SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru




             PERAN KELUARGA SEBAGAI PENGAWAS MINUM OBAT (PMO)
           DALAM MENDUKUNG PROSES PENGOBATAN PENDERITA TB PARU
                    DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAUMATA
                   KECAMATAN TAEBENU KABUPATEN KUPANG

                                        Ribka Limbu1, Marni2


Abstrak: Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, TB Paru
merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok
penyakit infeksi (Depkes, RI, 2002).Untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur, penyakit TB
paru masih merupakan masalah yang cukup serius. Dimana tahun 2003 ditemukan 5.812
Penderita, pada tahun 2004 sebanyak 1.842. penderita, dan pada tahun 2005 lalu
sebanyak 768 penderita.TB Paru positif ( 284 penderita tahun 2003,, 1.307 penderita
tahun 2004, 701 penderita tahun 2005). Sedangkan pada wilayah kerja Puskesmas
Baumata pada tahun 2005 ditemukan penderita sebanyak 9 penderita BTA positif dari
40 tersangka penderita yang berobat di Puskesmas dan menjalani pengobatan lengkap
sebanyak 9 penderita. Anggota keluarga sebagai pengawas minum obat cukup efektif dan
efisien dalam memaksimalkan peran dan fungsi PMO karena tidak mengedepankan
reward berupa materi sebagai imbalan jasa tetapi dimotivasi oleh kedekatan keluarga
yang disadari oleh pengabdian yang tulus, iklas, sabar, dan tanggung jawab sebagai
implementasi nilai keyakinan. Rumusan masalah yang dikaji dalam penulisan ini
bagaimanakah peran keluarga sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) dalam bentuk
partisipasi, motivasi serta nilai dalam keluarga untuk mendukung proses serta
keberhasilan pengobatan dan kesembuhan penderita TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Baumata kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Jenis atau rancang bangun penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam bentuk
partisipasi terhadap proses pengobatan penderita TB Paru yaitu merujuk penderita ke
puskesmas, membawa penderita di tenaga kesehatan, membantu penderita pada
pemeriksaan di laboratorium, pemenuhan kebutuhan penderita, mengingatkan penderita
untuk minum obat dan memberi obat untuk diminum setiap malam dan melakukan
pengambilan obat untuk pesediaan, serta mengantarkan penderita malakukan
pengontrolan di puskesmas bila selesai minum obat fase intensif (2 bulan) sangatlah
diperlukan, namun ada pembatasan yang dikhususkan pada anak-anak yang ada dalam
keluarga mengingat penularan penyakit tersebut melalui pernapasan.

Kata Kunci: PMO, TB paru, Keluarga

PENDAHULUAN                                             terbesar ketiga di dunia setelah India dan
    Latar Belakang                                      China, dan dari perkiraan jumlah kasus
Tuberkulosis (TB) masih merupakan                       baru penderita TB yang 583.000 sekitar
masalah kesehatan diberbagai negara di                  262.000 diantaranya adalah sumber
dunia. Di Asia saat ini terdapat 4,5 juta               penularan karena BTA positif.
kasus TB dari 8 juta kasus yang
diperkirakan terdapat di dunia, berarti                 Untuk      kegiatan     penanggulangan
lebih dari 50%. Kasus terbanyak pada                    Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di
India, Cina, Indonesia, Bangladesh,                     Indonesia telah dimulai sejak diadakan
Pakistan, Philipina. (Arima, C, 1999).                  simposium pemberantasan TB Paru di
                                                        Cilito pada tahun 1969. Namun sampai
Indonesia menurut laporan WHO tahun                     sekarang     perkembangannya     belum
1999 merupakan penyumbang kasus TB

1
    Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
2
    Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007




menunjukkan        hasil         yang       Penanggulangan penyakit TB Paru perlu
menggembirakan. (Depkes, RI, 2002).         ditangani dengan cara yang lebih baik
                                            agar tidak lagi menjadi masalah di
Namun diakui bahwa terdapat kendala-        Indonesia,     terutama      dari     segi
kendala dalam pelaksanaan program           manajemen        pengobatan        seperti
sejak 1969 ini, antara lain terbatasnya     pengawasan       keteraturan      berobat,
jangkauan program, tingginya angka          (Departemen Kesehatan RI, 2002).
drop aut dalam pengobatan karena            Salah satu dari komponen DOTS adalah
digunakan obat-obatan jangka panjang.       panduan OAT jangka pendek dengan
Kebanyakan penderita adalah mereka          pengawasan langsung. Untuk menjamin
dari kalangan pendidikan dan sosio-         keteraturan    pengobatan      diperlukan
ekonomi rendah. (Soenggoro Erwin P,         seorang pengawas minum obat (PMO).
1999).                                      Keluarga dapat dijadikan sebagai PMO,
Menurut data Survei Kesehatan Rumah         karena dikenal, dipercaya dan disetujui,
Tangga (SKRT) tahun 1995, TB Paru           baik oleh petugas kesehatan maupun
merupakan penyebab kematian ketiga          penderita, selain itu harus disegani,
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler    dihormati dan tinggal dekat dengan
dan penyakit saluran pernapasan, dan        penderita serta bersedia membantu
merupakan nomor satu terbesar dalam         penderita dengan sukarela, (Pengurus
kelompok penyakit infeksi (Depkes, RI,      Pusat Perkumpulan Pemberantasan
2002).                                      Tuberkulosis Indonesia, 2000).

Untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur,         Sebagai       PMO      keluarga   dapat
penyakit TB paru masih merupakan            berpartisipasi    langsung    mengawasi
masalah yang cukup serius. Dimana           penderita TB Paru agar menelan obat
tahun 2003 ditemukan 5.812 Penderita,       secara      teratur    sampai    selesai
pada tahun 2004 sebanyak 1.842.             pengobatan, memotivasi penderita agar
penderita, dan pada tahun 2005 lalu         mau berobat teratur serta mengingatkan
sebanyak 768 penderita.TB Paru positif (    penderita untuk periksa ulang dahak
284 penderita tahun 2003,, 1.307            pada waktu-waktu yang telah ditentukan
penderita tahun 2004, 701 penderita         dan mewakili penderita mengambil obat.
tahun 2005). Sedangkan pada wilayah
kerja Puskesmas Baumata pada tahun          Pengawasan minum obat bagi penderita
2003 terdapat suspek TB Paru sebanyak       TB paru dengan DOTS di wilayah kerja
41 orang dengan BTA positif 6 penderita     Puskesmas dulu, lebih banyak menjadi
yang datang sendiri ke Puskesmas, 4         tanggung     jawab    pada     petugas
penderita       diantaranya     menjalani   kesehatan. Namun kali ini tidaklah
pengobatan tidak teratur dan pada           efektif, dikarenakan penderita yang
akhirnya tidak melanjutkan pengobatan       bersangkutan umumnya tinggal di desa-
sampai selesai (drop out), dan pada         desa yang jauh dari jangkauan petugas
tahun 2004 ditemukan suspek sebanyak        (Daerah pulau-pulau). Disamping itu
54 orang dengan BTA positif 5 orang         tidak tersedia transportasi dan dana
yang berobat di Puskesmas, 4 penderita      yang cukup untuk kegiatan pengawasan
diantaranya menjalani pengobatan tidak      minum obat. Dan ada penilaian sebagian
teratur dan pada akhirnya tidak             masyarakat yang hidup di desa tentang
melanjutkan pengobatan sampai selesai,      penyakit TB Paru adalah penyakit
dan pada tahun 2005            ditemukan    keturunan yang sulit disembuhkan,
penderita sebanyak 9 penderita BTA          sangat berpengaruh kepada proses
positif dari 40 tersangka penderita yang    pengobatan penderita.
berobat di Puskesmas dan menjalani
pengobatan       lengkap    sebanyak   9    Hal ini bila dibandingkan dengan hasil
penderita (Puskesmas Baumata, 2003,         penelitian yang dilakukan oleh Rusmani
2004, 2005).                                Asih di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.



2
Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru




Doris Sylvanus Palangkaraya Tahun                Melihat berbagai persoalan tersebut di
2002, menunjukkan bahwa sumbangan                atas maka, penelitian tentang peran
terbesar dari seluruh variabel terhadap          keluarga dalam mendukung pengobatan
kepatuhan minum obat, ada pada                   penderita TB Paru di wilayah kerja
dukungan      keluarga      dibandingkan         Puskesmas Baumata menjadi sangat
dengan faktor lainnya. Artinya disamping         penting untuk dilakukan.
faktor petugas medis, pasien, obatnya
dan teknik serta cara pengobatan, maka           Rumusan masalah yang dikaji dalam
peran pengawasan dalam hal ini                   penulisan ini bagaimanakah peran
keluarga     sangat     penting     untuk        keluarga sebagai Pengawas Minum Obat
membantu kelancaran pasien dalam                 (PMO) dalam bentuk partisipasi, motivasi
menjalani terapinya. Bagaimanapun                serta nilai dalam keluarga untuk
pentingnya pengobatan, faktor keluarga           mendukung proses serta keberhasilan
sebagai pengawas akan lebih efisien dan          pengobatan dan kesembuhan penderita
efektif jika dibandingkan pengawasan             TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
yang sangat terbatas oleh petugas medis          Baumata       kecamatan       Taebenu,
ataupun kader dilingkungannya.                   Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa
                                                 Tenggara Timur.
Menurut Noviadi, 1999 (dalam Rusmani
Asih, 2002), peran keluarga yang dapat           Adapun tujuan umum dari penelitian ini
dilakukan adalah pengawasan menelan              adalah mengkaji tentang peran keluarga
obat, pengawasan penampungan dahak,              sebagai pengawas minum obat (PMO)
membantu       membersihkan      alat-alat       dalam mendukung proses pengobatan
makan dan minum penderita, menepati              penderita TB Paru di Wilayah Kerja
jadwal kontrol. Sementara jika hubungan          Puskesmas        Baumata      Kecamatan
emosional dengan dokter atau perawat             Taebenu Kabupaten Kupan dan tujuan
kurang bagus, misalnya; kurang ramah,            khususnya adalah 1). mengetahui
kaku, kelihatan marah, kurang dekat,             tentang partisipasi keluarga pada proses
maka peran keluarga dapat memberikan             pengobatan penderita TB Paru di
motivasi agar penderita dapat terjalin           wilayah kerja Puskesmas Baumata
hubungan emosional yang baik dengan              2).mengetahui       dukungan       tentang
petugas kesehatan (Perawat            dan        motivasi yang diberikan pada proses
Dokter).                                         pengobatan penderita TB Paru di
                                                 wilayah kerja Puskesmas Baumata
Penderita TB Paru yang teratur                   3).Mengetahui     tentang    nilai    yang
melakukan     pengobatan    disamping            mendukung pada proses pengobatan
karena adanya kesadaran dari penderita           penderita TB Paru di wilayah kerja
untuk lepas dari penyakitnya juga                Puskesmas Baumata .
didukung oleh karena adanya peran dari
keluarga sebagai pengawas minum obat             Tinjauan Umum Tentang Peran
yang selalu mengontrol pengobatan                Posisi seseorang dalam masyarakat
penderita TB Paru.                               dimana pe laku yang diharapkan dari
                                                 padanya tidak berdiri sendiri, melainkan
Anggota keluarga sebagai pengawas                selalu berada dalam kaitan dengan
minum obat cukup efektif dan efisien             adanya orang lain yang berhubungan
dalam memaksimalkan peran dan fungsi             dengan orang atau aktor tersebut. Teori
PMO karena tidak mengedepankan                   peran, (Sarwono, S, W, 2003). Teori
reward berupa materi sebagai imbalan             peran dibagi dalam empat golongan
jasa tetapi dimotivasi oleh kedekatan            istilah menurut Biddle dan Thomas, yaitu
keluarga yang disadari oleh pengabdian           (a) Orang-orang yang mengambil bagian
yang tulus, iklas, sabar, dan tanggung           dalam interaksi sosial; (b) Perilaku yang
jawab    sebagai    implementasi   nilai         muncul dalam interaksi tersebut; (c)
keyakinan.



                                                                                          3
MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007




Kedudukan orang-orang dalam perilaku;         terlibat dalam interaksi dengan lebih dari
(d) Kaitan antara orang dan perilaku.         satu kelompok maka masing-masing pun
                                              memiliki peran dan status berganda dan
Orang yang sedang berperilaku menuruti        tidak jarang terjadi konflik peran dalam
suatu peran tertentu disebut sebagai          keadaan.
aktor atau pelaku, sedangkan orang
yang mempunyai hubungan dengan                Untuk mempertahankan eksistensinya
aktor atau pelaku dan perilakunya             sebagai mahluk sosial, manusia perlu
disebut sebagai target (sasaran) atau         berada bersama orang lain dan
orang lain (other). Dengan demikian           mengadakan interaksi sosial di dalam
target berperan sebagai pasangan              kelompoknya. Kelompok yang terkecil
(partner) bagi aktor. Hal ini nampak          tetapi yang paling dekat dengan
misalnya pada hubungan ibu – anak,            kehidupan individu ialah keluarga yang
suami – istri atau kepala keluarga –          berupa keluarga batih (nuclear family)
anggota keluarga.                             maupun keluarga luas ( extended family)
                                              yang    merupakan      gabungan    dari
Harapan tentang peran adalah harapan-         beberapa keluarga batih.
harapan orang lain tentang perilaku yang
pantas, yang seyogianya ditujukan oleh        Agar kehidupan dikelompok dapat
seseorang yang mempunyai peran                berjalan dengan baik sdan lancar maka
tertentu. Contoh orang sebagai individu       seringkali individu harus mengubah atau
dalam kondisi sakit dan berpenyakit           menyesuaikan       keinginan  pribadinya
mempunyai harapan tertentu terhadap           dengan norma dan tuntutan kelompok.
perilaku yang pantas dari orang yang          Salah satu aspek yang turut menentukan
ada disekitarnya.                             perilaku individu yang bersifat pasif
                                              (tanpa tindakan) maupun bersifat aktif
Peran adalah seperangkat tingkat yang         (melakukan tindakan), (Anderson Foster,
diharapkan dimiliki oleh orang yang           1986).
berkedudukan       dalam     masyarakat
(Kamus Besar Bahasa Indonesia).               Tinjauan Umum Tentang Partisipasi
Kedudukan atau Posisi ialah suatu             Pengertian partisipasi dalam arti sempit
tingkatan dalam suatu sistem pelapisan        yaitu sebuah keikutsertaan, keterlibatan
sosial yang diakui oleh masyarakat.           atau peran serta yang sifatnya sebagai
Misalnya “pria dewasa”, menunjukkan           pelengkap.      Namun       sebenarnya
suatu     kategori      dalam    sistem       partisipasi   adalah    suatu     proses
penggolongan usia dan jenis kelamin.          pembelajaran dalam sebuah skenario
(Sarwono Solita, 2004).                       perencanaan. Dimana pihak yang
                                              berpartisipasi belajar secara bertahap
Peran menurut Solita Sarwono adalah           dengan menggunakan kemampuan diri
suatu pola tingkah laku, kepercayaan,         sendiri untuk peningkatan derajat
nilai, sikap, yang diharapkan oleh            kesehatannya ( Silwana, 2004).
masyarakat muncul dan menandai sifat
dan tindakan pemegang kedudukan. Jadi         Selain itu pengertian partisipasi sebagai
peran menggambarkan perilaku yang             kewajiban adalah keterlibatan pihak lain,
seharusnya diperlihatkan oleh individu        yang wajib ikut serta, wajib mendukung,
pemegang peran tersebut dalam situasi         wajib terlibat dan wajib memberi
yang umum.                                    kontribusi      dalam    suatu     proses
                                              pengambilan keputusan terhadap suatu
Lebih    lanjut    dikemukakan       bahwa    kegiatan. Partisipasi sebagai hak dan
karakteristik peran ini seringkali berbeda,   kewajiban mengandung tiga hal dalam
tergantung dari budaya dan faktor-faktor      suatu proses partisipasi itu yaitu : 1).
sosial ekonomis lainnya. Oleh karena          Interaksi; 2). Pengambilan keputusan; 3).
biasanya setiap individu/kelompok yang



4
Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru




Kesederajatan kekuasaan ( sharing of             Soetrisno menggambarkan berbagai
power).                                          derajat partisipasi masyarakat mulai dari
                                                 sekedar menikmati hasil (kegiatan
Interaksi terjadi antara yang mengajak           pembangunan) sampai dalam kegiatan
berpartisipasi    dan     yang   diajak          perencanaan, hal ini erat kaitannya
berpartisipasi,   dala   suatu  proses           dengan kualitas partisipasi mulai dari
pengambilan         keputusan     yang           kualitas yang paling rendah, yaitu
mempunyai akibat bagi kedua belah                partisipasi karena mendapat perintah
pihak.                                           sampai ketingkat yang paling tinggi yaitu
                                                 partisipasi yang disertai dengan kreasi
Disamping itu proses interaksi harus             atau daya cipta.
berjalan diantara kedua belah pihak yang
berada dalam keadaan sederajat.                  Tinjauan Umum Tentang Motivasi
Partisipasi juga harus mengandung                Motivasi berasal dari bahasa Latin
konsekuensi       kesediaan     berbagai         Movere yang berarti mendorong atau
kekuasaan antara yang mengajak dan               menggerakkan.       Motivasi       yang
yang diajak berpartisipasi.                      mendorong seseorang untuk berperilaku
                                                 beraktivitas dalam mencapai tujuan.
Menurut Koencaraninggrat, 1974 (Institut         Motivasi sama dengan kebuituhan,
Pertanian Bogor, 1992) membagi                   biasanya munculnya berurut n1, n2, n3,
partisipasi masyarakat menjadi dua jenis         n4 dan seterusnya. Dalam satu hari yang
yaitu: patisipasi semu dan partisipasi           juga sama terhadap munculnya m1, m2,
murni. Partisipasi semu merupakan                m3, m4, dan seterusnya bila terjadi
peran serta masyarakat dala suatu                overlapping atau tumpang tindih. Namun
kegiatan adalah proyek pembangunan               proses terjadinya motivasi karena
yang sifatnya mengikuti rumusan dari             adanya kebutuhan seseorang yang
atas, sementara atau hanya berlangsung           harus segera dipenuhi untuk segera
pada saat suatu proyek dilaksanakan.             beraktifitas untuk mencapai tujuan
Partisipasi semacam ini bergantung               sehingga     dapat  dikatakan    bahwa
pada ada tidaknya proyek atau program            motivasi sebagai motor penggerak maka
yang     diselenggarakan   oleh   pihak          bahan bakarnya adalah kebutuhan
pemerintah.                                      (need) itu tadi.

