Dokumen tersebut membahas kondisi terkait COVID-19 pada hewan dan satwa liar secara global dan di Indonesia. Dokumen menjelaskan bahwa virus corona dapat menginfeksi hewan dan manusia, kelelawar diyakini sebagai sumber SARS-CoV-2, dan perlu dilakukan tindakan pencegahan terhadap penularan dari hewan ke manusia.
Kondisi COVID-19 Pada Hewan dan Satwa Liar Secara Global dan di Indonesia Saat ini - Ditkesmavet, Bogor, 10 Maret 2020
1. Kondisi terkait COVID-19 pada
hewan dan satwa liar secara
global dan di Indonesia saat ini
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan
Penyusunan NSPK sebagai bahan kebijakan
permasalahan kasus COVID-19 pada hewan dan
produk hewan - Direktorat Kesehatan Masyarakat
Veteriner – Bogor, 10 Maret 2020
2. Apa itu virus corona (CoV)?
• Virus corona (CoV) adalah keluarga dari virus
RNA (ribonucleic acid).
• Disebut virus corona karena partikel virus
menunjukkan karakteristik ‘corona' (mahkota)
dalam bentuk paku (spike) protein di sekitar
amplop lipid.
• Infeksi CoV umum pada hewan dan manusia.
• Beberapa strain CoV adalah zoonotik, artinya
virus dapat ditularkan antara hewan dan
manusia, tetapi banyak strain tidak zoonotik.
Sumber: https://www.oie.int/en/scientific-expertise/specific-information-and-recommendations/questions-
and-answers-on-2019novel-coronavirus/
3. Awal wabah virus corona di China
• Suatu wabah pneumonia pada orang di China telah menjadi
kepedulian seluruh dunia mengenai adanya suatu virus corona
baru (diberi nama SARS-Cov-2) sebagai risiko kesehatan
publik global (Public Health Emergency of International
Concern/PHEIC).
• Virus corona diidentifikasi setelah notifikasi kasus pneumonia
yang tidak diketahui penyebabnya pada Desember 2019,
didiagnosa awal di kota Wuhan, ibukota provinsi Hubei, China.
• Ribuan kasus telah dideteksi di China, dan penyakit telah
diekspor oleh wisatawan ke banyak negara.
• Penyebaran SARS-CoV-2 dari orang ke orang telah
dikonfirmasi, dimana kasus-kasus pneumonia baru ditemukan
di antara anggota keluarga dan perawat kesehatan melalui
kontak dekat.
4. Nama penyakit: COVID-19
• WHO pada Januari 2020 memberi nama sementara virus
baru yaitu “2019 novel coronavirus” (2019-nCoV).
• Pada tanggal 11 Februari 2020, virus diberi nama secara
definitif yaitu “SARS-CoV-2” dan penyakit yang disebabkan
oleh virus ini diberi nama “Coronavirus Disease 2019”
(disingkat “COVID-19”).
5. Kelelawar? – hospes alami SARS-CoV-2
• Meskipun penelitian tentang asal usul 2019-nCoV masih harus
diteliti lebih lanjut, tetapi bukti memperlihatkan bahwa 27 (66%)
dari 41 pasien yang terinfeksi awal terpapar langsung
dengan pasar makanan laut Huanan di kota Wuhan, provinsi
Hubei, China (Huang et al., 2020).
• Berdasarkan bukti sekuensing penuh dari 5 sampel pasien yang
menderita pneumonia tersebut, virus-virus tersebut hampir
identik satu sama lain, dan 79,5% identik dengan SARS-CoV.
Selain itu, 96% identik dengan virus corona pada kelelawar
(bat CoV).
• Bukti ini menunjukkan bahwa kelelawar sangat mungkin
merupakan sumber SARS-CoV-2 (Zhu et al. 2019).
