Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
1. PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA (PIDI)
PERIODE NOVEMBER 2022 - MEI 2023
PUSKESMAS JENGGOT KOTA PEKALONGAN
LAPORAN MINI PROJECT
dr. Muissatul Aini
dr. Nabil Azra Mahendra
dr. Nungqy Ardzilla
dr. Rafidah Salma Najah
6. PARADIGMA SEHAT
Bagaimana membuat masyarakat menjadi sehat, dan
terhindar dari penyakit
LEBIH MENGUTAMAKAN PENCEGAHAN
DARI PADA MENGOBATI
7. PENYAKIT MENULAR
Penyakit Menular (PM) merupakan
penyakit yang dapat ditularkan dari
individu ke individu lain.
ISPA
WHO
BALITA (42,91%)
RISKESDAS 2018
BALITA (25,8%)
8. 1. PAPUA (10,0%)
4. NTT (7,4%)
3. PAPUA BARAT (7,5%)
2. BENGKULU (9,5%)
5. KALTENG (6,0%)
6. JAWA TIMUR (5,5%)
7. MALUKU (5,4%)
8. BANTEN (5,1%)
9. JAWA BARAT (4,9%)
10. JAWA TENGAH (4,9%)
10 BESAR ISPA TERTINGGI DI INDONESIA
9. Rumusan Masalah
“Apa saja faktor- faktor risiko infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA) pada balita di Puskesmas Jenggot, Kelurahan
Jenggot, Kota Pekalongan?”
10. TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
Mengetahui faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA
pada balita di Puskesmas Jenggot, Kota Pekalongan.
Membuat alternatif pemecahan masalah pada kejadian ISPA di
Puskesmas Jenggot, Kota Pekalongan
11. MANFAAT UNTUK PIDI
MANFAAT UNTUK PKM JENGGOT
1. Untuk memenuhi pengisian kelengkapan borang Mini Project Program Internship Dokter Indonesia
(PIDI).
2. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan di Puskesmas Jenggot, Kota Pekalongan.
1. Sebagai salah satu bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya yang perlu dilakukan
2. Sebagai bahan evaluasi program
12. No. Penyakit Angka kejadian
1. ISPA 6812
2. Hipertensi primer 1114
3. Faringitis akut 1899
4. Dispepsia 1012
5. Diabetes mellitus 1267
6. Scabies 455
7. Myalgia 886
8. Demam 658
9. Infeksi kulit dan jaringan subkutan 829
10. Sindroma nyeri kepala sebanyak 648
Daftar 10 Besar Penyakit di PKM Jenggot
13. PRIORITAS MASALAH
Prioritas Masalah diambil dari
data 10 besar penyakit di
Puskesmas Jenggot selama
Januari-Desember tahun 2022
3 besar penyakit terbanyak
kemudian dilakukan analisis
prioritas masalah menggunakan
metode Hanlon Kualitatif.
I
14. ISPA FARINGITIS
AKUT
DM TOTAL +
(Horizontal)
ISPA + + 2
FARINGITIS
AKUT
+ 1
DM 0
TOTAL –
(Vertikal)
0 0 0
TOTAL +
(Horizontal)
2 1 0
TOTAL 2 1 0
URGENCY (U)
15. ISPA FARINGITIS
AKUT
DM TOTAL +
(Horizontal)
ISPA + + 2
FARINGITIS
AKUT
- + 1
DM - 0
TOTAL –
(Vertikal)
0 0 0
TOTAL +
(Horizontal)
2 1 0
TOTAL 2 1 0
SERIOUSNESS (S)
16. ISPA FARINGITIS
AKUT
DM TOTAL +
(Horizontal)
ISPA + + 2
FARINGITIS
AKUT
+ 1
DM 0
TOTAL –
(Vertikal)
0 0 2
TOTAL +
(Horizontal)
2 1 0
TOTAL 2 1 0
GROWTH (G)
19. Upper respiratory tract infection (URTI) atau infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) adalah penyakit yang dapat sembuh
sendiri atau self limited disease yang menyebabkan iritasi dan
peradangan pada saluran penapasan atas seperti hidung,
sinus, faring dan laring yang memiliki onset akut satu sampai
tiga hari setelah paparan dan berlangsung 7-10 hari, dan
dapat bertahan hingga 3 minggu dengan gejala seperti batuk
dan pilek tanpa adanya tanda dan gejala dari pneumonia
(Thomas, 2022).