Sedangkan partisipasi murni merupakan            Motivasi mempunyai karakteristik: 1).
keterlibatan masyarakat yang dilakukan           Sebagai hasil dari kebutuhan, 2).
atas dasar kemauan masyarakat sendiri            Terarah kepada suatu tujuan, 3).
tanpa perintah atau paksaan dari pihak           Menopang perilaku. Motivasi dapat
yang dipandang sebagai atasan. Untuk             dijadikan sebagai dasar penafsiran,
melahirkan      dan       menumbuhkan            penjelasan, dan penaksiran perilaku.
partisipasi murni ini diperlukan kondisi         Motif timbul karena adanya kebutuhan
masyarakat       yang        benar-benar         yang     mendorong    individu    untuk
memahami secara sadar akan manfaat               melakukan tindakan yang terarah
suatu program.                                   kepada pencapaian suatu tujuan. Namun
                                                 dalam    kenyataannya    motivasi    itu
Partisipasi murni juga biasanya muncul           merupakan suatu proses yang kompleks
karena masyarakat turut merancang                sesuai dengan kompleksnya kondisi
bangun program yang sesuai dengan                perilaku manusia dengan segala aspek-
kebutuhannya. Partisipasi murni inipun           aspek yang terkait baik eksternal
dapat      tumbuh      apabila    selama         maupun internal.
pelaksanaannya diperkaya dengan suatu
proses penyadaran yang dikenal dengan            Motivasi  adalah    kekuatan   yang
proses sosialisasi, (Jacob Azrul Agoes T,        mendorong       seseorang      yang
1996).                                           menimbulkan     dan     mengarahkan



                                                                                          5
MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007




perilakunya     dalam    menyelesaikan       hal-hal yang penting atau berguna bagi
tanggung jawab pekerjaannya. Secara          kemanusiaan. Nilai adalah sesuatu yang
garis besar, motivasi dikelompokkan          abstrak    mengenai     sesuatu   yang
menjadi dua kategori, yaitu : 1). Teori      dipercayai   bersama.     Nilai  dalam
Kepuasan; 2). Teori Proses. Teori            keluarga mungkin berupa hak anggota
Kepuasan, antara lain dikemukakan oleh       mengenai privacy, rahasia perkawinan,
Maslow, Herzer dan MC Celland. Teori         kerja keras atau kasih sayang terhadap
Proses, antara lain dikemukakan oleh         anak. (Anderson, Foster, 1986).
Vroom. (Gibson,et al, 1982 dalam Munir
Baderel, 2001).                              Kepercayaan tentang apa yang dianggap
                                             baik/benar dan apa yang tidak baik/salah
Teori      Maslow, yang lebih dikenal        disebut nilai (Sarwono, Solita. 2004).
sebagai teori hierarki kebutuhan. Adanya     Nilai sosial mencerminkan budaya suatu
tingkat-tingkat     kebutuhan       yang     masyarakat dan berlaku bagi sebagian
mempengaruhi motivasi seseorang yang         besar anggota masyarakat penganut
tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat        kebudayaan tersebut.
kebutuhan yang paling rendah adalah
kebutuhan fisiologis dan yang paling         Seringkali suatu kepercayaan tumbuh
tinggi adalah kebutuhan akualisasi diri.     dan berkembang dalam masyarakat
                                             dimana anggota-anggotanya mempunayi
Pada dasarnya usaha seseorang dalam          kepentingan dan tujuan yang sama.
menggerakkan, mengarahkan daya dan           Tidak jarang pula kepercayaan kelompok
potensinya ditentukan oleh kekuatan          ini (group belief) ditumbuhkan oleh pihak
tingkat kebutuhannya sebagai tingkat         yang     berwenang       atau   pemimpin
motivasinya dan alat perangsang atau         masyarakat yang disebar luaskan
motivatornya.     Kekuatan     motivasi      keanggota masyarakat yang lainnya.
cenderung      berkurang,     manakala
kebutuhannya telah terpenuhi. Dengan         Jika seorang individu menerima suatu
demikian kedudukan kebutuhan tersebut        nilai tertentu, dia dapat menjadikannya
dalam berkompetisi dengan kebutuhan          sebagai tujuan hidupnya (Krech et al,
lainnya    berubah    menjadi   rendah       1962 dalam Sarwono S. 2004). Guna
tingkatnya.                                  mengatur perilaku         individu   dalam
                                             kelompok/keluarga agar sesuai dengan
Alat perangsang atau motivator adalah        nilai-nilai yang berlaku, dibuatlah norma-
hal-hal yang menyebabkan seseorang           norma tertentu, yang berupa peraturan
untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini        yang disetujui oleh anggota masyarakat,
dapat berupa rangsangan yang nyata           yang menguraikan secara rinci tentang
diwujudkan kedalam bentuk kualitatif dan     perilaku yang harus atau justru tidak
yang bersifat semu yang tidak mudah          boleh dilakukan dalam suatu keadaan
diwujudkan. Ciri perangsang yang semu        atau kedudukan tertentu. Norma sosial
atau tidak nyata ini sifatnya sebagian       kadang-kadang juga mencakup jenis
atau seluruhnya tidak disadari adanya.       sangsi atau imbalan yang akan diberikan
                                             kepada mereka yang melanggar atau
Sebagian besar alat perangsang yang          mematuhi peraturan tersebut (Krech et
bersifat nyata itu terdiri atas kebutuhan    al, 1962 dalam Sarwono S, 2004).
primer atau kebutuhan fisiologis (makan,
tempat tinggal, pakaian, sex). Kebutuhan     Nilai-nilai budaya terdiri dari konsepsi-
lain yang bersifat semu dapat dipandang      konsepsi yang hidup dalam alam pikiran
sebagai kebutuhan sekunder.                  sebagian besar warga masyarakat
                                             mengenai hal-hal yang mereka anggap
Tinjauan Umum Tentang Nilai                  mulai (Koentjaraningrat, 1987), menjadi
Pengertian nilai dalam kamus besar           orientasi dan rujukan dalam bertindak,
bahasan Indonesia berarti sifat-sifat atau   karena itu mempengruhi seseorang



6
Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru




dalam menentukan alternatif, cara-cara,          Daya penularan dari seorang penderita
alat-alat, dan tujuan perbuatan yang             ditentukan oleh banyaknya kuman yang
tersedia.                                        dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
                                                 derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
Norma sosial ini digunakan sebagai               makin menular penderita tersebut. Bila
mekanisme kontrol perilaku individu              hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
dalam kelompok atau masyarakat.                  terlihat kuman), maka penderita tersebut
Berdasarkan norma itu dibuatlah hukum            dianggap tidak menular. Kemungkinan
adat yang merealisasikan penerapan               seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh
norma dan pelestariannya. Meskipun               konsentrasi droplet dalam udara dan
terjadi modernisasi, norma lama akan             lamanya menghirup udara tersebut.
tetap dapat diterima sepanjang norma itu         ( Arifin N, 1990).
memiliki    keluwesan      dan    dapat
menyesuaikan diri dengan situasi dan             Risiko penularan setiap tahun (Annual
kondisi yang selalu berubah dab                  Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di
berkembang. (Widjaja, 1986 dalam                 Indonesia di anggap cukup tinggi dan
Sarwono S, 2004)                                 bervariasi antara 1-3%. Pada daerah
                                                 dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap
Tinjauan Umum Tentang Penyakit                   tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang
Tuberkulosis,      Epidemiologi       Dan        akan terinfeksi. Sebagian besar dari
Pengobatan Penderita Tuberkulosis.               orang yang terinfeksi tidak akan menjadi
Tuberkulosis adalah penyakit menular             penderita TB, hanya sekitar 10% dari
langsung yang disebabkan oleh kuman              yang terinfeksi yang akan menjadi
TB (Mycobacterium            tuberkulosis)       penderita TB.
sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ           Dari keterangan tersebut di atas, dapat
tubuh lainnya. Kuman     ini    berbentuk        diperkirakan bahwa pada daerah dengan
batang, mempunyai sifat khusus yaitu             ARTI 1%, maka diantara 100.000
tahan     terhadap    asam       terhadap        penduduk rata-rata terjadi 100 penderita
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula          tuberkulosis setiap tahun, dimana 50
sebagai basil Tahan Asam (BTA).                  penderita adalah BTA positif. Faktor
Kuman TB cepat mati dengan sinar                 yang mempengaruhi seseorang menjadi
matahari langsung, tetapi dapat bertahan         penderita TB adalah daya tahan tubuh
hidup beberapa jam di tempat yang                yang rendah, diantaranya karena gizi
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh           buruk atau HIV/AIDS.
kuman ini dapat dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun.                           Penderita TB Paru dengan kerusakan
                                                 jaringan luas yang telah sembuh (BTA
Sumber penularan adalah penderita TB             Negatif) masih bisa mengalami batuk
BTA positif. Pada waktu batuk atau               darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan
bersin, penderita menyebarkan kuman              dengan kasus sembuh. Pada kasus
ke udara dalam bentuk droplet (percikan          seperti ini, pengobatan dengan OAT
dahak). Droplet yang mengandung                  tidak diperlukan, tapi cukup diberikan
kuman dapat bertahan di udara pada               pengobatan simtomatis. Bila pendarahan
suhu kamar selama beberapa jam.                  berat, penderita harus dirujuk ke unit
Orang dapat terinfeksi kalau droplet             spesialistik. ( Bing K Siti S, 1990).
tersebut terhidup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman TB tersebut            Tanpa pengobatan, setelah lima tahun
dapat menyebar dari paru ke bagian               50% dari penderita TB akan meninggal,
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran          25% akan sembuh sendiri dengan daya
darah, sistem saluran limfe, saluran             tahan tubuh tinggi, dan 25% sebagai
nafas, atau penyebaran langsung ke               kasus kronik yang tetap menular
bagian-bagian tubuh lainnya.



                                                                                          7
MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007




(Pedoman Nasional        Penanggulangan     dunia, sesudah negara India dan Cina
Tuberkulosis, 2002).                        (DepKes RI, 2002).

Gejala utama batuk terus menerus dan        Di India, insidens BTA sediaan langsung
berdahak selama 3 (tiga) minggu atau        positif    sebanyak   805.000     orang,
lebih. Di tambah dengan gejala lain yang    sedangkan insidens seluruh kasus
sering dijumpai; dahak bercampur darah,     sebanyak 1.799.000 orang, prevalensi
batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri     BTA sediaan langsung positif sebanyak
dada, badan lemas, nafsu makan              2.181.000 orang dan prevalensi seluruh
menuru, berat badan turun, rasa kurang      kasus sebanyak 4.854.000 orang;
enak badan (malaise), berkeringat           insidens     seluruh kasus sebanyak
malam walaupun tanpa kegiatan, demam        1.402.000      orang;  prevalensi   BTA
meriang lebih dari sebulan. Gejala-gejala   sediaan langsung positif sebanyak
tambahan tersebut di atas harus             1.132.000 orang; prevalensi seluruh
dianggap sebagai seorang “suspek            kasus sebanyak 2.721.000 orang.
tuberkulosis” atau tersangka penderita      (DepKes RI, 2000)
TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung.          Obat TB diberikan dalam bentuk
                                            kombinasi dari beberapa jenis, dalam
Pengobatan tuberkulosis yang efektif        jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8
diperkenalkan sejak tahun 1950-an dan       bulan, supaya semua kuman (termasuk
tahun 1960-an, menimbulkan harapan          kuman persiter) dapat dibunuh. Dosis
bahwa penyakit tuberkulosis dapat           tanpa intensif dan dosis tahap lanjutan
segera dibasmi.Sementara pengurangan        ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya
insidens secara dramatic telah dicapai      pada saat perut kosong. Apabila paduan
oleh banyak negara industri, tapi           obat yang digunakan tidak adekuat
penyakit tuberkulosis masih merupakan       (jenis,   dosis   dan    jangka   waktu
penyebab utama kematian di dunia.           pengobatan),     kuman       TB     akan
Diperkirakan dua sampai tiga juta           berkembang menjadi kuman kebal obat
penderita yang meninggal setiap tahun       (resisten). Untuk menjamin kepatuhan
dan 8,8 juta kasus baru setiap tahun        penderita menelan obat, pengobatan
atau lebih dari 1000 kasus baru             perlu dilakukan dengan pengawasan
tuberkulosis setiap jam dan 52.000          langsung (DOT = Directly Observed
kematian tuberkulosis setiap minggu         Treatment) oleh seorang Pengawas
berarti lebih dari 7.000 kematian setiap    Menelan Obat (PMO).
hari, (WHO, 1995 dan 1997). Lebih dari
40% kasus terdapat di Asia Tenggara,        METODE
dimana Indonesia menyumbang 11,2%           Jenis Penelitian
dari seluruh jumlah kasustersebut,          Jenis atau rancang bangun penelitian ini
(WHO, 1995) dan India diperkirakan          adalah penelitian deskriptif dengan
mencakup        52,9%       (WHO,1995).     pendekatan      kualitatif,   yaitu  jenis
Sedangkan penderita tuberkulosis di         penelitian   yang       bertujuan   untuk
wilayah WHO lainnya adalah wilayah          mengambarkan, meringkaskan peran
Afrika (African region) sebesar 17,3%;      keluarga sebagai pengawas minum obat
wilayah Amerika (American region)           (PMO) yang turut mendukung proses
sebesar 6,6%; wilayah Pasifik Barat         keberhasilan pengobatan penderita TB
(Western Pasific) sebesar 22,6%;            Paru terutama tentang peran keluarga
wilayah     Eropa    (European   region)    kemudian ditarik kesimpulan sebagai
sebesar 5,2% dan wilayah Timur Tengah       gambaran      tentang       kondisi  yang
(Western Mediteranea) sebesar 7,2%.         mendukung         keberhasilan        dan
Indonesia adalah negara nomor tiga          kesembuhan       penderita     TB   Paru,
terbesar kasus penderita tuberkulosis di    (Bungin, 2001).




