1. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru
PERAN KELUARGA SEBAGAI PENGAWAS MINUM OBAT (PMO)
DALAM MENDUKUNG PROSES PENGOBATAN PENDERITA TB PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAUMATA
KECAMATAN TAEBENU KABUPATEN KUPANG
Ribka Limbu1, Marni2
Abstrak: Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, TB Paru
merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok
penyakit infeksi (Depkes, RI, 2002).Untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur, penyakit TB
paru masih merupakan masalah yang cukup serius. Dimana tahun 2003 ditemukan 5.812
Penderita, pada tahun 2004 sebanyak 1.842. penderita, dan pada tahun 2005 lalu
sebanyak 768 penderita.TB Paru positif ( 284 penderita tahun 2003,, 1.307 penderita
tahun 2004, 701 penderita tahun 2005). Sedangkan pada wilayah kerja Puskesmas
Baumata pada tahun 2005 ditemukan penderita sebanyak 9 penderita BTA positif dari
40 tersangka penderita yang berobat di Puskesmas dan menjalani pengobatan lengkap
sebanyak 9 penderita. Anggota keluarga sebagai pengawas minum obat cukup efektif dan
efisien dalam memaksimalkan peran dan fungsi PMO karena tidak mengedepankan
reward berupa materi sebagai imbalan jasa tetapi dimotivasi oleh kedekatan keluarga
yang disadari oleh pengabdian yang tulus, iklas, sabar, dan tanggung jawab sebagai
implementasi nilai keyakinan. Rumusan masalah yang dikaji dalam penulisan ini
bagaimanakah peran keluarga sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) dalam bentuk
partisipasi, motivasi serta nilai dalam keluarga untuk mendukung proses serta
keberhasilan pengobatan dan kesembuhan penderita TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Baumata kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Jenis atau rancang bangun penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam bentuk
partisipasi terhadap proses pengobatan penderita TB Paru yaitu merujuk penderita ke
puskesmas, membawa penderita di tenaga kesehatan, membantu penderita pada
pemeriksaan di laboratorium, pemenuhan kebutuhan penderita, mengingatkan penderita
untuk minum obat dan memberi obat untuk diminum setiap malam dan melakukan
pengambilan obat untuk pesediaan, serta mengantarkan penderita malakukan
pengontrolan di puskesmas bila selesai minum obat fase intensif (2 bulan) sangatlah
diperlukan, namun ada pembatasan yang dikhususkan pada anak-anak yang ada dalam
keluarga mengingat penularan penyakit tersebut melalui pernapasan.
Kata Kunci: PMO, TB paru, Keluarga
PENDAHULUAN terbesar ketiga di dunia setelah India dan
Latar Belakang China, dan dari perkiraan jumlah kasus
Tuberkulosis (TB) masih merupakan baru penderita TB yang 583.000 sekitar
masalah kesehatan diberbagai negara di 262.000 diantaranya adalah sumber
dunia. Di Asia saat ini terdapat 4,5 juta penularan karena BTA positif.
kasus TB dari 8 juta kasus yang
diperkirakan terdapat di dunia, berarti Untuk kegiatan penanggulangan
lebih dari 50%. Kasus terbanyak pada Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di
India, Cina, Indonesia, Bangladesh, Indonesia telah dimulai sejak diadakan
Pakistan, Philipina. (Arima, C, 1999). simposium pemberantasan TB Paru di
Cilito pada tahun 1969. Namun sampai
Indonesia menurut laporan WHO tahun sekarang perkembangannya belum
1999 merupakan penyumbang kasus TB
1
Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
2
Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
2. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007
menunjukkan hasil yang Penanggulangan penyakit TB Paru perlu
menggembirakan. (Depkes, RI, 2002). ditangani dengan cara yang lebih baik
agar tidak lagi menjadi masalah di
Namun diakui bahwa terdapat kendala- Indonesia, terutama dari segi
kendala dalam pelaksanaan program manajemen pengobatan seperti
sejak 1969 ini, antara lain terbatasnya pengawasan keteraturan berobat,
jangkauan program, tingginya angka (Departemen Kesehatan RI, 2002).
drop aut dalam pengobatan karena Salah satu dari komponen DOTS adalah
digunakan obat-obatan jangka panjang. panduan OAT jangka pendek dengan
Kebanyakan penderita adalah mereka pengawasan langsung. Untuk menjamin
dari kalangan pendidikan dan sosio- keteraturan pengobatan diperlukan
ekonomi rendah. (Soenggoro Erwin P, seorang pengawas minum obat (PMO).
1999). Keluarga dapat dijadikan sebagai PMO,
Menurut data Survei Kesehatan Rumah karena dikenal, dipercaya dan disetujui,
Tangga (SKRT) tahun 1995, TB Paru baik oleh petugas kesehatan maupun
merupakan penyebab kematian ketiga penderita, selain itu harus disegani,
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dihormati dan tinggal dekat dengan
dan penyakit saluran pernapasan, dan penderita serta bersedia membantu
merupakan nomor satu terbesar dalam penderita dengan sukarela, (Pengurus
kelompok penyakit infeksi (Depkes, RI, Pusat Perkumpulan Pemberantasan
2002). Tuberkulosis Indonesia, 2000).
Untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sebagai PMO keluarga dapat
penyakit TB paru masih merupakan berpartisipasi langsung mengawasi
masalah yang cukup serius. Dimana penderita TB Paru agar menelan obat
tahun 2003 ditemukan 5.812 Penderita, secara teratur sampai selesai
pada tahun 2004 sebanyak 1.842. pengobatan, memotivasi penderita agar
penderita, dan pada tahun 2005 lalu mau berobat teratur serta mengingatkan
sebanyak 768 penderita.TB Paru positif ( penderita untuk periksa ulang dahak
284 penderita tahun 2003,, 1.307 pada waktu-waktu yang telah ditentukan
penderita tahun 2004, 701 penderita dan mewakili penderita mengambil obat.
tahun 2005). Sedangkan pada wilayah
kerja Puskesmas Baumata pada tahun Pengawasan minum obat bagi penderita
2003 terdapat suspek TB Paru sebanyak TB paru dengan DOTS di wilayah kerja
41 orang dengan BTA positif 6 penderita Puskesmas dulu, lebih banyak menjadi
yang datang sendiri ke Puskesmas, 4 tanggung jawab pada petugas
penderita diantaranya menjalani kesehatan. Namun kali ini tidaklah
pengobatan tidak teratur dan pada efektif, dikarenakan penderita yang
akhirnya tidak melanjutkan pengobatan bersangkutan umumnya tinggal di desa-
sampai selesai (drop out), dan pada desa yang jauh dari jangkauan petugas
tahun 2004 ditemukan suspek sebanyak (Daerah pulau-pulau). Disamping itu
54 orang dengan BTA positif 5 orang tidak tersedia transportasi dan dana
yang berobat di Puskesmas, 4 penderita yang cukup untuk kegiatan pengawasan
diantaranya menjalani pengobatan tidak minum obat. Dan ada penilaian sebagian
teratur dan pada akhirnya tidak masyarakat yang hidup di desa tentang
melanjutkan pengobatan sampai selesai, penyakit TB Paru adalah penyakit
dan pada tahun 2005 ditemukan keturunan yang sulit disembuhkan,
penderita sebanyak 9 penderita BTA sangat berpengaruh kepada proses
positif dari 40 tersangka penderita yang pengobatan penderita.
berobat di Puskesmas dan menjalani
pengobatan lengkap sebanyak 9 Hal ini bila dibandingkan dengan hasil
penderita (Puskesmas Baumata, 2003, penelitian yang dilakukan oleh Rusmani
2004, 2005). Asih di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
2
3. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru
Doris Sylvanus Palangkaraya Tahun Melihat berbagai persoalan tersebut di
2002, menunjukkan bahwa sumbangan atas maka, penelitian tentang peran
terbesar dari seluruh variabel terhadap keluarga dalam mendukung pengobatan
kepatuhan minum obat, ada pada penderita TB Paru di wilayah kerja
dukungan keluarga dibandingkan Puskesmas Baumata menjadi sangat
dengan faktor lainnya. Artinya disamping penting untuk dilakukan.
