SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
ii
Pendahuluan
Modul ini dikembangkan dalam rangka pengembangan Modul Hybrid
Learning PPG untuk digunakan sebagai perangkat pembelajaran dalam jaringan
pada Program Keahlian Teknologi Konstruksi dan Properti. Secara khusus, modul
ini berisi tentang materi bahan perkerasan jalan, perkerasan lentur, pekerasan
kaku, dan metode pekerjaan perkerasan jalan. Modul ini juga dilengkapi dengan
tes formatif yang lengkap dengan kunci jawaban. Sebagai bagain dari perangkat
pembelajaran, untuk mengoperasionalkan materi dalam modul ini dikembangkan
media pembelajaran salah satu adalah media presentasi.
Capaian Pembelajaran
Mampu menguasai dan menerapkan konsep materi Konstruksi Jalan & Jembatan
meliputi perkerasan jalan lentur, perkerasan jalan kaku, Klasifikasi jalan,
Alinegement jalan, dan Konstruksi Jembatan berbasis ICT.
Sub Capaian Pembelajaran
1. Menjelaskan konsep dasar perkerasan jalan
2. Merencanakan perkerasan lentur
3. Merencanakan perkerasan kaku
4. Memahami metode pelaksanaan perkerasan jalan.
3
Uraian Materi
Kegiatan Belajar 2: Teknik Perkerasan Jalan
2.1. Dasar Pekerasan Jalan
2.1.1. Pengertian Perkerasan jalan
Jalan sebagai salah satu konstruksi dalam bidang teknik sipil tentunya memiliki karakteristik dan
elemen penyusunnya. Karakteristik yang dimaksud dalam hal ini adalah susunan perkerasan
jalan yang merupakan campuran dari berbagai bahan atau material yang digunakan. Perkerasan
jalan sendiri dapat didefinisikan sebagai campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan intuk melayani beban lalu lintas (https://id.wikipedia.org/wiki/Perkerasan_jalan).
Perkerasan jalan juga dedifinisikan sebagai lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan
tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
transportasi dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti.
Definisi lain tentang perkerasan jalan adalah campuran antara agregat yang digunakan untuk
melayani beban lalu lintas (Tenriajeng, 2002).
Sukirman (2003) dalam bukunya menjelaskan agar perkerasan jalan sesuai dengan mutu yang
diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun
perkerasan jalan sangat diperlukan. Berdasarkan hal tersebut, perkerasan jalan berdasarkan bahan
pengikatnya dapat diklasifikasi menjadi:
a. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan menggunakan aspal
sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan
semen sebagai bahan pengikatnya.
c. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu perkerasan aku yang
dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas
perkerasan kaku, datau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.
Perbedaan antara konstruksi kaku dan lentur secara umum dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini:
Tabel 1. Perbedaan Konstruksi Kaku dan Lentur
No Faktor Perkerasan lentur Perkerasan kaku
4
1 Bahan pengikat Aspal Semen
2 Repetisi beban Timbul Rutting Timbul retak pada
permukaan
3 Penurunan tanah dasar Jalan bergelombang
(mengikuti tanah
dasar)
Bersifat sebagai
balok di atas
perletakan
4 Perubahan temperatur Modulus kekakuan
berubah
Timbul tegangan
dalam yang kecil
Modulus kekakuan
tidak berubah
Timbul tegangan
dalam yang besar.
Sumber: Sukirman (1992), “Perkerasan Lentur Jalan Raya”
2.1.2. Fungsi Lapisan Perkerasan
Berbagai macam jenis perkerasan sebagaimana diuraikan di atas, memiliki lapisan-lapisan yang
berbeda-beda. Masing-masing lapisan tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri sesuai dengan
kebutuhan spesifikasi struktur yang direncanakan. Fungsi dari masing-masing lapisan tersebut
direncanakan dengan pertimbangan keawetan, daya dukung, dan biaya pengerjaan. Adapun
macam-macam lapisan tersebut diantaranya:
a. Lapis Permukaan (LP)
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang berada dibagian paling atas dari struktur
perkerasan. Lapis permukaan sendiri memiliki dua lapisan pembentuk yaitu lapis aus (Wearing
Course) dan lapis antara (Binder Course). Lapis aus merupakan bagian dari lapis permukaan
yang terletak di atas lapis antara yang berfungsi mengamankan perkerasan dari pengaruh air,
menyediakan permukaan yang halus, dan menyediakan permukaan yang kesat (Nono, 2007).
Sedangkan lapis antara merupakan bagian dari pais permukaan yang terletak diantara lapis aus
dan lapis pondasi (base course). Lapis antara ini memiliki fungsi untuk mengurasi tegangan, dan
menahan beban paling tinggi akibat beban lalu lintas sehingga harus mempunyai kekuatan yang
cukup (Nono, 2007). Fungsi lapis perkerasan secara umum dapat diklasifikasi menjadi fungsi
struktural dan non struktural, dimana
5
1) Fungsi Struktural
Fungsi struktural untuk lapis permukaan yaitu untuk mendukung dan menyebarkan beban
kendaraan yang diperoleh dari beban vertikal yang berasan dari kendaraan atau lainnya dan
beban horisontal (gaya geser). Untuk mendukung fungsi tersebut, maka lapis permukaan
dipersyaratkan harus memenuhi aspek kekuatan, kekokohan, dan stabil.
2) Fungsi Non-Struktural
Selain memiliki fungsi struktural, lapis permukaan memiliki fungsi non-struktural yaitu:
- Sebagai lapis kedap air yang dapat mencegah masuknya air ke dalam lapisan
perkerasan yang berada dibawahnya.
- Sebagai pembentuk permukaan yang rata, agar kendaraan yang melintas dapat
berjalan dan mendapatkan kenyamnaan yang cukup.
- Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak (skid
resistance) yang cukup untuk menjamin keamanan lalu lintas.
- Sebagai lapisan aus yang dapat diganti dengan yang baru.
b. Lapis Pondasi
Lapis pondasi merupakan bagian yang berada dibawah lapis aus yang fungsi umumnya adalah
membagi dan meneruskan beban yang bekerja ke bagian tanah dasar. Lapis pondasi sendiri
terdiri dari lapis pondasi atas (LPA) dan lapis pondasi bawah (LPB).
1) Lapis Pondasi Atas (LPA)
Lapis pondasi atas merupakan lapis bagian dari perkerasan yang terletak di bawah lapis
permukaan dan berada di atas lapis pondasi bawah yang berfungsi sebagai lapisan pendukung
bagi lapis permukaan, memikul beban horisontal dan vertikal dan sebagai lapis perkerasan bagi
pondasi bawah.
2) Lapis Pondasi Bawah (LPB)
Lapis pondasi bawah (Subbase-Course) merupakan bagian perkerasan jalan yang terletak pada
bagian bawah lapis pondasi dan berada di atas tanah. Fungsi lapis pondasi bawah sendiri
diantaranya adalah menyebarkan beban roda, sebagai lapis peresapan, sebagai lapis pertama
dalam pembuatan perkerasan dan sebagai lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh
cuaca terutama hujan.
c. Lapisan Tanah Dasar
6
Tanah dasar (Subgrade) merupakan permukaan tanah semula, permukaan tanah galian, dan atau
permukaan tanah urugan/timbunan yang telah dipadatkan dan sebagai tanah dasar untuk
meletakkan bagian-bagian lapis perkerasan lainnya.
2.1.3. Umur Rencana Perkerasan jalan
Setiap desain konstruksi pastinya direncanakan dengan umur pemakaiannnya. Hal tersebut juga
berlaku untuk konstruksi perkerasan jalan, sehingga dapat dijadikan acuan dalam merencanakan
perekerasan dan perawatan pasca pengerjaan pekerjaan jalan tersebut. Adapun umur rencana
perkerasan jalan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Umur Rencana Perkerasan Jalan Baru
2.1.4. Material Penyusun Perkerasan Jalan
Material atua bahan pembuatan perkerasan jalan merupakan bagian terpenting dalam perkerasan
jalan. Campuran bahan yang digunakan harus mempertimbangkan jenis perkerasan yang akan
digunakan. Adapun campuran bahan yang umum digunakan untuk perkerasan jalan diantaranya
aspal, agregat, filler, kapur, dan atau semen.
a. Aspal
Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna coklat gelap atau hitam
pekat yang dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resins, dan oils. Aspal ialah bahan hidro
karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air,
dan visoelastis (https://id.wikipedia.org/wiki/Aspal). Aspal juga didefinisikan sebagai material
berwarna hitam atau cokelat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat
(Sukirman, 2003). Aspal yang digunakan sebagai lapis perkerasan berfungsi sebagai bahan ikat
7
antara agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak (Kerbs and Walker, 1971). Aspal
memiliki sifat diantaranya:
- Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara
aspal itu sendiri
- Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada pada
agregat itu sendiri
Aspal sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan harus memenuhi persyaratan diantaranya:
1) Daya tahan (durability)
Daya tahan aspal merupakan kemampuan aspal untuk mempertahankan sifat asalnya akibat
pengaruh suaca selama masa umur pelayanan.
2) Adhesi dan kohesi
Adhesi merupakan kemampuan material (aspal) untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan
ikatan yang baik antara agregat dan aspal. Sedangkan kohesi merupakan ikatan didalam molekul
aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan.
3) Kepekaan terhadap temperatur
Merupakan sifat aspal agar tetap memiliki ketahanan terhadap temperatur.
4) Kekerasan aspal
Pada pelaksanaan proses pencampuran aspal ke permukaan agregat dan penyemprotan aspal ke
permukaan agregat terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas dan viskositas
bertambah tinggi.
5) Sifat pengerjaan (workability)
Aspal yang digunakan sebaiknya memiliki kemudahan dalam pengerjaan pengaspalan
(penghamparan dan pemadatan) untuk mendapatkan lapisan yang padat dan kuat.
Pencampuran aspal dalam pekerjaan perkerasan jalan memiliki persentase yang berbeda-beda.
Menurut Sukirman (2003) banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10%
berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan volume campuran. Sebagai salah satu
material alam, berdasarkan sumber untuk medapatkannya aspal dibagi menjadi aspal gunung dan
aspal danau.
b. Agregat
Agregat merupakan butiran-butiran batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya baik buatan
maupun alami. Agregat sebagai campuran perkerasan memiliki fungsi sebagai kerangka yang
8
memberikan stabilitas campuran jika dilakukan dengan alat pemadat yang tepat. Penggunaan
agregat dalam pencampuan pekerasan jalan memiliki persentase 90-95% berdasarkan persentase
berat atau 75-85% berdasarkan persentase volume (Sukirman, 2007). Agregat yang digunakan
untuk campuran perkerasan sendiri dibedakan menjadi agregat kasar dan agregat halus.
Persyaratan agregat kasar dan agregat halus untuk campuran perkerasan jalan dapat dilihat pada
tabel 2 dan tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Persyaratan Agregat Kasar
No Pengujian Metode Syarat
1 Penyerapan air SNI 03-1969-1990 ≤ 3%
2 Berat Jenis SNI 03-1970-1990 ≥ 2,5
3 Keausan/los angeles abration test SNI 03-2417-1991 ≤ 40%
4 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 06-2439-1991 ≥ 95%
5 Partikel pipih dan lonjong ASTM D-4791 ≤ 10%
Tabel 4. Persyaratan Agregat Halus
No Pengujian Metode Syarat
1 Penyerapan air SNI 03-1969-1990 ≤ 3%
2 Berat jenis SNI 03-1970-1990 ≥ 2,5
3 Ekivalen pasir ASSHTO T-176 ≥ 50%
Bentuk dan tekstur agregat sebagai material perkerasan jalan diantaranya adalah:
a. Bulat (rounded)
b. Lonjong (elongated)
c. Kubus (cubical)
d. Pipih (flaky)
e. Tak beraturan (irragular)
Sedangkan tekstur dari agregat itu sendiri diantaranya:
1) Kasar sekali
2) Kasar
3) Halus
9
4) Halus dan licin
Secara umum, agregat untuk keperluan bahan perkerasan jalan dibagi menjadi:
- Agregat kasar
Agregat kasar menurut Saodang (2005) berdasarkan ukuran besaran butir yaitu > ¼ inci (6.35
mm) atau tertahan saringan no 4. Agregat kasar merupakan batuan dengan ukuran antara 4.8mm-
150mm yang berasal dari batuan alami ataupun batuan pecah. Agregat kasar yang digunakan
sebagai campuran perkerasan harus memiliki nilai keausan abrasi kurang dari 50% hingga
dinyatakan dapat digunakan sebagai material penyusun jalan. Selain sifat keausan tersebut,
syarat agregat kasar sebagai campuran perkerasan harus memiliki bentuk tekstur permukaan
yang tajam dan bersudut untuk medapatkan campuran pekerasan jalan yang padat.
- Agregat halus
Agregat halus menurut Saodang (2005) agregat berbutir halus adalah bahan yang lewat saringan
No. 4 dengan bukaan 4,75 mm dan tertahan saringan No. 200 dengan bukaan 0,075 mm,
biasanya berupa pasir murni, hasil screening dari mesin pemecah batu, atau kombinasi dari
keduanya. Dalam campuran aspal, agregat halus berfungsi sebagai pengisi rongga-rongga antara
agregat kasar, sehingga kualitas campuran akan semakin baik
Selain beberapa hal tersebut, agregat sebagai perkerasan jalan memiliki kriteria gradasi yang
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a) Gradasi rapat
Gradasi rapat merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang berimbang,
sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well graded). Agregat dengan gradasi rapat
akan menghasilkan lapis perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap air, sifat drainase
jelek dan berat volume besar.
b) Gradasi seragam
Gradasi seragam adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama/ sejenis atau mengandung
agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi
seragam disebut juga gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan
lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang dan berat volume kecil.
c) Gradasi timpang
