SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
PERENCANAAN JEMBATAN BETON 
Untuk memenuhi tugas matakuliah Struktur Jembatan 
yang dibina oleh Bapak Adjib Karjanto 
oleh 
Mokhamad Masduki (130522606298) 
UNIVERSITAS NEGERI MALANG 
FAKULTAS TEKNIK 
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN 
NOVEMBER 2014
JEMBATAN 
A. Definisi Jembatan 
Jembatan merupakan suatu bangunan yang dibuat untuk melintasi rintangan baik 
yang terjadi di alam maupun buatan manusia. Jembatan dapat dikelompokkan menjadi 
beberapa jenis, yaitu: 
1. Menurut penggunaan, yaitu: jembatan jalan raya, jembatan kereta api, 
jembatan pipa, jembatan air, jembatan kanal dan jembatan militer. 
2. Menurut bahan jembatan, yaitu: jembatan kayu, jembatan batu, jembatan 
beton, dan jembatan baja. 
3. Menurut posisi jalan, yaitu: jembatan lantai, jembatan dua lantai, jembatan 
langsung, jembatan setengah langsung rangka kaku, jembatan gantung, 
dan jembatan tahanan kabel. 
4. Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan rangka 
dan jembatan lengkung. 
5. Menurut kedudukan bidang datar, yaitu: jembatan miring, jembatan lurus, 
dan jembatan lengkung. 
6. Menurut lokasi jembatan, yaitu: jembatan yang melintasi sungai, jembatan 
yang melintasi viaduk, jembatan yang melintasi jalan raya, dan jembatan 
yang melintasi jalan kereta api. 
7. Menurut sistem strukturnya, yaitu: jembatan sistem sederhana dan 
jembatan sistem menerus. 
8. Menurut kelas jembatan, kelas jembatan jalan raya dibagi menjadi dua 
kelas, yaitu: kelas A dan kelas B 
B. Jembatan Gelagar Beton Bertulang 
Jembatan gelagar beton bertulang adalah suatu bangunan buatan manusia dimana 
bangunan atas terbuat dari beton bertulang yang berfungsi untuk menghubungkan jalur 
transportasi yang dilalui oleh beban lalu lintas. 
Jembatan gelagar beton bertulang standar adalah jembatan yang dapat menerima 
beban Bina Marga 100%. Adapun spesifikasi jembatan gelagar beton bertulang standar, 
yaitu: 
1. Bentang jembatan : 5 m sampai dengan 25 m 
2. Lebar lantai kendaraan : 7m 
3. Mutu beton : K-250 
4. Poisson’s ratio : 0,2 
C. Komponen Jembatan Gelagar Beton Bertulang 
Secara umum, komponen jembatan dibagi menjadi dua komponen utama, yaitu 
bangunan atas dan bangunan bawah. Tiap-tiap komponen utama disusun oleh beberapa
komponen yang terintegrasi menjadi suatu kesatuan sistem. Tiap-tiap komponen 
memiliki fungsi yang spesifik dalam mendukung fungsi jembatan secara keseluruhan. 
D. Bangunan Atas 
Bangunan atas merupakan komponen utama yang menerima langsung beban lalu 
lintas. Bangunan atas terdiri dari semua komponen suatu jembatan yang terletak di atas 
dukungan abutmen dan pilar. Komponen-komponen bangunan atas, yaitu: 
1. Plat Lantai 
Plat lantai merupakan komponen jembatan yang memiliki fungsi 
utama untuk mendistribusikan beban sepanjang potongan melintang 
jembatan. Plat lantai merupakan bagian yang menyatu dengan sistem 
struktur yang lain, yang didesain untuk mendistribusikan beban-beban 
sepanjang bentang jembatan. 
2. Gelagar Induk 
Gelagar induk merupakan komponen utama yang berfungsi untuk 
mendistribusikan beban-beban secara longitudinal dan biasanya didesain 
untuk menahan lendutan. Gelagar induk identik dengan penamaan dari 
tipe bangunan atas jembatan, misal gelagar tipe balok disebut dengan 
istilah girder, gelagar tipe rangka disebut dengan istilah truss, dan 
sebagainya. 
3. Gelagar Sekunder 
Gelagar sekunder terdiri dari gelagar melintang dan memanjang. 
Gelagar melintang merupakan pengikat antar gelagar induk yang didesain 
untuk menahan deformasi melintang dari rangka struktur atas dan 
membantu pendistribusian bagian dari beban vertikal antara gelagar induk. 
Gelagar memanjang pada jembatan merupakan pengikat antara gelagar 
melintang dan bantalan. 
4. Perletakan 
Perletakan merupakan komponen jembatan yang berfungsi untuk 
mendistribusikan beban bangunan atas ke bangunan bawah. Perletakan 
jembatan dibedakan atas perletakan tetap dan perletakan gerak. Perletakan 
gerak berfungsi memfasilitasi gerakan rotasi dan translasi longitudinal. 
Perletakan tetap berfungsi hanya memfasilitasi gerakan rotasi. 
5. Sambungan Siar Muai 
Sambungan siar muai merupakan komponen jembatan yang 
berfungsi untuk menyambungkan bangunan atas dengan bagian ujung atas 
abutmen atau pilar. Selain itu, berfungsi untuk menahan pergerakan 
horizontal atau rotasi yang ditimbulkan oleh bangunan atas.
E. Bangunan Bawah 
Bangunan bawah merupakan bagian struktur jembatan yang langsung berdiri di 
atas tanah dan menyangga bangunan atas jembatan. Bangunan bawah berfungsi untuk 
mendistribusikan beban dari atas ke pondasi. Bangunan bawah terletak di antara dua 
kepala jembatan yang disebut pilar. Pilar digunakan jika bentang jembatan terlalu 
panjang atau bentang lebih dari satu, yang berfungsi untuk mendistribusikan beban 
bangunan atas. Bangunan bawah meliputi komponenkomponen yang mendukung 
bangunan atas. 
Komponen-komponen bangunan bawah, yaitu: 
1. Abutmen 
Abutmen merupakan struktur penahan tanah yang mendukung 
bangunan atas pada bagian ujung-ujung suatu jembatan. Abutmen 
berfungsi untuk menahan gaya longitudinal dari tanah di bagian bawah 
ruas jalan yang melintas. Abutmen dapat didesain dalam berbagai ukuran 
dan bentuk. 
2. Pilar 
Pilar merupakan struktur yang mendukung bangunan atas pada 
pertengahan antara dua abutmen. Pilar digunakan jika bentang jembatan 
terlalu panjang atau bentang lebih dari satu. Seperti halnya abutmen, pilar 
juga dapat didesain dalam berbagai ukuran dan bentuk. Desain pilar perlu 
memperhatikan aspek estetika karena sangat mempengaruhi keindahan 
tampak jembatan. 
3. Pedestals 
Pedestals merupakan kolom pendek yang berada di atas abutmen 
atau pilar yang secara langsung menopang gelagar utama struktur atas. 
4. Backwall 
Backwall merupakan komponen utama dari suatu abutmen yang 
berfungsi sebagai struktur penahan (tanah) pada tiap-tiap jalan pendekat. 
5. Wingwall 
Wingwall merupakan suatu dinding samping pada dinding 
belakang abutmen atau stem yang didesain untuk membantu atau menahan 
keutuhan atau stabilitas tanah di belakang abutmen. Pada beberapa 
struktur, wingwall didesain cenderung secara konservatif, yang 
mengakibatkan dinding lebih besar pada beberapa jembatan. 
6. Piles 
Jika lapisan tanah yang berada di bawah footing tak dapat 
memberikan dukungan yang cukup terhadap bangunan bawah (dalam hal 
bearings capacity, stabilitas keseluruhan, atau penurunan). Maka perlunya 
penggunaan piles footing, yang merupakan penambahan kedalaman dari
footing hingga kedalaman yang memadai. Piles memiliki banyak variasi 
bentuk dan ukuran. 
Selain bangunan atas dan bangunan bawah, jembatan juga memiliki bangunan 
lengkap, seperti: 
1. Lapisan permukaan/ perkerasan 
Lapisan permukaan/ perkerasan memiliki fungsi untuk menahan 
kontak terhadap kendaraan yang melintasi jembatan. Lapisan permukaan/ 
perkerasan adalah lapisan yang terpisah dengan struktur jembatan dimana 
terbuat dari material aspal dengan ketebalan 51-102 mm. 
2. Perlengkapan 
Perlengkapan adalah suatu bagian dari jembatan yang bukan 
komponen yang penting tetapi melayani beberapa kepentingan terhadap 
fungsi struktur secara menyeluruh. Adapun perlengkapan jembatan yang 
berpengaruh terhadap fungsi jembatan, antara lain: 
a. Perlindungan lereng dan timbunan 
Merupakan lereng yang meruncing mulai dari abutmen 
sampai timbunan yang dibungkus dengan material baik batuan 
kering maupun blok perkerasan. Perlindungan lereng dan timbunan 
memiliki estetika yang indah dan memiliki pengendalian erosi 
yang memadai. 
b. Underdrain 
Underdrain adalah suatu sistem drainase yang terbuat dari 
pipa yang diperporasi dimana mampu mengalihkan aliran air 
permukaan dari struktur ke saluran-saluran drainase yang tersedia. 
Underdrain memiliki fungsi untuk menyediakan drainase yang 
memadai bagi komponen-komponen bangunan bawah. 
c. Approach 
Merupakan bagian dari jalan yang mendekati dan menjauhi 
abutmen. Menurut AASHTO, approach adalah penggabungan 
lebar jalur jalan dengan bahu jalan. Ukuran approach sama dengan 
lebar jalur jalan pada jembatan atau penyempitan dari ruas jalan 
standar (disesuaikan dengan lebar jalur jalan pada jembatan). 
d. Traffic Barriers 
Traffic barriers berfungsi untuk mengurangi terjadinya 
kecelakaan ketika suatu kendaraan meninggalkan jalan. 
Trafficbarriers terbuat dari beton bertulang berupa parapets 
ataupun terbuat dari baja berupa rel pengaman. 
F. Tipe Jembatan
Tipe jembatan berdasarkan Bridge Management System 1992 diidentifikasi 
menurut tipe bangunan atas, bahan dan asal bangunan atas. Secara lebih detail dapat 
dilihat pada tabel di bawah ini. 
Tabel II.1 Identifikasi Tipe Jembatan berdasarkan Bridge Managemant System 1992 
(lanjutan) 
G. Usia Jembatan 
Pada jembatan, usia dibedakan menjadi dua macam yaitu usia fungsional dan usia 
struktural. 
1. Usia Fungsional
Usia fungsional jembatan berhubungan dengan volume lalu lintas 
pada kecepatan rata-rata yang melalui jembatan. Hal ini berhubungan 
dengan jumlah lajur atau lebar lantai jembatan. Jembatan sudah mendekati 
usia fungsionalnya jika volume lalu lintas yang melalui jembatan mulai 
dibatasi. 
Jika besar volume lalu lintas yang melewati jembatan pada selang 
waktu yang sempit, maka kecepatan kendaraan akan berkurang, akhirnya 
akan mencapai titik jenuh (macet). Hal ini dapat mengakibatkan waktu 
tempuh dan biaya yang akan diperlukan untuk mencapai suatu tujuan 
dengan melewati jembatan menjadi lebih besar daripada melewati rute 
alternatif. Oleh karena itu, biaya operasional dan pemeliharaan jembatan 
lebih besar dari keuntungan ekonomis yang diperoleh. Maka jembatan 
telah mencapai kondisi habis usia fungsionalnya. 
2. Usia Struktural 
Usia struktural jembatan berhubungan dengan kondisi keamanan 
dan pelayanan. Hal tersebut berhubungan juga dengan retak, deformasi 
dan sejenisnya. Kondisi ini bergantung terutama pada berbagai kegiatan 
dan bahan yang digunakan pada jembatan. Perubahan pada bahan 
pembentuk ada dua macam, yaitu yang berhubungan dengan kekuatan; 
yang berhubungan dengan dimensi dan geometri. Kejadian-kejadian yang 
dapat ditemui, antara lain: 
a. Pelapisan permukaan yang berulang yang dapat menambah 
beban mati 
b. Meningkatnya beban gandar akibat berubahnya 
karakteristik kendaraan 
c. Penurunan pondasi akibat perubahan pada kondisi geologis 
H. Pembebanan Jembatan 
Pembebanan untuk jembatan sangat mempengaruhi kekuatan jembatan tersebut. 
Secara umum, pada jembatan terdapat tiga jenis beban ( soekirno, 2000), yaitu : 
1. Beban Primer, yang terdiri dari : 
a. Beban mati (muatan tetap) 
Penentuan besarnya beban mati menggunakan nilai berat 
jenis untuk bahan jembatan, seperti beton, baja dan lain-lain. 
b. Beban hidup (muatan gerak) 
Penentuan besarnya beban hidup harus meninjau dua 
macam beban, yaitu : 
1) Beban ”T” yang merupakan beban terpusat untuk 
desain lantai kendaraan. Beban ”T” adalah beban
yang berupa kendaraan truk yang mempunyai beban 
roda ganda sebesar 10 ton. 
2) Beban ”D” yang merupakan beban jalur untuk 
gelagar. Beban ”D” digunakan untuk perhitungan 
gelagar-gelagar dimana terdiri dari beban garis ”P” 
dan beban terbagi rata ”q”. Besarnya beban ”q” 
ditentukan sebagai berikut : 
q = 2,2 t/m, untuk panjang bentang < 30 m 
q = 2,2 – 1,1/ 60 x (L– 3 ) t/m, untuk 30 m<L<60 m 
q = 1,1 x ( 1 + 30 / L ) t/m, untuk L > 60 m 
dimana: 
L = panjang bentang, satuan meter. 
Besarnya beban ”P” adalah 12 ton 
c. Gaya akibat tekanan tanah 
Bagian bangunan jembatan yang direncanakan untuk 
menahan tanah (misal dinding penahan tanah, pilar, dan lain-lain). 
2. Beban Sekunder, yang terdiri dari : 
a. Tekanan angin 
b. Gaya rem 
c. Gaya gempa 
d. Gaya akibat rangkak 
e. Gaya akibat perubahan suhu 
f. Gaya gesekan pada tumpuan bergerak 
3. Beban Khusus, yang terdiri dari : 
a. Gaya-gaya yang menjauhi titik pusat (sentrifugal) 
b. Gaya aliran air 
I. Beban Lalu Lintas 
Beban lalu lintas yang digunakan untuk perencanaan suatu jembatan terdiri dari 
beban lajur ”T” dan beban truk ”D”. Beban truk ”T” merupakan satu kendaraan berat 
yang terdiri dari 3 as dimana ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas 
rencana. Setiap as terdiri atas dua bidang kontak pembebanan yang merupakan simulasi 
pengaruh roda kendaraan berat, dimana hanya satu truk ”T” yang dapat diterapkan per 
lajur lalu lintas rencana. 
Beban lajur ”D” yang bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan 
menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring- iringan 
kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur ”D” yang bekerja tergantung pada 
lebar jalur kendaraan itu sendiri. 
Secara umum, beban ”D” akan menjadi beban penentu dalam perhitungan 
jembatan yang memiliki bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban ”T” 
digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.
1. Beban Lalu Lintas yang Dikurangi 
Pada kondisi khusus dan atas persetujuan instansi yang berwenang maka 
pembebanan ”D” yang senilai 70% dapat digunakan. Nilai pembebanan ”D”n 
tersebut dapat digunakan pada jembatan semi permanen atau darurat. 
2. Beban Lalu Lintas yang Berlebih 
Pada kondisi khusus dan atas persetujuan instansi yang berwenang maka 
pembebanan ”D” dapat dinaikkan melebihi 100%. Nilai pembebanan ”D” 
tersebut digunakan pada jaringan jalan yang dilalui oleh kendaraan berat. 
J. Gaya Rem 
Gaya rem mengakibatkan bekerjanya gaya-gaya pada arah memanjang jembatan. 
Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh gaya rem sebesar 5% dari beban 
”D” tanpa dikalikan dengan faktor kejut yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada 
dan dalam satu jurusan. 
K. Pemeriksaan Jembatan 
Pemeriksaan jembatan adalah suatu proses pengumpulan data fisik dan kondisi 
dari struktur jembatan. Data dari hasil pemeriksaan digunakan untuk menentukan jenis 
penanganan yang akan dilakukan. Pemeriksaan yang akan dilakukan diharapkan 
menggunakan prosedur yang standar. Tujuan dari penggunaan prosedur yang standar 
untuk memastikan: 
1. Data administrasi lengkap dan akurat 
2. Semua komponen dan elemen jembatan telah diperiksa dan kondisinya 
telah dinilai 
3. Semua kerusakan sudah diselidiki dan mencatat tindakan yang perlu 
dilakukan 
Adapun tujuan dari pemeriksaan jembatan, yaitu: 
1. Memeriksa keamanan jembatan pada waktu jembatan masih berfungsi 
2. Mencegah terjadinya penutupan lalu lintas pada jembatan 
3. Mendata kondisi jembatan 
4. Menyiapkan data untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan 
5. Memeriksa pengaruh akibat beban kendaraan dan jumlah kendaraan 
6. Memantau keadaan jembatan dalam jangka waktu yang lama 
Pemeriksaan jembatan dilakukan dimulai sejak jembatan tersebut masih baru dan 
selama umur jembatan. Macam-macam jenis pemeriksaan jembatan, yaitu : 
1. Pemeriksaan inventarisasi 
Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan untuk mendaftar semua 
data fisik dan administratif jembatan yang relevan termasuk lokasi, jumlah 
bentang, tipe konstruksi, bahan dan lain-lain. Pemeriksaan inventarisasi 
dilaksanakan hanya sekali pada tiap jembatan pada saat awal pekerjaan, 
sesudah jembatan diganti atau sehabis pekerjaan besar dilaksanakan. 
2. Pemeriksaan detail 
Pemeriksaan detail dilaksanakan untuk membuat pengecekan rinci 
terhadap semua elemen jembatan. Elemen jembatan diberi nilai kondisi 
oleh pemeriksa. Nilai kondisi digunakan untuk menetapkan peringkat dan
membuat program pekerjaan untuk mempertahankan fungsi jembatan 
secara efektif. Pemeriksaan dilakukan dalam tenggang waktu dua sampai 
lima tahun. 
3. Pemeriksaan rutin 
Pemeriksaan rutin dilaksanakan setiap tahun untuk menjamin tidak 
adanya sesuatu yang tidak diharapkan terjadi pada tahun sebelumnya dan 
untuk memeriksa bahwa pemeliharaan rutin dilaksanakan secara efektif. 
4. Pemeriksaan khusus 
Pemeriksaan khusus dilakukan jika selama pemeriksaan detail 
kekurangan sumber daya, pelatihan atau pengalaman untuk menilai 
dengan yakin kondisi jembatan. 
5. Pemeriksaan sewaktu-waktu 
Pemeriksaan sewaktu-waktu merupakan pemeriksaan visual 
singkat terhadap jembatan. 
L. Jenis Penanganan 
Setiap jembatan akan mengalami penurunan kondisi baik kekuatan maupun 
fungsinya, maka diperlukan adanya tindakan untuk mengembalikan kondisinya. Adapun 
tindakan-tindakan untuk mengembalikan kondisi jembatan, yaitu : 
1. Perbaikan 
Perbaikan merupakan tindakan untuk membuat jadi baik atau 
mengembalikan ke kondisi kerja yang baik. Tindakan perbaikan lebih 
menekankan pada kerusakan-kerusakan setempat pada elemen struktur 
daripada kerusakan jembatan secara menyeluruh. 
2. Rehabilitasi 
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan, termasuk 
memperbaharui baik kondisi maupun fungsi. Tindakan rehabilitasi 
menekankan pada struktur jembatan secara menyeluruh, termasuk 
komponen-komponen utama jembatan. 
3. Penggantian 
Penggantian merupakan tindakan mengganti atau mengubah 
beberapa komponen pada jembatan. Komponen utama pada jembatan 
yang biasanya diganti, yaitu lantai jembatan, gelagar, siar muai, 
perletakan, dan sebagainya. Mengganti jembatan secara keseluruhan 
merupakan usahampaling akhir karena merupakan tindakan yang drastis 
dan membutuhkan biaya yang besar. 
4. Perkuatan 
Perkuatan merupakan tindakan meningkatkan atau menambah 
kapasitas daya dukung jembatan dengan penambahan material dan 
komponen seperti prategang eksternal dan sebagainya. 
5. Modernisasi 
Modernisasi merupakan salah satu bentuk up grading dengan 
menambahkan kelengkapan baru pada jembatan. Sebagai contoh pengatur 
arus lalu lintas, rambu, marka, pagar dan lain-lain. Selain itu, modernisasi 
juga dapat diartikan sebagai tindakan yang melibatkan beberapa pekerjaan 
yang dilakukan sekaligus.
M. Lembaga Pembina Jalan dan Jembatan 
Instansi yang bertanggung jawab untuk menangani jalan dan jembatan di 
Indonesia, yaitu Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Dalam Negeri. Jembatan 
yang terletak pada ruas jalan nasional berada di bawah tanggung jawab Departemen 
Pekerjaan Umum, sedangkan jembatan yang berada pada ruas jalan provinsi, kabupaten 
dan desa berada di bawah tanggung jawab Departemen Dalam Negeri. 
Departemen Pekerjaan Umum memiliki empat Direktorat Jenderal, yaitu: 
1. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 
2. Direktorat Jenderal Penataan Ruang 
3. Direktorat Jenderal Bina Marga 
4. Direktorat Cipta Karya 
Direktorat Jenderal Bina Marga membawahi lima direktorat,yaitu: 
1. Direktorat Bina Program 
2. Direktorat Bina Teknik 
3. Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota 
4. Direktorat Jalan dan Jembatan Wilayah Barat 
5. Direktorat Jalan dan Jembatan Wilayah Timur 
Direktorat Jenderal Bina Marga merupakan pengelola jalan dan jembatan yang 
berada pada ruas jalan nasional. Secara umum tanggung jawab Direktorat Jenderal Bina 
Marga, antara lain: 
1. Sebagai pengumpul administrasi dan pelaksana jalan dan jembatan 
2. Sebagai pemelihara jalan dan jembatan 
Direktorat Jenderal Bina Marga bertanggung jawab kepada Menteri Pekerjaan 
Umum. Sedangkan yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas jalan provinsi adalah 
Dinas Bina Marga Provinsi dimana Dinas Bina Marga Provinsi berada di bawah 
wewenang Gubernur yang bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. 
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas 
jalan kabupaten dan desa. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten berada di bawah wewenang 
Bupati. Sedangkan yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas jalan kota adalah Dinas 
Pekerjaan Umum Kotamadya yang berada di bawah wewenang Walikota. 
Secara detail pembagian penanggung jawab jalan dan jembatan dapat dilihat pada tabel II.2.
N. Nilai Kondisi Jembatan 
Nilai kondisi merupakan suatu nilai tertentu pada setiap pemeriksaan jembatan. 
Nilai kondisi suatu jembatan ditentukan oleh beberapa hal yang ditinjau dari segi 
struktur, kerusakan, perkembangan kerusakan, apakah elemen tersebut masih berfungsi 
atau tidak dan apakah terdapat pengaruh kerusakan elemen yang bersangkutan terhadap 
elemen yang lain. Nilai kondisi bangunan atas diperoleh dengan cara menjumlahkan 
beberapa penilaian, yaitu: 
NK = S + R + K + F + P 
dimana: 
S = ditinjau dari segi struktur 
R = ditinjau dari tingkat kerusakan 
K = ditinjau dari segi kuantitas perkembangannya (area/ volume/panjang) 
F = kemampuan elemen menjalankan fungsinya 
P = pengaruh kerusakan elemen pada elemen lain atau pada pengguna jalan 
Keterangan: 
Nilai kerusakan = S + R + K 
Nilai fungsi = F 
Nilai pengaruh = P 
Nilai kondisi dari 0 sampai dengan 5, dimana: 
0 = baik sekali 
1 = baik 
2 = rusak ringan 
3 = rusak berat 
4 = kritis 
5 = runtuh/ tidak berfungsi 
O. Evaluasi Kerusakan Elemen 
Karakteristik kerusakan dapat dinilai secara visual pada waktu pemeriksaan dan 
sesudah pemeriksaan dimana dilakukan penilaian kondisi pada setiap elemen yang 
mengalami kerusakan dengan cara, yaitu: 
1. Ditinjau dari segi struktur (S)
Jika tidak berbahaya = 0 
Jika berbahaya = 1 
(sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan) 
2. Ditinjau dari tingkat kerusakan (R) 
Jika tingkat kerusakan tidak parah = 0 
Jika tingkat kerusakan parah = 1 
(sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan) 
3. Ditinjau dari segi perkembangan (K) 
Jika < 50% elemen yang ditinjau mengalami kerusakan = 0 
Jika > 50% elemen yang ditinjau mengalami kerusakan = 1 
(sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan) 
Nilai kerusakan dari 0 sampai dengan 3, dimana: 
0 = tidak ada atau hanya sedikit sekali kerusakan 
1 = hanya terdapat sedikit kerusakan 
2 = mengalami kerusakan yang sudah meluas tetapi belum membahayakan 
3 = secara umum sudah mengalami kerusakan dan fungsinya akan segera 
terganggu 
P. Evaluasi Fungsi Elemen 
Penilaian terhadap elemen mengenai kemampuan elemen menjalankan fungsinya. 
Nilai fungsinya, yaitu: 
0 = jika elemen masih berfungsi sesuai dengan persyaratan yang ada 
1 = jika salah satu dari persyaratan mengenai fungsi elemen tidak dipenuhi 
Q. Evaluasi Pengaruh Kerusakan Elemen pada Elemen Lain atau Pengguna Jalan 
Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah kerusakan pada elemen harus 
dipertimbangkan atau sudah tidak berfungsi yang menyebabkan adanya pengaruh pada 
elemen lain atau pengguna jalan. 
Nilai pengaruhnya, yaitu: 
0 = tidak ada pengaruh pada elemen lain 
1 = ada pengaruh pada elemen lain
PERHITUNGAN PERENCANAAN 
Perhitungan Perencanaan Jembatan 
1. Tiang sandaran 
Momen lentur, M = 2 x 100 x 1,0 = 200 kg.m = 2000 Nm 
Gaya geser, V = 2 x 100 = 200 kg = 2000 N 
Dimensi penampang 
Mn = 휙 . 푏 . 푑2 . 푘 
Mu = Mn 
K = 
푀푢 
휙 .푏 .푑2 = 
2000 
0,150 푥 0,1252 = 853,33 Mpa 
ρ didapat dari tabel dengan cara interpolasi diperoleh sebesar = 0,0046 
ρmin = 1,4/fy = 1,4 / 240 = 0,0058 
ρ < ρmin  ρ = 0,0058 
As = ρ b d = 0,0058 . 150 . 125 = 108,75 mm² 
Dipakai tulangan 2ϕ9  As = 127,17 mm² 
Kontrol kapasitas momen tiang sandaran 
Dianggap baja tulangan telah mencapai leleh pada saat beton mulai retak 
(Ɛc = 0,003 ), fs = fy 
NT = ND 
a = 
퐴푠 푓푦 
0,85 푓푐′ 푏 
= 
127,17 푥 240 
0,85 푥 20 푥 150 
= 11,97 mm 
c = 
푎 
훽 
= 
11,97 
0,85 
= 14,08 mm 
fs = 600 
푑−푐 
푐 
= 600 – 
125−14 ,08 
14 ,08 
= 4726,705 Mpa > fy = 240 Mpa..... OK 
Mn = As. Fy (푑 − 푎 
2 
)= (127,17 x 240) x ( 125 – 
11 ,97 
2 
) = 3632433,012 Nmm 
= 3632,433 Nm > 2000 Nm 
푀푛 
푀푢 
= 
3632 ,433 
2000 
= 1,816 > 1 ..... OK 
Perencanaan tulangan geser 
Vu = 2000 N 
Vc = 
1 
3 
1 
3 
√푓푐′ . 푏 . 푑 = ( 
√20) x 150 x 125 = 27950,8 N 
1 
2 
ϕ . Vc = 
1 
2 
x 0,6 x 27950,8 = 8385,24 N > Vu (secara teoritis tidak perlu sengkang)
푤푎푙푎푢푝푢푛 푠푒푐푎푟푎 푡푒표푟푖푡푖푠 푡푖푑푎푘 푝푒푟푙푢 푠푒푛푔푘푎푛푔 푡푒푡푎푝푖 푢푛푡푢푘 
푘푒푠푡푎푏푖푙푎푛 푠푡푟푢푘푡푢푟 푑푎푛 푝푒푟푎푡푢푟푎푛 푚푒푛푠푦푎푟푎푡푘푎푛 푑푖푝푎푠푎푛푔 푡푢푙푎푛푔푎푛 
푚푖푛푖푚푢푚 푑푎푛 푠푝푎푠푖 푚푎푘푠푖푚푢푚 
S maksimum = 
1 
2 
d = 
1 
2 
125 = 62,5 mm  SNI 03 beton 
Spasi yang digunakan = 62,5 mm 
Av min = 
1 
3 
√푓푐′ 푏 푠 
푓푦 
= 
1 
3 
√20 . 150 .62,5 
240 
= 58,23 mm² 
Dari tabel baja tulangan dipakai tulangan ∅ 7 (Av= 77 mm2) , maka jarak sengkang 
S = 
퐴푣 .푓푦 
1 
3 
√푓푐′ .푏 
= 
77 .240 
0,33 √20 푥 150 
= 83,47 mm > s max 
Kesimpulan : dipakai sengkang ∅7 − 80 푚푚 , dan 4 ∅9 untuk tulangan lentur kanan dan kiri 
2. Perhitungan pelat kantilever 
a. Momen lentur ( Bending Momen ) 
Tabel perhitungan momen lentur 
No. Keterangan 
Volume γ W Lengan Momen 
m³ kg/cm³ kg m kg.m 
1 beton 0,1 x 0,15 x0,50 0,008 2400 19,20 0,855 16,416 
2 
tiang 
sandaran 
0,1 x 0,7 x 0,11 / 
2 0,004 2400 9,60 0,862 8,2752 
3 0,1 x 0,05 x 0,5 0,003 2400 7,20 0,8 5,76 
4 
0,1 x 0,15 x 0,5 / 
2 0,004 2400 9,60 0,725 6,96 
5 
plat 
kantilever 
1,0 x 0,825 x 0,2 0,165 2400 396,00 0,413 163,548 
6 
1,0 x 0,825 x 0,1 / 
2 0,041 2400 98,40 0,275 27,06 
7 
trotoar 
paving 
1,0 x 0,625 x 
0,007 0,044 2200 96,80 0,313 30,2984 
8 beban P 2,0 x 100 kg/m 200,00 1,2 240 
9 beban roda 1,299 x 7,0 9093,00 0,275 2500,575 
10 Air hujan 2 x 0,625 x 0,05 0,0625 1000 62,50 0,313 19,5625
11 Railing 2 x 2 x 6 kg/m 24,00 0,825 19,8 
12 TOTAL 10016,30 3038,255 
b. Gaya Geser (Shear force) 
a) Berat tiang sandaran = 1+2+3+railing = 60 kg 
b) Slab kantilever dan perkerasan = 5+6+7 = 591,25 kg 
c) Beban roda = 9093 kg 
d) Beban genangan air hujan = 62,5 kg 
e) Total gaya lintang, V = 10016,3 kg = 100163 N 
c. Perhitungan dimensi dari baja tulangan 
Mu = 30382.55 Nm 
Vu = 100163 N 
Hf = 300 mm  d = h – p - 1/2∅푡. 푢 = 300-40-8 = 252 nm 
K = 
푀푢 
∅푏푑2 = 
30382 .55 .10³ 
0,8 .1000 .252² 
= 0,598 Mpa 
ρ perlu = 
0,85 푓푐′ 
푓푦 
(1 − √1 − 2푘 
) = 
0,85 푓푐′ 
0,85 .20 
240 
(1 − √1 − 2 .0,598 
0,85 .20 
) 
= 0,07 x 0,0358 = 0,0025 
ρ perlu < ρ min  ρ= ρmin = 0,0058 
As = 휌 푏 푑 = 0,0058 x 1000 x 252 = 1461,6 mm² 
Dipakai tulangan 7∅ 16 (As= 1406,72 mm² ) dengan jarak antar tulangan 
S perlu = 
200 ,96 
1461 ,6 
x 1000 = 137,5 mm 
Dipakai tulangan ∅16 − 140 푚푚 
Kontrol terhadap geser beton : 
휏푐= 
푉 
7 
8 
푏 ℎ 
= 
100163 
7 
8 
.1000.252 
= 0,454 Mpa < 0,45 fc’ ....... OK 
3. Perhitungan pelat bagian dalam (inner slab) 
a. Momen lentur akibat beban mati
a) Berat slab = 0,2x 2400 = 480 kg/m² 
b) Berat perkerasan = 0,1 x 2200 = 220 kg/m² 
c) Berat air hujan = 0,05 x 1000 = 50 kg/m² 
d) Total (qDL) = 750 kg/m² 
Dari tabel momen plat 2 tumpuan diperoleh : 
Mlm = 1/10 x qDL x lx 
2 = 1/10 x 750 x 1,75² = 229,68 kgm = 2296,8 Nm 
Mtm = 1/3 x Mxm = 1/3 x 2296,8 Nm = 76,56 Nm 
Beban roda T = 8000 kg 
Bidang kontak = ty . tx = 84 x 54 cm 
Penyebaran beban roda, 
T = 
8000 푥 1,299 
0,84 푥 0,54 
= 35097 kg/cm² = 0,35097 Mpa 
Lx = 1,75, Ly = ∞ 
Tx/lx = 0,54 / 1,75 = 0,31 
Ty/lx = 0,84 / 1,75 = 0,48 
b. Momen lentur akibat beban T 
Dari tabel (pada PBI 1970) diperoleh koefisien beban roda : 
Fxm = 0,1500 
Fym = 0,0933 
Mxm = fxm . T . tx . ty = 0,1500 x 35097 x 0,84 x 0,54 = 2387,99 kgm 
= 23880 Nm 
Mym = fym . T . tx . ty = 0,0933 x 35097 x 0,84 x 0,54 = 1485,34 kgm 
= 14853 Nm 
c. Momen total 
Mx = Mxm + Mlm = 23880 + 2296,8 = 26176,8 Nm 
My = Mym + Mtm = 14853 + 76,56 = 14929,56 Nm
PERHITUNGAN BANGUNAN BAWAH 
4.1 Perhitungan Abutment 
Direncanakan bentuk abutment sebagai berikut 
Gambar 4.1 Perencanaan Abutment 
Keterangan : Panjang ( L ) = 9 m 
Lebar ( B ) = 2,7 m 
Tinggi ( h ) = 4,2 m 
 
