Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi penyakit tidak menular dengan fokus pada faktor resiko dan upaya pencegahan. Dibahas mengenai definisi faktor resiko, jenis, kegunaan identifikasi dan contoh-contoh faktor resiko penyakit tidak menular beserta upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit tersebut."
1. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR
FAKTOR RESIKO DAN UPAYA PENCEGAHAN
PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kelompok ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya kelompok dapat menyelesaikan makalah tentang
“Epidemiologi Penyakit Tidak Menular : Faktor Resiko dan Upaya Pencegahan” ini dengan
baik meskipun terdapat banyak kekurangan didalamnya. Kelompok juga berterima kasih pada
dr. Dr. Fauziah Elytha, M.Sc selaku Dosen mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular yang
telah memberikan tugas ini kepada kelompok.
Kelompok sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Faktor Resiko dan Upaya Pencegahan”.
Kelompok menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam makalah ini dan jauh dari
kata sempurna.
Kelompok mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kelompok memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Padang, Januari 2017
Kelompok 1
3. iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BABI PEMBUKAAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus .....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................6
2.1 Faktor Resiko ..............................................................................................................7
2.1.1 Asal mula faktor resiko........................................................................................7
2.1.2 Pengertian faktor resiko .......................................................................................7
2.1.3 Jenis faktor resiko ................................................................................................7
2.1.4 Kegunaan identifikasi faktor resiko .....................................................................8
2.1.5 Kriteria faktor resiko............................................................................................8
2.1.6 Contoh faktor resiko.............................................................................................9
2.1.7 Gizi sebagai contoh faktor resiko.......................................................................10
2.1.8 Menentukan besarnya faktor resiko ...................................................................11
2.1.9 Perbedaan faktor resiko dengan prognosis.........................................................11
2.2 Upaya Pencegahan ....................................................................................................11
2.2.1 Tingkat pencegahan ...........................................................................................11
2.2.2 Contoh upaya pencegahan .................................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................15
5. 4
BAB I
PEMBUKAAN
1.1 Latar Belakang
Sehat menurut WHO (World Health Organization) adalah keadaan yang
sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau
cacat, melainkan kondisi yang optimal dari segi fisiknya, mental dan sosial.
Pada era dewasa ini telah terjadi pergeseran pengertian epidemiologi, yang
dulunya lebih menekankan ke arah penyakit menular ke arah – arah masalah kesehatan
dengan ruang lingkup yang sangat luas. Keadaan ini terjadi karena transisi pola
penyakit yang terjadi pada masyarakat, pergeseran pola hidup, peningkatan sosial,
ekonomi masyarakat dan semakin luasnya jangkauan masyarakat.
Epidemiologi penyakit tidak menular mempelajari hubungan antara penyakit
tertentu dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada populasi tertentu. Dengan
cara ini, faktor risiko atau faktor protektif yang berhubungan dengan status kesehatan
seseorang atau dengan beberapa kondisi kesehatan tertentu, dapat diidentifikasi.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mencoba membahas dan
menjabarkan bagaimana factor resiko mengambil peran dalam konsep epidemiologi
penyakit tidak menular dan bagaimana upaya penceghan yang bisa dilakukan sebagai
langkah dalam meminialisir meningkatnya kejadian penyakit tidak menular.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran factor resiko sebagai bagian dari epidemiologi penyakit tidak
menular?
2. Bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam
meminimalisisr meningkatnya kejadian penyakit tidak menular?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui bagaimana pengertian, karakterisitik, jenis dan kategori dari factor
resiko sebagai bagian dari ruang lingkup epidemiologi penyakit tidak menular.
2. Mengetahui bagiamana upaya yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
dalam meminimalisir meningkatnya kejadian penyakit tidak menular.
6. 5
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mempelajari dan memahami konsep epidemiologi penyakit tidak menular dan
factor rsiko beserta upaya pencegahan dalam kaitannya terhadap kejadian
penyakit tidak menular.