6. Hospes alami atau perantara?
• Kelelawar, ular dan sekarang trenggiling semua telah disarankan
sebagai hospes dari virus SARS-CoV-2 yang kemudian melompat
ke manusia, tapi masih belum diketahui bagaimana tepatnya virus
tersebut melompat dari hewan ke manusia.
• Memahami hewan dari mana asal usul virus SARS-CoV-2 adalah
penting dan memiliki dampak yang mendalam pada bagaimana kita
mengelola wabah zoonosis masa depan.
7. Pernyataan OIE tentang SARS-CoV-2
• Deteksi SARS-CoV-2 pada hewan masuk dalam kriteria untuk
dilaporkan ke OIE melalui WAHIS, sesuai dengan OIE Terrestrial
Animal Health Code sebagai suatu penyakit baru muncul
(emerging disease).
• Untuk itu, setiap deteksi 2019-nCoV pada hewan (termasuk
informasi mengenai spesies, uji diagnostik, dan informasi
epidemiologi yang relevan) harus dilaporkan ke OIE.
EMERGING DISEASE
artinya setiap kejadian suatu penyakit, infeksi atau investasi baru pada hewan, yang
menyebabkan dampak signifikan pada hewan atau kesehatan masyarakat yang dihasilkan
dari:
- suatu perubahan dari agen patogen yang telah diketahui sebelumnya atau penyebaran
ke wilayah geografis atau spesies yang berbeda; atau
- suatu agen agen patogen atau penyakit yang tidak diketahui sebelumnya yang
didiagnosa untuk pertama kalinya.
Sumber: https://www.oie.int/scientific-expertise/specific-information-and-recommendations/
8. Pelaporan tahunan “annual report’
melalui WAHIS-WILD (2018)
8
Afrika Amerika Asia Eropa Oceania
47 negara anggota OIE mengirimkan ‘annual report’ 2018 satwa liar
10 88 8
18
3
• Indonesia perlu mengirimkan laporan tahunan ke WAHIS-
WILD apabila ada kejadian penyakit pada satwa liar.
9. Pernyataan OIE
• Rute penularan yang dominan dari
COVID-19 tampaknya adalah dari
manusia ke manusia (human to human).
• Berdasarkan informasi yang tersedia saat
ini, pembatasan perjalanan atau
perdagangan tidak direkomendasikan.
• Tidak ada bukti untuk mendukung
pembatasan pergerakan atau
perdagangan hewan peliharaan
(companion animals).
Sumber: https://www.oie.int/en/scientific-expertise/specific-information-and-recommendations/questions-
and-answers-on-2019novel-coronavirus/
10. OIE: Tindakan pencegahan yang perlu dilakukan
terhadap hewan hidup atau produk hewan (1)
• Terapkan tindakan higiene umum pada saat mengunjungi
pasar hewan hidup, pasar basah atau pasar produk hewan.
• Cuci tangan secara regular dengan sabun dan air bersih
setelah menyentuh hewan dan produk hewan, serta hindari
menyentuh mata, hidung atau mulut, dan hindari kontak
dengan hewan sakit atau produk hewan yang busuk.
• Hindari setiap kontak dengan hewan lain yang mungkin
tinggal di pasar (misalnya, kucing dan anjing liar, tikus,
burung, kelelawar).
• Hindari kontak dengan kotoran atau cairan hewan di tanah
atau permukaan toko hewan dan fasilitas pasar.
Sumber: https://www.oie.int/en/scientific-expertise/specific-information-and-recommendations/questions-
and-answers-on-2019novel-coronavirus/
11. • Daging mentah, susu atau organ hewan harus ditangani
dengan hati-hati, untuk menghindari potensi kontaminasi
silang dengan makanan yang belum dimasak.
• Daging dari ternak sehat yang dimasak secara menyeluruh
tetap aman untuk dimakan.