faktor petugas medis, pasien, obatnya
dan teknik serta cara pengobatan, maka Rumusan masalah yang dikaji dalam
peran pengawasan dalam hal ini penulisan ini bagaimanakah peran
keluarga sangat penting untuk keluarga sebagai Pengawas Minum Obat
membantu kelancaran pasien dalam (PMO) dalam bentuk partisipasi, motivasi
menjalani terapinya. Bagaimanapun serta nilai dalam keluarga untuk
pentingnya pengobatan, faktor keluarga mendukung proses serta keberhasilan
sebagai pengawas akan lebih efisien dan pengobatan dan kesembuhan penderita
efektif jika dibandingkan pengawasan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
yang sangat terbatas oleh petugas medis Baumata kecamatan Taebenu,
ataupun kader dilingkungannya. Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
Menurut Noviadi, 1999 (dalam Rusmani
Asih, 2002), peran keluarga yang dapat Adapun tujuan umum dari penelitian ini
dilakukan adalah pengawasan menelan adalah mengkaji tentang peran keluarga
obat, pengawasan penampungan dahak, sebagai pengawas minum obat (PMO)
membantu membersihkan alat-alat dalam mendukung proses pengobatan
makan dan minum penderita, menepati penderita TB Paru di Wilayah Kerja
jadwal kontrol. Sementara jika hubungan Puskesmas Baumata Kecamatan
emosional dengan dokter atau perawat Taebenu Kabupaten Kupan dan tujuan
kurang bagus, misalnya; kurang ramah, khususnya adalah 1). mengetahui
kaku, kelihatan marah, kurang dekat, tentang partisipasi keluarga pada proses
maka peran keluarga dapat memberikan pengobatan penderita TB Paru di
motivasi agar penderita dapat terjalin wilayah kerja Puskesmas Baumata
hubungan emosional yang baik dengan 2).mengetahui dukungan tentang
petugas kesehatan (Perawat dan motivasi yang diberikan pada proses
Dokter). pengobatan penderita TB Paru di
wilayah kerja Puskesmas Baumata
Penderita TB Paru yang teratur 3).Mengetahui tentang nilai yang
melakukan pengobatan disamping mendukung pada proses pengobatan
karena adanya kesadaran dari penderita penderita TB Paru di wilayah kerja
untuk lepas dari penyakitnya juga Puskesmas Baumata .
didukung oleh karena adanya peran dari
keluarga sebagai pengawas minum obat Tinjauan Umum Tentang Peran
yang selalu mengontrol pengobatan Posisi seseorang dalam masyarakat
penderita TB Paru. dimana pe laku yang diharapkan dari
padanya tidak berdiri sendiri, melainkan
Anggota keluarga sebagai pengawas selalu berada dalam kaitan dengan
minum obat cukup efektif dan efisien adanya orang lain yang berhubungan
dalam memaksimalkan peran dan fungsi dengan orang atau aktor tersebut. Teori
PMO karena tidak mengedepankan peran, (Sarwono, S, W, 2003). Teori
reward berupa materi sebagai imbalan peran dibagi dalam empat golongan
jasa tetapi dimotivasi oleh kedekatan istilah menurut Biddle dan Thomas, yaitu
keluarga yang disadari oleh pengabdian (a) Orang-orang yang mengambil bagian
yang tulus, iklas, sabar, dan tanggung dalam interaksi sosial; (b) Perilaku yang
jawab sebagai implementasi nilai muncul dalam interaksi tersebut; (c)
keyakinan.
3
4. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007
Kedudukan orang-orang dalam perilaku; terlibat dalam interaksi dengan lebih dari
(d) Kaitan antara orang dan perilaku. satu kelompok maka masing-masing pun
memiliki peran dan status berganda dan
Orang yang sedang berperilaku menuruti tidak jarang terjadi konflik peran dalam
suatu peran tertentu disebut sebagai keadaan.
aktor atau pelaku, sedangkan orang
yang mempunyai hubungan dengan Untuk mempertahankan eksistensinya
aktor atau pelaku dan perilakunya sebagai mahluk sosial, manusia perlu
disebut sebagai target (sasaran) atau berada bersama orang lain dan
orang lain (other). Dengan demikian mengadakan interaksi sosial di dalam
target berperan sebagai pasangan kelompoknya. Kelompok yang terkecil
(partner) bagi aktor. Hal ini nampak tetapi yang paling dekat dengan
misalnya pada hubungan ibu – anak, kehidupan individu ialah keluarga yang
suami – istri atau kepala keluarga – berupa keluarga batih (nuclear family)
anggota keluarga. maupun keluarga luas ( extended family)
yang merupakan gabungan dari
Harapan tentang peran adalah harapan- beberapa keluarga batih.
harapan orang lain tentang perilaku yang
pantas, yang seyogianya ditujukan oleh Agar kehidupan dikelompok dapat
seseorang yang mempunyai peran berjalan dengan baik sdan lancar maka
tertentu. Contoh orang sebagai individu seringkali individu harus mengubah atau
dalam kondisi sakit dan berpenyakit menyesuaikan keinginan pribadinya
mempunyai harapan tertentu terhadap dengan norma dan tuntutan kelompok.
perilaku yang pantas dari orang yang Salah satu aspek yang turut menentukan
ada disekitarnya. perilaku individu yang bersifat pasif
(tanpa tindakan) maupun bersifat aktif
Peran adalah seperangkat tingkat yang (melakukan tindakan), (Anderson Foster,
diharapkan dimiliki oleh orang yang 1986).
berkedudukan dalam masyarakat
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Tinjauan Umum Tentang Partisipasi
Kedudukan atau Posisi ialah suatu Pengertian partisipasi dalam arti sempit
tingkatan dalam suatu sistem pelapisan yaitu sebuah keikutsertaan, keterlibatan
sosial yang diakui oleh masyarakat. atau peran serta yang sifatnya sebagai
Misalnya “pria dewasa”, menunjukkan pelengkap. Namun sebenarnya
suatu kategori dalam sistem partisipasi adalah suatu proses
penggolongan usia dan jenis kelamin. pembelajaran dalam sebuah skenario
(Sarwono Solita, 2004). perencanaan. Dimana pihak yang
berpartisipasi belajar secara bertahap
Peran menurut Solita Sarwono adalah dengan menggunakan kemampuan diri
suatu pola tingkah laku, kepercayaan, sendiri untuk peningkatan derajat
nilai, sikap, yang diharapkan oleh kesehatannya ( Silwana, 2004).
masyarakat muncul dan menandai sifat
dan tindakan pemegang kedudukan. Jadi Selain itu pengertian partisipasi sebagai
peran menggambarkan perilaku yang kewajiban adalah keterlibatan pihak lain,
seharusnya diperlihatkan oleh individu yang wajib ikut serta, wajib mendukung,
pemegang peran tersebut dalam situasi wajib terlibat dan wajib memberi
yang umum. kontribusi dalam suatu proses
pengambilan keputusan terhadap suatu
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kegiatan. Partisipasi sebagai hak dan
karakteristik peran ini seringkali berbeda, kewajiban mengandung tiga hal dalam
tergantung dari budaya dan faktor-faktor suatu proses partisipasi itu yaitu : 1).
sosial ekonomis lainnya. Oleh karena Interaksi; 2). Pengambilan keputusan; 3).
biasanya setiap individu/kelompok yang
4
5. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru
Kesederajatan kekuasaan ( sharing of Soetrisno menggambarkan berbagai
power). derajat partisipasi masyarakat mulai dari
sekedar menikmati hasil (kegiatan
Interaksi terjadi antara yang mengajak pembangunan) sampai dalam kegiatan
berpartisipasi dan yang diajak perencanaan, hal ini erat kaitannya
berpartisipasi, dala suatu proses dengan kualitas partisipasi mulai dari
pengambilan keputusan yang kualitas yang paling rendah, yaitu
mempunyai akibat bagi kedua belah partisipasi karena mendapat perintah
pihak. sampai ketingkat yang paling tinggi yaitu
partisipasi yang disertai dengan kreasi
Disamping itu proses interaksi harus atau daya cipta.
berjalan diantara kedua belah pihak yang
berada dalam keadaan sederajat. Tinjauan Umum Tentang Motivasi
Partisipasi juga harus mengandung Motivasi berasal dari bahasa Latin
konsekuensi kesediaan berbagai Movere yang berarti mendorong atau
kekuasaan antara yang mengajak dan menggerakkan. Motivasi yang
yang diajak berpartisipasi. mendorong seseorang untuk berperilaku
beraktivitas dalam mencapai tujuan.