Tanah = 1,76 t/m3 
 Beton = 2,5 t/m3 
Berdasarkan data dilapangan dimana, dari data SPT diperoleh nilai N/cm dengan kedalaman : 
1 N 0 – 1 m = 26 2 N 1 – 4 m = 24 
N = (26 + 24)/2 = 25 
Maka dari grafik diperoleh sudut geser tanah = 350(Ir. V Sunggono KH 1995, “Teknik Sipil”,hal;132) 
4.1.1 Pembebanan 
Beban mati (Qdl) = 14787 kg 
Beban balok melintang = 356,4 kg 
Total = 15143,4 kg x 1,2 = 18172,08 kg 
Beban rem = 9000 kg 
Beban terbagi merata = 1137,36 kg 
Beban hidup garis = 8059 kg 
Total = 18196,36 kg x 1,6 = 29114,176 kg 
R = 47286,256 kg = 47,286256 ton
4.1.2 Perhitungan Kepala Jembatan 
Dibawah ini adalah gambar diagram tekanan tanah : 
Gambar 4.2 Perhitungan gaya vertikal Akibat Berat Sendiri Abutment 
a. Akibat Berat Sendiri Abutment 
Tabel 4.1 Akibat Berat Sendiri Abutment 
Titik Gaya Vertikal 
(ton) 
Jarak 
(m) 
Momen 
(tm) 
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
R 
0,3 x 1,02 x 9 x 2,5 = 6,885 
2,1 x 0,41 x 9 x 2,5 = 18,296 
0,7 x 1,97 x 9 x 2,5 = 31,027 
2,7 x 0,8 x 9 x 2,5 = 48,600 
0,5 x 0,8 x 0,2 x 9 x 2,5 = 1,800 
0,5 x 0,6 x 0,2 x 9 x 2,5 = 1,350 
0,5 x 1 x 0,8 x 9 x 2,5 = 9,000 
0,5 x 1 x 0,8 x 9 x 2,5 = 9,000 
= 47,286256 
2,15 
1,45 
1,35 
1,35 
1,97 
0,80 
2,03 
0,67 
1,35 
14,80 
28,09 
41,88 
65,61 
3,546 
1,080 
18,27 
6,03 
63,83644 
Jml gaya vertikal = 173,244256 
= 173244,256 kg 
243,14244 
243142,44 kg.m
R 
w1 
w3 
w4 
w5 
Pa 
w6 
Pp 
w2 
Gambar 4.3 Gaya Vertikal Akibat Beban Urugan 
b. Tabel Perhitungan Gaya Vertikal Akibat Berat Urugan 
Tabel 4.2 Perhitungan Gaya Vertikal Akibat Berat Urugan 
Titik Gaya Vertikal 
(ton) 
Jarak 
(m) 
Momen 
(ton.m) 
1 
2 
3 
4 
5 
6 
0,4 x 1,02 x 9 x 1,76 = 6,462 
0,61 x 0,2 x 9 x 1,76 = 1,932 
½ x 0,8 x 0,2 x 9 x 1,76 = 1,267 
1,67 x 1 x 9 x 1,76 = 26,452 
½ x 0,1 x 1 x 9 x 1,76 = 1,877 
½ x 0,1 x 1 x 9 x 1,76 = 1,877 
2,5 
2,6 
2,23 
2,2 
2,37 
0,33 
16,15 
5,02 
2,82 
58,19 
4,44 
0,61 
Jml gaya vertikal = 39,867 
= 39867 kg 
87,23 
87230 kg.m 
4.1.3 Gaya-Gaya Horizontal 
a. Akibat tekanan tanah aktif 
35 
 = tg2 ( 45º - ) 
Ka = tg2 (45º - ) 
2 
2 
= 0,271 
Pa = ½ x Ka x  x H2 x B 
= ½ x 0,271 x 1,76 x 4,202 x 8,5 = 35,758 ton 
MPa = 1/3 x H x Pa = 1/3 x 4,2 x 35,758 = 50,061 ton.m 
b. Akibat tekanan tanah pasif 
 = tg2 ( 45º+ ) 
Kp = tg2 ( tg 450 + ) 
2 
35 = 3,7 
2 
Pp = ½ x Kp x  x H2 x B 
= ½ x (3,7 x 1,76 x 0,92 x 8,5)
= 22,418 ton 
MPp = 1/3 x H x Pp = 1/3 x 0,9 x 22,418 
= 6,725 ton.m 
c. Akibat Gaya Gempa 
Lokasi proyek terletak di zona 4 dengan koefesien gempa = 0,20 
TEQ = Kh x I x Wt 
Kh = C x S 
Keterangan: 
TEQ = Gaya geser dasar total 
Kh = Koefesien beban gaya horizontal 
I = Faktor kepentingan = 0,1 
Wt = Berat total nominal yang dipengaruhi oleh percepatan gempa 
C = Koefisien geser dasar untuk daerah waktu dan kondisi setempat yang sesuai Wilayah 4 = 0,2 
S = Faktor type bangunan diambil 1 = 3 
Kh = C x S = 0,20 x 1 = 0,20 
Jadi : 
TEQ = Kh x I x Wt = 0,20 x 1 x 389344 = 77868,9 kg 
Titik berat abutment 
Y= 
 
