Makalah ini membahas tentang struktur fonologi bahasa Indonesia. Terdapat pembahasan mengenai pengertian fonologi, ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi seperti fonetik dan fonemik, serta identifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia. Prinsip-prinsip pembelajaran fonologi juga dijelaskan.
1. MAKALAH BAHASA INDONESIA
“Struktur Fonologi Bahasa Indonesia”
Dosen pengampu : Muhardila Fauziah, M.Pd
Disusun oleh Kelompok 2 :
1. Dina Salsa Bila (20144600280)
2. Nur Kholish Luthfi Hamiid (20144600318)
3. Dianita Puspa Ningrum (20144600334)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2021
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya
sehingga Makalah “Struktur Fonologi Bahasa Indonesia” ini dapat diselesaikan.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Selain itu, penulis berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang apa saja struktur- struktur Fonologi dalam bahasa indonesia.
Atas segala dukungan dan bimbingan dari segala pihak, Makalah “Struktur
Fonologi Bahasa Indonesia” ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Muhardila Fauziah, M.Pd. selaku pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
2. Ari Wibowo, M.Pd. sebagai dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak
terdapat kesalahan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar dalam penyusunan makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik
lagi, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Yogyakarta, 21 September 2021
Penulis
3. 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
A. Pengertian Fonologi .................................................................................. 6
B. Ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi...................................... 6
C. Fonem-fonem bahasa Indonesia................................................................ 9
D. Implementasi pembelajaran fonologi........................................................10
E. Prinsip-prinsip pembelajaran fonologi......................................................11
BAB III ................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................12
KESIMPULAN.....................................................................................................12
SARAN .................................................................................................................12
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Gani dan Arsyad (2018), Bahasa adalah alat untuk menyampaikan
suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain serta berperan dalam
perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Bahasa juga sebagai
media komunikasi yang sangat penting baik secara tulisan maupun lisan. Bagi
setiap orang, berkomunikasi mungkin saja bisa terjadi ketidakpahaman antar lawan
bicara. Untuk itu, agar komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka sebagai
penutur kata harusnya memiliki dua kompetensi yaitu kompetensi bahasa dan
kompetensi komunikatif (azizah dan nugraheni, 2020)
Dalam bahasa juga terdapat ilmu Linguistik yaitu ilmu yang mempelajari,
menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa, ini yang sering
disebut Fonologi (Susiati, 2020). Bidang kajian linguistik ini membentuk tataran
bahasa atau hierarki bahasa. Hierarki ini menggambarkan tata urut bahasa, dari
tataran yang paling besar sampai dengan tataran yang paling kecil.
Dilihat pada masa sekarang ini, banyak masyarakat yang menggunakan
bahasa Indonesia namun tutur bahasa daerahnya masih terbawa. Kesalahan
berbahasa bisa terjadi karena adanya banyak hal, misalnya pengaruh bahasa ibu,
kekurang pahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya dan
pengajaran bahasa yang kurang sempurna ( Inderasari dan agustina, 2017).
Pentingnya pemahaman tata bahasa dan bentuk kata akan memperlancar
kemampuan berkomunikasi khususnya bagi peserta didik. Dimensi tata bahasa
dihubungkan dengan fungsi sebagai sarana pemakaian bahasa yang baik.
Kaidah - kaidah yang terdapat dalam bahasa akan menuntun peserta didik
menghasilkan bahasa yang baik dan benar. Oleh karena itu, diharapkan melalui
adanya kajian- kajian teori mengenai bahasa indonesia ini. Salah satunya kajian
tentang fonologi, sebagai calon pendidik selayaknya harus memahami terlebih
dahulu kajian tentang fonologi ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran
Bahasa Indonesia.
5. 5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud fonologi ?
2. Bagaimana membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam
fonologi?
3. Bagaimana mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia ?
4. Bagaimana implementasi pembelajaran fonologi bagi anak kelas rendah
sampai kelas tinggi ?
5. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran fonologi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fonologi.