Menurut Koencaraninggrat, 1974 (Institut Motivasi sama dengan kebuituhan,
Pertanian Bogor, 1992) membagi biasanya munculnya berurut n1, n2, n3,
partisipasi masyarakat menjadi dua jenis n4 dan seterusnya. Dalam satu hari yang
yaitu: patisipasi semu dan partisipasi juga sama terhadap munculnya m1, m2,
murni. Partisipasi semu merupakan m3, m4, dan seterusnya bila terjadi
peran serta masyarakat dala suatu overlapping atau tumpang tindih. Namun
kegiatan adalah proyek pembangunan proses terjadinya motivasi karena
yang sifatnya mengikuti rumusan dari adanya kebutuhan seseorang yang
atas, sementara atau hanya berlangsung harus segera dipenuhi untuk segera
pada saat suatu proyek dilaksanakan. beraktifitas untuk mencapai tujuan
Partisipasi semacam ini bergantung sehingga dapat dikatakan bahwa
pada ada tidaknya proyek atau program motivasi sebagai motor penggerak maka
yang diselenggarakan oleh pihak bahan bakarnya adalah kebutuhan
pemerintah. (need) itu tadi.
Sedangkan partisipasi murni merupakan Motivasi mempunyai karakteristik: 1).
keterlibatan masyarakat yang dilakukan Sebagai hasil dari kebutuhan, 2).
atas dasar kemauan masyarakat sendiri Terarah kepada suatu tujuan, 3).
tanpa perintah atau paksaan dari pihak Menopang perilaku. Motivasi dapat
yang dipandang sebagai atasan. Untuk dijadikan sebagai dasar penafsiran,
melahirkan dan menumbuhkan penjelasan, dan penaksiran perilaku.
partisipasi murni ini diperlukan kondisi Motif timbul karena adanya kebutuhan
masyarakat yang benar-benar yang mendorong individu untuk
memahami secara sadar akan manfaat melakukan tindakan yang terarah
suatu program. kepada pencapaian suatu tujuan. Namun
dalam kenyataannya motivasi itu
Partisipasi murni juga biasanya muncul merupakan suatu proses yang kompleks
karena masyarakat turut merancang sesuai dengan kompleksnya kondisi
bangun program yang sesuai dengan perilaku manusia dengan segala aspek-
kebutuhannya. Partisipasi murni inipun aspek yang terkait baik eksternal
dapat tumbuh apabila selama maupun internal.
pelaksanaannya diperkaya dengan suatu
proses penyadaran yang dikenal dengan Motivasi adalah kekuatan yang
proses sosialisasi, (Jacob Azrul Agoes T, mendorong seseorang yang
1996). menimbulkan dan mengarahkan
5
6. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007
perilakunya dalam menyelesaikan hal-hal yang penting atau berguna bagi
tanggung jawab pekerjaannya. Secara kemanusiaan. Nilai adalah sesuatu yang
garis besar, motivasi dikelompokkan abstrak mengenai sesuatu yang
menjadi dua kategori, yaitu : 1). Teori dipercayai bersama. Nilai dalam
Kepuasan; 2). Teori Proses. Teori keluarga mungkin berupa hak anggota
Kepuasan, antara lain dikemukakan oleh mengenai privacy, rahasia perkawinan,
Maslow, Herzer dan MC Celland. Teori kerja keras atau kasih sayang terhadap
Proses, antara lain dikemukakan oleh anak. (Anderson, Foster, 1986).
Vroom. (Gibson,et al, 1982 dalam Munir
Baderel, 2001). Kepercayaan tentang apa yang dianggap
baik/benar dan apa yang tidak baik/salah
Teori Maslow, yang lebih dikenal disebut nilai (Sarwono, Solita. 2004).
sebagai teori hierarki kebutuhan. Adanya Nilai sosial mencerminkan budaya suatu
tingkat-tingkat kebutuhan yang masyarakat dan berlaku bagi sebagian
mempengaruhi motivasi seseorang yang besar anggota masyarakat penganut
tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat kebudayaan tersebut.
kebutuhan yang paling rendah adalah
kebutuhan fisiologis dan yang paling Seringkali suatu kepercayaan tumbuh
tinggi adalah kebutuhan akualisasi diri. dan berkembang dalam masyarakat
dimana anggota-anggotanya mempunayi
Pada dasarnya usaha seseorang dalam kepentingan dan tujuan yang sama.
menggerakkan, mengarahkan daya dan Tidak jarang pula kepercayaan kelompok
potensinya ditentukan oleh kekuatan ini (group belief) ditumbuhkan oleh pihak
tingkat kebutuhannya sebagai tingkat yang berwenang atau pemimpin
motivasinya dan alat perangsang atau masyarakat yang disebar luaskan
motivatornya. Kekuatan motivasi keanggota masyarakat yang lainnya.
cenderung berkurang, manakala
kebutuhannya telah terpenuhi. Dengan Jika seorang individu menerima suatu
demikian kedudukan kebutuhan tersebut nilai tertentu, dia dapat menjadikannya
dalam berkompetisi dengan kebutuhan sebagai tujuan hidupnya (Krech et al,
lainnya berubah menjadi rendah 1962 dalam Sarwono S. 2004). Guna
tingkatnya. mengatur perilaku individu dalam
kelompok/keluarga agar sesuai dengan
Alat perangsang atau motivator adalah nilai-nilai yang berlaku, dibuatlah norma-
hal-hal yang menyebabkan seseorang norma tertentu, yang berupa peraturan
untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini yang disetujui oleh anggota masyarakat,
dapat berupa rangsangan yang nyata yang menguraikan secara rinci tentang
diwujudkan kedalam bentuk kualitatif dan perilaku yang harus atau justru tidak
yang bersifat semu yang tidak mudah boleh dilakukan dalam suatu keadaan
diwujudkan. Ciri perangsang yang semu atau kedudukan tertentu. Norma sosial
atau tidak nyata ini sifatnya sebagian kadang-kadang juga mencakup jenis
atau seluruhnya tidak disadari adanya. sangsi atau imbalan yang akan diberikan
kepada mereka yang melanggar atau
Sebagian besar alat perangsang yang mematuhi peraturan tersebut (Krech et
bersifat nyata itu terdiri atas kebutuhan al, 1962 dalam Sarwono S, 2004).