2. Memberi pemahaman dan wawasan kepada pembaca dan penulis mengenai factor
resiko dari penyakit tidak menular dan bagaimana upaya pencegahannya
7. 6
BAB II
PEMBAHASAN
Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat, dikarenakan
banyaknya frekuensi kejadian penyakit tidak menular dikalangan masyarakat. Kanker
merupakan salah satu penyebab kematian utama yang merupakn salah satu contoh dari
penyakit tidak menular. Sejarah epidemiologi memang bermula dari penyakit manular,
namun saat sekarang ini telah terjadi transisi epidemiologi. Transisi epidemiologi yakni
dimana kondisi sekarang ini epidemiologi tidak hanya membahas mengenai penyakit menular
saja tetapi juga membahas panyakit tidak menular. Hal ini dikarenakan perkembangan
sosioekonomi dan budaya yang menuntut epidemiolgi juga memberikan perhatian terhadap
penyakit tidak menular.
Nama penyakit tidak menular dimaksudkan untuk mengelompokkan penyakit yang
tidak termasuk dalam penyakit menular. Istilah PTM kurang lebih memiliki kesamaan
dengan beberapa sebutan lainnya, seperti:
a. Penyakit noninfeksi
b. Penyakit kronis
c. Penyakit perilaku
d. Penyakit degeneratif
e. New communicable diseases
Penyakit tidak menular tidak sepenuhnya sama dengan penyakit kronis, tetapi
penyakit tidak menular umumnya bersifat kronis (menahun) atau lama. Walaupun begitu juga
ditemukan penyakit tidak menular yang kelangsungannya mendadak, misalnya keracunan.
WHO menggunakan istilah penyakit kronis untuk penyakit kronis untuk penyakit –
penyakit tidak menular. Penyakit kronis merupakan penyakit yang bersifat kronis, dan tidak
memerhatikan dari segi menular atau tidaknya penyakit tersebut.
Penyakit noninfeksi dipakai karena proses patologi PTM bukanlah suatu proses
infeksi yang dipicu oleh mikroorganisme bukan berarti PTM tidak memiliki hubungan
dengan peanan mikroorganisme. Patologi PTM memiliki karakteristik patologi yang berbeda
– beda sesuai dengan penyakitnya.
Disebut degeneratif karena kejadianya berkaitan dengan proses degenarasi atau
ketuaan sehingga PTM banyak ditemuakn pada orang lanjut usia. Karena PTM berlangsung
lama itu menyebabkan PTm berkaitan dengan prose degeneratif yang berlangsung sesuai
umur.
8. 7
Ada yang menyebutnya new communicable diseases karena penyakit ini dapat
menular melalui gaya hidup (life style). Gaya hidup hidup modern dapat menular tidak seperti
penularan penyakt yang melalui rnatai pneyakit. Life style dapat menyangkut pola makan,
pola minum, kehidupan seksual dan komunikasi global.
2.1 Faktor Resiko
2.1.1 Asal mula faktor resiko
Framingham Study merupakan tonggak sejarah penting perkembangan epidemiolgi
untuk penyakit tidak menular. Framingham study adalah suatu penelitian yang dilakukan
terhadap panyakit kardiovaskular. Dilakukan di Framinghan sebuha komuniti di negara
bagian Massachusetts, Amerika Serikat dan terrdapat penduduk yang berjumlah 30.000 jiwa.
Penelitian ini adalah penelitian prospektif (cohort) yang ingin menentukan faktor resiko
penyakit jantung dengan mengamati perkembangan kejadian penyakit jantung penduduk
Framingham, sebanyak 2.336 lelaki dan 2.873 wanita kulit putih.
Penelitian lain yang mencoba mengindentifikasi fakotr resiko penyakit jantung adalah
MRFIT (Multiple Risk Factor Intervantion Trial). Penelitian ini adalah penelitian intervensi
(penelitian eksperimental).
Untuk faktor penyebab dari PTM dipakai sebutan faktor resiko untuk
membedakannya dengan istilah etiologi yang sering digunakan dalam mikroorganisma
penyakit menular atau diagnosis klinik. Istilah etiologi dalam klinik ditujukan kepada
penyebab biologis dari suatu infeksi, misalnya entamoeba histolatika untuk terjadi
amoebiasis. Karena umumnya PTM bukan merupakan penyakit infeksi maka untuk PTM
digunakan istilah faktor resiko.
2.1.2 Pengertian faktor resiko
Risk factor are characteristic, sigh, symptoms in disease-free individual which are
statiscally associated with an increased incident of subsequent disease. (Simbrog DW).
Faktor resiko adalah karakteristik, tanda, gejala didalam penyakit individual yang
berhubungan dengan peningkatan kejadian dari pada suatu penyakit.
