Program kesehatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap diare melalui sanitasi lingkungan dan penyuluhan. Strateginya meliputi penyuluhan, pembersihan lingkungan, dan pengobatan/pencegahan diare di fasilitas kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat dua desa selama empat minggu.
1. PERENCANAAN PROGRAM
KERJA KESEHATAN
A. Latar belakang
Penyakit diare masih sering menimbulkan kejadian luar biasa dengan jumlah
penderita yang banyak dalam kurun waktu yang singkat. Biasanya masalah diare
timbul karena kurang kebersihan terhadap makanan. Saat ini banyak anak yang
terkena diare karena pada umumnya mereka sering tidak menghiraukan kebersihan
makanan yang dimakan. Anak usia sekolah pada umumnya belum paham betul akan
arti kesehatan bagi tubuhnya (Sulianti Saroso, 2009).
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana
kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak
dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan
(food security) keluarga. Oleh karenanya, sanitasi makanan juga perlu di jaga karena
bila tercemar akan menimbulkan gangguan gastrointestinal yang berakibat diare
(Slamet, Juli Soemirat, 2004: 170). Cara penyiapan dan penyimpanan bahan
makanan dapat menimbulkan akibat buruk, sebagai contoh dalam kehidupan seharihari adalah penyimpanan air di rumah, kantin, warung sekolah, penggunaan atau juga
kemungkinan kontaminasi silang dari makanan mentah ke makanan yang sudah di
masak, dari tempat pembungkus, penampung, makanan dan peralatan masak, status
kesehatan dan perilaku hygiene pada pengolah makanan. Konsumsi makanan yang
tidak dimasak secara memadai, konsumsi ikan mentah, serta pendingin yang tidak
memadai sewaktu penyimpanan. Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun
yang dapat berasal dari tanah, udara, manusia dan vektor, sehingga bisa
menimbulkan diare karena terdapat berbagai macam mikroba.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya diare adalah mengkonsumsi
makanan jajanan yang tidak terjamin kebersihannya,
lingkungan,perankeluarga,danekonomi.
Makanan atau jajanan yang sering dikonsumsi anak sekolah sangat sensitif terhadap
pencemaran, yang bersumber dari bahan tambahan pangan berupa pewarna tekstil,
zat pengawet, dan pemanis buatan. Pada umumnya murid sekolah tetap tergiur untuk
membeli jajanan tanpa menyadari bahayanya diantaranya adalah diare (Arafah
Madjid, 2004).
.
2. Kuman penyebab diare tumbuh subur di lingkungan yang lembab dan sanitasinya
tidak baik, serta pada air minum yang tidak terpelihara kebersihannya. Faktor
lingkungan yang meliputi air bersih dan sanitasi ini memiliki peranan sangat penting
sebagai
media
penularan
dan
dominandalamsikluspenularanpenyakitdiare.
Maka jajanan yang kurang bersih dapat menyebabkan berbagai penyakit infeksi
terutama diare, batuk, pilek, cacingan, mual, muntah, tifus. Selain itu, jajanan kaki
lima juga dapat menimbulkan kekurangan energi dan protein, sehingga akan
berdampak pada tumbuh kembang anak yang tidak bisa optimal.
B. Tujuan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan hidup
sehat bagi setiap masyarakat agar terhindar dari penyakit Diare
melalui
terciptanya masyarakat yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat
terbatas dari penyakit Diare, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata.
C. Kebijaksanaan
Mengingat obat dan vaksin pencegah penyakit Diare hingga dewasa
ini belum ada maka upaya pemberanyasan diare dititik beratkan pada:
1. Kewaspadaan dini terhadap penyakit Diare
dengan melaksanakan
surveilans vektor guna mencegah dan membatasi agar tidak terjadi
KLB/wabah.
2. Pemberantasan nyamuk penularnya, yaitu nyamuk dewasa dan jentik
nyamuk
D. Strategi
Karena titik berat program pemberantasan penyakit Diare adalah
penggerakan masyarakat melalui sanitasi lingkungan meliputi:
1. Menyelanggarakan penyuluhan kepada masyarakat agar mampu secara
mandiri mencegah penyakit Diare.
2. Penggerakan masyarakat dalan
membersihkan lingkungan agar
terhindari dari penyakit diare melalui kerjasama lintas program yang
dikoordinasikan oleh kepala wilayah/daerah.
3. Melakukan tindakan kewaspadaan dini kasus Diare.
4. Melaksanakan pengobatan/pertolongan penderita Diare
di RS dan
puskesmas.
5. Menanggulangi secepatnya agar penyakit diare tidak berkelanjutan.
3. E. Sasaran, Waktu, Tempat Pelayanan, Dan Tenaga Pelaksana.
1. Sasaran
Sasaran adalah seluruh masyarakat di Desa Wakob Agung dan
Desa Komba - Komba kecamatan Abeli yang mempunyai faktor resiko
tinggi terhadap Penyakit diare.
2. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Wakobalu Agung dan Desa
Komba - Komba Kecamatan Kabangka selama 4 minggu pada tanggal 128 Februari 2013.
3. Tempat Pelayanan
Program
penanggulangan
penyakit
diare
ini
dengan
menggunakan sanitasi lingkungan yang baik yang dilaksanakan di
seluruh kediaman warga Desa Wakobalu Agung dan Desa Komba Komba. Sedangkan tempat pelayanan penyuluhan adalah di posyandu
atau tempat-tempat lain berdasarkan kesepakatan, misalnya puskesmas,
puskesmas pembantu, polindes, dll.
4. Tenaga
Jumlah tenaga disesuaikan dengan sasaran yang ada. Tenaga
pelaksana program pemberantasa penyakit Diare ini terdiri atas tenaga
paramedis, non paramedis dan kader dengan tugas sebagai berikut:
Tenaga paramedis untuk memeriksa kesehatan masyarakat baik
penderita Diare maupun yang belum menderita Diare.