Gradasi timpang merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi dua kategori di atas.
Agregat bergradasi timpang umumnya digunakan untuk lapisan perkerasan lentur yaitu gradasi
10
senjang, merupakan campuran agregat dengan 1 fraksi hilang dan 1 fraksi sedikit sekali. Agregat
dengan gradasi timpang akan menghasilkan lapis perkerasan yang mutunya terletak diantara
kedua jenis di atas.
Persentase perbandingan setiap gradasi dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan menurut
Sukirman (2003), ketiga jenis gradasi tersebut memiliki perbandingan sifat. Perbandingan sifat-
sifat tersebut dapat dilihat pada tabel 5.
Gambar 1. Persentase Gradasi Agregat
Tabel 5. Perbandingan Gradasi Agregat
No Gradasi Seragam Gradasi Baik Gradasi Jelek
1 Kontak antar butir
baik
Kontak antar butir
baik
Kontak antar butir
jelek
2 Kepadatan bervariasi
tergantung dari
segregasi yang terjadi
Seragam dan
kepadatan tinggi
Seragam tetapi
kepadatan jelek
3 Stabilitas dalam
keadaan terbatas
tinggi
Stabilitas tinggi Stabilitas sedang
4 Stabilitas dalam
keadaan rendah
Kuat menahan
deformasi
Stabilitas sangat
rendah pada keadaan
basah
5 Sukar untuk
dipadatkan
Sukar sampai sedang
untuk memadatkan
Mudah dipadatkan
11
6 Mudah diresapi air Tingkat permeabilitas
cukup
Tingkat permeabilitas
tinggi
7 Tidak dipengaruhi
kadar air
Pengaruh variasi kadar
air cukup
Kurang dipengaruhi
oleh bervariasinya
kadar air
c. Semen
Material lain yang dapat digunakan sebagai bahan campuran perkeasan ajalan adalah semen.
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesive dan kohesif yang memungkinkan
melekatnya fragmen-fagmen mineral lain menjadi suatu massa yang padat. Berdasarkan hal
tersebut maka semen dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan semen yang biasa digunakan
untuk konstruksi beton untuk bangunan. Secara kimia semen dicampur dengan air untuk dapat
membentuk massa yang mengeras, semen semacam ini disebut semen hidrolis.
Semen juga didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping
(bahan utama) dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa
padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau
membatu pada pencampuran dengan air. Bahan-bahan pembutan semen adalah
- Batu kapur menghasilkan kalsium karbonat
- Tanah liat menghasilkan alumina dan silika
Fungsi semen secara umum adalah untuk merekatkan butiran-butiran agregat agar terjadi suatu
masa yang padat. Kandungan silika dan alumina pada semen merupakan unsur utama pembentuk
semen yang apabila bereaksi dengan air akan menjadi media perekat. Susunan komposisi semen
diperlihatkan dalam tabel 6 (Tjokrodimuljo, 1996).
Tabel 6. Susunan Komposisi Semen
12
d. Filler
Bahan pengisi (filler) harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan mempunyai sifat –
sifat yaitu non plastis, lolos saringan no.200, dan berupa bahan non-organik. Fungsi filler dalam
campuran adalah:
a. Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah
aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang.
b. Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta yang akan membalut dan
mengikat agregat halus untuk membentuk mortar.
c. Mengisi ruang antara agregat halus dan kasar serta menigkatkan kepadatan dan
kestabilan.
2.2. Perkerasan Lentur
2.2.1. Definisi dan Dasar Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur (flexible pavement) merupakan perkerasan yang menggunakan aspal sebagai
bahan pengikat dan lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu
lintas ke tanah dasar. Definisi lain tentang perkerasan lentur adalah suatu konstruksi perkerasan
dimana konstruksinya terdiri dari beberapa lapisan. Perkerasan lentur umumnya digunakan
dalam perkerasan jalan yang dapat melayani beban lalu lintas ringan sampai sedang.
Karakteristik perkerasan lentur secara umum adalah
a. Menggunakan aspal sebagai bahan pengikat
b. Sifat perkerasan adalah memikul beban dan menyebarkan ke tanah dasar (Subgrade)
13
c. Pengaruh terhadap repitisi beban adalah timbulnua ruttinh (lendutan pada jalur roda)
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar adalah terbentuknya jalan bergelombang.
Selain karakteristik di atas, penggunaan perkerasan lentur untuk perkerasan jalan memiliki
keuntungan dan kerugian diantaranya:
1) Keuntungan
- Dapat digunakan pada daerah dengan perbedaan penurunan terbatas
- Mudah diperbaiki
- Tambahan lapisan pekerasan dapat dilakukan kapan saja
- Memiliki tahanan geser yang baik
- Warna perkerasan terkesan tidak silau bagi pengguna jalan
- Konstruksi pengerjaannya dapat dilaksanakan secara bertahap.
2) Kerugian
- Tebal toal struktur perkerasan lebih tebal dibandingkan perkerasan kaku
- Kelenturuan dan sifat kohesi berkurang selama masa pelayanan
- Tidak baik digunakan jika sering digenangi air
- Menggunakan agregat lebih banyak
Struktur lapisan perkerasan lentur umumnya terdiri dari lapis permukaan, lapis pondasi atas,
lapis pondasi bawah dan lapis tanah dasar. Susunan lapisan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Susunan Lapis Perkerasan Lentur Secara Umum
Sedangkan dalam manual perkerasan jalan (2017) menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis
perkerasan baru dengan susuan lapisan perkerasan yang berbeda-beda diantaranya:
a) Perkerasan lentur Pada Permukaan Tanah Asli
14
Gambar 3. Lapisan Perkerasan Lentur Pada Permukaan Tanah Asli
Sumber: Manual DesainPerkerasan Jalan 2017
b) Perkerasan Lentur pada Timbunan
Gambar 4. Lapisan Perkerasan Lentur Pada Permukaan Timbunan
Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017
c) Perkerasan Lentur pada Galian
Gambar 5. Lapisan Perkerasan Lentur Pada Galian
Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017
2.2.2. Faktor Penyebab Kerusakan Perkerasan Lentur
Beberapa faktor penyebab kerusakan pada konstruksi perkerasan lentur diantaranya adalah:
15
a. Lalu lintas, faktor lali lintas yang mempengaruhi kerusakan pada perkerasan lentur
dapat berupa peningkatan beban yang diterima lapisan perkerasan lentur dan faktor
repetisi beban.
b. Air, faktor air dapat berupa air hujan dan sistem drainase jalan yang tidak baik dan
naiknua air akibat kapilaritas.
c. Material kosntruksi perkerasan, pemilihan material untuk perkerasan lentur
dipengaruhi oleh kualitas dan sifat material itu sendiri, selain itu pengolahan material
saat proses pencampuran juga mempengaruhi kondisi perkerasan lentur.
d. Iklim, faktor iklim disetiap wilayah menjadikan faktor yang dapat memperngaruhi
kerusakan perkerasan lentur.
e. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil
f. Proses pemadatan lapisan diatas tanah dasar yang kurang baik.
2.2.3. Material Perkerasan Lentur
Bahan penyusun lapis permukaan untuk perkerasan lentur yang utama terdiri atas bahan ikat dan
bahan pokok. Bahan pokok bisa berupa pasir, kerikil, batu pecah/ agregat dan lain-lain. Sedang
untuk bahan ikat untuk perkerasan bisa berbeda-beda, tergantung dari jenis perkerasan jalan yang
akan dipakai. Bisa berupa tanah liat, aspal/ bitumen, portland cement, atau kapur/ lime.
a. Aspal
Salah satu material untuk perkerasam lentur yang umum digunakan adalah aspal. Aspal untuk
perekerasan jalan dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat diperolehnya yaitu aspal alam dan
aspal minyak. Aspal alam merupakan aspal yang diperoleh dari suatu tempat di alam yang dapat
digunakan dengan sedikit pengolahan. Sedangkan aspal minyak merupakan aspal yang diperoleh
dari pengolahan minyak bumi.
1) Aspal Alam
Aspal alam merupakan jenis aspal yang diperoleh dari gunung-gunung atau danau. Salah satu
contoh aspal gunung adalah aspal yang berasal dari pulau di Indonesia yaitu pulau buton, aspal
dari daerah ini kemudian dikenal dengan nama asbuton. Lapis permukaan jalan yang dapat
dibuat dari Asbuton diantaranya (Suprapto, 2004), yaitu:
- Seal Coat Asbuton
16
Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak dan dengan perbandingan tertentu
dan pencampurannya dilakukan dengan dingin (cold mix).
- Sand Sheet Asbuton
Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak dan pasir dengan perbandingan
tertentu dan pencampurannya dilakukan secara dingin/ hangat/ panas.
- Lapis Beton Asbuton
Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak dan agregat dengan gradasi rapat
pada perbandingan tertentu yang dilaksanakan secara dingin/ hangat/ panas.
- Surface Treatment Asbuton
Lapis ini seperti halnya seal coat Asbuton. Sedangkan perbedaannya terletak pada pelaksanaanya
di lapangan, yaitu di atas lapis tersebut ditaburkan agregat single size
2) Aspal Minyak
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak bumi
dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang banyak mengandung aspal, parafin
base crude oil yang mengandung banyak parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung
campuran antara parafin dan aspal. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak
jenis asphaltic base crude oil. Berikut adalah klasifikasi dari aspal buatan:
- Menurut Bahan Dasar Aspal. Aspal dibedakan menjadi (Suprapto, 2004):
I. Dari bahan hewani (animal origin), yaitu diperoleh dari pengolahan crude oils.
Dari proses pengolahan crude oils akan diperoleh bahan bakar dan residu, yang
jika diproses lanjut akan diperoleh aspal/bitumen.
II. Dari bahan nabati (vegetable origin), yaitu diperoleh dari pengolahan batu
bara/coal, dalam hal ini akan diperoleh tar.
- Menurut Tingkat Kekerasannya, aspal minyak/ aspal murni/ petroleom asphalt ,
diklasifikasikan menjadi :
1. Aspal Keras/ Aspal Panas/ Aspal Semen (Asphalt Cement), merupakan aspal
yang digunakan dalam keadaan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan
penyimpanan dalam temperatur ruang (250
-300
C). Merupakan jenis aspal buatan
yang langsung diperoleh dari penyaringan minyak dan merupakan aspal yang
17
terkeras. Berdasarkan tingkat kekerasan/kekentalannya, maka aspal semen
dibedakan menjadi :
a) AC 40-50
b) AC 60-70
c) AC 85-100
d) AC 120-150
e) AC 200-300
Angka-angka tersebut menunjukkan kekerasan aspal, yaitu yang paling keras
adalah AC 40-50 dan yang terlunak adalah AC 200- 300. Angka kekerasan adalah
berapa dalam masuknya jarum penetrasi ke dalam contoh aspal. Aspal dengan
penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu lintas dengan
volume tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah
bercuaca dingin atau lalu lintas dengan volume rendah. Di Indonesia pada
umumnya dipergunakan aspal dengan penetrasi 60-70 dan 80-100.
2. Aspal cair (Cut Back Asphalt / Liquid asphalt)
Aspal cair bukan merupakan produksi langsung dari penyaringan minyak kasar
(crude oil), melainkan produksi tambahan, karena harus melelui proses lanjutan
terlebih dahulu. Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan
pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Dengan demikian cut back asphalt
berbentuk cair dalam temperatur ruang.
3. Aspal Emulsi
Aspal emulsi suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi.
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas
(Subekti, 2006):
- Kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang
bermuatan arus listrik positif.
- Anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang
bermuatan negatif.
- Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak
menghantarkan listrik.
18
b. Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya, baik
berupa hasil alam maupun buatan (Petunjuk Pelaksanaan Laston Untuk Jalan Raya SKBI -
2.4.26.1987). Fungsi dari agregat dalam campuran aspal adalah sebagai kerangka yang
memberikan stabilitas campuran jika dilakukan dengan alat pemadat yang tepat. Agregat sebagai
komponen utama atau kerangka dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90% – 95%
agregat berdasarkan persentase berat atau % – 85% agregat berdasarkan persentase volume
(Silvia Sukirman, 2003, Beton Aspal Campuran Panas). Pemilihan jenis agregat yang sesuai
untuk digunakan pada konstruksi perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu gradasi,
kekuatan, bentuk butir, tekstur permukaan, kelekatan terhadap aspal serta kebersihan dan sifat
kimia. Jenis dan campuran agregat sangat mempengaruhi daya tahan atau stabilitas suatu
perkerasan jalan (Kerbs, and Walker, 1971).
c. Campuran Aspal dan Agregat
Pencampuran aspal dengan agregat sebagai bahan perkerasan maka:
- Partikel-partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal
- Rongga-rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi udara
- Terdapat rongga antar butir yang terisi udara
- Terdapat lapisan aspal yang ketebalannnya tergantung dari kadar aspal yang
digunakan untuk menyelimuti partikel-partikel agregat.
Faktor-faktor yang memperngaruhi kualitas dari beton aspal antara alain (1) absorbsi aspal, (2)
kadar aspal efektif, (3) rongga antar buti (VMA), (4) rongga udara dalam campuran (VIM), (5)
gradasi agregat. Beberapa jenis campuran aspal dan agregat antara lain:
- LAPEN (Lapis Penetrasi Macadam)
Campuran antara agregat dan aspal yang terdiri atas agregat pokok dan agregat pengunci dengan
gradasi terbuka dan seragam diikat dengan aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan
dipadatkan lapis demi lapis.
- LATASIR (Lapis Tipis Aspal Cair)
Campuran yang terdiri dari aspal dan pasir bergradasi menerus akan dicampur pada suhu
minimum 120ºC dan dipadatkan pada suhu minimum 98ºC - 110ºC.