8
Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru




Lokasi dan waktu Penelitian                      Karakteristik Informan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja        Informan dalam penelitian ini adalah
Puskesmas Baumata..             Penelitian       keluarga yang turut berperan sebagai
dilakukan selama 3 bulan mulai bulan             Pengawas Minum Obat (PMO) yang
Oktober – Desember tahun 2006                    turut    mendukung       dalam      proses
                                                 pengobatan dan kesembuhan penderita
Populasi                                         TB Paru, bersedia menjadi informan
Populasi dalam penelitian ini adalah             informan, berdomisili di wilayah kerja
semua keluarga penderita TB Paru yang            puskesmas        Baumata,     mempunyai
turut berperan dalam mendukung proses            anggota keluarga yang menderita TB
keberhasilan pengobatan penderita TB             Paru dan pernah berobat di Puskesmas
Paru. Teknik sampling yang digunakan             Baumata. Jumlah informan dalam
adalah purposive sampling .                      penelitian ini adalah 25 orang informan
                                                 yang terdiri dari orang tua (ayah dan ibu
Teknik     pengumpulan       data   dan          penderita), saudara (kakak dan adek
instrument penelitian                            penderita), sepupu, tante, ipar istri, anak
Data    primer   dikumpulkan      melalui        serta menantu penderita. Adapun tingkat
wawancara mendalam kepada para                   pendidikan informan juga bervariasi yaitu
responden. Instrumen yang digunakan              Perguruan Tinggi (1 orang), DIII (2
adalah pedoman wawancara mendalam,               orang), SLTA(9 orang), SMP (3 orang),
tape recorder dan catatan lapangan (field        SD (10 orang). Mata pencaharian
note).                                           informan meliputi ibu rumah tangga (15
                                                 orang), petani (1 orang), bidan (1 orang),
HASIL                                            perawat (1 orang), PNS ( 3 orang)
Gambaran Umum Lokasi Penelitian                  wiraswasta, (2 orang) dan mahasiswa (1
PuskesmasBaumata merupakan salah                 orang).
satu fasilitas kesehatan yang terletak di
Kecamatan Taebenu. Luas wilayah                  Agama yang di anut sebagian besar
kerjanya 57,83 km2 yang meliputi enam            agama Kristen Protestan (21 orang) dan
desa yaitu Desa Baumata Pusat,                   agama Kristen Katolik (4 orang),
Baumata       Timur,   Baumata     Barat,        sedangkan agama Islam, Hindu dan
Kuaklalo, Oeletsala, dan Oeltua.                 Budha tidak ada. Hubungan informan
                                                 dengan penderita adalah 9 informan
Jumlah penduduk di wilayah kerja                 adalah orang tua penderita, 3 informan
puskesmas Baumata berjumlah 9810                 adalah anak penderita, 4 informan
jiwa dengan rincian jumlah penduduk              adalah saudara penderita, 3 informan
laki-laki 5236 jiwa, perempuan 4574 jiwa.        adalah sepupu penderita, 1 informan
Berdasarkan karakteristik pekerjaan              adalah ipar penderita, 2 informan adalah
sebagian     besar     penduduk (4117)           istri penderita, 2 informan adalah tante
mempunyai pekerjaan sebagai petani,              penderita dan 1 informan adalah
tidak bekerja sebanyak 3870, PNS                 menantu penderita.
sebanyak      984     kemudian    disusul
wiraswasta sebanyak 496. Selain itu              Partisipasi      Keluarga         Dalam
pada       umumnya       3870.   Tingkat         Mendukung       Proses       Pengobatan
pendidikan penduduk lebih banyak                 Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja
tammat SD sebanyak 5027 (51,24%),                Puskesmas Baumata.
kemudian disusul tammat SMP 1576                 Dalam upaya pencarian pengobatan
(16,16%), kemudian menyusul tammat               beberapa    keluarga    sudah      dapat
SMA sebanyak 1428 (14,65%) dan yang              menunjukkan partisipasi langsung untuk
paling sedikit adalah tammat PT                  merujuk penderita ke Fasilitas kesehatan
sebanyak 356 (3,63%) orang. (Laporan             (puskesmas dan rumah sakit), atas
Tahunan dan Stratifikasi Puskesmas               dugaan penularan dari anggota keluarga
Baumata 2005 )                                   lain atau tetangga yang pernah



                                                                                          9
MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007




menderita     penyakit.  Seperti   yang      Puskesmas Baumata menyarankan
diungkapkan informan berikut ini :           untuk langsung ke rumah sakit umum
  “karena sering babatu, keluar darah,       dan tahu penyakitnya dan minta obat”.
  badan kurus, kurang makan, sonde           ….(RO, 41 tahun dan EH 37 tahun).
  bisa tidor lalu katong putuskan untuk
  bawa dia      ke Puskesmas Baumata       Selain itu ada juga keluarga yang tidak
  dulu, sebab pernah katong pung           menunjukkan         partisipasi     secara
  keluarga ada dapat penyakit ini”.(MS,    langsung     dalam       upaya     mencari
  43 tahun).                               pengobatan, namun hanya menyarankan
  “katong bawa dia ke Rumah sakit          untuk    melakukan       pemeriksaan      di
  untuk berobat….. (MR, 31 tahun).         Puskesmas Baumata. Seperti yang
                                           diungkapkan informan berikut :
Ada juga upaya pencarian pengobatan          “Katong hanya suruh dia pii pareksa di
dari keluarga yang dapat menunjukkan         Puskesmas Baumata karena dia batuk
partisipasi langsung untuk membawa           dan keluar darah, malam-malam
penderita ke puskesmas karena mereka         sonde tidor dan makan kurang”. ….
merasa takut dan mereka tidak tahu itu       (ST, 61 tahun dan OA 45 tahun, MY,
penyakit. Seperti yang diungkapkan oleh      35 tahun).
informan berikut :                          “Dia batuk darah teros , trus katong
  “katong sudah takut, karena katong         suruh dia pii periksa di Puskesmas
  sonde tau bahwa itu penyakit TBC,          Baumata”. (FD, 23 tahun).
  katong piker bahwa itu penyakit guna-     Untuk      menunjang          pemeriksaan
  guna, trus katong bawa dia ke             penderita di laboratorium maupun
  Puskesmas Baumata dan minta               pengambilan sample sputum di rumah
  rujukan ke rumah sakit umum, dan ibu      dan puskesmas keluarga juga dapat
  bidan bilang periksa dahaknya dulu 3      menunjukkan       partisipasi   langsung.
  kali”.(SPR, 30 tahun).                    Seperti    yang     diungkapkan       oleh
  “…panasnya sudah lebih dari 5 hari,       informan berikut:
  trus kita bawa ke Puskesmas                “Kaseh dia banyak minum dan suru
  Baumata, trus periksa darahnya             bajalan serta mengencerkan batuk
  negative, trus katong bilang karomana      dalam untuk kaseh keluar dahak”.
  kalau begitu, akhirnya katong bawa ke      (MK,36 tahun).
  dokter dan dokter sarankan ke rumah
  sakit periksa dahak dan darah sekalian   Dan keluarga lain dapat menunjukkan
  ronsgen”.(BL, 37 tahun).                 partisipasi namun urang membantu
Informan       lainnya      menunjukkan    pemeriksaan karena hanya dengan
partisipasi dengan mengantar penderita     memberikan botol untuk menampung
ke petugas kesehatan terdekat dan          sputum yang di dahului dengan
selanjutnya    atas anjuran      petugas   pemberian minum dengan harapan
kesehatan      dianjurkan untuk periksa    penderita bias batuk dan mengeluarkan
laboratorium di Puskesmas atau rumah       lender, Seperti yang diungkapkan
sakit, seperti yang diungkapkan oleh       informan berikut:
informan berikut ini:                       “ kaseh dia botol tetapi sebelumnya beli
  “ katong sepakat bawa ke pamantri            air aqua untuk minum supaya bias
  karena katong liat dia setiap malam          batuk kasih keluar lender”.(LB,20
  batuk, bakaringat malam kaya’ orang          tahun).
  olah raga, makan harus dipaksa dan
  dari pamantri katong disuruh untuk       Ada      juga   keluarga   yang   tidak
  pariksa di puskesmas”. (DK, 32 tahun).   berpartisipasi dalam upaya pemeriksaan
    “waktu ada gejala ada perawat dari     penderita di puskesmas karena merasa
  Puskesmas Baumata kasih saran, jadi      penderita sendiri dapat melakukannya.
  kitong ikut sudah bawa ke Puskesmas      Seperti yang diungkapkan informan
  Baumata untuk periksa tapi di            berikut:



10
Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru




 “ Dia sendiri yang tau untuk kaseh              dilakukan oleh keluarga. Lebih lanjut
   keluar lender, dan disuruh tiga kali          keluarga diajak untuk berpartisipasi
   oleh petugas di laboratorium”.(MB,30          penuh dalam pengobatan penderita
   tahun).                                       berupa; pengaturan menu makan,
                                                 minum, pola istrahat, perawatan diri
Selanjutnya        dalam       menjalani         penderita, pengambilan obat dan mampu
pengobatan jangka panjang keluarga               merujuk penderita bila ada gejala efek
berpartisipasi    dengan       memenuhi          samping obat yang berat.
kebutuhan         penderita,       terus
mengingatkan dan memberi obat untuk              Motivasi Keluarga Dalam Mendukung
diminum setiap malam, sekaligus                  Proses Pengobatan Penderita TB Paru
menunjukkan       upaya      pencegahan          Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata
penularan penyakit dan pengambilan               Motivasi yang diberikan keluarga kepada
obat di puskesmas. Seperti yang                  penderita dalam melihat efek samping
diungkapkan informan berikut :                   penggunaan obat dan perubahan ang
   “ ator dia pung makan, kaseh pisah            dirasakan selama menjalani pengobatan
   piring, sendok, dan gelas dari yang           seperti memberi dorongan dengan
   lain punya, kaseh dia tidor sendiri di        menjelaskan perubahan akibat minum
   kamar, kaseh ingat dia untuk minum            obat dan memenuhi kebutuhan sehari-
   obat di setiap malam, dan kasih obat          hari serta meyakinkan penderita tentang
   ke dia untuk minum malam baru dia             khasiat    obat     itu.   Seperti   yang
   tidor, supaya jangan obat habis               diungkapkan informan berikut:
   katong pi ambil tambah kalo tinggal             “ Kalo buang air kecil warna merah itu
   satu kali minum”.(SK,38 tahun dan                tidak berbahaya, malahan bagus,
   PN, 28 tahun).                                   jangan takut”.(RO, 41 tahun dan MR
                                                    31 tahun).
Selain keluarga tersebut, ada juga                 “ Kasih ingat dia kalau laen-laen waktu
keluarga yang berpartisipasi dalam                  minum obat, itu sonde apa-apa, nanti
pengobatan jangka panjang hanya                     juga hilang kalau sudah minum
dengan mengingatkan penderita untuk                 beberapa hari dan kalo rasa berat,
minum obat dan menemani pengambilan                 cepat katong ke puskesmas”.(MS, 43
obat di pukesmas untuk persediaan                   tahun, AM, 31 tahun dan FD, 23
berikutnya. Seperti yang diungkapkan                tahun).      “Kasih apa yang dia
informan berikut:                                   butuhkan sehari-hari yang penting
 “ Kasih ingat dia minum obat, kasih                tidak melanggar anjuran kesehatan’.
    ingat pi ambil obat bila sudah mau              (SPR, 30 tahun)..
    habis”.(SN, 47 tahun).                         “ Kasih ingat dia coba rasa-rasa setiap
 Dan ada juga keluarga yang tidak                   hari minum obat pasti sakit mulai
 berpartisipasi secara baik dalam                   berkurang dan kalau terus minum
 pengobatan penderita, yaitu hanya                  obat pasti bias sembuh”.(ST,61 tahun
 mengingatkan saja untuk minum obat                 dan EH, 37 tahun).
 dengan       teratur.     Seperti yang
 diungkapkan informan berikut:                   Selain itu ada juga keluarga yang
    “ kaseh ingat saja dia minum obat            memberikan motivasi kepada penderita
    setiap hari”.(AB, 40 tahun).                 secara pasif dalam menghadapi efek
                                                 samping akibat minum obat. Seperti
Menurut informan kunci, pemberian                yang diungkapkan informan berikut :
pengetahuan kepada keluarga ketika               “ Katong Cuma kasi ingat saja bahwa
pertama kali menemani penderita berupa             kalau ada rasa laen-laen waktu minum
penyuluhan tentang proses penyakit TB              obat cepat kasih tau supaya ke
Paru, pemeriksaan yang harus dijalani              puskesmas”.(DK,32 tahun dan BL 37
penderita dan pengobatan penderita                 tahun)
serta upaya pencegahan yang dapat



                                                                                        11
MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007




Untuk menjalani pengobatan jangka                katong yakin dia minum terus”.(SK,
panjang, keluarga memberikan motivasi            38 tahun dan LN 40 tahun).
kepada penderita secara aktif lewat          Menurut informan kunci, keluarga yang
perkataan dan perbuatan langsung             menemani penderita pertama kali ke
setiap hari. Seperti yang diungkapkan        puskesmas dan tiap satu sampai dua
informan berikut:                            minggu sekali dating ke puskesmas
“ Katong sering bicara bahwa yang sakit      untuk mengambil obat penderita.Sering
  tentang    pengobatan    penyakitnya       diajarkan untuk mampu memberikan
  bahwa obat itu bagus di samping            motivasi   kepada    penderita   lewat
  sonde bayar, jadi harus minum terus        perkataan dan perbuatan yang positif
  menerus sesuai anjuran petugas             agar penderita menjadi yakin dan
  kesehatan, supaya cepat sembuh”.           percaya diri untuk tetap menjalani
  (AN, 36 tahun, DN,38 tahun dan OA 45       pengobatan hingga selesai.
  tahun).
“ Tetap mengingatkan tiap malam              Nilai Keluarga Dalam Mendukung
  sesudah makan, dan supaya sonde            Proses Pengobatan Penderita TB Paru
  susah menelan kadang katong kasih          Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata
  hancur dulu baru kasih minum”.(GM,         Dalam kaitannya dengan sakit yang
  43 tahun).                                 dirasakan penderita, nilai interaksi sosial
                                             dalam keluarga tetap terjalin karena
Namun ada juga keluarga yang tidak           keluarga juga ikut merasakan sakit
memberi motivasi kepada penderita            bersama penderita sehingga tidak
selama menjalani pengobatan. Seperti         membatasi hubungan sehari-hari, namun
yang diungkapkan oleh informan berikut:      ada pembatasan jarak anak-anak
  “Biasanya katong Tanya sama dia,apa        dengan penderita disertai penjelasan
  sudah minum obat apa belom, kalau          tentang hal ini kepada penderita. Seperti
  belom, dan kasih tau bahwa obat ini        yang diungkapkan informan berikut:
  jangan lupa diminum, nanti lama baru         “Sebagai keluarga katong merasa
  sembuh penyakitnya”. (EH, 36 tahun           samua      sakit   sehingga       sonde
  dan MK, 36 tahun).                           mengganggu katong pung hubungan
                                               dengan yang sakit dalam kehidupan
Dan untuk pengobatan atau pengawasan           sehari-hari”.(MB, 30 tahun dan SK 38
minum obat, keluarga memastikan                tahun).
langsung penderita sudah minum obat            “ Katong semakin saling Bantu dalam
tiap hari dan memberikan motivasi              memenuhi kebutuhannya tapi jaga
kepadanya setelah menghitung kemasan           anak-anak kecil supaya jangan terlalu
yang sudah kosong. Seperti yang                atau sering dekat dengan yang sakit
diungkapkan oleh informan berikut:             dan katong kasih tau sama dia, ini
   “ Stiap hari katong biasa lia dia minum     Cuma sementara saja supaya jangan
   langsung dan biasanya dihitung dia          anak-anak sakit”. (PN,28 tahun dan
   pung bungkus yang sudah kosong,             FN, 29 tahun).
   tarus juga Tanya sudah rasa
   ringankah atao belom dan kasih            Ada perasaan cemas dari keluarga
   semangat untuk tetap minum obat           sehubungan sakit mengganggu kondisi
   sampe sembuh”.(LB, 20 tahun).             penderita dan semakin menjaga jarak
                                             dengan penderita karena takut penyakit
Tetapi ada juga keluarga yang kadang-        berbahaya. Seperti yang diungkapkan
kadang baru melakukan pengawasan             informan berikut:
minum obat dan tidak memberi motivasi.         “Katong cemas dan sedih kalau dia
Seperti yang diungkapkan informan              babatu” malam-malam tarus untuk
berikut:                                       jaga supaya jangan semua sakit,
  “ Biasanya skali-skali baru katong cek       katong juga jaga jarak dengannya
    sudah berapa yang habis dan                karena katong takut penyakitnya ini,



