1. Program pemberantasan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Puskesmas Helvetia tahun 2017 meliputi penyuluhan, survei jentik, fogging, abatisasi, dan pemberantasan sarang nyamuk.
2. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pelaksanaan program pemberantasan DBD di Puskesmas Helvetia tahun 2017.
3. Manfaat penelitian ini antara lain meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan DBD,
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk
penyakit menular, prioritas masih tertuju pada penyakit HIV (Human
Immunodeficiency Virus), Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS),
Tuberkolosis, Malaria, Hepatitis, Demam Berdarah Dengue (DBD) influenza, dan
flu burung. 1
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir
telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan
subtropik di seluruh dunia terutama daerah perkotaan dan pinggiran kota.
Distribusi geografis demam berdarah, frekuensi, dan jumlah kasus DBD telah
meningkat tajam selama dua dekade terakhir. Frekuensi menunjukkan kepada
besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok masyarakat sedangkan
jumlah kasus adalah jumlah mereka yang terkena atau terserang penyakit DBD.
Diperkirakan 2,5 milyar penduduk (sekitar 2/5 dari populasi penduduk dunia)
sangat berisiko terinfeksi DBD. 2
2. 2
Sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di
dunia setelah Thailand. Hal yang sama juga dilaporkan WHO bahwa sejak tahun
2000 hingga tahun 2010 daerah endemik DBD banyak terdapat di wilayah Asia
Tenggara. Sebagaimana yang dilaporkan Cases of Dengue in SEA Region
Countries, pada tahun 2010 penderita DBD di Indonesia berjumlah 80.065
penderita dengan Incidence Rate (IR) 34,29% dan Case Fatality Rate (CFR)
0,93%. 2
Di Indonesia pada tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan
sebanyak 129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang (IR /
angka kesakitan = 50,75/100.000 penduduk dan CFR / angka kematian = 0,83 %).
Dibandingkan tahun 2014 dengan kasus sebanyak 100.347 serta IR 39,80 terjadi
peningkatan kasus pada tahun 2015. Target Renstra kementrian kesehatan untuk
angka kesakitan DBD tahun 2015 sebesar < 49 per 100.000 penduduk, dengan
demikian Indonesia belu mencapai target Restra 2015. Angka kesakitan DBD dan
jumlah kabupaten / kota terjangkit DBD pada tahun 2015 sama – sama
mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 sebesar 433 (84,74%) menjadi 446
kabupaten / kota (86,77%) pada tahun 2015. 3
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581 / Menkes / SK /VII / 1992
tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue menyebutkan bahwa:
1. Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan melalui
kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan, penderita, pengamatan
3. 3
penyakit dan penyelidikan epidiomologi, penanggulangan seperlunya,
penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat.
2. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan penderita / tersangka
lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah
dengue di rumah penderita / tersangka dan rumah - rumah sekitarnya
dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat umum yang
diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut. Sedangkan
penanggulangan seperlunya adalah penyemprotan insektisida dan / atau
pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan berdasarkan hasil
penyelidikan epidemiologi.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581 / Menkes / SK / VII / 1992
juga menetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat di bawah koordinasi
Kepala Wilayah / Daerah. Pemberantasan vektor merupakan upaya yang mutlak
untuk memutuskan rantai penularan Strategi yang dilakukan di Indonesia adalah
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengasapan (fogging), dan larvasida, yaitu
memusnahkan jentik nyamuk dengan menaburkan bubuk abate ke air yang
tergenang di dalam tampungan - tampungan air. 4
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 374 / MENKES /
PER / III / 2010 tentang Pengendalian Vektor yaitu :
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi sehingga penularan penyakit tular vektor dapat
dicegah melalui Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) yang menggunakan
4. 4
kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan
berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya
serta dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.