2. Untuk membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi.
3. Untuk mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia.
4. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran fonologi.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran fonologi.
6. 6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Fonologi
Fonologi berasal dari bahasa Yunani yang terbentuk dari gabungan kata
Phone dan Logos. Phone yang artinya ‘bunyi’, sedangkan logos artinya ‘ilmu’.
Menurut Chaer (2003), Secara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi. fonologi
merupakan subdisiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang mempelajari bunyi
bahasa. fonologi mengkaji bunyi-bunyi bahasa, baik bunyi-bunyi itu kelak
berfungsi dalam ujaran atau bunyi-bunyi secara umum.
Fonologi dibedakan menjadi dua yaitu fonetik dan fonemik. Secara umum,
fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna
atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari
bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi sebagai pembeda makna.
Menurut Achmad dan Krisanjaya (2014), Fonologi tidak hanya mencakup
fungsi, perilaku, serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguistik, namun juga
mempelajari bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsur-unsur
fisiologikal, anatomikal, dan psikologikal, serta neurologikal manusia yang
membuat atau memproduksi bunyi-bunyi itu. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi
bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya.
2. Ilmu-ilmu Yang Tercakup Dalam Bahasa
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa terdiri atas :
1. Fonetik
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi yang
dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat
ucap.Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan
bidang lingustik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar adalah ilmu
7. 7
bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia
serta bagaimana bunyi itu dihasilkan Chaer (2007) membagi urutan proses
terjadinya bunyi bahasa itu menjadi tiga jenis fonetik yaitu :
a. Fonetik Artikularotis
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis,
mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja
dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu
diklasifikasikan.Pembahasannya antara lain meliputi masalah alat-alat
ucap yang digunakan dalam memproduksi dalam bahasa itu, mekanisme
arus udara yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa, bagaimana
bunyi bahasa itu dibuat, mengenaiklasifikasi bahasa yang dihasilkan serta
apa kriteria yang digunakan, mengenai silabel, dan juga mengenai unsur-
unsur atauciri-ciri supresegmental, seperti tekanan, jeda, durasi dan nada.
b. Fonetik Akustik
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau
fenomena alam. Objeknya adalah bunyi bahasa ketika merambat di udara,
antara lain membicarakan: gelombang bunyi beserta frekuensi dan
kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan,
danintensitasbunyi. Juga mengenai skala desibel, resonansi, akustik
produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu.Kajian fonetik akustik lebih
mengarah kepada kajian fisika dari pada kajian linguistik, meskipun
linguistic memiliki kepentingan didalamnya.
c. Fonetik Auditoris
Fonetik auditoris mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diterima
oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami.Dalam
hal ini tentunya pambahasan mengena istruktur dan fungsi alat dengar,
yang disebut telinga itu bekerja. Bagaimana mekanisme penerimaan bunyi
bahasa itu, sehingga bias dipahami. Oleh karena itu, kajian fonetik
auditoris lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajian
neurologi.
8. 8
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia
lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan
masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.
Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika yang dilakukan
setelah bunyi-bunyi itu dihasilkan dan sedang merambat di udara. Kajian mengenai
frekuensi dan kecepatan gelombang bunyi adalah kajian bidang fisika bukan bidang
linguistik. Fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran dari pada
linguistik. Kajian mengenai struktur dan fungsi telinga jelas merupakan bidang
kedokteran.
2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang
berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut,
fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan:
(1) Bidang lingustik tentang system fonem.
(2) Sistem fonem suatu bahasa.
(3) Prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.
Jika dalam fonetik mempelajari berbagai macam bunyi yang dapat
dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan,
maka dalam fonemik mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-
kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi
untuk membedakan arti.
Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang
dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misal nya bunyi [l], [a], [b] dan
[u] dan [r], [a], [b] dan [u]. Jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi
yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam
bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/. Sebagai bidang yang
berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja
fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang lingusitik
yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantic.
9. 9
1) Fonologi dalam cabang morfologi
Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata
sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan
morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan
[bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis
dengan penambahan morfem sufiks {-kan}.