Tenaga non paramedis untuk mencatat, membantu mengisi kartu,
menyiapkan sarana pelayanan,dll.
Kader untuk melakukan pendataan sasaran, penyuluhan, dan
menyiapkan tempat pelayanan
F. Kegiatan Pokok Program
Untuk mencapai keberhasilan program pemberantasan penyakit
Diare dilakuakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
No
1
Minggu
Kegiatan
I
II
III
IV
Tahap Persiapan (Kewaspadaan Dini)
a.Penyusunan rencana kerja
-
-
-
4. b.Mobilisasi sumber dana
-
-
-
c. Pelatihan
d. Kunjungan rumah
e. Penemuan dan pelaporan penderita
f. Penyuluhan
g.Penggerakan masyarakat
a.Gerakan 3M
b.Fogging
-
-
c.Abatisasi
-
-
3
Pembinaan (Meningkatkan SDM)
4
Monitoring dan Evaluasi
2
Tahap Pelaksanaan (Penanggulangan KLB)
Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan Kegiatan
Pemantauan dilaksanakan untuk setiap tahap kegiatan sesuai dengan
rencana.
1. Pemantauan dilakukan melalui:
~ Sistem pencatatan dan pelaporan program.
~ Unit pengaduan masyarakat.
~ Kunjungan rumah
2. Tindak Lanjut Pemantauan dilakukan melalui:
~ Umpan Balik
~ Supervisi
~ Bimbingan teknis
Evaluasi Kegiatan
Evaluasi dilakukan secara bertahap. Evaluasi hasil kegiatan berupa:
a. jumlah penderita Diare yang diberikan pengobatan dan penyuluhan di
desa-desa resiko tinggi.
b. Jumlah fogging yang dipakai.
c. Lokasi dan jumlah pos pelayanan.
d. Masalah pendistribusian bubuk abate.
e. Masalah-masalah lain.
5. G. Anggaran Kegiatan
Sumber dana dari APBN dan APBD.
- Dana dari APBN berupa penyedian Fogging dan bubuk Abate.
- Dana dari APBD berupa biaya operasional.yakni:
No.
Biaya Operasional
1
Biaya Tenaga/ Satuan Output
Rp.50.000 x 15 org x 10 hr/4 mgg
2
Rp.7.500.000
Biaya Transpor/ Satuan Output
Rp.20.000 x 15 org x 10 hr/4 mgg
3
Jumlah
Rp. 3.000.000
Biaya Snack/ Satuan Output
Rp.15.000 x 15 org x 10 hr/4 mgg
4
Rp 2.250.000
Biaya tidak tetap/ Satuan Output
Rp.500.000
Biaya Total
Rp.13.250.000
6. KEGIATAN PENGOBATAN PENYAKIT DIARE
A. Kunjungan Rumah Secara Berkala
Kunjungan rumah secara berkala dilaksanakan oleh Kader /
Dasawisma
guna
menyampaikan
informasi
tentang
Diare
dan
pencegahannya kepada keluarga serta melakukan pemeriksaan lingkungan.
Hasil pemeriksaan
lingkungan yang ada disetiap rumah dan pada
buku/formulir catatan kader. Selanjutnya, catatan hasil pemeriksaan
lingkungan disampaikan kepada ketua RT yang bersangkutan untuk tindak
lanjut sepenuhnya.
B. Penyuluhan Kesehatan
1. Tujuan
a) Menyebarluaskan pengetahuan/ pengertian yang tepat dan benar
tentang penyakit Diare.
b) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit Diare
c) Meningkatkan kerjasama antar penderita, keluarga, masyarakat dan
petugas kesehatan kesehatan tentang penanggulangan penyakit
Diare.
2. Sasaran
a) Penderita penyakit Diare
b) Keluarga penderita penyakit Diare
c) Masyarakat
d) Petugas kesehatan
3. Materi-materi penyuluhan
a. Pengertian Diare
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah
defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir
dalam tinja. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare
merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk
encer atau cair.
7. b. Penyebab Diare
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari
sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan
yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahanbahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf,
hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur
terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan
mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie).
Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris,
trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia
lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti
otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis
8. c.
Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam
tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion
Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
9. gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar
glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang
bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.
d. Penatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
10. • 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran
1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
• 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
• 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
• Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml =
15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
• Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa
10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
e. Pencegahan
terdapat genangan air hujan, untuk mencegah masuknya kuman melalui kulit.
bersih setiap sebelum dan sesudah mengolah makanan, sebelum makan,
setelah bepergian, dan setelah dari toilet.
dengan membuang sampah pada tempatnya, dan membersihkan selokan yang
tersumbat oleh sampah, dan sebagainya.
yang mentah dengan yang matang dengan alat masak yang sama, untuk
mencegah kontaminasi silang.
11. atang, terutama bahan makanan seperti daging,
ayam, ikan maupun telur, minimal hingga suhu 70 derajat Celcius.
lemari es dan panaskan kembali terlebih dahulu jika ingin dikonsumsi
kembali.
atau sudah dimasak hingga mendidih, agar bakteri yang terdapat dalam air
tersebut mati.
mineral, dan air untuk menjaga daya tahan tubuh tetap kuat sehingga
terlindungi dari infeksi kuman penyakit.
- See
12. TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS III
RENCANA PROGRAM KERJA KESEHATAN
“PENGOBATAN DIARE”
DISUSUN OLEH :
1. FILTA KARIM
2. WA ODE GUSNAWATI KADIR
3. NURMAYANTI
AKPER PEMKAB MUNA
2014