- BURAS (Laburan Aspal)
19
Campuran yang terdiri atas aspal laburan pasir dengan ukuran maksimum 3/8”.
- BURTU (Lapisan Aspal Satu Lapis)
Campuran ini sama dengan BURAS tetapi dengan laburan satu lapisan agregat bergradasi
seragam dengan tebal maksimum 20 mm. Digunakan pada jalan yang belum atau sudah beraspal
yang sudah stabil, mulai retak atau megalami degradasi dan dapat digunakan sampai lalu lintas
berat.
- BURDA (Laburan Aspal Dua Lapis)
Pengembangan dari BURTU, dimana laburan aspal ditaburi agregat dan dikerjakan dua kali
secara berurutan dengan tebal maksimum 35 mm.
- LASBUTAG (Lapis Asbuton Campuran Dingin)
Campuran yang terdiri atas campuran agregat, asbuton, dan bahan peremaja yang dicampur,
diaduk, diperam, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan dingin (tanpa pemanasan).
Campuran ini merupakan jenis campuran yang memanfaatkan langsung aspal alam, yaitu aspal
dari Pulau Buton (yang disebut Asbuton).
- LATASBUM (Lapisan Tipis Asbutin Murni)
Pengembangan lain dari pemanfaatan aspal alam asbuton adalah dengan melakukan ekstraksi
untuk mendapatkan aspal murni dari dalam batuan asbuton
- LASTON (Lapis Aspal Beton) atau Asphaltic Concrete, AC
Campuran aspal dengan agregat bergradasi menerus yang dicampur pada suhu minimum 115ºC.
- LASTON Atas (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas)
Campuran ini adalah penggunaan laston sebagai lapis pondasi. Campuran ini terdiri dari
campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dan dicampur pada suhu 90ºC - 120ºC
dan dipadatkan dalam keadaan panas.
- LASTON Bawah (Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah)
Sama halnya dengan LASTON atas, tetapi sebagai lapis pondasi bawah. Campuran ini terdiri
dari campuran agregat dan aspal yang dicampur pada suhu minimum 80ºC - 120ºC dan
dipadatkan pada suhu minimum 80ºC.
- LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton) atau Hot Rolled Sheet, HRS
Campuran ini menggunakan agregat bergradsi timpang, aspal dan ditambah filler yang dicampur
pada suhu tertentu.
20
- Hot Rolled Asphalt (HRA)
Campuran ini menggunakan agregat bergradasi senjang. Campuran ini menggunakan sedikit
agregat berukuran sedang (2,36 mm sampai dengan 10 mm), dan matriks passir, mineral halus
dan aspal serta sedikit agregat kasar (biasanya berukuran nominal 14 mm).
- Stone Mastic Asphalt (SMA)
Stone Mastic Asphalt dikembangkan di Skandinavia dan Jerman. Campuran SMA bergradasi
kasar seperti asphalt porous, tetapi rongganya terisi oleh mortar agregat halus/aspal.
2.3. Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku / rigid pavement adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton
sebagai bahan utama perkerasan tersebut , merupkan salah satu jenis perkerasan jalan yang
digunakan selain dari perkerasan lentur. Perkerasan ini pada umumnya dipakai pada jalan yang
memiliki kondisi lalulintas yang cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar. Pada
konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus sepanjang jalan seperti yang
dilakukan pada perkerasan lentur. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pemuaian yang
besar pada permukaan perkerasan sehingga dapat menyebabkan retaknya perkerasan, selain itu
untuk mencegah letak menerus pada perkerasan jika terjadi keretakan pada suatu titik pada
perkerasan.
Gambar 6. Contoh Potongan Melintang Perkerasan Kaku
Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017
Jenis-jenis perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus meliputi: perkerasan beton semen
bersambung tanpa tulangan, perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan, perkerasan
beton semen bersambung menerus dengan tulangan, dan perkerasan beton semen pratekan.
21
Gambar 7. Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan
Gambar 8. Perkerasan Beton Semen Bersambung dengan Tulangan
Gambar 9. Perkerasan Beton Semen dengan Sambungan Tulangan Menerus
Gambar 10. Perkerasan Beton Semen Pratekan
Adapun susunan lapisan perkerasan kaku dalam buku manual perkerasan jalan terbagi atas:
a. Perkerasan Kaku pada Permukaan Tanah Asli
22
Gambar 11. Lapisan Perkerasan Kaku Pada Permukaan Tanah Asli
Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017
b. Perkerasan Kaku pada Timbunan
Gambar 12. Lapisan Perkerasan Kaku Pada Timbunan
Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017
c. Perkerasan Kaku pada Galian
Gambar 13. Lapisan Perkerasan Kaku Pada Galian
Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017
2.3.1. Keuntungan Perkerasan Kaku
23
- Struktur perkerasan lebih tipis kecuali untuk area tanah lunak
- Pelaksanaan konstruksi dan pengendalian mutu lebih mudah
- Biaya pemeliharaan lebih rendah jika mutu pelaksanaan baik
- Pembuatan campuran lebih mudah
2.3.2. Kerugian Perkerasan Kaku
- Biaya konstruksi lebih mahal untuk jalan dengan lalu lintas rendah
- Rentan terhadap retak jika dilaksanakan diatas tanah lunak, atau tanpa daya dukung
- Umumnya kurang nyaman digunakan ketika berkendara.
2.4. Metode Pekerjaan Perkerasan Jalan
2.4.1. Peralatan Pekerjaan Perkerasan Jalan
a. Dump Truck
b. Tandem Roller
c. Vobrator Roller
d. Wheel Loader
e. Excavator
f. Motor Greader
g. Water Tank Truck
h. Concrete Mixer
2.4.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan dengan Perkerasan Lentur
Pelaksanaan pekerjaan jalan dengan perkerasan lentur meliputi beberapa pekerjaan antara lain:
a. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan yang awal sekali dilaksanakan dalam suatu proyek
termasuk proyek pekerjaan jalan. Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat
pekerjaan persiapan ini antara lain:
- Pembuatan Job Mix Desain
- Pembuatan Direksi Keet, Gudang, Papan Proyek
- Pembuatan Rencana Rekayasa Lalu Lintas
24
- Pekerjaan Mobilisasi alat-alat Mekanis
- Pekerjaan Utilitas Proyek
b. Pekerjaan drainase jalan
- Galian untuk Drainase dan Saluran
- Pemasangan Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang
c. Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Galian Tanah
 Pengukuran dan pemasangan bowplank
 Penggalian dengan cara manual
 Penggalian dengan menggunakan alat berat
- Pekerjaan Galian Tanah untuk Struktur dengan Kedalam > 2 meter
- Pekerjaan Urugan (sesuai persyaratan teknis)
- Pemadatan Material Urugan
- Penyiapan Badan Jalan
d. Pekerjaan Perkerasan
- Pembuatan Mix Desain Perkerasan yang ditentukan
- Penghamparan Perkerasan
- Pemadatan Perkerasan
e. Pekerjaan Akhir
- Pembersihan Lokasi
- Pekerjaan Demobilisasi
2.4.3. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan dengan Perkerasan Kaku
Pelaksanaan pekerjaan perkerasan kaku secara umum meliputi beberapa tahapan, adapun
langkah dalam pelaksanaan pekerjaan jalan dengan perkerasan kaku dapat dilihat pada Gambar
14.
25
Gambar 14. Alur Pekerjaan Perkerasan Kaku
a. Identifikasi Peralatan Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan secara umum melibatkan peralatan manual sampai
peralatan jenis Alat Berat. Adapun contoh peralatan yang digunakan untuk pekerjaan perkerasan
kaku yaitu:
- Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching plant dan truck mixer / dump
truck.
- Alat penghampar dan pemadata beton (concrete paver / concrete finisher.
- Peralatan penyelesaian akhir permukaan beton (texturing and curing machine)
b. Pemilihan Peralatan
Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama. Untuk dapat memilih peralatan
yang akan digunakan dalam pekerjaan perkerasan jalan beton, Pelaksana Lapangan perlu
mendapatkan data- data/informasi tentang :
 Owning Cost dan Operating Cost alat;
 Uraian Analisa Alat;
26
 Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada dalam berkas
penawaran.
c. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Persiapan terdiri dari penyiapan Direksi Keet, Pengukuran dan Pematokan
Lapangan,Pembuatan Papan Nama Proyek dan Pembuatan Rambu Laiu fintas.
- Direksi Keet
Direksi Keet lapangan disesuaikar, dengan RB; membuat bangunan sendiri, menyewa rumah
ataupemanfaatan bangunan disekitar lokasi kegiatan yang terdiri dari 3 ruangan. Untuk Direksi
dilengkapi denganGambar Kerja, Buku Direksi, Buku Tamu dan Laporan Harian.
- Pengukuran dan Pematokan
Pengukuran dan Pematokan dilakukan dengan menggunakan tenaga sejumlah 4 orang tenaga
tidakterampil, didarnpingi oieh Pengawas Lapangan dan dilakukan pematokan pada setiap 100 m
panjang jalanyang diukur.
- Pembuatan Papan Nama Proyek
Pembuatan Papan Nama Proyek dikerjakan oleh 1 orang tukang dan menggunakan bahan
multiplek.Papan Nama Kegiatan didirikan tegak diatas kayu 517 setinggi 200 cm. Diletakkan
pada tempat yang mudahdilihat oleh umum.
- Pembuatan Rambu Lalu lintas
Pembuatan Rambu Lalu lintas dikerjakan oleh 1 orang pekerja dan. menggunakan bahan
multiplekditambah dengan kayu kaso. Rambu Lalu lintas ditempatkan di muka jalan dan dibantu
dengan para Aparatsetempat untuk psngaturan Lalu-lintas
d. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Dasar
- Penyiapan Lapangana.
1) Penggalian dan pengurugan untuk tanah dasar seperti yang ditetapkan pada Bab 3.1
dan 3.2spesifikasi ini.
2) Kontraktor Pelaksana menyediakan dan menggunakan mal logam atau mistar logam
untukmemeriksa punggung atau kemiringan melintang lokasi. Bilamana diminta oleh
Direksi(eknis,ketinggian dan atau elevasi lapangan diperiksa dengan alat survey
ketinggian I elevasi.2.
- Pemadatan lapisan tanah dibawah permukaan tanah dasara.
27
1) Lapisan - lapisan yang lebih dari 30 cm dibawah permukaan tanah dasar dipadatkan
sampai45% kepadatan kering maksimum.
2) Lapisan - lapisan yang berada pada 30 cm atau kurang, dan sampai permukaan tartah
dasardipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum
3) Pelaksanaan Pekejaan Beton dan Pembesian
Pekerjaan Pembesian salah satu diantarnaya adalah pembuatan tulangan sambungan, yang
berfungsi sebagai penyambung plat beton yang sudah putus (akibat retak). Tulangan sambungan
melintang susut (contraction joint), dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan
(construction joint) disebut Dowel (Ruji); sedangkan tulangan sambungan memanjang disebut
Tie Bar (Batang Pengikat). Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan
beban (load transfer), yang dapat diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambungan lidah-alur,
interlocking (saling mengunci) antar batuan, atau kombinasi dari pada itu semua. Khusus pada
sambungan melintang tanpa dowel, penyaluran beban juga dilakukan melalui tanah dasar yang
diperkuat (improved subgrade). Adapun pelaksanaan pembuatan tulangan sambungan meliputi
beberapa pekerjaan diantaranya:
- Pembuatan Sambungan Memanjang
Detail konstruksi sambungan memanjang dibuat tergantung pada cara bagaimana cara plat beton
yang bersangkutan dicor / dihampar:
 Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekisting
memanjang dan tie bar.
 Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting untuk
bagian atas, dan memasang crack inducer (batang kayu berpenampang
segitiga di bagian bawah plat beton.
- Pembuatan Sambungan Melintang
Sambungan Ekspansi Melintang dibuat untuk mengakomodasi muai-susut plat beton pada arah
memanjang. Salah satu ujung dowel harus dimasukkan ke dalam selongsong baja yang sedikit
lebih panjang dari pada dowelnya agar dowel dapat bergerak bebas maju-mundur akibat muai-
susut slab beton.
28
Gambar 15. Detail Sambungan Melintang Konstruksi Jalan Beton
- Pembuatan Sambungan Konstraksi Melintang
Sambungan Kontraksi Melintang atau sering disebut Sambungan Susut (Contraction Joint),
dibuat dengan melakukan perlemahan pada penampang plat beton dengan membuat takikan
sedalam ¼ tebal plat.
Gambar 16. Detail Sambungan Melintang
- Pembuatan Sambungan Pelaksanaan
Pekerjaan Beton meliputi beberapa pekerjaan diantaranya:
- Pengangkutan dan pengecoran campuran beton
- Penghamparan dan pemadatan beton
- Pengkasaran permukaan beton
- Pengujian permukaan beton
29
- Perawatan beton
- Pembuatan laporan pekerjaan
Rangkuman
1. Definisi Perkerasan Jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan intuk melayani beban lalu lintas.
2. Fungsi Lapis Pekerasan Jalan diantaranya fungsi sebagai dtruktural dan fungsi non-
struktural.
3. Perkerasan jalan dibedakan menjadi perkerasan lentur dan perkerasan kaku
4. Material yang umum digunakan sebagai campuran dalam pekerjaan perkerasan jalan antara
lain aspal, agregat, semen, dan filler.
5. Peralatan yang dapat digunakan dalam proses pekerjaan perkerasan jalan diantaranya Dump
Truck, Tandem Roller, Vobrator Roller, Wheel Loader, Excavator, Motor Greader, Water
Tank Truck dan Concrete Mixer.
Daftar Pustaka
1) Robert D, Krebs and Richard D,Walker,1971. Highway Material. McGraw-Hill .Book
Company.
2) Sukirman, Silvia. 1992. Perkerasan Lentur Jalan raya.
3) RSNI, 1983. Buku Pedoman Penentuan Tebal perkerasan Lentur Jalan Raya. No
01/PD/B/1983. Departemen Pekerjaan Umum direktorat Jenderal Bina Marga DPU. Jakarta
4) Anonim. 1983. Konstruksi Pondasi Jalan . SNI 211.Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga DPU.Jakarta
5) Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga- 1987. Petunjuk perencanaan
Tebal perkerasan lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisis Komponen.
SKBI2.3.26.1987.UDC.625.73(02.) Jakarta
6) Anonim. 2017. Manual Perkerasan Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.