2.1.3 Jenis faktor resiko
Menurut dapat tidaknya faktor ressiko diubah, dikenal:
a) Unchangeable risk factors: faktor resiko yang tidak dapat diubah, misal faktor
genetik dan faktor umur.
9. 8
b) Changeble risk factor: faktor resiko yang dapat berubah, misalnya kebiasaan
memakan makanan junk food atau kebiasaan untuk berolahraga.
Menurut kestabilan peranan faktor resiko dikenal:
a) Suspected risk factor: faktor resiko yang dicurigai, yakni faktor – faktor yang belum
mendapat sepenuhnya dukungan dari hasil penelitian faktor resiko. Misalnya meroko
merupakan penyebab kanker rahim.
b) Estabilshed risk factor: faktor resiko yang telah mendapat dukungan ilmiah/
penelitian dalam peranannya sebagai faktor yang berperan dalam menyebabkan
kejadian suatu penyakit. Misalnya rokok sebagai faktor resiko penyebab kanker paru
– paru.
Konsep faktor resiko ini dalam PTM penting dikembangkan karena:
a) Tidak adanya kejelasan dalam hal non-mikroorganisme.
b) Menonjolnya penerapan multikausal pada PTM.
c) Kemungkinan adanya penambahan atau interaksi antar resiko
d) Perkembangan metodologi telah memberi kemampuan untuk mengukur besarnya
faktor resiko.
2.1.4 Kegunaan identifikasi faktor resiko
Perlunya diketahui faktor resiko suatu penyakit karena berguna untuk (Fletcher,131):
a) Prediksi: untuk meramalkan kejadian suatu penyakit. Misalnya orang yang merokok
memiliki kemungkinan 20 kali lebih besar terkena kanker paru dari pada yang tidak
merokok.
b) Penyebab: kejelasan/beratnya faktor resiko dapat mengangkatnya menjadi faktor
penyebab setelah mengahapus pengatuh dari faktor penganggu.
c) Diagnosis: membantu dalam diagnosis.
d) Prevensi: jika satu faktor resiko juga penyebab, penghilangan penyebab dapat
dilakukan untuk pencegahan penyakit meski mekanisme penyakit sudah diketahui
atau tidak.
2.1.5 Kriteria faktor resiko
Suatu faktor dapat dijadikan sebagai faktor resiko jika sudah memenuhi semacam
kriteria dengan memakai konsep kausaliti Austin Bredford Hill, seorang ahli satistik Inggris,
1965, yang mengajukan 8 kriteria kausal yaitu:
1. Kekuatan hubungan adanya resiko relatif yang tinggi.
10. 9
2. Temporal kausa mendahului akibat.
3. Respon terhadap dosis makin besar paparan makin tinggi kejadian penyakit
4. Reversibilitas penurunan paparan akan diikuti penurunan penyakit
5. Konsistensi kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat dan
peneilitian yang lain
6. Layak biologis sesuai dengan konsep biologis
7. Analogi ada kesamaan untuk penyebab dan akibat serupa
8. Spesifitas satu penyebab menyebabkan satu akibat.
2.1.6 Contoh faktor resiko
Faktor yang dapat menjadi faktor resiko diantaranya:
Alkohol
Obesitas
Obat – obatan
Sexual behavior
Merokok
Life style
Makanan / diet
Lawan dari faktor resiko adalah faktor protektif. Jika faktor resiko memberikan kemungkinan
terjadinya penyakit, maka faktor protektif memberikan perlingan terhadap terjadinya
penyakit.
Contoh dari faktor resiko yaitu:
Faktor Resiko Resiko Penyakit
Perokok Kanker paru
Mempunyai catatan kriminal
Membawa senjata
Pembunuhan (homocide)
Depresi
Riwayat keluarga bunuh diri
Suicide (bunuh diri)
Kebiasaan minum alkohol Sirosis hari
Perokok
Kolesterol darah tinggi
Diabetes
Riwayat keluarga diabetes
Gemuk
Kurang gerak badan
Tekanan darah naik
Riwayat keluarga jantung iskemik
Penyakit arterosklerosis jantung
Panjang perjalanan tinggi Kecelakaan lalu lintas darat
11. 10
Tidak pakai sabuk pengaman
Kebiasaan mimum alkohol
Makan obat yang mempengaruhi
pengendara
Pendarahan tidak normal pada vagina Kanker uterus
Tidak Pap smear
Intercourse usia muda
Satus sosial-ekonomi rendah
Etik jewish
Kanker serviks
Riwayat keluarga kanker atau penyakit
payudara
Lambat hamil atau nullipara
Usia haid awal
Lambat monopause
Kegemukan
Radiasi
Sosial-ekonomi tinggi
Fibocystic breast disease
Kanker payudara
2.1.7 Gizi sebagai contoh faktor resiko
Terdapat tiga faktor resiko utama penyakit kronik yakni diet tidak sehat (ulhealthy
diet), kurang kegiatan fisik (physical inactivity), dan pemakaian tembakau (rokok). Gizi
merupkan salah satu faktor resiko yang penting. Salah satu hal yang dapat diakaitakan dengan
gizi adalah tentang kandungan serat yang dikandung oleh makanan.