 
 
 
 
 
A A A A A A A A 
1.2,15  2.1,45  3.1,35  4.1,35  5.1,97  6.0,8  7.2,03  
8.0,67 
A A A A A A A A 
1  2  3  4  5  6  7  
8 
Y= 
0,658  1,248  1,862  2,916  0,158  0,048  0,102  
0,034 
0,306  0,861  1,379  2,160  0,08  0,06  0,05  
0,05 
Y = 
025 , 7 = 1,420 m 
946 , 4 
MTEQ = TEQ x Jarak titik berat abutment 
= 80843,9 x 1,420 = 110573,838 kg.m 
Kombinasi Pembebanan 
Beban Vertikal 
ΣV = Σ Berat Abutment + Σ Berat Urugan 
= 389344 + 35605 
= 424949 kg 
ΣMV = Σ Momen pada Abutment + Σ Momen pada Urugan 
= 532999 + 79656 = 612655 kg.m 
Beban horizontal 
Tekanan Tanah Aktif – Tekanan Tanah Pasif 
Tekanan Tanah = Pa – Pp 
= 35758 - 22418 
= 13340 kg
Momen Tekanan Tanah = MPa - MPp 
= 50061 - 6725 
= 43336 kg.m 
ΣH = Tekanan Tanah + TEQ 
= 13340 + 77868,9 
= 91208,9 kg 
ΣMH = Momen Tekanan Tanah + MTEQ 
= 43336 + 110573,838 
= 153909,838 kg.m 
4.1.4 Kontrol stabilitas 
- Stabilitas Terhadap Guling (Josep E.Bowles.Analisa dan Desain Pondasi.1993.hal 90) 
6125655 
 
MH 
SF =   3,981  
1,5 
153909,838 
 
MV …………..(OK) 
- Stabilitas Terhadap Geser (Josep E.Bowles.Analisa dan Desain Pondasi.1993.hal 85) 
SF = 
tg V 
 
  . = 
H 
424949 x 0,700 
91208,9 
= 3,262 > 1,5 ……(OK) 
- Stabilitas terhadap Eksentrisitas (Joseph E.Bowles.Analisa dan Desain Pondasi.1993.hal 84) 
e = 
1 . B - 
2 
MV MH 
   < 
V 
 
1 . B 
6 
= 
1 . 2,7 - 
2 
612655153909,838 
424949 
< 
1 . 2,7 
6 
= 0,270 < 0,450 ………………………..(OK) 
- Stabilitas Terhadap Tegangan Tanah 
Sudut geser tanah 350 (Dari data lapangan) 
Koefisien daya dukung dari terzaghi sudut geser = 350. (Sumber Ir.Suryono Sasrodarsono dan Kazuto 
nakazawa “Mekanika Tanah Dan Teknik Pondasi “Cetakan 7 .2000, hal 32). 
Nc = 57,8 Nq = 41,4 N = 44,0 
Berdasarkan data dilapangan dimana, dari data SPT diperoleh nilai N / cm dengan kedalaman ; 
▪ 0 – 1 m = 26 ▪ 1 – 4 m = 24 
N = (26 + 24)/2 = 25 
c = 0,10 x N (Ir. V Sunggono KH 1995, “Tek nik Sipil”,hal;135) 
= 2,50 ton/m2 
qu = 1,3 . c . Nc +  . Df . Nq + 0,4 .  .B . N 
= 1,3. 2,5. 57,8 + 1,76 . 0,9 . 41,4 + 0,4 . 1,76 . 2,7 . 44,0 
= 462,516 ton/m2 
Dengan angka keamanan 3, maka daya dukung ijinya adalah: 
Q ijin = 
qu = 
3 
462,516 = 154,172 ton/m2 
3
439,824 
 
 
6.0,270 
1.00 0.70 1.00 
0.41 
0.20 
1.67 
0.10 
0.80 
0.70 0.60 
0.200.300.30 
1.02 
4.20 
1 
2 
3 
4 
tanah urug 
Qu = 
 
 
V 6. 
 