More Related Content

What's hot

Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan efdharey
 
Konstruksi jalan komposit
Konstruksi jalan kompositKonstruksi jalan komposit
Konstruksi jalan kompositvitalistekege
 
Asas Rakit dalam Pembinaan
Asas Rakit dalam Pembinaan Asas Rakit dalam Pembinaan
Asas Rakit dalam Pembinaan Siti Nur Ain
 
C3010 bab4
C3010 bab4C3010 bab4
C3010 bab4pokjak80
 
Perhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturPerhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturHelny Lalan
 
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah KusumaRIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusumaafifsalim12
 
Bab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkBab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkHas Neni
 
Proposal skripsi annike
Proposal skripsi annikeProposal skripsi annike
Proposal skripsi annikeal azhar
 
Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton Kasus : Abutmen...
Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton  Kasus : Abutmen...Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton  Kasus : Abutmen...
Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton Kasus : Abutmen...ikhsan setiawan
 
Pelat beton bertulang
Pelat beton bertulangPelat beton bertulang
Pelat beton bertulangReski Aprilia
 
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore PilePondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore Pileariffikri12
 
Jenis jenis pondasi
Jenis jenis pondasiJenis jenis pondasi
Jenis jenis pondasiyeremiakons
 

What's hot (19)

Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan
 
Perkerasan kaku
Perkerasan kakuPerkerasan kaku
Perkerasan kaku
 
Konstruksi jalan komposit
Konstruksi jalan kompositKonstruksi jalan komposit
Konstruksi jalan komposit
 
Perkersan jalan
Perkersan jalanPerkersan jalan
Perkersan jalan
 
Rjr 2 (1)
Rjr 2 (1)Rjr 2 (1)
Rjr 2 (1)
 
Asas Rakit dalam Pembinaan
Asas Rakit dalam Pembinaan Asas Rakit dalam Pembinaan
Asas Rakit dalam Pembinaan
 
1 2
1 21 2
1 2
 
C3010 bab4
C3010 bab4C3010 bab4
C3010 bab4
 
Chapter 3 asas
Chapter 3 asasChapter 3 asas
Chapter 3 asas
 
Perhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturPerhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lentur
 
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah KusumaRIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
 
Bab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkBab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkk
 
Proposal skripsi annike
Proposal skripsi annikeProposal skripsi annike
Proposal skripsi annike
 
Pondasi sumuran
Pondasi sumuranPondasi sumuran
Pondasi sumuran
 
Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton Kasus : Abutmen...
Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton  Kasus : Abutmen...Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton  Kasus : Abutmen...
Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton Kasus : Abutmen...
 