2) Fonologi dalam cabang sintaksis
Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika
berhadapan dengan kalmiat kamu berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri?
(kalimat tanya), dan kamu berdiri ! (kalimat perintah) ketiga kalimat
tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai
maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan
memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan
tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat,
terutama dalam bahasa Indonesia.
3) Fonologi dalam cabang semantik
Bidang semantik yang berkosentrasi pada persoalan makna kata pun
memanfaatkan hasil telaah fonologi. Misal nya dalam mengucapkan
sebuah kata dapat divariasikan dan tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras]
dan [t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika
diucapkan secara bervariasi [dudUk], [dUdU], [didīk], [dīdī] tidak
membedakan makna. Hasil analisis fonologis lah yang membantunya.
3. Fonem Fonem Bahasa Indonesia
Supriyadi (1992) berpendapat bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan
kebahasaan yang terkecil. Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap
bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran
yang membedakan arti ini disebut fonem. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena
belum mengandung arti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis
bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu
menunjukkan kontras makna. Misalnya /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang berbeda
10. 10
karenabara dan para beda maknanya. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari jika satu
unsur diganti dengan unsur lain, maka akan membawa akibat yang besar yakni
perubahan makna.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang
bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.
Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.
4. Implementasi pembelajaran fonologi bagi anak kelas rendah sampai tinggi
Untuk mencapai pembelajaran yang sempurna selain dari kita harus belajar,
ada faktor lain yang harus kita perhatikan yaitu motivasi. Motivasi sangat
diperlukan dalam belajar. Motivation is an essential condition of learning. Hasil
belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang
diberikan, akan makin berhasil pembelajaran yang dilaksanakan, sebagaimana
dikatakan oleh Sardiman (2008: 84 - 85). Sardiman menyebutkan bahwa ada tiga
fungsi motivasi, yakni:
1. Mendorong manusia untuk berbuat,
2. Menentukan arah perbuatan,
3. Menyeleksi perbuatan.
Motivasi belajar adalah daya penggerak yang muncul dalam diri seseorang (siswa)
untuk melakukan aktivitas belajar. Ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah seperti yang
diungkapkan oleh Sardiman (2008:86 - 91) yaitu:
1. Memberi angka/nilai,
2. Hadiah,
3. Saingan/ kompetisi,
4. Ego-involvement,
5. Memberi ulangan,
6. Mengetahui hasil,
7. Pujian,
8. Hukuman,
9. Hasrat untuk belajar,
11. 11
10. Minat, dan tujuan yang diakui.
Bahan belajar yang digunakan rata-rata berbasis teks, pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan saintifik. Belum lagi dengan penggunaan penilaian
autentik. Sasaran utamanya adalah melahirkan peserta didik yang memiliki
keberimbangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penyajian pembelajaran
menjanjikan penuh kreativitas bermakna. Dengan demikian amat dimungkinkan
akan tumbuh mekar motivasi belajar berbahasa Indonesia, yang sekaligus
meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia. Secara sistemik, sebagai teks bahasa
terdiri atas sejumlah sistem atau unit kebahasaan yang secara hierarkis bekerja
secara simultan dan sistemik dari sistem yang lebih rendah berupa
fonologi/grafologi menuju ke sistem yang lebih tinggi berupa leksikogramatika,
semantik wacana, dan struktur teks. Tiap-tiap peringkat itu tidak dapat dipisahkan
karena merupakan organisme yang mempunyai peran saling terkait dalam
merealisasikan makna holistik atau tujuan sosial suatu wacana (Halliday, 1985a;
Halliday, 1994)
Pada pembelajaran fonologi yang akan diimplementasikan pada setiap
kelas, guru harus mampu menentukan atau mencermati komponen–komponen
tersebut, serta berpedoman pada hal yang terkait. Misalnya, melalui aspek
mendengarkan dan berbicara yang dianggap sesuai dengan uraian yang tertulis
dalam lajur kompetensi dasar. Sehingga seorang guru harus bisa mengembangkan
bahan apa dan bagaimana untuk menentukan langkah pembelajarannya. Dalam hal
ini, tentu saja tidak berarti seorang guru dapat semaunya untuk menentukan fonem
apa saja yang akan diajarkan pada kelas-kelas tertentu.