 
 
 
e 
B 
L B 
1 
. 
= 
(8,5.2,7) 
 
 
 
 
 
2,7 
1 
Qmax = 19,164 x (1 + 0,601) = 29,645 ton/m2 
= 29,645 ton/m2 < Qijin = 154,172 ton/m2 
Qmin = 19,164 x (1 - 0,601) = 7,387 ton/m2 
Qmax = 29,645 ton/m2 < Qijin = 154,172 ton/m2……….(Stabil) 
4.1.5. Penulangan Abutment 
Untuk penulangan abutmen dibagi menjadi beberapa bagian : 
1.4 Gambar Penulangan Abutment 
(1) Penulangan bagian 1 
Pembebanan: 
Beban rem = 9000 kg 
Beban terbagi merata = 1137,36 kg 
Beban hidup garis = 8059 kg 
Vu = 18196,36 kg = 181,97 kN 
Gaya horizontal ΣH = 91208,9 kg.m = 912,089 kN.m 
­Tulangan 
untuk menahan gaya vertikal 
  0,65 
Vn = 
181,97 
0,65 
0,65 
 
Vu 
= 279,95 kN 
Vn 279,95 x 10 
3 
Avt =   
320.1,4 
Fy.μ 
624,88 mm2
Dipakai tulangan  16 – 50 = 4021,2 mm2 
­Tulangan 
untuk menahan gaya horisontal 
NucMin = 0,20 x Vu = 0,20 x 279,95 = 55,99 kN 
An = 
Nuc 
 
fy . 
= 
55,99 103 
x = 269,18 mm2 
x 
0,65 320 
Dipakai tulangan  12 – 200 = 565,5 mm2 
Menentukan tulangan pokok : 
As = 2/3 Avt + An = (2/3 x 3938,129 + 407,183) = 3032,602 mm2 
Ah = ½ x (As – An) = ½ x (3032,602 – 407,183) = 1312,710 mm2 
Dipakai tulangan Ø16 – 150  As = 1340,4 mm2 
(2) Penulangan bagian 2 
Pembebanan : 
Beban bagian 1 = 18196,36 kg 
Beban mati = 14787 kg 
Vu = 32983,36 kg = 329,84 kN 
Pu 
.A.0,85.fc' 
 
= 
x = 0,023 
329,84 10 
6 
3 
x x x x 
0,65 1,01 10 0,85 25 
Exsentrisitas (e) = 
푀 
푃 
= 
1539 09 ,838 
424 949 
= 0,362 
e 362 
= 0,594 
610 
 
h 
Maka, 
 
Pu = 0,023 x 0,594 = 0,014 
  
 
 
 h 
  
 
e 
x 
.A.0,85.fc' 
Dari grafik SK-SNI-T-1991- 03 diperoleh : 
r = 0,001 ; β = 1,25 ; ρ = 0,00125 
As = ρ . A = 0,00125 x 1,141 x 106 = 1426,25 mm2 
Dipakai tulangan  19 – 150  As = 1890,2 mm2 
Tulangan yang digunakan untuk menahan momen horizontal : 
Dipakai tulangan  19 
b = 2,1 m = 2100 mm 
h = 0,61 m = 610 mm 
1 
2 
d" = h – tebal selimut beton – ( 
∅ 푠푒푛푔푘푎푛푔 ) 
d = 610 – (50+ (½ x 19) = 550,5 mm 
Rn = 
Mu 
 
. b . d 
= 
x = 5,583 Mpa 
2 
6 
2842,418 10 
x x 
0,8 2100 550,5 
ρMin = 
1,4 = 
fy 
1,4 = 0,0044 
320
w = 0,85 x 
 
  
 
 
  
 
  
2,353 x Rn 
fc' 
1 1 
= 0,85 x 
 
  
 
 
  
 
  
2,353 5,583 
25 
1 1 
x 
= 0,018 
ρ = w x 
fy 
' fc 
= 0,018 x 
35 = 0,0014 
320 
ρ = 0,0014 < ρMin = 0,0044 
As = ρ . b . d = 0,0044 x 2100 x 550,5 = 5057,719 mm2 
Jarak tulangan (s) = 
2 1/ 4. .d 
As 
b 
 
= 
5057,719 
2100 
1/ 4 x 3,14 x 
19 
2 = 118  150 mm 
1 
b 
As(Ada) = 2 x x d 
4 
x 
s 
 
1 
2100 
= 2 3,14 19 
4 
150 
x x x = 3967,390 mm 
Dipakai tulangan  19 – 150  As = 3967,390 mm2 
Tulangan bagi = 20 % x As 
= 20 % x 3967,390 = 793,478 mm2 
Dipakai tulangan  19 – 350  As = 810,1 mm2 
(3) Penulangan Bagian III 
Pembebanan : 
Beban bagian 1 = 18196,36 kg 
Beban bagian 2 = 32983,36 kg 
Vu = 51179,72 kg = 511,79 kN 
b = 0,7 m = 700 mm 
h = 1,67 m = 1670 mm 
Pu 
.A.0,85.fc' 
 
= 
x = 0,031 
511,79 10 
6 
3 
x x x x 
0,65 1,169 10 0,85 25 
Exsentrisitas (e) = 
푀 
푃 
= 
1328 47 ,137 
4398 24 
= 0,302 
e 362 
= 0,217 
1670 
 
h 
Maka, 
 
Pu = 0,193 x 0,217 = 0,042 
  
 
 
 h 
  
 
e 
x 
.A.0,85.fc' 
Dari grafik SK-SNI-T-1991- 03 diperoleh : 
r = 0,001 ; β = 1,25 ; ρ = 0,00125
As = ρ . A = 0,00125 x 1,169 x 106 = 1461,25 mm2 
Dipakai tulangan  19 – 150  As = 1890,2 mm2 
Tulangan bagi = 20 % x As 
= 20 % x 1461,25 = 292,25 mm2 
Dipakai tulangan  19 – 450  As = 630,1 mm2 
Tulangan yang digunakan untuk menahan momen horizontal : 
Dipakai tulangan  19 
1 
2 
d" = h – tebal selimut beton – ( 
∅ 푠푒푛푔푘푎푛푔 ) 
d = 1670 – (50+ (½ x 19) = 1610,5 mm 
Rn = 
Mu 
 
d . b . 
= 
x = 2,746 Mpa 
2 
6 
3989,201 10 
x x 
0,8 700 1610,5 
ρMin = 
4,1 = 
fy 
4,1 = 0,0044 
320 
w = 0,85 x 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
2,353 x Rn 
fc' 
1 1 
= 0,85 x 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
2,353 2,746 
25 
1 1 
x = 0,009 
ρ = w x 
fy 
' fc 
= 0,009 x 
25 = 0,001 
320 
ρ = 0,001 < ρMin = 0,0044 
As = ρ . b . d = 0,0044 x 1670 x 1610,5 = 4932,156 mm2 
Jarak tulangan (s) = 
2 1/ 4. .d 
As 
b 
 
= 
4932,156 
700 
1/ 4 x 3,14 x 
19 
2 = 40  50 mm 
1 
b 
As(Ada) = 2 x x d 
4 
x 
s 
1 
700 
 = 2 3,14 19 
4 
50 
x x x = 3967,390 mm 
Dipakai tulangan  19 – 50  As = 3967,390 mm2 
Tulangan bagi = 20 % x As 
= 20 % x 3967,390 = 793,478 mm2 
Dipakai tulangan  19 – 350  As = 810,1 mm2 
(4) Penulangan Bagian IV 
Pembebanan : 
Beban Vertikal ΣV = 424949 kg = 4249,49 kN 
ΣMV = 153909,838 kg.m = 1539,098 kN 
­Tulangan 
untuk menahan gaya vertikal
b = 2,7 m = 2700 mm 
h = 0,9 m = 900 mm 
Dipakai tulangan  19 
d = 900 - 50 – (½ x 19) = 840,5 mm 
Rn = 
Mu 
 
d . b . 
= 
x = 2,785 Mpa 
2 
3 
4249,491 10 
x x 
0,8 2700 840,5 
ρMin = 
4,1 = 
fy 
4,1 = 0,0044 
320 
w = 0,85 x 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
2,353 x Rn 
fc' 
1 1 
= 0,85 x 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
2,353 2,882 
25 
1 1 
x = 0,009 
ρ = w x 
fy 
' fc 
= 0,009 x 
25 = 0,001 
320 
ρ = 0,001 < ρMin = 0,0044 
As = ρ . b . d = 0,0044 x 2700 x 840,5 = 9928,406 mm2 
Jarak tulangan (s) = 
2 1/ 4. .d 
As 
b 
 
= 
9928,406 
2700 
1/ 4 x 3,14 x 
19 
2 = 77  100 mm 
1 
b 
As(Ada) = 2 x x d 
4 
x 
s 
 
1 
2700 
= 2 3,14 19 
4 
100 
x x x 
= 7651,395 mm 
Dipakai tulangan  19 – 100  As = 7651,395 mm2 
Tulangan bagi = 20 % x As 
= 20 % x 7651,395 = 1530,279 mm2 
Dipakai tulangan  19 – 150  As = 1890,2 mm2 
­Tulangan 
yang digunakan untuk menahan momen horizontal 
b = 2,7 m = 2700 mm 
h = 0,9 m = 900 mm 
Dipakai tulangan  19 
d = 900 – 50 – (½ x 19) = 840,5 mm 
Rn = 
Mu 
 
. b . d 
= 
x = 1,009 Mpa 
2 
3 
1539,098 10 
x x 
0,8 2700 840,5
1,4 = 0,0044 
 
x Rn 
2,353 1,009 
25 = 0,0032 
9928,41 
2700 
D 16 - 150 
 
1.00 1.00 
1,4 = 
1 
2700 
4.20 
1 
2 
3 
4 
1 
tanah urug 
D 16 - 50 
D 19 - 150 
D 19 - 350 
D 19 - 150 
D 19 - 350 
D 19 - 150 
D 19 - 150 
ρMin = 
fy 
320 
w = 0,85 x 
  
 
 
  
 
  
' 
2,353 
1 1 
fc 
= 0,85 x 
 
 
 
 
 
 
 
  
25 
1 1 
x = 0,0041 
ρ = w x 
fy 
' fc 
= 0,0041 x 
320 
ρ = 0,0032 < ρMin = 0,0044 
As = ρ . b . d = 0,0044 x 2700 x 840,5 = 9928,41 mm2 
Jarak tulangan (s) = 
2 d. . 4/ 1 
As 
b 
 
= 
1/ 4 x 3,14 x 
19 
2 = 77  100 mm 
b 
As(Ada) = 2 x x d 
4 
x 
s 
 
= 2 3,14 19 
4 
100 
x x x 
= 7651,395 mm 
Dipakai tulangan  19 – 100  As = 7651,395 mm2 
Tulangan bagi = 20 % x As 
= 20 % x 7651,395 = 1530,279 mm2 
Dipakai tulangan  19 – 150  As = 1890,2 mm2 
Ganbar 4.5 Penulangan Pada Abutmen

More Related Content

What's hot

perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012فهرودين سفي
 
Modul 1-pengenalan-jembatan-baja
Modul 1-pengenalan-jembatan-bajaModul 1-pengenalan-jembatan-baja
Modul 1-pengenalan-jembatan-bajaIrham AF I
 
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluranPertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluranBahar Saing
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
Persamaan kecepatan
Persamaan kecepatanPersamaan kecepatan
Persamaan kecepatanAdunk Putra
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendungironsand2009
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMOSES HADUN
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergIwan Sutriono
 
S struktur-jembatan
S struktur-jembatanS struktur-jembatan
S struktur-jembataniky
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongYahya M Aji
 
Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geserKetut Swandana
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Surya BS
 

What's hot (20)

PPT JEMBATAN
PPT JEMBATANPPT JEMBATAN
PPT JEMBATAN
 
Buku ajar-analisa-struktur-i
Buku ajar-analisa-struktur-iBuku ajar-analisa-struktur-i
Buku ajar-analisa-struktur-i
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
 
Modul 1-pengenalan-jembatan-baja
Modul 1-pengenalan-jembatan-bajaModul 1-pengenalan-jembatan-baja
Modul 1-pengenalan-jembatan-baja
 