primer atau kebutuhan fisiologis (makan,
tempat tinggal, pakaian, sex). Kebutuhan Nilai-nilai budaya terdiri dari konsepsi-
lain yang bersifat semu dapat dipandang konsepsi yang hidup dalam alam pikiran
sebagai kebutuhan sekunder. sebagian besar warga masyarakat
mengenai hal-hal yang mereka anggap
Tinjauan Umum Tentang Nilai mulai (Koentjaraningrat, 1987), menjadi
Pengertian nilai dalam kamus besar orientasi dan rujukan dalam bertindak,
bahasan Indonesia berarti sifat-sifat atau karena itu mempengruhi seseorang
6
7. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru
dalam menentukan alternatif, cara-cara, Daya penularan dari seorang penderita
alat-alat, dan tujuan perbuatan yang ditentukan oleh banyaknya kuman yang
tersedia. dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
Norma sosial ini digunakan sebagai makin menular penderita tersebut. Bila
mekanisme kontrol perilaku individu hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
dalam kelompok atau masyarakat. terlihat kuman), maka penderita tersebut
Berdasarkan norma itu dibuatlah hukum dianggap tidak menular. Kemungkinan
adat yang merealisasikan penerapan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh
norma dan pelestariannya. Meskipun konsentrasi droplet dalam udara dan
terjadi modernisasi, norma lama akan lamanya menghirup udara tersebut.
tetap dapat diterima sepanjang norma itu ( Arifin N, 1990).
memiliki keluwesan dan dapat
menyesuaikan diri dengan situasi dan Risiko penularan setiap tahun (Annual
kondisi yang selalu berubah dab Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di
berkembang. (Widjaja, 1986 dalam Indonesia di anggap cukup tinggi dan
Sarwono S, 2004) bervariasi antara 1-3%. Pada daerah
dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap
Tinjauan Umum Tentang Penyakit tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang
Tuberkulosis, Epidemiologi Dan akan terinfeksi. Sebagian besar dari
Pengobatan Penderita Tuberkulosis. orang yang terinfeksi tidak akan menjadi
Tuberkulosis adalah penyakit menular penderita TB, hanya sekitar 10% dari
langsung yang disebabkan oleh kuman yang terinfeksi yang akan menjadi
TB (Mycobacterium tuberkulosis) penderita TB.
sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ Dari keterangan tersebut di atas, dapat
tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk diperkirakan bahwa pada daerah dengan
batang, mempunyai sifat khusus yaitu ARTI 1%, maka diantara 100.000
tahan terhadap asam terhadap penduduk rata-rata terjadi 100 penderita
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula tuberkulosis setiap tahun, dimana 50
sebagai basil Tahan Asam (BTA). penderita adalah BTA positif. Faktor
Kuman TB cepat mati dengan sinar yang mempengaruhi seseorang menjadi
matahari langsung, tetapi dapat bertahan penderita TB adalah daya tahan tubuh
hidup beberapa jam di tempat yang yang rendah, diantaranya karena gizi
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh buruk atau HIV/AIDS.
kuman ini dapat dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun. Penderita TB Paru dengan kerusakan
jaringan luas yang telah sembuh (BTA
Sumber penularan adalah penderita TB Negatif) masih bisa mengalami batuk
BTA positif. Pada waktu batuk atau darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan
bersin, penderita menyebarkan kuman dengan kasus sembuh. Pada kasus
ke udara dalam bentuk droplet (percikan seperti ini, pengobatan dengan OAT
dahak). Droplet yang mengandung tidak diperlukan, tapi cukup diberikan
kuman dapat bertahan di udara pada pengobatan simtomatis. Bila pendarahan
suhu kamar selama beberapa jam. berat, penderita harus dirujuk ke unit
Orang dapat terinfeksi kalau droplet spesialistik. ( Bing K Siti S, 1990).
tersebut terhidup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman TB tersebut Tanpa pengobatan, setelah lima tahun
dapat menyebar dari paru ke bagian 50% dari penderita TB akan meninggal,
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran 25% akan sembuh sendiri dengan daya
darah, sistem saluran limfe, saluran tahan tubuh tinggi, dan 25% sebagai
nafas, atau penyebaran langsung ke kasus kronik yang tetap menular
bagian-bagian tubuh lainnya.
7
8. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007
(Pedoman Nasional Penanggulangan dunia, sesudah negara India dan Cina
Tuberkulosis, 2002). (DepKes RI, 2002).
Gejala utama batuk terus menerus dan Di India, insidens BTA sediaan langsung
berdahak selama 3 (tiga) minggu atau positif sebanyak 805.000 orang,
lebih. Di tambah dengan gejala lain yang sedangkan insidens seluruh kasus
sering dijumpai; dahak bercampur darah, sebanyak 1.799.000 orang, prevalensi
batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri BTA sediaan langsung positif sebanyak
dada, badan lemas, nafsu makan 2.181.000 orang dan prevalensi seluruh
menuru, berat badan turun, rasa kurang kasus sebanyak 4.854.000 orang;
enak badan (malaise), berkeringat insidens seluruh kasus sebanyak
malam walaupun tanpa kegiatan, demam 1.402.000 orang; prevalensi BTA
meriang lebih dari sebulan. Gejala-gejala sediaan langsung positif sebanyak
tambahan tersebut di atas harus 1.132.000 orang; prevalensi seluruh
dianggap sebagai seorang “suspek kasus sebanyak 2.721.000 orang.
tuberkulosis” atau tersangka penderita (DepKes RI, 2000)
TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung. Obat TB diberikan dalam bentuk
kombinasi dari beberapa jenis, dalam
Pengobatan tuberkulosis yang efektif jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8
diperkenalkan sejak tahun 1950-an dan bulan, supaya semua kuman (termasuk
tahun 1960-an, menimbulkan harapan kuman persiter) dapat dibunuh. Dosis
bahwa penyakit tuberkulosis dapat tanpa intensif dan dosis tahap lanjutan
segera dibasmi.Sementara pengurangan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya
insidens secara dramatic telah dicapai pada saat perut kosong. Apabila paduan
oleh banyak negara industri, tapi obat yang digunakan tidak adekuat
penyakit tuberkulosis masih merupakan (jenis, dosis dan jangka waktu
penyebab utama kematian di dunia. pengobatan), kuman TB akan
Diperkirakan dua sampai tiga juta berkembang menjadi kuman kebal obat
penderita yang meninggal setiap tahun (resisten). Untuk menjamin kepatuhan
dan 8,8 juta kasus baru setiap tahun penderita menelan obat, pengobatan
atau lebih dari 1000 kasus baru perlu dilakukan dengan pengawasan
tuberkulosis setiap jam dan 52.000 langsung (DOT = Directly Observed
kematian tuberkulosis setiap minggu Treatment) oleh seorang Pengawas
berarti lebih dari 7.000 kematian setiap Menelan Obat (PMO).
hari, (WHO, 1995 dan 1997). Lebih dari
40% kasus terdapat di Asia Tenggara, METODE
dimana Indonesia menyumbang 11,2% Jenis Penelitian
dari seluruh jumlah kasustersebut, Jenis atau rancang bangun penelitian ini
(WHO, 1995) dan India diperkirakan adalah penelitian deskriptif dengan
mencakup 52,9% (WHO,1995). pendekatan kualitatif, yaitu jenis
Sedangkan penderita tuberkulosis di penelitian yang bertujuan untuk
wilayah WHO lainnya adalah wilayah mengambarkan, meringkaskan peran
Afrika (African region) sebesar 17,3%; keluarga sebagai pengawas minum obat
wilayah Amerika (American region) (PMO) yang turut mendukung proses
sebesar 6,6%; wilayah Pasifik Barat keberhasilan pengobatan penderita TB
(Western Pasific) sebesar 22,6%; Paru terutama tentang peran keluarga
wilayah Eropa (European region) kemudian ditarik kesimpulan sebagai
sebesar 5,2% dan wilayah Timur Tengah gambaran tentang kondisi yang
(Western Mediteranea) sebesar 7,2%. mendukung keberhasilan dan
Indonesia adalah negara nomor tiga kesembuhan penderita TB Paru,
terbesar kasus penderita tuberkulosis di (Bungin, 2001).