1.Perkerasan lentur
1.Perkerasan lentur1.Perkerasan lentur
1.Perkerasan lentur
 
Pelat beton bertulang
Pelat beton bertulangPelat beton bertulang
Pelat beton bertulang
 
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore PilePondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
 
Jenis jenis pondasi
Jenis jenis pondasiJenis jenis pondasi
Jenis jenis pondasi
 

Similar to PEKERJAAN PERkerasan JALAN

Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPIL
Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPILMakalah perkerasan jalan TEKNIK PIPIL
Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPILefdharey
 
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptBahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptdpibskanida
 
highway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptxhighway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptximamfurqonLabib
 
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...DewiMustikawati2
 
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANMODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANPPGHybrid1
 
1-perkersan-jalan.pptx
1-perkersan-jalan.pptx1-perkersan-jalan.pptx
1-perkersan-jalan.pptxarief294504
 
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANGSOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANGintan mustika
 
1. STANDAR DESAIN JALAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN.ppt
1. STANDAR DESAIN JALAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN.ppt1. STANDAR DESAIN JALAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN.ppt
1. STANDAR DESAIN JALAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN.pptmardiahdiah16
 
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.pptmetode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.pptdarmadi ir,mm
 
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...Debora Elluisa Manurung
 
Kajian Jalan Prategang
Kajian Jalan PrategangKajian Jalan Prategang
Kajian Jalan PrategangBudi Suryanto
 
Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan hycal farist
 
Pelaksanaan jalan-beton-semen-ok
Pelaksanaan jalan-beton-semen-okPelaksanaan jalan-beton-semen-ok
Pelaksanaan jalan-beton-semen-okPutik Ervia Mei
 
Rangkumanperkerasaan jalan 2
Rangkumanperkerasaan jalan 2Rangkumanperkerasaan jalan 2
Rangkumanperkerasaan jalan 2Ulmy Ulul Azmy
 
Pertemuan 5 - Pengantar Rekayasa Sipil.pptx
Pertemuan 5 - Pengantar Rekayasa Sipil.pptxPertemuan 5 - Pengantar Rekayasa Sipil.pptx
Pertemuan 5 - Pengantar Rekayasa Sipil.pptxAndriDwiCahyono
 

Similar to PEKERJAAN PERkerasan JALAN (20)

Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPIL
Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPILMakalah perkerasan jalan TEKNIK PIPIL
Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPIL
 
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptBahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
 
highway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptxhighway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptx
 
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...
 
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANMODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
 
1-perkersan-jalan.pptx
1-perkersan-jalan.pptx1-perkersan-jalan.pptx
1-perkersan-jalan.pptx
 
Conduit
ConduitConduit
Conduit
 
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANGSOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
 
Jembatan
JembatanJembatan
Jembatan
 
1. STANDAR DESAIN JALAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN.ppt
1. STANDAR DESAIN JALAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN.ppt1. STANDAR DESAIN JALAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN.ppt
1. STANDAR DESAIN JALAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN.ppt
 
Contoh Artikel
Contoh Artikel Contoh Artikel
Contoh Artikel
 
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.pptmetode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...
 
Kajian Jalan Prategang
Kajian Jalan PrategangKajian Jalan Prategang
Kajian Jalan Prategang
 
BAB 2.PDF
BAB 2.PDFBAB 2.PDF
BAB 2.PDF
 
Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan
 
Pelaksanaan jalan-beton-semen-ok
Pelaksanaan jalan-beton-semen-okPelaksanaan jalan-beton-semen-ok
Pelaksanaan jalan-beton-semen-ok
 
Rangkumanperkerasaan jalan 2
Rangkumanperkerasaan jalan 2Rangkumanperkerasaan jalan 2
Rangkumanperkerasaan jalan 2
 
Pertemuan 5 - Pengantar Rekayasa Sipil.pptx
Pertemuan 5 - Pengantar Rekayasa Sipil.pptxPertemuan 5 - Pengantar Rekayasa Sipil.pptx
Pertemuan 5 - Pengantar Rekayasa Sipil.pptx
 

More from PPGHybrid1

Kelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lainKelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lainPPGHybrid1
 
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPGHybrid1
 
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiModul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiPPGHybrid1
 
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak TertentuPPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak TertentuPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika BahanPPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika BahanPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis TertentuPPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis TertentuPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan PembebananPPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan PembebananPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAANPPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAANPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANPPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTURPPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTURPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASIPPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASIPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek KonstruksiModul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek KonstruksiPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan PekerjaanModul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan PekerjaanPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan KonstruksiModul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan KonstruksiPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaModul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaPPGHybrid1
 
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNANMODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNANPPGHybrid1
 
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRMODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRPPGHybrid1
 
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGMODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGPPGHybrid1
 
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanModul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanPPGHybrid1
 

More from PPGHybrid1 (20)

Kelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lainKelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lain
 
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
 
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiModul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
 
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
 
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak TertentuPPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
 
PPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika BahanPPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
 
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis TertentuPPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
 
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan PembebananPPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
 
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAANPPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
 
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANPPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
 
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTURPPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
 
PPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASIPPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASI
 
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek KonstruksiModul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
 
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan PekerjaanModul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
 
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan KonstruksiModul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
 
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaModul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNANMODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
 
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRMODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
 
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGMODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
 
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanModul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 