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluranPertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
Tipe tipe jembatan
Tipe tipe jembatanTipe tipe jembatan
Tipe tipe jembatan
 
Sistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momenSistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momen
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
Persamaan kecepatan
Persamaan kecepatanPersamaan kecepatan
Persamaan kecepatan
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
 
pelat sni 2013
pelat sni 2013pelat sni 2013
pelat sni 2013
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
 
S struktur-jembatan
S struktur-jembatanS struktur-jembatan
S struktur-jembatan
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
 
Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geser
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
 

Viewers also liked

Tugas komposit
Tugas kompositTugas komposit
Tugas kompositQiqi Aw
 
Infopublik20120703102611
Infopublik20120703102611Infopublik20120703102611
Infopublik20120703102611Raafi Raafi
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaE Sanjani
 
Baja - Balok Komposit
Baja - Balok Komposit Baja - Balok Komposit
Baja - Balok Komposit Yasmin Rosyad
 
Perhitungan Balok Baja dan Beton
Perhitungan Balok Baja dan BetonPerhitungan Balok Baja dan Beton
Perhitungan Balok Baja dan Betonasdihss
 
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuenAnalisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuenIqlal Suriansyah
 

Viewers also liked (10)

Bab v struk bawah
Bab v   struk bawahBab v   struk bawah
Bab v struk bawah
 
Pekerjaan pondasi
Pekerjaan pondasiPekerjaan pondasi
Pekerjaan pondasi
 
Tugas komposit
Tugas kompositTugas komposit
Tugas komposit
 
Contoh baja
Contoh bajaContoh baja
Contoh baja
 
Infopublik20120703102611
Infopublik20120703102611Infopublik20120703102611
Infopublik20120703102611
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
 
Baja - Balok Komposit
Baja - Balok Komposit Baja - Balok Komposit
Baja - Balok Komposit
 
Perhitungan Balok Baja dan Beton
Perhitungan Balok Baja dan BetonPerhitungan Balok Baja dan Beton
Perhitungan Balok Baja dan Beton
 
STRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATANSTRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATAN
 
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuenAnalisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
 

Similar to Jembatan

KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATANKONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATANAgusPratama24
 
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdf
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdfPk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdf
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdfAgus Tri
 
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatanAgus Tri
 
Materi jembatan smk kelas XI DPIB
Materi jembatan smk kelas XI DPIB Materi jembatan smk kelas XI DPIB
Materi jembatan smk kelas XI DPIB bawon15505124020
 
Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1Muhammad Rachman
 
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdf
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdfmodulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdf
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdfFadliST
 
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar JembatanModul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar JembatanPPGHybrid1
 
Jurnal jembatan
Jurnal jembatan Jurnal jembatan
Jurnal jembatan E Sanjani
 
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdf
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdfmatakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdf
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdfgabriela771013
 
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptx
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptxBAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptx
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptxJhesicaCitra
 
STRUKTUR BAGIAN JEMBATAN.pptx
STRUKTUR  BAGIAN JEMBATAN.pptxSTRUKTUR  BAGIAN JEMBATAN.pptx
STRUKTUR BAGIAN JEMBATAN.pptxAndriDwiCahyono
 
Tugas pertemuan 7 dan 8
Tugas pertemuan 7 dan 8Tugas pertemuan 7 dan 8
Tugas pertemuan 7 dan 8mamatmtg
 
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdf
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdfPk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdf
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdfAgus Tri
 
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdf
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdfPk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdf
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdfAgus Tri
 
Jenis jenis jembatan
Jenis jenis jembatanJenis jenis jembatan
Jenis jenis jembatanAgus Tri
 
Modul 2. teknologi konstruksi jembatan
Modul 2. teknologi konstruksi jembatanModul 2. teknologi konstruksi jembatan
Modul 2. teknologi konstruksi jembatanAgus Tri
 
Tgs rek gempa arbi ardli 17.1003.222.01.0669 (b)
Tgs rek gempa  arbi ardli 17.1003.222.01.0669 (b)Tgs rek gempa  arbi ardli 17.1003.222.01.0669 (b)
Tgs rek gempa arbi ardli 17.1003.222.01.0669 (b)ArbiArdli
 
Makalah kelompok 1
Makalah kelompok 1Makalah kelompok 1
Makalah kelompok 1IRA YOHANA
 

Similar to Jembatan (20)

KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATANKONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
 
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdf
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdfPk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdf
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdf
 
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
 
Materi jembatan smk kelas XI DPIB
Materi jembatan smk kelas XI DPIB Materi jembatan smk kelas XI DPIB
Materi jembatan smk kelas XI DPIB
 
Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1
 
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdf
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdfmodulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdf
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdf
 
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar JembatanModul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
 
Jurnal jembatan
Jurnal jembatan Jurnal jembatan
Jurnal jembatan
 
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdf
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdfmatakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdf
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdf
 
JEMBATAN.ppt
JEMBATAN.pptJEMBATAN.ppt
JEMBATAN.ppt
 
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptx
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptxBAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptx
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptx
 
STRUKTUR BAGIAN JEMBATAN.pptx
STRUKTUR  BAGIAN JEMBATAN.pptxSTRUKTUR  BAGIAN JEMBATAN.pptx
STRUKTUR BAGIAN JEMBATAN.pptx
 
Tugas pertemuan 7 dan 8
Tugas pertemuan 7 dan 8Tugas pertemuan 7 dan 8
Tugas pertemuan 7 dan 8
 
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdf
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdfPk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdf
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdf
 
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdf
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdfPk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdf
Pk7-KD3T3, Jenis-jenis Jembatan.pdf
 
Jenis jenis jembatan
Jenis jenis jembatanJenis jenis jembatan
Jenis jenis jembatan
 
Said reza
Said rezaSaid reza
Said reza
 
Modul 2. teknologi konstruksi jembatan
Modul 2. teknologi konstruksi jembatanModul 2. teknologi konstruksi jembatan
Modul 2. teknologi konstruksi jembatan
 
Tgs rek gempa arbi ardli 17.1003.222.01.0669 (b)
Tgs rek gempa  arbi ardli 17.1003.222.01.0669 (b)Tgs rek gempa  arbi ardli 17.1003.222.01.0669 (b)
Tgs rek gempa arbi ardli 17.1003.222.01.0669 (b)
 
Makalah kelompok 1
Makalah kelompok 1Makalah kelompok 1
Makalah kelompok 1
 

Recently uploaded

MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 

Recently uploaded (9)

MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 

Jembatan

  • 1. PERENCANAAN JEMBATAN BETON Untuk memenuhi tugas matakuliah Struktur Jembatan yang dibina oleh Bapak Adjib Karjanto oleh Mokhamad Masduki (130522606298) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN NOVEMBER 2014
  • 2. JEMBATAN A. Definisi Jembatan Jembatan merupakan suatu bangunan yang dibuat untuk melintasi rintangan baik yang terjadi di alam maupun buatan manusia. Jembatan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Menurut penggunaan, yaitu: jembatan jalan raya, jembatan kereta api, jembatan pipa, jembatan air, jembatan kanal dan jembatan militer. 2. Menurut bahan jembatan, yaitu: jembatan kayu, jembatan batu, jembatan beton, dan jembatan baja. 3. Menurut posisi jalan, yaitu: jembatan lantai, jembatan dua lantai, jembatan langsung, jembatan setengah langsung rangka kaku, jembatan gantung, dan jembatan tahanan kabel. 4. Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan rangka dan jembatan lengkung. 5. Menurut kedudukan bidang datar, yaitu: jembatan miring, jembatan lurus, dan jembatan lengkung. 6. Menurut lokasi jembatan, yaitu: jembatan yang melintasi sungai, jembatan yang melintasi viaduk, jembatan yang melintasi jalan raya, dan jembatan yang melintasi jalan kereta api. 7. Menurut sistem strukturnya, yaitu: jembatan sistem sederhana dan jembatan sistem menerus. 8. Menurut kelas jembatan, kelas jembatan jalan raya dibagi menjadi dua kelas, yaitu: kelas A dan kelas B B. Jembatan Gelagar Beton Bertulang Jembatan gelagar beton bertulang adalah suatu bangunan buatan manusia dimana bangunan atas terbuat dari beton bertulang yang berfungsi untuk menghubungkan jalur transportasi yang dilalui oleh beban lalu lintas. Jembatan gelagar beton bertulang standar adalah jembatan yang dapat menerima beban Bina Marga 100%. Adapun spesifikasi jembatan gelagar beton bertulang standar, yaitu: 1. Bentang jembatan : 5 m sampai dengan 25 m 2. Lebar lantai kendaraan : 7m 3. Mutu beton : K-250 4. Poisson’s ratio : 0,2 C. Komponen Jembatan Gelagar Beton Bertulang Secara umum, komponen jembatan dibagi menjadi dua komponen utama, yaitu bangunan atas dan bangunan bawah. Tiap-tiap komponen utama disusun oleh beberapa
  • 3. komponen yang terintegrasi menjadi suatu kesatuan sistem. Tiap-tiap komponen memiliki fungsi yang spesifik dalam mendukung fungsi jembatan secara keseluruhan. D. Bangunan Atas Bangunan atas merupakan komponen utama yang menerima langsung beban lalu lintas. Bangunan atas terdiri dari semua komponen suatu jembatan yang terletak di atas dukungan abutmen dan pilar. Komponen-komponen bangunan atas, yaitu: 1. Plat Lantai Plat lantai merupakan komponen jembatan yang memiliki fungsi utama untuk mendistribusikan beban sepanjang potongan melintang jembatan. Plat lantai merupakan bagian yang menyatu dengan sistem struktur yang lain, yang didesain untuk mendistribusikan beban-beban sepanjang bentang jembatan. 2. Gelagar Induk Gelagar induk merupakan komponen utama yang berfungsi untuk mendistribusikan beban-beban secara longitudinal dan biasanya didesain untuk menahan lendutan. Gelagar induk identik dengan penamaan dari tipe bangunan atas jembatan, misal gelagar tipe balok disebut dengan istilah girder, gelagar tipe rangka disebut dengan istilah truss, dan sebagainya. 3. Gelagar Sekunder Gelagar sekunder terdiri dari gelagar melintang dan memanjang. Gelagar melintang merupakan pengikat antar gelagar induk yang didesain untuk menahan deformasi melintang dari rangka struktur atas dan membantu pendistribusian bagian dari beban vertikal antara gelagar induk. Gelagar memanjang pada jembatan merupakan pengikat antara gelagar melintang dan bantalan. 4. Perletakan Perletakan merupakan komponen jembatan yang berfungsi untuk mendistribusikan beban bangunan atas ke bangunan bawah. Perletakan jembatan dibedakan atas perletakan tetap dan perletakan gerak. Perletakan gerak berfungsi memfasilitasi gerakan rotasi dan translasi longitudinal. Perletakan tetap berfungsi hanya memfasilitasi gerakan rotasi. 5. Sambungan Siar Muai Sambungan siar muai merupakan komponen jembatan yang berfungsi untuk menyambungkan bangunan atas dengan bagian ujung atas abutmen atau pilar. Selain itu, berfungsi untuk menahan pergerakan horizontal atau rotasi yang ditimbulkan oleh bangunan atas.
  • 4. E. Bangunan Bawah Bangunan bawah merupakan bagian struktur jembatan yang langsung berdiri di atas tanah dan menyangga bangunan atas jembatan. Bangunan bawah berfungsi untuk mendistribusikan beban dari atas ke pondasi. Bangunan bawah terletak di antara dua kepala jembatan yang disebut pilar. Pilar digunakan jika bentang jembatan terlalu panjang atau bentang lebih dari satu, yang berfungsi untuk mendistribusikan beban bangunan atas. Bangunan bawah meliputi komponenkomponen yang mendukung bangunan atas. Komponen-komponen bangunan bawah, yaitu: 1. Abutmen Abutmen merupakan struktur penahan tanah yang mendukung bangunan atas pada bagian ujung-ujung suatu jembatan. Abutmen berfungsi untuk menahan gaya longitudinal dari tanah di bagian bawah ruas jalan yang melintas. Abutmen dapat didesain dalam berbagai ukuran dan bentuk. 2. Pilar Pilar merupakan struktur yang mendukung bangunan atas pada pertengahan antara dua abutmen. Pilar digunakan jika bentang jembatan terlalu panjang atau bentang lebih dari satu. Seperti halnya abutmen, pilar juga dapat didesain dalam berbagai ukuran dan bentuk. Desain pilar perlu memperhatikan aspek estetika karena sangat mempengaruhi keindahan tampak jembatan. 3. Pedestals Pedestals merupakan kolom pendek yang berada di atas abutmen atau pilar yang secara langsung menopang gelagar utama struktur atas. 4. Backwall Backwall merupakan komponen utama dari suatu abutmen yang berfungsi sebagai struktur penahan (tanah) pada tiap-tiap jalan pendekat. 5. Wingwall Wingwall merupakan suatu dinding samping pada dinding belakang abutmen atau stem yang didesain untuk membantu atau menahan keutuhan atau stabilitas tanah di belakang abutmen. Pada beberapa struktur, wingwall didesain cenderung secara konservatif, yang mengakibatkan dinding lebih besar pada beberapa jembatan. 6. Piles Jika lapisan tanah yang berada di bawah footing tak dapat memberikan dukungan yang cukup terhadap bangunan bawah (dalam hal bearings capacity, stabilitas keseluruhan, atau penurunan). Maka perlunya penggunaan piles footing, yang merupakan penambahan kedalaman dari
  • 5. footing hingga kedalaman yang memadai. Piles memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran. Selain bangunan atas dan bangunan bawah, jembatan juga memiliki bangunan lengkap, seperti: 1. Lapisan permukaan/ perkerasan Lapisan permukaan/ perkerasan memiliki fungsi untuk menahan kontak terhadap kendaraan yang melintasi jembatan. Lapisan permukaan/ perkerasan adalah lapisan yang terpisah dengan struktur jembatan dimana terbuat dari material aspal dengan ketebalan 51-102 mm. 2. Perlengkapan Perlengkapan adalah suatu bagian dari jembatan yang bukan komponen yang penting tetapi melayani beberapa kepentingan terhadap fungsi struktur secara menyeluruh. Adapun perlengkapan jembatan yang berpengaruh terhadap fungsi jembatan, antara lain: a. Perlindungan lereng dan timbunan Merupakan lereng yang meruncing mulai dari abutmen sampai timbunan yang dibungkus dengan material baik batuan kering maupun blok perkerasan. Perlindungan lereng dan timbunan memiliki estetika yang indah dan memiliki pengendalian erosi yang memadai. b. Underdrain Underdrain adalah suatu sistem drainase yang terbuat dari pipa yang diperporasi dimana mampu mengalihkan aliran air permukaan dari struktur ke saluran-saluran drainase yang tersedia. Underdrain memiliki fungsi untuk menyediakan drainase yang memadai bagi komponen-komponen bangunan bawah. c. Approach Merupakan bagian dari jalan yang mendekati dan menjauhi abutmen. Menurut AASHTO, approach adalah penggabungan lebar jalur jalan dengan bahu jalan. Ukuran approach sama dengan lebar jalur jalan pada jembatan atau penyempitan dari ruas jalan standar (disesuaikan dengan lebar jalur jalan pada jembatan). d. Traffic Barriers Traffic barriers berfungsi untuk mengurangi terjadinya kecelakaan ketika suatu kendaraan meninggalkan jalan. Trafficbarriers terbuat dari beton bertulang berupa parapets ataupun terbuat dari baja berupa rel pengaman. F. Tipe Jembatan
  • 6. Tipe jembatan berdasarkan Bridge Management System 1992 diidentifikasi menurut tipe bangunan atas, bahan dan asal bangunan atas. Secara lebih detail dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel II.1 Identifikasi Tipe Jembatan berdasarkan Bridge Managemant System 1992 (lanjutan) G. Usia Jembatan Pada jembatan, usia dibedakan menjadi dua macam yaitu usia fungsional dan usia struktural. 1. Usia Fungsional
  • 7. Usia fungsional jembatan berhubungan dengan volume lalu lintas pada kecepatan rata-rata yang melalui jembatan. Hal ini berhubungan dengan jumlah lajur atau lebar lantai jembatan. Jembatan sudah mendekati usia fungsionalnya jika volume lalu lintas yang melalui jembatan mulai dibatasi. Jika besar volume lalu lintas yang melewati jembatan pada selang waktu yang sempit, maka kecepatan kendaraan akan berkurang, akhirnya akan mencapai titik jenuh (macet). Hal ini dapat mengakibatkan waktu tempuh dan biaya yang akan diperlukan untuk mencapai suatu tujuan dengan melewati jembatan menjadi lebih besar daripada melewati rute alternatif. Oleh karena itu, biaya operasional dan pemeliharaan jembatan lebih besar dari keuntungan ekonomis yang diperoleh. Maka jembatan telah mencapai kondisi habis usia fungsionalnya. 2. Usia Struktural Usia struktural jembatan berhubungan dengan kondisi keamanan dan pelayanan. Hal tersebut berhubungan juga dengan retak, deformasi dan sejenisnya. Kondisi ini bergantung terutama pada berbagai kegiatan dan bahan yang digunakan pada jembatan. Perubahan pada bahan pembentuk ada dua macam, yaitu yang berhubungan dengan kekuatan; yang berhubungan dengan dimensi dan geometri. Kejadian-kejadian yang dapat ditemui, antara lain: a. Pelapisan permukaan yang berulang yang dapat menambah beban mati b. Meningkatnya beban gandar akibat berubahnya karakteristik kendaraan c. Penurunan pondasi akibat perubahan pada kondisi geologis H. Pembebanan Jembatan Pembebanan untuk jembatan sangat mempengaruhi kekuatan jembatan tersebut. Secara umum, pada jembatan terdapat tiga jenis beban ( soekirno, 2000), yaitu : 1. Beban Primer, yang terdiri dari : a. Beban mati (muatan tetap) Penentuan besarnya beban mati menggunakan nilai berat jenis untuk bahan jembatan, seperti beton, baja dan lain-lain. b. Beban hidup (muatan gerak) Penentuan besarnya beban hidup harus meninjau dua macam beban, yaitu : 1) Beban ”T” yang merupakan beban terpusat untuk desain lantai kendaraan. Beban ”T” adalah beban
  • 8. yang berupa kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda sebesar 10 ton. 2) Beban ”D” yang merupakan beban jalur untuk gelagar. Beban ”D” digunakan untuk perhitungan gelagar-gelagar dimana terdiri dari beban garis ”P” dan beban terbagi rata ”q”. Besarnya beban ”q” ditentukan sebagai berikut : q = 2,2 t/m, untuk panjang bentang < 30 m q = 2,2 – 1,1/ 60 x (L– 3 ) t/m, untuk 30 m<L<60 m q = 1,1 x ( 1 + 30 / L ) t/m, untuk L > 60 m dimana: L = panjang bentang, satuan meter. Besarnya beban ”P” adalah 12 ton c. Gaya akibat tekanan tanah Bagian bangunan jembatan yang direncanakan untuk menahan tanah (misal dinding penahan tanah, pilar, dan lain-lain). 2. Beban Sekunder, yang terdiri dari : a. Tekanan angin b. Gaya rem c. Gaya gempa d. Gaya akibat rangkak e. Gaya akibat perubahan suhu f. Gaya gesekan pada tumpuan bergerak 3. Beban Khusus, yang terdiri dari : a. Gaya-gaya yang menjauhi titik pusat (sentrifugal) b. Gaya aliran air I. Beban Lalu Lintas Beban lalu lintas yang digunakan untuk perencanaan suatu jembatan terdiri dari beban lajur ”T” dan beban truk ”D”. Beban truk ”T” merupakan satu kendaraan berat yang terdiri dari 3 as dimana ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Setiap as terdiri atas dua bidang kontak pembebanan yang merupakan simulasi pengaruh roda kendaraan berat, dimana hanya satu truk ”T” yang dapat diterapkan per lajur lalu lintas rencana. Beban lajur ”D” yang bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring- iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur ”D” yang bekerja tergantung pada lebar jalur kendaraan itu sendiri. Secara umum, beban ”D” akan menjadi beban penentu dalam perhitungan jembatan yang memiliki bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban ”T” digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.