8
9. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru
Lokasi dan waktu Penelitian Karakteristik Informan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Informan dalam penelitian ini adalah
Puskesmas Baumata.. Penelitian keluarga yang turut berperan sebagai
dilakukan selama 3 bulan mulai bulan Pengawas Minum Obat (PMO) yang
Oktober – Desember tahun 2006 turut mendukung dalam proses
pengobatan dan kesembuhan penderita
Populasi TB Paru, bersedia menjadi informan
Populasi dalam penelitian ini adalah informan, berdomisili di wilayah kerja
semua keluarga penderita TB Paru yang puskesmas Baumata, mempunyai
turut berperan dalam mendukung proses anggota keluarga yang menderita TB
keberhasilan pengobatan penderita TB Paru dan pernah berobat di Puskesmas
Paru. Teknik sampling yang digunakan Baumata. Jumlah informan dalam
adalah purposive sampling . penelitian ini adalah 25 orang informan
yang terdiri dari orang tua (ayah dan ibu
Teknik pengumpulan data dan penderita), saudara (kakak dan adek
instrument penelitian penderita), sepupu, tante, ipar istri, anak
Data primer dikumpulkan melalui serta menantu penderita. Adapun tingkat
wawancara mendalam kepada para pendidikan informan juga bervariasi yaitu
responden. Instrumen yang digunakan Perguruan Tinggi (1 orang), DIII (2
adalah pedoman wawancara mendalam, orang), SLTA(9 orang), SMP (3 orang),
tape recorder dan catatan lapangan (field SD (10 orang). Mata pencaharian
note). informan meliputi ibu rumah tangga (15
orang), petani (1 orang), bidan (1 orang),
HASIL perawat (1 orang), PNS ( 3 orang)
Gambaran Umum Lokasi Penelitian wiraswasta, (2 orang) dan mahasiswa (1
PuskesmasBaumata merupakan salah orang).
satu fasilitas kesehatan yang terletak di
Kecamatan Taebenu. Luas wilayah Agama yang di anut sebagian besar
kerjanya 57,83 km2 yang meliputi enam agama Kristen Protestan (21 orang) dan
desa yaitu Desa Baumata Pusat, agama Kristen Katolik (4 orang),
Baumata Timur, Baumata Barat, sedangkan agama Islam, Hindu dan
Kuaklalo, Oeletsala, dan Oeltua. Budha tidak ada. Hubungan informan
dengan penderita adalah 9 informan
Jumlah penduduk di wilayah kerja adalah orang tua penderita, 3 informan
puskesmas Baumata berjumlah 9810 adalah anak penderita, 4 informan
jiwa dengan rincian jumlah penduduk adalah saudara penderita, 3 informan
laki-laki 5236 jiwa, perempuan 4574 jiwa. adalah sepupu penderita, 1 informan
Berdasarkan karakteristik pekerjaan adalah ipar penderita, 2 informan adalah
sebagian besar penduduk (4117) istri penderita, 2 informan adalah tante
mempunyai pekerjaan sebagai petani, penderita dan 1 informan adalah
tidak bekerja sebanyak 3870, PNS menantu penderita.
sebanyak 984 kemudian disusul
wiraswasta sebanyak 496. Selain itu Partisipasi Keluarga Dalam
pada umumnya 3870. Tingkat Mendukung Proses Pengobatan
pendidikan penduduk lebih banyak Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja
tammat SD sebanyak 5027 (51,24%), Puskesmas Baumata.
kemudian disusul tammat SMP 1576 Dalam upaya pencarian pengobatan
(16,16%), kemudian menyusul tammat beberapa keluarga sudah dapat
SMA sebanyak 1428 (14,65%) dan yang menunjukkan partisipasi langsung untuk
paling sedikit adalah tammat PT merujuk penderita ke Fasilitas kesehatan
sebanyak 356 (3,63%) orang. (Laporan (puskesmas dan rumah sakit), atas
Tahunan dan Stratifikasi Puskesmas dugaan penularan dari anggota keluarga
Baumata 2005 ) lain atau tetangga yang pernah
9
10. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007
menderita penyakit. Seperti yang Puskesmas Baumata menyarankan
diungkapkan informan berikut ini : untuk langsung ke rumah sakit umum
“karena sering babatu, keluar darah, dan tahu penyakitnya dan minta obat”.
badan kurus, kurang makan, sonde ….(RO, 41 tahun dan EH 37 tahun).
bisa tidor lalu katong putuskan untuk
bawa dia ke Puskesmas Baumata Selain itu ada juga keluarga yang tidak
dulu, sebab pernah katong pung menunjukkan partisipasi secara
keluarga ada dapat penyakit ini”.(MS, langsung dalam upaya mencari
43 tahun). pengobatan, namun hanya menyarankan
“katong bawa dia ke Rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan di
untuk berobat….. (MR, 31 tahun). Puskesmas Baumata. Seperti yang
diungkapkan informan berikut :
Ada juga upaya pencarian pengobatan “Katong hanya suruh dia pii pareksa di
dari keluarga yang dapat menunjukkan Puskesmas Baumata karena dia batuk
partisipasi langsung untuk membawa dan keluar darah, malam-malam
penderita ke puskesmas karena mereka sonde tidor dan makan kurang”. ….
merasa takut dan mereka tidak tahu itu (ST, 61 tahun dan OA 45 tahun, MY,
penyakit. Seperti yang diungkapkan oleh 35 tahun).
informan berikut : “Dia batuk darah teros , trus katong
“katong sudah takut, karena katong suruh dia pii periksa di Puskesmas
sonde tau bahwa itu penyakit TBC, Baumata”. (FD, 23 tahun).
katong piker bahwa itu penyakit guna- Untuk menunjang pemeriksaan
guna, trus katong bawa dia ke penderita di laboratorium maupun
Puskesmas Baumata dan minta pengambilan sample sputum di rumah
rujukan ke rumah sakit umum, dan ibu dan puskesmas keluarga juga dapat
bidan bilang periksa dahaknya dulu 3 menunjukkan partisipasi langsung.
kali”.(SPR, 30 tahun). Seperti yang diungkapkan oleh
“…panasnya sudah lebih dari 5 hari, informan berikut:
trus kita bawa ke Puskesmas “Kaseh dia banyak minum dan suru
Baumata, trus periksa darahnya bajalan serta mengencerkan batuk
negative, trus katong bilang karomana dalam untuk kaseh keluar dahak”.
kalau begitu, akhirnya katong bawa ke (MK,36 tahun).
dokter dan dokter sarankan ke rumah
sakit periksa dahak dan darah sekalian Dan keluarga lain dapat menunjukkan
ronsgen”.(BL, 37 tahun). partisipasi namun urang membantu
Informan lainnya menunjukkan pemeriksaan karena hanya dengan
partisipasi dengan mengantar penderita memberikan botol untuk menampung
ke petugas kesehatan terdekat dan sputum yang di dahului dengan
selanjutnya atas anjuran petugas pemberian minum dengan harapan
kesehatan dianjurkan untuk periksa penderita bias batuk dan mengeluarkan
laboratorium di Puskesmas atau rumah lender, Seperti yang diungkapkan
sakit, seperti yang diungkapkan oleh informan berikut:
informan berikut ini: “ kaseh dia botol tetapi sebelumnya beli
“ katong sepakat bawa ke pamantri air aqua untuk minum supaya bias
karena katong liat dia setiap malam batuk kasih keluar lender”.(LB,20
batuk, bakaringat malam kaya’ orang tahun).
olah raga, makan harus dipaksa dan
dari pamantri katong disuruh untuk Ada juga keluarga yang tidak
pariksa di puskesmas”. (DK, 32 tahun). berpartisipasi dalam upaya pemeriksaan
“waktu ada gejala ada perawat dari penderita di puskesmas karena merasa
Puskesmas Baumata kasih saran, jadi penderita sendiri dapat melakukannya.