12
Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru




  berbahaya bagi katong pung diri”.(RO,          adalah keterlibatan pihak lain, yang wajib
  41 tahun, MS, 43 tahun, AM 31 tahun            ikut serta, mendukung, terlibat dan
  dan FD, 23 tahun).                             memberi kontribusi dalam suatu proses
                                                 pengambilan keputusan terhadap suatu
Terhadap penyakit yang diderita oleh             kegiatan (Silwana, 2004).
salah satu anggota keluarga keluarga
tidak merasa adanya perubahan nilai              Sejalan dengan bentuk partisipasi yang
social budaya karena diyakini bahwa              dilakukan keluarga penderita Wibisana,
penyakit ini akibat proses penularan             1989 (dalam Habibah, ST, 2004),
penyakit dari orang lain dan pengertian          mengemukan bahwa partisipasi diartikan
diberikan kepada penderita untuk                 sebagai keikutsertaan, keterlibatan, dan
mengikuti aturan pengobatan dan untuk            kebersamaan       anggota    masyarakat
mencegah penularan kepada orang lain :           (keluarga),    dalam   suatu    kegiatan
Seperti yang diungkapkan informan                tertentu, baik secara langsung maupun
berikut:                                         tidak langsung, sejak dari gagasan
    “Tadinya katong percaya penyakit ini         sampai dengan pengambilan keputusan.
    karena orang bikin yang sonde
    senang dengan katong, tapi katong            Lebih lanjut dijelaskan bahwa partisipasi
    berdoa saja, dan setelah ke                  secara    langsung     berarti  anggota
    puskesmas katong yakin bahwa ini             mayarakat (keluarga) tersebut ikut
    akibat penyakit dari katong pung             memberikan bantuan tenaga, keuangan,
    keluarga atau tetangga yang pernah           pikiran dan material yang diperlukan.
    sakit ini….katong kasih pengertian           Begitu pula menurut Koentjaraningrat
    buat yang sakit tentang hal-hal yang         (1978), bahwa keterlibatan masyarakat
    perlu diatur untuk mencegah jangan           (keluarga) yang dilakukan atas dasar
    yang lain sakit lagi”.(SPR, 30 tahun,        kemauan sendiri tanpa perintah atau
    ST, 61 tahun dan DK, 32 tahun).              paksaan dari pihak lain merupakan
                                                 bentuk partisipasi murni.
PEMBAHASAN
Partisipasi       Keluarga        Dalam          Ada juga beberapa informan yang
Mendukung        Proses     Pengobatan           menunjukkan partisipasi keluarga berupa
Penderita TB Paru DI Wilayah Kerja               memberi makan dan minum, menyuruh
Puskesmas Baumata                                berjalan-jalan serta mengajarkan batuk
Untuk upaya pencarian pengobatan                 dengan mengeluarkan sputum yang
beberapa     informan     sudah    dapat         dilakukan sebayak tiga kali pengambilan
menunjukkan        bentuk     partisipasi        sample. Ada juga keluarga yang tidak
langsung dari keluarga berupa ; merujuk          berpartisipasi dalam upaya pemeriksaan
penderita     puskesmas,      membawa            penderita di puskesmas atau rumah sakit
penderita berobat di tenaga kesehatan,           karena      penderita   dapat    sendiri
guna mendapatkan pemeriksaan dan                 melakukan pengambilan sample yang
pengobatan atas keluhan rasa sakit               dibutkan untuk pemeriksan sebanyak
berupa sering batuk, batuk keluar darah,         dua kali di puskesmas dan satu kali di
berat badan berkurang, nafsu makan               rumah.
berkurang, berkeringat malam dan susah
tidur malam.                                     Untuk menjalani pengobatan jangka
                                                 panjang,     penderita     mendapatkan
Keluarga sudah dapat mengambil                   dukungan dalam bentuk partisipasi
keputusan    yang      didasarkan   atas         keluarga berupa ;          mengingatkan
pertimbangan keluarga maupun atas                penderita untuk teratur minum obat, dan
anjuran dari petugas kesehatan dan               memberi obat untuk diminum setiap
bertanggung jawab terhadap kesehatan             malam sehabis makan. Guna menjaga
keluarganya. Hal ini sesuai dengan               ketersediaan obat keluarga melakukan
pengertian partisipasi sebagai kewajiban         pengambilan obat, di puskesmas bila



                                                                                        13
MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007




obat sisa satu kali minum serta
mengantar penderita melakukan control        Motivasi Keluarga Dalam Mendukung
di puskesmas bila selesai minum obat         Proses Pengobatan Penderita TB Paru
fase intensive (2 bulan). Berbeda dengan     Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata
partisipasi tersebut ada keluarga hanya      Motivasi yang diberikan keluarga kepada
mengingatkan penderita untuk minum           penderita sangat bervariasi mulai dari
obat secara teratur dan menemani             pemberian motivasi terhadap efek
pengambilan obat di puskesmas untuk          samping pada saat minum obat,
pesediaan berikutnya                         perubahan yang dirasakan, keteraturan
Dari penelitian ini didaptkan gambaran       minum     obat,     dan   control   dan
partisipasi keluarga ternyata dari 25        pengawasan       minum    obat.    Untuk
informan semua menunjukkan partisipasi       menhindari      kecemasan       penderita
keluarga      yang    diharapkan     baik    terhadap efek samping obat, berupa
mengantar langsung untuk periksa di          perubahan warna air seni menjadi merah
puskesmas        maupun      di    rumah     dan    perubahan      yang    dirasakan,
sakit,dokter atau mantra. Menurut            beberapa keluarga memberikan motivasi
informan kunci bahwa keluarga diberi         dengan cara menjelaskan kepada
pengetahuan tentang proses timbulnya         penderita bahwa perubahan warna itu
penyakit TB Paru, pemeriksaan yang           merupakan proses kerja obat yang baik
harus dijalani penderita, pengobatan         dan tidak membahayakan diri penderita.
serta upaya pencegahan yang dapat            Keluarga meyakinkan penderita tentang
dilakukan oleh keluarga ketika pertama       perubahan sakit yang perlahan mulai
kali menemani penderita ke puskesmas.        berkurang dan memberi semangat
Keluarga juga diajak untuk berpartisipasi    kepada penderita bahwa bil obat terus
penuh pada pengobatan penderita              diminum secara teratur maka pasti bias
seperti; pengaturan menu makan dan           sembuh.
minum, pola istrahat, perawatan diri
terutama kebersihan, pengambilan obat        Motivasi juga diberikan keluarga berupa
serta mampu merujuk penderita bila ada       pemenuhan        kebutuhan     sehari-hari
gejala samping obat yang berat.              penderita, terutama pengaturan makan
                                             minum yang tidak melanggar anjuran
Menurut Palandia (2002) pada hasil           kesehatan. Motivasi yang diberikan
penelitiannya di Balai Pengobatan Paru-      keluarga menurut Tri Rusmi Widayatun
Paru(BP4)      makassar,     menyatakan      merupakan bentuk motivasi ekstrinsik
bahwa       peran     keluarga     cukup     yaitu motivasi yang datangnya dari luar
berpengaruh dalam proses pengobatan          individu (dari keluarga). Motivasi berupa
TB Paru yang tekait dengan upaya             rangsangan yang nyata diwujudkan ke
pengawasan minum obat, penentuan             dalam bentuk kuantitatif dan yang
jenis pelayanan untuk pengobatan TB          bersifat semu yang tidak mudah
Paru dan pemberian motivasi kepada           diwujudkan. Ciri perangsang yang semu
penderita TB Paru untuk melakukan            atau tidak nyata ini sifatnya sebagian
pengobatan secara teratur. Demikian          atau seluruhnya tidak didasari adanya.
juga menurut Noviadi, 1999, (dalam
Rusmani Asih, 2002) menyatakan bahwa         Sebagian besar alat perangsang yang
peran keluarga yang dapat dilakukan          bersifat nyata tediri atas kebutuhan
adalah pengawasan menelan obat,              primer    atau    kebutuhan     biologis
pengawasan       penampungan      dahak,     (makanan, tempat tinggal, pakaian,dan
membantu       membesihkan       alat-alat   sex). Kebutuhan lain yang bersifat semu
makan minumpenderita, menepati jadwal        dapat dipandang sebagai kebutuhan
kontrol serta memberikan motivasi agar       sekunder antara lain harga diri, afiliasi
penderita dapat terjalin hubungan            dengan orang lain, status kasih sayang,
emosional yang baik dngan petugas            prestasi dll.Kebutuhan ini berbeda
kesehatan (perawat atau dokter).             tingkatannya dari waktu ke waktu bagi



14
Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru




masing-masing orang. Koortz, et el, 1993         social dalam keluarga mulai renggang
(dalam     maryam    Rufiah,      2002).         dengan pembatasan innteraksi langsung
Kedekatan keluarga yang mendasari                dengan penderita, karena eluarga
pengabdian yang tulus, ikhlas dan                marasa takut dan menganggap penyakit
tanggung jawab sebagai implementasi              ini berbahaya. Namun tidak didapatkan
nilai keyakinan adalah motivasi yang             penekanan khusus berupa pengisolasian
cukup efektif bagi anggota keluarga              penderita yang sangat ketat sehubungan
sebagai Pengawas Minum Obat (PMO).               dengan penyakit TB Paru.

Pemberian motivasi oleh keluarga                 SIMPULAN DAN SARAN
kepada penderita dalam hal keteraturan           Simpulan
obat sebagian besar memberikan                   Dari hasil penelitian dapat disimpulkan:
motivasi berupa penyuluhan kepada                (1)Peran     keluarga     dalam     bentuk
penderita tentang pentingnya minum               partisipasi terhadap proses pengobatan
obat , mengingatkan penderita tiap mala          penderita TB Paru yaitu merujuk
sesudah makan untuk minum obat, obat             penderita ke puskesmas, membawa
harus      diminum,      dan     supaya          penderita     di    tenaga     kesehatan,
memudahkan penderita dalam minum                 membantu penderita pada pemeriksaan
obat, maka terkadang obat dihaluskan             di laboratorium, pemenuhan kebutuhan
oleh keluarga baru di kasih minum.               penderita, mengingatkan penderita untuk
                                                 minum obat dan memberi obat untuk
Nilai Keluarga Dalam Mendukung                   diminum setiap malam dan melakukan
Proses Pengobatan Penderita TB Paru              pengambilan obat untuk pesediaan,
Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata               serta       mengantarkan        penderita
Hubungan yang terjalin dalam keluarga            malakukan pengontrolan di puskesmas
untuk mendukung proses pengobatan                bila selesai minum obat fase intensif (2
penderita semakin dipererat karena               bulan ); (2) Peran keluarga dalam
didasarkan pada rasa empati keluarga             memotivasi penderita ditunjukkan lewat
terhadap yang sakit atau penderita               penjelasan kepada penderita bahwa
cukup tinggi yaitu dengan marasa bahwa           perubahan warna itu merupakan proses
keluarga pun ikut merasakan sakit juga.          kerja obat yang baik dan tidak
Namun hal ini tidak berlaku secara               membahayakan           diri     penderita,
keseluruhan bagi semua anggota                   meyakinkan         penderita      tentang
keluarga,    karena     keluarga   sudah         perubahan rasa sakit yang perlahan
mengerti bahwa penyakit ini dapat                mulai berkurang dan memberi semangat
menular sehingga ada pembatasan                  kepada penderita bahwa obat harus
hubungan keluarga dengan yang sakit              terus     diminum      secara      teratur,
khususnya bagi anak-anak yang tinggal            pemenuhan        kebutuhan       penderita
serumah dengan yang sakit. Tetapi                (pengaturan minum dan makan yang
semua kebutuhan sehari-hari tetap                menunjang        pengobatan),        serta
dipenuhi. Hasil ini diperkuat oleh               menghaluskan obat untuk memudahkan
Notoatmodjo (2003) yang mengatakan               penderitadalam minum obat.(3) Keluarga
bahwa di dalam suatu masyarakat                  menjadi mengerti tentang penyakit TB
apapun selalu berlaku nilai-nilai yang           Paru yang diderita oleh seorang anggota
menjadi pegangan setiap orang dalam              keluarga sehingga tidak mengurangi
menyellenggarakan                   hidup        hubungan yang terjadi di dalam
bermasyarakat       dan     factor  yang         keluarga, namun ada pembatasan yang
menentukan perilaku-perilaku orang atau          dikhususkan pada anak-anak yang ada
masyarakat (Muzaham, 1995). Namun                dalam keluarga mengingat penularan
ada      beberapa       keluarga    yang         penyakit tersebut melalui pernapasan.
mengatakan bahwa dengan adanya
anggota keluarga yang menderita                  Saran
penyakit TB Paru membuat hubungan



                                                                                         15
MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007




Beberapa hal yang dapat disarankan dari     DEPKES RI, 2000, Pedoman Penyakit
penelitian ini adalah (1) Perlunya               Tuberkulosis                             dan
penyuluhan tentang penyakit TB Paru              Penanggulangannya, Cetakan ke-7
secar intensif kepada keluarga yang         Effendy,Nasrul.       1998.       Dasar-Dasar
langsung di laksanakan di rumah tempat           Keperawatan                     Kesehatan
penderita    tinggal   selama     masa           Masyarakat. Yokyakarta EGC.
pengobatan      dengan   materi   yang      Harono,Djoko cs. 1999. Akses Terhadap
menekankan pada peran keluarga dalam             Pelayanan Kesehatan Reproduksi.
mendukung pengobatan penderita TB                Kerjasama antara PPT – LPJ
Paru. (2) Perlunya melibatkan penderita          dengan AUSAID : Jakarta
yang sudah sembuh dari pengobatan           Jacob Azrul Agoes t. 1996. Antopologi
penyajkit TB Paru pada kontak pertama            Kesehatan           Indonesia          Buku
pemberian obat paket pada penderita              Katalog. Yokyakarta EGC
dan kunjungan pengawasan minum obat         Kusnindar, 1990, Masalah Penyakit dan
oleh petugas kesehatan khususnya bagi            Pemberantasannya di Indonesia,
tenaga pengelola TB Paru dari pihak              Cermin Dunia Kedokteran No.63
puskesmas untuk mengontrol penderita        Khunaedi      dan       Gatot       S,      1985,
di tiap rumah dimana penderita tinggal           Pengobatan TBC Paru Jangka
(3) Untuk keberhasilan pengobatan                Pendek, Medika No.1 Tahun 11
penderita TB Paru perlu dilibatkan          Moleong, Lexy. 2005. Metodologi
semua sektor yang terkait teristimewa            Penelitian Kualitatif. PT Remaja
untuk pengobatan penderita yang tempat           Rosdakarya : Bandung
tinggalnya jauh dari puskesmas seperti      Niven,Neil. 2000. Psikologi Kesehatan
aparat desa, organisasi masyarakat,              Pengantar Untuk Perawat dan
kader kesehatan, tokoh masyarakat dan            Profesional         Kesehatan           Lain.
tokoh agama setempat.                            Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta
                                            Noor,Nasry Noor, 2002, Epidemiologi,
          DAFTAR PUSTAKA                         Universitas Hasanuddin.
                                            Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi
Aditama,T.1996,Mengenal Tuberkulosis,            Kesehatan Teori dan Praktek.
      Penyuluh, No. 12 Hal 22.                   Jakarta : Rineka Cipta
Anonimus, 2002, Artikel Pengobatan                       ------------------------------.2003.
      Tuberkulosis Paru (http//www.Klinik        Pendidikan            dan          Perilaku
      Pria/data Topik TBC/Pengobatan             Kesehatan. Jakarta ; Rineka
      Tuberkulosis Paru.htpmil). 9/28/02         Cipta
Arifin N, 1990, Diaknosis Tuberkulosis                -----------------------------     2002.
      Paru, Cermin Dunia Kedokteran              Metodologi Penelitian Kesehatan.
      No. 63.                                    Jakarta : Rineka Cipta
Anderson, Foster. 1986. Antropologi         Sarwono, S, 2003, Sosiologi Kesehatan,
      Kesehatan. Jakarta : Universitas           Yogyakarta,           Gadjah           Mada
      Indonesia Press                            University Press.
Bing K, Siti S, 1990, Diaknosis dan         Tjandra Y, Hardianto, M, 1990, Berbagai
      Pengobatan TBC Paru, Cermin                Aspek       Pengetahuan            Tentang
      Dunia Kedokteran No. 62.                   Tuberkulosis,          Cermin          Dunia
DEPKES RI, 1999, Pedoman Penyakit                Kedokteran No. 62.
      Tuberkulosis Penanggulangannya,       Wardoyo, A. B, Waspadai Ancaman
      Cetakan Empat                              Kesehatan Kita, Solo, CV. Aneka.