PEKERJAAN PERkerasan JALAN

  • 1. ii Pendahuluan Modul ini dikembangkan dalam rangka pengembangan Modul Hybrid Learning PPG untuk digunakan sebagai perangkat pembelajaran dalam jaringan pada Program Keahlian Teknologi Konstruksi dan Properti. Secara khusus, modul ini berisi tentang materi bahan perkerasan jalan, perkerasan lentur, pekerasan kaku, dan metode pekerjaan perkerasan jalan. Modul ini juga dilengkapi dengan tes formatif yang lengkap dengan kunci jawaban. Sebagai bagain dari perangkat pembelajaran, untuk mengoperasionalkan materi dalam modul ini dikembangkan media pembelajaran salah satu adalah media presentasi. Capaian Pembelajaran Mampu menguasai dan menerapkan konsep materi Konstruksi Jalan & Jembatan meliputi perkerasan jalan lentur, perkerasan jalan kaku, Klasifikasi jalan, Alinegement jalan, dan Konstruksi Jembatan berbasis ICT. Sub Capaian Pembelajaran 1. Menjelaskan konsep dasar perkerasan jalan 2. Merencanakan perkerasan lentur 3. Merencanakan perkerasan kaku 4. Memahami metode pelaksanaan perkerasan jalan.
  • 2. 3 Uraian Materi Kegiatan Belajar 2: Teknik Perkerasan Jalan 2.1. Dasar Pekerasan Jalan 2.1.1. Pengertian Perkerasan jalan Jalan sebagai salah satu konstruksi dalam bidang teknik sipil tentunya memiliki karakteristik dan elemen penyusunnya. Karakteristik yang dimaksud dalam hal ini adalah susunan perkerasan jalan yang merupakan campuran dari berbagai bahan atau material yang digunakan. Perkerasan jalan sendiri dapat didefinisikan sebagai campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan intuk melayani beban lalu lintas (https://id.wikipedia.org/wiki/Perkerasan_jalan). Perkerasan jalan juga dedifinisikan sebagai lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Definisi lain tentang perkerasan jalan adalah campuran antara agregat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas (Tenriajeng, 2002). Sukirman (2003) dalam bukunya menjelaskan agar perkerasan jalan sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan. Berdasarkan hal tersebut, perkerasan jalan berdasarkan bahan pengikatnya dapat diklasifikasi menjadi: a. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. c. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu perkerasan aku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku, datau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur. Perbedaan antara konstruksi kaku dan lentur secara umum dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini: Tabel 1. Perbedaan Konstruksi Kaku dan Lentur No Faktor Perkerasan lentur Perkerasan kaku
  • 3. 4 1 Bahan pengikat Aspal Semen 2 Repetisi beban Timbul Rutting Timbul retak pada permukaan 3 Penurunan tanah dasar Jalan bergelombang (mengikuti tanah dasar) Bersifat sebagai balok di atas perletakan 4 Perubahan temperatur Modulus kekakuan berubah Timbul tegangan dalam yang kecil Modulus kekakuan tidak berubah Timbul tegangan dalam yang besar. Sumber: Sukirman (1992), “Perkerasan Lentur Jalan Raya” 2.1.2. Fungsi Lapisan Perkerasan Berbagai macam jenis perkerasan sebagaimana diuraikan di atas, memiliki lapisan-lapisan yang berbeda-beda. Masing-masing lapisan tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan spesifikasi struktur yang direncanakan. Fungsi dari masing-masing lapisan tersebut direncanakan dengan pertimbangan keawetan, daya dukung, dan biaya pengerjaan. Adapun macam-macam lapisan tersebut diantaranya: a. Lapis Permukaan (LP) Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang berada dibagian paling atas dari struktur perkerasan. Lapis permukaan sendiri memiliki dua lapisan pembentuk yaitu lapis aus (Wearing Course) dan lapis antara (Binder Course). Lapis aus merupakan bagian dari lapis permukaan yang terletak di atas lapis antara yang berfungsi mengamankan perkerasan dari pengaruh air, menyediakan permukaan yang halus, dan menyediakan permukaan yang kesat (Nono, 2007). Sedangkan lapis antara merupakan bagian dari pais permukaan yang terletak diantara lapis aus dan lapis pondasi (base course). Lapis antara ini memiliki fungsi untuk mengurasi tegangan, dan menahan beban paling tinggi akibat beban lalu lintas sehingga harus mempunyai kekuatan yang cukup (Nono, 2007). Fungsi lapis perkerasan secara umum dapat diklasifikasi menjadi fungsi struktural dan non struktural, dimana
  • 4. 5 1) Fungsi Struktural Fungsi struktural untuk lapis permukaan yaitu untuk mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diperoleh dari beban vertikal yang berasan dari kendaraan atau lainnya dan beban horisontal (gaya geser). Untuk mendukung fungsi tersebut, maka lapis permukaan dipersyaratkan harus memenuhi aspek kekuatan, kekokohan, dan stabil. 2) Fungsi Non-Struktural Selain memiliki fungsi struktural, lapis permukaan memiliki fungsi non-struktural yaitu: - Sebagai lapis kedap air yang dapat mencegah masuknya air ke dalam lapisan perkerasan yang berada dibawahnya. - Sebagai pembentuk permukaan yang rata, agar kendaraan yang melintas dapat berjalan dan mendapatkan kenyamnaan yang cukup. - Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak (skid resistance) yang cukup untuk menjamin keamanan lalu lintas. - Sebagai lapisan aus yang dapat diganti dengan yang baru. b. Lapis Pondasi Lapis pondasi merupakan bagian yang berada dibawah lapis aus yang fungsi umumnya adalah membagi dan meneruskan beban yang bekerja ke bagian tanah dasar. Lapis pondasi sendiri terdiri dari lapis pondasi atas (LPA) dan lapis pondasi bawah (LPB). 1) Lapis Pondasi Atas (LPA) Lapis pondasi atas merupakan lapis bagian dari perkerasan yang terletak di bawah lapis permukaan dan berada di atas lapis pondasi bawah yang berfungsi sebagai lapisan pendukung bagi lapis permukaan, memikul beban horisontal dan vertikal dan sebagai lapis perkerasan bagi pondasi bawah. 2) Lapis Pondasi Bawah (LPB) Lapis pondasi bawah (Subbase-Course) merupakan bagian perkerasan jalan yang terletak pada bagian bawah lapis pondasi dan berada di atas tanah. Fungsi lapis pondasi bawah sendiri diantaranya adalah menyebarkan beban roda, sebagai lapis peresapan, sebagai lapis pertama dalam pembuatan perkerasan dan sebagai lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan. c. Lapisan Tanah Dasar
  • 5. 6 Tanah dasar (Subgrade) merupakan permukaan tanah semula, permukaan tanah galian, dan atau permukaan tanah urugan/timbunan yang telah dipadatkan dan sebagai tanah dasar untuk meletakkan bagian-bagian lapis perkerasan lainnya. 2.1.3. Umur Rencana Perkerasan jalan Setiap desain konstruksi pastinya direncanakan dengan umur pemakaiannnya. Hal tersebut juga berlaku untuk konstruksi perkerasan jalan, sehingga dapat dijadikan acuan dalam merencanakan perekerasan dan perawatan pasca pengerjaan pekerjaan jalan tersebut. Adapun umur rencana perkerasan jalan adalah sebagai berikut: Tabel 2. Umur Rencana Perkerasan Jalan Baru 2.1.4. Material Penyusun Perkerasan Jalan Material atua bahan pembuatan perkerasan jalan merupakan bagian terpenting dalam perkerasan jalan. Campuran bahan yang digunakan harus mempertimbangkan jenis perkerasan yang akan digunakan. Adapun campuran bahan yang umum digunakan untuk perkerasan jalan diantaranya aspal, agregat, filler, kapur, dan atau semen. a. Aspal Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna coklat gelap atau hitam pekat yang dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resins, dan oils. Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis (https://id.wikipedia.org/wiki/Aspal). Aspal juga didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau cokelat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat (Sukirman, 2003). Aspal yang digunakan sebagai lapis perkerasan berfungsi sebagai bahan ikat
  • 6. 7 antara agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak (Kerbs and Walker, 1971). Aspal memiliki sifat diantaranya: - Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal itu sendiri - Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada pada agregat itu sendiri Aspal sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan harus memenuhi persyaratan diantaranya: 1) Daya tahan (durability) Daya tahan aspal merupakan kemampuan aspal untuk mempertahankan sifat asalnya akibat pengaruh suaca selama masa umur pelayanan. 2) Adhesi dan kohesi Adhesi merupakan kemampuan material (aspal) untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dan aspal. Sedangkan kohesi merupakan ikatan didalam molekul aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan. 3) Kepekaan terhadap temperatur Merupakan sifat aspal agar tetap memiliki ketahanan terhadap temperatur. 4) Kekerasan aspal Pada pelaksanaan proses pencampuran aspal ke permukaan agregat dan penyemprotan aspal ke permukaan agregat terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas dan viskositas bertambah tinggi. 5) Sifat pengerjaan (workability) Aspal yang digunakan sebaiknya memiliki kemudahan dalam pengerjaan pengaspalan (penghamparan dan pemadatan) untuk mendapatkan lapisan yang padat dan kuat. Pencampuran aspal dalam pekerjaan perkerasan jalan memiliki persentase yang berbeda-beda. Menurut Sukirman (2003) banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10% berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan volume campuran. Sebagai salah satu material alam, berdasarkan sumber untuk medapatkannya aspal dibagi menjadi aspal gunung dan aspal danau. b. Agregat Agregat merupakan butiran-butiran batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya baik buatan maupun alami. Agregat sebagai campuran perkerasan memiliki fungsi sebagai kerangka yang
  • 7. 8 memberikan stabilitas campuran jika dilakukan dengan alat pemadat yang tepat. Penggunaan agregat dalam pencampuan pekerasan jalan memiliki persentase 90-95% berdasarkan persentase berat atau 75-85% berdasarkan persentase volume (Sukirman, 2007). Agregat yang digunakan untuk campuran perkerasan sendiri dibedakan menjadi agregat kasar dan agregat halus. Persyaratan agregat kasar dan agregat halus untuk campuran perkerasan jalan dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Persyaratan Agregat Kasar No Pengujian Metode Syarat 1 Penyerapan air SNI 03-1969-1990 ≤ 3% 2 Berat Jenis SNI 03-1970-1990 ≥ 2,5 3 Keausan/los angeles abration test SNI 03-2417-1991 ≤ 40% 4 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 06-2439-1991 ≥ 95% 5 Partikel pipih dan lonjong ASTM D-4791 ≤ 10% Tabel 4. Persyaratan Agregat Halus No Pengujian Metode Syarat 1 Penyerapan air SNI 03-1969-1990 ≤ 3% 2 Berat jenis SNI 03-1970-1990 ≥ 2,5 3 Ekivalen pasir ASSHTO T-176 ≥ 50% Bentuk dan tekstur agregat sebagai material perkerasan jalan diantaranya adalah: a. Bulat (rounded) b. Lonjong (elongated) c. Kubus (cubical) d. Pipih (flaky) e. Tak beraturan (irragular) Sedangkan tekstur dari agregat itu sendiri diantaranya: 1) Kasar sekali 2) Kasar 3) Halus
  • 8. 9 4) Halus dan licin Secara umum, agregat untuk keperluan bahan perkerasan jalan dibagi menjadi: - Agregat kasar Agregat kasar menurut Saodang (2005) berdasarkan ukuran besaran butir yaitu > ¼ inci (6.35 mm) atau tertahan saringan no 4. Agregat kasar merupakan batuan dengan ukuran antara 4.8mm- 150mm yang berasal dari batuan alami ataupun batuan pecah. Agregat kasar yang digunakan sebagai campuran perkerasan harus memiliki nilai keausan abrasi kurang dari 50% hingga dinyatakan dapat digunakan sebagai material penyusun jalan. Selain sifat keausan tersebut, syarat agregat kasar sebagai campuran perkerasan harus memiliki bentuk tekstur permukaan yang tajam dan bersudut untuk medapatkan campuran pekerasan jalan yang padat. - Agregat halus Agregat halus menurut Saodang (2005) agregat berbutir halus adalah bahan yang lewat saringan No. 4 dengan bukaan 4,75 mm dan tertahan saringan No. 200 dengan bukaan 0,075 mm, biasanya berupa pasir murni, hasil screening dari mesin pemecah batu, atau kombinasi dari keduanya. Dalam campuran aspal, agregat halus berfungsi sebagai pengisi rongga-rongga antara agregat kasar, sehingga kualitas campuran akan semakin baik Selain beberapa hal tersebut, agregat sebagai perkerasan jalan memiliki kriteria gradasi yang dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: a) Gradasi rapat Gradasi rapat merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang berimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well graded). Agregat dengan gradasi rapat akan menghasilkan lapis perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap air, sifat drainase jelek dan berat volume besar. b) Gradasi seragam Gradasi seragam adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama/ sejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut juga gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang dan berat volume kecil. c) Gradasi timpang Gradasi timpang merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi dua kategori di atas. Agregat bergradasi timpang umumnya digunakan untuk lapisan perkerasan lentur yaitu gradasi