kitong ikut sudah bawa ke Puskesmas Seperti yang diungkapkan informan
Baumata untuk periksa tapi di berikut:
10
11. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru
“ Dia sendiri yang tau untuk kaseh dilakukan oleh keluarga. Lebih lanjut
keluar lender, dan disuruh tiga kali keluarga diajak untuk berpartisipasi
oleh petugas di laboratorium”.(MB,30 penuh dalam pengobatan penderita
tahun). berupa; pengaturan menu makan,
minum, pola istrahat, perawatan diri
Selanjutnya dalam menjalani penderita, pengambilan obat dan mampu
pengobatan jangka panjang keluarga merujuk penderita bila ada gejala efek
berpartisipasi dengan memenuhi samping obat yang berat.
kebutuhan penderita, terus
mengingatkan dan memberi obat untuk Motivasi Keluarga Dalam Mendukung
diminum setiap malam, sekaligus Proses Pengobatan Penderita TB Paru
menunjukkan upaya pencegahan Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata
penularan penyakit dan pengambilan Motivasi yang diberikan keluarga kepada
obat di puskesmas. Seperti yang penderita dalam melihat efek samping
diungkapkan informan berikut : penggunaan obat dan perubahan ang
“ ator dia pung makan, kaseh pisah dirasakan selama menjalani pengobatan
piring, sendok, dan gelas dari yang seperti memberi dorongan dengan
lain punya, kaseh dia tidor sendiri di menjelaskan perubahan akibat minum
kamar, kaseh ingat dia untuk minum obat dan memenuhi kebutuhan sehari-
obat di setiap malam, dan kasih obat hari serta meyakinkan penderita tentang
ke dia untuk minum malam baru dia khasiat obat itu. Seperti yang
tidor, supaya jangan obat habis diungkapkan informan berikut:
katong pi ambil tambah kalo tinggal “ Kalo buang air kecil warna merah itu
satu kali minum”.(SK,38 tahun dan tidak berbahaya, malahan bagus,
PN, 28 tahun). jangan takut”.(RO, 41 tahun dan MR
31 tahun).
Selain keluarga tersebut, ada juga “ Kasih ingat dia kalau laen-laen waktu
keluarga yang berpartisipasi dalam minum obat, itu sonde apa-apa, nanti
pengobatan jangka panjang hanya juga hilang kalau sudah minum
dengan mengingatkan penderita untuk beberapa hari dan kalo rasa berat,
minum obat dan menemani pengambilan cepat katong ke puskesmas”.(MS, 43
obat di pukesmas untuk persediaan tahun, AM, 31 tahun dan FD, 23
berikutnya. Seperti yang diungkapkan tahun). “Kasih apa yang dia
informan berikut: butuhkan sehari-hari yang penting
“ Kasih ingat dia minum obat, kasih tidak melanggar anjuran kesehatan’.
ingat pi ambil obat bila sudah mau (SPR, 30 tahun)..
habis”.(SN, 47 tahun). “ Kasih ingat dia coba rasa-rasa setiap
Dan ada juga keluarga yang tidak hari minum obat pasti sakit mulai
berpartisipasi secara baik dalam berkurang dan kalau terus minum
pengobatan penderita, yaitu hanya obat pasti bias sembuh”.(ST,61 tahun
mengingatkan saja untuk minum obat dan EH, 37 tahun).
dengan teratur. Seperti yang
diungkapkan informan berikut: Selain itu ada juga keluarga yang
“ kaseh ingat saja dia minum obat memberikan motivasi kepada penderita
setiap hari”.(AB, 40 tahun). secara pasif dalam menghadapi efek
samping akibat minum obat. Seperti
Menurut informan kunci, pemberian yang diungkapkan informan berikut :
pengetahuan kepada keluarga ketika “ Katong Cuma kasi ingat saja bahwa
pertama kali menemani penderita berupa kalau ada rasa laen-laen waktu minum
penyuluhan tentang proses penyakit TB obat cepat kasih tau supaya ke
Paru, pemeriksaan yang harus dijalani puskesmas”.(DK,32 tahun dan BL 37
penderita dan pengobatan penderita tahun)
serta upaya pencegahan yang dapat
11
12. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007
Untuk menjalani pengobatan jangka katong yakin dia minum terus”.(SK,
panjang, keluarga memberikan motivasi 38 tahun dan LN 40 tahun).
kepada penderita secara aktif lewat Menurut informan kunci, keluarga yang
perkataan dan perbuatan langsung menemani penderita pertama kali ke
setiap hari. Seperti yang diungkapkan puskesmas dan tiap satu sampai dua
informan berikut: minggu sekali dating ke puskesmas
“ Katong sering bicara bahwa yang sakit untuk mengambil obat penderita.Sering
tentang pengobatan penyakitnya diajarkan untuk mampu memberikan
bahwa obat itu bagus di samping motivasi kepada penderita lewat
sonde bayar, jadi harus minum terus perkataan dan perbuatan yang positif
menerus sesuai anjuran petugas agar penderita menjadi yakin dan
kesehatan, supaya cepat sembuh”. percaya diri untuk tetap menjalani
(AN, 36 tahun, DN,38 tahun dan OA 45 pengobatan hingga selesai.
tahun).
“ Tetap mengingatkan tiap malam Nilai Keluarga Dalam Mendukung
sesudah makan, dan supaya sonde Proses Pengobatan Penderita TB Paru
susah menelan kadang katong kasih Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata
hancur dulu baru kasih minum”.(GM, Dalam kaitannya dengan sakit yang
43 tahun). dirasakan penderita, nilai interaksi sosial
dalam keluarga tetap terjalin karena
Namun ada juga keluarga yang tidak keluarga juga ikut merasakan sakit
memberi motivasi kepada penderita bersama penderita sehingga tidak
selama menjalani pengobatan. Seperti membatasi hubungan sehari-hari, namun
yang diungkapkan oleh informan berikut: ada pembatasan jarak anak-anak
“Biasanya katong Tanya sama dia,apa dengan penderita disertai penjelasan
sudah minum obat apa belom, kalau tentang hal ini kepada penderita. Seperti
belom, dan kasih tau bahwa obat ini yang diungkapkan informan berikut:
jangan lupa diminum, nanti lama baru “Sebagai keluarga katong merasa
sembuh penyakitnya”. (EH, 36 tahun samua sakit sehingga sonde
dan MK, 36 tahun). mengganggu katong pung hubungan
dengan yang sakit dalam kehidupan
Dan untuk pengobatan atau pengawasan sehari-hari”.(MB, 30 tahun dan SK 38
minum obat, keluarga memastikan tahun).
langsung penderita sudah minum obat “ Katong semakin saling Bantu dalam
tiap hari dan memberikan motivasi memenuhi kebutuhannya tapi jaga
kepadanya setelah menghitung kemasan anak-anak kecil supaya jangan terlalu
yang sudah kosong. Seperti yang atau sering dekat dengan yang sakit
diungkapkan oleh informan berikut: dan katong kasih tau sama dia, ini
“ Stiap hari katong biasa lia dia minum Cuma sementara saja supaya jangan
langsung dan biasanya dihitung dia anak-anak sakit”. (PN,28 tahun dan
pung bungkus yang sudah kosong, FN, 29 tahun).
tarus juga Tanya sudah rasa
ringankah atao belom dan kasih Ada perasaan cemas dari keluarga
semangat untuk tetap minum obat sehubungan sakit mengganggu kondisi
sampe sembuh”.(LB, 20 tahun). penderita dan semakin menjaga jarak
dengan penderita karena takut penyakit
Tetapi ada juga keluarga yang kadang- berbahaya. Seperti yang diungkapkan
kadang baru melakukan pengawasan informan berikut:
minum obat dan tidak memberi motivasi. “Katong cemas dan sedih kalau dia
Seperti yang diungkapkan informan babatu” malam-malam tarus untuk
berikut: jaga supaya jangan semua sakit,
“ Biasanya skali-skali baru katong cek katong juga jaga jarak dengannya
sudah berapa yang habis dan karena katong takut penyakitnya ini,
12
13. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru
berbahaya bagi katong pung diri”.(RO, adalah keterlibatan pihak lain, yang wajib
41 tahun, MS, 43 tahun, AM 31 tahun ikut serta, mendukung, terlibat dan
dan FD, 23 tahun). memberi kontribusi dalam suatu proses
pengambilan keputusan terhadap suatu
Terhadap penyakit yang diderita oleh kegiatan (Silwana, 2004).