OIE: Tindakan pencegahan yang perlu dilakukan
terhadap hewan hidup atau produk hewan (2)
Sumber: https://www.oie.int/en/scientific-expertise/specific-information-and-recommendations/questions-
and-answers-on-2019novel-coronavirus/
12. Penemuan virus COVID-19 pada
seekor anjing di Hongkong
• National Veterinary Services Hongkong
melaporkan ke OIE, bukti bahwa seekor
anjing positif virus COVID-19 setelah
pendedahan dekat dengan pemiliknya yang
sakit karena COVID-19 – lihat Immediate
Notification (01/03/2020).
• Uji dilakukan dengan real time PCR,
menunjukkan bahwa keberadaan material
genetik dari virus COVID-19, namun demikian
hasilnya menunjukkan positif lemah.
• Anjing tidak memperlihatkan gejala klinis
penyakit.
13. OIE: Apa yang kita ketahui tentang
virus COVID-19 dan hewan peliharaan?
• Penyebaran COVID-19 saat ini adalah hasil penularan dari
manusia ke manusia.
• Sampai saat ini, tidak ada bukti bahwa hewan peliharaan
(companion animal) dapat menyebarkan penyakit, oleh karena
itu tidak ada justifikasi dalam mengambil tindakan terhadap
hewan peliharaan yang dapat membahayakan kesejahteraan
mereka.
• Tidak ada bukti bahwa anjing berperan dalam penyebaran
penyakit manusia ini atau bahwa mereka menjadi sakit.
• Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami apakah dan
bagaimana hewan yang berbeda dapat dipengaruhi oleh virus
COVID-19.
Sumber: https://www.oie.int/en/scientific-expertise/specific-information-and-recommendations/questions-
and-answers-on-2019novel-coronavirus/
14. Rekomendasi WHO untuk pengurangan
risiko penularan dari hewan ke manusia
• Setiap orang yang berkunjung ke pasar hewan hidup, pasar
basah atau pasar produk hewan harus mempraktikkan tindakan
higiene, termasuk cuci tangan dengan sabun setelah menyentuh
hewan atau produk hewan
• Konsumsi produk hewan mentah atau yang kurang dimasak
harus dicegah.
• Setiap orang yang berada dalam kondisi pengobatan, tidak
mengadakan kontak dengan pasar hewan hidup, hewan yang
berkeliaran, dan satwa liar.
• Pekerja rumah potong hewan, dokter hewan yang bertanggung
jawab terhadap inspeksi produk hewan dan yang menangani
hewan hidup dan produk hewan harus mempraktikkan hygiene
diri yang baik.
Sumber: https://www.who.int/health-topics/coronavirus/ (7 January 2020)
15. Pernyataan WSAVA (World Small
Animal Veterinarian Association)
• Saat ini tidak ada bukti bahwa hewan peliharaan (companion
animal) dapat terinfeksi dengan atau menyebarkan COVID-19.
• Tidak ada bukti saat ini bahwa hewan peliharaan merupakan
sumber infeksi ke manusia.
• Situasi berkembang cepat dan informasi akan diperbaharui
begitu tersedia.
Sumber: https://wsava.org/wp-content/uploads/2020/02/COVID-19_WSAVA-Advisory-Document-Feb-
29-2020.pdf
“Pemilik hewan peliharaan harus
menghindari kontak dengan hewan
yang tidak dikenal dan selalu
mencuci tangan sebelum dan setelah
berinteraksi dengan hewan”.
16. Virus corona yang zoonotik
• Virus corona (CoV) adalah patogen penting untuk manusia dan
vertebrata.
• Virus ini dapat menginfeksi sistim pernafasan, gastrointenstinal,
hepatik, dan syaraf pusat dari manusia, burung, kelelawar, tikus,
dan banyak satwa liar lainnya.
• Wabah severe acute respiratory syndrome (SARS) pada
2002/2003 dan Middle East respiratory syndrome (MERS)
pada 2012 mendemonstrasikan kemungkinan penularan dari
hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia dari
kemunculan CoV yang baru.