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Fonologi
Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
implementasi pembelajaran fonologi bahasa Indonesia di SD yaitu sebagai berikut:
a. Pembelajaran dimulai dari yang mudah ke yang sukar, yang sederhana ke yang
kompleks. Khusus dalam pembelajan fonem atau huruf, di kelas rendah (satu
dan dua) dapat dimulai dari fonem-fonem vokal dan konsonan yang bilabial
dan labiodental. Misalnya, fonem atau huruf a, i, u, e, o, m, n, b, p, serta
12. 12
disesuaikan dengan kemampuan perkembangan siswa (dimulai dari kelas satu).
Pada akhir kelas satu diharapkan siswa telah mengenal semua huruf yang
melambangkan fonem-fonem atau bunyi-bunyi bahasa Indonesia.
b. Pembelajaran fonem diwujudkan melalui empat aspek keterampilan berbahasa.
Empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Untuk kelas tinggi bisa melalui aspek kebahasaan.
c. Pembelajaran dilaksanakan secara terpadu atau tematik, khususnya di kelas
rendah.Pembelajaran terpadu disini yaitu, terpadu antara aspek bahasa itu
sendiri (connected). Namun, dalam setiap pertemuan guru harus memberi
penekanan pada satu aspek (yang menjadi titik fokus) dalam pembelajaran.
13. 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah
sistem bunyi dalam bahasa Indonesia. Fonologi mencakup dua kajian ilmu, yaitu
fonetik dan fonemis. Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi
bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai
pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi sebagai pembeda
makna.
Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam
bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal bahasa daerah masing-masing
dikurangi. Pemahaman struktur fonologi bahasa Indonesia selain dapat menjad
bekal dan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.
B. Saran
Sebagai seorang guru, pemahaman tentang struktur fonologi bahasa
Indonesia perlu diperluas, karena selaindapat bekal dalam pemakaian bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat
dalam pembinaan berbahasa siswa.
14. 14
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. “Pengertian Fonologi”. [online]. Tersedia
://uniisna.wordpress.com/2011/07/13/467/ diakses pada 22 September 2021
Gani, S., dan Arsyad, B. 2018. Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa (Fonologi,
Morfologi, Sintaksis, dan Semantik). Jurnal Bahasa dan Sastra Arab 7 (1) :
1-20.
Hasan,Alwi, dkk.2003.Tata Bahasa Buku bahasa indonesia. Jakarta: Balai pustaka.
Husein,Akhlan, dan Yayat Sudaryat. 1996. Fonolgi bahasa indonesia.
Jakarta: Depatemen pendidikan dan kebudanyaan.
Inderasari, E., dan Agustina, T. 2017. Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada
Mahasiswa Asing Dalam Program Bipa Iain Surakarta. Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia 6(2) : 6-15.
Mahardika Kemil. 2018. Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia SD Kelas
Rendah. Sidoarjo : UMSIDA Press.
P., Achmad H. and Krisanjaya, (2014) Fonologi Bahasa Indonesia. In: Hakikat
Fonologi. Universitas Terbuka, Jakarta, pp. 1-38. ISBN 9796895838.
Resmini, Novi. 2006. Kebahasaan (Fonologi, Morfologi, dan Sementik).
Bandung:UPI PRESS
Susiati, 2020. Kaidah - Kaidah Fonologi. Universitas Iqra Buru, Maluku.
Tirta, M. D., Martha, N. I., dan Artawan, G. 2014. Motivasi dan Hasil Belajar
Bahasa Indonesia Berbasis Teks dengan Pendekatan Saintifik dalam
Implementasi Kurikulum 2013 di SMA Negeri 2 Semarapura Tahun
Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia 3 (1) : 1 – 11.