Upaya penyelenggaraan pengendalian vektor dapat dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan / atau pihak swasta dengan
berdasarkan data hasil kajian surveilans epidemiologi antara lain informasi
tentang vektor dan dinamika penularan penyakit tular vektor. 5
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunte
tahun 2011, mengenai Peranan Puskesmas Dalam Upaya Penanggulangan Demam
Berdarah Dengue menyebutkan bahwa upaya dan tindakan yang dilaksanakan
Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan Cukup berhasil. Hal ini di tandai
dengan tidak bertambahnya warga yang terkena DBD dan Kecamatan sidorejo
Hilir Medan tidak teraksud daerah Endemik. Akan tetapi perlu di tingkatkan
penyuluhan DBD dan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan
fogging di sekolah – sekolah dan tempat tinggal secara serentak serta pembagian
bubuk abate gratis.6
Penelitian yang berkaitan juga dilakukan oleh Tairas, tahun 2014,
mengenai Analisis Pelaksanaan Pengendalian DBD di Kabupaten Minahasa. Hasil
penelitiannya memperlihatkan bahwa pelaksanaan pengendalian DBD di
Kabupaten Minahasa Utara yang meliputi survailanse kasus, diagnosis dan
tatalaksana kasus, pengendalian vektor DBD, kewaspadaan dini dan
penanggulangan KLB, Penyuluhan dan Peran serta masyarakat dan monitoring
5. 5
evaluasi secara umum sudah berjalan baik dan dirasa cukup sebagai program
untuk menanggulangi penyakit DBD. 7
Data Puskesmas Helvetia tahun 2016 menyebutkan bahwa ada 65 kasus
yang terjadi di Kecamatan Medan Helvetia yaitu : Kelurahan Helvetia 7 kasus,
Helvetia Tengah 25 kasus, Helvetia Timur 6 kasus, Sikambing CII 5 kasus, Dwi
Kora 12 kasus, Tanjung Gusta 6 kasus, dan Kelurahan Cinta Dame ada 4 kasus. 8
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan melalui wawancara dengan
petugas P2 DBD diperoleh informasi bahwa program yang dilaksanakan dalam
upaya penanggulangan penyakit DBD adalah penyuluhan yang dilakukan ke
keluharan – kelurahan dan sekolah – sekolah, survei jentik, fogging dan Abatisasi,
dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Penyuluhan dilakukan didalam dan
luar gedung di saat dilakukannya PSN. Dalam melakukan kegiatan ini petugas P2
DBD di bantu oleh petugas Kesling dan Tenaga Kesehatan lainnya. Kenyataan di
lapangan juga menunjukkan bahwa Puskesmas seolah-olah menjadi penanggung
jawab tunggal atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya. Berdasarkan
wawancara dengan Petugas P2 DBD Puskesmas Medan Helvetia, kendala-kendala
yang dihadapi dalam masalah penanggulangan DBD yaitu Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) yang dilakukan setiap jumat pagi belum berjalan dengan optimal,
masih ada warga yang menolak saat akan diperiksa jentik di rumahnya, persepsi
warga yang menganggap masalah DBD hanyalah masalah puskesmas sehingga
puskesmas lah yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Selain itu, kepedulian dari sektor lain belum terlihat. Saat akan dilaksanakannya
PSN, Pada saat penyuluhan banyak warga yang tidak hadir karna menganggap
6. 6
kegiatan penyuluhan tidak penting. Mereka beranggapan bahwa fogging saja sudh
cukup untuk mencegah penyakit DBD.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian untuk menganalisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Tahun 2017.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi Rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Analisis Pelaksanaan Program
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Helvetia Tahun
2017.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Analisis Program Pemberatasan DBD di Puskesmas
Helvetia tahun 2017.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Masyarakat
Sebagai pengetahuan dan informasi dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit DBD sehingga mampu meningkatkan peran serta
masyarakat dalam program penanggulangan DBD.
2. Bagi Puskesmas
7. 7
Memberikan informasi bagi puskesmas bahwa Program Pelaksanaan
Pemberantasan DBD Puskesmas tersebut sudah berhasil atau belum di
masyarakat.
3. Bagi Institut Kesehatan Helvetia
Sebagai bahan masukan dan pengetahuan bagi mahasiswa sebagai
referensi tentang Pelaksanaan Program Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Puskesmas Helvetia Tahun 2017 serta sebagai bahan
bacaan yang bermanfaat bagi pembacanya di perpustakaan Institusi
Kesehatan Helvetia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai dasar dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya secara
lebih mendalam yang berhubungan dengan skripsi ini.