16

More Related Content

What's hot

Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Operator Warnet Vast Raha
 
Presentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPresentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPocut Kasim
 
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Mamang Bagiansah
 
Power point pelayanan dokter keluarga
Power point pelayanan dokter keluargaPower point pelayanan dokter keluarga
Power point pelayanan dokter keluargaMendy91
 
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Dayu Agung Dewi Sawitri
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKSurya Amal
 
Presentasi sidang proposal skripsi, Lutfi Bahtiyar, 2014
Presentasi sidang proposal skripsi, Lutfi Bahtiyar, 2014Presentasi sidang proposal skripsi, Lutfi Bahtiyar, 2014
Presentasi sidang proposal skripsi, Lutfi Bahtiyar, 2014Ns. Lutfi
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012humasditjenppdanpl
 
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIAPETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIADeif Tunggal
 
Pengaruh supervisi pada kunerja perawat rawat inap dalam pelaksanaan patient ...
Pengaruh supervisi pada kunerja perawat rawat inap dalam pelaksanaan patient ...Pengaruh supervisi pada kunerja perawat rawat inap dalam pelaksanaan patient ...
Pengaruh supervisi pada kunerja perawat rawat inap dalam pelaksanaan patient ...yaya' Suryaningsih
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014Ditjen P2P Kemenkes
 
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBC
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBCGizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBC
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBCSii AQyuu
 

What's hot (19)

Kb 3 epidemiologi
Kb 3 epidemiologiKb 3 epidemiologi
Kb 3 epidemiologi
 
Epidemiologi
EpidemiologiEpidemiologi
Epidemiologi
 
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
 
Presentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPresentasi sidang rara
Presentasi sidang rara
 
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
 
Power point pelayanan dokter keluarga
Power point pelayanan dokter keluargaPower point pelayanan dokter keluarga
Power point pelayanan dokter keluarga
 
BAB I
BAB IBAB I
BAB I
 
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
 
Presentasi sidang proposal skripsi, Lutfi Bahtiyar, 2014
Presentasi sidang proposal skripsi, Lutfi Bahtiyar, 2014Presentasi sidang proposal skripsi, Lutfi Bahtiyar, 2014
Presentasi sidang proposal skripsi, Lutfi Bahtiyar, 2014
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
 
Jurper1 1-nas
Jurper1 1-nasJurper1 1-nas
Jurper1 1-nas
 
Jingga musik jurnal 3
Jingga musik jurnal 3Jingga musik jurnal 3
Jingga musik jurnal 3
 
268 261-1-pb
268 261-1-pb268 261-1-pb
268 261-1-pb
 
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIAPETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
 
Pengaruh supervisi pada kunerja perawat rawat inap dalam pelaksanaan patient ...
Pengaruh supervisi pada kunerja perawat rawat inap dalam pelaksanaan patient ...Pengaruh supervisi pada kunerja perawat rawat inap dalam pelaksanaan patient ...
Pengaruh supervisi pada kunerja perawat rawat inap dalam pelaksanaan patient ...
 
Bab 1 t cs'sps
Bab 1 t cs'spsBab 1 t cs'sps
Bab 1 t cs'sps
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
 
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBC
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBCGizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBC
Gizi Kurang Sebagai Faktor Risiko Hepatitis Karena Obat Anti tTBC
 

Similar to TBKELUARGA

Jurnal kesehatan
Jurnal kesehatanJurnal kesehatan
Jurnal kesehatanPanca Titis
 
ppt up maell fixxxx golll_092602.pptx
ppt up maell fixxxx golll_092602.pptxppt up maell fixxxx golll_092602.pptx
ppt up maell fixxxx golll_092602.pptxEncepIzmal2
 
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoli
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoliEdukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoli
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoliNurMahdiyahMerly
 
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Operator Warnet Vast Raha
 
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBCPharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBCSainal Edi Kamal
 
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdfaisyahfathanhaikalai
 
makalah komunitas REGINA.docx
makalah komunitas REGINA.docxmakalah komunitas REGINA.docx
makalah komunitas REGINA.docxAyuAndira59
 
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian communityEvaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian communityDoel Hadji Fadly
 
pelatihan kader deteksi dini TB Paru.ppt
pelatihan kader deteksi dini TB Paru.pptpelatihan kader deteksi dini TB Paru.ppt
pelatihan kader deteksi dini TB Paru.pptKeperawatanWaingapu
 
Proposal Penelitian Kualitatif
Proposal Penelitian KualitatifProposal Penelitian Kualitatif
Proposal Penelitian Kualitatifapry_zogara
 
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Operator Warnet Vast Raha
 
document (1).pdf
document (1).pdfdocument (1).pdf
document (1).pdfElisMarifah
 

Similar to TBKELUARGA (20)

Jurnal kesehatan
Jurnal kesehatanJurnal kesehatan
Jurnal kesehatan
 
ppt up maell fixxxx golll_092602.pptx
ppt up maell fixxxx golll_092602.pptxppt up maell fixxxx golll_092602.pptx
ppt up maell fixxxx golll_092602.pptx
 
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoli
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoliEdukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoli
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoli
 
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
 
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBCPharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit TBC
 
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
 
makalah komunitas REGINA.docx
makalah komunitas REGINA.docxmakalah komunitas REGINA.docx
makalah komunitas REGINA.docx
 
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian communityEvaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
 
pelatihan kader deteksi dini TB Paru.ppt
pelatihan kader deteksi dini TB Paru.pptpelatihan kader deteksi dini TB Paru.ppt
pelatihan kader deteksi dini TB Paru.ppt
 
Jurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan maskerJurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan masker
 
Jurnal penelitian omsk
Jurnal penelitian omskJurnal penelitian omsk
Jurnal penelitian omsk
 
Ipi186703
Ipi186703Ipi186703
Ipi186703
 
Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA
 
jurnalku
jurnalkujurnalku
jurnalku
 
Proposal Penelitian Kualitatif
Proposal Penelitian KualitatifProposal Penelitian Kualitatif
Proposal Penelitian Kualitatif
 