  • 9. 1. Beban Lalu Lintas yang Dikurangi Pada kondisi khusus dan atas persetujuan instansi yang berwenang maka pembebanan ”D” yang senilai 70% dapat digunakan. Nilai pembebanan ”D”n tersebut dapat digunakan pada jembatan semi permanen atau darurat. 2. Beban Lalu Lintas yang Berlebih Pada kondisi khusus dan atas persetujuan instansi yang berwenang maka pembebanan ”D” dapat dinaikkan melebihi 100%. Nilai pembebanan ”D” tersebut digunakan pada jaringan jalan yang dilalui oleh kendaraan berat. J. Gaya Rem Gaya rem mengakibatkan bekerjanya gaya-gaya pada arah memanjang jembatan. Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh gaya rem sebesar 5% dari beban ”D” tanpa dikalikan dengan faktor kejut yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada dan dalam satu jurusan. K. Pemeriksaan Jembatan Pemeriksaan jembatan adalah suatu proses pengumpulan data fisik dan kondisi dari struktur jembatan. Data dari hasil pemeriksaan digunakan untuk menentukan jenis penanganan yang akan dilakukan. Pemeriksaan yang akan dilakukan diharapkan menggunakan prosedur yang standar. Tujuan dari penggunaan prosedur yang standar untuk memastikan: 1. Data administrasi lengkap dan akurat 2. Semua komponen dan elemen jembatan telah diperiksa dan kondisinya telah dinilai 3. Semua kerusakan sudah diselidiki dan mencatat tindakan yang perlu dilakukan Adapun tujuan dari pemeriksaan jembatan, yaitu: 1. Memeriksa keamanan jembatan pada waktu jembatan masih berfungsi 2. Mencegah terjadinya penutupan lalu lintas pada jembatan 3. Mendata kondisi jembatan 4. Menyiapkan data untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan 5. Memeriksa pengaruh akibat beban kendaraan dan jumlah kendaraan 6. Memantau keadaan jembatan dalam jangka waktu yang lama Pemeriksaan jembatan dilakukan dimulai sejak jembatan tersebut masih baru dan selama umur jembatan. Macam-macam jenis pemeriksaan jembatan, yaitu : 1. Pemeriksaan inventarisasi Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan untuk mendaftar semua data fisik dan administratif jembatan yang relevan termasuk lokasi, jumlah bentang, tipe konstruksi, bahan dan lain-lain. Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan hanya sekali pada tiap jembatan pada saat awal pekerjaan, sesudah jembatan diganti atau sehabis pekerjaan besar dilaksanakan. 2. Pemeriksaan detail Pemeriksaan detail dilaksanakan untuk membuat pengecekan rinci terhadap semua elemen jembatan. Elemen jembatan diberi nilai kondisi oleh pemeriksa. Nilai kondisi digunakan untuk menetapkan peringkat dan
  • 10. membuat program pekerjaan untuk mempertahankan fungsi jembatan secara efektif. Pemeriksaan dilakukan dalam tenggang waktu dua sampai lima tahun. 3. Pemeriksaan rutin Pemeriksaan rutin dilaksanakan setiap tahun untuk menjamin tidak adanya sesuatu yang tidak diharapkan terjadi pada tahun sebelumnya dan untuk memeriksa bahwa pemeliharaan rutin dilaksanakan secara efektif. 4. Pemeriksaan khusus Pemeriksaan khusus dilakukan jika selama pemeriksaan detail kekurangan sumber daya, pelatihan atau pengalaman untuk menilai dengan yakin kondisi jembatan. 5. Pemeriksaan sewaktu-waktu Pemeriksaan sewaktu-waktu merupakan pemeriksaan visual singkat terhadap jembatan. L. Jenis Penanganan Setiap jembatan akan mengalami penurunan kondisi baik kekuatan maupun fungsinya, maka diperlukan adanya tindakan untuk mengembalikan kondisinya. Adapun tindakan-tindakan untuk mengembalikan kondisi jembatan, yaitu : 1. Perbaikan Perbaikan merupakan tindakan untuk membuat jadi baik atau mengembalikan ke kondisi kerja yang baik. Tindakan perbaikan lebih menekankan pada kerusakan-kerusakan setempat pada elemen struktur daripada kerusakan jembatan secara menyeluruh. 2. Rehabilitasi Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan, termasuk memperbaharui baik kondisi maupun fungsi. Tindakan rehabilitasi menekankan pada struktur jembatan secara menyeluruh, termasuk komponen-komponen utama jembatan. 3. Penggantian Penggantian merupakan tindakan mengganti atau mengubah beberapa komponen pada jembatan. Komponen utama pada jembatan yang biasanya diganti, yaitu lantai jembatan, gelagar, siar muai, perletakan, dan sebagainya. Mengganti jembatan secara keseluruhan merupakan usahampaling akhir karena merupakan tindakan yang drastis dan membutuhkan biaya yang besar. 4. Perkuatan Perkuatan merupakan tindakan meningkatkan atau menambah kapasitas daya dukung jembatan dengan penambahan material dan komponen seperti prategang eksternal dan sebagainya. 5. Modernisasi Modernisasi merupakan salah satu bentuk up grading dengan menambahkan kelengkapan baru pada jembatan. Sebagai contoh pengatur arus lalu lintas, rambu, marka, pagar dan lain-lain. Selain itu, modernisasi juga dapat diartikan sebagai tindakan yang melibatkan beberapa pekerjaan yang dilakukan sekaligus.
  • 11. M. Lembaga Pembina Jalan dan Jembatan Instansi yang bertanggung jawab untuk menangani jalan dan jembatan di Indonesia, yaitu Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Dalam Negeri. Jembatan yang terletak pada ruas jalan nasional berada di bawah tanggung jawab Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan jembatan yang berada pada ruas jalan provinsi, kabupaten dan desa berada di bawah tanggung jawab Departemen Dalam Negeri. Departemen Pekerjaan Umum memiliki empat Direktorat Jenderal, yaitu: 1. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 2. Direktorat Jenderal Penataan Ruang 3. Direktorat Jenderal Bina Marga 4. Direktorat Cipta Karya Direktorat Jenderal Bina Marga membawahi lima direktorat,yaitu: 1. Direktorat Bina Program 2. Direktorat Bina Teknik 3. Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota 4. Direktorat Jalan dan Jembatan Wilayah Barat 5. Direktorat Jalan dan Jembatan Wilayah Timur Direktorat Jenderal Bina Marga merupakan pengelola jalan dan jembatan yang berada pada ruas jalan nasional. Secara umum tanggung jawab Direktorat Jenderal Bina Marga, antara lain: 1. Sebagai pengumpul administrasi dan pelaksana jalan dan jembatan 2. Sebagai pemelihara jalan dan jembatan Direktorat Jenderal Bina Marga bertanggung jawab kepada Menteri Pekerjaan Umum. Sedangkan yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas jalan provinsi adalah Dinas Bina Marga Provinsi dimana Dinas Bina Marga Provinsi berada di bawah wewenang Gubernur yang bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas jalan kabupaten dan desa. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten berada di bawah wewenang Bupati. Sedangkan yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas jalan kota adalah Dinas Pekerjaan Umum Kotamadya yang berada di bawah wewenang Walikota. Secara detail pembagian penanggung jawab jalan dan jembatan dapat dilihat pada tabel II.2.
  • 12. N. Nilai Kondisi Jembatan Nilai kondisi merupakan suatu nilai tertentu pada setiap pemeriksaan jembatan. Nilai kondisi suatu jembatan ditentukan oleh beberapa hal yang ditinjau dari segi struktur, kerusakan, perkembangan kerusakan, apakah elemen tersebut masih berfungsi atau tidak dan apakah terdapat pengaruh kerusakan elemen yang bersangkutan terhadap elemen yang lain. Nilai kondisi bangunan atas diperoleh dengan cara menjumlahkan beberapa penilaian, yaitu: NK = S + R + K + F + P dimana: S = ditinjau dari segi struktur R = ditinjau dari tingkat kerusakan K = ditinjau dari segi kuantitas perkembangannya (area/ volume/panjang) F = kemampuan elemen menjalankan fungsinya P = pengaruh kerusakan elemen pada elemen lain atau pada pengguna jalan Keterangan: Nilai kerusakan = S + R + K Nilai fungsi = F Nilai pengaruh = P Nilai kondisi dari 0 sampai dengan 5, dimana: 0 = baik sekali 1 = baik 2 = rusak ringan 3 = rusak berat 4 = kritis 5 = runtuh/ tidak berfungsi O. Evaluasi Kerusakan Elemen Karakteristik kerusakan dapat dinilai secara visual pada waktu pemeriksaan dan sesudah pemeriksaan dimana dilakukan penilaian kondisi pada setiap elemen yang mengalami kerusakan dengan cara, yaitu: 1. Ditinjau dari segi struktur (S)
  • 13. Jika tidak berbahaya = 0 Jika berbahaya = 1 (sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan) 2. Ditinjau dari tingkat kerusakan (R) Jika tingkat kerusakan tidak parah = 0 Jika tingkat kerusakan parah = 1 (sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan) 3. Ditinjau dari segi perkembangan (K) Jika < 50% elemen yang ditinjau mengalami kerusakan = 0 Jika > 50% elemen yang ditinjau mengalami kerusakan = 1 (sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan) Nilai kerusakan dari 0 sampai dengan 3, dimana: 0 = tidak ada atau hanya sedikit sekali kerusakan 1 = hanya terdapat sedikit kerusakan 2 = mengalami kerusakan yang sudah meluas tetapi belum membahayakan 3 = secara umum sudah mengalami kerusakan dan fungsinya akan segera terganggu P. Evaluasi Fungsi Elemen Penilaian terhadap elemen mengenai kemampuan elemen menjalankan fungsinya. Nilai fungsinya, yaitu: 0 = jika elemen masih berfungsi sesuai dengan persyaratan yang ada 1 = jika salah satu dari persyaratan mengenai fungsi elemen tidak dipenuhi Q. Evaluasi Pengaruh Kerusakan Elemen pada Elemen Lain atau Pengguna Jalan Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah kerusakan pada elemen harus dipertimbangkan atau sudah tidak berfungsi yang menyebabkan adanya pengaruh pada elemen lain atau pengguna jalan. Nilai pengaruhnya, yaitu: 0 = tidak ada pengaruh pada elemen lain 1 = ada pengaruh pada elemen lain
  • 14. PERHITUNGAN PERENCANAAN Perhitungan Perencanaan Jembatan 1. Tiang sandaran Momen lentur, M = 2 x 100 x 1,0 = 200 kg.m = 2000 Nm Gaya geser, V = 2 x 100 = 200 kg = 2000 N Dimensi penampang Mn = 휙 . 푏 . 푑2 . 푘 Mu = Mn K = 푀푢 휙 .푏 .푑2 = 2000 0,150 푥 0,1252 = 853,33 Mpa ρ didapat dari tabel dengan cara interpolasi diperoleh sebesar = 0,0046 ρmin = 1,4/fy = 1,4 / 240 = 0,0058 ρ < ρmin  ρ = 0,0058 As = ρ b d = 0,0058 . 150 . 125 = 108,75 mm² Dipakai tulangan 2ϕ9  As = 127,17 mm² Kontrol kapasitas momen tiang sandaran Dianggap baja tulangan telah mencapai leleh pada saat beton mulai retak (Ɛc = 0,003 ), fs = fy NT = ND a = 퐴푠 푓푦 0,85 푓푐′ 푏 = 127,17 푥 240 0,85 푥 20 푥 150 = 11,97 mm c = 푎 훽 = 11,97 0,85 = 14,08 mm fs = 600 푑−푐 푐 = 600 – 125−14 ,08 14 ,08 = 4726,705 Mpa > fy = 240 Mpa..... OK Mn = As. Fy (푑 − 푎 2 )= (127,17 x 240) x ( 125 – 11 ,97 2 ) = 3632433,012 Nmm = 3632,433 Nm > 2000 Nm 푀푛 푀푢 = 3632 ,433 2000 = 1,816 > 1 ..... OK Perencanaan tulangan geser Vu = 2000 N Vc = 1 3 1 3 √푓푐′ . 푏 . 푑 = ( √20) x 150 x 125 = 27950,8 N 1 2 ϕ . Vc = 1 2 x 0,6 x 27950,8 = 8385,24 N > Vu (secara teoritis tidak perlu sengkang)
  • 15. 푤푎푙푎푢푝푢푛 푠푒푐푎푟푎 푡푒표푟푖푡푖푠 푡푖푑푎푘 푝푒푟푙푢 푠푒푛푔푘푎푛푔 푡푒푡푎푝푖 푢푛푡푢푘 푘푒푠푡푎푏푖푙푎푛 푠푡푟푢푘푡푢푟 푑푎푛 푝푒푟푎푡푢푟푎푛 푚푒푛푠푦푎푟푎푡푘푎푛 푑푖푝푎푠푎푛푔 푡푢푙푎푛푔푎푛 푚푖푛푖푚푢푚 푑푎푛 푠푝푎푠푖 푚푎푘푠푖푚푢푚 S maksimum = 1 2 d = 1 2 125 = 62,5 mm  SNI 03 beton Spasi yang digunakan = 62,5 mm Av min = 1 3 √푓푐′ 푏 푠 푓푦 = 1 3 √20 . 150 .62,5 240 = 58,23 mm² Dari tabel baja tulangan dipakai tulangan ∅ 7 (Av= 77 mm2) , maka jarak sengkang S = 퐴푣 .푓푦 1 3 √푓푐′ .푏 = 77 .240 0,33 √20 푥 150 = 83,47 mm > s max Kesimpulan : dipakai sengkang ∅7 − 80 푚푚 , dan 4 ∅9 untuk tulangan lentur kanan dan kiri 2. Perhitungan pelat kantilever a. Momen lentur ( Bending Momen ) Tabel perhitungan momen lentur No. Keterangan Volume γ W Lengan Momen m³ kg/cm³ kg m kg.m 1 beton 0,1 x 0,15 x0,50 0,008 2400 19,20 0,855 16,416 2 tiang sandaran 0,1 x 0,7 x 0,11 / 2 0,004 2400 9,60 0,862 8,2752 3 0,1 x 0,05 x 0,5 0,003 2400 7,20 0,8 5,76 4 0,1 x 0,15 x 0,5 / 2 0,004 2400 9,60 0,725 6,96 5 plat kantilever 1,0 x 0,825 x 0,2 0,165 2400 396,00 0,413 163,548 6 1,0 x 0,825 x 0,1 / 2 0,041 2400 98,40 0,275 27,06 7 trotoar paving 1,0 x 0,625 x 0,007 0,044 2200 96,80 0,313 30,2984 8 beban P 2,0 x 100 kg/m 200,00 1,2 240 9 beban roda 1,299 x 7,0 9093,00 0,275 2500,575 10 Air hujan 2 x 0,625 x 0,05 0,0625 1000 62,50 0,313 19,5625
