawangan Kota Depok Tahun 2010.
Depok ; UI ; 2010.
14. Widayat, 2001. Pemeriksaan Mikroskopis
Dahak dan Cross Check Sediaan BTA,
Garailmu; Jogyakarta ; 2001.
15. Ja’far, 1997, Perawatan Anak Sakit Edisi
5. EGC ; Jakarta ; 2010.