  • 9. 10 senjang, merupakan campuran agregat dengan 1 fraksi hilang dan 1 fraksi sedikit sekali. Agregat dengan gradasi timpang akan menghasilkan lapis perkerasan yang mutunya terletak diantara kedua jenis di atas. Persentase perbandingan setiap gradasi dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan menurut Sukirman (2003), ketiga jenis gradasi tersebut memiliki perbandingan sifat. Perbandingan sifat- sifat tersebut dapat dilihat pada tabel 5. Gambar 1. Persentase Gradasi Agregat Tabel 5. Perbandingan Gradasi Agregat No Gradasi Seragam Gradasi Baik Gradasi Jelek 1 Kontak antar butir baik Kontak antar butir baik Kontak antar butir jelek 2 Kepadatan bervariasi tergantung dari segregasi yang terjadi Seragam dan kepadatan tinggi Seragam tetapi kepadatan jelek 3 Stabilitas dalam keadaan terbatas tinggi Stabilitas tinggi Stabilitas sedang 4 Stabilitas dalam keadaan rendah Kuat menahan deformasi Stabilitas sangat rendah pada keadaan basah 5 Sukar untuk dipadatkan Sukar sampai sedang untuk memadatkan Mudah dipadatkan
  • 10. 11 6 Mudah diresapi air Tingkat permeabilitas cukup Tingkat permeabilitas tinggi 7 Tidak dipengaruhi kadar air Pengaruh variasi kadar air cukup Kurang dipengaruhi oleh bervariasinya kadar air c. Semen Material lain yang dapat digunakan sebagai bahan campuran perkeasan ajalan adalah semen. Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesive dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fagmen mineral lain menjadi suatu massa yang padat. Berdasarkan hal tersebut maka semen dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan semen yang biasa digunakan untuk konstruksi beton untuk bangunan. Secara kimia semen dicampur dengan air untuk dapat membentuk massa yang mengeras, semen semacam ini disebut semen hidrolis. Semen juga didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping (bahan utama) dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Bahan-bahan pembutan semen adalah - Batu kapur menghasilkan kalsium karbonat - Tanah liat menghasilkan alumina dan silika Fungsi semen secara umum adalah untuk merekatkan butiran-butiran agregat agar terjadi suatu masa yang padat. Kandungan silika dan alumina pada semen merupakan unsur utama pembentuk semen yang apabila bereaksi dengan air akan menjadi media perekat. Susunan komposisi semen diperlihatkan dalam tabel 6 (Tjokrodimuljo, 1996). Tabel 6. Susunan Komposisi Semen
  • 11. 12 d. Filler Bahan pengisi (filler) harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan mempunyai sifat – sifat yaitu non plastis, lolos saringan no.200, dan berupa bahan non-organik. Fungsi filler dalam campuran adalah: a. Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang. b. Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta yang akan membalut dan mengikat agregat halus untuk membentuk mortar. c. Mengisi ruang antara agregat halus dan kasar serta menigkatkan kepadatan dan kestabilan. 2.2. Perkerasan Lentur 2.2.1. Definisi dan Dasar Perkerasan Lentur Perkerasan lentur (flexible pavement) merupakan perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Definisi lain tentang perkerasan lentur adalah suatu konstruksi perkerasan dimana konstruksinya terdiri dari beberapa lapisan. Perkerasan lentur umumnya digunakan dalam perkerasan jalan yang dapat melayani beban lalu lintas ringan sampai sedang. Karakteristik perkerasan lentur secara umum adalah a. Menggunakan aspal sebagai bahan pengikat b. Sifat perkerasan adalah memikul beban dan menyebarkan ke tanah dasar (Subgrade)
  • 12. 13 c. Pengaruh terhadap repitisi beban adalah timbulnua ruttinh (lendutan pada jalur roda) d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar adalah terbentuknya jalan bergelombang. Selain karakteristik di atas, penggunaan perkerasan lentur untuk perkerasan jalan memiliki keuntungan dan kerugian diantaranya: 1) Keuntungan - Dapat digunakan pada daerah dengan perbedaan penurunan terbatas - Mudah diperbaiki - Tambahan lapisan pekerasan dapat dilakukan kapan saja - Memiliki tahanan geser yang baik - Warna perkerasan terkesan tidak silau bagi pengguna jalan - Konstruksi pengerjaannya dapat dilaksanakan secara bertahap. 2) Kerugian - Tebal toal struktur perkerasan lebih tebal dibandingkan perkerasan kaku - Kelenturuan dan sifat kohesi berkurang selama masa pelayanan - Tidak baik digunakan jika sering digenangi air - Menggunakan agregat lebih banyak Struktur lapisan perkerasan lentur umumnya terdiri dari lapis permukaan, lapis pondasi atas, lapis pondasi bawah dan lapis tanah dasar. Susunan lapisan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Susunan Lapis Perkerasan Lentur Secara Umum Sedangkan dalam manual perkerasan jalan (2017) menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis perkerasan baru dengan susuan lapisan perkerasan yang berbeda-beda diantaranya: a) Perkerasan lentur Pada Permukaan Tanah Asli
  • 13. 14 Gambar 3. Lapisan Perkerasan Lentur Pada Permukaan Tanah Asli Sumber: Manual DesainPerkerasan Jalan 2017 b) Perkerasan Lentur pada Timbunan Gambar 4. Lapisan Perkerasan Lentur Pada Permukaan Timbunan Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 c) Perkerasan Lentur pada Galian Gambar 5. Lapisan Perkerasan Lentur Pada Galian Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 2.2.2. Faktor Penyebab Kerusakan Perkerasan Lentur Beberapa faktor penyebab kerusakan pada konstruksi perkerasan lentur diantaranya adalah:
  • 14. 15 a. Lalu lintas, faktor lali lintas yang mempengaruhi kerusakan pada perkerasan lentur dapat berupa peningkatan beban yang diterima lapisan perkerasan lentur dan faktor repetisi beban. b. Air, faktor air dapat berupa air hujan dan sistem drainase jalan yang tidak baik dan naiknua air akibat kapilaritas. c. Material kosntruksi perkerasan, pemilihan material untuk perkerasan lentur dipengaruhi oleh kualitas dan sifat material itu sendiri, selain itu pengolahan material saat proses pencampuran juga mempengaruhi kondisi perkerasan lentur. d. Iklim, faktor iklim disetiap wilayah menjadikan faktor yang dapat memperngaruhi kerusakan perkerasan lentur. e. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil f. Proses pemadatan lapisan diatas tanah dasar yang kurang baik. 2.2.3. Material Perkerasan Lentur Bahan penyusun lapis permukaan untuk perkerasan lentur yang utama terdiri atas bahan ikat dan bahan pokok. Bahan pokok bisa berupa pasir, kerikil, batu pecah/ agregat dan lain-lain. Sedang untuk bahan ikat untuk perkerasan bisa berbeda-beda, tergantung dari jenis perkerasan jalan yang akan dipakai. Bisa berupa tanah liat, aspal/ bitumen, portland cement, atau kapur/ lime. a. Aspal Salah satu material untuk perkerasam lentur yang umum digunakan adalah aspal. Aspal untuk perekerasan jalan dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat diperolehnya yaitu aspal alam dan aspal minyak. Aspal alam merupakan aspal yang diperoleh dari suatu tempat di alam yang dapat digunakan dengan sedikit pengolahan. Sedangkan aspal minyak merupakan aspal yang diperoleh dari pengolahan minyak bumi. 1) Aspal Alam Aspal alam merupakan jenis aspal yang diperoleh dari gunung-gunung atau danau. Salah satu contoh aspal gunung adalah aspal yang berasal dari pulau di Indonesia yaitu pulau buton, aspal dari daerah ini kemudian dikenal dengan nama asbuton. Lapis permukaan jalan yang dapat dibuat dari Asbuton diantaranya (Suprapto, 2004), yaitu: - Seal Coat Asbuton
  • 15. 16 Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak dan dengan perbandingan tertentu dan pencampurannya dilakukan dengan dingin (cold mix). - Sand Sheet Asbuton Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak dan pasir dengan perbandingan tertentu dan pencampurannya dilakukan secara dingin/ hangat/ panas. - Lapis Beton Asbuton Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak dan agregat dengan gradasi rapat pada perbandingan tertentu yang dilaksanakan secara dingin/ hangat/ panas. - Surface Treatment Asbuton Lapis ini seperti halnya seal coat Asbuton. Sedangkan perbedaannya terletak pada pelaksanaanya di lapangan, yaitu di atas lapis tersebut ditaburkan agregat single size 2) Aspal Minyak Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang banyak mengandung aspal, parafin base crude oil yang mengandung banyak parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran antara parafin dan aspal. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphaltic base crude oil. Berikut adalah klasifikasi dari aspal buatan: - Menurut Bahan Dasar Aspal. Aspal dibedakan menjadi (Suprapto, 2004): I. Dari bahan hewani (animal origin), yaitu diperoleh dari pengolahan crude oils. Dari proses pengolahan crude oils akan diperoleh bahan bakar dan residu, yang jika diproses lanjut akan diperoleh aspal/bitumen. II. Dari bahan nabati (vegetable origin), yaitu diperoleh dari pengolahan batu bara/coal, dalam hal ini akan diperoleh tar. - Menurut Tingkat Kekerasannya, aspal minyak/ aspal murni/ petroleom asphalt , diklasifikasikan menjadi : 1. Aspal Keras/ Aspal Panas/ Aspal Semen (Asphalt Cement), merupakan aspal yang digunakan dalam keadaan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan dalam temperatur ruang (250 -300 C). Merupakan jenis aspal buatan yang langsung diperoleh dari penyaringan minyak dan merupakan aspal yang
  • 16. 17 terkeras. Berdasarkan tingkat kekerasan/kekentalannya, maka aspal semen dibedakan menjadi : a) AC 40-50 b) AC 60-70 c) AC 85-100 d) AC 120-150 e) AC 200-300 Angka-angka tersebut menunjukkan kekerasan aspal, yaitu yang paling keras adalah AC 40-50 dan yang terlunak adalah AC 200- 300. Angka kekerasan adalah berapa dalam masuknya jarum penetrasi ke dalam contoh aspal. Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas dengan volume rendah. Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal dengan penetrasi 60-70 dan 80-100. 2. Aspal cair (Cut Back Asphalt / Liquid asphalt) Aspal cair bukan merupakan produksi langsung dari penyaringan minyak kasar (crude oil), melainkan produksi tambahan, karena harus melelui proses lanjutan terlebih dahulu. Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Dengan demikian cut back asphalt berbentuk cair dalam temperatur ruang. 3. Aspal Emulsi Aspal emulsi suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi. Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas (Subekti, 2006): - Kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus listrik positif. - Anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan negatif. - Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak menghantarkan listrik.
  • 17. 18 b. Agregat Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya, baik berupa hasil alam maupun buatan (Petunjuk Pelaksanaan Laston Untuk Jalan Raya SKBI - 2.4.26.1987). Fungsi dari agregat dalam campuran aspal adalah sebagai kerangka yang memberikan stabilitas campuran jika dilakukan dengan alat pemadat yang tepat. Agregat sebagai komponen utama atau kerangka dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90% – 95% agregat berdasarkan persentase berat atau % – 85% agregat berdasarkan persentase volume (Silvia Sukirman, 2003, Beton Aspal Campuran Panas). Pemilihan jenis agregat yang sesuai untuk digunakan pada konstruksi perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu gradasi, kekuatan, bentuk butir, tekstur permukaan, kelekatan terhadap aspal serta kebersihan dan sifat kimia. Jenis dan campuran agregat sangat mempengaruhi daya tahan atau stabilitas suatu perkerasan jalan (Kerbs, and Walker, 1971). c. Campuran Aspal dan Agregat Pencampuran aspal dengan agregat sebagai bahan perkerasan maka: - Partikel-partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal - Rongga-rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi udara - Terdapat rongga antar butir yang terisi udara - Terdapat lapisan aspal yang ketebalannnya tergantung dari kadar aspal yang digunakan untuk menyelimuti partikel-partikel agregat. Faktor-faktor yang memperngaruhi kualitas dari beton aspal antara alain (1) absorbsi aspal, (2) kadar aspal efektif, (3) rongga antar buti (VMA), (4) rongga udara dalam campuran (VIM), (5) gradasi agregat. Beberapa jenis campuran aspal dan agregat antara lain: - LAPEN (Lapis Penetrasi Macadam) Campuran antara agregat dan aspal yang terdiri atas agregat pokok dan agregat pengunci dengan gradasi terbuka dan seragam diikat dengan aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. - LATASIR (Lapis Tipis Aspal Cair) Campuran yang terdiri dari aspal dan pasir bergradasi menerus akan dicampur pada suhu minimum 120ºC dan dipadatkan pada suhu minimum 98ºC - 110ºC. - BURAS (Laburan Aspal)