ISPA
20. Berdasarkan dari data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 ISPA menduduki
peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia (Riskesdas, 2018).
21. Tanda & Gejala
Timbulnya gejala biasanya dimulai satu sampai tiga hari setelah paparan
dan berlangsung 7-10 hari, dan dapat bertahan hingga 3 minggu.
Batuk
Sakit
tenggorokan
Hidung
tersumbat
Pilek
Sakit kepala
Demam ringan
Bersin
Mialgia
22. Organisme ini biasanya diperoleh
dengan menghirup droplet yang
terinfeksi
ISPA biasanya melibatkan infeksi
langsung ke mukosa saluran
napas bagian atas oleh organisme
24. merokok
Kontak dekat
dengan penderita
ISPA
Anomali anatomi: dismorfik
wajah atau poliposis hidung
Komorbid : asma
dan rinitis alergi
Merokok
Individu
immunocompromised
Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
Faktor resiko yang dapat diubah :
Faktor Resiko
28. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik
dengan desain penelitian yaitu cross sectional.
Jenis Penelitian:
Variable Penelitian
• Variabel bebas : Luas ventilasi, paparan
rokok, kepadatan hunian, status imunisasi, tingkat
pengetahuan orang tua, dan riwayat ASI eksklusif.
• Variabel terikat : ISPA
29. - Populasi Target : Pasien Balita dengan keluhan demam,
batuk kurang dari 2 minggu, pilek/hidung tersumbat dan
sakit tenggorokan.
- Populasi Terjangkau : pasien Balita terdiagnosis ISPA yang
berobat ke Poli MTBS di Puskesmas Jenggot Kota
Pekalongan dari 1 Februari – 28 Februari 2023.
Populasi
30. Kriteria inklusi
- Pasien dengan diagnosis ISPA kurang dari 14 hari
- Tidak ada komorbid lain
- Tidak dalam pengobatan TB
• Kriteria Ekslusi
- Pasien yang menolak menjadi responden
- Responden dengan data tidak lengkap
• Cara pengambilan sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling.
Sampel penelitian
32. Tatalaksana
Lokasi dan waktu
Lokasi pengambilan:
Poli MTBS Puskesmas Jenggot,
Kota Pekalongan
Waktu:
1 Februari – 28 Februari
2023.
Jenis data:
Data pada penelitian ini menggunakan data primer
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik responden di
poli MTBS. Karakteristik responden dan parameter
pengetahuan diperoleh melalui pengisian
kuesioner oleh orang tua responden.
39. No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksana Waktu Biaya Metode Indikator
keberhasilan
1. Orang tua
Balita
sebagai
perokok aktif
Melakukan
edukasi
mengenai
rokok sebagai
salah satu
factor risiko
ISPA pada
balita
Mengurangi
risiko ISPA
akibat paparan
asap rokok
pada balita
Keluarga
balita yang
merokok
Dokter PIDI Maret
2023
Rp 0 Pemutaran video
edukasi tentang
efek merokok dan
factor risko ISPA
pada balita melalui
Instagram
Puskesmas
Jenggot
Jumlah like
pada postingan
video reels
instagram
minimal 50
2. Pengetahuan
orang tua
mengenai
ISPA masih
kurang
Melakukan
edukasi
mengenai ISPA
Meningkatkan
pengetahuan
orang tua
tentang ISPA
pada balita
Orang tua
balita
Dokter PIDI Februari
2023
Rp
50.000,
00
Pengisian Pre/Post
test dan edukasi
mengenai ISPA
menggunakan
leaflet di poli
MTBS
Tingkat
pengetahuan
meningkat (nilai
post test >50)
41. 1. ISPA menjadi penyakit dengan angka kejadian tertinggi di Puskesmas Jenggot selama
periode tahun 2022.
2. Terdapat beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita di
Puskesmas Jenggot yaitu riwayat orang tua balita sebagai perokok aktif dan pengetahuan
orang tua mengenai ISPA yang masih kurang
1. Perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi secara intensif dan menyeluruh bagi seluruh
orang tua balita dengan risiko ISPA
2. Perlu dilakukan kunjungan lapangan terkait faktor lingkungan yang berkaitan dengan
angka kejadian ISPA.
KESIMPULAN
SARAN