• Wabah baru CoV sangat mungkin tidak dapat dicegah di masa
depan disebabkan oleh perubahan iklim dan ekologi, dan
peningkatan interaksi antara manusia dengan hewan.
Sumber: Chen Y. et al., 2020. Review: Emerging coronaviruses: Genome structure, replication, and
pathogenesis. J Med Virol. 2020;92:418–423.
17. Struktur genomik dan pohon
filogenetik dari virus corona
A: Pohon filogenetik yang merepresentasi CoV, dengan virus corona baru
SARS-CoV-2 ditulis warna merah. B: Struktur genome dari 4 genera virus
corona. Pp1a dan pp1b mewakili 2 polipeptida yang panjang yang
diproses menjadi 16 protein nonstruktural. S, E, M, dan N
mengindikasikan struktural yang terdiri 4 protein spike, amplop, membran,
dan nukleokapsid.
18. Virus corona pada hewan
• CoV yang berbeda-beda
menunjukkan selang hospes
yang beragam dan tropisme
jaringan.
• Virus corona alpha dan
beta biasanya menginfeksi
mamalia.
• Sebaliknya, virus corona
gamma dan delta
menginfeksi burung dan
ikan, tetapi beberapa
diantaranya dapat juga
menginfeksi mamalia.
‘Hospes spesifisitas’ menyebabkan
sultinya penularan silang antar spesies.
19. Daftar virus corona patogenik
pada hewan yang penting
• Banyak pasien memiliki
kontak langsung atau
tidak langsung dengan
pasar grosir seafood
Huanan di kota Wuhan,
yang dipercaya sebagai
tempat sumber wabah
COVID-19.
• Meskipun demikian,
penularan SARS-CoV-2
dari ikan ke manusia
tidak mungkin terjadi.
• SARS-CoV-2 dan CoV
ikan ada dalam genera
berbeda dan nyata
memiliki selang hospes
yang berbeda pula.
Virus Genus Hospes
PRCV/ISU‐1 Alpha Babi
TGEV/PUR46‐MAD Alpha Babi
PEDV/ZJU‐G1‐2013 Alpha Babi
SeACoV‐CH/GD‐01 Alpha Babi
Canine CoV/TU336/F/2008 Alpha Anjing
Camel/Riyadh Alpha Unta
Feline infectious peritonitis virus Alpha Kucing
Bovine CoV/ENT Beta Sapi
Equine CoV/Obihiro12‐1 Beta Kuda
MHV‐A59 Beta Tikus
Beluga Whale CoV/SW1 Gamma Ikan paus
IBV Gamma Ayam
Bulbul coronavirus HKU11 Delta Bulbul
Sparrow coronavirus HKU17 Delta Burung gereja
20. Kelelawar pembawa banyak virus
• Kelelawar adalah binatang mamalia yang
biasanya berada dalam koloni yang besar,
terbang jarak jauh sampai ribuan mil dan
didapatkan di setiap benua.
• Spesies kelelawar merupakan salah satu
mamalia tertua dan mewakili 20%
keanekaragaman mamalia yang ada.
• Kelelawar jarang sekali mengalami gejala
sakit, tetapi memiliki peluang untuk
menyebarkan patogen jarak jauh dan luas.
21. Spesies kelelawar
• Ada lebih dari 1.300 spesies kelelawar terdistribusi di 6 benua;
sekitar 50 spesies kelelawar hidup di taman nasional di seluruh
Amerika Serikat, dan Indonesia menjadi rumah dari 219 spesies
kelelawar – lebih banyak dari negara lain manapun.
• Jenis virus pada kelelawar (bat borne viruses) termasuk virus
corona, virus hanta, virus lyssa, virus rabies, virus nipah, virus
lassa, virus Henipa, virus Ebola dan virus Marburg.
