Dokumen tersebut membahas tentang penelitian yang dilakukan di Kelurahan Sei Tiung Kecamatan Cempaka mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur. Ditemukan bahwa riwayat keluarga hipertensi dan aktivitas fisik yang kurang berhubungan dengan peningkatan risiko hipertensi. Penelitian ini menyimpulkan pentingnya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertens
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
BAB IV-V PUS (1).docx
1. BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
1. Tahap Penjajakan 1
Pada tahap penjajakan 1 dilakukan pengumpulan data dasar yang meliputi
kesehatan ibu dan anak, antara lain remaja, Wanita usia subur (PUS),
kehamilan, persalinan yang lalu dan sekarang, nifas,bayi dan balita yang ada
di Kelurahan Sei Tiung Kecamatan Cempaka
2. Pengaruh Riwayat Keluarga terhadap kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia
Subur (WUS)
Hasil analisis pengumpulan data di RT 9, 13, 14, 15, 16, 17, 21 Kelurahan Sei
Tiung Kecamatan Cempaka bahwa pengaruh riwayat keluarga dengan
kejadian hipertensi pada wanita usia reproduktif, diperoleh bahwa responden
yang memiliki riwayat keluarga lebih banyak pada kelompok kasus yaitu
sebanyak 40 orang (80,0%) dan pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 15
orang (30,0%). Responden yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi
lebih banyak pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 35 orang (70,0%) dan
kelompok kasus yaitu sebanyak 10 orang (20,0%).
Dalam penelitian ini, yang dianggap keluarga hanya kerabat dekat seperti
ayah, ibu, nenek ataupun kakek. Hipertensi memiliki kecenderungan untuk
menurun pada Dalam penelitian ini, yang dianggap keluarga hanya kerabat
dekat seperti ayah, ibu, nenek ataupun kakek.
Hipertensi memiliki kecenderungan untuk menurun pada generasi selanjutnya.
Faktor risiko ini tidak dapat dihilangkan tetapi dapat diantisipasi sedini
mungkin dengan rajin melakukan kontrol terhadap tekanan darah di fasilitas
kesehatan terdekat baik itu di Puskesmas maupun di Rumah Sakit dan
menjaga pola hidup sehat. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu juga
akan menyebabkan keluarga itu memiliki risiko untuk menderita penyakit
hipertensi.
2. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraselular dan
rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Pada 70-80% kasus
hipertensi, didapatkan adanya riwayat hipertensi didalam keluarga. Apabila
riwayat hipertensi ada pada kedua orangtua maka dugaan hipertensi esensial
akan lebih besar (Sulistiyowati, 2018).
Hal ini sependapat dengan Sutomo (2019) seseorang dengan riwayat tekanan
darah tinggi dari salah satu orang tuanya maka memiliki risiko 25% menderita
tekanan darah tinggi juga. Jika kedua orang tuanya menderita tekanan darah
tinggi, maka akan memiliki risiko 60% menderita tekanan darah tinggi.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Triyanto (2017), yang
menyebutkan bahwa risiko menderita hipertensi sangat tinggi apabila dalam
keluarga memiliki riwayat atau keturunan hipertensi. Hipertensi banyak
dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya
menderita hipertensi maka kembarannya juga berpeluang menderita
hipertensi. Jika seorang dari orangtua kita memiliki riwayat hipertensi maka
sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan hasi penelitian Nurarima (2017)
menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus yang memiliki riwayat
keluarga hipertensi sebanyak 47 orang (88,7%) lebih banyak dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Responden yang memiliki riwayat keluarga
hipertensi berisiko 16,588 kali mengalami hipertensi dibandingkan dengan
reponden yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa faktor keturunan memiliki peranan penting dan menjadi
penentu seberapa besar kecenderungan seseorang untuk menderita hipertensi,
namun bila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi apapun, maka bersama
lingkungannya akan menyebabkan hipertensi hingga menimbulkan tanda dan
gejala. Diperlukan kontribusi dari pelayanan kesehatan untuk melakukan
pencegahan hipertensi.
Berdasarkan hasil analisis,upaya yang sudah dilakukan yaitu memberikan
penyuluhan tentang hipertensi melalui metode ceramah dan tanya jawab,
tetapi dari masyarakat belum semua menyadari untuk deteksi dini tentang
3. hipertensi. Upaya lain yang dapat dilakukan yaitu pencegahan hipertensi
secara komprehensif, melalui pencegahan primordial, promosi kesehatan,
proteksi spesifik, peningkatan motivasi masyarakat untuk diagnosis dini
(screening, pemeriksaan check-up), pengobatan tepat (segera mendapatkan
pengobatan komprehensif dan kausal awal keluhan), rehabilitasi (upaya
perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati).
3. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi
Hasil analisis pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi pada
wanita usia reproduktif diperoleh bahwa responden yang beraktivitas fisik
kurang lebih banyak pada kelompok kasus yaitu sebanyak 34 orang (64,0%)
dan pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 19 orang (38,0%). Responden
yang beraktivitas cukup lebih banyak pada kelompok kontrol yaitu sebanyak
31 orang (62,0%) dan pada kelompok kasus yaitu sebanyak 16 orang (32,0%).
Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Selama beraktifitas, otot membutuhkan energi diluar
metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan
tambahan energi untuk menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh
dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Supariasa, 2007).
Menurut Sutanto (2019) berolahraga teratur baik untuk menambah kekuatan
jantung dalam memompa darah yang berefek pada pengontrolan tekanan
darah, dan cukup dilakukan dengan olahraga ringan atau sedang sehari tiga
hingga lima kali dalam seminggu dan minimal 30 menit. Aktivitas yang sering
dilakukan oleh responden seperti memasak, mencuci, menyetrika, dan
membersihkan rumah setiap hari masih dikategorikan aktivitas fisik yang
ringan, sedangkan asupan makanan yang dikonsumsi responden tidak
seimbang.
Sementara itu, menurut Sirajuddin (2018) menerangkan bahwa olahraga dapat
menurunkan tekanan darah seperti jalan pagi. Dengan berolahraga dapat
menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah kapiler yang baru.
4. BAB V
A. KESIMPULAN
Dari hasil pendataan yang kami lakukan di Kelurahan Sei Tiung Kecamatan
Cempaka disimpulkan bahwa resiko terhadap peserta praktek Kebidanan Komunitas baik dari
segi pembahasan dan studi kasus yang meliputi pengkajian,analisa data, perumusan masalah,
penentuan prioritas masalah, analisa penyebab masalah, analisa perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Berdasarkan hasil analisa, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh antara riwayat keluarga terhadap kejadian hipertensi dengan nilai
OR=9,333, yang berarti bahwa responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi
berisiko 9,333 kali kemungkinan menderita hipertensi dibandingkan dengan responden
yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi.
2. Ada pengaruh antara aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi dengan nilai OR=3,467
artinya bahwa responden yang beraktivitas kurang berisiko 3,467 kali kemungkinan
menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang beraktivitas cukup
Beberapa masalah yang kami temukan di Kelurahan Sei Tiung Kecamatan Cempaka antara lain :
1. Rendahnya tingkat pengetahuan Hipertensi pada Wanita Usia Subur (WUS)
5. B. SARAN
Setelah dilakukan proses penelitian, kami melihat bahwa Kelurahan Sei Tiung Kecamatan
Cempaka mempunyai potensi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka
untuk mencapai hal tersebut penulis menyarankan :
1. Kepada Masyarakat
a) Mampu meningkatkan kesadaran untuk mencari pengetahuan mengenai
kesehatan.
b) Dapat mempertahankan dan terus meningkatkan pola hidup sehat yang telah
di capai.
c) Mampu meningkatkan pengetahuan didapat untuk hidup yang sehat.
d) Mampu mengaplikasikan informasi yang diberikan kepada masyarakat..
2. Bagi Petugas kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarbaru agar
dapat meningkatkan pelayanan secara optimal terutama dalam memberikan berbagai
pengetahuan tentang penyakit hipertensi untuk lebih mengatur gaya hidup seperti
pola makan yang seimbang, berat badan ideal, aktivitas fisik dan rutin memeriksakan
tekanan darah serta bagian promosi kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan
penyebaran brosur dan leaflet (seperti mengadakan posbindu) yang dapat juga
melibatkan tokoh masyarakat, baik pemuka agama ataupun kepala desa, sehingga
jumlah penderita hipertensi tidak semakin meningkat. Dan juga perlunya tindakan
pencegahan melalui upaya promosi kesehatan, preventif atau pencegahan dan
sosialisasi kepada masyarakat.
3.Diharapkan kepada masyarakat yang memiliki riwayat keluarga hipertensi untuk
rutin meakukan pemeriksaan tekanan darah agar tekanan darah tetap terkontrol serta
menerapkan pola hidup sehat serta melakukan aktivitas fisik cukup seperti
berolahraga secara teratur selama lebih kurang 30 menit seperti berjalan kaki,
bersepeda dan sebagainya
6. DAFTAR PUSTAKA
Atun, L., T., Siswati, dan W. Kurdanti. 2017. Asupan Sumber Natrium, Rasio Kalium
Natrium, Aktivitas Fisik dan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. MGMI 6 (1):
63-71..
Delima, Isnawati, A, dan Raini, M. 2012. Hipertensi dan Diabetes Melitus pada
Wanita Usia Subur di Daerah Urban di Indonesia. Jurnal Biotek Medisiana
Indonesia. 1(1):41-53.