salah satu anggota keluarga keluarga
tidak merasa adanya perubahan nilai Sejalan dengan bentuk partisipasi yang
social budaya karena diyakini bahwa dilakukan keluarga penderita Wibisana,
penyakit ini akibat proses penularan 1989 (dalam Habibah, ST, 2004),
penyakit dari orang lain dan pengertian mengemukan bahwa partisipasi diartikan
diberikan kepada penderita untuk sebagai keikutsertaan, keterlibatan, dan
mengikuti aturan pengobatan dan untuk kebersamaan anggota masyarakat
mencegah penularan kepada orang lain : (keluarga), dalam suatu kegiatan
Seperti yang diungkapkan informan tertentu, baik secara langsung maupun
berikut: tidak langsung, sejak dari gagasan
“Tadinya katong percaya penyakit ini sampai dengan pengambilan keputusan.
karena orang bikin yang sonde
senang dengan katong, tapi katong Lebih lanjut dijelaskan bahwa partisipasi
berdoa saja, dan setelah ke secara langsung berarti anggota
puskesmas katong yakin bahwa ini mayarakat (keluarga) tersebut ikut
akibat penyakit dari katong pung memberikan bantuan tenaga, keuangan,
keluarga atau tetangga yang pernah pikiran dan material yang diperlukan.
sakit ini….katong kasih pengertian Begitu pula menurut Koentjaraningrat
buat yang sakit tentang hal-hal yang (1978), bahwa keterlibatan masyarakat
perlu diatur untuk mencegah jangan (keluarga) yang dilakukan atas dasar
yang lain sakit lagi”.(SPR, 30 tahun, kemauan sendiri tanpa perintah atau
ST, 61 tahun dan DK, 32 tahun). paksaan dari pihak lain merupakan
bentuk partisipasi murni.
PEMBAHASAN
Partisipasi Keluarga Dalam Ada juga beberapa informan yang
Mendukung Proses Pengobatan menunjukkan partisipasi keluarga berupa
Penderita TB Paru DI Wilayah Kerja memberi makan dan minum, menyuruh
Puskesmas Baumata berjalan-jalan serta mengajarkan batuk
Untuk upaya pencarian pengobatan dengan mengeluarkan sputum yang
beberapa informan sudah dapat dilakukan sebayak tiga kali pengambilan
menunjukkan bentuk partisipasi sample. Ada juga keluarga yang tidak
langsung dari keluarga berupa ; merujuk berpartisipasi dalam upaya pemeriksaan
penderita puskesmas, membawa penderita di puskesmas atau rumah sakit
penderita berobat di tenaga kesehatan, karena penderita dapat sendiri
guna mendapatkan pemeriksaan dan melakukan pengambilan sample yang
pengobatan atas keluhan rasa sakit dibutkan untuk pemeriksan sebanyak
berupa sering batuk, batuk keluar darah, dua kali di puskesmas dan satu kali di
berat badan berkurang, nafsu makan rumah.
berkurang, berkeringat malam dan susah
tidur malam. Untuk menjalani pengobatan jangka
panjang, penderita mendapatkan
Keluarga sudah dapat mengambil dukungan dalam bentuk partisipasi
keputusan yang didasarkan atas keluarga berupa ; mengingatkan
pertimbangan keluarga maupun atas penderita untuk teratur minum obat, dan
anjuran dari petugas kesehatan dan memberi obat untuk diminum setiap
bertanggung jawab terhadap kesehatan malam sehabis makan. Guna menjaga
keluarganya. Hal ini sesuai dengan ketersediaan obat keluarga melakukan
pengertian partisipasi sebagai kewajiban pengambilan obat, di puskesmas bila
13
14. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007
obat sisa satu kali minum serta
mengantar penderita melakukan control Motivasi Keluarga Dalam Mendukung
di puskesmas bila selesai minum obat Proses Pengobatan Penderita TB Paru
fase intensive (2 bulan). Berbeda dengan Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata
partisipasi tersebut ada keluarga hanya Motivasi yang diberikan keluarga kepada
mengingatkan penderita untuk minum penderita sangat bervariasi mulai dari
obat secara teratur dan menemani pemberian motivasi terhadap efek
pengambilan obat di puskesmas untuk samping pada saat minum obat,
pesediaan berikutnya perubahan yang dirasakan, keteraturan
Dari penelitian ini didaptkan gambaran minum obat, dan control dan
partisipasi keluarga ternyata dari 25 pengawasan minum obat. Untuk
informan semua menunjukkan partisipasi menhindari kecemasan penderita
keluarga yang diharapkan baik terhadap efek samping obat, berupa
mengantar langsung untuk periksa di perubahan warna air seni menjadi merah
puskesmas maupun di rumah dan perubahan yang dirasakan,
sakit,dokter atau mantra. Menurut beberapa keluarga memberikan motivasi
informan kunci bahwa keluarga diberi dengan cara menjelaskan kepada
pengetahuan tentang proses timbulnya penderita bahwa perubahan warna itu
penyakit TB Paru, pemeriksaan yang merupakan proses kerja obat yang baik
harus dijalani penderita, pengobatan dan tidak membahayakan diri penderita.
serta upaya pencegahan yang dapat Keluarga meyakinkan penderita tentang
dilakukan oleh keluarga ketika pertama perubahan sakit yang perlahan mulai
kali menemani penderita ke puskesmas. berkurang dan memberi semangat
Keluarga juga diajak untuk berpartisipasi kepada penderita bahwa bil obat terus
penuh pada pengobatan penderita diminum secara teratur maka pasti bias
seperti; pengaturan menu makan dan sembuh.
minum, pola istrahat, perawatan diri
terutama kebersihan, pengambilan obat Motivasi juga diberikan keluarga berupa
serta mampu merujuk penderita bila ada pemenuhan kebutuhan sehari-hari
gejala samping obat yang berat. penderita, terutama pengaturan makan
minum yang tidak melanggar anjuran
Menurut Palandia (2002) pada hasil kesehatan. Motivasi yang diberikan
penelitiannya di Balai Pengobatan Paru- keluarga menurut Tri Rusmi Widayatun
Paru(BP4) makassar, menyatakan merupakan bentuk motivasi ekstrinsik
bahwa peran keluarga cukup yaitu motivasi yang datangnya dari luar
berpengaruh dalam proses pengobatan individu (dari keluarga). Motivasi berupa
TB Paru yang tekait dengan upaya rangsangan yang nyata diwujudkan ke
pengawasan minum obat, penentuan dalam bentuk kuantitatif dan yang
jenis pelayanan untuk pengobatan TB bersifat semu yang tidak mudah
Paru dan pemberian motivasi kepada diwujudkan. Ciri perangsang yang semu
penderita TB Paru untuk melakukan atau tidak nyata ini sifatnya sebagian
pengobatan secara teratur. Demikian atau seluruhnya tidak didasari adanya.
juga menurut Noviadi, 1999, (dalam
Rusmani Asih, 2002) menyatakan bahwa Sebagian besar alat perangsang yang
peran keluarga yang dapat dilakukan bersifat nyata tediri atas kebutuhan
adalah pengawasan menelan obat, primer atau kebutuhan biologis
pengawasan penampungan dahak, (makanan, tempat tinggal, pakaian,dan
membantu membesihkan alat-alat sex). Kebutuhan lain yang bersifat semu
makan minumpenderita, menepati jadwal dapat dipandang sebagai kebutuhan
kontrol serta memberikan motivasi agar sekunder antara lain harga diri, afiliasi
penderita dapat terjalin hubungan dengan orang lain, status kasih sayang,
emosional yang baik dngan petugas prestasi dll.Kebutuhan ini berbeda
kesehatan (perawat atau dokter). tingkatannya dari waktu ke waktu bagi
14
15. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru
masing-masing orang. Koortz, et el, 1993 social dalam keluarga mulai renggang
(dalam maryam Rufiah, 2002). dengan pembatasan innteraksi langsung
Kedekatan keluarga yang mendasari dengan penderita, karena eluarga
pengabdian yang tulus, ikhlas dan marasa takut dan menganggap penyakit
tanggung jawab sebagai implementasi ini berbahaya. Namun tidak didapatkan
nilai keyakinan adalah motivasi yang penekanan khusus berupa pengisolasian
cukup efektif bagi anggota keluarga penderita yang sangat ketat sehubungan
sebagai Pengawas Minum Obat (PMO). dengan penyakit TB Paru.