• Keragaman yang besar dan hubungan ko-evolusioner yang
panjang dengan patogen memberikan peluang untuk
pencampuran antar spesies dan pemeliharaan kuasi-spesies dari
pool virus yang dapat menginfeksi berbagai hospes.
Viral quasispecies adalah struktur populasi virus dengan sejumlah
varian genom yang besar (terkait dengan mutasi).
22. Distribusi virus yang ditemukan pada
kelelawar berdasarkan keluarga (family)
Sumber: http://www.mgc.ac.cn/DBatVir/howto.htm (data 2013)
24. Peta ‘hotspot’ risiko penularan virus
kelelawar ke manusia
• Peta menunjukkan tingkat risiko yang disebabkan oleh berbagai
faktor termasuk sejumlah besar virus-virus kelelawar berbeda
yang ditemukan secara lokal, peningkatan tekanan populasi, dan
perburuan kelelawar untuk daging satwa liar (bushmeat).
• Afrika Barat, Sub-Sahara Afrika dan Asia Tenggara adalah
wilayah paling berisiko dimana virus kelelawar melompat (spilling
over) ke manusia menghasilkan penyakit baru muncul (new
emerging disease).
• Data yang dipublikasikan antara 1900 dan 2013, mengidentifikasi
Afrika Barat sebagai ‘hotspot’ risiko tertinggi untuk virus
kelelawar zoonotik. Wilayah ini mengalami wabah penyakit Ebola
dalam skala terbesar.
Sumber: https://www.ucl.ac.uk/news/2016/jan/map-shows-hotspots-bat-human-virus-transmission-risk.
25. Diversitas virus corona (CoV)
pada kelelawar di China
• Suatu studi dilakukan untuk mengungkapkan keragaman dan
evolusi dari virus corona kelelawar di China, dimana terkumpul
1.067 kelelawar dari 21 spesies.
• Total 73 virus corona (32 virus corona alpha dan 41 virus corona
beta) diidentifikasi pada kelelawar tersebut, dengan prevalensi
keseluruhan 6,84%.
• Semua virus corona beta yang baru diidentifikasi adalah
Rhinolophus virus corona kelelawar terkait SARS (SARSr-Rh-
BatCoV).
• Secara keseluruhan, hasil studi ini menunjukkan bahwa tingkat
kontak yang tinggi terjadi di antara spesies kelelawar tertentu
yang memungkinkan akuisisi dan penyebaran virus corona.
25
Sumber: Fan et al., 2019. Review: Bat Coronaviruses in China. Viruses 2019, 11, 210.
26. Fungsi kelelawar dalam ekosistem
• Meskipun kelelawar dianggap
membawa banyak virus, mereka
juga esensial untuk berfungsinya
ekosistem.
• Kelelawar insectivorous makan
insekta dalam volume yang besar
seperti nyamuk dan pes pertanian.
• Kelelawar buah menyerbuki pohon
dan menyebarkan bijinya.
• Kelelawar juga menjadi predator
alami hama padi, misalnya hama
wereng, yang menjadi momok para
petani.
27. Perdagangan satwa liar di Indonesia
• Kerugian negara akibat perdagangan ilegal satwa liar di
Indonesia mencapai angka Rp13 triliun.
• Kerugiannya bukan hanya secara ekonomi, tetapi juga secara
ekologi.
• Indonesia merupakan negara megabiodiversitas, karena memiliki
keragaman satwa yang luar biasa.
• Ekspor satwa liar Indonesia bukan hanya untuk hewan yang
dilindungi seperti gajah, harimau, burung rangkong, atau
trenggiling, tetapi juga hewan yang tidak dilindungi seperti ular,
kura-kura air tawar, dan koral.
• Kelelawar, tikus, dan ular masih dijual di pasar Indonesia yang
dikenal dengan penawaran makanan satwa liar, meskipun ada
permintaan pemerintah untuk tidak mengkonsumsi makanan
satwa liar yang dinilai dapat memicu penyebaran virus corona.