  • 16. 11 Railing 2 x 2 x 6 kg/m 24,00 0,825 19,8 12 TOTAL 10016,30 3038,255 b. Gaya Geser (Shear force) a) Berat tiang sandaran = 1+2+3+railing = 60 kg b) Slab kantilever dan perkerasan = 5+6+7 = 591,25 kg c) Beban roda = 9093 kg d) Beban genangan air hujan = 62,5 kg e) Total gaya lintang, V = 10016,3 kg = 100163 N c. Perhitungan dimensi dari baja tulangan Mu = 30382.55 Nm Vu = 100163 N Hf = 300 mm  d = h – p - 1/2∅푡. 푢 = 300-40-8 = 252 nm K = 푀푢 ∅푏푑2 = 30382 .55 .10³ 0,8 .1000 .252² = 0,598 Mpa ρ perlu = 0,85 푓푐′ 푓푦 (1 − √1 − 2푘 ) = 0,85 푓푐′ 0,85 .20 240 (1 − √1 − 2 .0,598 0,85 .20 ) = 0,07 x 0,0358 = 0,0025 ρ perlu < ρ min  ρ= ρmin = 0,0058 As = 휌 푏 푑 = 0,0058 x 1000 x 252 = 1461,6 mm² Dipakai tulangan 7∅ 16 (As= 1406,72 mm² ) dengan jarak antar tulangan S perlu = 200 ,96 1461 ,6 x 1000 = 137,5 mm Dipakai tulangan ∅16 − 140 푚푚 Kontrol terhadap geser beton : 휏푐= 푉 7 8 푏 ℎ = 100163 7 8 .1000.252 = 0,454 Mpa < 0,45 fc’ ....... OK 3. Perhitungan pelat bagian dalam (inner slab) a. Momen lentur akibat beban mati
  • 17. a) Berat slab = 0,2x 2400 = 480 kg/m² b) Berat perkerasan = 0,1 x 2200 = 220 kg/m² c) Berat air hujan = 0,05 x 1000 = 50 kg/m² d) Total (qDL) = 750 kg/m² Dari tabel momen plat 2 tumpuan diperoleh : Mlm = 1/10 x qDL x lx 2 = 1/10 x 750 x 1,75² = 229,68 kgm = 2296,8 Nm Mtm = 1/3 x Mxm = 1/3 x 2296,8 Nm = 76,56 Nm Beban roda T = 8000 kg Bidang kontak = ty . tx = 84 x 54 cm Penyebaran beban roda, T = 8000 푥 1,299 0,84 푥 0,54 = 35097 kg/cm² = 0,35097 Mpa Lx = 1,75, Ly = ∞ Tx/lx = 0,54 / 1,75 = 0,31 Ty/lx = 0,84 / 1,75 = 0,48 b. Momen lentur akibat beban T Dari tabel (pada PBI 1970) diperoleh koefisien beban roda : Fxm = 0,1500 Fym = 0,0933 Mxm = fxm . T . tx . ty = 0,1500 x 35097 x 0,84 x 0,54 = 2387,99 kgm = 23880 Nm Mym = fym . T . tx . ty = 0,0933 x 35097 x 0,84 x 0,54 = 1485,34 kgm = 14853 Nm c. Momen total Mx = Mxm + Mlm = 23880 + 2296,8 = 26176,8 Nm My = Mym + Mtm = 14853 + 76,56 = 14929,56 Nm
  • 18. PERHITUNGAN BANGUNAN BAWAH 4.1 Perhitungan Abutment Direncanakan bentuk abutment sebagai berikut Gambar 4.1 Perencanaan Abutment Keterangan : Panjang ( L ) = 9 m Lebar ( B ) = 2,7 m Tinggi ( h ) = 4,2 m  Tanah = 1,76 t/m3  Beton = 2,5 t/m3 Berdasarkan data dilapangan dimana, dari data SPT diperoleh nilai N/cm dengan kedalaman : 1 N 0 – 1 m = 26 2 N 1 – 4 m = 24 N = (26 + 24)/2 = 25 Maka dari grafik diperoleh sudut geser tanah = 350(Ir. V Sunggono KH 1995, “Teknik Sipil”,hal;132) 4.1.1 Pembebanan Beban mati (Qdl) = 14787 kg Beban balok melintang = 356,4 kg Total = 15143,4 kg x 1,2 = 18172,08 kg Beban rem = 9000 kg Beban terbagi merata = 1137,36 kg Beban hidup garis = 8059 kg Total = 18196,36 kg x 1,6 = 29114,176 kg R = 47286,256 kg = 47,286256 ton
  • 19. 4.1.2 Perhitungan Kepala Jembatan Dibawah ini adalah gambar diagram tekanan tanah : Gambar 4.2 Perhitungan gaya vertikal Akibat Berat Sendiri Abutment a. Akibat Berat Sendiri Abutment Tabel 4.1 Akibat Berat Sendiri Abutment Titik Gaya Vertikal (ton) Jarak (m) Momen (tm) 1 2 3 4 5 6 7 8 R 0,3 x 1,02 x 9 x 2,5 = 6,885 2,1 x 0,41 x 9 x 2,5 = 18,296 0,7 x 1,97 x 9 x 2,5 = 31,027 2,7 x 0,8 x 9 x 2,5 = 48,600 0,5 x 0,8 x 0,2 x 9 x 2,5 = 1,800 0,5 x 0,6 x 0,2 x 9 x 2,5 = 1,350 0,5 x 1 x 0,8 x 9 x 2,5 = 9,000 0,5 x 1 x 0,8 x 9 x 2,5 = 9,000 = 47,286256 2,15 1,45 1,35 1,35 1,97 0,80 2,03 0,67 1,35 14,80 28,09 41,88 65,61 3,546 1,080 18,27 6,03 63,83644 Jml gaya vertikal = 173,244256 = 173244,256 kg 243,14244 243142,44 kg.m
  • 20. R w1 w3 w4 w5 Pa w6 Pp w2 Gambar 4.3 Gaya Vertikal Akibat Beban Urugan b. Tabel Perhitungan Gaya Vertikal Akibat Berat Urugan Tabel 4.2 Perhitungan Gaya Vertikal Akibat Berat Urugan Titik Gaya Vertikal (ton) Jarak (m) Momen (ton.m) 1 2 3 4 5 6 0,4 x 1,02 x 9 x 1,76 = 6,462 0,61 x 0,2 x 9 x 1,76 = 1,932 ½ x 0,8 x 0,2 x 9 x 1,76 = 1,267 1,67 x 1 x 9 x 1,76 = 26,452 ½ x 0,1 x 1 x 9 x 1,76 = 1,877 ½ x 0,1 x 1 x 9 x 1,76 = 1,877 2,5 2,6 2,23 2,2 2,37 0,33 16,15 5,02 2,82 58,19 4,44 0,61 Jml gaya vertikal = 39,867 = 39867 kg 87,23 87230 kg.m 4.1.3 Gaya-Gaya Horizontal a. Akibat tekanan tanah aktif 35  = tg2 ( 45º - ) Ka = tg2 (45º - ) 2 2 = 0,271 Pa = ½ x Ka x  x H2 x B = ½ x 0,271 x 1,76 x 4,202 x 8,5 = 35,758 ton MPa = 1/3 x H x Pa = 1/3 x 4,2 x 35,758 = 50,061 ton.m b. Akibat tekanan tanah pasif  = tg2 ( 45º+ ) Kp = tg2 ( tg 450 + ) 2 35 = 3,7 2 Pp = ½ x Kp x  x H2 x B = ½ x (3,7 x 1,76 x 0,92 x 8,5)
  • 21. = 22,418 ton MPp = 1/3 x H x Pp = 1/3 x 0,9 x 22,418 = 6,725 ton.m c. Akibat Gaya Gempa Lokasi proyek terletak di zona 4 dengan koefesien gempa = 0,20 TEQ = Kh x I x Wt Kh = C x S Keterangan: TEQ = Gaya geser dasar total Kh = Koefesien beban gaya horizontal I = Faktor kepentingan = 0,1 Wt = Berat total nominal yang dipengaruhi oleh percepatan gempa C = Koefisien geser dasar untuk daerah waktu dan kondisi setempat yang sesuai Wilayah 4 = 0,2 S = Faktor type bangunan diambil 1 = 3 Kh = C x S = 0,20 x 1 = 0,20 Jadi : TEQ = Kh x I x Wt = 0,20 x 1 x 389344 = 77868,9 kg Titik berat abutment Y=       A A A A A A A A 1.2,15  2.1,45  3.1,35  4.1,35  5.1,97  6.0,8  7.2,03  8.0,67 A A A A A A A A 1  2  3  4  5  6  7  8 Y= 0,658  1,248  1,862  2,916  0,158  0,048  0,102  0,034 0,306  0,861  1,379  2,160  0,08  0,06  0,05  0,05 Y = 025 , 7 = 1,420 m 946 , 4 MTEQ = TEQ x Jarak titik berat abutment = 80843,9 x 1,420 = 110573,838 kg.m Kombinasi Pembebanan Beban Vertikal ΣV = Σ Berat Abutment + Σ Berat Urugan = 389344 + 35605 = 424949 kg ΣMV = Σ Momen pada Abutment + Σ Momen pada Urugan = 532999 + 79656 = 612655 kg.m Beban horizontal Tekanan Tanah Aktif – Tekanan Tanah Pasif Tekanan Tanah = Pa – Pp = 35758 - 22418 = 13340 kg
  • 22. Momen Tekanan Tanah = MPa - MPp = 50061 - 6725 = 43336 kg.m ΣH = Tekanan Tanah + TEQ = 13340 + 77868,9 = 91208,9 kg ΣMH = Momen Tekanan Tanah + MTEQ = 43336 + 110573,838 = 153909,838 kg.m 4.1.4 Kontrol stabilitas - Stabilitas Terhadap Guling (Josep E.Bowles.Analisa dan Desain Pondasi.1993.hal 90) 6125655  MH SF =   3,981  1,5 153909,838  MV …………..(OK) - Stabilitas Terhadap Geser (Josep E.Bowles.Analisa dan Desain Pondasi.1993.hal 85) SF = tg V    . = H 424949 x 0,700 91208,9 = 3,262 > 1,5 ……(OK) - Stabilitas terhadap Eksentrisitas (Joseph E.Bowles.Analisa dan Desain Pondasi.1993.hal 84) e = 1 . B - 2 MV MH    < V  1 . B 6 = 1 . 2,7 - 2 612655153909,838 424949 < 1 . 2,7 6 = 0,270 < 0,450 ………………………..(OK) - Stabilitas Terhadap Tegangan Tanah Sudut geser tanah 350 (Dari data lapangan) Koefisien daya dukung dari terzaghi sudut geser = 350. (Sumber Ir.Suryono Sasrodarsono dan Kazuto nakazawa “Mekanika Tanah Dan Teknik Pondasi “Cetakan 7 .2000, hal 32). Nc = 57,8 Nq = 41,4 N = 44,0 Berdasarkan data dilapangan dimana, dari data SPT diperoleh nilai N / cm dengan kedalaman ; ▪ 0 – 1 m = 26 ▪ 1 – 4 m = 24 N = (26 + 24)/2 = 25 c = 0,10 x N (Ir. V Sunggono KH 1995, “Tek nik Sipil”,hal;135) = 2,50 ton/m2 qu = 1,3 . c . Nc +  . Df . Nq + 0,4 .  .B . N = 1,3. 2,5. 57,8 + 1,76 . 0,9 . 41,4 + 0,4 . 1,76 . 2,7 . 44,0 = 462,516 ton/m2 Dengan angka keamanan 3, maka daya dukung ijinya adalah: Q ijin = qu = 3 462,516 = 154,172 ton/m2 3
  • 23. 439,824   6.0,270 1.00 0.70 1.00 0.41 0.20 1.67 0.10 0.80 0.70 0.60 0.200.300.30 1.02 4.20 1 2 3 4 tanah urug Qu =   V 6.     e B L B 1 . = (8,5.2,7)      2,7 1 Qmax = 19,164 x (1 + 0,601) = 29,645 ton/m2 = 29,645 ton/m2 < Qijin = 154,172 ton/m2 Qmin = 19,164 x (1 - 0,601) = 7,387 ton/m2 Qmax = 29,645 ton/m2 < Qijin = 154,172 ton/m2……….(Stabil) 4.1.5. Penulangan Abutment Untuk penulangan abutmen dibagi menjadi beberapa bagian : 1.4 Gambar Penulangan Abutment (1) Penulangan bagian 1 Pembebanan: Beban rem = 9000 kg Beban terbagi merata = 1137,36 kg Beban hidup garis = 8059 kg Vu = 18196,36 kg = 181,97 kN Gaya horizontal ΣH = 91208,9 kg.m = 912,089 kN.m ­Tulangan untuk menahan gaya vertikal   0,65 Vn = 181,97 0,65 0,65  Vu = 279,95 kN Vn 279,95 x 10 3 Avt =   320.1,4 Fy.μ 624,88 mm2
  • 24. Dipakai tulangan  16 – 50 = 4021,2 mm2 ­Tulangan untuk menahan gaya horisontal NucMin = 0,20 x Vu = 0,20 x 279,95 = 55,99 kN An = Nuc  fy . = 55,99 103 x = 269,18 mm2 x 0,65 320 Dipakai tulangan  12 – 200 = 565,5 mm2 Menentukan tulangan pokok : As = 2/3 Avt + An = (2/3 x 3938,129 + 407,183) = 3032,602 mm2 Ah = ½ x (As – An) = ½ x (3032,602 – 407,183) = 1312,710 mm2 Dipakai tulangan Ø16 – 150  As = 1340,4 mm2 (2) Penulangan bagian 2 Pembebanan : Beban bagian 1 = 18196,36 kg Beban mati = 14787 kg Vu = 32983,36 kg = 329,84 kN Pu .A.0,85.fc'  = x = 0,023 329,84 10 6 3 x x x x 0,65 1,01 10 0,85 25 Exsentrisitas (e) = 푀 푃 = 1539 09 ,838 424 949 = 0,362 e 362 = 0,594 610  h Maka,  Pu = 0,023 x 0,594 = 0,014      h    e x .A.0,85.fc' Dari grafik SK-SNI-T-1991- 03 diperoleh : r = 0,001 ; β = 1,25 ; ρ = 0,00125 As = ρ . A = 0,00125 x 1,141 x 106 = 1426,25 mm2 Dipakai tulangan  19 – 150  As = 1890,2 mm2 Tulangan yang digunakan untuk menahan momen horizontal : Dipakai tulangan  19 b = 2,1 m = 2100 mm h = 0,61 m = 610 mm 1 2 d" = h – tebal selimut beton – ( ∅ 푠푒푛푔푘푎푛푔 ) d = 610 – (50+ (½ x 19) = 550,5 mm Rn = Mu  . b . d = x = 5,583 Mpa 2 6 2842,418 10 x x 0,8 2100 550,5 ρMin = 1,4 = fy 1,4 = 0,0044 320
  • 25. w = 0,85 x           2,353 x Rn fc' 1 1 = 0,85 x           2,353 5,583 25 1 1 x = 0,018 ρ = w x fy ' fc = 0,018 x 35 = 0,0014 320 ρ = 0,0014 < ρMin = 0,0044 As = ρ . b . d = 0,0044 x 2100 x 550,5 = 5057,719 mm2 Jarak tulangan (s) = 2 1/ 4. .d As b  = 5057,719 2100 1/ 4 x 3,14 x 19 2 = 118  150 mm 1 b As(Ada) = 2 x x d 4 x s  1 2100 = 2 3,14 19 4 150 x x x = 3967,390 mm Dipakai tulangan  19 – 150  As = 3967,390 mm2 Tulangan bagi = 20 % x As = 20 % x 3967,390 = 793,478 mm2 Dipakai tulangan  19 – 350  As = 810,1 mm2 (3) Penulangan Bagian III Pembebanan : Beban bagian 1 = 18196,36 kg Beban bagian 2 = 32983,36 kg Vu = 51179,72 kg = 511,79 kN b = 0,7 m = 700 mm h = 1,67 m = 1670 mm Pu .A.0,85.fc'  = x = 0,031 511,79 10 6 3 x x x x 0,65 1,169 10 0,85 25 Exsentrisitas (e) = 푀 푃 = 1328 47 ,137 4398 24 = 0,302 e 362 = 0,217 1670  h Maka,  Pu = 0,193 x 0,217 = 0,042      h    e x .A.0,85.fc' Dari grafik SK-SNI-T-1991- 03 diperoleh : r = 0,001 ; β = 1,25 ; ρ = 0,00125
  • 26. As = ρ . A = 0,00125 x 1,169 x 106 = 1461,25 mm2 Dipakai tulangan  19 – 150  As = 1890,2 mm2 Tulangan bagi = 20 % x As = 20 % x 1461,25 = 292,25 mm2 Dipakai tulangan  19 – 450  As = 630,1 mm2 Tulangan yang digunakan untuk menahan momen horizontal : Dipakai tulangan  19 1 2 d" = h – tebal selimut beton – ( ∅ 푠푒푛푔푘푎푛푔 ) d = 1670 – (50+ (½ x 19) = 1610,5 mm Rn = Mu  d . b . = x = 2,746 Mpa 2 6 3989,201 10 x x 0,8 700 1610,5 ρMin = 4,1 = fy 4,1 = 0,0044 320 w = 0,85 x           2,353 x Rn fc' 1 1 = 0,85 x           2,353 2,746 25 1 1 x = 0,009 ρ = w x fy ' fc = 0,009 x 25 = 0,001 320 ρ = 0,001 < ρMin = 0,0044 As = ρ . b . d = 0,0044 x 1670 x 1610,5 = 4932,156 mm2 Jarak tulangan (s) = 2 1/ 4. .d As b  = 4932,156 700 1/ 4 x 3,14 x 19 2 = 40  50 mm 1 b As(Ada) = 2 x x d 4 x s 1 700  = 2 3,14 19 4 50 x x x = 3967,390 mm Dipakai tulangan  19 – 50  As = 3967,390 mm2 Tulangan bagi = 20 % x As = 20 % x 3967,390 = 793,478 mm2 Dipakai tulangan  19 – 350  As = 810,1 mm2 (4) Penulangan Bagian IV Pembebanan : Beban Vertikal ΣV = 424949 kg = 4249,49 kN ΣMV = 153909,838 kg.m = 1539,098 kN ­Tulangan untuk menahan gaya vertikal
  • 27. b = 2,7 m = 2700 mm h = 0,9 m = 900 mm Dipakai tulangan  19 d = 900 - 50 – (½ x 19) = 840,5 mm Rn = Mu  d . b . = x = 2,785 Mpa 2 3 4249,491 10 x x 0,8 2700 840,5 ρMin = 4,1 = fy 4,1 = 0,0044 320 w = 0,85 x           2,353 x Rn fc' 1 1 = 0,85 x           2,353 2,882 25 1 1 x = 0,009 ρ = w x fy ' fc = 0,009 x 25 = 0,001 320 ρ = 0,001 < ρMin = 0,0044 As = ρ . b . d = 0,0044 x 2700 x 840,5 = 9928,406 mm2 Jarak tulangan (s) = 2 1/ 4. .d As b  = 9928,406 2700 1/ 4 x 3,14 x 19 2 = 77  100 mm 1 b As(Ada) = 2 x x d 4 x s  1 2700 = 2 3,14 19 4 100 x x x = 7651,395 mm Dipakai tulangan  19 – 100  As = 7651,395 mm2 Tulangan bagi = 20 % x As = 20 % x 7651,395 = 1530,279 mm2 Dipakai tulangan  19 – 150  As = 1890,2 mm2 ­Tulangan yang digunakan untuk menahan momen horizontal b = 2,7 m = 2700 mm h = 0,9 m = 900 mm Dipakai tulangan  19 d = 900 – 50 – (½ x 19) = 840,5 mm Rn = Mu  . b . d = x = 1,009 Mpa 2 3 1539,098 10 x x 0,8 2700 840,5
  • 28. 1,4 = 0,0044  x Rn 2,353 1,009 25 = 0,0032 9928,41 2700 D 16 - 150  1.00 1.00 1,4 = 1 2700 4.20 1 2 3 4 1 tanah urug D 16 - 50 D 19 - 150 D 19 - 350 D 19 - 150 D 19 - 350 D 19 - 150 D 19 - 150 ρMin = fy 320 w = 0,85 x          ' 2,353 1 1 fc = 0,85 x          25 1 1 x = 0,0041 ρ = w x fy ' fc = 0,0041 x 320 ρ = 0,0032 < ρMin = 0,0044 As = ρ . b . d = 0,0044 x 2700 x 840,5 = 9928,41 mm2 Jarak tulangan (s) = 2 d. . 4/ 1 As b  = 1/ 4 x 3,14 x 19 2 = 77  100 mm b As(Ada) = 2 x x d 4 x s  = 2 3,14 19 4 100 x x x = 7651,395 mm Dipakai tulangan  19 – 100  As = 7651,395 mm2 Tulangan bagi = 20 % x As = 20 % x 7651,395 = 1530,279 mm2 Dipakai tulangan  19 – 150  As = 1890,2 mm2 Ganbar 4.5 Penulangan Pada Abutmen