  • 18. 19 Campuran yang terdiri atas aspal laburan pasir dengan ukuran maksimum 3/8”. - BURTU (Lapisan Aspal Satu Lapis) Campuran ini sama dengan BURAS tetapi dengan laburan satu lapisan agregat bergradasi seragam dengan tebal maksimum 20 mm. Digunakan pada jalan yang belum atau sudah beraspal yang sudah stabil, mulai retak atau megalami degradasi dan dapat digunakan sampai lalu lintas berat. - BURDA (Laburan Aspal Dua Lapis) Pengembangan dari BURTU, dimana laburan aspal ditaburi agregat dan dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal maksimum 35 mm. - LASBUTAG (Lapis Asbuton Campuran Dingin) Campuran yang terdiri atas campuran agregat, asbuton, dan bahan peremaja yang dicampur, diaduk, diperam, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan dingin (tanpa pemanasan). Campuran ini merupakan jenis campuran yang memanfaatkan langsung aspal alam, yaitu aspal dari Pulau Buton (yang disebut Asbuton). - LATASBUM (Lapisan Tipis Asbutin Murni) Pengembangan lain dari pemanfaatan aspal alam asbuton adalah dengan melakukan ekstraksi untuk mendapatkan aspal murni dari dalam batuan asbuton - LASTON (Lapis Aspal Beton) atau Asphaltic Concrete, AC Campuran aspal dengan agregat bergradasi menerus yang dicampur pada suhu minimum 115ºC. - LASTON Atas (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas) Campuran ini adalah penggunaan laston sebagai lapis pondasi. Campuran ini terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dan dicampur pada suhu 90ºC - 120ºC dan dipadatkan dalam keadaan panas. - LASTON Bawah (Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah) Sama halnya dengan LASTON atas, tetapi sebagai lapis pondasi bawah. Campuran ini terdiri dari campuran agregat dan aspal yang dicampur pada suhu minimum 80ºC - 120ºC dan dipadatkan pada suhu minimum 80ºC. - LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton) atau Hot Rolled Sheet, HRS Campuran ini menggunakan agregat bergradsi timpang, aspal dan ditambah filler yang dicampur pada suhu tertentu.
  • 19. 20 - Hot Rolled Asphalt (HRA) Campuran ini menggunakan agregat bergradasi senjang. Campuran ini menggunakan sedikit agregat berukuran sedang (2,36 mm sampai dengan 10 mm), dan matriks passir, mineral halus dan aspal serta sedikit agregat kasar (biasanya berukuran nominal 14 mm). - Stone Mastic Asphalt (SMA) Stone Mastic Asphalt dikembangkan di Skandinavia dan Jerman. Campuran SMA bergradasi kasar seperti asphalt porous, tetapi rongganya terisi oleh mortar agregat halus/aspal. 2.3. Perkerasan Kaku Perkerasan kaku / rigid pavement adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut , merupkan salah satu jenis perkerasan jalan yang digunakan selain dari perkerasan lentur. Perkerasan ini pada umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalulintas yang cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar. Pada konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus sepanjang jalan seperti yang dilakukan pada perkerasan lentur. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pemuaian yang besar pada permukaan perkerasan sehingga dapat menyebabkan retaknya perkerasan, selain itu untuk mencegah letak menerus pada perkerasan jika terjadi keretakan pada suatu titik pada perkerasan. Gambar 6. Contoh Potongan Melintang Perkerasan Kaku Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 Jenis-jenis perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus meliputi: perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan, perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan, perkerasan beton semen bersambung menerus dengan tulangan, dan perkerasan beton semen pratekan.
  • 20. 21 Gambar 7. Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan Gambar 8. Perkerasan Beton Semen Bersambung dengan Tulangan Gambar 9. Perkerasan Beton Semen dengan Sambungan Tulangan Menerus Gambar 10. Perkerasan Beton Semen Pratekan Adapun susunan lapisan perkerasan kaku dalam buku manual perkerasan jalan terbagi atas: a. Perkerasan Kaku pada Permukaan Tanah Asli
  • 21. 22 Gambar 11. Lapisan Perkerasan Kaku Pada Permukaan Tanah Asli Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 b. Perkerasan Kaku pada Timbunan Gambar 12. Lapisan Perkerasan Kaku Pada Timbunan Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 c. Perkerasan Kaku pada Galian Gambar 13. Lapisan Perkerasan Kaku Pada Galian Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 2.3.1. Keuntungan Perkerasan Kaku
  • 22. 23 - Struktur perkerasan lebih tipis kecuali untuk area tanah lunak - Pelaksanaan konstruksi dan pengendalian mutu lebih mudah - Biaya pemeliharaan lebih rendah jika mutu pelaksanaan baik - Pembuatan campuran lebih mudah 2.3.2. Kerugian Perkerasan Kaku - Biaya konstruksi lebih mahal untuk jalan dengan lalu lintas rendah - Rentan terhadap retak jika dilaksanakan diatas tanah lunak, atau tanpa daya dukung - Umumnya kurang nyaman digunakan ketika berkendara. 2.4. Metode Pekerjaan Perkerasan Jalan 2.4.1. Peralatan Pekerjaan Perkerasan Jalan a. Dump Truck b. Tandem Roller c. Vobrator Roller d. Wheel Loader e. Excavator f. Motor Greader g. Water Tank Truck h. Concrete Mixer 2.4.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan dengan Perkerasan Lentur Pelaksanaan pekerjaan jalan dengan perkerasan lentur meliputi beberapa pekerjaan antara lain: a. Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan yang awal sekali dilaksanakan dalam suatu proyek termasuk proyek pekerjaan jalan. Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat pekerjaan persiapan ini antara lain: - Pembuatan Job Mix Desain - Pembuatan Direksi Keet, Gudang, Papan Proyek - Pembuatan Rencana Rekayasa Lalu Lintas
  • 23. 24 - Pekerjaan Mobilisasi alat-alat Mekanis - Pekerjaan Utilitas Proyek b. Pekerjaan drainase jalan - Galian untuk Drainase dan Saluran - Pemasangan Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang c. Pekerjaan Tanah - Pekerjaan Galian Tanah  Pengukuran dan pemasangan bowplank  Penggalian dengan cara manual  Penggalian dengan menggunakan alat berat - Pekerjaan Galian Tanah untuk Struktur dengan Kedalam > 2 meter - Pekerjaan Urugan (sesuai persyaratan teknis) - Pemadatan Material Urugan - Penyiapan Badan Jalan d. Pekerjaan Perkerasan - Pembuatan Mix Desain Perkerasan yang ditentukan - Penghamparan Perkerasan - Pemadatan Perkerasan e. Pekerjaan Akhir - Pembersihan Lokasi - Pekerjaan Demobilisasi 2.4.3. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan dengan Perkerasan Kaku Pelaksanaan pekerjaan perkerasan kaku secara umum meliputi beberapa tahapan, adapun langkah dalam pelaksanaan pekerjaan jalan dengan perkerasan kaku dapat dilihat pada Gambar 14.
  • 24. 25 Gambar 14. Alur Pekerjaan Perkerasan Kaku a. Identifikasi Peralatan Pelaksanaan Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan secara umum melibatkan peralatan manual sampai peralatan jenis Alat Berat. Adapun contoh peralatan yang digunakan untuk pekerjaan perkerasan kaku yaitu: - Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching plant dan truck mixer / dump truck. - Alat penghampar dan pemadata beton (concrete paver / concrete finisher. - Peralatan penyelesaian akhir permukaan beton (texturing and curing machine) b. Pemilihan Peralatan Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama. Untuk dapat memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan perkerasan jalan beton, Pelaksana Lapangan perlu mendapatkan data- data/informasi tentang :  Owning Cost dan Operating Cost alat;  Uraian Analisa Alat;
  • 25. 26  Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada dalam berkas penawaran. c. Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Persiapan terdiri dari penyiapan Direksi Keet, Pengukuran dan Pematokan Lapangan,Pembuatan Papan Nama Proyek dan Pembuatan Rambu Laiu fintas. - Direksi Keet Direksi Keet lapangan disesuaikar, dengan RB; membuat bangunan sendiri, menyewa rumah ataupemanfaatan bangunan disekitar lokasi kegiatan yang terdiri dari 3 ruangan. Untuk Direksi dilengkapi denganGambar Kerja, Buku Direksi, Buku Tamu dan Laporan Harian. - Pengukuran dan Pematokan Pengukuran dan Pematokan dilakukan dengan menggunakan tenaga sejumlah 4 orang tenaga tidakterampil, didarnpingi oieh Pengawas Lapangan dan dilakukan pematokan pada setiap 100 m panjang jalanyang diukur. - Pembuatan Papan Nama Proyek Pembuatan Papan Nama Proyek dikerjakan oleh 1 orang tukang dan menggunakan bahan multiplek.Papan Nama Kegiatan didirikan tegak diatas kayu 517 setinggi 200 cm. Diletakkan pada tempat yang mudahdilihat oleh umum. - Pembuatan Rambu Lalu lintas Pembuatan Rambu Lalu lintas dikerjakan oleh 1 orang pekerja dan. menggunakan bahan multiplekditambah dengan kayu kaso. Rambu Lalu lintas ditempatkan di muka jalan dan dibantu dengan para Aparatsetempat untuk psngaturan Lalu-lintas d. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Dasar - Penyiapan Lapangana. 1) Penggalian dan pengurugan untuk tanah dasar seperti yang ditetapkan pada Bab 3.1 dan 3.2spesifikasi ini. 2) Kontraktor Pelaksana menyediakan dan menggunakan mal logam atau mistar logam untukmemeriksa punggung atau kemiringan melintang lokasi. Bilamana diminta oleh Direksi(eknis,ketinggian dan atau elevasi lapangan diperiksa dengan alat survey ketinggian I elevasi.2. - Pemadatan lapisan tanah dibawah permukaan tanah dasara.
  • 26. 27 1) Lapisan - lapisan yang lebih dari 30 cm dibawah permukaan tanah dasar dipadatkan sampai45% kepadatan kering maksimum. 2) Lapisan - lapisan yang berada pada 30 cm atau kurang, dan sampai permukaan tartah dasardipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum 3) Pelaksanaan Pekejaan Beton dan Pembesian Pekerjaan Pembesian salah satu diantarnaya adalah pembuatan tulangan sambungan, yang berfungsi sebagai penyambung plat beton yang sudah putus (akibat retak). Tulangan sambungan melintang susut (contraction joint), dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan (construction joint) disebut Dowel (Ruji); sedangkan tulangan sambungan memanjang disebut Tie Bar (Batang Pengikat). Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan beban (load transfer), yang dapat diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambungan lidah-alur, interlocking (saling mengunci) antar batuan, atau kombinasi dari pada itu semua. Khusus pada sambungan melintang tanpa dowel, penyaluran beban juga dilakukan melalui tanah dasar yang diperkuat (improved subgrade). Adapun pelaksanaan pembuatan tulangan sambungan meliputi beberapa pekerjaan diantaranya: - Pembuatan Sambungan Memanjang Detail konstruksi sambungan memanjang dibuat tergantung pada cara bagaimana cara plat beton yang bersangkutan dicor / dihampar:  Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie bar.  Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting untuk bagian atas, dan memasang crack inducer (batang kayu berpenampang segitiga di bagian bawah plat beton. - Pembuatan Sambungan Melintang Sambungan Ekspansi Melintang dibuat untuk mengakomodasi muai-susut plat beton pada arah memanjang. Salah satu ujung dowel harus dimasukkan ke dalam selongsong baja yang sedikit lebih panjang dari pada dowelnya agar dowel dapat bergerak bebas maju-mundur akibat muai- susut slab beton.
  • 27. 28 Gambar 15. Detail Sambungan Melintang Konstruksi Jalan Beton - Pembuatan Sambungan Konstraksi Melintang Sambungan Kontraksi Melintang atau sering disebut Sambungan Susut (Contraction Joint), dibuat dengan melakukan perlemahan pada penampang plat beton dengan membuat takikan sedalam ¼ tebal plat. Gambar 16. Detail Sambungan Melintang - Pembuatan Sambungan Pelaksanaan Pekerjaan Beton meliputi beberapa pekerjaan diantaranya: - Pengangkutan dan pengecoran campuran beton - Penghamparan dan pemadatan beton - Pengkasaran permukaan beton - Pengujian permukaan beton
  • 28. 29 - Perawatan beton - Pembuatan laporan pekerjaan Rangkuman 1. Definisi Perkerasan Jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan intuk melayani beban lalu lintas. 2. Fungsi Lapis Pekerasan Jalan diantaranya fungsi sebagai dtruktural dan fungsi non- struktural. 3. Perkerasan jalan dibedakan menjadi perkerasan lentur dan perkerasan kaku 4. Material yang umum digunakan sebagai campuran dalam pekerjaan perkerasan jalan antara lain aspal, agregat, semen, dan filler. 5. Peralatan yang dapat digunakan dalam proses pekerjaan perkerasan jalan diantaranya Dump Truck, Tandem Roller, Vobrator Roller, Wheel Loader, Excavator, Motor Greader, Water Tank Truck dan Concrete Mixer. Daftar Pustaka 1) Robert D, Krebs and Richard D,Walker,1971. Highway Material. McGraw-Hill .Book Company. 2) Sukirman, Silvia. 1992. Perkerasan Lentur Jalan raya. 3) RSNI, 1983. Buku Pedoman Penentuan Tebal perkerasan Lentur Jalan Raya. No 01/PD/B/1983. Departemen Pekerjaan Umum direktorat Jenderal Bina Marga DPU. Jakarta 4) Anonim. 1983. Konstruksi Pondasi Jalan . SNI 211.Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga DPU.Jakarta 5) Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga- 1987. Petunjuk perencanaan Tebal perkerasan lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisis Komponen. SKBI2.3.26.1987.UDC.625.73(02.) Jakarta 6) Anonim. 2017. Manual Perkerasan Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.