28. Kondisi khusus di Sulawesi Utara
• Pulau Sulawesi di Indonesia merupakan
wilayah penting bagi perdagangan satwa
liar yang saat ini mengalami eksploitasi
yang cepat terhadap fauna lokalnya untuk
memasok pasar daging satwa liar di
Sulawesi Utara.
• Daging satwa liar secara rutin tersedia
untuk dijual di 73% pasar dan supermarket
yang disurvei di Sulawesi Utara.
• Taksonomi satwa liar yang paling sering
ditemukan di pasar adalah kelelawar,
rubah, babi liar, tikus dan ular.
• Diestimasi jumlah kelelawar yang
diperdagangkan setiap tahun berkisar dari
662.551 sampai lebih dari 1 juta ekor dan
dapat disimpulkan bahwa tingkat panen
kelelawar tidak terganggu.
Sumber: Latinne A. et al (2020).
Characterizing and quantifying the wildlife
trade network in Sulawesi, Indonesia.
29. Virus corona pada kelelawar
di Indonesia
• Indonesia adalah ‘hotspot’ perdagangan satwa liar yang penting di
wilayah Asia Tenggara.
• Bat CoV ditemukan pada kelelawar (Pteropus Alecto) dari Olibuu
Mangrove Provinsi Gorontalo dan hasilnya 24 dari 95 sampel
(23,3%) diduga positif terhadap CoV. 24 sampel dianalisis lebih
lanjut dengan sekuensing nukleotida dan memiliki kemiripan
dengan bat CoV (Febriani W.D. et al., 2018).
• Bat CoV ditemukan pada kelelawar buah (Dobsonia moluccensis)
di Kabupaten Paguyaman, Provinsi Gorontalo. Analisis filogenetik
menunjukkan bahwa bat CoV tersebut berkaitan dengan anggota
dari genus virus corona beta (Anindita P.D. et al., 2015).
Sumber: Febriani W.D. et al., 2018. Bat Coronavirus of Pteropus alecto from Gorontalo Province,
Indonesia. Int. J. Trop. Vet. Biomed. Res. Vol. 3 (2) : 36-42.; Anindita P.D. et al., 2015. Detection of
coronavirus genomes in Moluccan naked-backed fruit bats in Indonesia. Arch Virol (2015) 160:1113–1118.
30. Penutup (1)
• Penularan zoonotik dari virus-virus baru merepresentasikan
suatu ancaman signifikan terhadap kesehatan publik secara
global dan dipicu oleh globalisasi, kehilangan habitat alami, dan
pendedahan terhadap hospes baru.
• Untuk virus corona (CoV), diversitas luas yang ada dalam
populasi kelelawar dan posisi unik mereka sebagai bibit
peristiwa kemunculan penyakit baru (emerging disease),
terutama karena bertambahnya populasi manusia dan
penetrasinya ke wilayah-wilayah belum berkembang di dunia.
Sumber: Menachery V.D. et al., 2017. Jumping species—a mechanism for coronavirus persistence
and survival. Virology 2017, 23:1–7.
31. Penutup (2)
• Wabah COVID-19 adalah pengingat yang penting dari adanya
ancaman penyakit zoonosis yang terus berlanjut terhadap
keamanan kesehatan dunia (global health security).
• Investasi yang lebih signifikan dan lebih bertarget dibutuhkan
untuk upaya global yang lebih terpadu dan kolaboratif, belajar
dari pengalaman semua wilayah geografis, melalui
konsorsium global ‘ONE-HEALTH’ (Human-Environmental-
Animal Health) dalam upaya mengurangi ancaman global
penyakit-penyakit zoonotik.
Sumber: Hui D.S. et al., 2020. Editorial: The continuing 2019-nCoV epidemic threat of novel
coronaviruses to global health — The latest 2019 novel coronavirus outbreak in Wuhan, China.
International Journal of Infectious Diseases 91 (2020) 264–266.