Kualitatif
KualitatifKualitatif
Kualitatif
 
PPT NEW.pptx
PPT NEW.pptxPPT NEW.pptx
PPT NEW.pptx
 
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
 
document (1).pdf
document (1).pdfdocument (1).pdf
document (1).pdf
 
148130910 ppt-ispa
148130910 ppt-ispa148130910 ppt-ispa
148130910 ppt-ispa
 

TBKELUARGA

  • 1. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru PERAN KELUARGA SEBAGAI PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DALAM MENDUKUNG PROSES PENGOBATAN PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAUMATA KECAMATAN TAEBENU KABUPATEN KUPANG Ribka Limbu1, Marni2 Abstrak: Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, TB Paru merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi (Depkes, RI, 2002).Untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur, penyakit TB paru masih merupakan masalah yang cukup serius. Dimana tahun 2003 ditemukan 5.812 Penderita, pada tahun 2004 sebanyak 1.842. penderita, dan pada tahun 2005 lalu sebanyak 768 penderita.TB Paru positif ( 284 penderita tahun 2003,, 1.307 penderita tahun 2004, 701 penderita tahun 2005). Sedangkan pada wilayah kerja Puskesmas Baumata pada tahun 2005 ditemukan penderita sebanyak 9 penderita BTA positif dari 40 tersangka penderita yang berobat di Puskesmas dan menjalani pengobatan lengkap sebanyak 9 penderita. Anggota keluarga sebagai pengawas minum obat cukup efektif dan efisien dalam memaksimalkan peran dan fungsi PMO karena tidak mengedepankan reward berupa materi sebagai imbalan jasa tetapi dimotivasi oleh kedekatan keluarga yang disadari oleh pengabdian yang tulus, iklas, sabar, dan tanggung jawab sebagai implementasi nilai keyakinan. Rumusan masalah yang dikaji dalam penulisan ini bagaimanakah peran keluarga sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) dalam bentuk partisipasi, motivasi serta nilai dalam keluarga untuk mendukung proses serta keberhasilan pengobatan dan kesembuhan penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jenis atau rancang bangun penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam bentuk partisipasi terhadap proses pengobatan penderita TB Paru yaitu merujuk penderita ke puskesmas, membawa penderita di tenaga kesehatan, membantu penderita pada pemeriksaan di laboratorium, pemenuhan kebutuhan penderita, mengingatkan penderita untuk minum obat dan memberi obat untuk diminum setiap malam dan melakukan pengambilan obat untuk pesediaan, serta mengantarkan penderita malakukan pengontrolan di puskesmas bila selesai minum obat fase intensif (2 bulan) sangatlah diperlukan, namun ada pembatasan yang dikhususkan pada anak-anak yang ada dalam keluarga mengingat penularan penyakit tersebut melalui pernapasan. Kata Kunci: PMO, TB paru, Keluarga PENDAHULUAN terbesar ketiga di dunia setelah India dan Latar Belakang China, dan dari perkiraan jumlah kasus Tuberkulosis (TB) masih merupakan baru penderita TB yang 583.000 sekitar masalah kesehatan diberbagai negara di 262.000 diantaranya adalah sumber dunia. Di Asia saat ini terdapat 4,5 juta penularan karena BTA positif. kasus TB dari 8 juta kasus yang diperkirakan terdapat di dunia, berarti Untuk kegiatan penanggulangan lebih dari 50%. Kasus terbanyak pada Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di India, Cina, Indonesia, Bangladesh, Indonesia telah dimulai sejak diadakan Pakistan, Philipina. (Arima, C, 1999). simposium pemberantasan TB Paru di Cilito pada tahun 1969. Namun sampai Indonesia menurut laporan WHO tahun sekarang perkembangannya belum 1999 merupakan penyumbang kasus TB 1 Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku 2 Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
  • 2. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007 menunjukkan hasil yang Penanggulangan penyakit TB Paru perlu menggembirakan. (Depkes, RI, 2002). ditangani dengan cara yang lebih baik agar tidak lagi menjadi masalah di Namun diakui bahwa terdapat kendala- Indonesia, terutama dari segi kendala dalam pelaksanaan program manajemen pengobatan seperti sejak 1969 ini, antara lain terbatasnya pengawasan keteraturan berobat, jangkauan program, tingginya angka (Departemen Kesehatan RI, 2002). drop aut dalam pengobatan karena Salah satu dari komponen DOTS adalah digunakan obat-obatan jangka panjang. panduan OAT jangka pendek dengan Kebanyakan penderita adalah mereka pengawasan langsung. Untuk menjamin dari kalangan pendidikan dan sosio- keteraturan pengobatan diperlukan ekonomi rendah. (Soenggoro Erwin P, seorang pengawas minum obat (PMO). 1999). Keluarga dapat dijadikan sebagai PMO, Menurut data Survei Kesehatan Rumah karena dikenal, dipercaya dan disetujui, Tangga (SKRT) tahun 1995, TB Paru baik oleh petugas kesehatan maupun merupakan penyebab kematian ketiga penderita, selain itu harus disegani, terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dihormati dan tinggal dekat dengan dan penyakit saluran pernapasan, dan penderita serta bersedia membantu merupakan nomor satu terbesar dalam penderita dengan sukarela, (Pengurus kelompok penyakit infeksi (Depkes, RI, Pusat Perkumpulan Pemberantasan 2002). Tuberkulosis Indonesia, 2000). Untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sebagai PMO keluarga dapat penyakit TB paru masih merupakan berpartisipasi langsung mengawasi masalah yang cukup serius. Dimana penderita TB Paru agar menelan obat tahun 2003 ditemukan 5.812 Penderita, secara teratur sampai selesai pada tahun 2004 sebanyak 1.842. pengobatan, memotivasi penderita agar penderita, dan pada tahun 2005 lalu mau berobat teratur serta mengingatkan sebanyak 768 penderita.TB Paru positif ( penderita untuk periksa ulang dahak 284 penderita tahun 2003,, 1.307 pada waktu-waktu yang telah ditentukan penderita tahun 2004, 701 penderita dan mewakili penderita mengambil obat. tahun 2005). Sedangkan pada wilayah kerja Puskesmas Baumata pada tahun Pengawasan minum obat bagi penderita 2003 terdapat suspek TB Paru sebanyak TB paru dengan DOTS di wilayah kerja 41 orang dengan BTA positif 6 penderita Puskesmas dulu, lebih banyak menjadi yang datang sendiri ke Puskesmas, 4 tanggung jawab pada petugas penderita diantaranya menjalani kesehatan. Namun kali ini tidaklah pengobatan tidak teratur dan pada efektif, dikarenakan penderita yang akhirnya tidak melanjutkan pengobatan bersangkutan umumnya tinggal di desa- sampai selesai (drop out), dan pada desa yang jauh dari jangkauan petugas tahun 2004 ditemukan suspek sebanyak (Daerah pulau-pulau). Disamping itu 54 orang dengan BTA positif 5 orang tidak tersedia transportasi dan dana yang berobat di Puskesmas, 4 penderita yang cukup untuk kegiatan pengawasan diantaranya menjalani pengobatan tidak minum obat. Dan ada penilaian sebagian teratur dan pada akhirnya tidak masyarakat yang hidup di desa tentang melanjutkan pengobatan sampai selesai, penyakit TB Paru adalah penyakit dan pada tahun 2005 ditemukan keturunan yang sulit disembuhkan, penderita sebanyak 9 penderita BTA sangat berpengaruh kepada proses positif dari 40 tersangka penderita yang pengobatan penderita. berobat di Puskesmas dan menjalani pengobatan lengkap sebanyak 9 Hal ini bila dibandingkan dengan hasil penderita (Puskesmas Baumata, 2003, penelitian yang dilakukan oleh Rusmani 2004, 2005). Asih di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. 2
  • 3. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru Doris Sylvanus Palangkaraya Tahun Melihat berbagai persoalan tersebut di 2002, menunjukkan bahwa sumbangan atas maka, penelitian tentang peran terbesar dari seluruh variabel terhadap keluarga dalam mendukung pengobatan kepatuhan minum obat, ada pada penderita TB Paru di wilayah kerja dukungan keluarga dibandingkan Puskesmas Baumata menjadi sangat dengan faktor lainnya. Artinya disamping penting untuk dilakukan. faktor petugas medis, pasien, obatnya dan teknik serta cara pengobatan, maka Rumusan masalah yang dikaji dalam peran pengawasan dalam hal ini penulisan ini bagaimanakah peran keluarga sangat penting untuk keluarga sebagai Pengawas Minum Obat membantu kelancaran pasien dalam (PMO) dalam bentuk partisipasi, motivasi menjalani terapinya. Bagaimanapun serta nilai dalam keluarga untuk pentingnya pengobatan, faktor keluarga mendukung proses serta keberhasilan sebagai pengawas akan lebih efisien dan pengobatan dan kesembuhan penderita efektif jika dibandingkan pengawasan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas yang sangat terbatas oleh petugas medis Baumata kecamatan Taebenu, ataupun kader dilingkungannya. Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menurut Noviadi, 1999 (dalam Rusmani Asih, 2002), peran keluarga yang dapat Adapun tujuan umum dari penelitian ini dilakukan adalah pengawasan menelan adalah mengkaji tentang peran keluarga obat, pengawasan penampungan dahak, sebagai pengawas minum obat (PMO) membantu membersihkan alat-alat dalam mendukung proses pengobatan makan dan minum penderita, menepati penderita TB Paru di Wilayah Kerja jadwal kontrol. Sementara jika hubungan Puskesmas Baumata Kecamatan emosional dengan dokter atau perawat Taebenu Kabupaten Kupan dan tujuan kurang bagus, misalnya; kurang ramah, khususnya adalah 1). mengetahui kaku, kelihatan marah, kurang dekat, tentang partisipasi keluarga pada proses maka peran keluarga dapat memberikan pengobatan penderita TB Paru di motivasi agar penderita dapat terjalin wilayah kerja Puskesmas Baumata hubungan emosional yang baik dengan 2).mengetahui dukungan tentang petugas kesehatan (Perawat dan motivasi yang diberikan pada proses Dokter). pengobatan penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Baumata Penderita TB Paru yang teratur 3).Mengetahui tentang nilai yang melakukan pengobatan disamping mendukung pada proses pengobatan karena adanya kesadaran dari penderita penderita TB Paru di wilayah kerja untuk lepas dari penyakitnya juga Puskesmas Baumata . didukung oleh karena adanya peran dari keluarga sebagai pengawas minum obat Tinjauan Umum Tentang Peran yang selalu mengontrol pengobatan Posisi seseorang dalam masyarakat penderita TB Paru. dimana pe laku yang diharapkan dari padanya tidak berdiri sendiri, melainkan Anggota keluarga sebagai pengawas selalu berada dalam kaitan dengan minum obat cukup efektif dan efisien adanya orang lain yang berhubungan dalam memaksimalkan peran dan fungsi dengan orang atau aktor tersebut. Teori PMO karena tidak mengedepankan peran, (Sarwono, S, W, 2003). Teori reward berupa materi sebagai imbalan peran dibagi dalam empat golongan jasa tetapi dimotivasi oleh kedekatan istilah menurut Biddle dan Thomas, yaitu keluarga yang disadari oleh pengabdian (a) Orang-orang yang mengambil bagian yang tulus, iklas, sabar, dan tanggung dalam interaksi sosial; (b) Perilaku yang jawab sebagai implementasi nilai muncul dalam interaksi tersebut; (c) keyakinan. 3
  • 4. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007 Kedudukan orang-orang dalam perilaku; terlibat dalam interaksi dengan lebih dari (d) Kaitan antara orang dan perilaku. satu kelompok maka masing-masing pun memiliki peran dan status berganda dan Orang yang sedang berperilaku menuruti tidak jarang terjadi konflik peran dalam suatu peran tertentu disebut sebagai keadaan. aktor atau pelaku, sedangkan orang yang mempunyai hubungan dengan Untuk mempertahankan eksistensinya aktor atau pelaku dan perilakunya sebagai mahluk sosial, manusia perlu disebut sebagai target (sasaran) atau berada bersama orang lain dan orang lain (other). Dengan demikian mengadakan interaksi sosial di dalam target berperan sebagai pasangan kelompoknya. Kelompok yang terkecil (partner) bagi aktor. Hal ini nampak tetapi yang paling dekat dengan misalnya pada hubungan ibu – anak, kehidupan individu ialah keluarga yang suami – istri atau kepala keluarga – berupa keluarga batih (nuclear family) anggota keluarga. maupun keluarga luas ( extended family) yang merupakan gabungan dari Harapan tentang peran adalah harapan- beberapa keluarga batih. harapan orang lain tentang perilaku yang pantas, yang seyogianya ditujukan oleh Agar kehidupan dikelompok dapat seseorang yang mempunyai peran berjalan dengan baik sdan lancar maka tertentu. Contoh orang sebagai individu seringkali individu harus mengubah atau dalam kondisi sakit dan berpenyakit menyesuaikan keinginan pribadinya mempunyai harapan tertentu terhadap dengan norma dan tuntutan kelompok. perilaku yang pantas dari orang yang Salah satu aspek yang turut menentukan ada disekitarnya. perilaku individu yang bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun bersifat aktif Peran adalah seperangkat tingkat yang (melakukan tindakan), (Anderson Foster, diharapkan dimiliki oleh orang yang 1986). berkedudukan dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Tinjauan Umum Tentang Partisipasi Kedudukan atau Posisi ialah suatu Pengertian partisipasi dalam arti sempit tingkatan dalam suatu sistem pelapisan yaitu sebuah keikutsertaan, keterlibatan sosial yang diakui oleh masyarakat. atau peran serta yang sifatnya sebagai Misalnya “pria dewasa”, menunjukkan pelengkap. Namun sebenarnya suatu kategori dalam sistem partisipasi adalah suatu proses penggolongan usia dan jenis kelamin. pembelajaran dalam sebuah skenario (Sarwono Solita, 2004). perencanaan. Dimana pihak yang berpartisipasi belajar secara bertahap Peran menurut Solita Sarwono adalah dengan menggunakan kemampuan diri suatu pola tingkah laku, kepercayaan, sendiri untuk peningkatan derajat nilai, sikap, yang diharapkan oleh kesehatannya ( Silwana, 2004). masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan pemegang kedudukan. Jadi Selain itu pengertian partisipasi sebagai peran menggambarkan perilaku yang kewajiban adalah keterlibatan pihak lain, seharusnya diperlihatkan oleh individu yang wajib ikut serta, wajib mendukung, pemegang peran tersebut dalam situasi wajib terlibat dan wajib memberi yang umum. kontribusi dalam suatu proses pengambilan keputusan terhadap suatu Lebih lanjut dikemukakan bahwa kegiatan. Partisipasi sebagai hak dan karakteristik peran ini seringkali berbeda, kewajiban mengandung tiga hal dalam tergantung dari budaya dan faktor-faktor suatu proses partisipasi itu yaitu : 1). sosial ekonomis lainnya. Oleh karena Interaksi; 2). Pengambilan keputusan; 3). biasanya setiap individu/kelompok yang 4
  • 5. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru Kesederajatan kekuasaan ( sharing of Soetrisno menggambarkan berbagai power). derajat partisipasi masyarakat mulai dari sekedar menikmati hasil (kegiatan Interaksi terjadi antara yang mengajak pembangunan) sampai dalam kegiatan berpartisipasi dan yang diajak perencanaan, hal ini erat kaitannya berpartisipasi, dala suatu proses dengan kualitas partisipasi mulai dari pengambilan keputusan yang kualitas yang paling rendah, yaitu mempunyai akibat bagi kedua belah partisipasi karena mendapat perintah pihak. sampai ketingkat yang paling tinggi yaitu partisipasi yang disertai dengan kreasi Disamping itu proses interaksi harus atau daya cipta. berjalan diantara kedua belah pihak yang berada dalam keadaan sederajat. Tinjauan Umum Tentang Motivasi Partisipasi juga harus mengandung Motivasi berasal dari bahasa Latin konsekuensi kesediaan berbagai Movere yang berarti mendorong atau kekuasaan antara yang mengajak dan menggerakkan. Motivasi yang yang diajak berpartisipasi. mendorong seseorang untuk berperilaku beraktivitas dalam mencapai tujuan. Menurut Koencaraninggrat, 1974 (Institut Motivasi sama dengan kebuituhan, Pertanian Bogor, 1992) membagi biasanya munculnya berurut n1, n2, n3, partisipasi masyarakat menjadi dua jenis n4 dan seterusnya. Dalam satu hari yang yaitu: patisipasi semu dan partisipasi juga sama terhadap munculnya m1, m2, murni. Partisipasi semu merupakan m3, m4, dan seterusnya bila terjadi peran serta masyarakat dala suatu overlapping atau tumpang tindih. Namun kegiatan adalah proyek pembangunan proses terjadinya motivasi karena yang sifatnya mengikuti rumusan dari adanya kebutuhan seseorang yang atas, sementara atau hanya berlangsung harus segera dipenuhi untuk segera pada saat suatu proyek dilaksanakan. beraktifitas untuk mencapai tujuan Partisipasi semacam ini bergantung sehingga dapat dikatakan bahwa pada ada tidaknya proyek atau program motivasi sebagai motor penggerak maka yang diselenggarakan oleh pihak bahan bakarnya adalah kebutuhan pemerintah. (need) itu tadi. Sedangkan partisipasi murni merupakan Motivasi mempunyai karakteristik: 1). keterlibatan masyarakat yang dilakukan Sebagai hasil dari kebutuhan, 2). atas dasar kemauan masyarakat sendiri Terarah kepada suatu tujuan, 3). tanpa perintah atau paksaan dari pihak Menopang perilaku. Motivasi dapat yang dipandang sebagai atasan. Untuk dijadikan sebagai dasar penafsiran, melahirkan dan menumbuhkan penjelasan, dan penaksiran perilaku. partisipasi murni ini diperlukan kondisi Motif timbul karena adanya kebutuhan masyarakat yang benar-benar yang mendorong individu untuk memahami secara sadar akan manfaat melakukan tindakan yang terarah suatu program. kepada pencapaian suatu tujuan. Namun dalam kenyataannya motivasi itu Partisipasi murni juga biasanya muncul merupakan suatu proses yang kompleks karena masyarakat turut merancang sesuai dengan kompleksnya kondisi bangun program yang sesuai dengan perilaku manusia dengan segala aspek- kebutuhannya. Partisipasi murni inipun aspek yang terkait baik eksternal dapat tumbuh apabila selama maupun internal. pelaksanaannya diperkaya dengan suatu proses penyadaran yang dikenal dengan Motivasi adalah kekuatan yang proses sosialisasi, (Jacob Azrul Agoes T, mendorong seseorang yang 1996). menimbulkan dan mengarahkan 5