Contoh hubungan faktor diet dengan kejadian kanker:
No Jenis Kanker Faktor Diet
1. Perut a. Resiko: smoked foods, makanan salt-canned, nitrate and
nitrite preserved food.
b. Protektif: susu, sayuran berwarna hijau dan kuning, makanan
yang mengandung vitamin C.
2. Esophagus a. Resiko: alkohol, pickles (asinan), moldy food (makanan
berjamur), trace mineral, minuman yang panas (very hot
beverage).
b. Protektif: fresh fruit, vegetables
3. Usus dan rektum a. Resiko: total lemak
b. Protektif: serat, cruciferous vegetables (sayuran seperti
brokoli, kubis, kemabang kol)
4. Liver Resiko: alkohol, kornis hepatitis B, aflatoxins dalam makanan
5. Gallbladder
(kantung empedu)
Resiko: diet leading to obesity
6. Ginjal Resiko: paparan cadmium
7. Paru – paru Resiko: diet rendah vitamin A, alkohol
8. Kandung kemih Resiko: kopi, diet rendah vitamin A
9. Payudara Resiko: diet tinggi lemak
10. Prostat a. Resiko: diet tinggi lemak, makanan tinggi protein
12. 11
b. Protektif: diet vitamin A
2.1.8 Menentukan besarnya faktor resiko
Besarnya peranan faktor resiko dapat dilakukan dengan menghitung besarnya resiko
relatif atau odds ratio. Perhitungan ini berdasarkan perbedaan rate antara populasi yang
terpapar dengan yang tidak terpapar. Perhitungan resiko ini dikaitakan dengan jenis – jenis
metode penelitian epidemiologi dan frekuesi penyakit.
2.1.9 Perbedaan faktor resiko dengan prognosis
Prognosis menunjukkan seberapa besar kemungkinan meninggal dalam keadaan sakit,
sedangkan faktor resiko menunjukkan seberapa besar kemungkinan sakit dari seseorang yang
sehat. Dapat digambarkan dengan:
Sehat sakit mati
Faktor Resiko Faktor prognosis
- LDL tinggi
- Rokok
- HDL rendah
- Hipertensi
- Tidak aktif bergerak
- Pria
- Jantung kongestif
- Infark anterior
- Aritma ventrikular
Angka yang sering digunakan untuk prognosis:
a. Harapan hidup lima tahun (five years survival rate): presentase penderita untuk
mampu bertahan hidup selama lima tahun dari saat sakit.
b. Kasus – fatal: presentase penderita yang meninggal karena sakit.
c. Respon: presentase penderita yang mengalami perbaikan.
d. Remisi: presentase penderita yang “sembuh”, tidak dideteksi
e. Kampuh (relapse): presentase yang kembali sakit setelah “sembuh”
2.2 Upaya Pencegahan
2.2.1 Tingkat pencegahan
a) Pencegahan primodial
Upaya ini dimaksudkan agar penyekit tersebut tidak mendapar dukungan dari gaya
hidup atau faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan ini tidak hanya bersal dari oihak
kesehatan saja, tetapi semua pihak. Misalnya menciptakan kondisi dimana masyarakat yakin
bahwa merokok merupakan kebiasaan yang buruk, baik bagi perokok itu sendiri ataupun bagi
yang bukan perokok.
Faktor resiko Faktor prognosis
13. 12
Prinsip pencehan primodial adalah:
Mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar dalam masyarakat
Melakukan penyesuaian, modifikasi terhadap faktor resiko yang ada atau berlangsung
dalam masyrakat.