Pemberian motivasi oleh keluarga SIMPULAN DAN SARAN
kepada penderita dalam hal keteraturan Simpulan
obat sebagian besar memberikan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan:
motivasi berupa penyuluhan kepada (1)Peran keluarga dalam bentuk
penderita tentang pentingnya minum partisipasi terhadap proses pengobatan
obat , mengingatkan penderita tiap mala penderita TB Paru yaitu merujuk
sesudah makan untuk minum obat, obat penderita ke puskesmas, membawa
harus diminum, dan supaya penderita di tenaga kesehatan,
memudahkan penderita dalam minum membantu penderita pada pemeriksaan
obat, maka terkadang obat dihaluskan di laboratorium, pemenuhan kebutuhan
oleh keluarga baru di kasih minum. penderita, mengingatkan penderita untuk
minum obat dan memberi obat untuk
Nilai Keluarga Dalam Mendukung diminum setiap malam dan melakukan
Proses Pengobatan Penderita TB Paru pengambilan obat untuk pesediaan,
Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata serta mengantarkan penderita
Hubungan yang terjalin dalam keluarga malakukan pengontrolan di puskesmas
untuk mendukung proses pengobatan bila selesai minum obat fase intensif (2
penderita semakin dipererat karena bulan ); (2) Peran keluarga dalam
didasarkan pada rasa empati keluarga memotivasi penderita ditunjukkan lewat
terhadap yang sakit atau penderita penjelasan kepada penderita bahwa
cukup tinggi yaitu dengan marasa bahwa perubahan warna itu merupakan proses
keluarga pun ikut merasakan sakit juga. kerja obat yang baik dan tidak
Namun hal ini tidak berlaku secara membahayakan diri penderita,
keseluruhan bagi semua anggota meyakinkan penderita tentang
keluarga, karena keluarga sudah perubahan rasa sakit yang perlahan
mengerti bahwa penyakit ini dapat mulai berkurang dan memberi semangat
menular sehingga ada pembatasan kepada penderita bahwa obat harus
hubungan keluarga dengan yang sakit terus diminum secara teratur,
khususnya bagi anak-anak yang tinggal pemenuhan kebutuhan penderita
serumah dengan yang sakit. Tetapi (pengaturan minum dan makan yang
semua kebutuhan sehari-hari tetap menunjang pengobatan), serta
dipenuhi. Hasil ini diperkuat oleh menghaluskan obat untuk memudahkan
Notoatmodjo (2003) yang mengatakan penderitadalam minum obat.(3) Keluarga
bahwa di dalam suatu masyarakat menjadi mengerti tentang penyakit TB
apapun selalu berlaku nilai-nilai yang Paru yang diderita oleh seorang anggota
menjadi pegangan setiap orang dalam keluarga sehingga tidak mengurangi
menyellenggarakan hidup hubungan yang terjadi di dalam
bermasyarakat dan factor yang keluarga, namun ada pembatasan yang
menentukan perilaku-perilaku orang atau dikhususkan pada anak-anak yang ada
masyarakat (Muzaham, 1995). Namun dalam keluarga mengingat penularan
ada beberapa keluarga yang penyakit tersebut melalui pernapasan.
mengatakan bahwa dengan adanya
anggota keluarga yang menderita Saran
penyakit TB Paru membuat hubungan
15
16. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007
Beberapa hal yang dapat disarankan dari DEPKES RI, 2000, Pedoman Penyakit
penelitian ini adalah (1) Perlunya Tuberkulosis dan
penyuluhan tentang penyakit TB Paru Penanggulangannya, Cetakan ke-7
secar intensif kepada keluarga yang Effendy,Nasrul. 1998. Dasar-Dasar
langsung di laksanakan di rumah tempat Keperawatan Kesehatan
penderita tinggal selama masa Masyarakat. Yokyakarta EGC.
pengobatan dengan materi yang Harono,Djoko cs. 1999. Akses Terhadap
menekankan pada peran keluarga dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi.
mendukung pengobatan penderita TB Kerjasama antara PPT – LPJ
Paru. (2) Perlunya melibatkan penderita dengan AUSAID : Jakarta
yang sudah sembuh dari pengobatan Jacob Azrul Agoes t. 1996. Antopologi
penyajkit TB Paru pada kontak pertama Kesehatan Indonesia Buku
pemberian obat paket pada penderita Katalog. Yokyakarta EGC
dan kunjungan pengawasan minum obat Kusnindar, 1990, Masalah Penyakit dan
oleh petugas kesehatan khususnya bagi Pemberantasannya di Indonesia,
tenaga pengelola TB Paru dari pihak Cermin Dunia Kedokteran No.63
puskesmas untuk mengontrol penderita Khunaedi dan Gatot S, 1985,
di tiap rumah dimana penderita tinggal Pengobatan TBC Paru Jangka
(3) Untuk keberhasilan pengobatan Pendek, Medika No.1 Tahun 11
penderita TB Paru perlu dilibatkan Moleong, Lexy. 2005. Metodologi
semua sektor yang terkait teristimewa Penelitian Kualitatif. PT Remaja
untuk pengobatan penderita yang tempat Rosdakarya : Bandung
tinggalnya jauh dari puskesmas seperti Niven,Neil. 2000. Psikologi Kesehatan
aparat desa, organisasi masyarakat, Pengantar Untuk Perawat dan
kader kesehatan, tokoh masyarakat dan Profesional Kesehatan Lain.
tokoh agama setempat. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta
Noor,Nasry Noor, 2002, Epidemiologi,
DAFTAR PUSTAKA Universitas Hasanuddin.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi
Aditama,T.1996,Mengenal Tuberkulosis, Kesehatan Teori dan Praktek.
Penyuluh, No. 12 Hal 22. Jakarta : Rineka Cipta
Anonimus, 2002, Artikel Pengobatan ------------------------------.2003.
Tuberkulosis Paru (http//www.Klinik Pendidikan dan Perilaku
Pria/data Topik TBC/Pengobatan Kesehatan. Jakarta ; Rineka
Tuberkulosis Paru.htpmil). 9/28/02 Cipta
Arifin N, 1990, Diaknosis Tuberkulosis ----------------------------- 2002.
Paru, Cermin Dunia Kedokteran Metodologi Penelitian Kesehatan.
No. 63. Jakarta : Rineka Cipta
Anderson, Foster. 1986. Antropologi Sarwono, S, 2003, Sosiologi Kesehatan,
Kesehatan. Jakarta : Universitas Yogyakarta, Gadjah Mada
Indonesia Press University Press.
Bing K, Siti S, 1990, Diaknosis dan Tjandra Y, Hardianto, M, 1990, Berbagai
Pengobatan TBC Paru, Cermin Aspek Pengetahuan Tentang
Dunia Kedokteran No. 62. Tuberkulosis, Cermin Dunia
DEPKES RI, 1999, Pedoman Penyakit Kedokteran No. 62.
Tuberkulosis Penanggulangannya, Wardoyo, A. B, Waspadai Ancaman
Cetakan Empat Kesehatan Kita, Solo, CV. Aneka.
16