  • 6. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007 perilakunya dalam menyelesaikan hal-hal yang penting atau berguna bagi tanggung jawab pekerjaannya. Secara kemanusiaan. Nilai adalah sesuatu yang garis besar, motivasi dikelompokkan abstrak mengenai sesuatu yang menjadi dua kategori, yaitu : 1). Teori dipercayai bersama. Nilai dalam Kepuasan; 2). Teori Proses. Teori keluarga mungkin berupa hak anggota Kepuasan, antara lain dikemukakan oleh mengenai privacy, rahasia perkawinan, Maslow, Herzer dan MC Celland. Teori kerja keras atau kasih sayang terhadap Proses, antara lain dikemukakan oleh anak. (Anderson, Foster, 1986). Vroom. (Gibson,et al, 1982 dalam Munir Baderel, 2001). Kepercayaan tentang apa yang dianggap baik/benar dan apa yang tidak baik/salah Teori Maslow, yang lebih dikenal disebut nilai (Sarwono, Solita. 2004). sebagai teori hierarki kebutuhan. Adanya Nilai sosial mencerminkan budaya suatu tingkat-tingkat kebutuhan yang masyarakat dan berlaku bagi sebagian mempengaruhi motivasi seseorang yang besar anggota masyarakat penganut tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat kebudayaan tersebut. kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis dan yang paling Seringkali suatu kepercayaan tumbuh tinggi adalah kebutuhan akualisasi diri. dan berkembang dalam masyarakat dimana anggota-anggotanya mempunayi Pada dasarnya usaha seseorang dalam kepentingan dan tujuan yang sama. menggerakkan, mengarahkan daya dan Tidak jarang pula kepercayaan kelompok potensinya ditentukan oleh kekuatan ini (group belief) ditumbuhkan oleh pihak tingkat kebutuhannya sebagai tingkat yang berwenang atau pemimpin motivasinya dan alat perangsang atau masyarakat yang disebar luaskan motivatornya. Kekuatan motivasi keanggota masyarakat yang lainnya. cenderung berkurang, manakala kebutuhannya telah terpenuhi. Dengan Jika seorang individu menerima suatu demikian kedudukan kebutuhan tersebut nilai tertentu, dia dapat menjadikannya dalam berkompetisi dengan kebutuhan sebagai tujuan hidupnya (Krech et al, lainnya berubah menjadi rendah 1962 dalam Sarwono S. 2004). Guna tingkatnya. mengatur perilaku individu dalam kelompok/keluarga agar sesuai dengan Alat perangsang atau motivator adalah nilai-nilai yang berlaku, dibuatlah norma- hal-hal yang menyebabkan seseorang norma tertentu, yang berupa peraturan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini yang disetujui oleh anggota masyarakat, dapat berupa rangsangan yang nyata yang menguraikan secara rinci tentang diwujudkan kedalam bentuk kualitatif dan perilaku yang harus atau justru tidak yang bersifat semu yang tidak mudah boleh dilakukan dalam suatu keadaan diwujudkan. Ciri perangsang yang semu atau kedudukan tertentu. Norma sosial atau tidak nyata ini sifatnya sebagian kadang-kadang juga mencakup jenis atau seluruhnya tidak disadari adanya. sangsi atau imbalan yang akan diberikan kepada mereka yang melanggar atau Sebagian besar alat perangsang yang mematuhi peraturan tersebut (Krech et bersifat nyata itu terdiri atas kebutuhan al, 1962 dalam Sarwono S, 2004). primer atau kebutuhan fisiologis (makan, tempat tinggal, pakaian, sex). Kebutuhan Nilai-nilai budaya terdiri dari konsepsi- lain yang bersifat semu dapat dipandang konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagai kebutuhan sekunder. sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap Tinjauan Umum Tentang Nilai mulai (Koentjaraningrat, 1987), menjadi Pengertian nilai dalam kamus besar orientasi dan rujukan dalam bertindak, bahasan Indonesia berarti sifat-sifat atau karena itu mempengruhi seseorang 6
  • 7. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru dalam menentukan alternatif, cara-cara, Daya penularan dari seorang penderita alat-alat, dan tujuan perbuatan yang ditentukan oleh banyaknya kuman yang tersedia. dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, Norma sosial ini digunakan sebagai makin menular penderita tersebut. Bila mekanisme kontrol perilaku individu hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak dalam kelompok atau masyarakat. terlihat kuman), maka penderita tersebut Berdasarkan norma itu dibuatlah hukum dianggap tidak menular. Kemungkinan adat yang merealisasikan penerapan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh norma dan pelestariannya. Meskipun konsentrasi droplet dalam udara dan terjadi modernisasi, norma lama akan lamanya menghirup udara tersebut. tetap dapat diterima sepanjang norma itu ( Arifin N, 1990). memiliki keluwesan dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan Risiko penularan setiap tahun (Annual kondisi yang selalu berubah dab Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di berkembang. (Widjaja, 1986 dalam Indonesia di anggap cukup tinggi dan Sarwono S, 2004) bervariasi antara 1-3%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap Tinjauan Umum Tentang Penyakit tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang Tuberkulosis, Epidemiologi Dan akan terinfeksi. Sebagian besar dari Pengobatan Penderita Tuberkulosis. orang yang terinfeksi tidak akan menjadi Tuberkulosis adalah penyakit menular penderita TB, hanya sekitar 10% dari langsung yang disebabkan oleh kuman yang terinfeksi yang akan menjadi TB (Mycobacterium tuberkulosis) penderita TB. sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ Dari keterangan tersebut di atas, dapat tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk diperkirakan bahwa pada daerah dengan batang, mempunyai sifat khusus yaitu ARTI 1%, maka diantara 100.000 tahan terhadap asam terhadap penduduk rata-rata terjadi 100 penderita pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula tuberkulosis setiap tahun, dimana 50 sebagai basil Tahan Asam (BTA). penderita adalah BTA positif. Faktor Kuman TB cepat mati dengan sinar yang mempengaruhi seseorang menjadi matahari langsung, tetapi dapat bertahan penderita TB adalah daya tahan tubuh hidup beberapa jam di tempat yang yang rendah, diantaranya karena gizi gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh buruk atau HIV/AIDS. kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Penderita TB Paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA Sumber penularan adalah penderita TB Negatif) masih bisa mengalami batuk BTA positif. Pada waktu batuk atau darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan bersin, penderita menyebarkan kuman dengan kasus sembuh. Pada kasus ke udara dalam bentuk droplet (percikan seperti ini, pengobatan dengan OAT dahak). Droplet yang mengandung tidak diperlukan, tapi cukup diberikan kuman dapat bertahan di udara pada pengobatan simtomatis. Bila pendarahan suhu kamar selama beberapa jam. berat, penderita harus dirujuk ke unit Orang dapat terinfeksi kalau droplet spesialistik. ( Bing K Siti S, 1990). tersebut terhidup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB tersebut Tanpa pengobatan, setelah lima tahun dapat menyebar dari paru ke bagian 50% dari penderita TB akan meninggal, tubuh lainnya, melalui sistem peredaran 25% akan sembuh sendiri dengan daya darah, sistem saluran limfe, saluran tahan tubuh tinggi, dan 25% sebagai nafas, atau penyebaran langsung ke kasus kronik yang tetap menular bagian-bagian tubuh lainnya. 7
  • 8. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007 (Pedoman Nasional Penanggulangan dunia, sesudah negara India dan Cina Tuberkulosis, 2002). (DepKes RI, 2002). Gejala utama batuk terus menerus dan Di India, insidens BTA sediaan langsung berdahak selama 3 (tiga) minggu atau positif sebanyak 805.000 orang, lebih. Di tambah dengan gejala lain yang sedangkan insidens seluruh kasus sering dijumpai; dahak bercampur darah, sebanyak 1.799.000 orang, prevalensi batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri BTA sediaan langsung positif sebanyak dada, badan lemas, nafsu makan 2.181.000 orang dan prevalensi seluruh menuru, berat badan turun, rasa kurang kasus sebanyak 4.854.000 orang; enak badan (malaise), berkeringat insidens seluruh kasus sebanyak malam walaupun tanpa kegiatan, demam 1.402.000 orang; prevalensi BTA meriang lebih dari sebulan. Gejala-gejala sediaan langsung positif sebanyak tambahan tersebut di atas harus 1.132.000 orang; prevalensi seluruh dianggap sebagai seorang “suspek kasus sebanyak 2.721.000 orang. tuberkulosis” atau tersangka penderita (DepKes RI, 2000) TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam Pengobatan tuberkulosis yang efektif jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 diperkenalkan sejak tahun 1950-an dan bulan, supaya semua kuman (termasuk tahun 1960-an, menimbulkan harapan kuman persiter) dapat dibunuh. Dosis bahwa penyakit tuberkulosis dapat tanpa intensif dan dosis tahap lanjutan segera dibasmi.Sementara pengurangan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya insidens secara dramatic telah dicapai pada saat perut kosong. Apabila paduan oleh banyak negara industri, tapi obat yang digunakan tidak adekuat penyakit tuberkulosis masih merupakan (jenis, dosis dan jangka waktu penyebab utama kematian di dunia. pengobatan), kuman TB akan Diperkirakan dua sampai tiga juta berkembang menjadi kuman kebal obat penderita yang meninggal setiap tahun (resisten). Untuk menjamin kepatuhan dan 8,8 juta kasus baru setiap tahun penderita menelan obat, pengobatan atau lebih dari 1000 kasus baru perlu dilakukan dengan pengawasan tuberkulosis setiap jam dan 52.000 langsung (DOT = Directly Observed kematian tuberkulosis setiap minggu Treatment) oleh seorang Pengawas berarti lebih dari 7.000 kematian setiap Menelan Obat (PMO). hari, (WHO, 1995 dan 1997). Lebih dari 40% kasus terdapat di Asia Tenggara, METODE dimana Indonesia menyumbang 11,2% Jenis Penelitian dari seluruh jumlah kasustersebut, Jenis atau rancang bangun penelitian ini (WHO, 1995) dan India diperkirakan adalah penelitian deskriptif dengan mencakup 52,9% (WHO,1995). pendekatan kualitatif, yaitu jenis Sedangkan penderita tuberkulosis di penelitian yang bertujuan untuk wilayah WHO lainnya adalah wilayah mengambarkan, meringkaskan peran Afrika (African region) sebesar 17,3%; keluarga sebagai pengawas minum obat wilayah Amerika (American region) (PMO) yang turut mendukung proses sebesar 6,6%; wilayah Pasifik Barat keberhasilan pengobatan penderita TB (Western Pasific) sebesar 22,6%; Paru terutama tentang peran keluarga wilayah Eropa (European region) kemudian ditarik kesimpulan sebagai sebesar 5,2% dan wilayah Timur Tengah gambaran tentang kondisi yang (Western Mediteranea) sebesar 7,2%. mendukung keberhasilan dan Indonesia adalah negara nomor tiga kesembuhan penderita TB Paru, terbesar kasus penderita tuberkulosis di (Bungin, 2001). 8
  • 9. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru Lokasi dan waktu Penelitian Karakteristik Informan Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Informan dalam penelitian ini adalah Puskesmas Baumata.. Penelitian keluarga yang turut berperan sebagai dilakukan selama 3 bulan mulai bulan Pengawas Minum Obat (PMO) yang Oktober – Desember tahun 2006 turut mendukung dalam proses pengobatan dan kesembuhan penderita Populasi TB Paru, bersedia menjadi informan Populasi dalam penelitian ini adalah informan, berdomisili di wilayah kerja semua keluarga penderita TB Paru yang puskesmas Baumata, mempunyai turut berperan dalam mendukung proses anggota keluarga yang menderita TB keberhasilan pengobatan penderita TB Paru dan pernah berobat di Puskesmas Paru. Teknik sampling yang digunakan Baumata. Jumlah informan dalam adalah purposive sampling . penelitian ini adalah 25 orang informan yang terdiri dari orang tua (ayah dan ibu Teknik pengumpulan data dan penderita), saudara (kakak dan adek instrument penelitian penderita), sepupu, tante, ipar istri, anak Data primer dikumpulkan melalui serta menantu penderita. Adapun tingkat wawancara mendalam kepada para pendidikan informan juga bervariasi yaitu responden. Instrumen yang digunakan Perguruan Tinggi (1 orang), DIII (2 adalah pedoman wawancara mendalam, orang), SLTA(9 orang), SMP (3 orang), tape recorder dan catatan lapangan (field SD (10 orang). Mata pencaharian note). informan meliputi ibu rumah tangga (15 orang), petani (1 orang), bidan (1 orang), HASIL perawat (1 orang), PNS ( 3 orang) Gambaran Umum Lokasi Penelitian wiraswasta, (2 orang) dan mahasiswa (1 PuskesmasBaumata merupakan salah orang). satu fasilitas kesehatan yang terletak di Kecamatan Taebenu. Luas wilayah Agama yang di anut sebagian besar kerjanya 57,83 km2 yang meliputi enam agama Kristen Protestan (21 orang) dan desa yaitu Desa Baumata Pusat, agama Kristen Katolik (4 orang), Baumata Timur, Baumata Barat, sedangkan agama Islam, Hindu dan Kuaklalo, Oeletsala, dan Oeltua. Budha tidak ada. Hubungan informan dengan penderita adalah 9 informan Jumlah penduduk di wilayah kerja adalah orang tua penderita, 3 informan puskesmas Baumata berjumlah 9810 adalah anak penderita, 4 informan jiwa dengan rincian jumlah penduduk adalah saudara penderita, 3 informan laki-laki 5236 jiwa, perempuan 4574 jiwa. adalah sepupu penderita, 1 informan Berdasarkan karakteristik pekerjaan adalah ipar penderita, 2 informan adalah sebagian besar penduduk (4117) istri penderita, 2 informan adalah tante mempunyai pekerjaan sebagai petani, penderita dan 1 informan adalah tidak bekerja sebanyak 3870, PNS menantu penderita. sebanyak 984 kemudian disusul wiraswasta sebanyak 496. Selain itu Partisipasi Keluarga Dalam pada umumnya 3870. Tingkat Mendukung Proses Pengobatan pendidikan penduduk lebih banyak Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja tammat SD sebanyak 5027 (51,24%), Puskesmas Baumata. kemudian disusul tammat SMP 1576 Dalam upaya pencarian pengobatan (16,16%), kemudian menyusul tammat beberapa keluarga sudah dapat SMA sebanyak 1428 (14,65%) dan yang menunjukkan partisipasi langsung untuk paling sedikit adalah tammat PT merujuk penderita ke Fasilitas kesehatan sebanyak 356 (3,63%) orang. (Laporan (puskesmas dan rumah sakit), atas Tahunan dan Stratifikasi Puskesmas dugaan penularan dari anggota keluarga Baumata 2005 ) lain atau tetangga yang pernah 9
  • 10. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007 menderita penyakit. Seperti yang Puskesmas Baumata menyarankan diungkapkan informan berikut ini : untuk langsung ke rumah sakit umum “karena sering babatu, keluar darah, dan tahu penyakitnya dan minta obat”. badan kurus, kurang makan, sonde ….(RO, 41 tahun dan EH 37 tahun). bisa tidor lalu katong putuskan untuk bawa dia ke Puskesmas Baumata Selain itu ada juga keluarga yang tidak dulu, sebab pernah katong pung menunjukkan partisipasi secara keluarga ada dapat penyakit ini”.(MS, langsung dalam upaya mencari 43 tahun). pengobatan, namun hanya menyarankan “katong bawa dia ke Rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan di untuk berobat….. (MR, 31 tahun). Puskesmas Baumata. Seperti yang diungkapkan informan berikut : Ada juga upaya pencarian pengobatan “Katong hanya suruh dia pii pareksa di dari keluarga yang dapat menunjukkan Puskesmas Baumata karena dia batuk partisipasi langsung untuk membawa dan keluar darah, malam-malam penderita ke puskesmas karena mereka sonde tidor dan makan kurang”. …. merasa takut dan mereka tidak tahu itu (ST, 61 tahun dan OA 45 tahun, MY, penyakit. Seperti yang diungkapkan oleh 35 tahun). informan berikut : “Dia batuk darah teros , trus katong “katong sudah takut, karena katong suruh dia pii periksa di Puskesmas sonde tau bahwa itu penyakit TBC, Baumata”. (FD, 23 tahun). katong piker bahwa itu penyakit guna- Untuk menunjang pemeriksaan guna, trus katong bawa dia ke penderita di laboratorium maupun Puskesmas Baumata dan minta pengambilan sample sputum di rumah rujukan ke rumah sakit umum, dan ibu dan puskesmas keluarga juga dapat bidan bilang periksa dahaknya dulu 3 menunjukkan partisipasi langsung. kali”.(SPR, 30 tahun). Seperti yang diungkapkan oleh “…panasnya sudah lebih dari 5 hari, informan berikut: trus kita bawa ke Puskesmas “Kaseh dia banyak minum dan suru Baumata, trus periksa darahnya bajalan serta mengencerkan batuk negative, trus katong bilang karomana dalam untuk kaseh keluar dahak”. kalau begitu, akhirnya katong bawa ke (MK,36 tahun). dokter dan dokter sarankan ke rumah sakit periksa dahak dan darah sekalian Dan keluarga lain dapat menunjukkan ronsgen”.(BL, 37 tahun). partisipasi namun urang membantu Informan lainnya menunjukkan pemeriksaan karena hanya dengan partisipasi dengan mengantar penderita memberikan botol untuk menampung ke petugas kesehatan terdekat dan sputum yang di dahului dengan selanjutnya atas anjuran petugas pemberian minum dengan harapan kesehatan dianjurkan untuk periksa penderita bias batuk dan mengeluarkan laboratorium di Puskesmas atau rumah lender, Seperti yang diungkapkan sakit, seperti yang diungkapkan oleh informan berikut: informan berikut ini: “ kaseh dia botol tetapi sebelumnya beli “ katong sepakat bawa ke pamantri air aqua untuk minum supaya bias karena katong liat dia setiap malam batuk kasih keluar lender”.(LB,20 batuk, bakaringat malam kaya’ orang tahun). olah raga, makan harus dipaksa dan dari pamantri katong disuruh untuk Ada juga keluarga yang tidak pariksa di puskesmas”. (DK, 32 tahun). berpartisipasi dalam upaya pemeriksaan “waktu ada gejala ada perawat dari penderita di puskesmas karena merasa Puskesmas Baumata kasih saran, jadi penderita sendiri dapat melakukannya. kitong ikut sudah bawa ke Puskesmas Seperti yang diungkapkan informan Baumata untuk periksa tapi di berikut: 10
  • 11. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru “ Dia sendiri yang tau untuk kaseh dilakukan oleh keluarga. Lebih lanjut keluar lender, dan disuruh tiga kali keluarga diajak untuk berpartisipasi oleh petugas di laboratorium”.(MB,30 penuh dalam pengobatan penderita tahun). berupa; pengaturan menu makan, minum, pola istrahat, perawatan diri Selanjutnya dalam menjalani penderita, pengambilan obat dan mampu pengobatan jangka panjang keluarga merujuk penderita bila ada gejala efek berpartisipasi dengan memenuhi samping obat yang berat. kebutuhan penderita, terus mengingatkan dan memberi obat untuk Motivasi Keluarga Dalam Mendukung diminum setiap malam, sekaligus Proses Pengobatan Penderita TB Paru menunjukkan upaya pencegahan Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata penularan penyakit dan pengambilan Motivasi yang diberikan keluarga kepada obat di puskesmas. Seperti yang penderita dalam melihat efek samping diungkapkan informan berikut : penggunaan obat dan perubahan ang “ ator dia pung makan, kaseh pisah dirasakan selama menjalani pengobatan piring, sendok, dan gelas dari yang seperti memberi dorongan dengan lain punya, kaseh dia tidor sendiri di menjelaskan perubahan akibat minum kamar, kaseh ingat dia untuk minum obat dan memenuhi kebutuhan sehari- obat di setiap malam, dan kasih obat hari serta meyakinkan penderita tentang ke dia untuk minum malam baru dia khasiat obat itu. Seperti yang tidor, supaya jangan obat habis diungkapkan informan berikut: katong pi ambil tambah kalo tinggal “ Kalo buang air kecil warna merah itu satu kali minum”.(SK,38 tahun dan tidak berbahaya, malahan bagus, PN, 28 tahun). jangan takut”.(RO, 41 tahun dan MR 31 tahun). Selain keluarga tersebut, ada juga “ Kasih ingat dia kalau laen-laen waktu keluarga yang berpartisipasi dalam minum obat, itu sonde apa-apa, nanti pengobatan jangka panjang hanya juga hilang kalau sudah minum dengan mengingatkan penderita untuk beberapa hari dan kalo rasa berat, minum obat dan menemani pengambilan cepat katong ke puskesmas”.(MS, 43 obat di pukesmas untuk persediaan tahun, AM, 31 tahun dan FD, 23 berikutnya. Seperti yang diungkapkan tahun). “Kasih apa yang dia informan berikut: butuhkan sehari-hari yang penting “ Kasih ingat dia minum obat, kasih tidak melanggar anjuran kesehatan’. ingat pi ambil obat bila sudah mau (SPR, 30 tahun).. habis”.(SN, 47 tahun). “ Kasih ingat dia coba rasa-rasa setiap Dan ada juga keluarga yang tidak hari minum obat pasti sakit mulai berpartisipasi secara baik dalam berkurang dan kalau terus minum pengobatan penderita, yaitu hanya obat pasti bias sembuh”.(ST,61 tahun mengingatkan saja untuk minum obat dan EH, 37 tahun). dengan teratur. Seperti yang diungkapkan informan berikut: Selain itu ada juga keluarga yang “ kaseh ingat saja dia minum obat memberikan motivasi kepada penderita setiap hari”.(AB, 40 tahun). secara pasif dalam menghadapi efek samping akibat minum obat. Seperti Menurut informan kunci, pemberian yang diungkapkan informan berikut : pengetahuan kepada keluarga ketika “ Katong Cuma kasi ingat saja bahwa pertama kali menemani penderita berupa kalau ada rasa laen-laen waktu minum penyuluhan tentang proses penyakit TB obat cepat kasih tau supaya ke Paru, pemeriksaan yang harus dijalani puskesmas”.(DK,32 tahun dan BL 37 penderita dan pengobatan penderita tahun) serta upaya pencegahan yang dapat 11