Misalnya dengan diet asam lemak jenuh untuk pencegahan penyakit jantung. Masyrakat suatu
daerah sudah memiliki pola makan tersendiri yang mendukung diet dari asam lemak jenuh.
Upaya pencegahan primodial dimaksudkan untuk mepertahankan kebiasaan makan atau
kebiasaan hidup yang sudah ada atau membuat modifikasi cara makan yang sudah ada
dengan tetap mendukung tujuan makanan yang mengandung asam lemak jenuh.
b) Pencegahan tingkat pertama
Pencegahan ini meliputi:
Promosi kesehatan masyarakat, misalnya:
Pendidikan kesehatan masyarakat
Promosi kesehatan
Kampanye kesadaran masyrakat
Mengadakan pameran kesehatan
Pencegahan khusus, seperti
Pencegahan keterpaparan
Pemberian kemopreventif
c) Pencegahan tingkat kedua
1. Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening.
2. Pengobatan, misalnya tindakan bedah atau kemoterapi
d) Pencegahan tingka ketiga
Meliputi rehabilitas, contohnya perwatan rumah jompo atau perawatan rumah orang sakit.
2.2.2 Contoh upaya pencegahan
Pencegahan PTM ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasi. Misalnya
pada stroke, hipertensi dianggap sebagai faktor resiko utama disamping faktor resiko lain.
Upaya pencegahan stroke diarahkan kepada upaya pencegahan hipertensi dan penurunan
hipertensi.
Selain itu, ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan
dengan 4 faktor utama yang memengaruhi terjadinya penyakit (gaya hidup, lingkungan,
pelayanan kesehatan, dan biologis).
14. 13
Misalnya dalam pencegahan penyakit stroke pada umur 30 – 44 tahun:
Upaya
pencegahan
Gaya hidup Lingkungan Biologi pelayanan
Pencegahan
primer
- Reduksi stress
- Diet rendah
garam
- Tidak
merokok
- Lingkungan
kerja positif
- Perubahan
kerja
- Faktor
resiko
keluarga
dan
tingginya
lemak
- Aspirin
- Edukasi kepada
pasieh: turunkan
tensi
Pencegahan
sekunder
- Manajemen
stress
- Berhenti
merokok
- Vitamin
- Konseling
kaluarga
- Obat –
obatan,
untuk efek
sampingan
- Edukasi:
relaksasi
Pencegahan
primer
- Reduksi
stress
- Diet
- Berhenti
merokok
- Keamanan
diri
- Dukungan
keluarga
- Kepatuhan
berobat
- Edukasi
- Terapi
bicara
- Edukasi
terhadap efek
samping
15. 14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor resiko adalah karakteristik, tanda, gejala didalam penyakit individual yang
berhubungan dengan peningkatan kejadian dari pada suatu penyakit. Perlunya diketahui
faktor resiko suatu penyakit karena berguna untuk memprediksi kejadian suatu penyakit,
mencari penyebab dari suatu kejadian penyakit, membantu dalam diagnosis, dan sebagai
langkah awal untuk menentukan tindakan prevensi dalam meminimalisir terjadinya insedensi
dan meningkatnya prevalensi.
Upaya pencegahan adalah tindakan yang dimaksudkan agar penyakit yang ada tidak
mendapat dukungan dari gaya hidup atau faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan ini tidak
hanya berasal dari pihak kesehatan saja, tetapi melibatkan semua pihak dalam pencapaian
kondisi optimal untuk menjaga kesehatan dan meminimalisisr kejadian timbulnya suatu
penyakit dikalangan masyarakat.
3.2 Saran
Agar sekiranya makalah ini mampu memberikan wawasan bagi pembaca dan penulis
sendiri mengenai konsep factor resiko dan upaya pencegahan dalam epidemiologi penyakit
tidak menular. Apabila terdapat kesalahan dan menimbulkan interpretasi yang berbeda bagi
pembaca, penulis memohon maaf dan sangat terbuka terhadap saran dan masukan yang
membangun dari berbagai pihak. Diharapkan dari disusunnya makalah ini, pembaca dan
penulis memahami bahwa dalam konsep epidemiologi penyakit tidak menular, terdapat factor
resiko yang dapat dicegah untuk meminimalisir timbulnya insedensi dan meningkatnya
prevalensi dari suatu kejadian penyakit menular.