  • 12. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007 Untuk menjalani pengobatan jangka katong yakin dia minum terus”.(SK, panjang, keluarga memberikan motivasi 38 tahun dan LN 40 tahun). kepada penderita secara aktif lewat Menurut informan kunci, keluarga yang perkataan dan perbuatan langsung menemani penderita pertama kali ke setiap hari. Seperti yang diungkapkan puskesmas dan tiap satu sampai dua informan berikut: minggu sekali dating ke puskesmas “ Katong sering bicara bahwa yang sakit untuk mengambil obat penderita.Sering tentang pengobatan penyakitnya diajarkan untuk mampu memberikan bahwa obat itu bagus di samping motivasi kepada penderita lewat sonde bayar, jadi harus minum terus perkataan dan perbuatan yang positif menerus sesuai anjuran petugas agar penderita menjadi yakin dan kesehatan, supaya cepat sembuh”. percaya diri untuk tetap menjalani (AN, 36 tahun, DN,38 tahun dan OA 45 pengobatan hingga selesai. tahun). “ Tetap mengingatkan tiap malam Nilai Keluarga Dalam Mendukung sesudah makan, dan supaya sonde Proses Pengobatan Penderita TB Paru susah menelan kadang katong kasih Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata hancur dulu baru kasih minum”.(GM, Dalam kaitannya dengan sakit yang 43 tahun). dirasakan penderita, nilai interaksi sosial dalam keluarga tetap terjalin karena Namun ada juga keluarga yang tidak keluarga juga ikut merasakan sakit memberi motivasi kepada penderita bersama penderita sehingga tidak selama menjalani pengobatan. Seperti membatasi hubungan sehari-hari, namun yang diungkapkan oleh informan berikut: ada pembatasan jarak anak-anak “Biasanya katong Tanya sama dia,apa dengan penderita disertai penjelasan sudah minum obat apa belom, kalau tentang hal ini kepada penderita. Seperti belom, dan kasih tau bahwa obat ini yang diungkapkan informan berikut: jangan lupa diminum, nanti lama baru “Sebagai keluarga katong merasa sembuh penyakitnya”. (EH, 36 tahun samua sakit sehingga sonde dan MK, 36 tahun). mengganggu katong pung hubungan dengan yang sakit dalam kehidupan Dan untuk pengobatan atau pengawasan sehari-hari”.(MB, 30 tahun dan SK 38 minum obat, keluarga memastikan tahun). langsung penderita sudah minum obat “ Katong semakin saling Bantu dalam tiap hari dan memberikan motivasi memenuhi kebutuhannya tapi jaga kepadanya setelah menghitung kemasan anak-anak kecil supaya jangan terlalu yang sudah kosong. Seperti yang atau sering dekat dengan yang sakit diungkapkan oleh informan berikut: dan katong kasih tau sama dia, ini “ Stiap hari katong biasa lia dia minum Cuma sementara saja supaya jangan langsung dan biasanya dihitung dia anak-anak sakit”. (PN,28 tahun dan pung bungkus yang sudah kosong, FN, 29 tahun). tarus juga Tanya sudah rasa ringankah atao belom dan kasih Ada perasaan cemas dari keluarga semangat untuk tetap minum obat sehubungan sakit mengganggu kondisi sampe sembuh”.(LB, 20 tahun). penderita dan semakin menjaga jarak dengan penderita karena takut penyakit Tetapi ada juga keluarga yang kadang- berbahaya. Seperti yang diungkapkan kadang baru melakukan pengawasan informan berikut: minum obat dan tidak memberi motivasi. “Katong cemas dan sedih kalau dia Seperti yang diungkapkan informan babatu” malam-malam tarus untuk berikut: jaga supaya jangan semua sakit, “ Biasanya skali-skali baru katong cek katong juga jaga jarak dengannya sudah berapa yang habis dan karena katong takut penyakitnya ini, 12
  • 13. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru berbahaya bagi katong pung diri”.(RO, adalah keterlibatan pihak lain, yang wajib 41 tahun, MS, 43 tahun, AM 31 tahun ikut serta, mendukung, terlibat dan dan FD, 23 tahun). memberi kontribusi dalam suatu proses pengambilan keputusan terhadap suatu Terhadap penyakit yang diderita oleh kegiatan (Silwana, 2004). salah satu anggota keluarga keluarga tidak merasa adanya perubahan nilai Sejalan dengan bentuk partisipasi yang social budaya karena diyakini bahwa dilakukan keluarga penderita Wibisana, penyakit ini akibat proses penularan 1989 (dalam Habibah, ST, 2004), penyakit dari orang lain dan pengertian mengemukan bahwa partisipasi diartikan diberikan kepada penderita untuk sebagai keikutsertaan, keterlibatan, dan mengikuti aturan pengobatan dan untuk kebersamaan anggota masyarakat mencegah penularan kepada orang lain : (keluarga), dalam suatu kegiatan Seperti yang diungkapkan informan tertentu, baik secara langsung maupun berikut: tidak langsung, sejak dari gagasan “Tadinya katong percaya penyakit ini sampai dengan pengambilan keputusan. karena orang bikin yang sonde senang dengan katong, tapi katong Lebih lanjut dijelaskan bahwa partisipasi berdoa saja, dan setelah ke secara langsung berarti anggota puskesmas katong yakin bahwa ini mayarakat (keluarga) tersebut ikut akibat penyakit dari katong pung memberikan bantuan tenaga, keuangan, keluarga atau tetangga yang pernah pikiran dan material yang diperlukan. sakit ini….katong kasih pengertian Begitu pula menurut Koentjaraningrat buat yang sakit tentang hal-hal yang (1978), bahwa keterlibatan masyarakat perlu diatur untuk mencegah jangan (keluarga) yang dilakukan atas dasar yang lain sakit lagi”.(SPR, 30 tahun, kemauan sendiri tanpa perintah atau ST, 61 tahun dan DK, 32 tahun). paksaan dari pihak lain merupakan bentuk partisipasi murni. PEMBAHASAN Partisipasi Keluarga Dalam Ada juga beberapa informan yang Mendukung Proses Pengobatan menunjukkan partisipasi keluarga berupa Penderita TB Paru DI Wilayah Kerja memberi makan dan minum, menyuruh Puskesmas Baumata berjalan-jalan serta mengajarkan batuk Untuk upaya pencarian pengobatan dengan mengeluarkan sputum yang beberapa informan sudah dapat dilakukan sebayak tiga kali pengambilan menunjukkan bentuk partisipasi sample. Ada juga keluarga yang tidak langsung dari keluarga berupa ; merujuk berpartisipasi dalam upaya pemeriksaan penderita puskesmas, membawa penderita di puskesmas atau rumah sakit penderita berobat di tenaga kesehatan, karena penderita dapat sendiri guna mendapatkan pemeriksaan dan melakukan pengambilan sample yang pengobatan atas keluhan rasa sakit dibutkan untuk pemeriksan sebanyak berupa sering batuk, batuk keluar darah, dua kali di puskesmas dan satu kali di berat badan berkurang, nafsu makan rumah. berkurang, berkeringat malam dan susah tidur malam. Untuk menjalani pengobatan jangka panjang, penderita mendapatkan Keluarga sudah dapat mengambil dukungan dalam bentuk partisipasi keputusan yang didasarkan atas keluarga berupa ; mengingatkan pertimbangan keluarga maupun atas penderita untuk teratur minum obat, dan anjuran dari petugas kesehatan dan memberi obat untuk diminum setiap bertanggung jawab terhadap kesehatan malam sehabis makan. Guna menjaga keluarganya. Hal ini sesuai dengan ketersediaan obat keluarga melakukan pengertian partisipasi sebagai kewajiban pengambilan obat, di puskesmas bila 13
  • 14. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007 obat sisa satu kali minum serta mengantar penderita melakukan control Motivasi Keluarga Dalam Mendukung di puskesmas bila selesai minum obat Proses Pengobatan Penderita TB Paru fase intensive (2 bulan). Berbeda dengan Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata partisipasi tersebut ada keluarga hanya Motivasi yang diberikan keluarga kepada mengingatkan penderita untuk minum penderita sangat bervariasi mulai dari obat secara teratur dan menemani pemberian motivasi terhadap efek pengambilan obat di puskesmas untuk samping pada saat minum obat, pesediaan berikutnya perubahan yang dirasakan, keteraturan Dari penelitian ini didaptkan gambaran minum obat, dan control dan partisipasi keluarga ternyata dari 25 pengawasan minum obat. Untuk informan semua menunjukkan partisipasi menhindari kecemasan penderita keluarga yang diharapkan baik terhadap efek samping obat, berupa mengantar langsung untuk periksa di perubahan warna air seni menjadi merah puskesmas maupun di rumah dan perubahan yang dirasakan, sakit,dokter atau mantra. Menurut beberapa keluarga memberikan motivasi informan kunci bahwa keluarga diberi dengan cara menjelaskan kepada pengetahuan tentang proses timbulnya penderita bahwa perubahan warna itu penyakit TB Paru, pemeriksaan yang merupakan proses kerja obat yang baik harus dijalani penderita, pengobatan dan tidak membahayakan diri penderita. serta upaya pencegahan yang dapat Keluarga meyakinkan penderita tentang dilakukan oleh keluarga ketika pertama perubahan sakit yang perlahan mulai kali menemani penderita ke puskesmas. berkurang dan memberi semangat Keluarga juga diajak untuk berpartisipasi kepada penderita bahwa bil obat terus penuh pada pengobatan penderita diminum secara teratur maka pasti bias seperti; pengaturan menu makan dan sembuh. minum, pola istrahat, perawatan diri terutama kebersihan, pengambilan obat Motivasi juga diberikan keluarga berupa serta mampu merujuk penderita bila ada pemenuhan kebutuhan sehari-hari gejala samping obat yang berat. penderita, terutama pengaturan makan minum yang tidak melanggar anjuran Menurut Palandia (2002) pada hasil kesehatan. Motivasi yang diberikan penelitiannya di Balai Pengobatan Paru- keluarga menurut Tri Rusmi Widayatun Paru(BP4) makassar, menyatakan merupakan bentuk motivasi ekstrinsik bahwa peran keluarga cukup yaitu motivasi yang datangnya dari luar berpengaruh dalam proses pengobatan individu (dari keluarga). Motivasi berupa TB Paru yang tekait dengan upaya rangsangan yang nyata diwujudkan ke pengawasan minum obat, penentuan dalam bentuk kuantitatif dan yang jenis pelayanan untuk pengobatan TB bersifat semu yang tidak mudah Paru dan pemberian motivasi kepada diwujudkan. Ciri perangsang yang semu penderita TB Paru untuk melakukan atau tidak nyata ini sifatnya sebagian pengobatan secara teratur. Demikian atau seluruhnya tidak didasari adanya. juga menurut Noviadi, 1999, (dalam Rusmani Asih, 2002) menyatakan bahwa Sebagian besar alat perangsang yang peran keluarga yang dapat dilakukan bersifat nyata tediri atas kebutuhan adalah pengawasan menelan obat, primer atau kebutuhan biologis pengawasan penampungan dahak, (makanan, tempat tinggal, pakaian,dan membantu membesihkan alat-alat sex). Kebutuhan lain yang bersifat semu makan minumpenderita, menepati jadwal dapat dipandang sebagai kebutuhan kontrol serta memberikan motivasi agar sekunder antara lain harga diri, afiliasi penderita dapat terjalin hubungan dengan orang lain, status kasih sayang, emosional yang baik dngan petugas prestasi dll.Kebutuhan ini berbeda kesehatan (perawat atau dokter). tingkatannya dari waktu ke waktu bagi 14
  • 15. Peran Keluarga Sebagai PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru masing-masing orang. Koortz, et el, 1993 social dalam keluarga mulai renggang (dalam maryam Rufiah, 2002). dengan pembatasan innteraksi langsung Kedekatan keluarga yang mendasari dengan penderita, karena eluarga pengabdian yang tulus, ikhlas dan marasa takut dan menganggap penyakit tanggung jawab sebagai implementasi ini berbahaya. Namun tidak didapatkan nilai keyakinan adalah motivasi yang penekanan khusus berupa pengisolasian cukup efektif bagi anggota keluarga penderita yang sangat ketat sehubungan sebagai Pengawas Minum Obat (PMO). dengan penyakit TB Paru. Pemberian motivasi oleh keluarga SIMPULAN DAN SARAN kepada penderita dalam hal keteraturan Simpulan obat sebagian besar memberikan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: motivasi berupa penyuluhan kepada (1)Peran keluarga dalam bentuk penderita tentang pentingnya minum partisipasi terhadap proses pengobatan obat , mengingatkan penderita tiap mala penderita TB Paru yaitu merujuk sesudah makan untuk minum obat, obat penderita ke puskesmas, membawa harus diminum, dan supaya penderita di tenaga kesehatan, memudahkan penderita dalam minum membantu penderita pada pemeriksaan obat, maka terkadang obat dihaluskan di laboratorium, pemenuhan kebutuhan oleh keluarga baru di kasih minum. penderita, mengingatkan penderita untuk minum obat dan memberi obat untuk Nilai Keluarga Dalam Mendukung diminum setiap malam dan melakukan Proses Pengobatan Penderita TB Paru pengambilan obat untuk pesediaan, Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata serta mengantarkan penderita Hubungan yang terjalin dalam keluarga malakukan pengontrolan di puskesmas untuk mendukung proses pengobatan bila selesai minum obat fase intensif (2 penderita semakin dipererat karena bulan ); (2) Peran keluarga dalam didasarkan pada rasa empati keluarga memotivasi penderita ditunjukkan lewat terhadap yang sakit atau penderita penjelasan kepada penderita bahwa cukup tinggi yaitu dengan marasa bahwa perubahan warna itu merupakan proses keluarga pun ikut merasakan sakit juga. kerja obat yang baik dan tidak Namun hal ini tidak berlaku secara membahayakan diri penderita, keseluruhan bagi semua anggota meyakinkan penderita tentang keluarga, karena keluarga sudah perubahan rasa sakit yang perlahan mengerti bahwa penyakit ini dapat mulai berkurang dan memberi semangat menular sehingga ada pembatasan kepada penderita bahwa obat harus hubungan keluarga dengan yang sakit terus diminum secara teratur, khususnya bagi anak-anak yang tinggal pemenuhan kebutuhan penderita serumah dengan yang sakit. Tetapi (pengaturan minum dan makan yang semua kebutuhan sehari-hari tetap menunjang pengobatan), serta dipenuhi. Hasil ini diperkuat oleh menghaluskan obat untuk memudahkan Notoatmodjo (2003) yang mengatakan penderitadalam minum obat.(3) Keluarga bahwa di dalam suatu masyarakat menjadi mengerti tentang penyakit TB apapun selalu berlaku nilai-nilai yang Paru yang diderita oleh seorang anggota menjadi pegangan setiap orang dalam keluarga sehingga tidak mengurangi menyellenggarakan hidup hubungan yang terjadi di dalam bermasyarakat dan factor yang keluarga, namun ada pembatasan yang menentukan perilaku-perilaku orang atau dikhususkan pada anak-anak yang ada masyarakat (Muzaham, 1995). Namun dalam keluarga mengingat penularan ada beberapa keluarga yang penyakit tersebut melalui pernapasan. mengatakan bahwa dengan adanya anggota keluarga yang menderita Saran penyakit TB Paru membuat hubungan 15
  • 16. MKM Vol.02 No. 01 Juni 2007 Beberapa hal yang dapat disarankan dari DEPKES RI, 2000, Pedoman Penyakit penelitian ini adalah (1) Perlunya Tuberkulosis dan penyuluhan tentang penyakit TB Paru Penanggulangannya, Cetakan ke-7 secar intensif kepada keluarga yang Effendy,Nasrul. 1998. Dasar-Dasar langsung di laksanakan di rumah tempat Keperawatan Kesehatan penderita tinggal selama masa Masyarakat. Yokyakarta EGC. pengobatan dengan materi yang Harono,Djoko cs. 1999. Akses Terhadap menekankan pada peran keluarga dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi. mendukung pengobatan penderita TB Kerjasama antara PPT – LPJ Paru. (2) Perlunya melibatkan penderita dengan AUSAID : Jakarta yang sudah sembuh dari pengobatan Jacob Azrul Agoes t. 1996. Antopologi penyajkit TB Paru pada kontak pertama Kesehatan Indonesia Buku pemberian obat paket pada penderita Katalog. Yokyakarta EGC dan kunjungan pengawasan minum obat Kusnindar, 1990, Masalah Penyakit dan oleh petugas kesehatan khususnya bagi Pemberantasannya di Indonesia, tenaga pengelola TB Paru dari pihak Cermin Dunia Kedokteran No.63 puskesmas untuk mengontrol penderita Khunaedi dan Gatot S, 1985, di tiap rumah dimana penderita tinggal Pengobatan TBC Paru Jangka (3) Untuk keberhasilan pengobatan Pendek, Medika No.1 Tahun 11 penderita TB Paru perlu dilibatkan Moleong, Lexy. 2005. Metodologi semua sektor yang terkait teristimewa Penelitian Kualitatif. PT Remaja untuk pengobatan penderita yang tempat Rosdakarya : Bandung tinggalnya jauh dari puskesmas seperti Niven,Neil. 2000. Psikologi Kesehatan aparat desa, organisasi masyarakat, Pengantar Untuk Perawat dan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan Profesional Kesehatan Lain. tokoh agama setempat. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta Noor,Nasry Noor, 2002, Epidemiologi, DAFTAR PUSTAKA Universitas Hasanuddin. Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Aditama,T.1996,Mengenal Tuberkulosis, Kesehatan Teori dan Praktek. Penyuluh, No. 12 Hal 22. Jakarta : Rineka Cipta Anonimus, 2002, Artikel Pengobatan ------------------------------.2003. Tuberkulosis Paru (http//www.Klinik Pendidikan dan Perilaku Pria/data Topik TBC/Pengobatan Kesehatan. Jakarta ; Rineka Tuberkulosis Paru.htpmil). 9/28/02 Cipta Arifin N, 1990, Diaknosis Tuberkulosis ----------------------------- 2002. Paru, Cermin Dunia Kedokteran Metodologi Penelitian Kesehatan. No. 63. Jakarta : Rineka Cipta Anderson, Foster. 1986. Antropologi Sarwono, S, 2003, Sosiologi Kesehatan, Kesehatan. Jakarta : Universitas Yogyakarta, Gadjah Mada Indonesia Press University Press. Bing K, Siti S, 1990, Diaknosis dan Tjandra Y, Hardianto, M, 1990, Berbagai Pengobatan TBC Paru, Cermin Aspek Pengetahuan Tentang Dunia Kedokteran No. 62. Tuberkulosis, Cermin Dunia DEPKES RI, 1999, Pedoman Penyakit Kedokteran No. 62. Tuberkulosis Penanggulangannya, Wardoyo, A. B, Waspadai Ancaman Cetakan Empat Kesehatan Kita, Solo, CV. Aneka. 16